7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
1/26
LAPORAN KASUS
KOLESTASIS
Oleh :
Aldila Desy K. G99122012 / F-19-2014
Muvida G99122080 / G-10-2014
Ferika Brillian S. G99131084 / G-11-2014
Pembimbing :
Evi Rokhayati, dr., Sp.A, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
2/26
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. RJ
Umur : 1 bulan 3 minggu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Karanggede, Boyolali
Tanggal masuk : 4 September 2014
Tanggal Pemeriksaan : 4 September 2014
No. RM : 01 26 76 08
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu penderita.
A.
Keluhan Utama
Kuning
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien kontrol di poli RSDM dengan keluhan
kuning. Bayi lahir di bidan secara normal pada UK 37-38 minggu,
langsung menangis. Bayi lahir dengan berat 3100 gram. Bayi diberi ASI,
tidak diberikan susu formula, menetek kuat, demam (-), gangguan
napas/sesak (-). Sekitar 7 hari sebelum masuk rumah sakit bayi mulai
tampak kuning, demam (+) sumer-sumer, sesak (-), malas menetek (-),
menangis kuat (+), gerak aktif (+), rewel (+), batuk pilek (-). BAK warna
seperti teh dengan jumlah banyak. BAB 2x dengan konsistensi air lebih
sedikit dari ampas dan warna putih seperti dempul.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat infeksi : disangkal
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
3/26
Riwayat alergi : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hepatitis : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 2x/ 1 bulan
Trimester III : 1x/ 1 minggu
Keluhan selama kehamilan : tidak ada
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.
F. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang
45 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia
kehamilan 37-38 minggu.
G. Riwayat Postnatal
Ke puskesmas saat usia 1 bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
H. Riwayat Imunisasi
Hb 0 : 0 bulan
BCG, Polio 1 : 1 bulan
DPT/Hb 1, Polio 2 : belum
DPT/Hb 2, Polio 3 : belum
DPT/Hb 3, Polio 4 : belum
Campak : belum
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
4/26
An. RJ, , 1 bulan 3 minggu,4,1 kg
Tn. BY, 28 tahun Ny. Y, 25 tahun
II
I
III
Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes.
J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1 bulan : tersenyum
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
K. Riwayat Makan Minum Anak
ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, diberikan tiap kali menangis,
lama menyusui 10-15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri, sesudah
disusui anak tidak menangis.
L. Pohon Keluarga
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kompos mentis
Status gizi : kesan cukup
B. Tanda vital
BB : 4,1 kg
TB : 50 cm
Nadi : 100 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris
RR : 24x/menit
Suhu : 37 C (per aksiler)
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
5/26
C. Kulit
Warna sawo matang, ikterik (+), ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut
E. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (+/+),
pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), air mata (+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga
Normotia, sekret (-), tragus pain (-), mastoid pain (-)
I. Tenggorok
Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
J. Leher
Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak
meningkat
K. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-)
Cor: Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
6/26
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa
abdomen (-), turgor kulit kembali cepat.
M.Urogenital : oedema skrotum (-), phymosis (-)
N. Anorektal :hiperemis (-)
O. Ekstremitas
Akral dingin - - oedema - -
- - - -
Capillary Refill Time= 2 detik, Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat
P. Perhitungan Status Gizi
Secara Antropometris
BB : 74 kg
Umur : 15 tahun
TB : 160 cm
BB : 74 x 100% = 132, 14% %P90< BB/U < P97
U 56
TB : 160 x 100% = 94,11 % TB/U P10
U 170
BB : 74 x 100% = 154,17%
TB 48
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
7/26
(CDC, 2000)
Status gizi secara antropometris : gizibaik.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 25 Agustus 2014 pukul 06.25
Hb : 12,1 g/dL
Hct : 36 %
AE : 5.190.000 /L
AL : 9.900 /L
AT : 357.000 /L
GD : A
MCV : 88,9 / um
MCH : 28,3 pg
MCHC : 33,8 g/dL
Na : 138 mmol/L
K : 4,8 mmol/L
Cl : 102 mmol/L
V. RESUME
Pasien merupakan pasien kontrol di poli RSDM dengan keluhan
kuning sejak sekitar 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam (+) sumer-
sumer, sesak (-), malas menetek (-), menangis kuat (+), gerak aktif (+),
rewel (+), batuk pilek (-). BAK warna seperti teh dengan jumlah banyak.
