perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS (Studi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Oleh: Ifa Rizty Fauzia D 0206118 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
125
Embed
PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS - · PDF fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS (Studi Faktor – faktor yang Mempengaruhi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS
(Studi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi
Oleh:
Ifa Rizty Fauzia
D 0206118
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN MOTTO
Jika kita sungguh – sungguh menginginkan kesuksesan,
Maka kesuksesanlah yang pada akhirnya menunggu kita.
(aku)
always do your best today, because today will not be repeated (aku)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk cinta dan kasih sayang yang tak pernah padam...
Tabel 5. Nilai Rata – rata Prediksi Perkembanga RadioKomunitas
pada Putaran 1 dan 2…………………………………………… … 69
Tabel 6. Peringkat Prediksi Perkembangan Radio Komunitas
Berdasarkan Nilai Rata – rata dalam Dua Putaran…………………. 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
ABSTRAK
IFA RIZTY FAUZIA, D0206118, PREDIKSI PERKEMBANGAN RADIO KOMUNITAS (Studi Faktor - faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo), Skripsi, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta, 2011.
Perkembangan jaman dan perubahan masyarakat mempengaruhi peran radio, dari media propaganda menjadi institusi sosial yang berada didalam komunitas yang heterogen dengan segala macam permasalahan. Kini radio memiliki tiga peran sosial, yaitu radio sebagai media sosialisasi, radio sebagai media aktualisasi, dan radio sebagai media advokasi. Dari perubahan itupun kemudian muncul berbagai jenis radio. Mulai dari radio nasional milik pemerintah hingga radio – radio swasta komersil yang biasanya memiliki segmen tertentu, seperti pendidikan, hiburan maupun berita.
Di tengah maraknya radio komersil yang berusaha meraup keuntungan besar, justru muncul radio komunitas non komersil sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi dan apresiasi dari anggota komunitasnya. Keberadaan radio komunitas ini membawa angin segar bagi masyarakat untuk mengapresiasikan ide maupun pendapatnya. Namun radio komunitas ini masih memiliki banyak permasalahan yang harus diselesaikan.
Permasalahan tersebut antara lain adalah masalah dana yang terbatas, kemudian masalah perizinan yang dianggap masih belum mendukung perkembangan radio komunitas sepenuhnya. Selain itu adanya masalah keterbatasan sumber daya manusia dan masalah teknologi yang selalu berkembang. Hal tersebutlah yang membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana masa depan radio komunitas dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan.
Dengan menggunakan metode studi Delphi yaitu metodologi untuk meramalkan dengan menggunakan panel para pakar, peneliti melakukan penelitian terhadap sembilan pakar radio untuk mengetahui prediksi mereka mengenai perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo. Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2010 hingga Februari 2011 dengan melakukan wawancara, yang dilanjutkan dengan tahap kuisioner. Kuisioner tersebut berisi 14 item pertanyaan kepada responden dalam dua kali putaran untuk mendapatkan jawaban yang dapat dipercaya.
Hasil akhir dari penelitian dengan studi Delphi ini didapatkan beberapa kesimpulan tentang radio komunitas di Yogyakarta dan Solo, yaitu: (1) Pertumbuhan radio komunitas yang masih belum stabil dan sulit terkendali; (2) Materi siar radio komunitas akan didominasi konten lokal; (3) Masih minimnya ketertarikan dari sponsor terhadap radio komunitas; (4) Akan terjadi migrasi ke teknologi era digital; (5) Sumber daya manusia akan semakin maju dan mampu menghadapi perubahan zaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
ABSTRACT
IFA RIZTY FAUZIA, D0206118, PREDICTION OF COMMUNITY RADIO DEVELOPMENT ( Study of Factors Affecting Growth Community Radio in Yogyakarta and Solo ) Thesis, Program of Communication Studies, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University (FISIP UNS) Surakarta, 2011.
Transformation era and societal change affect the role of radio, from media propaganda into the social institutions which resides in a heterogeneous community with all sorts of problems. Now the radio has three social roles, namely the radio as a medium of socialization, the radio as a medium-actualization, and the radio as advocacy media. From the change then came the various types of radio. Start from the national radio of Indonesia into - commercial private radio station that usually has a particular segment, such as education, entertainment or news.
Among the crowd of commercial radio which is trying to reap huge profits, it appears non-commercial community radio as a forum to convey the aspirations and appreciation from members of the community. The existence of this community radio to bring fresh air for people to appreciate ideas and opinions. However, this community radio still has many problems to be solved.
These problems include the problem of limited funding, and licensing issues that were deemed to be not fully support the development of community radio. In addition, the lack of human resources and technology issues are always evolving. This is exactly what makes researcher want to know how the future of community radio in the period -5, -10 and 15 years ahead.
By using the Delphi method study, the methodology to predict by using the panel of experts, researchers conducted a study of nine specialist radio to find out their predictions about the development of community radio in Yogyakarta and Solo. This research have been conducted during December 2010 to February 2011 with an interview, which was continued by phase questionnaire. Its containing 14 items of questions to respondents in two rounds to get reliable answers.
The result of this research with the Delphi study obtained some conclusions about community radio in Yogyakarta and Solo, namely: (1) The growth of community radio is still not stable and difficult to control, (2) Content of community radio broadcasting will be dominated by local content, (3) Still the lack of interest from sponsors of community radio, (4) There will be a migration to the digital technology era, (5) Human resources will be more advanced and able to deal with the changing times.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berita dan informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok manusia. Informasi
dapat diperoleh melalui berbagai media yaitu media cetak yang berupa koran,
majalah dan tabloid, serta media elektronik seperti radio, televisi, hingga internet.
Saat manusia mulai menyadari pentingnya informasi dalam kehidupannya, maka
peran media massa baik cetak maupun elektronik menjadi semakin besar.
Onong Uchjana dalam buku Siaran Radio: Teori dan Praktek mengatakan salah satu
media massa yang masih terus bertahan sampai saat ini adalah radio. Sebagai unsur
dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran mempunyai
sifat dan ciri yang berbeda dengan media massa lainnya Radio memberi keleluasaan
pada pendengarnya untuk berimajinasi, karakteristik lain yang dimiliki oleh radio
adalah kemampuan radio untuk membuat para pendengarnya merasa diperhatikan
secara personal. Selain itu, radio merupakan media dengan biaya yang relatif lebih
murah dan mudah di akses oleh masyarakat. Bahkan, munculnya berbagai media
elektronik lain, termasuk maraknya internet pun, tidak menenggelamkan radio
sebagai salah satu media pilihan konsumen (Effendi, 1990).
Perkembangan jaman dan perubahan masyarakat mempengaruhi peran radio,
dari media propaganda menjadi institusi sosial yang berada didalam komunitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
heterogen dengan segala macam kompleksitas permasalahan. Kini radio memiliki
tiga peran sosial, yaitu radio sebagai media sosialisasi, radio sebagai media
aktualisasi, dan radio sebagai media advokasi (Masduki, 2004).
Dari perubahan itupun kemudian muncul berbagai jenis radio. Mulai dari
radio nasional milik pemerintah hingga radio – radio swasta komersil yang biasanya
memiliki segmen tertentu, seperti pendidikan, hiburan maupun berita. Namun di
tengah maraknya radio komersil yang berusaha meraup keuntungan yang besar,
justru muncul radio komunitas non komersil sebagai wadah untuk menyampaikan
aspirasi dan apresiasi dari anggota komunitasnya. Radio komunitas adalah stasiun
siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh
sebuah komunitas. Intinya, radio komunitas adalah radio yang dibangun dari, oleh,
untuk dan tentang komunitasnya (Masduki, 2004)
Radio komunitas sebagai bentuk lembaga penyiaran telah diakui keberadaannya,
sebagaimana telah diatur dalam UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002. Dalam UU
penyiaran, radio komunitas adalah termasuk kedalam lembaga penyiaran komunitas,
dimana dalam penjelasannya pada Pasal 21 ayat 1, lembaga penyiaran komunitas
merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia. Didirikan
oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersil, dengan daya pancar
rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan
komunitasnya (Andriana, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Deni Andriana dalam sebuah artikel berjudul Radio Komunitas menyatakan
bahwa dalam menjalankan peran dan fungsinya radio komunitas sebagai lembaga
penyiaran komunitas, memiliki stuktur organisasi yang berbeda dengan jenis media
lainnya seperti media pemerintah maupun swasta. Perbedaan ini terutama merujuk
pada adanya partisipasi warga atau komunitas dalam pendirian dan pengelolaannya.
Selain itu radio komunitas ini biasanya bercirikan tiga aspek yaitu, non-profit,
adanya kepemilikan dan kontrol dari komunitas serta partisipasi komunitas
(Andriana, 2010).
Radio komunitas sebagai salah satu bagian dari sistem penyiaran Indonesia
secara praktek ikut berpartisipasi dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan
komunitasnya, baik menyangkut aspirasi warga masyarakat maupun program-
program yang dilakukan pemerintah untuk bersama-sama menggali masalah dan
mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya (Ricky Riadi Iskandar, dkk,
2008)
Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000, yaitu
undang – undang Nomor 32 tentang Penyiaran. Hak tersebut tertuang dalam pasal
21, yaitu partisipasi masyarakat, yang disebut sebagai penyiaran komunitas. Sejak
Undang – undang penyiaran disahkan, hingga saat ini telah tumbuh ribuan radio
komunitas diseluruh Indonesia dengan karakteristik masing – masing. Segala macam
bidang bisa diangkat melalui radio mulai dari ekonomi, bisnis, budaya, sosial, seni,
agama, politik, bahkan olahraga pun tidak habis dikupas seiring pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disegala bidang tersebut. Hal tersebut juga dipicu dengan semakin terbukanya akses
informasi, kemajuan teknologi, kesempatan dan keinginan masyarakat untuk
menggunakan media dalam penyelesaian persoalan-persoalan komunitasnya ( Basuki
Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry Niko Borang, 2009)
Sekarang ini perkembangan radio komunitas kian pesat, seiring semakin
terbukanya akses informasi, kemajuan teknologi, kesempatan dan keinginan
masyarakat untuk menggunakan media dalam penyelesaian persoalan-persoalan
komunitasnya, karena memang masih banyak permasalahan yang dialami oleh radio
komunitas yang harus segera diselesaikan sehingga tidak mengancam
keberadaannya.
Saat ini jumlah stasiun radio komunitas di Indonesia diperkirakan telah mencapai
500 stasiun. Meskipun keberadaan radio komunitas di Indonesia telah diakui dalam
UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, tetapi masih banyak kendala yang
ditemui dalam upaya untuk mengembangkannya. Salah satunya adalah alokasi
frekuensi. Sementara ini aturan dalam hal penggunaan frekuensi, pemerintah
berpedoman pada SK Menteri perhubungan Nomor 15 dan 15a, bahwasannya radio
komunitas diberikan 3 kanal 202, 203, 204, atau menempati frekuensi 107.7, 107.8,
107.9 dengan jangkauan siaran 2,5 km dan ERP (power) maksimal 50 watt. Apabila
aturan tersebut digunakan di daerah perkotaan yang padat maka yang terjadi rakom
sulit memetakan siapa audiensinya dan secara teknispun sulit. Hal tersebut terjadi di
beberapa daerah di Indonesia,misalnya radio komunitas kampus yang jaraknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sangat berdekatan berakibat terjadinya kesalah pahaman atau konflik-konflik baru
karena dengan 3 frekuensi yang sama saling berdekatan, dan saling bertabrakan. Lalu
jika aturan tersebut dilaksanakan di daerah yang luas seperti Kalimantan dengan
jarak jangkauan siaran 2,5 km, yang akan mendengarkan radio tersebut hanya
beberapa kepala keluarga saja, padahal dalam proses perijinan rakom harus
memperoleh dukungan minimmal 51% atau 250 orang komunitasnya (Widarto,
2009).
Selain masalah pertumbuhan dan frekuensi tersebut, sampai saat ini masalah dana
juga masih dialami oleh radio komunitas. Cara kerja dan format siaran radio
komunitas tidak bisa disamakan dengan radio komersial. Mereka hanya butuh biaya
untuk sekadar bertahan sebagai media informasi sesama anggota komunitasnya.
Dana radio komunitas merupakan dana dari swadaya masyarakat. Radio komunitas
tidak diperbolehkan menyiarkan iklan komersil atau mengiklankan suatu produk,
kecuali iklan layanan masyarakat. Karena, tidak diperbolehkannya iklan masuk
tersebut maka dana radio komunitas terbatas.
Terbatasnya dana juga sangat berkaitan dengan masalah teknis. Perbaikan untuk
peralatan yang rusak dan perawatanya memerlukan dana, sedangkan dana yang
dimiliki radio komunitas merupakan dana secara swadaya. Apabila ada salah satu
alat siaran rusak untuk perbaikannya pasti harus menunggu iuran dari masyarakat
untuk memberikan dana secara sukarela. (Widarto, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah 8 tahun disahkan dalam undang – undang, ternyata sampai saat ini radio
komunitas juga masih mengalami masalah dalam perizinan. Setelah mendapat
pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi yang berada di bawahnya seperti
Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi
dianggap masih belum mendukung perkembangan radio komunitas sepenuhnya.
Prosedur perijinan yang disusun oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meskipun
telah melalui proses konsultasi kepada beberapa radio komunitas juga masih terlalu
berbelit-belit dan panjang. Radio komunitas harus mengajukan surat permohonan
kepada kepada KPI-D, lalu KPI-D akan verifikasi dan evaluasi. Apabila tidak
memenuhi syarat maka surat permohonan akan dikembalikan, apabila disetujui
permohonan akan di lanjutkan ke KPI Pusat. Di KPI Pusat prosesnya hampir sama,
yaitu di kompilasikan melalui forum bersama antara Pemerintah inter-departemen
(departemen yang berkaitan dengan penyiaran seperti Perhubungan, Depkominfo)
dan KPI Pusat. Bayangkan jika masyarakat di Papua mau membuat radio komunitas,
mereka harus urus perijinan sampai ke Jakarta. Oleh karena itu telah diusulkan agar
perijinan bisa keluar di tingkat KIP-D (Widarto, 2009).
Persoalan lain yang masih harus dihadapi radio komunitas adalah masalah
keterbatasan sumber daya manusia beserta manajemen pengelolaannya dimana
stuktur kelengkapan organisasi pada radio komunitas ini didasari oleh prinsip-prinsip
radio komunitas itu sendiri yakni dari warga oleh warga dan untuk warga. Karena
pada awalnya radio komunitas merupakan sarana untuk menyalurkan hobi saja, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sumber daya manusianya pun terbatas. Biasanya mereka yang melakukan siaran
adalah masyarakat yang mempunyai waktu luang saja. Maka dari itu, warga (anggota
komunitas) memiliki peranan tehadap maju dan mundurnya radio komunitasnya. Di
saat persaingan radio makin ketat, setiap radio dituntut untuk kreatif merancang
program semenarik mungkin untuk memenuhi kebutuhan pendengar, serta membuat
variasi – variasi baru sajian hiburan yang disuguhkan agar pendengar juga tidak
jenuh.
Radio komunitas merupakan radio yang batas wilayah siarannya terbatas pada
wilayah dimana komunitas itu berada. Informasi yang ditemukan tentu saja hanya
informasi yang ada dalam wilayah itu juga. Pada suatu waktu ketika tidak ada
fenomena atau isu yang beredar di wilayah tersebut maka tidak ada materi berita
yang bisa diinformasikan kepada masyarakat, karena radio komunitas tidak bisa
mengambil informasi diluar wilayah komunitasnya. Namun kenyataannya masih
banyak radio komunitas yang konten siarannya menyerupai radio komersil (Ricky
Riadi Iskandar, dkk, 2008)
Masalah lain yang masih dialami radio komunitas adalah masalah teknologi.
Di Indonesia masih banyak radio komunitas yang beroprasi dengan peralatan dan
teknologi seadanya, bahkan jauh dari standar. Sementara kedepan, teknologi akan
selalu mengalami perkembangan bahkan perubahan. Dengan dana dan sumber daya
manusia yang minim, dapatkah radio komunitas bertahan atau justru menambah
panjang daftar radio komunitas yang tutup? Karena tidak dapat dipungiri, melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi dan hiburan yang diberikan radio komunitas telah membawa dampak yang
cukup besar bagi masyarakat dan dapat menjadi tempat apresiasi serta aktualisasi diri
bagi komunitasnya.
