Page 1
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
1
Pada 21 Maret 2006, WWF melihat langsung
kondisi 10 ekor gajah hasil tangkapan BKSDA
Riau dan dinas Kehutanan terikat tanpa air dan
sedikit makanan di Balai Raja, Kecamatan
Pinggir, Riau. Mereka ditangkap karena masuk
ke perkampungan penduduk beberapa minggu
sebelumnya. Ketika dicek ke lokasi, kesepuluh
gajah tersebut dalam kondisi yang sangat
mengkhawatirkan akibat luka-luka, dehidrasi,
depresi pasca penangkapan, dan kurangnya
makanan. Diduga mereka telah terikat
sedikitnya 10 hari setelah di tangkap. Sejak
saat itu WWF menyediakan makanan, air, dan
perawatan medis kepada gajah-gajah tersebut.
Terlepas dari perawatan dan pengobatan medis
yang dilakukan oleh WWF bekerjasama dengan
Yayasan Gajah Sumatra dan BKSDA, pada 14
April, seekor gajah mati akibat tetanus. Seekor
gajah lagi, yang telah relatif pulih, pada 15
April, melepaskan diri dari ikatan rantai dan lari
ke arah hutan.
13 Mei, 2006
Catatan medis dan status terakhir 10 ekor gajah tangkapan di Balai Raja, Riau
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah lebih dari tujuh minggu menjalani
perawatan dan perlakuan medis, kondisi
kesehatan delepan ekor gajah tangkapan di
Balai Raja semakin menunjukkan
kemajuan. Kedelapan gajah liar tersebut
tampaknya sudah cukup sehat dan secara
medis siap untuk segera dilepaskan.
Berikut ini adalah status terakhir dan
catatan medis masing-masing individu dari
10 ekor gajah tangkapan di Balai Raja,
Kabupaten Bengkalis, Riau, sejak awal
ketika didapatkan terikat hingga saat ini
(13 Mei 2006).
KELOMPOK GAJAH JANTAN
Jantan No.1
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Jantan, Dewasa, 14 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus Gading panjangnya ± 40 cm
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai Raja,
Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Kondisi
Kesehatan
ketika di cek
(21 Maret 2006) Luka pada kedua kaki belakang
karena ikatan rantai ; Abses (infeksi bernanah)
pada perut kanan dekat paha; Mengalami stres ;
Napsu makan relatif bagus.
JANTAN I
Perawatan
dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam jumlah
terbatas (ubi jalar, batang, daun dan buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan badan saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah dari
tempat ikatan semula yang becek karena semprotan
air ke tempat yang lebih kering. Pemindahan
dilakukan untuk mempermudah pengobatan dan
menjaga agar penyakit tidak mudah tersebar.
Page 2
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
2
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
30 Maret 2006, Luka pada kedua kaki belakang
dibersihkan dengan air dan diberi iodine spray;
Injeksi teramycin 40 cc i.m dan Biosalamin 20 cc
i.m.
1 April, rantai dikaki dibuka, diganti dengan rantai
yang baru dan kemudian dipindahkan kebagian
leher dengan menggunakan system ‘K’. Pemindahan
rantai kebagian leher ini memungkinkan gajah
bergerak dengan lebih leluasa, dan mempercepat
proses penyembuhan luka di kaki.
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain berjarak
sekitar 1 km untuk memudahkan akses air. Saat ini
gajah Jantan I sudah melewati masa kritis.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus untuk
mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan untuk
mendapatkan air yang lebih bersih Jantan I beserta
delapan gajah lainnya dipindahkan ke tempat lain
dekat waduk Pt. Kojo.
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar pada kakii
belakang: setelah dibersihkan dengan air luka
disemprot dengan iodine.
19 April, sebelum dilakukan pengobatan luar, gajah
Jantan I dimandikan lebih dulu untuk mendinginkan
kulitnya dan relaksasi.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang dengan air dan Iodine. Luka sudah
semakin membaik kondisinya.
27 April, luka-luka luar sudah mengering. Gajah
Jantan I sudah cukup sehat.
12-13 Mei, Jantan 1 diberikan obat cacing. Sampel
darah dan kotoran gajah Jantan 1 diambil untuk
diperiksa di laboratorium di Pekanbaru.
Page 3
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
3
Jantan No. 2
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Remaja, Jantan 8 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus Panjang gading ± 15 cm
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai
Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis,
Riau.
