Top Banner
PRESENTASI KASUS PSIKIATRI SKIZOFRENIA PARANOID Disusun Oleh : Rika Hendris 2007730104 Elsya Aprilia 1102010088 M. Afdhal 1102010175 Pembimbing : dr. Agung Frijanto, Sp. KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI – UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA
45

preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Feb 01, 2016

Download

Documents

preskas_tn._bambang_(Autosaved)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

PRESENTASI KASUS PSIKIATRI

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :

Rika Hendris 2007730104

Elsya Aprilia 1102010088

M. Afdhal 1102010175

Pembimbing :

dr. Agung Frijanto, Sp. KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI – UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDER

JAKARTA

2015

Page 2: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS

Nama : Tn. BS

TTL : Jakarta, 13 Agustus 1959

Umur : 56 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Administrasi pelabuhan

Pendidikan : Akademi kelautan

Agama : Islam

Suku : Sunda

Status : Menikah

No. RMK : 01.04.18

Alamat : Jakarta Utara

Tanggal Masuk : 01 Juli 2015

II.RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesa : 8 Juli 2015 (pukul 10.00 WIB)

Alloanamnesa : 7 Juli 2015 (pukul 17.00 WIB)

A. KELUHAN UTAMA

Pasien mencoba melukai diri sendiri.

B. KELUHAN TAMBAHAN

Pasien tidak bisa tidur pada malam hari dan perasaan ingin bunuh diri

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Pasien datang ke rumah sakit jiwa islam klender di bawa oleh istri pasien

dengan keluhan pasien mecoba melukai dirinya sendiri dengan cara membenturkan

kepalanya ke tembok. Keluhan disertai dengan tidak bisa tidur pada malam hari serta

memiliki perasaan bunuh diri. Istri pasien menceritakan bahwa pasien menceritakan

keinginan bunuh dirinya ketika melihat jalan layang yang sedang di bangun.

1

Page 3: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Kemudian pasien berkata bahwa dirinya ingin melompat dari jalan layang yang

sedang dibangun tersebut untuk mengakhiri hidupnya.

Sejak 8 bulan yang lalu pasien memlikiki perasaan curiga berlebih terhadap

rekan kerjanya. Pasien mengatakan bahwa dirinya baru naik pangkat dan merasa

terdapat rekan kerjanya yang tidak suka dengan pasien. Pasien merasakan bahwa

dirinya dibicarakan dan di jelek-jelekan di belakang dirinya. Selain itu, pasien merasa

rekan kerjanya tersebut ingin melaporkan dirinya ke polisi, menjebak serta

memasukkan dirinya ke dalam penjara. Awalnya kecurigaan pasien masih bisa di

kontrol oleh dirinya, sehingga pasien masih bisa bekerja layaknya orang sehat.

Sejak 2 bulan yang lalu kecurigaan pasien semakin bertambah sehingga

diputuskan untuk menjalani rawat jalan di RSIJ Cempaka putih dan di rawat oleh dr.

Metta D, SP. KJ. Pasien mengkonsumsi obat Seroquel, kalxetin, amlodipine, dan

clozaril. Namun sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien terlihat lebih

gelisah, curiga, mencelakakan dirinya dan mengutarakan keinginannya untuk bunuh

diri.

Selain kecurigaan pasien terhadap rekan kerjanya di kantor, pasien juga

mengatakan bahwa dirinya merasa terganggu oleh pertengkaran keluarga anak

pertamanya. Anak pertamanya laki-laki, masih tinggal satu atap dengan pasien sejak

menikah 5 tahun yang lalu. Dikatakan oleh pasien selalu ada pertengkaran antara

anaknya dan pasangannya di rumah tersebut. Pasien merasa kasihan kepada anaknya

dan cucunya yang berusia 4 tahun atas pertengkaran yang terjadi di keluarganya.

