Top Banner

of 29

Presentasi kasus DBD pada Anak

Nov 04, 2015

Download

Documents

Anggi Prasetyo

disusun oleh anggi prasetyo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN KASUSDEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun Oleh : Anggi Prasetyo1102009031

Pembimbing : dr. Tuti Rahayu, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBOPERIODE 25 MEI 01 AGUSTUS 2015JAKARTA TIMURBAB IILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama : An. Z N FTanggal Lahir: 8 maret 2007 / 8 tahunBB : 28 kgTB: 120 cmJenis Kelamin : Laki-lakiAgama: Islam Alamat : JL. Hang Jebat III RT 04/08 No:36 RT:04Agama : IslamMasuk RS: 14 juni 2015Keluar RS: 17 Juni 2015Tanggal Periksa: 16 Juni 2015No. RM: 2011-343693

II. IDENTITAS ORANG TUAAyah IbuNama : Tn. HNy. SUmur:46 tahun42 tahunPendidikan :SarjanaSMAPekerjaan :Wirawasta Ibu Rumah TanggaAgama : IslamIslam

III. ANAMNESA (Alloanamnesa dengan ibu pasien) Keluhan Utama : Demam tinggi sejak 5 hari SMRS

Keluhan Tambahan: Nyeri kepala, mual, nyeri ulu hati, keluarnya darah dari hidung (mimisan).

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien demam tinggi sejak 5 hari SMRS, demam muncul siang hari, terjadi sepanjang hari dan timbul mendadak, tidak disertai periode bebas demam. Demam diukur mencapai 39C. Pasien minum obat panadol dari warung 2 kali sehari, panas turun tetapi tidak sampai seperti keadaan sebelum sakit. Selama demam di rumah, pasien minum dan makan biasa, buang air kecil dan buang air besar seperti biasa. Batuk, pilek, sesak, muntah, nyeri sendi, diare, nyeri saat berkemih, kulit kekuningan, gusi berdarah, bercak kemerahan, menggigil, kejang disangkal.3 hari SMRS, demam masih dirasakan, disertai nyeri kepala berdenyut di bagian atas mata dan kepala belakang sampai tengkuk. Nyeri kepala hilang timbul, timbul ketika aktivitas, hilang ketika tiduran dan setelah minum panadol, namun timbul lagi beberapa jam kemudian. Keluhan disertai nyeri ulu hati dan mual yang timbul sepanjang hari tetapi tidak diobati. Nafsu makan dan minum pasien tidak terganggu.2 hari SMRS, demam, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan mual masih dirasakan, disertai dengan adanya darah yang keluar dari kedua hidung. Darah yang keluar sebanyak setengah tisu, sebelumnya tidak pernah ada trauma yang terjadi pada hidung pasien baik terpentok atau terpukul. Tidak terdapat juga keluhan mimisan seperti ini sebelumnya, pasien juga tidak suka mengorek-ngorek hidungnya. Nafsu makan pasien berkurang karena nyeri ulu hati yang bertambah. Buang air besar biasa, buang air kecil warna kekuningan.

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Penyakit Jantung -

Cacingan - Diare berulang-Penyakit Ginjal -

Demam berdarah -Kejang -Penyakit Darah -

Demam Typhoid- Kecelakaan - Infeksi pernapasan-

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Bronchitis -

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak didapatkan adanya keluhan yang sama pada keluarga Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adik pasien tidak mengalami hal serupa Tidak terdapat riwayat alergi obat-obatan dan makanan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran : Riwayat Kehamilan Status Obstetri ibu pasien P2 A0, pasien merupakan anak ke-2. Selama kehamilan ibu tidak pernah sakit berat, tidak mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah merokok dan minum-minuman beralkohol. Ibu pasien juga rutin melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur ke bidan di dekat rumahnya. Kontrol kehamilan teratur setiap bulan pada trimester I, II dan trimester III setiap 1 minggu sekali. Kesan: Kontrol rutin, janin tunggal, kelainan selama kehamilan tidak ada