Berangkat dari fenomena menarik yang telah diuraikan diatas, jelas penting bagi kita
untuk mengetahui keberlanjutan media yang sudah membantu masyarakat Indonesia,
terutama yang berada di daerah pedalaman untuk menyalurkan ide serta apresiasi
mereka. Melalui sebuah penelitian dengan menggunakan studi Delphi, yang
merupakan sebuah metodologi untuk meramalkan atau memprediksi masa depan
dengan menggunakan panel para pakar, peneliti ingin mencari tahu bagaimana
prediksi masa depan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo, terutama dalam hal
pertumbuhan, dana, perizinan, sumber daya manusia serta teknologinya.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat yang disampaikan dalam latar belakang masalah, maka dapat
diciptakan rumusan masalah sebagai berikut :
“ Bagaimana prediksi pakar radio tentang perkembangan Radio Komunitas di
Yogyakarta dan Solo dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan ? “
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prediksi pakar radio tentang
perkembangan Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam kurun waktu -5, -10
dan 15 tahun kedepan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai alat untuk mempraktekkan teori-teori yang dipelajari selama
bangku kuliah sehingga penulis dapat mendapatkan pengetahuan yang belum
didapat sebelumnya yang berguna untuk pembelajaran terutama dalam bidang
keradioan.
2. Bagi Radio Komunitas
Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai evaluasi serta motivasi dalam
proses mengembangkan radio komunitas.
E. Landasan Teori
Kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian sebagai petunjuk jalan pikiran
dengan berdasarkan teori yang relevan. Kerangka pemikiran dapat diibaratkan
sebagai penuntun dalam membantu memecahkan masalah dan mengarahkan langkah
yang akan dilakukan oleh peneliti.
1. Komunikasi
Manusia dalam usahanya menjalin interaksi dengan orang lain
menciptakan berbagai lambang dan bahasa yang disepakati dan dipahami
bersama sehingga terjadi komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa
inggris communication berasal dari bahasa latin communicatio yang berasal dari
kata communis yang berarti sama. Sama disini adalah makna (Effendi, 1990).
Komunikasi memegang peranan penting dalam peradaban manusia, baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
komunikasi antar individu, komunikasi suatu group dengan individu,
komunikasi antar group, maupun komunikasi dalam organisasi. Pada prinsipnya
ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi satu arah (one way communication),
dan komunikasi dua arah (two way communication) ( Basuki Suhardiman dan
Wirayanti dan Yerry Niko Borang, 2009).
Dengan berkomunikasi, manusia dapat memperoleh sesuatu dari orang
lain dan dapat menyalurkan ide, berbagi informasi, serta dapat menyampaikan
usul dan kritikan kepada orang lain, dan tidak menutup kemungkinan dari satu
orang ke lembaga lain. Judi C. Pearson dan Paul E. Nelson mengatakan
komunikasi adalah bagian dari kelangsungan hidup sehari-hari dan
kelangsungan hidup bermasyarakat untuk dapat memperbaiki hubungan sosial
dan mengembangkan keberadaan mereka (Mulyana, 2003). Merujuk dari
pengertian tersebut maka komunikasi memiliki nilai estetika sosial sebagai salah
satu fungsinya. Melalui komunikasi kita bekerjasama dengan anggota
masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.
Sementara dalam buku Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Carl I.
Hovland menyebutkan, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap ( Effendi, 1990 ). Definisi Hovland tersebut menunjukkan
bahwa apa yang dijadikan obyek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian
informasi, tetapi juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap
publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus
mengenai pengertian komunikasinya sendiri Hovland mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain dan bukan sekedar
menyampaikan.
“ The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (ussualy verbal symbol) to modify the behavioral of other individuals (communicates)” (Effendi, 1990).
Salah satu model awal untuk menggambarkan komunikasi adalah model yang
digunakan oleh Harold Lasswell. Dalam artikel klasik tahun 1948, Lasswell
menghadirkan model komunikasi yang sederhana dan sering digunakan, yaitu
Who (siapa), Says what (mengatakan apa), In which channel (di saluran mana),
To whom (untuk siapa), with what effect (dengan pengaruh apa) (Stephen W.
Littlejohn dan Karen A.Foss, 2009).
Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, Lasswel menjawabnya dengan unsur-
Masduki dalam buku Menjadi Broadcaster Profesional (2004) mengungkapkan
beberapa kelemahan media radio diantaranya adalah output yang dihasilkan
berupa suara, tidak ada visualisai yang tampak nyata. Kualitas suara yang
diterima juga tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi.
Informasi dan pesan yang diberikan tidak bisa mendetail, hanya selintas dengar,
sulit diingat dan sulit didokumentasikan.
Radio dapat menyarankan banyak hal pada pendengarnya, sebagai tujuan dalam
proses komunikasi massa ini. Karena pada dasarnya media memang merupakan
cermin dan refleksi dari kondisi sosial dari kondisi sosial budaya masyarakat.
Media massa termasuk radio memberi penonjolan (blow up) terhadap realitas
sosial melalui kemampuan exposure-nya, yang bisa mengilhami dan
menyemangati perasaan, pemikiran maupun tindakan masyarakat (Panuju, 1997
).
Dibidang teknologi usaha untuk menyempurnakan radio siaran telah mencapai
kemajuan. Prof. E.H. Amstrong dari Universitas Columbia pada tahun 1944
telah memperkenalkan sistem Frequency Modulation (FM) sebagai
penyempurnaan Amplitude Modulation (AM). Keuntungan yang diperoleh
diantanranya, pertama dapat menghilangkan interfence (gangguan,
pencampuran) yang disebabkan cuaca bintik – bintik matahari atau alat listrik.
Kedua menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang bekerja
pada gelombnag yang sama. Ketiga, dapat menyiarkan suara sebaik – baiknya
bagai telinga manusia yang sensitif (Effendi 1991). Bahkan sekarang sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
radio juga sudah bergeser ke teknologi digital (internet dan satelit). Radio
merupakan media massa yang paling menyebar.
Kini Indonesia sedang menjalani masa menuju demokratisasi penyiaran.
Undang – undang penyiaran no.32 tahun 2002 secara langsung maupun tidak
langsung memberikan perubahan terhadap peran radio. Lembaga Penyiaran yang
ada saat ini adalah swasta/komersial, publik, dan komunitas. Lembaga penyiaran
publik merupakan pengganti istilah lembaga penyiaran milik pemerintah, seperti
RRI dan TVRI. Sementara itu, selama 35 tahun lebih, wacana komunitas relatif
masih asing di Indonesia (Masduki, 2003).
4. Industri Radio Komunitas
Secara konseptual “Komunitas” berasal dari kosakata bahasa Inggris Community.
Kosakata ini merujuk pada level ikatan hasil interaksi social yang terjadi di
masyarakat. Oxford Learner’s Dictionary menyebutkan bahwa community berarti
all the people with the same interest (sekelompok orang yang memiliki
kepentingan yang sama). Ruang lingkup masalah yang kecil dan kesamaan
kepentingan merupakan indikator penyiaran komunitas sebagai very low powers
transmitter di berbagai Negara di dunia (Masduki, 2003).
Pengertian radio komunitas menurut Carlos A. Arnaldo diartikan sebagai sebuah
proses atau peristiwa sosial dimana para anggota dari sebuah komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bergabung bersama – sama untuk merancang berbagai program, memproduksi
dan menyiarkannya (Colin Fraser dan Sonia Restrepo Estrada, 2001).
Sedangkan Louie N. Tobing, Vice President for Asia French Acronym for World
Association of Community Radio Broadcaster (AMARC) memberikan batasan
tentang radio komunitas. Menurut Louie radio Komunitas adalah suatu stasiun
penyiaran yang di operasikan di suatu lingkungan atau wilayah tertentu yang
diperuntukkan khusus bagi warga setempat yang berisikan acara dengan ciri
utama informasi daerah atau local content (Sulaiman, 2003).
Selain itu, radio komunitas atau radio swadaya masyarakat juga dimengerti
sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam
mengatur dan membuat program acara. Anggotanya terdiri dari komunitas
individu dan badan-badan lokal lainnya sebagai sumber daya manusia yang
utama didalam mendukung pengoperasian radio swadaya masyarakat. Radio
komunitas biasanya menggunakan transmiter bertenaga rendah antara 20-100
watts, yang digabung dengan beberapa alat yang sesuai dengan kebutuhan untuk
itu.
Menurut Hinca I. Panjaitan, beberapa berbedaan antara radio komunitas dengan
radio komersil adalah sebagai berikut :
TABEL 2
Perbedaan radio Komunitas dengan Radio Komersial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Radio Komunitas Radio Komersial
Daerah Kawasan khusus, terpencil,
populasi kecil
Kota utama, jumlah
populasi besar
Tujuan Pengembangan Pendidikan
(terbaik bagi komunitas)
Keuntungan (terbaik bagi
pemilik)
Pemilikan Komunitas Pengusaha
Manajemen Badan Komunitas Media Direktur Utama
Duari Siaran Pendenk / terbatas Ekstensif / penuh
Staf Penyiar Sukarelawan Profesional (dibayar)
Transmitter Kekuatan rendah (20-100
watt)
Kekuatan besar (1KW-
5KW)
Fasilitas Sederhana Canggih, lengkap
Sumber dana Bantuan komunitas, subsidi Iklan Komersial
Pertisipasi Tinggi Rendah
Bentuk Demokratis, terbuka Ikut aturan ekonomi politik
Sumber : Hinca I. Panjaitan, Radio Pagar Hidup Otonomi Daerah
Radio komunitas menjadi penting karena bisa memberikan akses informasi bagi
masyarakat sebagaimana juga memberikan mereka akses bagi pengetahuan
tentang bagaimana cara berkomunikasi. Informasi terkini dan terperecaya dan
memang relevan untuk disebarluaskan, dipertukarkan dan dilakukan secara
kontinyu. Masyarakat pendengar diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri
mereka sendiri, baik dari sisi sosial, politik, budaya dan sebagainya. Dalam
tataran yang demikian, maka sesungguhnya radio komunitas membantu
menempatkan masyarakat untuk secara proaktif dan cerdas bertanggung jawab
dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi secara mandiri (Colin Fraser
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan Sonia Restrepo Estrada, 2001).
Karakteristik radio komunitas dicirikan oleh kepemilikan dan penyusunan
programnya serta komunitas yang menjadi kewenangannya. Radio komunitas
bisa dimiliki dan dikontrol oleh sebuah organisasi nirlaba yang strukturnya
memungkinkan keanggotaan, manajemen, dan penyusunan program dilakukan
oleh seluruh anggota komunitas. (Susanto, 1982).
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, radio komunitas sebagai lembaga
penyiaran komunitas memiliki stuktur organisasi yang berbeda dengan jenis
media lainnya seperti media pemerintah maupun swasta. Perbedaan ini terutama
merujuk pada adanya partisipasi warga atau komunitas dalam pendirian dan
pengelolaannya (Andriana, 2010).
Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000. Radio
komunitas merupakan buah dari reformasi politik tahun 1998 yang ditandai
dengan dibubarkannya Departemen Penerangan RI. Departemen Penerangan
sebagai otoritas tunggal pengendali media di tangan pemerintah. Akhirnya pada
tahun 2002, atas bantuan banyak pihak, inisiatif masyarakat, terutama dalam
suatu komunitas yang dibatasi geografis, radio komunitas disahkan dalam
undang – undang Nomor 32 tentang Penyiaran. Hak tersebut tertuang dalam
pasal 21, yaitu partisipasi masyarakat, yang disebut sebagai penyiaran
komunitas. Sejak Undang – undang penyiaran disahkan, hingga saat ini telah
tumbuh ratusan radio komunitas diseluruh Indonesia, dengan konsentrasi tebesar
di Jawa Barat dan Jawa Timur ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Niko Borang, 2009).
Menengok peristiwa demi peristiwa yang melibatkan radio sebagai alat
komunikasi, maka tidak dapat dipungkiri kemajuan sebuah bangsa ditentukan
oleh kemajuan metode komunikasi dan alat komunikasi yang digunakannya.
Radio Siaran atau Radio broadcasting, terutama penyiaran komunitas telah
mengalami fase perubahan yang cukup signifikan secara legalitas, terlebih sejak
ditetapkannya UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
Radio komunitas di Indonesia, sifatnya mirip dengan Radio komunitas di negara
lain, khususnya di Amerika Serikat. Di Amerika sendiri, radio komunitas
dikenal sebagai Low Power FM (LPFM). Sesuai dengan namanya, sifat LPFM
adalah siaran untuk komuntitas di area tertentu, menggunakan pemancar jenis
modulasi FM dengan daya pancar maksimal 100 watt ERP (effective radiated
power), dan daya jangkau sekitar 6 km dari titik pancar ( Basuki Suhardiman
dan Wirayanti dan Yerry Niko Borang, 2009).
Radio komunitas di Indonesia rata – rata memiliki spesifikasi mirip LPFM.
Kemiripan dapat terjadi disebabkan faktor goegrafis – kultural dan faktor teknis.
Secara geografis – kultural, penduduk Pulau Jawa, terutama di pedesaan adalah
petani, dengan tingkat kepadatan dan kekerabatan yang cukup tinggi. Maka
terciptalah pemancar radio dengan power rendah yang sesuai dengan kebutuhan
tersebut. Salah satu alasan memilih power rendah adalah rendahnya biaya untuk
membuat pemancar power rendah (dibawah 100 Watt), sehingga pemancar
dapat dibuat sendiri atau secara kolektif ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Yerry Niko Borang, 2009).
Radio Komunitas tidak banyak dikenal oleh orang ketimbang radio komersil
pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh pendiriannya yang memang
diperuntukkan hanya bagi komunitas tertentu. Dalam Pasal 21 UU Penyiaran,
lembaga penyiaran komunitas diatur sebagai berikut :
1. Berbentuk badan hukum Indonesia
2. Didirikan oleh komunitas tertentu
3. Bersifat Independen
4. Tidak bertujuan komersil atau bagian dari suatu perusahaan
5. Memiliki daya pancar rendah, jangkauan wilayah terbatas
6. Untuk melayani kepentingan komunitas, yakni mendidik dan
memajukan komunitasnya
Secara umum layanan siaran radio komunitas dibagi dalam tiga hal :
1. Budaya, meliputi siaran hiburan seperti musik, sandiwara, komedi dan
sebagainya.
2. Pendidikan, seperti konseling, konsultasi, kewirausahaan, penyuluhan,
dan sebagainya.
3. Informasi, meliputi berita, feature, dokumenter, diskusi interaktif, dan
sebagainya.
Saat ini jumlah stasiun radio komunitas di Indonesia diperkirakan telah
mencapai 500 stasiun. Meskipun keberadaan radio komunitas di Indonesia telah
diakui dalam UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, tetapi masih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kendala yang ditemui dalam upaya untuk mengembangkannya. Salah satunya
adalah alokasi frekuensi. Sementara ini aturan dalam hal penggunaan frekuensi,
pemerintah berpedoman pada SK Menteri perhubungan Nomor 15 dan 15a,
bahwasannya radio komunitas diberikan 3 kanal 202, 203, 204, atau menempati
frekuensi 107.7, 107.8, 107.9 dengan jangkauan siaran 2,5 km dan ERP (power)
maksimal 50 watt. Apabila aturan tersebut digunakan di daerah perkotaan yang
padat maka yang terjadi rakom sulit memetakan siapa audiensinya dan secara
teknispun sulit. Hal tersebut terjadi di beberapa daerah di Indonesia,misalnya
radio komunitas kampus yang jaraknya sangat berdekatan berakibat terjadinya
kesalah pahaman atau konflik-konflik baru karena dengan 3 frekuensi yang
sama saling berdekatan, dan saling bertabrakan. Lalu jika aturan tersebut
dilaksanakan di daerah yang luas seperti Kalimantan dengan jarak jangkauan
siaran 2,5 km, yang akan mendengarkan radio tersebut hanya beberapa kepala
keluarga saja, padahal dalam proses perijinan rakom harus memperoleh
dukungan minimmal 51% atau 250 orang komunitasnya (Widarto, 2009)
Dalam hal pendanaan, layanan radio komunitas dibuat dan dioperasikan sebagai
lembaga nirlaba. Dana yang didapat oleh layanan radio komunitas berasal dari
berbagai sumber. Gabungan dari sumber – sumber tersebut diharapkan dapat
membuat layanan radio komunitas bisa mandiri (Colin Fraser dan Sonia
Restrepo Estrada, 2001).
Mengenai sumber pembiayaan radio komunitas diatur melalui Pasal 22 UU
Penyiaran, yakni :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Kontribusi komunitas
b. Sumbangan
c. Hibah
d. Sponsor
e. Sumber lain yang tidak mengikat
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dipahami radio komunitas memiliki
keleluasaan memperoleh sumber dana non komersial dari mana saja, selama
tidak mengikat. Namun, sumber dana utama radio komunitas tetaplah harus dari
sumbangan komunitas. Sementara sumber dana yang tidak diperbolehkan untuk
radio komunitas adalah :
a. Dana bantuan awal dari pihak asing
b. Dana bantuan operasional dari pihak asing
c. Iklan komersial (selain iklan layanan masyarakat)
Mengelola sebuah radio komunitas membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Masalah pembiayaan ini seringkali menjadi halangan bagi keberadaan sebuah
radio komunitas. Saat ini banyak radio komunitas yang menggantungkan sumber
pendapatannya dari hibah dan sponsor. Kadang pada akhirnya berakibat pada
masalah keuangan yang rawan isu dan dugaan yang tidak bertanggungjawab.
