BAB I PENDAHULUAN Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat dan berakhir pada kegagalan beberapa fungsi organ yang disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Keadaan yang paling sering menyebabkan syok hipovelemik adalah akibat kehilangan darah dalam kurun waktu yang cepat (syok hemoragik) seperti kehilangan darah akibat suatu trauma tajam atau perdarahan gastrointestinal yang berat. Prioritas pada penatalaksanaan pasien dengan syok hipovolemik adalah untuk memastikan adekuasi ventilasi dan oksigenasi, mengendalikan perdarahan, dan mengembalikan perfusi ke organ-organ vital. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi perdarahan dan melakukan resusitasi untuk menggantikan kehilangan cairan (darah) yang telah terjadi. Komplikasi syok dapat menyebabkan berbagai masalah mulai dari depresi sistem kardiorespirasi, gangguan koagulasi, gangguan sistem imun, dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu, diperlukan pemahaman yang baik mengenai penanganan syok hipovolemik. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat dan berakhir pada kegagalan beberapa fungsi
organ yang disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat
pada perfusi yang tidak adekuat. Keadaan yang paling sering menyebabkan syok
hipovelemik adalah akibat kehilangan darah dalam kurun waktu yang cepat (syok
hemoragik) seperti kehilangan darah akibat suatu trauma tajam atau perdarahan
gastrointestinal yang berat.
Prioritas pada penatalaksanaan pasien dengan syok
hipovolemik adalah untuk memastikan adekuasi ventilasi dan
oksigenasi, mengendalikan perdarahan, dan mengembalikan
perfusi ke organ-organ vital. Berbagai cara dilakukan untuk
mengatasi perdarahan dan melakukan resusitasi untuk
menggantikan kehilangan cairan (darah) yang telah terjadi.
Komplikasi syok dapat menyebabkan berbagai masalah
mulai dari depresi sistem kardiorespirasi, gangguan koagulasi,
gangguan sistem imun, dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Untuk itu, diperlukan pemahaman yang baik
mengenai penanganan syok hipovolemik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah terganggunya system sirkulasi akibat dari
volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat terjadi akibat
perdarahan yang massif atau kehilangan plasma darah.
2.2 Etiologi Syok Hipovolemik
Penyebab tersering syok hipovolemik adalah kehilangan darah akibat
trauma termasuk kehilangan darah selama atau setelah pembedahan. Trauma yang
dimaksud dapat berupa trauma tajam (Penetrating Trauma) seperti fraktur pelvis
atau fraktur femur dan trauma tumpul seperti trauma tumpul abdomen (ruptur
hepar, spleen, dan perforasi organ berongga) maupun trauma tumpul dada (seperti
pneumothorax, hemothorax atau hemopericardium dan temponade). Ruptur
anuerisme aorta dan perdarahan gastrointestinal merupakan penyebab kedua
tersering dari syok hipovolemik.
Penyebab syok hipovolemik non –trauma termasuk diabetes mellitus yang
tidak terkontrol dan insufisiensi akut korteks adrenal yang menyebabkan
kehilangan cairan tubuh yang banyak melalui ginjal. Mual muntah hebat, diare,
dan luka bakar dapat menimbulkan kehilangan cairan plasma. Berikut adalah
tabel yang menggambarkan penyebab syok hipovolemik.
Tabel 2.1 Penyebab syok hipovolemik
Causes of Hypovolemic ShockLoss of Blood Internally- rupture of vessels, spleen,
liver, extrauterine pregnancyExternally- Trauma, gastrointestinal, pulmonary,renal blood loss
Loss of Plasma Burn Wound, gastrointestinal losses (diarrhea, ileus, pancreatitis)
Loss of Fluids and Electrolytes Gastrointestinal and renal losses (uncontrolled diabetes mellitus, adrenocortical insufficiency)
2
Terkadang hemoptisis masif yang timbul akibat dari suatu tumor,
tuberculosis, infeksi jamur atau bronkietasis dapat menjadi penyebab syok
hipovolemik. Kehilangan darah merupakan penyebab yang esensial dari syok
hipovolemik namun trauma itu sendiri menyebabkan pelepasan dari mediator
inflamasi yang menyebabkan perburukan syok.