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

- Psikiatrik

Dua bulan sebelum dirawat, dikatakan oleh keluarganya, pasien mengalami

perubahan perilaku. Pasien menjadi mudah gelisah, sulit tidur pada malam hari,

menaruh kecurigaan berlebihan terhadap orang lain, sehingga pasien menjalani

rawat jalan di RSIJ Cempaka Putih dan dirawat oleh dr. Metta D, Sp, KJ. Dan

kemudian pasien mengkonsumsi obat Seroquel, kalxetin, amlodipine, dan

clozaril

- Medik

2

Page 4: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Pasien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang

mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Pasien memiliki riwayat

penyakit hipertensi dan riwayat penyakit stroke infark.

- Penggunaan Zat

Pasien mengaku bahwa dirinya tidak merokok. Pasien menyangkal menggunakan

obat-obatan seperti shabu, ganja dan obat-obatan terlarang lainnya. Pasien juga

menyangkal meminum minuman beralkohol.

E. RIWAYAT HIDUP1. Masa prenatal dan perinatal

Menurut keterangan ibu pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam sehat, tidak

pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien

dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan lahir secara normal dibantu oleh bidan.

Pada saat lahir bayi langsung menangis. Pasien merupakan anak yang dikehendaki

orangtuanya. Pasien merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara. Tidak pernah ada

sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang bermakna.

2. Masa kanak-kanak dini/awal (s/d 3 tahun)

Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 1 tahun. Tidak

ada cacat bawaan yang ditemukan. Perkembangan fisik pasien cukup baik, pola

perkembangan motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang

normal. Pasien dapat berjalan saat berusia 1 tahun dan tidak pernah ada

keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti membenturkan

kepala atau menghisap jari.

3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Ibu pasien mengatakan pasien mulai belajar untuk ke kamar mandi sendiri pada

usia 4 tahun. Pasien mulai masuk TK saat usia 5 tahun. Menurut penuturan ibu

kandung pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara keseluruhan

pasien adalah anak yang periang, baik dan memiliki banyak teman. Pasien mulai

masuk sekolah dasar (SD) ketika berusia 6 tahun. Semasa SD, pasien dinilai tidak

banyak bertingkah laku buruk di sekolah. Menurut kakak pasien, pasien tidak

3

Page 5: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

pernah terlibat perkelahian dengan temannya di sekolah. Pasien menyelesaikan

sekolah dasarnya selama enam tahun.

4. Masa remaja

- Hubungan sosial

Pasien merupakan anak yang periang, memiliki banyak teman, dan ia

sering berinteraksi dengan tetangga ataupun teman-temannya di sekolah.

- Riwayat pendidikan

Pasien dapat menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama

(SMP) nya dengan baik. Pasien kemudian melanjutkannya ke Akademi

Kelautan yang diselesaikannya dengan baik juga. Pasien tidak pernah

mengikuti pendidikan non-formal.

5. Masa dewasa

Hubungan pasien dengan keluarganya renggang. Pasien juga menjadi jarang

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

o Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja di pelabuhan.

o Riwayat Kehidupan Beragama

Pasien mengaku beragama Islam. Pasien tumbuh dalam lingkungan

beragama Islam, sejak kecil pasien sudah diajarkan agama oleh kedua

orangtuanya dan pasien tidak pernah lupa menjalankan perintah agama.

o Riwayat Kehidupan Perkawinan

Pasien sudah menikah dan memiliki 2 anak laki-laki serta 1 cucu

perempuan.

o Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak

pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat

dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum

F. RIWAYAT KELUARGA

4

Page 6: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Keterangan :

Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Sejak lahir pasien tinggal

bersama orang tua nya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan yang serupa.

G. SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG

Saat ini pasien tinggal bersama istri dan kedua anak laki-lakinya, selain itu pasien

tinggal bersama menantu dan cucunya.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh sedang,

berkulit sawo matang, barambut hitam, pada saat wawancara pasien mengenakan

baju kaos berwarna hijau, memakai celana pendek motif loreng dan tidak memakai

alas kaki. Pasien membawa handuk berwarna orange berukuran sedang.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Sebelum wawancara, pasien tampak gelisah dan tidak tenang sedang berkeliling

ruangan tengah dan kamarnya. Selama wawancara, pasien masih gelisah sambal

sesekali mengelapkan handuknya ke wajah dan badannya, kontak mata cukup,

bicara volume cukup, gelisah dalam merespon pertanyaan. Pasien menjawab

pertanyaan yang diajukan dengan cukup baik dengan seseakali berhenti untuk

istirahat sejenak namun kembali gelisah berjalan-jalan dan harus selalu

5

Page 7: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

menggerakkan kakinya. Selama wawancara pasien cukup kooperatif dalam

menjawab pertanyaan. Setelah wawancara, pasien kembali berkeliling bangsal

laki-laki, dengan sesekali berbicara dengan pasien lainnya.

6

Page 8: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

3. Pembicaraan

- Irama : Tidak teratur

- Kecepatan : Sedang

- Volume : Normal

- Kelancaran : Lancar

4. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien bersikap cukup kooperatif dan cukup sopan terhadap pemeriksa.

B. KEADAAN AFEKTIF

1. Mood : Hipertimia

2. Afek : Menyempit

3. Keserasian : TIdak serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi

- Auditorik : Ada

- Visual : Tidak ada

- Taktil : Tidak ada

- Olfaktorik : Tidak ada

- Gustatorik : Tidak ada

2. Ilusi : Ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

D. GANGGUAN PIKIRAN

1. Proses pikir

a. Kontinuitas

- Blocking : Ada

- Asosiasi longgar : Tidak ada

- Inkoheren : TIdak ada

- Flight of idea : Tidak ada

- Sirkumstansia : Tidak ada

- Tangensial : TIdak ada

- Neologisme : Tidak ada

7

Page 9: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

- Word salad : Tidak ada

b. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi pikir

a. Preokupasi : Ada

b. Waham

Waham bizarre : Tidak ada

Waham sistematik : Tidak ada

Waham nihilistic : Tidak ada

Waham paranoid : Ada

- Waham kebesaran : Tidak ada

- Waham kejaran : Ada

- Waham rujukan : Ada

- Waham dikendalikan : Tidak ada

o Thought withdrawal : Tidak ada

o Thought insertion : Tidak ada

o Thought broadcasting : Tidak ada

o Thought control : Tidak ada

Waham cemburu : Tidak ada

Erotomania : Tidak ada

c. Obsesi : Tidak ada

d. Kompulsif : Tidak ada

e. Fobia

Fobia spesifik : Tidak ada

Fobia sosial : Tidak ada

Akrofobia : Tidak ada

Agoraphobia : Tidak ada

Klaustrofobia : Tidak ada

Aiirufobia : Tidak ada

Zoofobia : Tidak ada

Xenophobia : Tidak ada

8

Page 10: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

E. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)

2. Orientasi : Baik

a. Waktu baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di

wawancara).

b. Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, Negara Indonesia, kota jakarta, serta

ruangan perawatannya).

c. Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda

dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).

3. Konsentrasi : Baik

a. Daya ingat.

Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang

merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara

ajukan).

Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu

sarapan tadi pagi).

Daya ingat sedang baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk

ke RSJI-Klender)

Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat

sekolah pasien ketika SD, SMP, dan SMA)

b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.

1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien

yaitu : Semarang, Jakarta, dan Bandung

2. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa “buah tangan”)

F. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial: baik.

o Pasien dapat menyebutkan beberapa nama-nama pasien selama pasien dirawat.

2. Uji daya nilai : Baik.

o Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien

yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.

9

Page 11: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

G. Reality Test Ability (RTA)

Terganggu

H. Tilikan

Tilikan derajat 3

I. Taraf dapat Dipercaya

o Dapat dipercaya.

Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang

sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh istrinya.

