1 Prinsip Dasar Pengobatan Paliatif A. Pendahuluan Naluri usaha untuk mengurangi penderitaan sesama makhluk sudah tampak sejak awal kehidupan di dunia. Setelah itu, selama berabad-abad tampak pula usaha-usaha untuk penyembuhan penyakit-penyakit yang menyebabkan penderitaan, sehingga terciptalah cara- cara penyembuhan dengan obat-obatan ataupun dengan pembedahan. Hippocrates, hidup di Yunani pada abad ke-5 sebelum Masehi, dikenal sebagai seorang dokter yang cemerlang pada zaman itu. Dia pula yang menganjurkan cara pengobatan epiema dengan menikam pisau di antara tulang rusuk. Sumpah Hippokrates menjadi dasar dari sumpah jabatan dokter di Indonesia. Aesculapius, seorang Yunani Kuno, dikisahkan sebagai penyembuh yang demikian pandai sehingga ia didewakan. Tongkatnya yang berbelit ular masih menjadi lambang dokter sampai sekarang. Banyak penelitian telah dilakukan dan banyak pula penemuan diperoleh baik dalam cara pengobatan maupun teknologi kedokteran. Dengan demikian, kemampuan diagnostik meningkat dan lebih banyak penyakit yang terobati. Pada abad ke-16, Dr. Edward Livingston Trudeau mengatakan bahwa tugas dokter adalah to cure sometimes, to relieve often, to comfort always. Terapi paliatif berkembang dari sejak dulu dimulai dengan adanya perawatan „hospice‟ sebelumnya. Perawatan „hospice‟ berkembang sejak abad ke 4, dimulai dengan adanya pemikiran religi yang berkembang pada saat itu pada masyarakat Inggris yang telah merantau ke negara lain dan pada saat hendak meninggal, pulang ke kampung halamannya untuk meninggal di Irlandia atau London. Pada saat ini perkembangan perawatan „hospice‟ sangat maju, yaitu usaha merawat dan menemani pasien dengan kondisi terminal dengan bantuan suportif obat-obatan, penjagaan 24 jam, dan peralatan medis. Perawatan „hospice‟ dapat dilakukan pada tempat perawatan, dirumah, di rumah sakit ataupun ditempat fasilitas yang mendukung. Perbedaan terapi paliatif dan hospice adalah pada terapi paliatif dilakukan tindakan aktif yang dapat membantu pasien menjalani perawatannya, sedangkan perawatan „hospice‟ bertindak pasif. Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penederita kanker terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain menghilangkan rasa nyeri dan keluhan keluhan lain, perbaikan dalam aspek psikologi, sosial dan spiritual. Perawatan ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup yang
16
Embed
Prinsip Dasar Pengobatan Paliatifelearningobgynunpadrshs.com/uploads/ebooks/Prinsip_dasar_pengo…1 Prinsip Dasar Pengobatan Paliatif A. Pendahuluan Naluri usaha untuk mengurangi penderitaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Prinsip Dasar Pengobatan Paliatif
A. Pendahuluan
Naluri usaha untuk mengurangi penderitaan sesama makhluk sudah tampak sejak
awal kehidupan di dunia. Setelah itu, selama berabad-abad tampak pula usaha-usaha untuk
penyembuhan penyakit-penyakit yang menyebabkan penderitaan, sehingga terciptalah cara-
cara penyembuhan dengan obat-obatan ataupun dengan pembedahan. Hippocrates, hidup di
Yunani pada abad ke-5 sebelum Masehi, dikenal sebagai seorang dokter yang cemerlang
pada zaman itu. Dia pula yang menganjurkan cara pengobatan epiema dengan menikam pisau
di antara tulang rusuk. Sumpah Hippokrates menjadi dasar dari sumpah jabatan dokter di
Indonesia. Aesculapius, seorang Yunani Kuno, dikisahkan sebagai penyembuh yang
demikian pandai sehingga ia didewakan. Tongkatnya yang berbelit ular masih menjadi
lambang dokter sampai sekarang.