2.3 Patofisiologi Syok Hipovolemik
Tubuh manusia merespon perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem
fisiologi utama yaitu sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem
neuroendokrin.
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan
akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (melalui
pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada
sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang
selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah.
Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan
darah dan menjadi bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan
pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke
otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hipovolemik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi
angiotensin II di paru-paru dan hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama,
yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hipovolemik, yaitu
vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari
3
korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan
akhirnya akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hipovolemik dengan
peningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari
glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
(dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang
dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan
peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus
kolektivus, dan lengkung Henle.
Patofisiologi dari syok hipovolemik telah tercakup dalam mekanisme
diatas. Mekanisme yang rumit tersebut efektif dalam memenuhi perfusi organ
vital pada kehilangan darah yang berat. Tanpa resusitasi cairan dan darah dan atau
koreksi pada keadaan patologi yang mendasari perdarahan akan mengakibatkan
berkurangnya perfusi jantung, dan kegagalan berbagai organ akan segera terjadi.
2.4 Manifestasi klinis Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik membutuhkan diagnosa dini untuk mencegah
keterlambatan terapi. Resusitasi cairan intravena harus segera diberikan dengan
kanul besar. Perjalanan klinis pasien dengan syok hipovolemik ditentukan oleh
penyebab syok tersebut. Pasien dapat mengeluhkan haus, diaphoresis, dan nafas
yang pendek dan dangkal. Kesadaran umumnya tidak terganggu kecuali pada
syok berat pasien dapat menjadi apatis.
Diagnosa klinis untuk syok yaitu hipotensi dan gejala klinis dari iskemia
organ. Tanda klinis pasien syok dapat dikenali dari penurunan tekanan darah
sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan darah lebih dari 40 mmHg dibawah
presyok level dengan nadi yang lemah. Pada syok hipovolemik dapat ditandai
dengan orthostatik hipotensi, postural dizziness, takikardi dan hipotensi adalah
gejala dan tanda awal dari syok hipovolemik. Gejala lainnya yang dapat timbul
yaitu mukosa membrane yang kering, penurunan turgor kulit, takipneu, oliguria,
sianosis perifer, supine hipotensi dan gejala klinis lainnya yang mungkin timbul
tidak mempunyai nilai diagnostik bermakna. Tingkat keparahan pada syok
hipovolemik akibat perdarahan dapat dikelompokkan berdasarkan tanda dan
gejala klinis seperti yang tertera pada tabel sebagai berikut.
4
Table 2.2 Clinical classes of severity of Hypovolemic shock after hemorrhage
Class I Class II Class III Class IVBlood lossmL%
<750<15%
750-150015-30%
>1500-2000>30-40%
>2000> 40%
Heart Rate (beat/min)
<100 >100 >120 >140
Systolic blood pressure
Normal Normal Decreased Decreased
Pulse pressure
Normal Decreased Decreased Decreased
Capillary refill time
Delayed Delayed Delayed Delayed
Respiratory rate/min
14-20 20-30 30-40 >35
Urine output (ml/h)
>30 20-30 5-15 <5
Mental Status
Slightly anxious
Anxious Confused Confused and lethargic
2.5 Diagnosis Syok Hipovolemik
1. Anamnesa
Riwayat penyakit penting untuk menentukan penyebab dan untuk
penanganan langsung. Syok hipovolemik akibat kehilangan darah dari luar
biasanya nyata dan mudah didiagnosis. Perdarahan dalam kemungkinan tidak
nyata, biasanya pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan
status mental. Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan menggali
beberapa informasi lain akan memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu
misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi kendaraan, atau gangguan
kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan
napas, pernapasan, dan sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara
bersamaan. Sistem sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda-tanda dan gejala –
gejala syok. Jangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik sebagai
indikator utama syok; hal ini menyebabkan diagnosis lambat. Mekanisme
kompensasi mencegah penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan hingga
5
pasien kehilangan 30% dari volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan,
dan perfusi kulit lebih diperhatikan. Juga, pasien yang mengkonsumsi beta bloker
mungkin tidak mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat syoknya.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: