REFERAT ARTHITIS REUMATOID, OSTEOPOROSIS DAN OSTEOARTHRITIS Pembimbing : dr. H. Bambang A.T. Kusumah, Sp.OT Disusun Oleh : Satrya Yudha DP GIA210077 Faizah Agusiah S G1A210078 Nur Ahlina Damayanti 0920221183 SMF ILMU PENYAKIT BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REFERAT
ARTHITIS REUMATOID, OSTEOPOROSIS DAN OSTEOARTHRITIS
Pembimbing :
dr. H. Bambang A.T. Kusumah, Sp.OT
Disusun Oleh :
Satrya Yudha DP GIA210077
Faizah Agusiah S G1A210078
Nur Ahlina Damayanti 0920221183
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang berjudul “Arthitis Reumatoid,
Osteoporosis Dan Osteoarthritis“. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan pendidikan kedokteran.
Penyusunan referat ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan beberapa pihak.
Penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. dr. H. Bambang A.T. Kusumah, Sp.OT selaku Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan referat ini.
2. Teman-teman FK Unsoed dan FK UPN serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun
sehingga dapat menjadi perbaikan.
Purwokerto, November 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi. Artritis rematoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh tubuh.
Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan wanita 2-3 kali lebih
sering dibandingkan pria.
Nyeri sendi sering disebabkan oleh peradangan atau disebut arthritis. Jenis
arthritis yang paling sering dijumpai adalah osteoarthritis. Osteoarthritis merupakan
penyakit pada sendi yang disebabkan oleh bantalan kartilago sendi yang menipis
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997)
Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang yang ditandai dengan adanya
penurunan massa tulang dan perubahan struktur pada jaringan mikroarsitektur tulang
yang menyebabkan kerentanan tulang meningkat disertai kecenderungan terjadinya
fraktur, terutama pada proksimal femur, tulang belakang, dan pada tulang radius.
Kecenderungan terhadap ancaman fraktur baik laki-laki maupun perempuan adalah
sama (Permana, 2010).
Osteoposis disebut juga ‘silent disease’ karena tidak ada gejala pada saat orang
terkena osteoporosis sampai terjadi fraktur. Pada saat seseorang terkena osteoporosis,
akan sangat mudah terjadi fraktur. Umumnya fraktur akibat osteoporosis terjadi pada
pergelangan tangan, tulang belakang, dan pinggul. Fraktur di tulang belakang dan
pinggul dapat menyebabkan nyeri yang kronik, disabilitas dalam jangka waktu lama.
(American College of Rheumatology, 2010).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari referat ini adalah untuk mengetahui materi mengenai arthritis
rheumatoid, osteoporosis, serta osteoartritis yang meliputi definisi, klasifikasi, faktor
risiko dan penyebab, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan bisa diambil dari diadakannya penyusunan refrat ini
yaitu:
1. Sebagai bahan wacana bagi pihak institusi dan para akademisi FKIK Jurusan
Kedokteran UNSOED maupun FK UPN, khususnya mengenai Artritis
Rheumatoid, Osteoporosis, Osteoartritis.
2. Sebagai sarana pembelajaran bagi dokter muda dan syarat tugas stase Ilmu
Penyakit Bedah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. TULANG
a. Anatomi Tulang
Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah apabila mendapat
tekanan. Tulang terdiri dari sel-sel, serabut-serabut, dan matriks. Tulang bersifat keras
karena matriks ekstraselularnya mengalami kalsifikasi dan mempunyai derajat
elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut organik. Fungsi tulang yaitu
protektif, contohnya tengkorak dan culumna vertebralis melindungi otak dan medula
spinalis dari cedera. Tulang juga berperan sebagai pennngungkit seperti yang dapat
dilihat pada tulang panjang ekstrimitas. Selain itu, tulang merupakan tempat
penyimpanan utama untuk garam calcium. Sumsum tulang belakang yang berfungsi
untuk membentuk sel-sel darah terdapat di dalam dan dilindungi oleh tulang (Snell,
2006).