IV. STATUS FISIK

1. Status generalis

Keadaan umum : Tampak sehat

Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)

Tanda vital

- Tekanan darah : 130/80 mmhg

- Suhu : 36,5 °c

- Nadi : 92 x/menit

- Pernafasan : 22 x/menit

Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut

Thorax : Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-

Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar lembut NT-/- NL -/-

Ekstermitas : Akral hangat, tidak ada edema

2. Status Neurologis

Tanda rangsang meningeal : Tidak ada

Mata :

Gerakan baik : Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)

Persepsi : Baik

Bentuk Pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor, diameter ±2 mm

Rangsang Cahaya : +/+

Motorik

o Tonus : Baik

10

Page 12: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

o Turgor : Baik

o Kekuatan : Baik

o Koordinator : kurang

o Refleksi : Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. Riwayat Psikiatri

a. Pada siang hari pasien tidak bisa tenang, dan sulit tidur pada malam hari.

b. Mendengar bisikan-bisikan yang berkomentar buruk tentang dirinya.

(halusinasi auditorik)

c. Pasien selalu berpikir bahwa teman-teman sekantornya bersekongkol

untuk menjebak dirinya. (waham rujukan)

d. Pasien selalu berpikir bahwa teman-teman sekantornya menaruh iri hati

karena pasien baru naik jabatan. (waham rujukan)

e. Pasien tidak mampu untuk duduk diam dan sering berubah posisi ketika

sedang duduk, pasien juga sering jalan ditempat, kaki tidak bisa diam dan

pasien merasa gelisah.

f. Pasien mengatakan pernah berpikir untuk bunuh diri.

2. Status mental

O Kesadaran : Compos mentis

O Mood : Hipertima

O Afek : Menyempit

O Keserasian : Tidak serasi

O Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik

O Gangguan isi pikir : Waham rujukan

O RTA (Reality testing ability) : Terganggu

O Tilikan : Derajat 3

O Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Ditemukannya distress antara lain:

1. Curiga tanpa sebab pasti,

11

Page 13: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Hal ini disebabkan adanya hendaya yang berat pada jiwa seseorang. Gangguan Isi

pikiran berupa halusinasi dan waham, emosi yang sulit dikontrol dan mudah marah

sehingga mengakibatkan perilaku mengamuk tanpa sebab RTA terganggu. Hal

ini identik dengan gejala Psikotik. Sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) adanya tanda dan gejala ini

masuk ke dalam Skizofrenia Paranoid.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Axis I

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut maka kasus ini digolongkan ke

dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai Gangguan

Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental dan Perilaku ini

dapat digolongkan Gangguan Schizofrenia Paranoid sesuai dengan tabel kriteria

diagnosis sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Schizofrenia

Kriteria Diagnosis Hasil

1. Harus ada satu gejala berikut yang amat jelas:

a.Thought echo, thought insertion or thought

withdrawal, thought broadcasting.

b.Delusion of control, delusion of influence, delusion of

pasivity, delusional perseption.

c.Halusinasi auditorik

d.Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap

penduduk setempat dianggap tidak wajar atau

mustahil.

Tidak Ada

Tidak ada

Ada

Tidak Ada

2.) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang

harus selalu ada secara jelas:

12

Page 14: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.

Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan

yang berakibat inkoherensi atau neologisme.

Perilaku katatonik

Gejala-gejala negatif.

3.) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas

berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau

lebih.

4.) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan

bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa

aspek perilaku pribadi.

Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Terpenuhi

Ada

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Schizofrenia Paranoid

Kriteria Diagnosis Hasil

1.) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2.) Sebagai tambahan :

A. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.

a.Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa

bentuk verbal berupa pluit, mendengung, atau bunyi

tawa.

Terpenuhi

Ada

13

Page 15: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

b.Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau

bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh;

halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;

c.Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi

waham dikendalikan (delusion of control),

dipengaruhi (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang

paling khas.

B.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan

pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak

nyata/tidak menonjol.

Tidak Ada

Ada

Terpenuhi

2. Aksis II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)

Berdasarkan auto dan allo-anamnesis, pasien menderita gangguan cemas menghindar

F60.6 Gangguan kepibadian cemas menghindar

Pedoman diagnostic :

-Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri :

a) Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive;

b) Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain;

c) Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social;

d) Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai;

e) Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik;

f) Menghindari aktivitas social atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal

karena takut ditolak, di kritik, dan tidak didukung.