JANTAN 2
Kondisi
Kesehatan
dicek
(21 Maret 2006) Luka pada kedua kaki
belakang karena ikatan rantai ; Abses belum
muncul, mengalami stres-agresif, dan napsu
makan relatif bagus.
Page 4
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
4
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perawatan
dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam
jumlah terbatas (ubi jalar, batang, daun dan
buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan badan
saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah
dari tempat ikatan semula yang becek karena
semprotan air ke tempat yang lebih kering.
Pemindahan dilakukan untuk mempermudah
pengobatan dan menjaga agar penyakit tidak
mudah tersebar.
30 Maret 2006, rantai di kedua kaki belakang
dibuka, diganti dengan rantai yang baru dan
kemudian dipindahkan kebagian leher dengan
menggunakan system ‘K’. Pemindahan rantai
kebagian leher ini memungkinkan gajah
bergerak dengan lebih leluasa, dan
mempercepat proses penyembuhan luka di kaki.
Luka pada kedua kaki belakang dibersihkan
dengan air dan diberi iodine spray; Injeksi
teramycin 30 cc i.m dan Biosalamin 20 cc i.m,
dan pemberian Roboran/Vitamin.
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan akses
air. Saat ini gajah Jantan No.2 sudah melewati
masa kritis.
5 April, abces di paha kanan terlihat semakin
membesar. Ada 2 buah absces yang jaraknya
kurang dari 15 cm antara satu sama lain. Ada
luka aberasi cukup besar di metacarpal (kaki
belakang kiri dan kanan). Absces terjadi akibat
jarum tembakan senapan bius (luka kurang
lebih sedalam 13 cm). Terhadap abces
dilakukan incisi/pembedahan unuk
mengeluarkan nanah. Setelah itu bekas abces
diirigir dengan peroxide, Iodin dan diberikan
antibiotik lokal melalui Injeksi.
6 April, Jantan No.2 mulai menunjukkan gejala
klinis tetanus pada pagi hari, misalnya dengan
gejala gemetar, telinga tenang, tidak
bersemangat, dan tidak mau makan. Biasanya
hewan ini sangat agresif dan liar, tetapi ketika
dibawa ke kolam, tidak bergairah, tidak mau
minum dan sangat lemas. Ketika diberikan
antibiotika, Roboransia, dan Cortiko steroid,
keadaan Jantan No.2 membaik dan
dikembalikan ke tambatan semula. Siang hari
Jantan 2 mau makan tebu sedikit, tapi pakan
yang lain tidak disentuh.
Page 5
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
5
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
8 April, kondisi sangat tidak sehat. Saat
dimandikan gajah sempat kejang-kejang dan
rebah, walaupun kemudian dapat berdiri
kembali. Diberikan Antibiotika dan
Vitamin/Roboran.
9 April, Jantan No 2 kelihatannya menderita
tetanus. Gajah tak mungkin diberikan Anti
Tetanus Serum manusia. Per hari dibutuhkan
minimal 20 vial, selama minimal 7 hari
(meskipun peluang hidup kalau gajah sudah
menderita tetanus cuma 25 %). Jantan No.2
dinyatakan infaust/sangat kritis. Karena
kondisinya yang lemah dan tidak mau makan,
Jantan 2 menerima Infus hingga 30 botol @ 500
ml ditambah Biosalamin dan Hematopan@100
ml. Setelah menerima perlakuan, Jantan 2
menjadi lebih kuat, tapi kekejangan tubuh
semakin terlihat. Satwa malang ini dipindahkan
ke tempat yang lebih rindang/gelap
10 April, Diberikan infus 25 botol beserta
Diazepam. Setelah diberikan Diazepam,
perkembangan Jantan 2 cukup
menggembirakan, mulut sudah bisa dibuka, dan
mulai mau makan. Pada siang hari, hewan
semakin lemas, tidak kuat berdiri dan rebah,
otot-otot leher kaku, rahang tertutup (lock jaw),
ekor menegang, dan penis keluar. Sebanyak 40
liter air dimasukan lewat anus untuk mengatasi
dehidrasi.
11 April, gajah Jantan 2 terbaring lemah, tak
berdaya. Kondisinya semakin memburuk.
Seluruh ikatan rantai di lepas, sore harinya
diberikan ATS 10 vial.