Tulang terdiri atas dua bentuk yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang
kompakta tampak sebagai massa yang padat sedangkan tulang spongiosa terdiri atas
anyaman trabekula. Trabekula tersusun sedemikian rupa sehingga tahan akan tekanan
dan tarikan yang mengenai tulang (Guyton dan Hall, 2006).
http://en.wikipedia.org/
wiki/File:Illu_compact_spongy_bone.jpg
b. Fungsi Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dan organ yang terstruktur dengan baik serta
mempunyai beberapa fungsi antara lain :
a. Membentuk rangka badan
b. Sebagai tempat melekatnya otot
c. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan organ-organ
internal seperti otak, sumsum tulang belakang, buli-buli, jantung, dan paru-paru.
d. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, garam, dan dapat berfungsi
sebagai cadangan mineral tubuh, serta ikut membantu meregulasi komposisi
mineral pada tubulus ginjal, khususnya konsentrasi ion kalsium plasma dan cairan
ekstraseluler.
e. Mempunyai fungsi tambahan lain yaitu sebagai jaringan hematopeotik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit ( Rasjad, 2008).
Stabilitas struktur dan komposisi tulang ditunjang oleh interaksi yang kompleks antara
aktivitas seluler yang diatur oleh hormon serta faktor-faktor lokal pada tulang. Gangguan
pada sistem ini akan berakibat pada gangguan metabolisme tulang dan akan menimbulkan
gangguan tulang yang bersifat umum (Rasjad, 2008).
2. SENDI
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia,
atau otot. Terdapat tiga tipe sendi:
a. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak.
c. Sendi synovial (diartrodial), merupakan sendi yang dapat digerakkan dengan bebas.
a. Sendi fibrosa
Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan tulang
lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Terdapat dua tipe sendi fibrosa: (1)
sutura diantara tulang-tulang tengkorak dan (2) sindesmosis yang terdiri dari suatu
membrane interoseus atau suatu ligament di antara tulang. Serat-serat ini
memungkinkan sedikit gerakan tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan
tulang tibia dan fibula bagian distal adalah suatu contoh dari tipe sendi fibrosa ini.
b. Sendi kartilaginosa
Sendi kartilaginosa adalah sendi yang ujung-ujung tulangnya dibungkus oleh rawan
hilain, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada 2 tipe sendi
karilaginosa. Sinkondrosis adalah sendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi
oleh rawan hilain. Sendi-sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisis
adalah sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago antara
tulang dan selapis tipis rawan hilain yang menyelimuti permukaan sendi. Simfisis
pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung adalah contohnya
c. Sendi Sinovial
Sendi synovial adalah persendian yang gerakannya bebas, merupakan bagian terbesar
dari persendian pada tubuh orang dewasa, contohnya sendi bahu dan panggul, sikut
dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki.
d. Komponen Penunjang Sendi
Berikut adalah komponen penunjang sendi:
1) Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya
terdapat rongga.
2) Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah
dislokasi.
3) Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi
kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
4) Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
3. RHEUMATIOD ARTRITIS
a. Definisi
Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi non-bacterial yang bersifat
sistemik,progresif,cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. Artritis rematoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh
tubuh. Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan wanita 2-3 kali
lebih sering dibandingkan pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun,
tetapi bisa terjadi pada usia berapapun. Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor
mulai dari genetik (keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu
teori nya adalah akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah ke
membran yang berada disekitar sendi.
b. Etiologi
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi
pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit
ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan
faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan
bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang
dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab
AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60
sampai 90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap
stress. Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien
AR, mekanisme ini belum diketahui dengan jelas.10
c. Gejala
Artritis rematoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama banyak
sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu
sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di sisi kanan tubuh juga akan
meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari
kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki. Sendi yang
meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun
tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Beberapa penderita merasa lelah
dan lemah, terutama menjelang sore hari. Sendi yang terkena akan membesar dan
segera terjadi kelainan bentuk. Sendi bisa terhenti dalam satu posisi (kontraktur)
sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya. Jari-jari pada kedua tangan
cenderung membengkok ke arah kelingking, sehingga tendon pada jari-jari tangan
bergeser dari tempatnya. Pembengkakan pergelangan tangan bisa mengakibatkan
terjadinya sindroma terowongan karpal.
