Presentasi Ke- Presentasi Ke- 5 5 Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA MA Membahas tentang Membahas tentang pengertian al-Quran pengertian al-Quran dan sunnah, dan sunnah, pembagiannya, hukum- pembagiannya, hukum- hukum yang terkandung hukum yang terkandung dalam al-Quran, dalam al-Quran, fungsi sunnah fungsi sunnah terhadap ayat-ayat terhadap ayat-ayat hukum. hukum. S S UMBER UMBER D D AN AN D D ALIL ALIL H H UKUM UKUM Y Y ANG ANG D D ISEPAKATI: ISEPAKATI: AL- AL- Q Q URAN URAN D D AN AN S S UNNAH UNNAH
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Membahas tentang Membahas tentang pengertian al-Quran dan pengertian al-Quran dan sunnah, pembagiannya, sunnah, pembagiannya,
hukum-hukum yang hukum-hukum yang terkandung dalam al-Quran, terkandung dalam al-Quran,
fungsi sunnah terhadap ayat-fungsi sunnah terhadap ayat-ayat hukum.ayat hukum.
SSUMBER UMBER DDANANDDALIL ALIL HHUKUM UKUM YYANG ANG DDISEPAKATI: ISEPAKATI: AL-AL-QQURAN URAN DDAN AN SSUNNAHUNNAH
Definisi Dalil & al-QuranDEFINISI DALIL
Secara bahasa adalah “yang menunjukkan terhadap sesuatu”. Dalil diartikan pula dengan ما ما
وإرشاد داللة وإرشاد فيه داللة artinya perkara yang di فيهdalamnya terdapat petunjuk. Ulama Ushul mendefinisikan dalil dengan istilahالعلم الى فيه النظر بصحيح يتوص�ل ان يمكن العلم الذي الى فيه النظر بصحيح يتوص�ل ان يمكن الذي
خبري خبري بمطلوب artinya sesuatu yang dengan بمطلوبpenelaahan yang shahih bisa menghantarkan kepada pengetahuan terhadap mathlub khabari (hukum suatu perkara yang sedang dicari status hukumnya).
TA’RIF AL-QURANbentuk mashdar dari fi’il madhi qara`a yang berarti bacaan. Menurut istilah Ushul Fiqh, al-Quran berarti kalam (perkataan) Allah yang diturunkan-Nya dengan perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw dengan bahasa Arab serta dianggap beribadah membacanya.
Presented by Marhamah Saleh
Informasi tentang al-QuranInformasi tentang al-Quran
Mulai diturunkan di Mekkah, tepatnya di Gua Hira` pada tahun 611 M., dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M. dalam rentang waktu 22 tahun lebih beberapa bulan.Al-Quran turun secara berangsur-angsur, tidak secara sekaligus. Mengapa? Untuk menguatkan hati (menghujamkan makna serta hukum-hukumnya) dan mentartilkan al-Quran, seperti dikisahkan dalam al-Quran surat al-Furqan ayat 32ل0ن/ث+ب-ت+ ك+ذ+ل0ك+ د+ة3 و+اح0 ل+ة3 م7 ج/ آن/ ر7 ال7ق/ ع+ل+ي7ه0 ل+ ن/ز- ل+و7ال وا ر/ ك+ف+ ال@ذ0ين+ ال+ ل0ن/ث+ب-ت+ و+ق+ ك+ذ+ل0ك+ د+ة3 و+اح0 ل+ة3 م7 ج/ آن/ ر7 ال7ق/ ع+ل+ي7ه0 ل+ ن/ز- ل+و7ال وا ر/ ك+ف+ ال@ذ0ين+ ال+ و+ق+
ت0يال ت+ر7 ت@ل7ن+اه/ ر+ و+ اد+ك+ ؤ+ ف/ ت0يال ب0ه0 ت+ر7 ت@ل7ن+اه/ ر+ و+ اد+ك+ ؤ+ ف/ ب0ه0Ayat pertama ditunkan adalah ayat 1 sampai 5 dari Surat al-’Alaq. Sedangkan ayat terakhir diturunkan ada ikhtilaf ulama. Pendapat yang dipilih oleh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran yang dinukilnya dari Ibnu ‘Abbas adalah Surat al-Baqarah ayat 281. وهم كسبت ما نفس كل توفى ثم الله الى فيه ترجعون يوما واتقوا Setelah ayat ini diturunkan Rasulullah Saw masih hidup اليظلمونsembilan malam, kemudian beliau wafat pada hari Senin 3 Rabi’ al-awwal, dan berkahirlah turunnya wahyu. Ada pula yang mengatakan bahwa ayat terakhir turun adalah Surat al-Maidah ayat 3 أكملت اليوم
دينكم لكم
Presented by Marhamah Saleh
AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAHAYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Al-Quran turun dalam dua periode: Pertama, periode Mekkah, yaitu sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-ayat Makkiyyah. Kedua, periode setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, dikenal dengan ayat-ayat Madaniyyah.Inti Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya berbicara seputar masalah akidah untuk meluruskan keyakinan umat di masa Jahiliyah dan menanamkan ajaran tauhid. Selain itu juga menceritakan kisah umat-umat masa lampau sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad Saw. Dalam masalah hukum belum banyak ayat yang diturunkan di Mekkah kecuali beberapa hal, seperti menjaga kehormatan (faraj) QS. al-Mukminun: 5-7, diharamkan memakan harta anak yatim QS. al-Nisa`: 10, larangan mubazir QS. al-Isra`: 26, larangan mengurangi timbangan QS. Hud: 85, larangan membuat kerusakan di muka bumi QS. al-A’raf: 56, dan ayat tentang kewajiban shalat QS. Hud: 114. Rahasia mengapa di Mekkah belum banyak ayat hukum, karena di Mekkah belum terbentuk satu masyarakat atau komunitas Islam seperti halnya di Madinah setelah Rasulullah Saw hijrah.
