Presentasi Kasus
DIARE PERSISTEN PADA GIZI BURUK TIPE MARASMIK
Penyaji
Aulia Prajwalita Nareswari RahardjoPembimbing
dr. Jumnalis, SpA.BAGIAN/SMF KESAHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. YUNUS BENGKULU2015
BAB ILAPORAN KASUS
A. Identitas1. Identitas pasien Nama
: An. VNAlamat
: Jl. Timur Indah A14 BTN Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 1 tahun Tanggal MRS
: 10 Maret 20152. Identitas orang tuaIdentitas Ayah
Nama
: Tn FUmur
: 30 tahunPekerjaan
: buruhPenghasilan/bulan: Rp1.000.000
Pendidikan
: SMAIdentitas IbuNama
: Ny. R.
Umur
: 25 tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMAB. Anamnesis
Keluhan utama
: Mencret sejak 7 bulan yang laluRiwayat Penyakit sekarang:
Pasien datang dengan mencret yang memberat dalam 2 minggu terakhir.
Mencret cair, awalnya berampas kemudian lama-lama tidak berampas
sejak 2 hari smrs, frekuensi 3-5 kali sehari. Mencret disertai
demam, hilang timbul, tidak tinggi. Pasien sebelumnya menjalani
terapi gizi di puskesmas, telah diberikan air gula 50 mL dan
resomal kemudian selanjutnya dirujuk ke RS DKT, dan telah diberikan
terapi. Selanjutnya dirujuk lagi ke RSUD M. Yunus karena
keterbatasan terapi gizi di RS tersebut.1 bulan sebelumnya, pasien
pernah dirawat di puskesmas dan RS karena gizi buruk. Saat itu
pasien berumur 10 bulan 17 hari dengan berat badan 5kg. Pasien juga
memiliki keluhan penyerta yaitu mencret sejak usia 5 bulan, dan
tidak berhenti. Mencret berisi air dan terdapat sedikit ampas
dengan frekuensi 3-5 kali per hari dan banyak sekitar gelas
belimbing. Pasien sudah dilakukan perawatan selama 4 hari di
puskesmas dan 6 hari di RS. Di hari ke-5 perawatan di RS, diare
sudah mulai berkurang, frekuensi 2x sehari dan konsistensi lebih
padat. Obat yang pernah diberikan selama di RS adalah Cotrimoksazol
sirup 2x sendok teh selama 5 hari, ampisilin, gentamisin, asam
folat, dan vitamin B kompleks, dan Nifural syrup 2x1/2 sendok
takar. Di hari ke-7, keluarga pasien meminta pulang atas permintaan
sendiri. Berat badan saat pulang adalah 5,4 kg. Pada hari terakhir,
F-75 yang diberikan sebanyak 120cc, tiap 4 jam. pasien mampu
menghabiskan F-75-nya. Selama di rumah, pasien masih mengalami
mencret, frekuensi 2-4x/hari, namun tinja awalnya lebih padat,
namun dalam 2 minggu kemudian tinja menjadi lebih cair dan
lama-kelamaan ampas menjadi berkurang lagi. Nafsu makan membaik,
dan pasien rutin mengunjugi TFC (Theurapetic Feeding Center) di
puskesmas untuk memperbaiki gizi dan berobat. Di TFC, pasien masih
dalam fase stabilisasi lanjut selama lebih kurang 3 minggu karena
pasien masih terus diare, dengan dosis F-75 sebanyak 60 cc tiap 2
jam, dan sering tidak habis. Riwayat makan selama di rumah yaitu 3x
perhari berupa bubur nasi ditambah telur atau sayur-sayuran. ASI
diberikan semau anak. Makanan selingan diberikan 1x/sehari, berupa
biscuit atau pisang, tetapi kadang tidak habis.Pada saat perawatan
di RS satu bulan yang lalu, pasien sudah dilakukan pemeriksaan
kultur feces dan tes HIV. Hasil kultur feces : Klebsiella oxytoca.