Di belakang lutut yang terkena, bisa terbentuk kista, yang apabila pecah bisa
menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tungkai sebelah bawah. Sekitar 30-40%
penderita memiliki benjolan keras (nodul) tepat dibawah kulit, yang biasanya terletak
di daerah sekitar timbulnya penyakit ini.
Bisa terjadi demam ringan dan kadang terjadi peradangan pembuluh darah
(vaskulitis) yang menyebabkan kerusakan saraf atau luka (ulkus) di tungkai.
Peradangan pada selaput di sekitar paru-paru (pleuritis) atau pada kantong di sekitar
jantung (perikarditis) atau peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-
paru bias menyebabkan nyeri dada, gangguan pernafasan dan kelainan fungsi jantung.
Penderita lainnya menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening, sindroma Sj?
gren atau peradangan mata. Penyakit Still merupakan variasi dari artritis rematoid
dimana yang pertama muncul adalah demam tinggi dan gejala umum lainnya.
Sindroma Felty terjadi jika pada penderita artritis rematoid ditemukan pembesaran
limpa dan penurunan jumlah sel darah putih.
Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya. Kerusakan ini terutama
mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang umum nya bersifat simetris. Pada
kasus AR yang jelas diag-nosis tidak begitu sulit untuk ditegakkan. Akan tetapi pada
masa permulaan penyakit, seringkali gejala AR tidak bermanifestasi dengan jelas,
sehingga kadang kadang timbul kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Walaupun
demikian dalam menghadapi AR yang pada umumnya berlangsung kronis ini, seorang
dokter tidak perlu terlalu cepat untuk menegakkan diagnosis yang pasti. Adalah lebih
baik untuk menunda diagnosis AR selama beberapa bulan dari pada gagal
mendiagnosis terdapatnya jenis arthritis lain yang seringkali memberi-kan gejala yang
serupa5. Pada penderita harus diberi tahukan bahwa semakin lama diagnosis AR tidak
dapat ditegakkan dengan pasti oleh seorang dokter yang berpengalaman, umumnya
akan semakin baik pula prognosis AR yang dideritanya.
d. Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnostik AR disusun untuk pertama kalinya oleh suatu komite
khusus dari American Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1956. Karena
kriteria tersebut dianggap tidak spesifik dan terlalu rumit untuk digunakan dalam
klinik, komite tersebut melakukan peninjauan kembali terhadap kriteria klasifikasi AR
tersebut pada tahun 1958. Dengan criteria tahun 1958 ini ini seseorang dikatakan
menderita AR klasik jika memenuhi 7 dari 11 kriteria yang ditetapkan, definit jika
memenuhi 5 kriteria, probable jika memenuhi 3 kriteria dan possible jika hanya
memenuhi 2 kriteria saja. Walaupun kriteria tahun 1958 ini telah digunakan selama
hampir 30 tahun, akan tetapi dengan terjadinya perkembangan pengetahuan yang
pesat mengenai AR, ternyata diketahui bahwa dengan menggunakan kriteria tersebut
banyak dijumpai kesalahan diagnosis atau dapat me-masukkan jenis artritis lain
seperti spondyloarthro-pathy seronegatif, penyakit pseudorheumatoid akibat deposit
a. Usia tua : mulai dari usia pertengahan 30-an tahun tulang mulai kehilangan
kekuatan dan mulai terjadi ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan
pembentukan tulang.
b. Struktur tulang yang kecil.