Pengelolaan keuangan yang baik sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan
radio komunitas.
Dalam masalah perizinan, radio komunitas di Indonesia masih mengalami
kendala. Setelah mendapat pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih
detail soal perizinan atau frekuensi dianggap masih belum mendukung
perkembangan radio komunitas sepenuhnya. Prosedur perijinan yang disusun
oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) meskipun telah melalui proses
konsultasi kepada beberapa radio komunitas juga masih terlalu berbelit-belit dan
panjang. Radio komunitas harus mengajukan surat permohonan kepada kepada
KPI-D, lalu KPI-D akan verifikasi dan evaluasi. Apabila tidak memenuhi syarat
maka surat permohonan akan dikembalikan, apabila disetujui permohonan akan
di lanjutkan ke KPI Pusat. Di KPI Pusat prosesnya hampir sama, yaitu di
kompilasikan melalui forum bersama antara Pemerintah inter-departemen
(departemen yang berkaitan dengan penyiaran seperti Perhubungan,
Depkominfo) dan KPI Pusat. Bayangkan jika masyarakat di Papua mau
membuat radio komunitas, mereka harus urus perijinan sampai ke Jakarta. Oleh
karena itu telah diusulkan agar perijinan bisa keluar di tingkat KIP-D (Widarto,
2009).
Kegiatan radio komunitas adalah soal pelibatan (engagement). Dalam praktik
keseharian siaran selalu ada upaya melibatkan partisipasi khalayak. Bahkan saat
ini keterlibatan pendengar adalah salah satu syarat operasi radio komunitas.
Kegiatan radio secara luas adalah siaran lewat udara dan pertemuan langsung.
Sedangkan mengenai program siaran yang dibuat, sebaiknya dilandaskan pada
apa yang menjadi kebutuhan komunitas (Masduki, 2004). Warga (anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
komunitas) memiliki peranan tehadap maju dan mundurnya radio komunitasnya.
Di saat persaingan radio makin ketat, setiap radio dituntut untuk kreatif
merancang program semenarik mungkin untuk memenuhi kebutuhan pendengar,
serta membuat variasi – variasi baru sajian hiburan yang disuguhkan agar
pendengar juga tidak jenuh.
Menurut Robert McLeish ada beberapa prinsip yang harus dipegang pengelola
radio dalam menyusun program siaran. Pertama mampu memaparkan semua ide,
baik yang radikal, tradisional maupun pro kemapanan. Prinsip berikutnya,
membantu individu dan kelompok dalam masyarakat untuk bisa saling berbicara
mengembangkan sikap peduli sebagai anggota masyarakat majemuk. Ketiga
mampu memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi darurat
maupun normal sehingga terjadi distribusi kekayaan, kesejahteraan dan
keamanan secara merata. Keempat membantu pendengar mengembangkan
persetujuan objektif dan menentukan piihan politik, membantu terjadinya debat
sosial politik, mengekspos isu – isu dan pilihan – pilihan rasional bagi publik
dalam melakukan aksi. Dan prinsip yang terakhir, mampu menjadi alat kontrol
kekuasaan dan menjalin kontak dengan publik dalam proses komunikasi yang
demokratis (Masduki, 2004).
Dengan demikian, radio tidak sekedar menghibur dan menjauhkan pendengar
dari realitas sosial yang harus mereka pecahkan secepatnya. Oleh karena itu,
media auditif ini di anjurkan tidak mengakses wacana antisosial, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membentuk sikap hedonis, tidak membentuk arena baru bagi konflik sosial yang
tidak perlu, tidak membentuk masyarakat yang permisif, acuh tak acuh terhadap
problem social, dan tidak membentuk figur penghayal, tetapi membentuk figur
yang kreatif dan optimis (Masduki, 2004).
5. Studi Delphi
Metode Delphi adalah sistematis metode peramalan interaktif yang
menggunakan panel para expert atau pakar dibidang tertentu. Dalam buku The
Delphi Method Techniques and Application, Delphi dapat dikarakteristikkan
sebagai metode untuk menstrukturisasi sekelompok proses komunikasi sehingga
proses tersebut menjadi efektif bagi sekelompok individu, sebagai kesatuan,
untuk mengatasi problema yang kompleks (Harold A. Listone, Murray Turrof,
2002).
Menurut Dennis Viehland dan Aaron Wong, metode Delphi adalah proses survei
terstruktur untuk mengkonsolidasikan pendapat dari kelompok ahli ke dalam
penilaian pada suatu masalah, yang biasanya berhubungan dengan masa depan.
Pertanyaan diminta dari para ahli dan informasi tersebut kemudian dianalisis dan
dikembalikan ke masing-masing ahli. Setiap putaran memberikan peserta
kesempatan untuk merevisi pandangan mereka. Hal ini dilakukan berulang kali
sampai konsensus dicapai pada pertanyaan tertentu. Untuk memastikan
keabsahan hasil, panelis tidak secara langsung berinteraksi satu sama lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga menghindari proses sosial dan kontaminasi yang dapat terjadi dalam
situasi kelompok. (Dennis Viehland dan Aaron Wong, 2007)
Sedangkan Aprisa Chrysantina dalam sebuah artikel yang berjudul 9 Langkah
metode Delphi mengungkapkan bahwa metode Delphi adalah cara mendapatkan
informasi, membuat keputusan, menentukan indikator, parameter dan lain-lain
yang reliabel dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang
ahli di bidangnya, caranya dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh
praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner
ini direview oleh pihak fasilitator atau peneliti untuk dibuat kesimpulan,
dikelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada praktisi yang
sama untuk direvisi dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang.
Dengan metode seperti ini, partisipan yang meliputi para ahli dapat memberikan
pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan
dapat merevisi pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang
diperoleh dapat bersifat sereliabel mungkin. Ia meringkas langkah-langkah
metode Delphi dalam 9 langkah mudah, yaitu :
1. Menentukan periode waktu
2. Menetukan jumlah putaran pengambilan pendapat
3. Menentukan apa saja yang akan ditentukan / dicari
4. Menentukan ahlinya
5. Menentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Me-review literatur oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan)
7. Melaksanakan sesi diskusi dan feedback interaktif bersama ekspertis
8. Merumuskan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan,
pengkategorian, ataupun pemeringkatan
9. Menyepakati hasil diskusi dan feedback (Chrysantina, 2009)
Proses teknik Delphi di masa sekarang ini terbagi menjadi dua jenis. Yang
paling sering ditemukan adalah “Delphi Exercise”. Situasi yang diciptakan
dalam versi ini adalah satu tim monitor yang beranggotakan sedikit orang
merancang sebuah kuesioner yang dikirim ke sekelompok responden yang
jumlahnya lebih banyak daripada tim monitor tersebut. Setelah kuesioner
tersebut dikembalikan, tim monitor meringkas hasilnya, dan berdasarkan hasil
yang diperoleh, mengembangkan sebuah kuesioner baru bagi kelompok
responden. Kelompok responden biasanya diberi, setidaknya satu peluang untuk
mengevaluasi ulang jawaban-jawaban awalnya berdasarkan pada pemeriksaan
respon dari kelompok tersebut. Pada satu titik, jenis teknik Delphi ini
merupakan kombinasi dari prosedur polling (atau pemungutan suara) dan
prosedur konferensi (musyawarah) yang berupaya untuk mengganti porsi
signifikan dari upaya yang diperlukan bagi individu untuk menjalin komunikasi
dari kelompok responden yang lebih banyak kepada tim monitor yang
jumlahnya lebih sedikit. Teknik ini disebut dengan bentuk Conventional Delphi
atau teknik Delphi konvensional (Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lebih lanjut, jenis teknik Delphi lainnya disebut dengan “Delphi Conference”,
menggantikan tim monitor dengan hal yang lebih luas tingkatnya melalui
komputer yang telah diprogram untuk melaksanakan kompilasi hasil kelompok.
Pendekatan ini memiliki keuntungan untuk mengeliminasi penundaan yang
disebabkan oleh kegiatan meringkas tiap-tiap babak dalam teknik Delphi,
sehingga dapat mengubah prosesnya menjadi sistem komunikasi yang nyata.
Namun, pendekatan Delphi ini membutuhkan karakteristik komunikasi yang
ditetapkan sebelum teknik Delphi dikerjakan, sementara dalam praktik Delphi
Exercise, tim monitor dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik tersebut
sebagai fungsi dari respon kelompok (Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002).
R. Wilfred Tremblay dalam penelitiannya yang berjudul The Delphi Study on
The Future of College Radio menggunakan teknik Delphi dalam melakukan
penelitian kepada para penasihat/pembimbing radio kampus di Amerika Serikat.
Para panelis memberikan respon pada 24 objek kuesioner mengenai industri
radio kampus selama periode 5, 10, dan 15 tahun. Penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengidentifikasi perubahan yang diproyeksikan akan menentukan masa
depan radio kampus selama jangka waktu pendek (5-10 tahun) dan jangka waktu
menengah (10-15 tahun). (Tremblay, 2003)
Mengacu pada Linstone & Turrof, penelitian ini mempergunakan metode
Delphi, dengan teknik normatif yaitu untuk menstrukturisasi sekelompok proses
komunikasi sehingga proses tersebut bisa menjadi efektif bagi sekelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
individu, secara keseluruhan, untuk mengatasi permasalahan yang rumit.
Penelitian menggunakan metode Delphi secara tradisional menggunakan empat
fase atau babak/putaran, yaitu : (1) eksplorasi subjek di mana masing-masing
individu memberikan kontribusi informasi tambahan yang berkaitan dengan isu
yang diangkat; (2) konsensus mengenai bagaimana kelompok memandang isu
tersebut; (3) eksplorasi pertidaksetujuan; dan (4) evaluasi akhir (Tremblay,
2003).
Untuk menghemat waktu dan fokus permasalahan, beberapa proyek Delphi,
termasuk penelitian yang dilakukan Wilfred Tremblay ini diperingkas menjadi
tiga babak dengan membuat para partisipan memberikan respon terhadap
pertanyaan-pertanyaan di babak pertama yang close-ended (tertutup). Dengan
pendekatan menggunakan pertanyaan babak pertama yang open-ended (terbuka)
untuk menghasilkan pertanyaan close-ended yang berikutnya untuk pengukuran,
panelis/narasumber mungkin terbentur pada permasalahan yang terjadi pada saat
ini daripada mengidentifikasi kesulitan dan peluang secara luas dan menyeluruh
di lingkup masa depan. Oleh karena itu, metodologi tiga babak Delphi mungkin
lebih cocok dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini, daripada mengkaji
topik secara acak. (Tremblay, 2003)
Banyak orang yang menganggap teknik Delphi sebagai prosedur dengan prediksi
untuk bidang komunikasi karena teknik Delphi memang dapat digunakan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
signifikan untuk hal tersebut. Namun terdapat pula jenis bidang lain yang dapat
menggunakan teknik Delphi, di antaranya adalah:
1. Mengumpulkan data sekarang dan data lama yang sudah tidak
diketahui atau tidak tersedia lagi
2. Menelaah peristiwa-peristiwa sejarah yang signifikan
3. Mengevaluasi alokasi anggaran yang memungkinkan
4. Mengeksplorasi opsi-opsi perencanaan urban dan regional
5. Merencanakan kampus universitas dan pengembangan kurikulum
6. Menyatukan struktur suatu model
7. Menguraikan pro dan kontra yang berhubungan dengan opsi-opsi
kebijakan yang potensial
8. Mengembangkan hubungan kausatif dalam fenomena perekonomian
atau sosial yang kompleks
9. Membedakan dan memperjelas motivasi manusia yang alamiah
dengan motivasi yang dibuat sendiri olehnya
10. Mengekspos prioritas dari nilai-nilai pribadi dan tujuan-tujuan sosial
(Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002).
Dalam sebuah jurnal berjudul The Delphi Method for Gaduate Research terdapat
beberapa contoh penelitian yang menggunakan studi Delphi. Salah satunya
adalah penelitian yang berjudul Identify and Rank The Critical Elements of IS
Infrastructure Flexibility yang dilakukan oleh Duncan pada tahun 1995.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan metrik dari suatu
infrastruktur teknologi informasi Dalam penelitiannya, Duncan menggunakan
dua putaran Delphi yaitu survey dan diskusi untuk menjawab pertanyaan.
Penelitian ini diikuti oleh 21 orang peserta. Dalam babak pertama, peserta dinilai
karakteristik fleksibilitasnya (misalnya peraturan kompatibilitas untuk jaringan
komunikasi, data dan aplikasi, kepemimpinan manajemen dalam perencanaan
jangka panjang untuk aplikasi, dan standarisasi antarmuka) yang diidentifikasi
dalam sebuah tinjauan pustaka. Peserta juga diberikan kesempatan untuk
menambahkan karakteristik lain yang tidak ada dalam daftar. Di babak kedua,
mereka mendiskusikan hasil dari putaran pertama. Dalam penelitian ini, studi
Delphi dilanjutkan dengan wawancara kepada sampel yang berbeda untuk proses
verifikasi dan generalisasi (Skulmoski, Hartman dan Jennifer Kahn, 2007).
Studi Delphi juga dapat digunakan untuk penelitian dalam bidang kesehatan,
seperti yang telah dilakukan oleh Natasha Browne, Lorraine Robinson dan
Alison Richardson dalam penelitian yang berjudul A Delphi Study on The
Research Priorities of European Oncology Nurses. Penelitian ini dilakukan
untuk meneliti perawatan kanker pada orang Eropa, serta untuk
mendokumentasikan isu yang dianggap penting untuk anggota European
Oncology Nursing Society (EONS). Survei ini terdiri dari tiga tahap, dimulai
dari EONS Spring Convention yang kedua pada tahun 2000, para perawat kanker
di Eropa diminta untuk menyelesaikan kuesioner pada fase 1 . Pada tahap 2,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kategori prioritas penelitian yang dihasilkan dari kuesioner fase 1 selanjutnya
ditinjau oleh sekelompok perawat kanker di Eropa. Tahap terakhir meliputi
pembagian kuesioner kedua. Sebanyak 223 perawat merespon kuesioner
pertama dan sebanyak 117 perawat merespon kuesioner kedua. Dari penelitian
ini menunjukkan prioritas tinggi di seluruh Eropa yaitu kebutuhan pasien yang
berhubungan dengan komunikasi, informasi dan pendidikan, ilmu tentang
penyakit dan pengobatannya dan pendidikan keperawatan untuk kanker (
Browne, Robinson dan Richardson, 2002)
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Van der Beek AJ, dkk dalam sebuah
penelitian dibidang kesehatan dan keselamatan yang berjudul Priorities in
Occupational Health Research: A Delphi Study in The Netherlands. Tahap
pertama, penelitian ini diikuti oleh 33 orang yang di anggap sebagai informan
kunci melalui fase wawancara. Tahap selanjutnya adalah dengan kuisioner yang
diikuti oleh 150 expert, termasuk informan kunci yang sudah terlibat pada tahap
pertama. Ada empat kelompok yang direkrut menjadi narasumber yang berasal
dari pelayanan kesehatan dan keselamatan, lembaga penelitian ilmiah, badan
administrasi pemerintahan dan perusahaan. Dengan menggunakan teknik Delphi,
para ahli diminta untuk memprioritaskan beberapa topik dengan judul yang
berbeda. Respon yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 86% untuk kuisioner
tahap pertama dan 81% untuk kuisioner pada tahap kedua. Pada tahap kedua
telah tercapai konsensus yang memuaskan sehingga proses Delphi dihentikan.
Hasil dari penelitian ini diperoleh beberapa hal penting, antara lain desain /
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaksanaan / evaluasi tindakan, dimana topik tentang tentang analisis biaya
memiliki nilai tertinggi. Hasil yang kedua adalah adanya penilaian hubungan
antara eksposur dan efek, dalam hal ini masalah stres yang menimpa pekerja
lebih penting daripada hanya keselamatan fisik saja (Van der Beek AJ, dkk,
1997).
Dalam pelaksanaanya, penelitian dengan menggunakan studi Delphi harus
distrukturisasi untuk menghindari permasalahan yang terjadi dalam komunikasi
tatap muka secara langsung, seperti misalnya pengaruh berlebihan dari individu
yang dominan, bunyi semantik, dan tekanan terhadap kesesuaian/konformitas.