BAB 2x sehari warna putih seperti dempul. Pasien sehari-hari
mengkonsumsi ASI, tidak menggunakan susu formula.
Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur. Riwayat
perkembangan dan pertumbuhan baik. Riwayat pemeliharaan prenatal
baik. Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia kehamilan 37-38
minggu, pemeliharaan postnatal baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum kompos mentis
dan gizi kesanbaik. Tanda vital Nadi: 100x/menit, RR: 24x/menit, Suhu =
37o
C, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status gizi secara
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
8/26
antropometris (WHO, 2005) : gizi baik. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan, Hb: 12,1 g/dL, Hct: 36 %, AE: 5.190.000 /L, AL: 9.900/L,
AT: 357.000/L, GD: A, MCV: 88,9 / um, MCH: 28,3 pg, MCHC: 33,8
g/dl, Na: 138 mmol/L, K: 4,8 mmol/L, Cl: 102 mmol/L.
VI. DAFTAR MASALAH
1. Ikterik
2. BAK teh
3. BAB putih seperti dempul
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Ikterus e/c dd kolestasis ekstrahepatal
Kolestasis intrahepatal
hemolisis
VIII. DIAGNOSIS KERJA
1.
Kolestasis ekstrahepatal dd atresia bilier
Kolesistitis
Kolelitiasis
Koledokolitiasis
2. Gizi baik
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal GE anak
2. Diet bubur 900 kal/hari
3. ASI/ASB on demand
4. IVFD Asering (200 cc/kgBB/hr) = 1800 cc / hari = 75 cc / jam = 18 tpm
5. Probiotik 2xI sachet
6. Zinc 1x20 mg p.o
7. Oralit 10cc/kgBB = 90 cc tiap mencret, 5cc/kgBB = 45 cc tiap muntah
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
9/26
Monitoring
KU dan VS per jam
Balance cairan per 8 jam
Status hidrasi perjam selama rehidrasi dan per 8 jam setelah terhidrasi
Planning
Feces dan urin rutin
Pemeriksaan lab darah dan elekrolit post rehidrasi
Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya
ASI tetap diberikan
Kontrol teratur
X. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
10/26
Follow Up 4 September 2014
S:Kuning (+) berkurang, BAK (+) banyak, warna kuning jernih
muntah (-), demam (-), BAB (+) warna kuning
O:KU sedang, compos mentis
VS: Nadi: 110x/menit RR: 26x/menit Suhu: 36,8 C
Kepala mesocephal
Mata konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+)
Hidung NCH (-/-), sekret (-/-)
Mulut Mukosa basah (+), sianosis (-)
Thorax Retraksi (-)
Cor Bunyi Jantung I-II normal, reguler, bising (-)
Pulmo Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen Inspeksi: DP//DD
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: Tympani
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba,
Anus Hiperemis (-)
Ekstremitas
Akral dingin - - edema - -
- - - -
Capillary Refill Time< 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Hasil USG 30 Agustus 2014: Kolesistitis
Ass :
1. Kolesistitis
2. Gizi baik
Terapi :
1. ASI/ASB on demand
4. Urdafalk 2 x 12,5 mg per oral
5.
Inj. Vit A 1 x 5000 IU
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
11/26
6.
In. Vit D 1 x 0,25 mg
7. Inj. Vit E 1 x 100 IU
8. Inj. Vit K 1 x 2,5 mg
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
12/26
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis kolesistitis ditegakkan berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Tubuh pasien kuning sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit
2. BAK pasien berwarna seperti teh
3. BAB warna seperti dempul
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan
1.
Kesadaran: tampak sakit sedang, gizi kesan baik
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 100 kali permenit, pengisian cukup,
kuat; frekuensi pernafasan 24 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu
adalah 37C.