Presented by Marhamah Saleh
AYAT MADANIYYAHAYAT MADANIYYAH
Banyak terkait dengan hukum dan berbagai aspeknya.Perintah membayar zakat, QS. al-Baqarah: 43Kewajiban puasa Ramadhan, QS. al-Baqarah: 183Kewajiban haji, QS. al-Baqarah: 196Pengharaman riba, QS. al-Baqarah: 275Larangan memakan harta orang lain secara batil, al-Baqarah: 188Wanita-wanita yang haram dinikahi, QS. al-Nisa`: 23Hukum thalaq dan ‘iddah, QS. al-Thalaq: 65Pembagian warisan, QS. al-Nisa`: 11-12Cara pembagian harta rampasan perang, QS. al-Anfal: 1Qishash & ‘uqubat (sanksi hukum), QS. al-Baqarah: 178Larangan merampok & mengacau keamanan, QS. al-Maidah: 33Memutuskan hukum secara adil, QS. al-Nisa`: 58Dan lain sebagainya.
Presented by Marhamah Saleh
HUKUM-HUKUM DALAM AL-QURANHUKUM-HUKUM DALAM AL-QURAN
Al-Quran sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung 3 doktrin: Akidah, akhlak, dan hukum-hukum amaliyah. Hukum-hukum amaliyah dalam al-Quran terdiri dari dua cabang: Hukum ibadah dan muamalah.Abdul Wahab Khallaf memerinci macam hukum bidang muamalah dan jumlah ayatnya.
1. Hukum keluarga, mulai dari pernikahan, talak, rujuk, ‘iddah, hingga masalah warisan, seluruhnya ada 70 ayat.
2. Hukum perdata ada sekitar 70 ayat.3. Hukum jinayat (pidana) ada 30 ayat.4. Hukum murafa’at (acara atau peradilan) ada 13 ayat.5. Hukum ketatanegaraan ada 10 ayat.6. Hukum antara bangsa (internasional) ada 25 ayat.7. Hukum ekonomi dan keuangan ada sekitar 10 ayat.
Presented by Marhamah Saleh
CONTOH AYAT-AYAT HUKUMCONTOH AYAT-AYAT HUKUM
» Dari segi rinci atau tidaknya ayat-ayat hukum dalam al-Quran, Muhammad Abu Zahrah menjelaskan sbb.:
1. Ibadah, dalam Quran dikemukakan secara mujmal (global) tanpa merinci kaifiyatnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Untuk menjelaskan tatacaranya dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw dengan sunnahnya.
2. Kaffarat, yaitu semacam denda yang bermakna ibadah, karena merupakan penghapus bagi sebagian dosa. Ada 3 bentuk kaffarat, yaitu: Kaffarat zihar (seperti ungkapan suami kepada istrinya “kau bagiku bagaikan punggung ibuku”). Istri yang sudah di zihar tidak boleh digauli oleh suaminya kecuali setelah membayar kaffarat, QS. Al-Mujadilah: 3-4.
