-
Mewujudkan Pembangunan Permukiman Berkelanjutan melalui
Penerapan Produk Litbang
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, MScDirektur Jenderal Cipta Karya
Bandung, 10 April 2013
Disampaikan pada acara Kolokium Hasil Litbang Bidang Permukiman
2013
Kementerian Pekerjaan UmumDirektorat Jenderal Cipta Karya
-
1. Isu Strategis
2. Amanat Undang-Undang
3. Kondisi Eksisting
4. Pengembangan Kota Hijau
5. Penerapan Teknologi Maju dalam Pengembangan
InfrastrukturPermukiman
6. Penggunaan Teknologi Permukiman Ramah Lingkungan di Beberapa
Negara
7. Keterpaduan Program Ditjen Cipta Karya
8. Kesimpulan
2
Kerangka Penyajian
-
Penduduk Indonesia bisa dikategorikanpenduduk muda (ekspansif),
60% penduduk berusia di bawah 30 tahun. Pertumbuhan penduduk
mencapai1,49% per tahun.
Sejak 2010, sebagian besar penduduktinggal di kawasan perkotaan.
Urbanisasi diperkirakan terus berlanjuthingga 68% pada tahun
2025.
Profil Demografis Indonesia Urbanisasi Penduduk
1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2025
Perkotaan 14 17 22 30 42 54 64 68
Perdesaan 85 82 77 69 57 45 35 31
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pe
rse
nta
se (
%)
3
1. Isu Strategis
-
Terjadinya polusi badan air dan lingkungan permukiman akibat air
limbah dan sampahdomestik. 75% sungai kini dalam kondisitercemar
berat (KLH, 2013)
Posisi geografis di Ring of Fire menjadikan Indonesia rawan
bencanaalam berupa gempa maupun tsunami. Pada tahun 2012 terjadi
363 gempa diIndonesia dengan kekuatan rata-rata 5-5,3 SR (BNPB,
2012).
Perubahan iklim mengubah pola dan intensitas hujan serta
menaikanpermukaan laut sehingga meningkatkankerawanan kekeringan
dan banjir.
Di sisi lain, 70% emisi gas rumah kacabersumber dari kawasan
perkotaan (UN-Habitat, 2012)
Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim
4
1. Isu Strategis
-
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
PermukimanPembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan
teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta
mengembangkan industri bahan bangunan yang memanfaatkan sumber daya
dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan
UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025pembangunan perumahan beserta prasarana dan
sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup
5
2. Amanat Undang-Undang
-
UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Airpendayagunaan sumber
daya air diselenggarakandengan menjaga kelestarian fungsi sumber
daya air secara berkelanjutan
UU No. 18 Tahun 2008 tentang PengelolaanSampahTugas Pemerintah
dan Pemerintah Daerah (antaralain): f) memfasilitasi penerapan
teknologi spesifiklokal yang berkembang pada masyarakat
setempatuntuk mengurangi dan menangani sampah
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan GedungBangunan gedung
diselenggarakan berlandaskanasas kemanfaatan,
keselamatankeseimbangan, serta keserasian bangunan gedungdengan
lingkungannya
6
2. Amanat Undang-Undang
-
Indikator
Acuan
Dasar
(1993)
Saat Ini
(2011)
Target
MDGs
2015
Proporsi penduduk
terhadap air minum
layak
37,73 % 55,04% 68,87 %
Proporsi penduduk
terhadap sanitasi layak24,81 % 55,54% 62,41 %
12.1211.37
10.6710.01
9.398.80
8.267.75 7.27 6.82 6.40 6.00
0
5
102
00
9
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
20
15
20
16
20
17
20
18
20
19
20
20
Pe
rse
nta
se (%
)
Target Penurunan Permukiman Kumuh 2009-2020
Goal 7:
Memastikan KelestarianLingkungan Hidup
Target 7c : Menurunkan hingga separuh proporsirumah tangga tanpa
akses ber-kelanjutan terhadap air minum layakdan sanitasi layak
pada tahun 2015
Target 7d :Mencapai peningkatan yang signifikandalam kehidupan
penduduk miskin dipermukiman kumuh pada tahun 2020
7
3. Kondisi Eksisting
-
Ecological Cities (World Bank, 2011): Kota dengan perencanaan
dan manajemen perkotaan terpadu untuk peningkatkan kesejahteraan
warga dan komunitas melalui pemanfaatan sistem ekologi dan
perlindungan aset-aset lingkungan untuk generasi masa depan.