-Untuk diagnosis dibutuhkan minimal 3 dari diatas

Pada pasien memenuhi poin a, c, dan e.

3. Aksis III (Kondisi Medik Umum)

Stroke, Hypertensi, dan Parkinson.

14

Page 16: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

4. Aksis IV (Problem psikososial dan lingkungan)

Pasien memiliki masalah keluarga (anak pasien sering bertengkar dengan

pasangannya dirumah). Pasien memiliki masalah pekerjaan.

5. Aksis V (Penilaian Fungsi secara Global)

GAF current : 40-31

GAF 1 tahun terakhir : 70-61

VIII. DAFTAR MASALAH

Organobiologik : Ditemukan kelainan organik atau fisik

Psikologik : Waham rujukan, gangguan persepsi (halusinasi auditorik)

Sosiobudaya : Tidak ada penarikan diri dari sosiobudaya

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

Seroquel

Kalxetin

Amlodipin

b. Psikoterapi

Ventilasi : supaya pasien bisa menceritakan masalahnya yang dihadapi

sekarang.

Persuasi : tenangkan pasien secara masuk akal tentang gejala-gelaja

penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan dan

sikapnya terhadap masalah.

Sugesti : Menanamkan perasaan percaya kepada pasien bahawa gejala-

gejala itu akan hilang.

Reassurance : Meyakinkan kembali kemampuan pasien dengan

menunjukkan hasil pencapaian pasien.

Bimbingan : membimbing dengan cara praktis hubungan antar manusia

serta cara berkomunikasi.

Penyuluhan/konseling : membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara

lebih baik, supaya dapat mengatasi permasalahannya dan dapat

menyesuaikan diri, menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi

15

Page 17: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

bila pasien tidak teratur minum obat. Konseling juga diberikan kepada

oqdan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhan pasien.

Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau

pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam

kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat

beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.

Religi : Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat,

puasa, dan berdzikir.

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad malam

o Faktor yang memperberat :

Onset tua

Onset kronik

Permasalahan anak dalam keluarga

o Faktor yang memperingan :

Faktor pencetus yang jelas

Riwayat sosial, pekerjaan dan premorbid yang baik

Gejala positif

Menikah

Ekonomi baik

Tidak ada riwayat keluarga.

16

Page 18: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan

kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam

kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi,

gangguan persepsi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk

di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka. Gangguan skizoprenia ini terdapat pada

semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-

kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada

usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul

dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka

menyendiri yang mengalami stress.

Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. Tipe ini paling stabil

dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai

wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama, mungkin agresif, marah,

atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku disorganisasi.

B. Etiologi

Etiologi Skizofrenia paranoid pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya.

Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:

1. Faktor Biologis

- Anatomi

Gangguan psikotik dapat terjadi jika terdapat gangguan- gangguan

pada otak. Otak pada manusia terdiri dari empat lobus (lobus frontalis,

temporalis, parietalis dan osipitalis) yang mempunyai fungsinya masing-

masing. 4

Adanya gangguan pada lobus frontalis dapat menyebabkan perubahan

aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian, dan emosi

yang tidak stabil dan superficial. 4

Fungsi utama dari lobus frontalis adalah bahasa ingatan, dan emosi.

Lesi pada lobus ini akan menyebabkan fungsi terganggu. Contoh afek pada

17

Page 19: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

gangguan lobus temporalis adalah afasia, amnesia agnosia dan dapat pula

terjadi gangguan psikosensorik seperti halusinasi dan ilusi. 4

Pada lobus parietalis, efek gangguan yang dapat dilihat misalnya

afasia, kesulitan menghitung atau menulis.