12 April, Jantan 2 masih terbaring lemah. Infus
terus diberikan, ATS diberikan bersama
diazepam 20 ampul, pagi 10 ampul dan siang
10 ampul. Sebanyak 50 liter air dimasukkan
melalui anus untuk mengatasi dehidrasi. Untuk
menghindari penyakit dan untuk mendapatkan
air yang lebih bersih gajah-gajah yang lain
dipindahkan ke tempat lain dekat waduk Pt.
Kojo.
13 April, Jantan 2 masih terbaring lemas.
Nafasnya tinggal satu-satu.Tidak diberikan
perlakukan apa-apa lagi.
14 April, gajah jantan 2 mati pada jam 15.03
WIB. Otopsi dilakukan pada malam hari sejak
jam 9.00 hingga tengah malam, dan dilanjutkan
dengan penguburan bangkainya.
Page 6
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
6
Jantan No.3
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Jantan remaja, 7 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus
Panjang gading ± 20 cm.
Kaki depan kanan membengkak dari telapak kaki
sampai pergelangan kaki karena bekas jeratan.
Pada saat penangkapan masih terdapat kawat
jeratan di pergelangan kaki.
Buang air seni agak sulit dan tertahan, karena
terjadi pembengkakan dan abses di daerah pinggul
sampai ke daerah dekat anus. Terdapat dua luka
bekas tusukan pada daerah perenial kiri dan
inguinal; Kaki kanan depan bengkak dan agak sulit
dipergunakan karena bekas jeratan; Luka-luka pada
kedua kaki belakang akibat ikatan rantai; dan selera
makan tidak terlalu bagus serta sedikit mengalami
stres (kondisi kritis).
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai Raja,
Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Kondisi
Kesehatan
ketika dicek
Buang air seni agak sulit dan tertahan, karena
terjadi pembengkakan dan abses di daerah pinggul
sampai ke daerah dekat anus. Terdapat dua luka
bekas tusukan pada daerah perenial kiri dan
inguinal; Kaki kanan depan bengkak dan agak sulit
dipergunakan karena bekas jeratan; Luka-luka pada
kedua kaki belakang akibat ikatan rantai; dan selera
makan tidak terlalu bagus serta sedikit mengalami
stres (kondisi kritis).
JANTAN 3
Perawatan
dan
Perlakuan
Medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam jumlah
terbatas (ubi jalar, batang, daun dan buah pisang)
23 Maret, pemberian antibiotik vasilin/amphisilin 6
gr i.m; pemberian biosalamin 10 cc + Hematopan
10 cc (untuk penguat otot dan penambah napsu
makan).
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan badan saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah dari
tempat ikatan semula yang basah karena pemberian
air ke tempat yang lebih kering
Page 7
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
7
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
28 Maret, rantai dikaki dibuka, diganti dengan rantai
yang baru dan kemudian dipindahkan kebagian leher
dengan menggunakan system ‘K’. Pemindahan
rantai ke leher ini memungkinkan gajah bergerak
lebih leluasa, dan mempercepat proses
penyembuhan luka di kaki.
29 Maret, luka-luka pada kaki belakang dibersihkan,
diirigir dengan antispetik iodine yang diencerkan,
kemudian diberi iodine spray dan wonder dust,
diberi injeksi Teramycin LA 30 cc i.m, Biosalamin 20
cc i.m, dan Cortison 20 cc i.m (anti radang).
Dilakukan pembersihan irigir terhadap abses dan
kedua luka tusukan dengan iodine encer,
30 Maret, dua luka diberi iodine, permukaanya diberi
gusanex spray.
Urinasi sudah mulai lancar, selera makan relatif
sudah stabil, dan stres sudah mulai hilang.
4 April, dilakukan pemidahan dari tempat semula ke
lokasi lain sejarak 1 km yang tersedia cukup air.
Jantan No.3 telah melewati masa kritis.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus untuk
mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan untuk
mendapatkan air yang lebih bersih Jantan I beserta
delapan gajah lainnya dipindahkan ke tempat lain
dekat waduk Pt. Kojo.
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar pada kakii
belakang: setelah dibersihkan dengan air luka
disemprot dengan iodine.
19 April, sebelum dilakukan pengobatan luar, gajah
Jantan I dimandikan lebih dulu untuk mendinginkan
kulitnya dan relaksasi.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang dengan air dan Iodine. Luka sudah
semakin membaik kondisinya.