Green Cities (UNEP, 2011): Kota yang ramah lingkungan, dengan
indikator pengukuran kinerja lingkungan yang baik, meliputi
tingkat
polusi dan emisi karbon, konsumsi energi dan air, kualitas air,
timbulansampah dan tingkat daur ulang, rasio ruang terbuka hijau,
hutan
kota, dan alih fungsi lahan pertanian.
The Future We Want (2012): komitmen mempromosikan kebijakan
pembangunan berkelanjutan, yang mendukung pelayanan sosial dan
perumahan yang inklusif, lingkungan
hunian yang aman dan sehat bagi semua, khususnya anak-anak,
perempuan, lansia dan difabel; energi dan transport yang terjangkau
dan berkelanjutan; perlindungan, dan
restorasi ruang perkotaan hijau; air minum dan sanitasi yang
aman dan bersih; kualitasudara yang sehat; penciptaan lapangan
pekerjaan; dan perbaikan permukiman kumuh.
Dukungan terhadap penanganan limbah/sampah melalui penerapan 3R,
serta pentingnyapengurangan risiko bencana, ketahanan perubahan
iklim dalam perencanaan tata
ruang, dan pentingnya upaya penyeimbangan pembangunan perkotaan
dengan perdesaan.
8
4. Pengembangan Kota Hijau
-
Kota Hijau: Kota yang mampumenerapkan prinsip-prinsippembangunan
berkelanjutan
secara ekonomi, sosialbudaya, dan lingkungansecara
terintegrasi
Terdiri dari 8 atribut, DitjenCipta Karya terkait dengan
atribut:
o Green Waste
o Green Water
o Green Building
9
4. Pengembangan Kota Hijau
-
Reverse Osmosis merupakan teknologi penyulingan air laut yang
digunakanuntuk menghasilkan air layak minum(Lokasi: Pulau
Mandangin, Jawa Timur).
Roughing Filter dikombinasikan dengan Ultra Filtrasi untuk
pengolahan air tanpabahan kimia (Lokasi: Kota Banjar, Jabar).
Penggunaan IPA Indoor untuk IPA yang dibangun dengan lahan
terbatas dan daerah yang korosif.
Daur ulang air limbah untukmengantisipasi kelangkaan air
baku(Lokasi: Bandung dan Denpasar).
10
Green Water
5. Penerapan Teknologi Maju dalam Pengembangan Infrastruktur
Permukiman
-
Green Waste
Pengolahan Sampah TPA menjadi Listrikdengan pembangunan landfill
gas flaring, dapatmengurangi gas metana dan dilaksanakandengan
Clean Development Mechanism (Lokasi: TPA Sumur Batu, TPA Bantar
Gebang, TPA Palembang, TPA Pontianak).
Pengolahan Limbah dengan Membrane Bioreactor, sehingga
menghasilkan efluen yang lebih baik di lahan yang terbatas.
Drainase berwawasan lingkungan yang memadukan pola detensi
(menampung air sementara) dengan pola retensi(meresapkan), sehingga
menjaga ketersediaanair tanah.
11
5. Penerapan Teknologi Maju dalam Pengembangan Infrastruktur
Permukiman
-
12
Gedung baru Kementerian PU adalah salah satu contoh bangunan
hijau yang diperkirakan dapatmenghemat penggunaan energihingga 44%,
penghematan konsumsiair antara 61-83%, serta dapatmengurangi emisi
karbon sebanyak1.650 ton setiap tahunnya.
Bangunan ini telah memperolehsertifikasi greenship tingkat
platinum dari Green Building Certification Institute
Green Building
5. Penerapan Teknologi Maju dalam Pengembangan Infrastruktur
Permukiman
-
NEWater, Singapura
Pengolahan air limbah domestik menjadi air minum dilaksanakan
secara ekstensif diSingapura melalui program NEWater. Dengan
penggunaan teknologi maju, NEWatermenjadi sumber air minum bagi 30%
penduduk Singapura (400.000 m3/hari)
13
Mariannhill Landfill Site, Durban
TPA dengan 3 inovasi ramah lingkungan:
- Daur ulang leachate untuk irigasi.- Penangkapan gas landfill
untuk pembangkitlistrik hingga 650.000 kWh tiap bulan.
- Perlindungan dan pemulihan vegetasi asliuntuk menjaga
kelestarian lingkungan.
6. Penggunaan Teknologi Permukiman Ramah Lingkungan di Beberapa
Negara
-
Energy Retrofitting: Peningkatan efisiensi penggunaan energi
pada bangunan.