3. Hukum mu’amalat. Al-Quran hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, sunnah berperan merincinya, dan ijtihad para ulama berperan dalam mengembangkan perinciannya. Seperti larangan memakan harta orang lain secara tidak sah, QS. Al-Nisa`: 29, dan larangan memakan riba, QS. Al-Baqarah: 275
Hير: ب خ6 6ع9م6ل7ون6 ت :م6ا ب >ه7 و6الل وف: 9م6ع9ر7 :ال ب ه:ن> 9ف7س: 6ن أ ف:ي ف6ع6ل9ن6 :يرH ف:يم6ا ب خ6 6ع9م6ل7ون6 ت :م6ا ب >ه7 و6الل وف: 9م6ع9ر7 :ال ب ه:ن> 9ف7س: 6ن أ ف:ي ف6ع6ل9ن6 ف:يم6ا
Presented by Marhamah Saleh
CONTOH AYAT-AYAT HUKUMCONTOH AYAT-AYAT HUKUM
5. Hukum pidana. Al-Quran melarang tindak kejahatan secara umum. Seperti larangan pembunuhan (Al-An’am: 151), larangan minum khamar (QS. Al-Maidah: 90) dan rincian hukumannya dijelaskan oleh sunnah dengan cambuk 40 kali sesuai hadis م ص النبي م جلد ص النبي جلد
سنة وكل9 ثمانين وعمر أربعين بكر أبو وجلد سنة أربعين وكل9 ثمانين وعمر أربعين بكر أبو وجلد larangan berzina (Al-Nur: 2), hukuman bagi ,أربعينpencuri (Al-Maidah: 38), hukuman pelaku qazaf atau menuduh orang lain berzina tanpa saksi (QS. Al-Nur: 4)
7م9 9ك 6ي ع6ل 6د6ى اع9ت م6ا 9ل: :م:ث ب 9ه: 6ي ع6ل 6د7وا ف6اع9ت 7م9 9ك 6ي ع6ل 6د6ى اع9ت ف6م6ن: Hق:ص6اص م6ات7 9ح7ر7 و6ال : ام 9ح6ر6 ال ه9ر: :الش> ب ام7 9ح6ر6 ال ه9ر7 7م9 الش> 9ك 6ي ع6ل 6د6ى اع9ت م6ا 9ل: :م:ث ب 9ه: 6ي ع6ل 6د7وا ف6اع9ت 7م9 9ك 6ي ع6ل 6د6ى اع9ت ف6م6ن: Hق:ص6اص م6ات7 9ح7ر7 و6ال : ام 9ح6ر6 ال ه9ر: :الش> ب ام7 9ح6ر6 ال ه9ر7 الش>>ه6 الل >ق7وا >ه6 و6ات الل >ق7وا ....و6ات
Presented by Marhamah Saleh
DALALAH AL-QURANDALALAH AL-QURAN
Dalalah berkaitan dengan bagaimana pengertian atau makna yang ditunjukkan oleh nash dapat dipahami. Menurut istilah Muhammad al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat disebut dengan Kaifiyah dalalah al-lafdz ‘ala al-ma’na.Dalam kajian Ushul Fiqih, untuk dapat memahami nash apakah pengertian yang ditunjukkan oleh unsur-unsur lafalnya itu jelas, pasti atau tidak. Para ulama ushul menggunakan pendekatan apa yang dikenal dengan istilah qath’iy dan zanniy. Tentang terma qath’iy dan hubungannya dengan nash, maka ulama ushul membaginya kepada dua macam yaitu :
1. Qath’iy al-Wurud yaitu Nash-nash yang sampai kepada kita adalah sudah pasti tidak dapat diragukan lagi karena diterima secara mutawatir.
2. Qath’iy al-Dalalah yaitu Nash-nash yang menunjukkan kepada pengertian yang jelas, tegas serta tidak perlu lagi penjelasan lebih lanjut.Sedangkan terma Zanniy dan hubungannya dengan nash, terbagi dua pula:
1. Zanniy al-Wurud yaitu Nash-nash yang masih diperdebatkan tentang keberadaannya karena tidak dinukil secara mutawatir
2. Zanniy al-Dalalah yaitu Nash-nash yang pengertiannya tidak tegas yang masih mungkin untuk ditakwilkan atau mengandung pengertian lain dari arti literalnya.