27 April, Gajah Jantan 3 masih menunggu lukanya
mengering. Meskipun demikian, kondisi Gajah
Jantan 3 sudah cukup sehat.
12-13 Mei, Jantan 3 diberikan obat cacing. Sampel
darah dan kotoran gajah Jantan 3 diambil untuk
diperiksa di laboratorium di Pekanbaru.
Page 8
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
8
Jantan No.4
Nama Medis Kondidi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan umur Remaja, Jantan 7 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 March 2006
Ciri khusus Gading sepanjang ± 15 cm.
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai
Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis,
Riau.
JANTAN 4 Kondisi
Kesehatan
ketika dicek
21 Maret 2006, luka pada kedua kaki belakang
karena ikatan rantai ; Abses pada perut kiri ;
Mengalami stres ; Napsu makan relatif bagus.
Page 9
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
9
Nama Medis Kondidi, status medis, dan perlakuan
Perawatan dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam
jumlah terbatas (ubi jalar, batang, daun dan
buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan badan
saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah
dari tempat ikatan semula yang becek karena
semprotan air ke tempat yang lebih kering.
Pemindahan dilakukan untuk mempermudah
pengobatan dan menjaga agar penyakit tidak
mudah tersebar.
30 Maret 2006, Luka pada kedua kaki belakang
dibersihkan dengan air dan diberi iodine spray;
Injeksi teramycin 30 cc i.m dan Biosalamin 20 cc
i.m.
2 April, rantai dikaki dibuka, diganti dengan
rantai yang baru dan kemudian dipindahkan
kebagian leher dengan menggunakan system
‘K’. Pemindahan rantai kebagian leher ini
memungkinkan gajah bergerak dengan lebih
leluasa, dan mempercepat proses penyembuhan
luka di kaki.
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan akses
air. Saat ini gajah Jantan 4 sudah relatif sehat.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus untuk
mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan untuk
mendapatkan air yang lebih bersih Jantan 4
beserta delapan gajah lainnya dipindahkan ke
tempat lain dekat waduk Pt. Kojo.
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar pada
kakii belakang: setelah dibersihkan dengan air
luka disemprot dengan iodine.
Page 10
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
10
Nama Medis Kondidi, status medis, dan perlakuan
19 April, sebelum dilakukan pengobatan luar,
gajah Jantan 4 dimandikan lebih dulu untuk
mendinginkan kulitnya dan relaksasi.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang dengan air dan Iodine. Luka sudah
semakin membaik kondisinya.
27 April, luka-luka luar sudah mengering. Gajah
Jantan 4 sudah sehat.
12-13 Mei, Jantan 4 diberikan obat cacing.
Sampel darah dan kotoran gajah Jantan 4
diambil untuk diperiksa di laboratorium di
Pekanbaru.
Jantan No.5
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Remaja Jantan, 8 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkap
an
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus Gading sepanjang ± 10 cm.
Lokasi
penangkap
an
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai Raja,
Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau.
Kondisi
Kesehatan
ketika
dicek
21 Maret 2006, luka pada kedua kaki belakang karena
ikatan rantai ; Abses belum kelihatan ; Mengalami
sedikit stres ; Napsu makan relatif bagus.
JANTAN 5
Perawatan
dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam jumlah
terbatas (ubi jalar, batang, daun dan buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk minum
dan mandi (untuk mendinginkan badan saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah dari
tempat ikatan semula yang becek karena semprotan
air ke tempat yang lebih kering. Pemindahan
dilakukan untuk mempermudah pengobatan dan
menjaga agar penyakit tidak mudah tersebar.
30 Maret 2006, Luka pada kedua kaki belakang
dibersihkan dengan air dan diberi iodine spray; Injeksi
teramycin 30 cc i.m dan Biosalamin 20 cc i.m.
Page 11
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
11
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
2 April, rantai dikaki dibuka, diganti dengan rantai
yang baru dan kemudian dipindahkan kebagian leher
dengan menggunakan system ‘K’. Pemindahan rantai
kebagian leher ini memungkinkan gajah bergerak
dengan lebih leluasa, dan mempercepat proses
penyembuhan luka di kaki.