(dilampirkan di pemeriksaan penunjang) dan hasil tes HIV negatif
Pada pertengahan Januari 2015, pasien pernah periksa ke dokter dan
diberikan pengobatan TB paru. Riwayat pemeriksaan rontgen
dilakukan, tetapi tes kulit belum pernah dilakukan. Saat masuk RS
yang pertama (tanggal 2 Februari), pengobatan TB paru terputus,
kemudian dimulai kembali sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
atas anjuran dari puskesmas.Riwayat Penyakit Dahulu:
Sejak usia 5 bulan, pasien sering mengalami demam dan batuk
pilek yang berulang. Pernah mengalami diare disertai demam di usia
5 bulan lama sakit 9 hari. Diberikan pengobatan di puskesmas,
sembuh, namun kemudian 2 minggu setelahnya berulang kembali sampai
sekarang.Riwayat sakit campak tidak ada. Riwayat Penyakit
Keluarga:Di keluarga, tidak ada yang menderita penyakit serupa.
Sakit batuk lama di keluarga tidak ada. Tidak ada di keluarga
atau tetangga yang minum obat rutin selama 6 bulan. Riwayat sosial
ekonomi :
Ayah dan ibu tunarungu Ayah bekerja buruh, ibu pasien tidak
bekerja (ibu rumah tangga). Sejak lahir hingga usianya 10 bulan,
anak tinggal dengan Ayah dan ibu di Bengkulu Utara, dan dalam 2
bulan terakhir, baru tinggal bersama keluarga besar dari pihak ibu.
Penghasilan keluarga rata-rata per bulan Rp.1.000 .000, -
menanggung 1 orang anak, biaya pengobatan ditanggung BPJS.
Sehari-hari, penghidupan ditanggung oleh ayah dan dibantu oleh
keluarga pihak ibu (paman dan nenek). Kesan sosial ekonomi :
menengah kebawah.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilan ke bidan dan tidak ada
penyakit selama kehamilan. Ibu rutin mengkonsumsi pil tambah darah
dan sudah diimunisasi TT sebanyak dua kali.
Pasien lahir tanggal 4 Maret 2014, lahir spontan, ditolong
bidan, lahir langsung menangis. Berat badan lahir 2700 g, Umur
kehamilan 39 minggu.
Riwayat MakanUsia 0-4 bulan : ASI.Usia 4-8 bulan : ASI dan bubur
saringUsia 9-sekarang: ASI dan makanan lumat, 1 bulan terakhir
diberikan bubur.Riwayat Pemeriksaan Kesehatan
Pasien rutin dibawa ke posyandu tiap bulan. KMS tidak dibawa.
Riwayat Perkembangan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk: belum bisa
Merangkak: belum bisa
Berdiri : belum bisaBerjalan : belum bisaKesan : perkembangan
psikomotorik terlambatRiwayat Imunisasi Ibu pasien tidak ingat
imunisasi anaknya, setahu ibu, ibu rutin datang ke posyandu dan
selalu diimunisasi apabila terdapat jadwal imunisasi. KMS tidak
dibawa.
Kesan: kelengkapan imunisasi belum jelas C. Pemeriksaan
fisikDilakukan tanggal 10 Maret 2015
Keadaan umum: sakit sedang, rewelKesadaran
: kompos mentis Frekuensi nadi
: 135x/menit (reguler, kuat angkat, isi cukup)Frekuensi nafas:
28x/menit (reguler/adekuat)Suhu
: 37,0C (axilla)
Keadaan tanda bahaya gizi buruk:
Renjatan: tidak ada
Letargis : tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare: ada
Data Antropometri
Berat badan: 6 kgTinggi badan : 70 cmLingkar lengan atas: 12
cm
Letak : < SD -3; kesan : Gizi buruk
Letak: SD