Skenario D Blok 25 Di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. Bagus bersama timnya tidak melakukan surveilan epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada Bulan Januari s/d Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan di puskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut dr. Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staffnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr. Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilans bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skenario D Blok 25Di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. Bagus bersama timnya tidak melakukan surveilan epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada Bulan Januari s/d Maret tahun 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan di puskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas Maju sebenarnya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut dr. Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staffnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans. Dr. Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilans bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan surveilans dan penyelidikan wabah.
Identifikasi Masalah (1)1. dr. Bagus bersama timnya tidak melakukan
surveilans epidemiologi secara rutin di Puskesmas Maju dengan penduduk 30.000 jiwa sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB.
2. Pada bulan Januari s/d Maret 2013 terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU Daerah karena perawatan darurat yang disiapkan di puskesmas tidak bisa menampung pasien yang indikasi dirawat.
Identifikasi Masalah (2)3. Puskesmas Maju belum memiliki fasilitas untuk rawat
inap.4. dr. Bagus melakukan evaluasi setelah mengalami
peristiwa KLB dan menyadari bahwa stafnya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans.
5. dr. Bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan surveilans bisa dilakukan secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan surveilans dan penyelidikan wabah.
Kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi risiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan
• Cara pengambilan sumber data dalam surveilans epidemiologi yaitu dengan mengumpulkan data melalui sistem pelaporan yang ada.• Berdasarkan keperluannya, pengumpulan
data untuk surveilans dibedakan menurut sumber data yaitu –Primer–Sekunder–Tersier
• Data dikumpulkan dari unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah, misalnya laporan dari pustu, posyandu, barkesra, poskesdes. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik wawancara dan atau pemeriksaan.
Macam-macam sumber data dalam surveilans epidemiologi (Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003):• Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit kesehatan dan
masyarakat• Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan serta laporan dari kantor pemerintah dan masyarakat
• Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat
• Data geografi yang dapat diperoleh dari Unit Metereologi dan Geofisika
• Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
• Data kondisi lingkungan• Laporan wabah• Laporan penyelidikan wabah/KLB• Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan• Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya• Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit
yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
Apabila tidak dilakukan surveilans epidemiologi secara rutin, maka petugas kesehatan dan masyarakat tidak memahami riwayat alamiah penyakit dan tahapan perjalanan penyakit yang berpotensi menjadi KLB, tidak ada kewaspadaan dini untuk mencegah suatu penyakit serta aspek manajerial program penyakit, dimana berperan dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi dari program kesehatan yang ada tidak berjalan dengan optimal. Hal tersebut dapat menyebabkan suatu wabah atau KLB di suatu daerah tanpa disadari.
• Dapat menanggulangi KLB atau wabah yang sedang berlangsung
• Dapat mencegah berulangnya KLB atau wabah• Menyediakan pelayanan yang diwajibkan• Memperkuat surveilance di tingkat lokal• Dapat memahami lebih jauh mengenai penyakit• Mendapatkan kesempatan untuk pelatihan
• Penanggulangan sumber patogen– Singkirkan sumber kontaminasi– Hindarkan orang dari paparan– Inaktivasi /neutralisasi patogen– Isolasi dan atau obati orang yang terinfeksi
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harus dilakukan:• a. Pengobatan/perawatan penderita• b. Penyelidikan epidemiologi• c. Pemberantasan vektor• d. Penyuluhan kepada masyarakat• e. Evaluasi/penilaian penanggulangan KLB(Depkes RI, 2006)
• Penyelidikan Epidemiologis (PE) adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya100 m. Tujuannya adalah untuk mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat penderita. PE juga dilakukan untuk mengetahui adanya penderita dan tersangka DBD lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD, dan menentukan jenis tindakan (penanggulangan fokus) yang akan dilakukan.
• Penanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD), larvadiasasi, penyuluhan dan penyemprotan (pengasapan) menggunakan insektisisda sesuai kriteria. Tujuannya adalah membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya serta tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut.
• Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah upaya penanggulangan yang meliputi : pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular DBD, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi/penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB. Tujuannya adalah membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke wilayah lainnya. Penilaian Penanggulangan KLB meliputi penilaian operasional dan penilaian epidemiologi. Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui persentase (coverage) pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan melalui kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi dan penyuluhan. Sedangkan penilaian epidemiologi ditujukan untuk mengetahui dampak upaya penanggulangan terhadap jumlah penderita dan kematian DBD dengan cara membandingkan data kasus/kematian DBD sebelum dan sesudah penanggulangan KLB.
• Pemberantasan Sarang Nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuannya adalah mengendalikan populasi nyamuk, sehingga penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan ”3M”, yaitu (1) menguras dan menyikat tempat-trempat penampungan air, (2) menutup rapat-arapat tempat penampungan air, dan (3) mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.
• Pemeriksaan Jentik Berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik). Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular demam berdarah dengue termasuk memotivasi keluarga/masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD.
dr. Bagus tidak melakukan surveilans epidemiologi secara rutin yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD Puskesmas Maju sehingga dibutuhkan evaluasi dan pelatihan staf Puskesmas tentang keterampilan penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan surveilans dan penyelidikan wabah.