Riwayat Persalinan Pasien lahir spontan pervaginam dengan bidan. Usia kehamilan 39 minggu. Berat lahir 2.550 gram, panjang badan 47 cm, langsung menangis (+) spontan dan gerak aktif, ibu tidak mengetahui nilai APGAR anaknya, tidak ada kelainan bawaan Kesan: Bayi lahir spontan, neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak1. Pertumbuhan gigi pertama: 7 bulan2. Perkembangan psikomotor:a. Mengangkat kepala: 3 bulanb. Meraih benda: 5 bulanc. Tengkurap: 6 buland. Duduk: 8 bulane. Merangkak: 9 bulanf. Berdiri: 10 bulang. Berjalan: 12 bulanh. Berbicara 5 10 kata: 13 bulan

Riwayat MakananUMURASI/PASIBuah/BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2 bulanASI

2 4 bulanASI

4 6 bulanASI

6 8 bulanASI/PASIBubur susu (2 3 x sehari)

8 10 bulanPASIBiskuit bayi/pisang dilumatkan (1xsehari)Bubur susu (2 3 x sehari)

10 12 bulanPASIBiskuit bayi/pisang dilumatkan (1xsehari)Nasi Tim (2 3 x sehari)

Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan cukup, makanan pokok diberikan 2 3 kali sehari.

Umur Diatas 1 TahunMakanan BiasaFrekuensi

Nasi/Pengganti (kentang, singkong, ubi)Nasi 3 porsi sehari

SayurSayur 2 kali sehari

DagingAyam, Sapi, Hati bergantian seminggu

Telur2 hari sekali, satu butir

Ikan3 kali seminggu, 1 potong

Tahu/Tempe1 2 kali sehari

SusuSusu formula 2 3 kali sehari

Kesan: Kuantitas cukup, pasien diberikan makan 3 kali sehari. Kualitas makanan cukup. Sumber protein hewani dan nabati tercukupi

Riwayat ImunisasiIbu mengatakan selalu mengikuti jadwal imunisasi tetapi lupa dengan usia anak saat imunisasi, imunisasi dilakukan di puskesmas, ibu mengaku imunisasi terakhir adalah campak saat usia 9 bulan. Kesan: Imunisasi dasar lengkap, imunisasi ulangan hanya campak.

Riwayat Sosial Ekonomi: Sosial Ekonomi : Ayah pasien bekerja di sebuah perusahan swasta dengan jumlah penghasilan ayah Rp. 2.700.000.- perbulan. Ayah menghidupi untuk 4 anggota keluarga. Sementara ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.

Lingkungan Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dengan sanitasi yang kurang baik, rumah pasien sekaligus menjadi bengkel kendaraan bermotor yang terdapat banyak perkakas. Pasien tinggal serumah dengan ayah, ibu, tiga orang adik dan satu orang kakak. Di rumah pasien terdapat kolam ikan kecil, tempat penampungan air untuk cuci kendaraan yang jarang diganti airnya serta jarang dikuras, dan perkakas bengkel. Riwayat berpergian ke luar pulau jawa disangkal.

IV. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis Tanda-tanda Vital Tekanan Darah : 110/70 mmHg Frekuensi Nadi: 80x/menit Frekuensi Nafas: 20x/menit Suhu: 37,9 derajat C Kepala : Normocephal, Lingkar kepala 53 cm, rambut hitam merata, tidak mudah dicabut, Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-) Refleks cahaya (+/+), Pupil bulat isokor Telinga : Normotia, normosepta, serumen (-) Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-) Tenggorok: T1-T1 tenang, faring hiperemis (-) Mulut : Mukosa bibir basah Leher : KGB tidak teraba membesar, trakea tidak Deviasi Jantung a. Inspeksi: Iktus kordis tidak tampakb. Palpasi: Iktus kordis teraba di sela iga V mid-klavikula sinistra c. Perkusi: i. Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiriii. Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kananiii. Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kirid. Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Parua. Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerak dada simetris kiri dan kanan pada saat statis dan dinamisb. Palpasi : Tidak teraba adanya massa pada dinding dadac. Perkusi : Sonor pada kedua lapang parud. Auskultasi: Suara nafas vesikular (+/+), rhonki basah (-/-), wheezing (-/-) Abdomena. Inspeksi : Cembung simetris, supel, tidak tampak Sikatrik.b. Auskultasi: Bising usus positif normalc. Palpasi: Supel, tidak teraba pembesaran lien dan hepar, turgor kulit baikd. Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, Ekstremitas: Akral hangat, CRT 4x