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain berjarak
sekitar 1 km untuk memudahkan akses air. Saat ini
gajah Jantan 5 sudah relatif sehat.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus untuk
mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan untuk
mendapatkan air yang lebih bersih Jantan 5 beserta
delapan gajah lainnya dipindahkan ke tempat lain
dekat waduk Pt. Kojo.
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang: setelah dibersihkan dengan air luka
disemprot dengan iodine.
19 April, sebelum dilakukan pengobatan luar, gajah
Jantan 5 dimandikan lebih dulu untuk mendinginkan
kulitnya dan relaksasi.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang dengan air dan Iodine. Luka sudah semakin
membaik kondisinya.
27 April, luka-luka luar sudah mengering. Gajah
Jantan 5 sudah sehat.
12-13 Mei, Jantan 5 diberikan obat cacing. Sampel
darah dan kotoran gajah Jantan 5 diambil untuk
diperiksa di laboratorium di Pekanbaru.
Page 12
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
12
KELOMPOK GAJAH BETINA
Betina No.1
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan umur Dewasa, betina 30 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus Luka di perut kanan, susu besar, punya caling
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai
Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten
Bengkalis, Riau.
Kondisi
Kesehatan
ketika dicek
Ada luka sayat di bagian perut kanan dan
myasis, kemudian abses di daerah pinggul-
perut kanan, luka di kedua kaki belakang
akibat rantai ikatan dan mengalami myasis/
belatung. (kondisi kritis).
BETINA 1.
Perawatan dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam
jumlah terbatas (ubi jalar, batang, daun dan
buah pisang)
23 Maret, luka di kaki belakang disemprot
dengan iodine, dan disuntik dengan
Teramicyn 40 cc i.m
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan
badan saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah
dari tempat ikatan semula yang becek karena
semprotan air ke tempat yang lebih kering.
Pemindahan dilakukan untuk mempermudah
pengobatan dan menjaga agar penyakit tidak
mudah tersebar.
28 Maret, rantai dikaki dibuka, diganti dengan
rantai yang baru dan kemudian dipindahkan
kebagian leher dengan menggunakan system
‘K’. Pemindahan rantai kebagian leher ini
memungkinkan gajah bergerak dengan lebih
leluasa, dan mempercepat proses
penyembuhan luka di kaki.
29 Maret 2006, Luka pada kedua kaki
belakang dibersihkan dengan iodine antiseptic
yang dioleskan; dan karena mengalami
myasis (luka dengan belatung) iodine
dicampur dengan bensin dan tembakau, lalu
disemprot dengan iodine, wonder dust, dan
gusanex spray. Dilanjutkan dengan injeksi
teramycin 40 cc i.m dan Biosalamin 20 cc i.m
dan Cortison 20 cc.im. Absces di paha dan
perut juga dibersihkan dan diberi iodine.
Page 13
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
13
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan
akses air. Saat ini gajah Betina I sudah
melewati masa kritis.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus
untuk mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan
untuk mendapatkan air yang lebih bersih
Betina I beserta delapan gajah lainnya
dipindahkan ke tempat lain dekat waduk Pt.
Kojo.
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar pada
kaki belakang: setelah dibersihkan dengan air
luka disemprot dengan iodine.
19 April, sebelum dilakukan pengobatan luar,
gajah Betina I dimandikan lebih dulu untuk
mendinginkan kulitnya dan relaksasi.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang dengan air dan Iodine. Luka sudah
semakin membaik kondisinya.
27 April, luka-luka luar sudah mengering.
Gajah Betina I sudah cukup sehat.
12-13 Mei, Betina 1 diberikan obat cacing.
Sampel darah dan kotoran gajah Betina 1
diambil untuk diperiksa di laboratorium di
Pekanbaru.
Betina No.2
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Dewasa, 17 tahun
Tanggal
Penangkapan Antara 9 – 12 March 2006
Ciri khusus
Abses di perut sebelah kanan, luka dikedua kaki
belakang karena ikatan, napsu makan relatif
bagus. Ada dugaan gajah bunting.
Lokasi
Penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai
Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis,
Riau.
Kondisi
Kesehatan
dicek
21 Maret 2006, abses di perut sebelah kanan,
luka dikedua kaki belakang karena ikatan rantai
yang terlalu ketat, napsu makan relatif bagus,
ada dugaan gajah bunting.
Page 14
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
14
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perawatan dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam
jumlah terbatas (ubi jalar, batang, daun dan
buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan badan
saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah
dari tempat ikatan semula yang becek karena
semprotan air ke tempat yang lebih kering.