Lobus osipitalis merupakan lobus sensoris utama untuk input visual, dan

lesi pada lobus tersebut menyebabkan berbagai gejala visual seperti

aleksia, agnosia warna dan halusinasi. 4

- Neurotransmitter

Terdapat hipotesis Dopamin yang menyatakan bahwa gangguan

psikotik yang terjadi pada seseorang diakibatkan oleh karena adanya

overaktivitas pada jalur- jalur tersebut:

a. Mesolimbik dopamine pathways

Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral di

batang otak yang melepaskan dopamin ke nukleus akumben di daerah

limbik. Sistem ini mengatur jalur imbalan dan proses emosional dan

berhubungan dengan gejala positif skizofrenia. 1

b. Mesokortikal dopamine pathways

Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral dan

substansia nigra. Neuron daerah ventral tegmental disertakan dalam

rilis sistem dopamin mesocortical ke korteks prefrontal dan mengatur

daerah yang terlibat dalam proses kognitif (yaitu korteks prefrontal

dorsal lateral yang mengatur fungsi eksekutif). Neuron di substansia

nigra dopamin dirilis ke ganglia basal dan mengatur daerah- daerah

yang terlibat dengan kontrol motorik. Sistem mesokortikal dikaitkan

dengan gejala- gejala negatif skizofrenia. 5

2. Faktor Genetik

Walaupun sekurangnya gangguan mental yang utama (seperti

skizofrenia, gangguan bipolar dan gangguan panik) mempunyai komponen

genetika dalam penyebabnya, sedikit yang diketahui tentang apa yang

terkandung dalam komponen genetika dan bagaimana komponen genetika

berinteraksi dengan faktor lingkungan untuk menghasilkan perkembangan

gangguan mental pada orang tertentu. 1

Menurut Teori Kerentanan Genetika, tidak banyak gangguan psikiatrik

yang kemungkinan disebabkan oleh gen tunggal. Lebih tepat, gen multipel

18

Page 20: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

kemungkinan berperan dalam perkembangan penyakit mental pada diri

seseorang. Gen yang rentan adalah gen yang meningkatkan resiko di mana

seseorang dengan gen tersebut akan mempunyai gangguan tertentu.

Adanya gen rentan tambahan atau kerja variabel lingkungan mungkin

diperlukan untuk perkembangan gangguan. 1

3. Faktor Psikososial

Peranan faktor psikologis dan faktor sosial juga mengambil andil

dalam terbentuknya gangguan psikotik dalam diri seseorang. Contohnya

seperti deprivasi (ketidakperolehan) biologis atau psikologis saat masa

pertumbuhan, pola keluarga yang patogenik, kestabilan keluarga, tingkatan

ekonomi, dan diskriminasi pada kelompok minoritas. 1,6

C. Epidemiologi dan Faktor Risiko

Skizofrenia mengenai sekitar 1% populasi pada semua suku dan jenis kelamin.1

Sumber lain mengatakan prevalensi skizofrenia adalah 7,2 kasus setiap 1000 penduduk.

Sebenarnya insidensi skizofrenia relatif rendah, yaitu 15,2 kasus setiap 100.000

penduduk, namun kasus tersebut bersifat kronik sehingga menghasilkan prevalensi yang

tinggi.2 Umumnya laki-laki memiliki onset yang lebih cepat yaitu pada sekitar usia 20

tahun, sedangkan wanita umumnya memiliki onset 20-30 tahun.

D. Patofisiologi

Teori yang muncul berkenaan dengan patofisiologi skizofrenia adalah skizofrenia

muncul akibat aktivitas dopamin yang yang tinggi di dalam otak. Teori ini muncul

melalui dua observasi. Pertama, efektivitas dan potensi dari berbagai obat antipsikotik

(dopamine receptor antagonists) berhubungan dengan aktivitas antagonisnya terhadap

reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik

seperti kokain dan amfetamin, bersifat psikotomimetik.1Bagian otak yang terlibat dalam

aktivitas ini adalah jalur mesokortikal dan mesolimbik. Peningkatan aktivitas dopamin

pada jalur mesolimbikakan meningkatkan risiko timbulnya gejala positif dari skizofrenia.