c. Riwayat keluarga dengan osteoporosis atau fraktur akibat osteoporosis.
d. Riwayat fraktur sebelumnya pada trauma ringan, terutama pada usia lebih dari
50 tahun.
e. Defisiensi hormon estrogen.
f. Anorexia nervosa
g. Merokok
h. Penyalahgunaan alkohol
i. Intake diet yang rendah atau kurangnya absorpsi kalsium dan vitamin D.
j. Imobilitas.
k. Pengobatan : glukokortikoid seperti prednisone atau prednisolone.
l. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi tulang seperti kelainan endokrin
: hipertiroid, hiperparatiroid, dan Cushing syndrome ( Rasjad, 2008).
c. Jenis-Jenis Osteoporosis
a. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer terbagi menjadi dua tipe yaitu
a. Tipe 1 : tipe yang timbul pada wanita pasca menopause
b. Tipe 2 : terjadi pad aorang lanjut usia, baik pria maupun wanita.
b. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit erosif
(misalya mieloma multipel, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme) dan akibat obat-
obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid).
c. Osteoporosis Idiopatik
Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya
dan ditemukan pada usia anak-anak, remaja, wanita pra menopause, dan pria usia
pertengahan ( Rasjad, 2008)..
d. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah :
a.) Nyeri tulang
Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensitas serangannya
meningkat pada malam hari. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Nyeri
berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
b.) Deformitas tulang
Dapat terjaid fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler
yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga terjadi paraparesis
( Rasjad, 2008).
e. Diagnosis
pada dasarnya penderita osteoporosis yang datang ke dokter dibagi dalam dua
keadaan yaitu :
1.) Sebelum terjadi patah tulang
Penderita (terutama wanita tua) biasanya datang dengan keluhan nyeri tulang
terutama tulang belakang, badan bungkuk, dan sudah menopause. Untuk penegakan
diagnosisnya yang akurat dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :
a.) Pemeriksaan non invasif
Pemeriksaan non invasif yang dapat dilakukan di antaranya adalah:
- pemeriksaan analisis aktififasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa
kalsium total dan massa tulang.
- pemeriksaan absorpsimetri
- pemeriksaan komputer tomografi (CT)
b.) Pemeriksaan biopsi
Pemeriksaan ini bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula, dan kualitas
mineralisasi tulang. Biopsi dilakukan di tulang sternum atau krista iliaka.
c.) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kimia darah dan kimia urin biasanya dalam batas normal,
sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan
bomakers osteocalcin (G1a protein) dan osteonektin untuk melihat proses
mineralisasi serta untuk membedakannya dengan nyeri tulang oleh kausa yang
lain.
2.) Setelah terjadi patah tulang
Penderita biasanya datang dengan keluhan tiba-tiba punggung terasa sangat
nyeri (nyeri punggung akut), nyeri pada pangkal paha atau bengkak pada
pergelangan tangan setelah jatuh. Pemeriksaan radiologis dapat membantu
melihat gambaran patah tulang pada tempat-tempat tersebut ( Rasjad, 2008).
f. Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan
o Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat meningkatkan
pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
o Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi
tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
o Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi yang optimal
Menghindari faktor-faktor risiko osteoporosis serta penanganan terhadap
deformitas serta fraktur yang terjadi
Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Latihan teratur setiap hari
3. Hindari :
Makanan tinggi protein
Minum alkohol
Merokok
Minum kopi
Minum antasida yang mengandung aluminium ( Rasjad, 2008).