(Harold A. Listone, Murray Turrof, 2002)
Dalam penelitian ini studi Delphi akan digunakan untuk mengetahui
prediksi para pakar radio mengenai perkembangan yang akan terjadi pada radio
komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam hal pertumbuhan, pendanaan,
perizinan, SDM dan teknologi dalam kurun waktu 5, 10 dan 15 tahun kedepan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Definisi Konsepsional
Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan dari
sejumlah karakteristik kejadian. Keadaan, kelompok, individu tertentu yang menjadi
pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995). Untuk menjelaskan menjelaskan
penelitian ini dibutuhkan batasan mengenai konsep-konsep yang ada. Fungsi dari
definisi konsepsional ini adalah untuk menghindari perbedaan pengertian tentang
variabel-variabel penelitian yang akan diuji antara konsep peneliti dan pembaca.
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Prediksi
Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang sesuatu
yang paling mungkin terjadi dimasa depan berdasarkan informasi masa lalu dan
sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya (selisih antar sesuatu yang terjadi
dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Prediksi tidak memberikan jawaban
pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha untuk mencari jawaban
sedekat mungkin dengan yang akan terjadi.
Terdapat banyak teknik atau metode ilmiah untuk proses prediksi. Metode –
metode prediksi tersebut dibedakan dalam dua kelompok, yaitu kualitatif dan
kuantitatif.
a. Metode Kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode kualitatif digunakan jika data historis atau data empiris dari variable
yang akan diprediksi tidak ada, tidak cukup atau kurang dapat dipercaya.
Metode ini juga disarankan jika lingkungan atau teknologi sedang atau
diperkirakan akan mengalami perubahan drastis. Sebagai gantinya, input utama
metode ini adalah judgement, opini dan pengalaman. Karena alasan tersebut,
metode ini juga dinamakan judgemental, subjective, intuitive, or technological
forecasting method.
b. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif memerlukan data historis atau empiris dan menuntut
variable yang digunakan mempunyai satuan ukuran atau dapat diukur. Metode
ini umumnya beranggapan bahwa pola masa lalu akan berulang.
(http://digilib.petra.ac.id/viewer )
2. Perkembangan Radio Komunitas
Radio Komunitas adalah radio yang berasal dari warga, dikelola oleh warga dan
untuk warga dimana radio itu berada. Radio komunitas adalah suatu media yang
dibentuk oleh sekelompok komunitas sebagai suatu ruang partisipasi yang
bersifat independen, terbuka dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat
komunitasnya. Sebagai suatu media informasi yang independen, radio
komunitas salah satu ruang partisipasi serta ruang demokrasi bagi masyarakat
komunitasnya
Selain itu, radio komunitas atau radio swadaya masyarakat juga dimengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam
mengatur dan membuat program acara. Anggotanya terdiri dari komunitas
individu dan badan-badan lokal lainnya sebagai sumber daya manusia yang
utama didalam mendukung pengoperasian radio swadaya masyarakat.
Karakteristik radio komunitas dicirikan oleh kepemilikan dan penyusunan
programnya serta komunitas yang menjadi kewenangannya. Radio komunitas
bisa dimiliki dan dikontrol oleh sebuah organisasi nirlaba yang strukturnya
memungkinkan keanggotaan, manajemen, dan penyusunan program dilakukan
oleh seluruh anggota komunitas. (Susanto, 1982).
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, radio komunitas sebagai lembaga
penyiaran komunitas memiliki stuktur organisasi yang berbeda dengan jenis
media lainnya seperti media pemerintah maupun swasta. Perbedaan ini terutama
merujuk pada adanya partisipasi warga atau komunitas dalam pendirian dan
pengelolaannya (Andriana, 2010).
Radio komunitas di Indonesia mulai berkembang pada tahun 2000, dan akhirnya
pada tahun 2002, atas bantuan banyak pihak, inisiatif masyarakat, terutama
dalam suatu komunitas yang dibatasi geografis, radio komunitas disahkan dalam
undang – undang Nomor 32 tentang Penyiaran. Hak tersebut tertuang dalam
pasal 21, yaitu partisipasi masyarakat, yang disebut sebagai penyiaran
komunitas. Sejak Undang – undang penyiaran disahkan, hingga saat ini telah
tumbuh ratusan radio komunitas diseluruh Indonesia, dengan konsentrasi tebesar
di Jawa Barat dan Jawa Timur ( Basuki Suhardiman dan Wirayanti dan Yerry
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Niko Borang, 2009).
G. Kerangka Pemikiran
Masalah pertumbuhan, dana, perizinan, SDM serta
teknologi yang dialami radio komunitas
Prediksi perkembangan radio komunitas dengan
menggunakan Studi Delphi
Wawancara pakar mengenai gambaran
umum Radio Komunitas
Review hasil wawancara diubah menjadi beberapa item pernyataan disertai
dengan jenjang skala likert
Kuisioner putaran 1 dan
kuisioner putaran 2
Temuan prediksi mengenai pertumbuhan, dana, perizinan, SDM dan teknologi yang mungkin terjadi dan yang
tidak mungkin terjadi pada Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui prediksi para pakar atau pengamat tentang masa depan radio
kampus dengan melihat fenomena – fenomena yang sedang terjadi saat ini, dan
berbagai permasalahan meliputi pertumbuahan dan pendanaan radio komunitas,
perizinan, SDM dan teknologi pada radio komunitas. Prediksi yang diberikan
oleh pakar didasarkan pada kenyataan yang terjadi pada saat ini. Penelitian dapat
dikategorisasikan dalam jenis studi evaluasi.
2. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan
Studi Delphi. Studi Delphi ini didasari pada prinsip meramalkan atau peramalan
dari sebuah pembentukan kelompok para ahli. Studi Delphi dilakukan dengan
metode interaktif yang melibatkan beberapa ahli. Informasi – informasi di
dapatkan dari para ahli. Para ahli akan dituntun untuk menjawab serangkaian
pertanyaan dari peneliti atau fasilitator. Penelitian dapat dilakukan dengan
secara langsung (face to face) maupun tidak langsung, baik saat kuisioner
maupun saat interview atau wawancara
(http://en.wikipedia.org/wiki/Delphi_method).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode Delphi adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan,
menentukan indikator, parameter dan lain-lain yang reliabel dengan
mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang ahli di bidangnya, yaitu
dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh praktisi yang kompeten di
bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuesioner ini direview oleh pihak
fasilitator atau peneliti untuk dibuat kesimpulan, dikelompokkan,
diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada praktisi yang sama untuk
direvisi dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang. Dengan
metode seperti ini, partisipan yang meliputi para ahli dapat memberikan
pendapat dan opini dengan bebas dan objektif, tanpa takut disalahkan, bahkan
dapat merevisi pendapat mereka yang sebelumnya. Sehingga hasil diskusi yang
diperoleh dapat bersifat sereliabel mungkin (Chrysantina, 2009).
Hal ini juga sependapat dengan Dennis Viehland dan Aaron Wong yang
mengatakan bahwa metode Delphi adalah proses survei terstruktur untuk
mengkonsolidasikan pendapat dari kelompok ahli ke dalam penilaian pada suatu
masalah, biasanya berhubungan dengan masa depan. Pertanyaan diminta dari
para ahli dan informasi tersebut kemudian dianalisis dan dikembalikan ke
masing-masig ahli. Setiap putaran memberikan peserta kesempatan untuk
merevisi pandangan mereka. Hal ini dilakukan berulang kali sampai konsensus
dicapai pada pertanyaan tertentu. Untuk memastikan keabsahan hasil, panelis
tidak secara langsung berinteraksi satu sama lain, sehingga menghindari proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sosial dan kontaminasi yang dapat terjadi dalam situasi kelompok. (Dennis
Viehland dan Aaron Wong, 2007)
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah wilayah kota Yogyakarta dan Solo karena
di wilayah ini perkembangan radio komunitas cukup tinggi. Terdapat sekitar 65
radio komunitas di Yogyakarta dan kurang lebih 30 radio komunitas di Solo.
Selain itu, Yogyakarta di Solo memiliki beberapa pakar radio yang mampu
memenuhi kriteria sebagai responden dan mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
4. Populasi dan Sampel
Populasi yang ditetapkan adalah seluruh pakar radio yang berada di wilayah kota
Yogyakarta dan Solo, dan pengambilan sampel akan dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling, yaitu dengan memilih individu – individu
yang berkompeten untuk mendukung penelitian ini. Purposive sampling diambil
karena dianggap lebih mampu menangkap kelengkapan data dan memperoleh
kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu. Jumlah sampling bukan
mewakili populasi tetapi mewakili informasi. Sehingga jumlahnya tidak
ditentukan, sebab yang lebih penting adalah informasi yang dapat digali dari key
person tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk memahami permasalahan.
Melalui purposive sampling tersebut, peneliti mendapatkan sembilan orang
responden yang yang terdiri dari lima orang merupakan pakar radio komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
di Yogyakarta dan empat orang merupakan pakar radio komunitas di Solo. Para
responden tersebut telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, antara lain karena pengalaman yang banyak di dunia radio komunitas, baik
sebagai teknisi yaitu orang – orang yang terjun secara langsung dalam radio
komunitas terutama dalam masalah teknis radio, kemudian pemerhati radio yaitu
mereka yang mengerti dan mengikuti bagaimana perkembangan radio komunitas
di Yogyakarta dan Solo, serta akademisi yang menguasai tentang radio
komunitas.
5. Sumber Data
1. Data Primer
Adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumbernya. Sumber data
utama pada penelitian ini didapatkan melalui kuisioner dan interview atau
wawancara kepada pengamat / ahli radio.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan membaca buku-buku, jurnal, dan makalah yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
6. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
Merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
(Moleong, 1995)
Dalam penelitian ini, pertanyaan yang diajukan bersifat open-ended dan
mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang informal
dan wajar guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal
yang bermanfaat untuk menggali informasi lebih jauh dan mendalam.
Dalam penelitian ini, pada tahap pertama peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai gambaran umum radio komunitas di Yogyakarta dan Solo
kepada responden. Wawancara ini dimaksudkan untuk memancing para
responden agar memberikan banyak informasi untuk nantinya dijadikan sebagai
pedoman dalam tahap kuisioner.
b. Kuisioner
Kuisioner dalam penelitian ini berisi tentang pernyataan – pernyataan mengenai
prediksi perkembangan yang mungkin akan terjadi pada radio komunitas di
Yogyakarta dan Solo yang dibuat berdasarkan hasil rangkuman wawancara pada
tahap pertama. Kuisioner ini kemudian dikembalikan kepada para responden
untuk diklarifikasi. Dalam kuisioner ini setiap pernyataan disertai dengan jenjang
skala untuk mengukur seberapa responden setuju maupun tidak setuju pada tiap
pernyataan yang tertulis. Skala yang digunakan adalah skala Likert.
Dalam buku Panduan Riset Perilaku Konsumen, skala Likert atau yang juga
disebut summated-rating scale merupakan teknik pengukuran sikap yang paling
luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala ini memungkinkan responden untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengekspresikan intensitas perasaan mereka. Pilihan dibuat berjenjang mulai
dari intensitas paling rendah hingga intensitas paling tinggi. Pilihan jawaban bisa
tiga, lima, tujuh, sembilan dan yang pasti adalah angkan ganjil (Simamora,
2004).
Dalam kuisioner ini, peneliti menggunakan tujuh poin skala likert pada tiap
pernyataan, yaitu skala 1) Pasti tidak terjadi, 2) Sangat tidak mungkin terjadi, 3)
Tidak mungkin terjadi, 4) Mungkin terjadi – mungkin tidak, 5) Mungkin terjadi,
6) Sangat mungkin terjadi, dan 7) Pasti terjadi. Tahap kuisioner dalam penelitian
ini dilakukan sebanyak dua kali putaran, tujuannya untuk mendapatkan hasil
yang lebih valid dan reliabel. Responden juga dipersilahkan untuk memberikan
alasan maupun pendapatnya yang dianggap penting pada setiap jawaban.
7. Validiatas Data
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu
suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data dari sumber
dengan melakukan pengecekan terhadap sumber yang lain. Hal ini dilakukan
sebagai perbandingan terhadap data. Teknik Triangulasi ada empat macam, yaitu
triangulasi sumber, penyidik /peneliti, metode dan teori (Moleong, 1995).
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi sumber dengan
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
8. Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Penyajian data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian
data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai
pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi
mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap
pertanyaan yang ada. Sajian data selain dalam bentuk narasi ,juga dapat meliputi
jenis matriks, gambar / skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel
sebagai pendukung narasinya.
Dalam penelitian ini, pertama kali peneliti akan menyajikan hasil wawancara
dengan narasumber mengenai gambaran umum radio komunitas di Yogyakarta
dan Solo yang telah dirangkum menjadi sebuah narasi. Rangkuman tersebut
kemudian diubah menjadi beberapa pernyataan dalam kuisioner untuk
diklarifikasi kembali kepada responden yang dilakukan dalam dua kali putaran.
Dari kuisioner yang menggunakan 7 indeks likert ini, peneliti juga akan
menyajikan mean score atau nilai rata – rata pada tiap pernyataan dalam bentuk
tabel dan kurva yang dilengkapi dengan sebuah penjabaran sesuai dengan
klasifikasi yang sudah dirumuskan dalam latar belakang masalah. Penjabaran ini
akan disertai pendapat maupun alasan dari responden dalam bentuk kutipan
wawancara dari responden yang memiliki nilai terdekat dengan mean score.
Pada akhir penyajian data, peneliti akan menyajikan peringkat prediksi dalam
bentuk tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari
berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan – peraturan,
pola – pola, pernyataan – pernyataan, hubungan sebab – akibat dan berbagai
proposisi. Konklusi – konklusi yang ada tetap dibiarkan, yang pada waktu
awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat secara eksplisit,
dan juga memiliki landasan yang semakin kuat. Simpulan perlu diverifikasi agar
cukup mantap dan benar – benar bisa dipertanggungjawabkan (Sutopo, 2002).
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Radio komunitas merupakan media dari, oleh dan untuk komunitas yang sangat di
butuhkan dan didukung keberadaanya oleh komunitasnya. Keberadaan, fungsi dan
potensi radio komunitas yang sangat strategis bagi komunitas lokal dan bagi pelaku
lain di berbagai bidang ternyata tidak sejalan dengan kebijakan negara dan peraturan
yang ada. Selama ini radio komunitas telah menjadi bagian penting dalam sejarah
penyiaran di indonesia. Bahkan, semangat radio komunitas menjadi cikal bakal
berdirinya radio pertama di Indonesia melalui pembentukan bataviasche radio
vereniging tahun 1925. Meski demikian, sepanjang sejarah, radio komunitas belum
mendapat posisi yang semestinya.
Adanya fakta bahwa media yang dikembangkan oleh pihak swasta tidak sepenuhnya
menjangkau kawasan desa / perbatasan menjadi salah satu pemicu hadirnya suatu
radio komunitas. Disamping karena hak – hak yang memang dimiliki masyarakat,
yaitu hak untuk berkomunikasi, hak untuk memperoleh informasi yang benar, serta
adanya hak masyarakat menyampaikan informasi dan pendapat.
Pentingnya mendirikan sebuah radio komunitas adalah untuk memberi informasi,
mendidik dan menghibur serta membantu masyarakat mengontrol kehidupan sendiri.
Selain itu adanya radio komunitas juga membantu masyarakat untuk memahami
segala permasalahan dan keseharian serta mencari jalan keluar atas permasalah
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Meski kehadiran radio komunitas sangat dibutuhkan, namun pengakuan, apresiasi
atas kontribusinya sebagai media pemberdayaan masyarakat sipil masih sangat
rendah dalam realitasnya. Jika dirunut dalam sejarah penyiaran, radio komunitas
selalu terpinggirkan dibanding dengan radio publik dan radio komersial.