Penurunan aktivitas dopamin pada jalur mesokortikal akan meningkatkan risiko

timbulnya gejala negatif dari skizofrenia.4

Hasil di atas juga didukung oleh temuan-temuan pada penelitian selanjutnya.

Pasien dengan skizofrenia memiliki beberapa kelainan pada otak, yaitu pembesaran

ventrikel yang menyebabkan penurunan volume otak dan substansia grisea korteks.

19

Page 21: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Daerah seperti lobus frontal, amigdala, dan lobus temporalis medialis, cingulate gyrus,

dan superior temporal gyrus mengalami penurunan volume. Kondisi ini akhirnya

menyebabkan kelainan aktivitas pada daerah tersebut yang menyebabkan timbulnya

gejala-gejala dalam skizofrenia. Melalui pemeriksaan positive emission tomography

(PET), juga dapat diketahui penurunan aliran darah pada daerah frontal, talamus, dan

serebellum pada pasien dengan skizofrenia. Penurunan aktivitas pada daerah prefrontal

dihubungkan dengan penurunan aktivitas dopamin pada daerah tersebut.3

E. Manifestasi klinis

Secara garis besar, manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi dalam tiga bagian

besar, yaitu:

1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi.5 Gejala-gejala positif yang dapat

muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of control, delusion of influence,

delusion of passivity, dan delusion of perception. Halusinasi dapat muncul pada

berbagai indera, seperti taktil, olfaktorik, gustatorik, atau visual, namun auditori adalah

halusinasi yang paling sering muncul.2

2. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam hal bicara dan

tingkah laku.5 Dalam bicara, disorganisasi yang timbul dapat berupa asosiasi longgar

sampai bentuk paling parah berupa word salad. Dalam tingkah laku, disorganisasi

muncul sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan

makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa perilaku seperti anak-anak

dan agitasi yang tidak terduga.1

3. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri sendiri,

kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.5

Kriteria diagnosis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya menggunakan

pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia.

Kriteria tersebut adalah sebagai berikut

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas.

a. - Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang dalam

kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya

berbeda.

- Thought insertion: isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam

pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.

20

Page 22: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

-Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

mengetahuinya.

b. - Delusion of control : waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh sesuatu

dari luar dirinya.

- Delusion of influence: waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu

kekuatan dari luar.

- Delusion of passivity: waham tentang dirinya yang pasrah dan tidak berdaya

terhadap suatu kekuatan dari luar.

- Delusional perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.

c. Halusinasi auditorik

d. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya berkaitan dengan masalah agama

atau politik tertentu atau kekuatan diatas kemampuan manusia biasa.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang menetap

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme.

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu

(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.

d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emosional yang tumpul atau tidak

wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh

depresi.

Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau

lebih.

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi pada hilangnya

minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri secara sosial.

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala  non

spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset

21

Page 23: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial,

fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.  Perubahan perubahan ini akan

mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan

“orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk

prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu

datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat

hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan

diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi

gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada

ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa

gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,

konsentrasi, hubungan sosial).3 Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan

gejala yang khas, antara lain;

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau

senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu

kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,

berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri

secara ekstrim dari hubungan sosial.

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,

kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan

untuk menjangkau layanan kesehatan.

Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan

kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran

berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan

kerja, stigmatisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan

mendapatkan pekerjaan.

22

Page 24: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali

diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa

malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan,

rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,

ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

F. Diferensial diagnosis

Pasien dengan penyalahgunaan zat dapat datang dengan gejala yang mirip dengan

skizofrenia, sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan bila pasien sedang

aktif menyalahgunakan zat. Pasien dengan depresi berat atau gangguan bipolar juga dapat

datang dengan gangguan psikotik, namun diagnosis dari gangguan mood selalu

diutamakan daripada diagnosis skizofrenia. Delirium juga memiliki gejala seperti

skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Perbedaan mendasar dari kedua hal tersebut

adalah onset penyakit. Delirium memiliki onset yang lebih cepat daripada skizofrenia.