S. paratyphi AONegativTiter , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

S. paratyphi BHNegativ Titer , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

S. paratyphi BONegativTiter , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

S. paratyphi CHNegativTiter , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

S. paratyphi CONegativ Titer , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

S. typhi HNegativTiter , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

S. typhi O(+) 1/1609 Titer , 1/160 atau kenaikan titer > 4x

Pemeriksaan tanggal 16-06-2015HematologiHasilNilai Rujukan

Hemoglobin 13,3 g/dL11,7 15,5 g/dL

Hematokrit38%32 47%

Leukosit 4.930/L3600 11.000/L

Eritrosit5,0 juta3.8 5.2 juta

Trombosit 99.000 ribu/L150.000 440.000/mL

Hitung JenisHasilNilai Rujukan

Basofil 30 1

Eosinofil 11 3

Neutrofil Batang03 6

Neutrofil Segmen4525-60

Limfosit 2220 70

Monosit81 6

LUC21< 4

VI. RESUME Pasien seorang anak laki-laki, usia 8 tahun, demam sejak 5 hari Sebelum masuk rumah sakit, demam mendadak dan menetap sepanjang hari. Disertai nyeri kepala, nyeri ulu hati dan mual sejak 3 hari SMRS, dan 2 hari SMRS, demam, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan mual masih dirasakan, disertai dengan adanya darah yang keluar dari hidung pasien,.Di rumah pasien banyak terdapat barang-barang (perkakas bengkel), tong isi air bersih yang tidak tertutup. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan gizi baik, kesan umum tampak sakit sedang, tanda vital dalam batas normal, pada status generalis didapatkan nyeri tekan epigastrium. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan trombositopenia (trombosit 84 ribu/mm3).

VII. DIAGNOSIS KERJADHF Grade II

VIII. DIAGNOSIS BANDINGDemam typhoidMalaria

IX. PENATALAKSANAANA. Non Medikamentosa Rawat inap Tirah baring Diet lunak Cek tanda vital dan diuresis setiap 4 jam

B. Medikamentosa Rehidrasi dengan menggunakan RL 5cc/kgbb/jam 2.800 ml/jam 47tpm makro maintenance menggunakan rumus Holiday Segar 1.660 ml/hari 23tpm makro Paracetamol syr (10-15mg/kgBB/kali) setiap 6 jam 180-420mg/kali setara dengan 3cth per 6 jam atau tab 500mg per 6 jam bila perlu (jika demam).

X. PROGNOSISQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad functionam: dubia ad bonamQuo ad sanastionam: dubia ad bonam

XI Follow Up

15-05-201516-05-2015

SDemam (-) mual (-) muntah (-) mimisan (-) gusi berdarah (-) nafsu makan berkurang minum baik. Bab & bak normal nyeri perut (-)Demam (-) mual (-) muntah (-) mimisan (-) gusi berdarah (-) nafsu makan berkurang minum baik. Bab & bak normal nyeri perut (-)

OKU : TSS, N:84x/menit, RR:26x/menit, Kes; CM. S:35,7Status generalis :Kepala ; DBNMata ; DBNTHT ; DBNLeher ; kgb tidak membesarThorax ; DBNAbdomen ; BU (+) NT(-) NL (-)Etremitas ; akral hangat, CRT < 2 detik.KU : TSS, N:78x/menit, RR:20x/menit, Kes; CM. S:36,7Status generalis :Kepala ; DBNMata ; DBNTHT ; DBNLeher ; kgb tidak membesarThorax ; DBNAbdomen ; BU (+) NT(-) NL (-)Etremitas ; akral hangat, CRT < 2 detik.