Kota Chicago memulai audit energi dan renovasi bangunan milik
pemerintah(kantor, sekolah, dan fasilitas sosial) dengan memasang
peralatan hemat energi untuk pengaturan suhu pencahayaan, dan
ventilasi. Hasilnya pemerintah menghemat US$ 6 Juta setiap tahun
dan mengurangi emisi 30.000 ton Gas Rumah Kaca.
Program apartment retrofitting di Sofia, Bulgaria dilaksanakan
dengan pemberdayaanmasyarakat, disesuaikan dengan kebutuhan
penghuni. Pengeluaran penghuni untukenergi (listrik & pemanas)
turun 20% dan mengurangi emisi hingga 6.700 ton CO2.
14
6. Penggunaan Teknologi Permukiman Ramah Lingkungan di Beberapa
Negara
Sebelum
Sesudah
Chicago City Halls Green Roof
Urban Retrofitting Sofia, Bulgaria
-
Desain program dilakukan berdasarkan entitasregional,
kabupaten/kota, kawasan, dan lingkungan/komunitas. Setiapentitas
terdiri dari kegiatan fisik maupun non fisik yang memadukankegiatan
semua sektor (AM, PLP, PBL, dan Bangkim).
15
Entitas Perkotaan Perdesaan
Regional Pembinaan dan Pengembangan Regional: SPAM Regional
Infrastruktur Air Limbah Terpusat Regional TPA Regional
Kabupaten/Kota
Pembinaan dan Pengembangan Kota: SPPIP Kota RISPAM Kota SSK Kota
Perda Bangunan Gedung RISPK Pembinaan PDAM SPAM Kota Air Limbah
Terpusat Drainase Perkotaan TPA Sampah
Pembinaan dan Pengembangan Kabupaten: SPPIP Kabupaten RISPAM
Kabupaten SSK Kabupaten SPAM Kabupaten
7. Keterpaduan Program Direktorat Jenderal Cipta Karya
-
16
Entitas Perkotaan Perdesaan
Kawasan Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Perkotaan: RPKPP RTBL
PNPM Perkotaan Plus SPAM di Rusuna SPAM di Kawasan Kumuh SPAM di
Pelabuhan Perikanan Kawasan
Perkotaan Air Limbah Komunal Rusunawa Infrastruktur permukiman
kumuh Infrastruktur di Rusuna Infrastruktur Rawan Bencana
Kawasan
Perkotaan RTH PSD Permukiman tradisional/bersejarah Bangunan dan
Lingkungan Strategis
Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan: SPAM di Kawasan
Nelayan SPAM di Kawasan SPAM di Kawasan Pelabuhan
Perikanan Kawasan Perdesaan Infrastruktur Rawan Bencana
Kawasan Perdesaan Infrastruktur di Kawasan
Perbatasan RISE/PISEW Agropolitan/Minapolitan
7. Keterpaduan Program Direktorat Jenderal Cipta Karya
-
17
Entitas Perkotaan Perdesaan
Lingkungan/
KomunitasPembinaan dan Pengembangan Lingkungan/Komunitas
Perkotaan: PLP-BK/ND PNPM-MP (P2KP) SANIMAS 3R
Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan/Komunitas Perdesaan:
PLP-BK/ND SPAM Desa Rawan
Air/Pesisir/Terpencil PAMSIMAS PPIP RIS PNPM
7. Keterpaduan Program Direktorat Jenderal Cipta Karya
-
18
8. Penutup
Pengembangan teknologi perlu disesuaikan dengan isu-isu
strategisyang berkembang, terutama terkait pengembangan Kota Hijau
dalam rangka pelestarian lingkungan permukiman serta mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim.
Penelitian dan pengembangan teknologi bidang permukiman
tidakhanya difokuskan pada teknologi mutakhir (High-Technology)
tetapijuga peningkatan kualitas teknologi konvensional
(Low-Technology) berdasarkan nilai kearifan lokal.
Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak pembangunan
kawasanpermukiman perlu terlibat lebih aktif dalam penerapan
hasilpenelitian dan pengembangan bidang permukiman.
Kerjasama regional dalam penelitian dan pengembangan
perluditingkatkan sebagai sarana pertukaran informasi teknologi dan
menunjang peran Puslitbangkim sebagai RC-CEHUD tingkat
Asia-Pasifik.
-
19
Better planned and better functioning cities can help guide us
to the future we want: cities where everyone has adequate
shelter, water, sanitation, health and other basic services;
cities with good education and job prospects; cities with
energy-efficient buildings
and public transport systems; cities where all feel they
belong--Ban Kim Moon, 2012
Terima Kasih...