Pemindahan dilakukan untuk mempermudah
pengobatan dan menjaga agar penyakit tidak
mudah tersebar.
29 Maret, rantai dikaki dibuka, diganti dengan
rantai yang baru dan kemudian dipindahkan
kebagian leher dengan menggunakan system
‘K’. Pemindahan rantai kebagian leher ini
memungkinkan gajah bergerak dengan lebih
leluasa, dan mempercepat proses penyembuhan
luka di kaki. Luka-luka pada kaki kemudian
dibersihkan dengan iodine semprot dan wonder
dust, sedangkan abscess dibersihkan dengan
iodine dan disuntik dengan teramycin 30 cc i.m
dan Biosalamin 20 cc i.m
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan akses
air. Saat ini gajah Betina 2 sudah relatif sehat.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus untuk
mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan untuk
mendapatkan air yang lebih bersih Betina I
beserta delapan gajah lainnya dipindahkan ke
tempat lain dekat waduk Pt. Kojo.
14 April, dilakukan pengobatan luar pada luka
dengan menggunakan air dan iodine
15 April, Betina 2 tidak ditemukan ditempatnya
semula terikat. Gajah yang sudah relatif sehat
tersebut melepaskan diri dari rantainya dan
dilaporkan oleh masyarakat lari ke arah semak-
semak hutan Balai Raja
18 April, Betina 2 belum ditemukan, petugas
masih mencari.
20 April, Pencarian dihentikan oleh KSDA.
Page 15
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
15
Betina No.3
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Dewasa, betina 18 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus Ujung ekor buntung
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa
Balai Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten
Bengkalis, Riau.
BETINA 3
Kondisi
Kesehatan
ketika dicek
21 Maret 2006, luka pada kedua kaki
belakang karena ikatan rantai ; Abses
belum kelihatan, mengalami stres, napsu
makan relatif bagus.
Page 16
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
16
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perawatan dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan,
dalam jumlah terbatas (ubi jalar, batang,
daun dan buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air
untuk minum dan mandi (untuk
mendinginkan badan saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan
gajah dari tempat ikatan semula yang
becek karena semprotan air ke tempat
yang lebih kering. Pemindahan dilakukan
untuk mempermudah pengobatan dan
menjaga agar penyakit tidak mudah
tersebar.
30 Maret, rantai dikaki dibuka, diganti
dengan rantai yang baru dan kemudian
dipindahkan kebagian leher dengan
menggunakan system ‘K’. Pemindahan
rantai kebagian leher ini memungkinkan
gajah bergerak dengan lebih leluasa, dan
mempercepat proses penyembuhan luka
di kaki. Luka-luka pada kaki kemudian
dibersihkan dengan air dan dioles iodine
antiseptik, kemudian disemprot dengan
idoine spray lalu disuntik dengan
teramycin 30 cc i.m dan Biosalamin 20 cc
i.m
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan
akses air. Saat ini gajah Betina 3 sudah
relatif sehat.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus
untuk mencegah terjangkiti penyakit
tetanus.
12 April, untuk menghindari penyakit dan
untuk mendapatkan air yang lebih bersih
Betina 3 beserta delapan gajah lainnya
dipindahkan ke tempat lain dekat waduk
Pt. Kojo.
Page 17
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
17
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar
pada kaki belakang: setelah dibersihkan
dengan air luka disemprot dengan iodine.
19 April, sebelum dilakukan pengobatan
luar, gajah Betina 3 dimandikan lebih dulu
untuk mendinginkan kulitnya dan
relaksasi.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada
kaki belakang dengan air dan Iodine. Luka
sudah semakin membaik kondisinya.
27 April, luka-luka luar sudah mengering.
Gajah Betina 3 sudah cukup sehat.
12-13 Mei, Betina 3 diberikan obat cacing.
Sampel darah dan kotoran gajah Betina 3
diambil untuk diperiksa di laboratorium di
Pekanbaru.
Betina No.4
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Remaja, 6 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara 9 – 12 Maret 2006
Ciri khusus Bahu kanan abses akibat tembakan
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai
Raja, Kecamatan Pinggir, Kabupaten
Bengkalis, Riau.