ADemam berdarah dengue Grade IIDemam berdarah dengue Grade II

PRA 23tpm makroSanmol 3x300mgRantin 2x1/2 ampul Cek laboratorium / 24 jam

RA 23tpm makroSanmol 3x300mgRantin 2x1/2 ampul Cek laboratorium / 24 jam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Demam Berdarah DengueII.1.1. DefinisiDemam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam akut yang merupakan manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dengan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Penyebaran penyakit ini diperantarai oleh nyamuk yang sangat mudah sekali menyebar.

II.1.2. EpidemiologiKejadian infeksi dengue meningkat 30 kali lipat dengan ekspansi geografis ke negara baru dan penyebaran dari kota ke desa. Lebih dari 70% populasi dunia yang berisiko terkena infeksi dengue tinggal di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Sampai dengan saat ini, Indonesia masih masuk kedalam negara dengan angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD yang tinggi, khususnya pada anak1-3. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand5. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas dan kelembaban tinggi (28 32C) nyamuk Aedes dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama. Di pulau Jawa umumnya infeksi virus dengue dimulai dari bulan Januari dan meningkat sampai sekitar bulan April Mei tiap tahun4.Gambar 1. Penyebaran global Demam Berdarah Dengue.

II.1.3. EtiologiDengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue. Jenis virus golongan arbovirus (Artropod-Borne Viruses) yang artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda yaitu nyamuk misalnya nyamuk Aedes aegypty betina. Virus dengue termasuk kedalam genus Flavivirus, famili flaviviridae dan mempunyai empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dapat terinfeksi oleh ke-3 atau 4 serotipe tersebut. Serotipe DEN-3 adalah yang paling banyak ditemukan dan diketahui menimbulkan manifestasi klinis yang berat. Nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue ketika menghisap darah orang dengan viremia, kemudian berkembang selama 8 10 hari (extrinsic incubation period) kemudian dapat ditularkan kembali ketika menggigit manusia yang lain. Nyamuk akan menjadi infektif sepanjang hidupnya ketika virus dengue sudah berkembang biak dalam tubuh nyamuk4,5.Gambar 2. Struktur Dengue Virus.

II.1.4. PatogenesisDua teori yang paling banyak dianut sampai dengan saat ini mengenai patogenesis DBD adalah secondary heterologous infection hypothesis dan sequential infectious hypothesis yang menyatakan bahwa seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali, mendapatkan infeksi kedua dengan virus serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun5. Hipotesis ini menerangkan bahwa pasien yang mengalami infeksi kedua kalinya dengan serotipe berbeda akan menimbulkan manifestasi klinis yang lebih berat (immune inhancement). Antibodi heterolog yang telah ada akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks antigen antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor membran sel makrofag. Antibodi heterolog virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Hipotesis mengenai antibodi dependent enhancement (ADE), proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dalam sel mononuklear, menyebabkan sekresi mediator vasoaktif yang menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok4,5.Akibat infeksi sekunder oleh virus dengue yang berlainan, respons antibodi akan mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Kemudian, replikasi virus terjadi juga dalam limfosit. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi virus yang akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan anafilatoksin menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perembesan plasma dari intravaskular ke ekstravaskular. Perembesan plasma ini ditandai peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites)4.Gambar 3. Patogenesis Demam Berdara Dengue.

II.1.5. Manifestasi KlinisInfeksi dengue merupakan penyakit yang bersifat sistemik dan dinamis. Infeksi dengue mempunyai spektrum klinis yang luas meliputi manifestasi klinis yang berat dan tidak berat. Setelah massa inkubasi, infeksi dengue dibagi menjadi tiga fase yaitu: (1) fase demam, (2) fase kritis dan (3) fase penyembuhan.