Tantangan masa depan radio komunitas menuntut untuk segera di bentuknya
organisasi yang baik dan sehat. Oleh karena itu, radio komunitas mengharapkan
diadakannya sebuah perhelatan yang salah satunya outputnya adalah pembentukan
wadah organisasi untuk radio komunitas guna merangkul anggotanya dalam
menghadapi permasalahan permasalahan yang timbul dan belum terpecahkan. Atas
pertimbangan itulah akhirnya tercetus suatu wadah radio komunitas di Yogyakarta
dan Solo sebagai berikut :
A. Radio Komunitas di Yogyakarta
Wadah radio komunitas di Yogyakarta, diberi nama JRKY (Jaringan Radio
Komunitas Yogyakarta). Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) di
deklarasikan pada hari Senin, 6 Mei 2002 di Gedung DPRD DIY. Berdirinya JRKY
berangkat dari solidaritas, keprihatinan dan itikad menaungi bersama persoalan yang
dialami oleh radio komunitas serta untuk menyikapi pertumbuhan radio komunitas di
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam membangun kekuatan untuk memperjuangkan
berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi keberadaan radio komunitas. Dari
jumlah radio komunitas yang termonitor yaitu sebanyak 65 radio, sampai saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sudah ada 30 radio komunitas yang resmi menjadi anggota JRKY. Radio komunitas
tersebut adalah:
1. Swarakota FM
2. Lima Cemara FM
3. Swaragodean FM
4. Sadewo FM
5. Mukarabi FM
6. BBM FM
7. Rasida FM
8. Suaka FM
9. Atmajaya Radio
10. Kompak FM
11. RAG FM
12. Swaradesa FM
13. Mentari FM Bantul
14. Rakidal FM
15. Patas FM
16. Diorama FM
17. Kharisma FM
18. Intan FM
19. Agricia FM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20. Suara Malioboro FM
21. Magenta Radio UNY
22. MMTC Radio
23. Raddeka FM
24. Trisna Alami FM
25. Adhika Swara FM
26. Love Jogja FM
27. Romika FM
28. Sheila Corner Radio
29. Herbal Radio
30. Widjaya FM
Untuk menyatuka ke-30 radio komunitas tersebut, JRKY mengadakan
berbagai agenda rutin, salah satunya adalah Musyawarah Anggota. Musyawarah
Anggota merupakan kegiatan berkumpulnya radio komunitas untuk berkomunikasi,
bermusyawarah dalam mufakat guna mempererat tali persaudaraan antar radio
komunitas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu juga merupakan wujud kinerja
serta kontinuitas keberadaan JRKY sebagai wadah untuk menampung aspirasi,
keluhan, melindungi dan membantu radio komunitas yang ada di DIY dalam
mengatasi permasalahannya.
Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta ini dalam menjalankan tugasnya tentu
saja mempunyai visi dan misi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Visi dari JRKY adalah tercapainya tatanan masyarakat yang cerdas, demokratis,
egaliter dan berkeadilan sosial.
Sedangkan misi dari JRKY adalah :
a. Terwujudnya jalinan kerjasama yang kokoh dan progresif antar anggota radio
komunitas maupun pihak lain dalam rangka mencapai visi.
b. Tercapainya peningkatan kemampuan anggota radio komunitas sebagai bagian
dari masyarakat dalam proses transformasi sosial.
Untuk mencapai visi dan menjalankan misi programnya, Jaringan Radio
Komunitas Yogyakarta terbagi dalam 3 divisi, antara lain :
1. Divisi Advokasi dan Perizinan
Divisi Advokasi dan Perizinan menjalankan fungsi Pendampingan dan Pendidikan
untuk radio komunitas yang meliputi :
a. Memfasilitasi dan mendampingi radio komunitas dalam menghadapi
permasalahan dengan sesama radio komunitas maupun pihak lain.
b. Membuat dan mengembangkan model perizinan
c. Memfasilitasi pendampingan perizinan radio komunitas
d. Menjalin kerjasama dengan stakeholder dalam rangka pengembangan
pendampingan perizinan untuk radio komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Menyusun bersama dan memberikan input : materi, draft, model
pendampingan radio komunitas untuk legislasi khususnya menyangkut
standarisasi perizinan dan pemanfaatan kanal radio komunitas.
2. Divisi Jaringan dan Pendataan
Divisi Jaringan dan Pendataan menjalankan fungsi Pengorganisasian untuk
pendampingan radio komunitas yang meliputi :
a. Memfasilitasi pengorganisasian dan pengembangan jaringan radio komunitas
b. Bersama membuat dan mengembangkan modul pendataan yang berkaitan
dengan perizinan radio komunitas
c. Menyusun bersama dan memberikan input : materi, draft, model
perlindungan radio komunitas untuk legislasi khususnya menyangkut pendataan
radio komunitas
d. Memfaslitasi jaringan kerjasama dengan lembaga lain dalam pengembangan
radio komunitas ke depan.
e. Membangun jaringan perlindungan radio komunitas (lokal maupun nasional).
3. Divisi Pelatihan dan Pengembangan
a. Melakukan kajian-kajian dan pengembangan metode pelatihan tehnik
termasuk didalamnya melakukan evaluasi efektivitas peralatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Menyusun bersama dan memberikan input : materi, draft, model
pendampingan radio komunitas untuk legislasi khususnya menyangkut
standarisasi peralatan dan pengembangan alat radio komunitas.
c. Pengadaan pelatihan dan pelayanan informasi termasuk pengecekan
standarisasi alat radio komunitas.
d. Menyusun modul pelatihan dan pengembangan
Dalam melakukan program kegiatannya JRKY mengembangkan kerjasama
ditingkat lokal, nasional ataupun internasional baik secara langsung ataupun jaringan.
Kerjasama tersebut dengan organisasi nonpemerintah lain, lembaga akademisi,
individu dan lembaga donor, institusi pemerintah, serta organisasi/institusi lain yang
memiliki kepedulian terhadap JRKY.
Selain 30 radio komunitas yang sudah menjadi anggota resmi dalam JRKY,
di Yogyakarta masih banyak terdapat radio komunitas yang cukup besar dan aktif,
antara lain radio Swadesi dan Wiladeg di daerah Bantul.
B. Radio Komunitas di Solo
Wadah bagi radio komunitas di Solo adalah ORTASTA (Organisasi Radio
Komunitas Surakarta). Organisasi ini masih terbilang baru sehingga belum banyak
radio komunitas yang bergabung didalamnya. Hampir semua radio komunitas yang
sudah bergabung adalah radio kampus, sehingga untuk kepengurusan masih
didominasi oleh para mahasiswa. Radio komunitas yang telah bergabung antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Fiesta FM
2. Dista FM
3. Rapma FM
4. Indonusa FM
5. Pratama FM
6. Radikma FM
Radio komunitas yang telah bergabung dengan ORTASTA, akan
mendapatkan manfaat yang sangat berguna bagi radio komunitasnya, antara lain :
1. Penguatan jaringan baik internal maupun eksternal
2. Wahana perjuangan bersama
3. Advokasi
4. Membangun solidaritas dan komunikasi sesama anggota jaringan dan pihak lain
yang sejalan dengan tujuan ORTASTA, yaitu :
1. Memperkuat kredibilitas Anggota ORTASTA
2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas anggota
3. Mendorong radio komunitas sebagai kekuatan perubahan.
Selain beberapa radio komunitas yang tergabung dalam ORTASTA, ada
beberapa radio komunitas lain yang didominasi oleh radio dakwah, antara lain Radio
RDS FM, Al-Hidayah FM, MTA FM, Bani Adam FM dan radio pendidikan Al-
Abror FM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prediksi perkembangan radio komunitas
di Yogyakarta dan Solo yang diperoleh dari para pakar radio melalui kuisioner
dengan menggunakan pendekatan Studi Delphi. Pendekatan ini menggunakan panel
para pakar yang tidak bertemu satu sama lain. Umumnya teknik ini memang
digunakan untuk memperkirakan perubahan teknologi atau prakiraan pasar atas
produk baru dimasa depan. Studi Delphi ini harus melalui beberapa tahap. Dalam
tahap pertama, seluruh pakar diberi sejumlah pertanyaan mengenai gambaran umum
radio komunitas di Yogyakarta dan Solo yang difokuskan pada beberapa pokok
permasalahan, yaitu pertumbuhan, pendanaan radio komunitas, perizinan, sumber
daya manusia dan teknologi yang digunakan radio komunitas. Kemudian jawaban –
jawaban atas pertanyaan tersebut dikumpulkan dan dirangkum oleh peneliti.
Hasil keseluruhan ini kemudian dikembalikan lagi pada setiap responden untuk tahap
kedua yang dilakukan dalam dua kali putaran. Caranya dengan mengubah hasil
rangkuman tersebut menjadi beberapa pernyataan untuk diklarifikasi kembali kepada
responden. Dalam tahap ini peneliti memberikan ringkasan anonim dari perkiraan
para ahli dari putaran sebelumnya dan responden diperbolehkan untuk mengubah
jawabannya jika mereka berubah pikiran dan diperkenankan untuk memberi
penjelasan pada setiap pernyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini ada sembilan orang responden dari kota Yogyakarta dan Solo
yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan
memilih individu – individu yang berkompeten untuk mendukung penelitian ini.
Purposive sampling diambil karena dianggap lebih mampu menangkap kelengkapan
data dan memperoleh kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu. Jumlah
sampling bukan mewakili populasi tetapi mewakili informasi. Berikut adalah data
responden dalam penelitian ini :
TABEL 3
Data Responden
No. Nama Deskripsi
1. Mardiyono Merupakan mantan ketua Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) yang masih aktif pada kegiatan – kegiatan keradioan, seperti seminar dan pelatihan untuk radio komunitas. Saat ini juga masih menjadi pengurus pada radio komunitas Swarakota di daerah Bantul, Yogyakarta.
2. Kuncoro Seorang aktivis seni yang sudah lama berkecimpung di dunia radio komunitas. Saat ini masih tercatat sebagai anggota radio komunitas BBM di daerah Minoratani Yogyakarta dan sering menjadi narasumber dalam berbagai pelatihan radio komunitas.
3. Hendro Plered Pendiri radio komunitas Swadesi di daerah Banguntapan, Bantul Yogyakarta ini terjun di dunia radio sejak masih kuliah di ISI Yogyakarta. Selain itu, beliau merupakan pekerja seni dan aktivis sosial di Yogyakarta
4. Martan Kiswoto Pria berusia 60 tahun ini merupakan pemilik radio Swara Kenanga AM di daerah Umbulharjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Yogyakarta. Sangat aktif dalam dunia keradioan dan sering dianggap sebagai guru oleh pegiat radio komunitas di Yogyakarta.
5. Haribawa Berawal dari hobi dan aktivitas di ORARI, akhirnya mendirikan radio komunitas warga Diorama FM di Demangan Yogyakarta yang sudah tergabung dalam JRKY.
6. Agung Setyawan Pria berusia 35 tahun ini merupakan pendiri sekaligus pemilik radio Raxarone FM Solo (sudah off) dan Mitra FM Wonogiri. Pernah menjadi teknisi dari sedikitnya 7 radio dan menjadi tim produksi di beberapa radio di Solo.
7. Hari Wiryawan Seorang anggota KPID Jawa Tengah yang berusia 47 tahun ini juga berprofesi sebagai dosen. Pria kelahiran Magelang ini mengawali karier di dunia radio sebagai penyiar dan produser.
8. Lucia Caritas Aktif sebagai penyiar dan menangani masalah manajeman di Radio Gapura FM, Pasar Klewer Solo. Beberapa kali dipercaya menjadi pembicara dalam berbagai kegiatan radio komunitas.
9. Giyanto Merupakan seorang trainer radio yang menangani sejumlah radio komunitas di Solo dan sekitarnya. Mengawali karier keradioan sebagai penyiar di Radio Pancaran Surya dan RAPMA FM, kemudian semakin merambah ke divisi produksi, teknis, marketing dan programer di beberapa Radio di Solo.
Tahap pertama dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 di
Yogyakarta dan Solo dengan mengajukan pertanyaan tentang kondisi secara umum
radio komunitas di Yogyakarta dan Solo. Kemudian jawaban dari pertanyaan
tersebut dikumpulkan dan dirangkum oleh peneliti. Hasil rangkuman tersebut
kemudian diubah menjadi 14 item pertanyaan yang kemudian dikembalikan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
responden untuk diklarifikasi. Tahap kedua ini dilakukan sebanyak dua kali putaran.
Berikut ini peneliti akan menyajikan rangkuman dari hasil wawancara pada tahap
pertama.
A. Gambaran Umum Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo
Pertumbuhan radio komunitas dapat dikatakan cukup dinamis dan tumbuh seiring
dengan kebutuhan masyarakat komunitas. Pertumbuhan ini juga dipicu dengan
hadirnya berbagai macam hobi baru yang mendorong komunitas tersebut membuat
sebuah wadah untuk mengapresiasikan ide – ide mereka, salah satunya dalam bentuk
radio komunitas
Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo banyak di dominasi oleh radio komunitas
petani / pertanian, radio komunitas dakwah, radio komunitas kampus, dan radio
komunitas kesenian. Banyak dari radio tersebut yang juga berangkat dari sekedar
perkumpulan sehingga sumber daya manusia didalamnya adalah orang – orang yang
masih awam tentang radio, baik secara teknis maupun manajemen. Melihat dari hal
tersebut, saat ini sudah mulai diadakan banyak pelatihan untuk mengembangkan
sumber daya manusia di dalam radio komunitas. Pelatihan – pelatihan tersebut antara
lain pelatihan manajemen siaran, pelatihan programming, pelatihan jurnalisme radio,
kelola radio komunitas, pelatihan teknik / teknisi, pelatihan pembuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
antena/skema pemancar, pelatihan pemasangan tower antena, pelatihan fund raising
dan pemberdayaan potensi komunitas.
Dengan berbekal pelatihan – pelatihan tersebut, pengelola radio komunitas yang
dulunya belum mengerti tentang radio, sekarang sudah mampu mengelola radionya
dengan baik termasuk dalam hal keuangan yang merupakan faktor penting untuk
dapat bertahan. Untuk saat ini radio komunitas di Yogyakarta dan Solo banyak yang
masih bertahan dengan dana dari iuran anggota, disamping mereka juga
mengusahakan dana dari hibah maupun sponsor yang memang tidak mudah karena
persaingan yang semakin ketat.
Pertumbuhan radio komunitas memang cukup bagus, namun tidak sedikit dari
mereka yang harus gulung tikar hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Selain
karena masalah pendanaan, masalah regulasi dan perizinan juga menjadi salah satu
pemicunya. Radio komunitas masih menganggap peraturan yang dibuat oleh KPI
masaih sangat memberatkan dan tidak berpihak pada radio komunitas. Salah satu hal
yang masih menjadi perhatian adalah masalah perizinan, baik itu di tingkat daerah
yaitu EDP (Evaluasi Dengar Pendapat), maupun IPP (Izin Prinsip Penyiaran) yang
berada di tingkat pusat. Sampai saat ini hanya sedikit radio komunitas yang sudah
mendapat izin sampai EDP, padahal EDP merupakan langkah yang dianggap paling
mudah karena hanya sampai pada tingkat daerah / KPID saja. Sedangkan untuk tahap
IPP belum satupun radio komunitas yang sudah mendapatkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ada beberapa hal yang membuat radio komunitas belum juga berhasil mendapatkan
izin, misalnya adanya salah satu persyaratan yang mengharuskan radio komunitas
mengumpulkan fotocopy KTP sebanyak 250 buah, tentu hal ini sangat menyulitkan
bagi radio komunitas yang berada di wilayah dengan jumlah penduduk yang minim.
Selain itu, dana yang dibutuhkan untuk mengurus izin juga tidak sedikit, sedangkan
banyak radio komunitas yang masih mengalami kesulitan dalam masalah keuangan.
Sebenarnya KPID dan KPI sendiri sudah cukup memberikan motivasi dan dorongan
kepada radio komunitas untuk mengurus izin, namun pada pelaksanaannya masih
banyak yang menganggap birokrasi di KPI dan KPID berbelit – belit dan terkadang
justru memberatkan radio komunitas. Hal inilah yang menyebabkan banyak berdiri
radio komunitas yang akhirnya berhenti dalam mengurus perijianan dan dianggap
sebagai radio komunitas ilegal.
Dari waktu ke waktu, peralatan yang digunakan radio komunitas diharapkan mampu
mengikuti perkambangan zaman. Beberapa waktu ini sudah mulai ada wacana untuk
menggunakan alat berlisensi Standar Nasional Indonesia (SNI). Wacana tersebut
diperkirakan akan direalisasikan dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang.
Menanggapi wacana tersebut, banyak radio yang menganggap hal ini sebagai
permasalah baru, karena untuk mendapatkan pengakuan SNI mereka juga harus
mengeluarkan dana yang cukup besar.
Wacana ini diperkirakan sebagai langkah awal untuk menuju era digital. Digitalisasi
merupakan perkembangan yang tidak terelakkan, dan radio – radio termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didalamnya adalah radio komunitas nantinya harus mengikuti. Era digital nantinya
akan menyediakan kanal yang lebih luas dan lebih jernih yang tentunya akan memicu
pertumbuhan rakom menjadi lebih pesat. Pada era digital nanti akan tumbuh
teknologi dan peralatan baru yang lebih canggih dan tentu saja membutuhkan biaya
yang besar untuk mendapatkannya.
Era digital ini diprediksi akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap radio
komunitas. Pada era digital diprediksi akan hadir pihak penyedia provider dan pihak
penyedia program bagi radio komunitas. Hal ini dikhawatirkan lambat laun akan
mematikan kreativitas orang – orang radio komunitas, sehingga ada yang
menganggap era digital sebagai era penghapusan radio komunitas.