BETINA 4 Kondisi
Kesehatan
ketika dicek
21 Maret, luka pada kedua kaki belakang
karena ikatan rantai ; Abses belum
kelihatan, mengalami stres, napsu makan
relatif bagus.
Page 18
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
18
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perawatan dan
perlakuan
medis
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam
jumlah terbatas (ubi jalar, batang, daun dan
buah pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air
untuk minum dan mandi (mendinginkan
badan saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah
dari tempat ikatan semula yang becek
karena semprotan air ke tempat yang lebih
kering. Pemindahan dilakukan untuk
mempermudah pengobatan dan menjaga
agar penyakit tidak mudah tersebar.
30 Maret, Luka-luka pada kaki kemudian
dibersihkan dengan air dan dioles iodine
antiseptik, kemudian disemprot dengan
idoine spray lalu disuntik dengan teramycin
30 cc i.m dan Biosalamin 20 cc i.m.
yang baru dan kemudian dipindahkan
kebagian leher dengan menggunakan
system ‘K’. Pemindahan rantai kebagian
leher ini memungkinkan gajah bergerak
dengan lebih leluasa, dan mempercepat
proses penyembuhan luka di kaki.
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan
akses air.
11 April, Betina IV menunjukkan gejala-
gejala awal yang sama dengan Gjah jantan
2. Anti Tetanus Serum/ATS di fokuskan
untuk pengobatan hewan ini
Page 19
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
19
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
2 April, rantai dikaki dibuka, diganti dengan
rantai
12 April, untuk menghindari penyakit dan
mendapatkan air yang bersih, gajah Betina 4
dan delapan ekor gajah lain dipindahkan ke
tempat baru di dekat waduk PT Kojo, sekitar
2 KM dari lokasi pertama ketika ditemukan
terikat.
12 April, Betina 4 makan tetapi dimuntahkan
lagi meskipun obat sudah dimasukkan
melalui infus.
13 April, Betina 4 dari jam 11-7 malam
diberi infus 36 botol, air dimasukkan lewat
anus 5 jerigen besar serta diberikan
biosalamin, hematopan, ATS, bila makan.
Tapi muntah-muntah terus. Pengobatan luar
juga terus dilakukan seperti biasa
14 April, Betina 4 tidak bisa membuka mulut
dan makan dengan normal akibat pengaruh
tetanus. Makanan yang masuk menumpuk
dirongga tenggorokan sehingga harus
dikeluarkan segera karena menyumbat
tenggorokan. Untuk mendapatkan energi,
Gajah Betina 4 harus dibuatkan juice.
17 April, berhasil dimasukkan juice 50 liter
kedalam lambungnya (campuran nenas,
pepaya, pisang, promina) dan 20 liter
melalui selang lewat mulut dengan bantuan
pompa yang dimodifikasi
18 April, Betina 4 baru selesai mendapatkan
50 liter mix juice dan air putih 20 liter
dimasukkan melalui selang. Pengobatan luar
dilakukan seperti biasa.
19 April, Betina 4 masih muntah-muntah.
Tidak dibius. Hanya diberi juice buah-
buahan. Diikat dipinggir waduk dan dibawa
mandi.
20 April (19.13), Kita baru saja keluar
lokasi, betina 4 sore tadi dibius untuk
memasukkan makanan. Tetapi dia tumbang
karena kondisinya sudah lebih dari 30 jam
tidak ada makanan masuk. Akibat tetanus,
makanan tidak bisa masuk, selalu muntah.
Tadi sudah kita masukkan mix juice buah 80
liter. Sekarang masih tidur terbaring.
Page 20
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
20
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
21 April (17.27), Gajah betina mulai
membaik, tadi malam jam 10 sudah berdiri
lagi cuma masih sempoyongan. Pagi ini
sudah baik lagi seperti biasa karena sudah
masuk makanan. Masalahnya setiap diberi
juice gajah betina itu harus dibius dulu,
kalau tidak selangnya tidak bisa masuk
kedalam mulutnya lantaran dia masih liar.
Kalau dibius terus, dia bisa ketergantungan.
22 April, pada malam hari 80 liter juice
berhasil dimasukkan kedalam perut gajah
betina 4, tetapi kondisinya makin buruk dan
kurus
24 April, 80 liter juice berhasil dimasukkan
kedalam perut gajah betina 4, juga 20 botol
infus diberikan
26 April, kondisinya semakin baik. Tidak
muntah-muntah lagi sehingga tidak
diberikan juice, dan makan seperti biasa.