Banyak penelitian telah dilakukan dan banyak pula penemuan diperoleh baik dalam
cara pengobatan maupun teknologi kedokteran. Dengan demikian, kemampuan diagnostik
meningkat dan lebih banyak penyakit yang terobati. Pada abad ke-16, Dr. Edward Livingston
Trudeau mengatakan bahwa tugas dokter adalah to cure sometimes, to relieve often, to
comfort always.
Terapi paliatif berkembang dari sejak dulu dimulai dengan adanya perawatan
„hospice‟ sebelumnya. Perawatan „hospice‟ berkembang sejak abad ke 4, dimulai dengan
adanya pemikiran religi yang berkembang pada saat itu pada masyarakat Inggris yang telah
merantau ke negara lain dan pada saat hendak meninggal, pulang ke kampung halamannya
untuk meninggal di Irlandia atau London. Pada saat ini perkembangan perawatan „hospice‟
sangat maju, yaitu usaha merawat dan menemani pasien dengan kondisi terminal dengan
bantuan suportif obat-obatan, penjagaan 24 jam, dan peralatan medis. Perawatan „hospice‟
dapat dilakukan pada tempat perawatan, dirumah, di rumah sakit ataupun ditempat fasilitas
yang mendukung.
Perbedaan terapi paliatif dan hospice adalah pada terapi paliatif dilakukan tindakan
aktif yang dapat membantu pasien menjalani perawatannya, sedangkan perawatan „hospice‟
bertindak pasif. Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban
penederita kanker terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud
antara lain menghilangkan rasa nyeri dan keluhan keluhan lain, perbaikan dalam aspek
psikologi, sosial dan spiritual. Perawatan ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup yang
2
maksimal bagi penderita dan keluarganya. Kualitas hidup dikatakan baik bila manusia dapat
berfungsi dengan baik sebagai mahluk bio-sosio-psiko-spiritual.
Perkembangan pengobatan kanker, termasuk deteksi dini serta bergesernya proporsi
populasi masyarakat usia tua, akhirnya menempatkan fase paliatif pada suatu penderita
kanker stadium terminal akan lebih panjang, sehingga kemampuan pengobatan paliatif pada
penderita kanker mutlak harus dikuasai. Salah satu aspek perawatan paliatif adalah perawatan
paliatif dirumah, yaitu perawatan penderita diluar rumah sakit, di rumah penderita, atau
sering disebut palliative home care atau domiciliary home care.
Salah satu aspek dari perawatan paliatif adalah pengawasan nutrisi dan psikoterapi,
yang dilakukan pada pasien serta keluarganya. Cara pandang terhadap diri sendiri seorang
pasien berpengaruh pada keberhasilan perawatan secara holistik.
B. Terapi Paliatif
Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker
terutama yang tidak mungkin disembuhkan kankernya. Dikatakan terutama pada yang tidak
mungkin disembuhkan karena tindakan ini tidak hanya dilakukan pada penderita-penderita
yang tidak bisa disembuhkan, tetapi dilakukan juga pada penderita yang masih mempunyai
harapan untuk sembuh bersama-sama dengan tindakan-tindakan atau pengobatan kuratif,
dengan maksud untuk meringankan atau menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu atau
memperberat penderitaan pasien.
Tindakan paliatif yang dimaksudkan antara lain menghilangkan rasa nyeri dan
keluhan-keluhan lain, perbaikan dalam aspek psikologi, sosial, dan spiritual. Semua ini
bertujuan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup yang maksimal bagi kehidupan
penderita.
1. Nyeri
Nyeri adalah keluhan utama yang paling sering diutarakan. WHO menyebutkan
bahwa 2/3 dari penderita kanker akan meninggal karena penyakitnya dan bahwa dalam
perjalanan penyakitnya 45 – 100% dari mereka akan mengalami nyeri yang ringan sampai
berat. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
dihubungkan dengan jaringan yang rusak, cenderung rusak, atau segala keadaan yang
menunjukan adanya kerusakan jaringan.