Tahap selajutnya dalam penelitian ini adalah merubah rangkuman diatas menjadi
beberapa item pernyataan yang mungkin terjadi pada -5, -10 dan -15 tahun
mendatang untuk diklarifikasi. Berikut adalah 14 pernyataan yang diperoleh dari
hasil rangkuman pada tahap pertama.
TABEL 4
Pernyataan pada Tahap Kuisioner
No Pernyataan
1. Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini.
2 Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini, justru akan tutup.
3 Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan seg-
mentasi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP.
5 Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP.
6 Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis.
7 Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong.
8 SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan tek-
nologi.
9 Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran.
10 Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI
11 Radio komunitas akan beralih ke teknologi era digital.
12 Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal
13 Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota.
14 Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
Peneliti menggunakan 7 poin dari indeks Likert yang memberikan peringkat pada tiap
pernyataan. Skala 1) Pasti tidak terjadi, 2) Sangat tidak mungkin terjadi, 3) Tidak
mungkin terjadi, 4) Mungkin terjadi – mungkin tidak, 5) Mungkin terjadi, 6) Sangat
mungkin terjadi, dan 7) Pasti terjadi. Proses klarifikasi ini dilakukan sebanyak dua
kali putaran dan responden diperkenankan untuk memberikan pendapat, alasan
maupun uraian yang dianggap penting pada setiap jawaban yang diberikan.
Pada penyajian data selanjutnya, peneliti bermaksud untuk menyajikan data dari hasil
kuisioner pada putaran pertama dan putaran kedua. Data disajikan dalam bentuk
kurva disertai penjabaran dan kutipan wawancara. Selain itu, peneliti akan
menyertakan hasil nilai rata – rata dari kuisioner putaran pertama dan kedua dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TABEL 5
Nilai rata – rata kemungkinan yang akan terjadi pada Radio Komunitas di Yogyakarta dan Solo dalam 2 putaran
No Pernyataan
1 = Pasti tidak terjadi 7 = Pasti Terjadi
5 Tahun
Round Round
1 2
10 Tahun
Round Round
1 2
15 Tahun
Round Round
1 2
1. Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini.
4.67 4.44 5 5 6.1 6.33
2 Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini akan tutup.
4.33 4.11 4.89 4.89 5.22 5.22
3 Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama.
4.44 4.44 4.33 4.33 5.67 6
4 Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP.
3.89 3.89 4.89 4.67 5.33 5.44
5 Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP.
5.33 5.11 5.56 5.56 6.1 6.22
6 Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis.
4.22 4.22 3.89 3.78 3.78 3.78
7 Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong.
3.33 3.11 3.44 3.67 3.67 3.67
8 SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi.
5.56 5.56 5.89 5.89 6.67 6.44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9 Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran.
4.89 4.89 5.78 5.67 6.33 6.22
10 Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI
4.11 4.22 4.89 4.67 5.89 5.89
11 Radio Komunitas akan beralih ke teknologi era digital
4.56 4.67 5.89 5.78 6.78 6.56
12 Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal
5.89 5.89 6.56 6.44 6.89 6.89
13 Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota.
4.67 4.56 5.89 5.89 6.22 6.22
14 Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
3.33 3.22 3.44 3.44 3.56 3.56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel tersebut, peneliti akan melakukan penjabaran dan analisis terhadap
kemungkinan peristiwa yang akan terjadi pada radio komunitas berdasarkan pokok
permasalahannya.
1. Pertumbuhan
Pertanyaan nomer 1: Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari
jumlah tahun ini. Nilai rata – rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan
secara beturut - turut, nilai rata – rata pada putaran pertama adalah 4.67, 5, 6.1 dan
pada putaran kedua adalah 4.44, 5.22, 6.33.
Putaran 1 Putaran 2
Dari kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa akan ada kemungkinan terjadi
penambahan jumlah radio komunitas hingga dua kali lipat. Menurut para pakar hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya ketertarikan orang - orang terhadap radio
komunitas yang memang dianggap sebagai media yang sangat efektif untuk
menyampaikan informasi dan media untuk menyuarakan aspirasi suatu komunitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kurangnya ketegasan dari pemerintah dalam menata radio komunitas menyebabkan
banyak bermunculan radio – radio yang tidak berizin atau ilegal. Para pakar
memprediksi pertambahan jumlah radio komunitas akan terus meningkat seiring
adanya rencana migrasi ke era digital dimana akan ada penambahan jumlah kanal
untuk siaran radio yang tentu sangat berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah
radio komunitas. Berikut adalah kutipan wawancara dengan responden.
Putaran 1
Responden 7 : “ Mulai banyak orang yang mempunyai ketertarikan terhadap rakom, dan prediksi saya untuk 5 tahun kedepan mereka mungkin sudah membentuk suatu rakom, dan itu akan menambah jumlah rakom “.
Responden 9 : “ Karena sebenarnya penyampaian info komunitas melalui rakom akan jauh lebih efektif. Rakom sangat menyuarakan komunitas, rakom melekat dihati pendengarnya. Dengan banyaknya yang tertarik pada rakom, 5 tahun kedepan akan semakin banyak lagi yang mendirikan rakom “.
Responden 2 : “ pemerintah masih belum begitu tegas dalam menertibkan kemunculan rakom – rakom yang liar. Jadi selama peraturan pemerintah tidak berubah, ada kemungkinan bisa terjadi, akan banyak bermunculan rakom – rakom baru “.
Putaran 2
Responden 9 : “ Sebenarnya ketertarikan orang terhadap rakom saya cukup besar. Bisa saja jumlah rakom akan bertambah dua kali lipat, tapi hal ini juga tergantung bagaimana tindakan pemerintah, kalau mereka tegas, mungkin jumlah rakom ilegal akan berkurang dan pertumbuhan rakom bisa terkendali “.
Responden 2 : “ saya lihat sudah banyak yang mulai tertarik pada rakom, mereka mulai menyadari fungsi rakom, karena rakom memang lebih efektif untuk menyampaikan sebuah informasi lokal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi komunitas terutama di wilayah pedesaan. Jadi mungkin saja jumlah rakom akan bisa bertambah hingga dua kali lipat “.
Responden 1 : “ pada era digitalisasi KPI akan menambah kanal untuk siaran, jadi semakin terbuka lebar peluang untuk mendirikan radio komunitas. Selama ini salah satu penghambat pertumbuhan rakom adalah tidak tersedianya kanal. Jadi setelah ada penambahan kanal saya kira pertumbuhan rakom akan semakin pesat “.
Pertanyaan nomer 2: Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini
akan tutup. Nilai rata – rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan secara
berturut – turut pada putaran pertama adalah 4.33, 4.89, 5.22 dan pada putaran kedua
4.11, 4.89, 5.22 .
Putaran 1
Putaran2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertumbuhan radio komunitas dinilai masih belum stabil. Seiring berjalannya
waktu, penambahan jumlah radio komunitas memang terjadi dan menimbulkan
persaingan yang cukup ketat. Namun hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan
beberapa radio komunitas akan kalah saing dan akhirnya tutup. Menurut para pakar
ada kemungkinan setengah dari jumlah radio komunitas yang ada sekarang akan
tutup. Mereka menilai ada beberapa permasalahan yang menyebabkan hal tersebut
terjadi, antara lain masalah perizinan yang dianggap rumit dan kadang berbelit – belit,
masalah regenerasi yang seringkali tidak berjalan lancar, dan yang paling vital adalah
masalah dana karena radio komunitas memang hidup dari dana swadaya masyarakat
dan hibah yang terkadang tidak dapat memenuhi semua kebutuhan radio komunitas.
Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan narasumber :
Putaran 1
Responden 6 : “ Kemungkinan terjadi, karena rakom hidup dari dana swadaya dan hibah yang tidak selalu ada saat dibutuhkan, kalau dana sudah tidak ada, maka banyak radio yang akan tutup “.
Responden 2 : “ untuk 10 tahun mungkin terjadi. Mungkin nanti permasalahannya ada pada masalah regenerasi. Berbeda dengan radio komersil, intensitas regenerasi komunitas itu lebih sering dan sangat rawan, jadi kalau tidak berhati – hati saat regenerasi, pengurusnya bubar dan akhirnya radionya akan tutup “. Responden 7 : “ Semakin banyak jumlah rakom, kemungkinan juga banyak yang tutup. Selama ini belum banyak radio yang bertahan lama, biasanya karena masalah perizinan, regenerasi dan masalah dana “.
Putaran 2
Responden 6 : “ Rakom merupakan radio swadaya dari masyarakat, memakai tenaga sukarela dari masyarakat. Mencari tenaga sukarela
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
itu tidak mudah. Jika sudah tidak ada lagi tenaga relawan, maka regenerasi di dalam rakom akan terhambat. Ini salah satu hal yang banyak dialami rakom sehingga akhirnya tutup “.
Responden 7 : “Sweeping rakom itu masih akan terus dilakukan, karena seiring pertumbuhan rakom pasti juga semakin banyak rakom yang ilegal, saya rasa masih banyak yang tidak mengurus perizinan. Namun, KPI dan KPID juga akan semakin tegas dalam menangani hal tersebut, jadi saya kira rakom-rakom yang tidak berijin akan tutup“.
Responden 8 : “ Sebenarnya banyak masalah intern yang akhirnya menyebabkan suatu rakom tutup. Ada masalah perizinan, masalah regenerasi dan yang sangat vital adalah masalah keterbatasan dana. Prediksi saya hal tersebut masih mungkin terjadi “.
Pertanyaan nomer 3: Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam
satu wilayah dengan segmentasi yang sama. Nilai rata- rata untuk kurun waktu -5, -10
dan 15 tahun kedepan secara berturut – turut pada putaran pertama adalah 4.44, 4.33,
5.67 dan pada putaran kedua adalah 4.44, 4.33, 6.
Putaran 1 Putaran 2
Pertumbuhan yang cukup besar menyebabkan banyak sekali bermunculan
radio komunitas dengan segmentasi yang sama yang terjadi dalam satu wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Walaupun mempunyai segmentasi yang sama, namun terkadang radio kemersil
tersebut mempunyai ideologi yang berbeda. Hal ini sebenarnya menyalahi aturan
karena seharusnya dalam satu wilayah radius 2,5 km hanya boleh ada satu radio.
Namun para pakar memperkirakan hal tersebut masih mungkin terjadi hingga -5, -10
dan 15 tahun kedepan selama belum ada tindakan yang tegas dari pihak yang
berwenang, yaitu KPI / KPID dan Balai Monitoring (Balmon) maka akan banyak
rakom liar yang bermunculan. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan
narasumber :
Putaran 1
Responden 5 : “ pada umumnya 1 wilayah dengan radius 2,5 km hanya ada satu radio. Tapi kalau memang wilayah tersebut cukup luas, maka bisa saja terjadi. Selama radius satu wilayah itu lebih dari 2,5 km maka masih bisa terjadi “.
Responden 6 : “ Kemungkinan bisa terjadi. Banyak radio dengan segmentasi yang sama, tapi biasanya beda aliran. Kalau pendengar merasa radio tersebut tidak sesuai dengannya, maka mereka akan membuat komunitas baru “. Responden 8 : “ 15 tahun sudah menuju era digital, kanal siaran kabarnya akan ditambah. Jadi kemungkinan juga akan tumbuh radio baru dengan segmentasi yang sama, karena nanti yang dijual adalah benar – benar kualitas konten siaran, bukan kualitas suara lagi “.
Putaran 2
Responden 5 : “ Secara peraturan tidak bisa, tapi kenyataan banyak terjadi seperti itu. Apalagi di wilayah yang radiusnya lebih dari 2,5 km dan masyarakatnya heterogen, itu mungkin terjadi “.
Responden 4 : “ Kalau semakin kedepan kita lihat bagaimana tindakan KPID dan Balmon dalam menata keberadaaan rakom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kalau ditata dengan baik harusnya tidak terjadi, karena dalam peraturan hanya boleh ada satu radio setiap radius 2,5 km. Tapi kalau masih kurang perhatian ya saya kira masih akan terjadi “.
Responden 6 : “ 15 tahun sudah menuju era digital, kanal siaran akan ditambah. Jadi kemungkinan juga akan tumbuh radio baru dengan segmentasi yang sama, karena nanti yang dijual adalah benar – benar kualitas konten siaran, bukan kualitas suara lagi “.
2. Pendanaan
Pertanyaan nomer 13: Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota. Nilai
rata-rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan secara berturut – turut pada
putaran pertama adalah 4.67, 5.89, 6.22 dan pada putaran kedua adalah 4.56, 5.89,
6.22.
Putaran 1 Putaran 2
Radio komunitas sebenarnya memiliki keleluasaan memperoleh sumber dana
non komersial dari mana saja, selama tidak mengikat termasuk didalamnya adalah
sponsor. Namun, sumber dana utama radio komunitas tetaplah harus dari sumbangan
komunitas. Melihat realitas sekarang, sebagian besar radio komunitas bertahan justru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan dana dari sponsor. Menurut responden, mengharapkan sumbangan komunitas
merupakan hal yang sulit. Apalagi jika sampai waktu bertahun – tahun. Dengan
alasan tersebutlah maka para responden memprediksi kedepan radio komunitas akan
mendapatkan dana dari sponsor dengan jumlah yang lebih besar dari iuran anggota.
Putaran 1
Responden 7 : “ Mengumpulkan dana dari iuran warga itu tidak mudah. Mungkin bulan – bulan pertama iuran lancar, tapi kalau sampai 5 tahun itu jarang terjadi. Kemungkinan besar, rakom itu bertahan dari dana sponsor “.
Responden 9 : “ Semakin lama suatu rakom hidup, mereka akan semakin pandai mencari inisiatif untuk mendapatkan sponsor. Selain itu, zaman menuntut agar mereka mempunyai dana yang cukup besar untuk menghidupi rakom “.
Responden 1 : “ Mengumpulkan sponsor itu jauh lebih mudah daripada mengumpulkan iuran anggota. Apalagi selama fungsi organisasi belum terpenuhi, iuran anggota akan sulit berjalan. Tidak banyak iuran anggota yang bisa berjalan dalam waktu yang lama “.
Putaran 2
Responden 7 : “ Sebenarnya mencari sponsor lebih mudah daripada mengumpulkan dana dari anggota. Namun untuk rakom juga tidak semudah itu, karena kita tahu sponsor rakom itu juga dibatasi, tidak bisa asal sponsor. Sedikit sulit, tapi kemungkinan masih bisa terjadi “.
Responden 8 : “ Ada beberapa rakom yang bisa bertahan lama karena ada sokongan dana dari pihak sponsor, dan pastinya adalah rakom yang mempunyai pendengar yang cukup banyak. Untuk kedepan saya kira rakom lain akan segera mengikuti jejak seperti itu, sehingga nantinya dana dari sponsor memang lebih besar dari iuran warga “.
Responden 6 : “ Semakin lama sebuah rakom, saya kira manajemennya akan semakin membaik. Begitu pula dengan SDM-nya, dengan pengalaman yang didapata mereka akan lebih kreatif. Kreativitas inilah yang nantinya akan menarik sponsor untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyalurkan dananya ke rakom. Dan kalau saya lihat kedepan mereka akan bisa melakukan hal tersebut.
Pertanyaan nomer 14: Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada
radio komersil. Nilai rata-rata untuk kurun waktu 5-, 10-, 15- tahun kedepan pada
putana pertama adalah 3.33, 3.44, 3.56 dan pada putaran kedua adalah 3.22, 3.44,
3.56.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Melihat realitas sekarang, sponsor masih lebih tertarik pada radio komersil walaupun
untuk acara off air. Menurut para pakar, penyebab utamanya adalah terbatasnya
jumlah audiens radio komunitas. Walaupun bila melihat sasaran, maka radio
komunitas akan lebih tepat sasaran. Prediksi para pakar untuk -5, -10 maupun 15
tahun kedepan sponsor masih lebih tertarik pada radio komunitas yang memiliki
jumlah audiens yang banyak. Berikut adalah kutipan hasil wawancara :
Putaran 1
Responden 1 : “ tidak mungkin tejadi. Alasannya, sponsor saat ini masih lebih memperhitungkan kuantitas bukan kualitas, walaupun sebenarnya pendengar rakom itu lebih segmented “. Responden 1 : “ Pangsa pasar rakom dan radio komersil berbeda. Prediksi saya sponsor masih akan lebih tertarik pada radio komersil. Audiens radio komersil lebih besar, dan akan lebih menguntungkan pihak sponsor “.
Responden 7 : “ saya masih ragu kalau sponsor akan lebih tertarik pada rakom, soalnya kendala kita ada pada keterbatasan audiens yang membuat sponsor kurang berminat “.