Presented by Marhamah Saleh
DALALAH AL-QURANDALALAH AL-QURAN
Bila dihubungkan dengan al-Qur’an dari segi keberadaannya adalah qat’iy al-Wurud karena al-Qur’an itu sampai kepada kita dengan cara mutawatir yang tidak diragukan kebenarannya. Bila al-Qur’an dilihat dari segi dalalahnya, maka ada yang qat’iy dalalah dan zanniy dalalah.Umumnya nash-nash al-Qur’an yang dikategorikan qat’iy al-dalalah ini, lafal dan susunan kata-katanya menyebutkan angka, jumlah atau bilangan tertentu serta sifat nama dan jenis. Contoh ayat yang qat’iy al-dalalah :
ولد ... لهن يكن لم ان ازواجكم ترك ما نصف ولكمDisamping qat’iy al-dalalah ada juga nash al-Quran yang zanniy al-dalalah. Yang dikategorikan pada kelompok ini adalah bila lafal-lafalnya diungkapkan dalam bentuk ‘am, musytarak, dan mutlaq. Ketiga bentuk lafal ini dalam kaidah ushuliyah mengandung makna atau pengertian yang banyak dan tidak tegas. Dalam penelitian ulama ushul ternyata banyak nash-nash al-Qur’an yang dikategorikan zanniy al-dalalah ini, dan pada bagian ini banyak menimbulkan perdebatan di kalangan ulama ushul. Contohnya ثالثة بانفسهن يتربصن والمطلقات... قروء
Presented by Marhamah Saleh
SUNNAHSUNNAH
Sunnah secara bahasa berarti “perilaku seseorang tertentu, termasuk perilaku yang baik atau perilaku yang buruk”. Secara istilah, sunnah adalah “segala perilaku Rasulullah Saw yang berhubungan dengan hukum, baik berupa ucapan (sunnah qawliyyah), perbuatan (sunnah fi’liyyah), atau pengakuan (sunnah taqririyyah).Contoh sunnah qawliyyah, sabda Rasul Saw ضرار وال Contoh sunnah .الضررfi’liyyah seperti hadis tentang rincian tatacara shalat, haji, dsb. Contoh sunnah taqririyyah ialah pengakuan Rasul Saw atas perilaku dua sahabat ketika dalam perjalanan mereka tidak menemukan air, lalu mereka bertayamum dan mengerjakan shalat. Kemudian mereka mendapatkan air, sedang waktu shalat masih berlanjut. Lalu salah satunya berwudhu’ dan mengulangi shalat, satunya lagi tidak. Keduanya diakui oleh Rasul Saw.Dalil keabsahan sunnah, QS. Al-Nisa`: 59, Al-Ahzab: 21, Al-Nisa`: 80
FUNGSI SUNNAH TERHADAP AYAT HUKUMFUNGSI SUNNAH TERHADAP AYAT HUKUM
Secara umum fungsi sunnah sebagai bayān (penjelasan) atau tabyīn (menjelaskan ayat-ayat hukum dalam al-Quran). Secara khusus fungsi sunnah:
1. Menjelaskan isi al-Quran, antara lain dengan merinci ayat-ayat global. Disamping itu berfungsi mentakhshish ayat-ayat yang sifatnya umum.
2. Membuat aturan tambahan yang bersifat teknis atas sesuatu kewajiban yang disebutkan pokok-pokoknya dalam al-Quran.
3. Menetapkan hukum yang belum disinggung dalam Al-Quran. Misalnya hadis حرام فأكله السباع من ناب ذي artinya كلsemua jenis binatang buruan yang mempunyai taring dan burung yang mempunyai cakar, maka hukum memakannya adalah haram. (HR. Nasa`i)
Presented by Marhamah Saleh
FUNGSI SUNNAH TERHADAP AL-QURANFUNGSI SUNNAH TERHADAP AL-QURAN
Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti hadits : “Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli” (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur’an yang umum, yaitu : “Aqimush-shalah” (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: “Khudzu ‘anni manasikakum” (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir dari ayat Al-Qur’an “Waatimmulhajja” ( Dan sempurnakanlah hajimu ).Bayan Taqrir, yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an. Seperti hadits yang berbunyi: “Shoumu liru’yatihiwafthiru liru’yatihi” (Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah : 185.Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti pernyataan Nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati”, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an dalam surat at-Taubah: 34, yang artinya sebagai berikut : “Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”. Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
Presented by Marhamah Saleh
PEMBAGIAN SUNNAHPEMBAGIAN SUNNAH
Sunnah atau hadis dari segi sanadnya atau periwayatannya dalam kajian Ushul Fiqh dibagi kepada 2 macam: hadis mutawatir dan hadis ahad. Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan dari Rasul oleh sekelompok perawi yang menurut kebiasaan individu-individunya jauh dari kemungkinan berbuat bohong. Jumlah mereka banyak, mereka dikenal jujur serta berjauhan tempat antara satu dengan yg lain. Dari kelompok ini diriwayatkan pula selanjutnya oleh kelompok berikutnya yang jumlahnya juga banyak, begitulah seterusnya hingga sampai kepada pentadwin (orang yang membukukan). Hadis mutawatir terbagi dua: mutawatir lafzi (diriwayatkan oleh orang banyak yang bersmaan arti dan lafalnya), dan mutawatir ma’nawi (hadis yang beragam redaksinya tapi maknanya sama).Hadis Ahad, diriwayatkan oleh seorang atau lebih tetapi tidak sampai ke batas hadis mutawatir. Hadis Ahad terbagi 3: Masyhur (hadis yang pada masa sahabat diriwayatkan oleh 3 perawi), ‘aziz (hadis yang pada satu periode diriwayatkan oleh dua perawi), gharib (hadis yang diriwayatkan orang perorangan pada setiap periode).