3
Penyebab nyeri kanker
a. Faktor Jasmani
Akibat Tumor
Nyeri akibat tumor terjadi pada 70% penderita kanker yang disertai rasa nyeri dan
keadaan ini dapat diterangkan melalui berbagai mekanisme seperti infiltrasi tumor ke
tulang, infiltrasi atau penekanan terhadap jaringan syaraf, pengaruh langsung terhadap
organ yang terkena, pengaruh langsung terhadap jaringan lunak yang terkena, dan
ulserasi jaringan.
Berhubungan dengan Tumor
Nyeri yang terjadi pada penderita kanker dan berhubungan dengan tumor dapat
diterangkan melalui mekanisme seperti dekubitus, infeksi jamur candida, trombosis vena
dalam, dan edema akibat sumbatan pembuluh Limfe.
Akibat Pengobatan Tumor
Nyeri akibat pengobatan kanker dapat terjadi pada 20%, penderita kanker yang disertai
rasa nyeri dan dapat diterangkan melalui mekanisme seperti akibat pembedahan,
kemoterapi, dan radiasi.
b. Faktor Kejiwaan
Nyeri yang terjadi akibat rasa marah, cemas dan depresi.
Jenis Nyeri Kanker
a. Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang timbul akibat rangsangan pada saraf aferen serta saraf
perifer. Nyeri terjadi akibat pengaruh Prostaglandin E2 sehingga nosiseptor serat saraf
perifer menjadi peka terhadap bahan mediator penyebab nyeri.
b. Nyeri Neurogenik
Nyeri neurogenik adalah nyeri yang terjadi akibat kerusakan saraf perifer, kerusakan ini
bisa terjadi akibat terpotongnya serat saraf misalnya saraf interkostal akibat mastektomi
atau torakotomi, dan tekanan kronis pada saraf-saraf perifer misalnya invasi tumor yang
menekan pleksus brakhialis lumbosakralis.
c. Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik terjadi akibat faktor non-fisik atau lazim disebut faktor kejiwaan.
Faktor kejiwaan dapat mempengaruhi hebatnya nyeri, terutama pada kenker yang lanjut.
Nyeri psikogenik dapat timbul akibat marah (anger), cemas (anxiety), dan depresi.
4
Sifat Nyeri Kanker
a. Akut
Nyeri akut timbul secara mendadak dan segera lenyap apabila penyebabnya hilang.
Nyeri akut ditandai oleh aktivitas sistim saraf otonom berupa takikardia, hipertensi,
hiperhidrosis, midriasis dan pucat. Terdapat perubahan pada wajah seperti menyeringai
dan sebagainya.
b. Kronik
Nyeri kronis dapat terjadi berkepanjangan sehingga dapat berlangsung berbulan-bulan,
penyebabnya sulit dijelaskan dan gejala obyektif tidak jelas.
Pengelolaan nyeri kanker
a. Pedoman Umum
Nyeri kanker merupakan keluhan subyektif. Makin progresif pertumbuhan kanker makin
hebat nyeri yang dapat ditimbulkan. Makin kronis keadaan, nyeri kanker makin kabur
penyebabnya. Nyeri kanker sering mempunyai beberapa penyebab (“multi faktorial”).
Penyebab, jenis, sifat dan derajat nyeri pada seseorang penderita dapat berubah.
Penderita yang tidak mengeluh tentang nyeri, tidak berarti “tidak ada nyeri “. Nyeri
kanker harus dikelola dengan benar hingga dapat dicapai keadaan bebas nyeri.
b. Penilaian nyeri
Untuk mendapatkan penilaian yang tepat perlu dikaji suatu hubungan baik antara dokter
dan penderita sehingga penderita memiliki kepercayaan dalam bahwa dokter dapat
menghilangkan nyeri yang dideritanya. Meskipun demikian anamnesa dan pemeriksaan
yang diteliti harus dilaksanakan.
Percayalah laporan nyeri penderita karena nyeri adalah suatu fenomena yang subyektif.
Tanda-tanda obyektif dapat kita gunakan untuk mendapat suatu penilaian nyeri lebih
yang tepat; antara lain takikardia, berkeringat, pucat. Persilahkan duduk, tenangkan dan
dengarkan keluhan penderita, yakinkan dia bahwa nyerinya dapat diobati.