Selain itu, apabila disertai penyakit penyerta, diagnosis delirium lebih diutamakan

daripada skizofrenia.

G. Penatalaksanaan

1. Terapi Somatik (Medikamentosa)

----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang

terjadi pada Skizofrenia. Os mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik

sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok

bagi pasien . Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan

terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3

kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional,

newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).4

2. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional

antara lain :

1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)

23

Page 25: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada

os yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan

antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli

merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua,

bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat

diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu

(disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan

terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot

formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.5

3. Newer Atypcal Antipsycotic

--- -Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan

antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

4. Risperdal (risperidone)

5. Seroquel (quetiapine)

6. Zyprexa (olanzapine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien dengan

Skizofrenia.

c. Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal

yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% osyang tidak merespon (berhasil)

dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek

samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),

Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan

infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel

darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila

paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

24

Page 26: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai

dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila

perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)

diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

minggu) stop

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,

sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin

masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek

samping Ekstra Piramidal (EEP). Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat

menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang

menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya

dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer

atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,

dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini

membutuhkan penanganan yang segera.

4. Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,

dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau

25

Page 27: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa.

Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara

lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorientasi-keluarga

----Terapi ini sangat berguna karena osskizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan remisi parsial, dimana osskizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat

dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses

pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam

cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk

melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut

berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang

keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan osmengerti

skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah

menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam

penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan

tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,

terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi osskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya

dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi osskizofrenia.

d. Psikoterapi individual

----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan

skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek

terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi osskizofrenia

adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien . Pengalaman

tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli

terapi dan pasien , dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien .

----Hubungan antara dokter dan osadalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan osnon-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan,

osskizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan

26

Page 28: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang

mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,

kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai

daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan

diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan

kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

H. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan oskarena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat

kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

antara osdan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang

dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga

mengajarkan osdan pengasuh serta keluarga ostentang skizofrenia.

----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada osdan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit osdan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,

perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah

sakit harus diarahkan untuk mengikat osdengan fasilitas perawatan termasuk keluarga

pasien . Pusat perawatan dan kunjungan keluarga oskadang membantu osdalam

memperbaiki kualitas hidup.

I. Prognosis

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,

prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% os dapat

kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal

(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan

perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya,

ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif

kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis

skizofrenia

1. Keluarga 

27

Page 29: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari

keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami

Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. Inteligensi

Pada umumnya osSkizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi

akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya

rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

os(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah

fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai

dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien

skizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap

obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak

bereaksi terhadap pemberian obat.

5. Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan

mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat

diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor

datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir

maka prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan

sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang

sangat besar terhadap kesembuhan.

8. Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang

lebih baik.

28

Page 30: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

9. Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional)

mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk

tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal

prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase

residual.

11. Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih.

Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

29

Prognosis Baik Prognosis Buruk

·Onset lambat

·Faktor pencetus yang jelas

·Onset akut

·Riwayat sosial, seksual dan

pekerjaan premorbid

yang baik

·Gejala gangguan mood

(terutama gangguan

depresif)

·Menikah

·Riwayat keluarga

gangguan mood

·Sistem pendukung yang

baik

·Gejala positif

·Onset muda

·Tidak ada faktor pencetus

·Onset tidak jelas

·Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid

yang buruk

·Prilaku menarik diri atau autistik

·Tidak menikah, bercerai atau janda/

duda

·Sistem pendukung yang buruk

·Gejala negatif

·Tanda dan gejala neurologist

·Riwayat trauma perinatal

·Tidak ada remisi dalam 3 tahun

·Banyak relaps

·Riwayat penyerangan

Page 31: preskas_tn._bambang_(Autosaved)

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh

Jaya;2003.p.46-51.

2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh

Jaya;2003.p.46-51.

4. Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.

5. Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral

Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke – 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams &

Wilkins.

6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

30