3. Kulit kuning (+), sklera ikterik (+/+).
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab darah
Hb : 12,1 g/dL
Hct : 36 %
AE : 5.190.000 /L
AL : 9.900 /L
AT : 357.000 /L
GD : A
MCV : 88,9 / um
MCH : 28,3 pg
MCHC : 33,8 g/dL
Na : 138 mmol/L
K : 4,8 mmol/L
Cl : 102 mmol/L
2. Pemeriksaan USG
Kesimpulan: Kolesistitis
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
13/26
Pengobatan paling rasional untuk kolestasis adalah perbaikan aliran empedu ke
dalam usus. Medikamentosa untuk stimulasi aliran empedu yaitu dengan
pemberian fenobarbital dan kolestiramin, ursodioxy cholic acid (UDCA). Selain
itu perlu terapi suportif, misalnya terapi nutrisi vitamin ADEK:
A 5.00025.000 U/ hr
D30,050,2 g/ kgBB/ hr
E 2550 IU/ kgBB/ hr
K12,55 mg/ 27 x/ minggu
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
14/26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi
atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut
pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5
% daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi
berat yang tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
Faktor lingkungan
Gizi
Kependudukan
Pendidikan
Keadaan sosial ekonomi
Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan
menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
15/26
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga (Irwanto, dkk, 2002).
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalahRotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virusNorwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus,Minirotavirusdan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E.
coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.
Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.
Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,
Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis,
Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura(Irwanto, dkk, 2002).
D. PATOGENESIS
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
16/26
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus
pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V.Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan
dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi
sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan
sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti
dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasifedan Salmonella
dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau
terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
17/26
Parasit
Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
Invasi mukosa.E. histolyticamenyebabkan diare dengan cara menginvasi
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan
ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab
diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari
antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh
ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam
empedu yang merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara
parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya
tetrasiklin, kanamisin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).
E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksinE.colidan V. choleraeatau virus (Rotavirus).
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
18/26
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi berupa larutan hipotonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah
dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal ini meningkatkan volume
tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM
& PLP, 1999).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa
pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi
(Aswitha, dkk, 2000).
F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itusendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam
sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya
terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila
intake makanan kurang.
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
19/26
Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana
bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.
Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan
bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).
G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut :
- Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum
- Promosi pendidikan higiene
-
Pemberian ASI eksklusif
-
Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak
- Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak
- Menggunakan jamban /wc
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
- Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
20/26
-
Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
-
Demam
- Buang air kecil terakhir
- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
-
Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
-
Penggunaan antibiotik
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d.
Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e.
Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa (Subagyo, 2004).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
-
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
21/26
-
Keadaan umum baik baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
b.
Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
-
Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi tau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
-
Turgor buruk
- Akral dingin
-
Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
22/26
Penilaian dehidrasi menurut MTBS
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Dehidrasi berat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda
berikut ini:
Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Dehidrasi ringan/sedang
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang
Tanpa dehidrasi
1. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaaan tinja
- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
23/26
-
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
b.
Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin
darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)
I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:
-
< 1 tahun: 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya.
Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang
berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air
besar.
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
24/26
-
1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB
selama proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3.
Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4.
Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
6.
Vitamin A
-
6 bulan1 tahun : 100.000 IU
- >1 tahun : 200.000 IU
7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare (IDAI, 2004).
Indikasi rawat inap :
Diare akut dengan dehidrasi berat
Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami
dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah
> dari 4 kali sehari (Armon, 2001).
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
25/26
J. PEMANTAUAN
1)
Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,
berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka
dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3
hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3)
Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum
dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010).
7/21/2019 Preskes Kolestasis Dila Muvida Ferika
26/26
DAFTAR PUSTAKA
1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute
diarrhoea management.
2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak.
Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470471.
3.
Ditjen PPM & PLP, 1999.Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
4. IDAI, 2010.Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal :
58-62.
5. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta, hal : 7379.
6. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional
Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
7. WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.