27 April gajah Betina 4 hari ini sudah bisa
makan dengan baik, meski belum pulih
seperti biasa.
28 April (16.00). Betina 4 makin pulih
kesehatannya meski selera makan belum
normal seperti gajah liar lainnya, namun
perlu waktu agak lama untuk pemulihan
kecanduan obat bius yang hampir 2 minggu
ni disuntikkan. Untuk penyembuhan perlu
dibawa berendam ke dalam waduk minimal
3x sehari terutama pada pukul 3-4 sore
karena ketagihan obat biusnya kambuh, dan
hebatnya lagi, setelah dimandikan gajah
Betina 4 langsung tidur.
5 Mei. Betina 4 sudah sembuh dan sudah
bisa makan secara normal. Hari ini dia
dibawa ke semak-semak untuk
mendapatkan pakan alami, Betina 4 tampak
sangat menikmati kembali ke alam.
12-13 Mei, Betina 4 diberikan obat cacing.
Sampel darah dan kotoran gajah Betina 4
diambil untuk diperiksa di laboratorium di
Pekanbaru.
Page 21
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
21
Betina No. 5
Nama Medis Kondisi, status medis, dan perlakuan
Perkiraan
umur Remaja-anak , 5 tahun
Perkiraan
Tanggal
Penangkapan
Antara, 9 – 12 March 2006
Ciri khusus
Lokasi
penangkapan
Dibelakang Kompleks. PT. Kojo, Desa Balai Raja,
Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau.
BETINA 5
Kondisi
Kesehatan
ketika di cek
Perawatan
dan
perlakuan
medis
21 Maret 2006, luka pada kedua kaki belakang
karena ikatan rantai ; Abses belum kelihatan,
mengalami stres, napsu makan relatif bagus.
22 Maret, mulai menerima makanan, dalam
jumlah terbatas (ubi jalar, batang, daun dan buah
pisang)
24 Maret, gajah mulai mendapatkan air untuk
minum dan mandi (untuk mendinginkan badan
saja)
25 Maret, mulai diakukan pemindahan gajah dari
tempat ikatan semula yang becek karena
semprotan air ke tempat yang lebih kering.
Pemindahan dilakukan untuk mempermudah
pengobatan dan menjaga agar penyakit tidak
mudah tersebar.
29 Maret, rantai dikaki dibuka, diganti dengan
rantai yang baru dan kemudian dipindahkan
kebagian leher dengan menggunakan system ‘K’.
Pemindahan rantai kebagian leher ini
memungkinkan gajah bergerak dengan lebih
leluasa, dan mempercepat proses penyembuhan
luka di kaki. Luka pada kedua kaki belakang
dibersihkan dengan iodine antiseptic yang
dioleskan; lalu disemprot dengan iodine, wonder
dust, dan dilanjutkan dengan injeksi teramycin 40
cc i.m dan Biosalamin 20 cc i.m. Depresi
tampaknya berkurang.
4 April, dilakukan pemidahan ke lokasi lain
berjarak sekitar 1 km untuk memudahkan akses
air. Saat ini gajah Betina 5 sudah relatif sehat.
11 April, diberikan vaksin toxoid tetanus untuk
mencegah terjangkiti penyakit tetanus.
Page 22
Prepared by Samsuardi, Nurchalis Fadhli, and Desmarita Murni of WWF-Indonesia
Last Updated on 13 May 2006
22
12 April, untuk menghindari penyakit dan untuk
mendapatkan air yang lebih bersih Betina 5
beserta delapan gajah lainnya dipindahkan ke
tempat lain dekat waduk Pt. Kojo.
13-18 April, Dilakukan pengobatan luar pada kakii
belakang: setelah dibersihkan dengan air luka
disemprot dengan iodine.
19 April, Betina 5 dibius guna bedah abses di
bagian pantat kiri.
20 April, dilakukan pengobatan luar pada kaki
belakang dengan air dan Iodine, serta bekas
abses setelah pembedahan. Luka di kaki sudah
semakin membaik kondisinya.
27 April, luka-luka luar sudah mengering. Gajah
Betina 5 sudah cukup sehat.
12-13 Mei, Betina 5 diberikan obat cacing. Sampel
darah dan kotoran gajah Betina 5 diambil untuk
diperiksa di laboratorium di Pekanbaru.