4. OSTEOARTRITIS
a. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Dapat
disebut juga sebagai arthdegenerative, dimana merupakan bentuk noninflamatorik dari
destruksi sendi progresif.
b. Epidemiologi
Osteoartritis adalah bentuk arthritis yang paling umum dengan jumlah pasiennya sedikit
melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia
lebih dari 45 tahun.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Kondrosit dan usia
Kondrosit adalah sel yang bertugas membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan
sendi. Dengan alasan-alasan yang masih belum diketahui, sintesis proteglikan dan
kolagen meningkat tajam pada osteoarthritis. Tetapi, substansi ini juga dihancurkan
dengan kecepatan yang lebih tinggi, sehingga pembentukan tidak mengimbangi
kebutuhan. Sejumlah kecil cartilage tipe I menggantikan tipe II yang normal, sehingga
terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah
biomekanika dari cartilage. Rawan sendi kemudian kehilangan sifat
kompresibilitasnya yang unik. Walaupun penyebab sebenarnya dari osteoarthritis
tetap tidak diketahui, tetapi kelihatannya proses penuaan ada hubungannya dengan
perubahan-erubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi
rawan sendi yang mengarah pada perkembangan osteoarthritis.
2. Jenis kelamin
Perekembangan osteoarthritis sendi-sendi interfalangs distal tangan (nodus Heberden)
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada perempuan. Nodus Heberdens
10 kali lebih sering pada perempuan.
3. Faktor genetik
Faktor genetic memainkan peran pada beberapa bentuk osteoartritis
4. Hormone seks
Hormone seks dan factor-faktor hormonal lain juga berkaitan dengan perkembangan
osteoarthritis. Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi
osteoartiris pada perempuan menunjukkan bahwa hormone memainkan peranan aktif
dalam perkembangan dan progresifitas penyakit ini.
5. Weight bearing jonts
Sendi-sendi yang paling sering terserang oleh osteoarthritis adalah sendi-sendi yang
harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, pangul, vertebra lumbal dan servikal,
dan sendi-sendi pada jari.
d. Etiopatogenesis OA :
OA primer –>penyebab tidak diketahui, tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
maupun perubahan lokal pada sendi
OA sekunder –> didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
herediter, jejas mikro dan makro, immobiliasi yang terlalu lama.
e. Patofisiologi
Penyebab utama Osteoarthritis adalah ketidakseimbangan dalam pemecahan alam dan
proses perbaikan yang terjadi dengan tulang rawan. Dalam Osteoarthritis, tulang rawan
yang rusak tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri dengan cara biasa. Hal ini terjadi
ketika tulang rawan yang menutupi dan bantal ujung tulang di sendi memburuk dari
waktu ke waktu. Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan protein yang spesifik.
Dalam tulang rawan yang sehat, ada proses terus-menerus melanggar alam bawah dan
perbaikan tulang rawan di sendi. Proses ini menjadi terganggu pada Osteoartritis, yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan dan respon perbaikan yang abnormal. Alasan ini
proses perbaikan normal terganggu tidak diketahui tetapi kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor.
Dengan penuaan, kandungan air meningkat tulang rawan, dan susunan protein tulang
rawan rusak.
Akhirnya, permukaan halus tulang rawan mulai memburuk dan menyebabkan gesekan
menjadi aus antara tulang. Jika memakai tulang rawan sepenuhnya, hasilnya akan tulang
untuk menghubungi tulang. Penggunaan sendi berulang dikenakan selama bertahun-
tahun dapat mengiritasi tulang rawan, menyebabkan nyeri sendi dan peradangan jaringan
di sekitarnya. Sebagai potongan tulang rawan pecah, menebal tulang dan memperluas,
menyebabkan peradangan. Peradangan ini dapat merangsang pertumbuhan yang disebut
taji tulang baru (juga disebut osteofit) untuk membentuk sekitar sendi. Sebagai menebal
tulang dan memperluas, sendi menjadi kaku, menyakitkan, dan mungkin sulit untuk
bergerak. Cairan juga dapat membangun di sendi.
f.