1. Fase DemamPasien biasanya demam tinggi secara tiba-tiba. Fase demam akut ini biasanya terjadi selama 2-7 hari dan sering disertai dengan muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh badan, myalgia, arthtalgia dan nyeri kepala. Beberapa pasien mengalami nyeri tenggorokan, penurunan nafsu makan, mual dan muntah. Cukup sulit untuk membedakan dengan infeksi virus lainnya. Tes tourniquet positif pada fase ini memperbesar kecurigaan infeksi dengue. Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan perdarahan mukosa dapat terjadi. Perdarahan vagina yang masif dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi pada fase ini namun jarang terjadi. Dapat pula terjadi pembesaran hepar.

2. Fase KritisPada hari ke 3-7, ketika suhu menurun pada 37,5-38oC, peningkatan permeabilitas kapiler yang secara peralel terhadap kenaikan hematokrit dapat terjadi. Hal ini menandakan dimulainya fase kritis. Biasanya kebocoran plasma secara klinik terjadi selama 24-48 jam. Leukopeni yang progresif diikuti dengan penurunan angka trombosit biasanya mendahuluiterjadinya kebocoran plasma. Dalam keadaan seperti ini pasien yang tidak mengalami peningkatan permeabilitas kapiler keadaan umumnya akan membaik, sedangkan pasien yang mengalami peningkatan permeabilitas kapiler justru akan memburuk keadaannya karena kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma bervariasi mulai dari kebocoran plasma minimal sampai terjadi efusi pleura dan ascites. Peningkatan kadar hematokrit dari nilai awal dapat digunakan untuk melihat keparahan dari kebocoran plasma. Bila terjadi kebocoran plasma plasma yang berat dapat terjadi syok hipovolemik. Bila syok terjadi berkepanjangan maka organ tubuh akan mengalami hipoperfusi sehingga dapat menyebabkan kegagalanorgan, acidosis metabolik dan disseminated intravascular coagulation. Selain syok dapat pula terjadi gangguan organ berat yang lain misalnya hepatitis berat, encephalitis atau myocarditis serta perdarahan berat.

3. Fase PenyembuhanBila pasien dapat bertahan pada masa kritis maka akan terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular secara bertahap selama 48-72 jam. Keadaan umum akan membaik, nafsu makan kembali baik, gejala gastrointestinal mereda, hemodinamik stabil.

Gambar 4. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue.

II.1.6. DiagnosisAnamnesis8:1. Demam sebagai tanda utama terjadi mendadak tinggi selama 2 7 hari disertai lesu, tidak mau makan dan muntah, nyeri kepala nyeri otot dan nyeri perut.2. Diare kadang ditemukan3. Perdarahan paling sering dijumpai yaitu perdarahan kulit dan mimisanPemeriksaan Fisis8:1. Gejala klinis diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri tenggorokan dengan faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung costa kanan. Gejala lebih mencolok pada DD daripada DBD2. Hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD3. Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas apiler sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia dan syok. Perembesan plasma menyebabkan eksttravasasi cairan ke dalam rongga pleuro dan rongga peritoneal selama 24 48 jam.4. Fase kritis sekitar hari ke -3 dan ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun, dan merupakan tanda awal syok5. Perdarahan dapat berupa ptekia, epistaksis, melena atau hematuriaTanda tanda syok:1. Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis2. Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tak teraba3. Tekanan darah turun, tekanan nadi 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.iii. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, hiponatremia.Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu2,6,7: 1. Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. 2. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran lain. 3. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah. 4. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