Putaran 2
Responden 1 : “ Sebenarnya pangsa pasar rakom dengan radio komersil sudah jauh berbeda. Tapi kenyataannya sekarang terlihat kalau sponsor memang lebih tertarik pada radio komersil. Hal ini karena keterbatasan audiens yang dimiliki rakom “.
Responden 3 : “ hal ini masih terkait dengan keterbatasan audiens rakom. padahal yang dicari sponsor itu biasanya banyaknya jumlah audiens. Tapi kelebihan rakom itu mempunyai audiens yang tersegmen, yang sebenarnya lebih tepat sasaran, jadi tergantung pada motivasi dari sponsor ya “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Responden 7 : “ event off-air sebenarnya lebih tersegmen, apalagi bila diadakan oleh rakom yang sudah jelas mempunyai komunitas, ini bisa menarik sponsor. Selanjutnya tinggal bagaimana rakom mencari cara agar bisa mendapatkan audiens yang lebih luas, apalagi kedepan sudah ada streaming, mungkin itu akan semakin memudahkan “.
3. Perizinan Radio Komunitas
Pertanyaan nomer 4: Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat
ijin sampai IPP. Nilai rata – rata dalam kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun secara
berturut – turut pada putaran pertama adalah 3.89, 4.89, 5.33 dan pada putaran kedua
adalah 3.89, 4.67, 5.44.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Salah satu masalah yang banyak dihadapi radio komunitas adalah masalah perizinan.
Untuk saat ini masih sangat sulit
mendapatkan IPP (Izin Prinsip Penyiaran) bagi radio komunitas. Para pakar
berpendapat salah satu penyebabnya adalah banyaknya persyaratan yang dirasakan
sangat memberatkan bagi radio komunitas.
Beberapa dari mereka memandang masalah perizinan ini justru datang dari pihak
yang berwenang yaitu KPI dan KPID yang terkadang mempersulit dalam birokrasi
sehingga perizinan tertahan disana. Satu hal lagi yang tentu saja sangat berpengaruh
adalah masalah dana yang harus dikeluarkan untuk mengurus izin sampai IPP
sangatlah besar dan itu dirasakan berat bagi radio komunitas. Berikut kutipan
wawancara dengan narasumber :
Putaran 1
Responden 6 : “ saya lihat kekacauan perijianan itu sebenarnya ada pada pemerintah sendiri. Syarat perizinan yang seringkali berubah – ubah. Masih diragukan mendapat IPP hanya dalam waktu 5 tahun saja “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Responden 1 : “ Kalau masalah perizinan, tergantung bagaimana KPID dan KPI pusat mengurusnya, karena kenyataan sekarang, IPP masih sulit untuk turun. Banyak rakom yang sebenarnya ingin mengurus, tapi kadang dipersulit dengan birokrasi yang ada “.
Responden 3 : “ Mungkin saja bisa terjadi, tapi belum begitu yakin, karena ada beberapa yang kadang justru tertahan di KPI, saya rasa juga harus ada pembenahan dari KPI “.
Putaran 2
Responden 4 : “ Kalau masalah perizinan pasti hubungannya dengan pemerintah, yaitu KPI dan KPID yang masih ada kekacauan didalamnya. Peraturan terkadang masih berubah – ubah dan ada beberapa yang masih tertahan disana. Jadi masih sangat sulit untuk dapat izin sampai IPP “.
Responden 1 : “pasti akan ada perubahan dari institusinya maupun rakomnya ke arah yang lebih baik. Rakom mungkin akan lebih serius dalam mengurus, dan KPID maupun KPI diharapkan lebih banyak membantu rakom dalam mengurus izin. Semakin kesana akan semakin banyak rakom yang mendapat izin sampai IPP “.
Responden 7 : “ Kedepan perizinan akan menjadi sebuah tuntutan, menjadi sebuah syarat untuk mendapat kanal siaran. Jadi siapa yang tidak mengurus izin, mereka tidak bisa siaran dan akhirnya akan tutup “.
Pertanyaan nomer 5: Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah
mendapat ijin sampai EDP. Nilai rata – rata untuk -5, -10 dan 15 tahun kedepan
secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 5.33, 5.56, 6.1 dan pada putaran
kedua adalah 5.11, 5.56, 6.22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Putaran 1 Putaran 2
EDP atau Evaluasi Dengar Pendapat merupakan langkah paling awal untuk
mendapatkan izin, dan dianggap masih sederhana dan mudah untuk mengurusnya.
Prediksi para pakar, ada kemungkinan kedepan radio komunitas akan sudah mendapat
izin sampai EDP. Apalagi jika pemerintah tidak merubah lagi peraturan yang sudah
ada, karena mereka menganggap salah satu penghalang untuk mendapatkan izin
adalah peraturan yang seringkali berubah. Mulai adanaya motivasi dari KPID juga
sudah mulai terlihat dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap radio komunitas.
Namun hambatan lain juga datang dari dalam radio komunitas itu sendiri, antara lain
adanya kepengurusan yang kurang beres dan manajemen yang belum profesional.
Berikut kutipan wawancara dengan narasumber :
Putaran 1
Responden 3 : “ Kemungkinan masih terjadi, tapi mungkin beberapa hal yang menghalangi adalah seperti rakom yang memang malas mengurus izin, selain itu kepengurusan banyak yang kurang beres, manajemen yang tidak profesional. Jadi bisa dilihat, untuk mengurus masalah internal saja banyak yang belum beres, apalagi masalah izin.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Responden 4 : “ Sangat mungkin terjadi, hal ini bisa didorong juga oleh konsistensi dari pihak yang berwenang, disini ada KPID dan Balmon. Kalau mereka terus mengejar dan mengawasi rakom, hal ini bisa sangat mungkin terjadi “.
Responden 5 : “ Saat ini perhatian KPID ke rakom sudah mulai terlihat, dan saya pikir hal tersebut bisa menjadi motivasi bagi rakom untuk mau mengikuti peraturan dan mengurus izin. Dan kalau hanya sampai EDP, saya kira sangat mungkin terjadi”. Putaran 2
Responden 4 : “ untuk lima tahun mungkin terjadi, selama pemerintah tidak berubah terus aturannya, karena hal tersebut mengganggu proses perizinan. EDP merupakan perizinan yang paling mendasar, paling awal dan harusnya paling mudah “.
Responden 3 : “ Saya kira kalau sampai EDP mungkin terjadi, karena paling sederhana, sampai tingkat daerah saja. KPID juga selalu mengingatkan untuk segera mengurus izin, kalau kedepan lebih tegas mungkin semua akan bisa dapat izin sampai EDP “. Responden 7 : “ Rakom mulai termotivasi untuk megurus izin karena KPID sudah mulai memberi perhatian yang lebih ke rakom. Diharapkan kedepannya akan lebih banyak lagi rakom yang termotivasi “.
4. Sumber Daya Manusia
Pertanyaan nomer 6: Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani
masalah teknis. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan
secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 4.22, 3.89, 3.78 dan pada putaran
kedua adalah 4.22, 3.78, 3.78.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Putaran 1 Putaran 2
Radio komunitas merupakan radio yang dibangun dari, oleh dan untuk komunitasnya.
Sumber daya manusia yang ada didalamnya adalah dari komunitasnya sendiri yang
bersifat relawan. Menurut para pakar untuk mengatasi masalah teknis, radio
komunitas masih akan menggunakan tenaga teknis yang mereka miliki tanpa harus
menggunakan tenaga dari luar. Mungkin akan menggunakan tenaga luar tetapi hanya
untuk melatih, bukan untuk mengatasi masalah secara langsung. Berikut ini adalah
kutipan wawancara dengan narasumber :
Putaran 1
Responden 2 : “ rakom itu berbeda dengan radio komersil. Pengurusnya dan semua orang yang berada didalamnya bersifat relawan. Jadi masih ada kemungkinan mereka memakai tenaga teknis dari luar untuk membantu keberlangsungan hidup rakom “.
Responden 5 : “ 10 tahun masih bisa terjadi, tapi kemungkinan lebih kecil. Dengan waktu 10 tahun rakom yang masih bertahan akan lebih mandiri, dan belajar untuk mengatasi semuanya sendiri. Jadi intinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk 10 tahun kedepan, kita melihat pada perkembangan SDM yang ada didalamnya “.
Responden 8 : “ Rakom tidak ingin terus bergantung dengan orang dari luar. Untuk menghadapi era digital 15 tahun mendatang, orang – orang rakom akan terus belajar dan kemungkinan mereka tidak akan lagi menggunakan tenaga teknis dari luar “.
Putaran 2
Responden 4 : “ rakom memang radio swadaya, tenaga yang ada didalamnya relawan semua. Harusnya yang mengurusi masalah teknispun adalah tenaga yang ada didalam rakom. Mungkin di awal mereka masih memerlukan tenaga luar, bukan untuk menangani namun untuk melatih orang – orang rakom “.
Responden 5 : “Orang – orang rakom yang dulunya belum bisa, akan belajar dari pengalaman, mereka akan bisa mengatasi masalah teknis tanpa harus memakai tenaga dari luar “.
Responden 7 : “ 15 tahun mendatang kita sudah beralih ke era digitai, saya kira nantinya akan ada pelatihan karena mungkin peralatan dan teknologinya banyak mengalami perubahan yang membutuhkan tenaga profesional untuk melatih “.
Pertanyaan nomor 7: Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar
yang kosong. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan
secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 3.33, 3.44, 3.67 dan pada
putaran kedua 3.11, 3.67, 3.67.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Radio komunitas seringkali mengalami kekosongan pada saat jam siar. Namun hal
ini tidak lantas membuat radio komunitas menggunakan penyiar luar untuk mengisi
jam kosong, karena yang tahu jati diri sebuah radio, bagaimana dan apa yang
diinginkan komunitasnya adalah orang – orang yang berada di dalamanya. Radio
komunitas akan bertahan dengan tenaga penyiar yang dimilikinya dan tidak akan
menggunakan penyiar dari luar. Selain itu, kedepan teknologi akan semakin canggih
sehingga mereka dapat mensiasatinya dengan melakukan taping.
Putaran 1
Responden 5 : “ Itu sudah sebuah resiko rakom. Rakom harus konsisten sebagai radio yang dibangun dari, oleh dan untuk komunitasnya, jadi mereka tidak mungkin menggunakan penyiar dari luar karena yang tahu tentang rakom adalah komunitas yang ada didalamnya “.
Responden 6 : “ 5 tahun kedepan, semangat rakom masih tinggi dan regenerasi juga masih lancar. Saya kira mereka masih mampu mensiasati jam siar yang kosong tanpa harus memakai penyiar dari luar “.
Responden 9 : “ Teknologi semakin berkembang, contohnya bisa dilakukan taping. Kedepan orang – orang rakom akan lebih pandai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam manajemen penyiaran, sehingga tidak perlu menggunakan penyiar dari luar “.
Putaran 2
Responden 7 : “ yang membedakan rakom dengan radio komersil salah satunya terlihat dari penyiarnya. Penyiar rakom tahu betul bagaimana radionya, bagaimana komunitasnya, sehingga tidak mungkin akan menggunakan penyiar dari luar karena akan kehilangan ciri khasnya “.
Responden 5 : “ tidak mungkin terjadi, karena penyiar luar tidak tahu bagaimana komunitas radio tersebut, yang ditakutkan malah akan ditinggalkan pendengar. Selain itu kedepan teknologi semakin canggih, bisa dilakukan taping, mereka tidak akan kehabisan akal untuk mengganti jam kosong tersebut “.
Responden 9 : “ rakom tidak akan memakai penyiar dari luar, karena akan menghilangkan ciri khasnya. Tapi yang namanya rakom tenaganya sukarela, bisa saja akan mengalami masalah dalam regenerasi jadi bagaimana rakom tersebut kedepan“.
Pertanyaan nomor 8: SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan
dan perubahan teknologi. Nilai rata – rata untuk -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara
berturut – turut, pada putaran pertama adalah 5.56, 5.89, 6.67 dan pada putaran kedua
sebesar 5.56, 5.89, 6.44.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teknologi selalu mengalami perubahan dan terkadang mangalami percepatan
dari prediksi sebelumnya dan 15 tahun mendatang diprediksi akan beralih ke
teknologi era digital. Radio komunitas banyak yang terbentuk dari sekelompok orang
yang benar – benar awam mengenai radio, jadi memang banyak sumber daya manusia
didalamnya, banyk yang tidak paham mengenai masalah teknis dan teknologi
keradioan. Dengan berjalannya waktu para pakar memperkirakan akan banyak
diadakan pelatihan untuk radio komunitas dan sumber daya manusia didalamnya akan
tertantang untuk belajar menguasai perubahan teknologi. Berikut kutipan wawancara
dengan responden :
Putaran 1
Responden 2 : “Mengikuti perkembangan teknologi yang selalu berkembang dan berbagai peralatan yang semakin canggih itu memang tidak mudah. Tapi, kalau mau belajar terus mereka akan dapat menguasai teknologi yang makin berkembang “.
Responden 7 : “ Mereka akan semakin banyak pengalaman, selalu tertantang dengan perkembangan dan perubahan yang ada. Jelas sangat mungkin mereka akan menguasai teknologi “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Responden 8 : “SDM di dalamnya akan semakin memahami tentang radio dan teknologinya. Selain itu zaman juga menuntut profesionalisme. Saya yakin mereka akan bisa mengikuti perubahan tersebut “.
Putaran 2
Responden 1 : “ Kemungkinan untuk menguasai selalu ada, kalau 5 tahun kedepan mungkin mereka masih tahap belajar, banyak pelatihan –pelatihan yang masih mereka ikuti “.
Responden 2 : “ Semakin lama berjalan, orang – orang rakom semakin banyak mendapatkan pelatihan dan pengalaman, kalau mereka mau belajar dari situ, tidak menutup kemungkinan mereka akan selalu mengikuti perkambangan “.
Responden 7 : “ 15 tahun kedepan teknologi benar – benar mengalami perubahan, migrasi ke era digital. Dengan pelatihan yang sudah dijalani saya yakin mereka akan selalu belajar, karena zaman juga sudah menuntut lebih profesional, kalau tidak balajar mereka akan tertinggal dari yang lain “.
Pertanyaan nomor 12: Materi siar dengan konten lokal akan lebih mendominasi dan
sesuai keinginan pendengar. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun
kedepan secara berturut – turut, pada putaran pertama adalah 5.89, 6.56, 6.89 dan
pada putaran kedua adalah 5.89, 6.44, 6.89.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Materi siar yang diberikan oleh radio komunitas tentu saja berbeda dengan materi siar
dari radio komersil. Materi siar radio komunitas menurut para pakar kedepan akan
lebih didominasi oleh konten lokal yang berisi berita lokal di masyarakat sekitar yang
sesuai kebutuhan komunitasnya. Pengurus rakom akan selalu mencari tahu apa yang
benar – benar diinginkan komunitasnya. Dengan semakin canggihnya teknologi yang
ada, akan sangat membantu pengurus rakom mendapatkan informasi untuk
disampaikan kepada komunitasnya. Kedepan mereka akan semakin bisa memenuhi
kebutuhan komunitasnya. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan narasumber.
Putaran 1
Responden 2 : “ Dalam waktu 5 tahun ini sebuah rakom akan selalu mencari tahu apa yang diinginkan pendengarnya. Informasi juga sudah sangat mudah untuk didapatkan, terutama melalui internet. Jadi sangat mungkin rakom bisa memenuhi kebutuhan rakom dengan info – info sekitar mereka “.
Responden 4 : “ Bisa dikatakan hidup mati rakom ada pada komunitasnya. Jadi kalau rakom tidak bisa memenuhi kebutuhan komunitasnya, pasti akan ditinggalkan. Jadi rakom mau tidak mau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan komunitas dalam materi siarnya “.
Responden 5 : “ Sekarang masih banyak rakom yang didominasi dengan berita global atau hampir sama dengan radio komersil, dan bisa kita lihat nanti kalau mereka tidak berubah, pasti akan kehilangan pendengar. Rakom akan mencari apa yang diinginkan komunitasnya dengan memperbanyak konten lokal dalam materi siarnya “.
Putaran 2
Responden 9 : “ saya rasa rakom akan dituntut untuk memberikan materi siar yang sesuai dengan komunitasnya, berisi konten – konten yang lebih banyak menyinggung tentang komunitasnya. Kalau mereka tidak bisa memenuhi keinginan komunitasnya, maka dukungan dari komunitasnya akan berkurang, bisa saja mereka kehilangan pendengar“.
Responden 1 : “ 10 tahun itu waktu yang cukup untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhakan komunitas, dan sangat mungkin SDM rakom akan bisa memenuhi hal tersebut. Saya kira, nantinya berita – berita lokal akan lebih banyak lagi ya “.