Gambaran Klinis
Gambaran klinis osteoartritis diantaranya
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat
memulai kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi
akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada
sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri
dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul
pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan
dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
g. Temuan Laboratorium
Osteoartritis adalah gangguan arthritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah
khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalannya dipakai untuk
menyingkirkan bentuk-bentuk arthritis lainnya. Factor rheumatoid bisa ditemukan dalam
serum, karena factor ini meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju endap
darah eritrosit mungkin akan sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
h. Temuan radiologic
Ciri khas yang sering terlihat pada gambaran radiogram osteoarthritis adalah penyempitan
ruang sendi. Keadaan ini terjadi karena rawan sendi menyusut. Pada sendi lutut
penyempitan ruang sendi dapat terjadi pada salah satu kompartemen saja. Selain
ditemukannya penyempitan sendi juga bisa terjadi peningkatan densitas tulang di sekitar
sendi. Osteofit (spur) bisa terlihat pada aspek marginal dari sendi. Kadangkala terlihat
perubahan-perubahan kistik dalam berbagai ukuran. Osteoarthritis bukan suatu penyakit
yang simetris, sehingga pembuatan gambar radiogram sendi kontralateral akan dapat
membantu.
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoarthritis haruslah bersifat multifocal dan individual. Tujuan dari
penatalaksanaan adlaah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang lebih lanjut pada
sendi tersebut, dan untuk mengatasi nyeri dan kaku sendi guna mempertahakan mobilitas.
Melindungi sendi dari trauma tambahan penting untuk memperlambat perjalanan
penyakit ini. Tongkat atau alat pembantu berjalan dapat mengurangi berat badan pada
sendi yang sakit. Mengurangi berat badan bila pasien meiliki badan yang gemuk.
Fisioterapi penting untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot dan
ROM.
Pemakaian obat-obatan dirancang untuk mengontrol nyeri pada sendi dan untuk
mengendalikan timbulnya sinovitis. Analgetik yang dapat dibeli bebas seperti
asetaminofen, aspirin dan ibuprofen cukup untuk menghilangkan nyeri.
Pembedahan dirancang untuk membuang badan-badan yang lepas, memperbaiki jaringan
penyokong yang rusak, atau untuk menggantukan seluruh sendi. Bedah artroskopi
memungkinkan pelaksanaan berbagai macam prosedur operasi dengan morbiditas yang
lebih kecil dari pada operasi biasa. Partikel-partikel cartolago dapat juga dibuang dengan
efisiensi yang sama bila dibandingkan dengan cara operasi biasa. Bentuk operasi lain
yang dipakai untuk mengatasi osteoarthritis adalah osteotomi angulasi. Hal ini dipakai
untuk mengobati osteartritis lutut yang hanya mempengaruhi satu kompartemen saja.
j. Prognosis
Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Masalah utama yang sering dijumpai adalah nyeri
apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung
beban, terutama pada lutut.
BAB III
KESIMPULAN
Osteoarthritis Rheumatoid Arthritis
Definisi & Patogenesis Penyakit yang ditandai oleh deteriorisasi & hilangnya kartilago sendi secara progresif diikuti penulangan dan pembentukan jar lunak di dalam & sekita sendi yang terkena.
Penyakit multisistem kronik dgn Etiologi ? yang ditandai sinovitis persisten, mengenai sendi perifer secara simetris. Destruksi kartilago, erosi dan deformitas sendi adalah gejala utama.
Klinis 1. Nyeri berhubungan dgn penggunaan sendi yang terkena
2. Kekakuan setelah istirahat lbh singkat (<30 menit)
3. Gerakan sendi terbatas
4. Joint instability, deformity & crepitations
5. Asimetris
6. Bony swellings
7. Heberden’s node
Manifestasi di sendi :
1. Poliartritis simetirs, sendi kecil
2. Nyeri +, lunak +, bengkak +
3. Morning stiffness
Di luar sendi :
1. Kulit : Rh nodul, vaskulitis
2. Pulmo : nodul, Caplan’s Syndr (Sero+, RA + pneumoconiosis)
3. Mata : keratoconjunctivitis sicca, scleritis
4. Darah : Felty’s Syndr (splenomegali, neutropenia)