II.1.8. Pemeriksaan Penunjang1. LaboratoriumPemeriksaan darah yang dilakukan untuk screening infeksi dengue adalah pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, angka trombosit dan apusan darah tepiuntuk melihat adanya limfositosis relatif disertai dengan limfosit plasma biru.Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ataupun deteksiantigen virus RNA dengue. Namun karena prosedur yang rumit maka tes serologis yang mendeteksi antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM atau IgG lebih banyak digunakan.Parameter laboratorium yang dimonitor antara lain:a. Leukosit; dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosis relatif disertai adanya limfosit plasma biru.b. Trombosit; umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke-3-8.c. Hematokrit; kebocoran plasma dibuktikan dengan adanya peningkatan hematokrit >20% dari nilai awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.d. Hemostasis; dilakukan pemeriksaan PTT, APTT, fibrinogen, D-Dimer pada keadaan yang dicurigai adanya perdarahan atau kelainan pembekuan darah.e. Protein/albumin; dapat ditemukan hipoalbuminuria apabila terjadi kebocoran plasma.f. SGOT/SGPT; dapat ditemukan peningkatan.g. Urea/kreatinin; bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.h. Elektrolit; sebagai parameter pemberian cairan.i. Golongan darah; bila dibutuhkan tranfusi darah atau komponen darah.j. Imunoserologi; IgM dideteksi mulai pada hari ke 3-5, meningkat pada minggu ke 3 dan hilang setelah 60-90 hari. IgG pada infeksi primer mulai dideteksi pada hari ke 14 sedangkan pada infeksi sekunder mulai dideteksi pada hari ke 2.2. RadiologisPada foto dada bisa didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Pemeriksaan foto rontgen sebaiknya dalam posisi dekubitus lateral kanan (RLD) Ascites dan efusi pleura dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG.3. Tes DiagnostikDiagnosis infeksi dengue yang tepat dan efisien merupakan elemen yang penting dalam penatalaksanaan infeksi dengue. Metode diagnosis laboratorium untuk mengkonfirmasi infeksi dengue dapat dilakukan dengan mendeteksi adanya virus, asam nukleat virus,antigen, maupun antibodi. Setelah onset penyakit, virus dapat dideteksi pada serum, plasma, sel darah, dan jaringan lain selama 4-5 hari. Selama fase awal penyakit, isolasi virus, deteksi asam nukleat atau antigen dapat dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dengue. Pada akhir fase akut infeksi, metode serologi merupakan pilihan utama.Respon antibodi terhadap adanya infeksi sangat bervariasi antar individu. Antibodi IgM merupakan imunoglobulin yang paling awal muncul. Antibodi ini dapat dideteksi pada 50% pasien 3-5 hari setelah onset penyakit, meningkat menjadi 80% pada hari ke 5 dan menjadi 99% pada hari ke 10. Puncak IgM adalah 2 minggu setelah onset penyakit kemudian menurun sampai pada kadar yang tidak terdeteksi setelah 2-3 bulan. Anti dengue srum IgG secara umum dapat dideteksi pada kadar kecil pada kahir minggu pertama kemudian meningkat perlahan. Serum IgG dapat dideteksi setelah beberapa bulan bahkan seumur hidup. Pada infeksi sekunder, titer antibodi akan meningkat lebih cepat. Imunoglobulin yang dominan adalah IgG yang terdeteksi dalam kadar yang tinggi bahkan dalam fase akut.

Gambar 5. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis DBD.

II.1.7. PenatalaksanaanPada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai. Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi: Tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol,mengacu pada protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut6: 1. Tatalaksana penderita tersangka Demam Berdarah Dengue (gambar 6). 2. Tatalaksana kasus tersangka Demam Berdarah Dengue (gambar 7).3. Tatalaksana kasus Demam Berdarah Dengue (gambar 8). 4. Tatalaksana kasus sindroma syok dengue (gambar 9).

Gambar 6. Penanganan tersangka DBD tanpa syok6.

Gambar 7. Tatalaksana kasus tersangka Demam Berdarah Dengue 6.

Gambar 8. Tatalaksana kasus Demam Berdarah Dengue 6.

Gambar 9. Tatalaksana kasus sindroma syok dengue6.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324:1563-6 2. World Health Organization. Prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever: comprihensive guidelines. New Delhi, 2001.p.5-17 3. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shock syndrome in the context of the integrated management of childhood illness. Department of Child and Adolescent Health and Development. WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva,2005 4. Departemen Kesehatan RI. Tata Laksana DBD. [Internet]. http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DBD.pdf [Diakses tanggal 20 Juli 2014].5. Soedarno SS, Garna H, Hadinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2008.6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan, 2005.p.19-347. Hadinegoro SRH, et al. (editor). Tata laksana demam berdarah dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan RI dan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2004.8. Pudjiadi, Antonius., dkk. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009.