Responden 4 : “ Sangat mungkin. Rakom yang dapat bertahan dalam waktu yang lama pasti sudah mendapatkan dukungan yang cukup besar dari komunitasnya, dari pendengarnya, dan mungkin hal itu disebabkan mereka merasa rakom sudah dapat memenuhi apa yang mereka butuhkan “
5. Teknologi
Pertanyaan nomor 9: Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet
untuk siaran. Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara
berturut – turur, pada putaran pertama adalah 4.89, 5.78, 6.33 dan pada putaran kedua
sebesar 4.89, 5.67, 6.22.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk saat ini belum banyak radio komunitas yang beralih ke streaming internet.
Namun sudah terlihat mulai banyak pelatihan yang diadakan oleh beberapa pihak,
antara lain dari radio komunitas itu sendiri, dari LSM maupun dari sekelompok orang
yang ahli dibidang tersebut. Lima tahun kedepan diprediksi akan semakin banyak
radio komunitas yang menggunakan streaming internet dengan tujuan untuk
memperluas komunitasnya dan mendapatkan jumlah audiens yang lebih banyak.
Semakin kedepan diprediksi semakin banyak radio komunitas yang beralih ke
streaming internet, apalagi saat nanti sudah memasuki era digital. Brikut adalah
kutipan wawancara dengan narasumber :
Putaran 1 Responden 1 : “ Saat ini banyak diadakan pelatihan untuk streaming. Walaupun masih banyak yang bingung dan mengalami masalah teknik, tapi untuk 5 tahun kedepan mungkin bisa “.
Responden 7 : “10 tahun mendatang internet sudah menjadi kebutuhan primer, sekarangpun sudah banyak yang menganggapnya begitu. Tidak menutup kemungkinan 10 tahun kedepan orang akan lebih memilih internet untuk mendengarkan radio “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Responden 2 : “ Semakin kedepan, informasi lebih mudah di akses dengan internet, dan orang akan lebih terbuka dengan hal – hal baru. Internet juga akan menjadi sebuah kebutuhan primer nantinya, jadi rakom akan menggunakan streaming internet untuk memperluas komunitasnya“.
Putaran 2
Responden 1 : “ Sekarangpun sudah mulai banyak terlihat rakom yang menggunakan streaming internet. Internet dianggap efektif untuk menambah pendengar diluar radius 2,5 km. Kedepan akan lebih banyak lagi rakom yang menggunakan streaming internet untuk siaran“.
Responden 8 : “ Di beberapa rakom sudah diadakan pelatihan – pelatihan untuk streaming internet, dan ketertarikan mereka juga tinggi. Tapi masih ada yang terhalang masalah teknis. Namun tidak menuntup kemungkinan akan semakin banyak yang menggunakan streaming internet “.
Responden 5 : “ Untuk saat ini, internet dianggap sebagai media yang paling mudah untuk mendapatkan informasi. Akan semakin banyak orang yang menggunakan internet. Jadi sangat mungkin mereka menggunakan streaming untuk memperluas dan mengenalkan radionya ke dunia luar “.
Pertanyaan nomor 10: Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar
SNI. Nilai rata - rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun kedepan secara berturut
– turut, pada putaran pertama adalah 4.11, 4.89, 5.89 dan pada putaran kedua adalah
4.22, 4.67, 5.89.
Putaran 1 Putaran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan pada tahun ini pemerintah belum menuntut radio komunitas untuk
menggunakan alat yang berstandar SNI. Prediksi kedepan SNI akan dijadikan sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan izin siaran. Walaupun biaya untuk sertifikasi
alat sangat mahal, para pakar meyakini mereka dapat memenuhi peraturan tersebut
dan diprediksi akan ada sebuah konsorsium, yaitu tempat peminjaman alat untuk
radio yang diharapkan akan meringankan beban radio komunitas. Jadi radio
komunitas akan lebih mudah dalam memenuhi tuntutan tersebut. Para pakar menilai
masih ada kemungkinan radio komunitas akan menggunakan alat berstandar SNI
pada -5, -10 dan 15 tahun kedepan. Berikut kutipan wawancara dengan narasumber :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Putaran 1
Responden 6 : “ Kemungkinan bisa, tapi belum begitu yakin. Dana rakom sangat minim, jadi mereka akan menekan dana untuk peralatan. Masih banyak anggapan yang penting bisa siaran, alat tidak perlu berstandar SNI “.
Responden 9 : “ Mengacu pada peraturan nantinya, mungkin kalau pemerintah menegaskan harus menggunakan SNI, mungkin rakom juga akan memakai peralatan dengan standar SNI.
Responden 4 : “ Ini kaitannya dengan teknologi era digital. Nanti 15 tahun mendatang akan ada sebuah konsorsium atau tempat peminjaman alat. Sudah seharusnya sebuah konsorsium itu berstandar SNI. Nantinya semua rakom akan menyewa alat dari situ. Jadi sangat mungkin terjadi karena rakom akan dituntut menggunakan teknologi yang lebih baik“.
Putaran 2
Responden 3 : “ Bisa tejadi, bisa saja tidak. Standarisasi merupakan kewenangan dari lembaga di atas, apakah mereka mewajibkan atau tidak, mereka tegas atau tidak. Saya pikir kalau itu sudah peraturan, rakom akan berusaha untuk melakukannya “.
Responden 8 : “ Untuk menstandarisasi alat itu tidak mudah, biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit, lebih dari 10 juta. Itu angka yang sangat besar bagi sebuah rakom. Namun bagi rakom yang benar – benar serius, maka mereka akan mengusahakan untuk standarisasi alat “.
Responden 7 : “ Semakin kedepan SNI sudah menjadi suatu keharusan bagi rakom. Mereka akan bersaing dengan rakom lain. Kalau kalah di alat, akan berpengaruh pada audiens. Belum lagi kalau nantinya SNI memang sudah menjadi sebuah peraturan, mereka akan mengusahakan “.
Pertanyaan nomor 11: Radio komunitas akan menggunakan teknologi era digital.
Nilai rata – rata untuk kurun waktu -5, -10 dan 15 tahun secara beruturt – turut, pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
putaran pertama adalah 4.56, 5.89, 6.78 dan pada putaran kedua sebesar 4.67, 5.78,
6.22.
Putaran 1 Putaran 2
Migrasi ke era digitalisasi diprediksi akan terjadi pada 10 hingga 15 tahun kedepan.
Selain itu, semakin kedepan tuntutan untuk lebih baik dan profesional akan menjadi
motivasi bagi radio komunitas untuk terus belajar. Berbekal berbagai pelatihan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mulai bayak diadakan, para pakar meyakini mereka akan dapat beralih dan menguasai
teknologi era digital.
Putaran 1
Responden 1: “Akan terjadi. Karena biasanya kemajuan teknologi mengalami percepatan, jadi kalau mereka terus belajar, maka dengan berjalannya waktu mereka akan bisa beralih ke teknologi era digital “.
Responden 2 : “ Era digital dapat dikatakan masih cukup lama, namun sekarang sudah mulai ada pelatihan – pelatihan, walaupun tidak secara khusus, tapi hal tersebut sangatlah membantu. Jadi baik secara alat maupun orang – orangnya, mereka akan beralih ke era digital “.
Responden 2 : “ Hal tersebut sudah mulai dipersiapkan mulai sekarang. Teknologi itu selalu berkembang lebih cepat dari perkiraan. Tuntutan bagi rakom untuk beralih ke era teknologi era digital. Saya yakin mereka akan memenuhi tuntutan tersebut “.
Putaran 2
Responden 7 : “ Persiapan menuju era digital sudah mulai dilakukan, sudah ada pelatihan – pelatihan dan seminar mengenai era digitalisasi. Dari situ mereka akan mendapat sebuah gambaran kedepan. Kalau menguasai itu masih belum, karena mereka masih belajar “.
Responden 1 : “ sekarang sudah mulai banyak pelatihan untuk rakom, juga akan ada pelatihan untuk persiapan ke era digital. Walaupun belum sepenuhnya beralih, tapi orang – orang rakom akan sudah menguasainya terlebih dahulu “.
Responden 2 : “ akan sangat mungkin terjadi, karena zaman sudah berubah. Kalau mereka masih berkutat pada teknologi yang lama, sudah pasti akan tertinggal dari yang lain. Saya yakin mereka bisa menguasai karena sudah ada pelatihan menuju kesana “.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selanjutnya peneliti akan membuat peringkat prediksi dengan tingkat
kemungkinan terjadi dengan nilai rata - rata paling tinggi sampai prediksi dengan
tingkat kemungkinan terjadi dengan nilai rata – rata paling rendah. Peringkat tersebut
akan disajikan dalam tabel berikut ini.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TABEL 6
Peringkat Prediksi Perkambangan Radio Komunitas Berdasarkan Nilai Rata – rata dalam Dua Putaran
Peringkat 5 Tahun 10 Tahun 15 Tahun
1. Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal
Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal
Materi siar sudah sesuai keinginan pendengar dan didominasi konten lokal pendengar.
2. SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi.
SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi.
Radio komunitas akan beralih ke teknologi era digital.
3. Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP.
Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota.
SDM yang ada sekarang akan menguasai perkembangan dan perubahan teknologi.
4. Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran.
Radio Komunitas akan beralih ke teknologi era digital
Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran.
5. Radio Komunitas akan beralih ke teknologi era digital
Semua Radio Komunitas akan menggunakan streaming internet untuk siaran.
Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota.
6. Dana dari sponsor akan lebih besar dari iuran anggota.Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP.
Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini
Jumlah Radio Komunitas akan bertambah dua kali lipat dari jumlah tahun ini
Semua radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai EDP.
8. Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama
Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini akan tutup.
Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI
9. Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini akan tutup.
Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP.
Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama
10 Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis.
Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI
Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP.
11. Teknologi yang digunakan radio komunitas akan berstandar SNI
Akan terdapat lebih dari dua radio komunitas dalam satu wilayah dengan segmentasi yang sama
Setengah dari jumlah Radio Komunitas yang ada saat ini akan tutup.
12. Semua Radio Komunitas yang ada sekarang sudah mendapat izin sampai IPP.
Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis.
Tenaga profesional dari luar akan digunakan untuk menangani masalah teknis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13. Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong.
Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong.
14. Penyiar dari luar akan digunakan untuk mengisi jam siar yang kosong.
Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
Sponsor akan lebih tertarik pada radio komunitas daripada radio komersil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel urutan peringkat diatas, untuk lebih menyempitkan temuan, maka akan
dibuat peringkat tiga besar prediksi yang paling mungkin terjadi dan tiga besar
peringkat yang paling todak mungkin terjadi, sebagai berikut :
a. Tiga Besar Prediksi yang Paling Mungkin
Terjadi
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam waktu lima tahun kedepan materi
siar yang di berikan oleh radio komunitas akan semakin didominasi dengan konten
lokal yang sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Bila melihat realitas sekarang
dimana masih banyak radio komunitas yang konten acaranya hampir menyamai radio
komersil dan lebih banyak mengangkat isu – isu global, tentu untuk lima tahun
kedepan dengan nilai rata – rata yang cukup tinggi ini dapat dilihat bahwa radio
komunitas diprediksi akan dapat melakukan tugasnya sebagai radio yang dibangun
dari, untuk dan oleh komunitasnya.
Di peringkat yang kedua para pakar meyakini bahwa untuk waktu lima tahun kedepan
sumber daya manusia yang ada dalam radio komunitas akan dapat mengikuti
perkembangan dan perubahan teknologi yang terjadi. Mereka optimis dengan
pelatihan – pelatihan yang banyak dilakukan dan pengalaman yang didapatkan akan
mampu membawa mereka menguasai perubahan teknologi yang terus terjadi.
Selanjutnya para pakar memprediksi bahwa untuk lima tahun kedepan, besar
kemungkinan bagi radio komunitas untuk mendapatkan izin sampai EDP. Mereka
memandang bahwa sudah banyak radio komunitas yang mulai mengurus izin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didorong pula oleh tindakan dari KPID yang sudah mulai memberi motivasi pada
radio komunitas.
Untuk kurun waktu 10 tahun kedepan para pakar masih memprediksi bahwa radio
komunitas akan dapat memenuhi konten materi siarnya dengan isu – isu lokal sesuai
dengan komunitasnya. Pada peringkat kedua, dalam 10 tahun kedepan para pakar
memprediksi bahwa sumber daya manusia di dalam radio komunitas akan semakin
mengerti teknologi dan selalu dapat mengikuti perkembangannya, walaupun nantinya
teknologi akan selalu mengalami perubahan dan percepatan dari prediksi yang sudah
ada sebelumnya. Selanjutnya para pakar juga memprediksi bahwa dana dari sponsor
akan lebih besar dari iuran anggota mungkin terjadi pada 10 tahun mendatang. Hal ini
tentu saja dapat menjadi motivasi bagi radio komunitas yang kita tahu selalu
mendapat kendala dalam hal pendanaan.
Tidak berubah dari 5 dan 10 tahun sebelumnya, untuk waktu 15 tahun kedepan, para
pakar masih tetap yakin bahwa radio komunitas akan mampu memenuhi kebutuhan
komunitasnya dengan lebih banyak memberikan konten lokal dalam materi siarnya.
Selanjutnya prediksi yang paling mungkin terjadi pada 15 tahun mendatang adalah
bahwa radio komunitas akan beralih menggunakan teknologi era digital. Sesuai
dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, saat ini memang sudah ada wacana
mengenai migrasi ke era digital, dan meskipun dengan minimnya dana yang dimiliki
para pakar tetap meyakini bahwa radio komunitas nantinya akan mampu beralih
menggunakan teknologi era digital.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Masih sama dengan prediksi di tahun – tahun sebelumnya, para pakar semakin
yakin bahwa 15 tahun kedepan sumber daya manusia di dalam radio komunitas akan
mampu mengikuti perkembangan dan perubahan teknologi yang selalu terjadi.
Dengan pelatihan yang sudah mulai banyak dilakukana kemampuan yang dimiliki
sumber daya manusia didalam radio komunitas akan semakin membaik.
a. Tiga Besar Prediksi yang Paling Tidak Mungkin Terjadi
Para pakar memprediksi bahwa radio komunitas tidak akan menggunakan penyiar luar
untuk mengisi jam siar yang kosong. Radio komunitas akan tetap konsisten sebagai
radio yang memang dibangun dari, oleh dan untuk komunitasnya. Selanjutnya adalah
permasalahan sponsor. Para pakar memprediksi bahwa untuk 5 tahun kedepan, sponsor
tidak lebih tertarik pada radio komunitas. Mereka masih condong pada radio komersil
yang mempunyai jumlah audiens lebih besar Prediksi lain yang dimungkinkan tidak
akan terjadi pada waktu 5 tahun mendatang adalah masalah perijianan sampai pada
tahap IPP.
Untuk 10 tahun mendatang, prediksi para pakar mengenai sponsor masih
sama. Sponsor tidak akan lebih tertarik pada radio komunitas bila dibandingkan
dengan radio komersil. Tidak jauh berbeda dari 5 tahun sebelumnya, para pakar
masih memprediksi bahwa radio komunitas tidak akan menggunakan penyiar luar
untuk mengisi jam siar yang kosong..
Para pakar juga memprediksi bahwa tenaga profesional dari luar tidak akan
digunakan oleh radio komunitas. Mereka yakin dengan pengalaman yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperoleh, radio komunitas akan mampu menangani masalahnya sendiri. Selanjtnya,
hingga waktu 15 tahun mendatang, untuk masalah sponsor belum nampak adanya
perubahan, mereka masih akan lebih tertarik pada radio komersil yang jumlah
audiensnya lebih besar. Nilai rata – rata untuk ketidakmungkinan ini adalah 3.56 pada
kedua putaran.
Prediksi selanjutnya adalah, bahwa radio komunitas tetap tidak akan menggunakan
penyiar dari luar untuk mengisi jam siar yang kosong, dengan semakin majunya
teknologi para pakar yakin mereka akan dapat mensiasati kekosongan ini tanpa harus
memakaipenyiar dari luar. Selain itu, tenaga profesional dari luar juga tidak akan
digunakan sampai waktu 15 tahun kedepan. Para pakar berpendapat semakin lama
belajar maka mereka akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus
memakai tenaga teknis dari luar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian dengan studi delphi ini dimaksudkan untuk mengetahui prediksi para
pakar radio mengenai perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo. Hasil
penelitian ini diperoleh melalui dua tahap. Tahap pertama adalah wawancara dengan
narasumber, sedangkan tahap kedua adalah kuisioner yang dilakukan sebanyak dua
kali putaran. Dari penelitian yang dilakukan selama bulan Desember 2010 hingga
Februari 2011, didapatkan beberapa prediksi pakar radio mengenai masa depan radio
komunitas, yaitu sebagai berikut :
1. Pertumbuhan dan Pendanaan Radio Komunitas
Perkembangan radio komunitas di Yogyakarta dan Solo dapat dikatakan belum
stabil. Banyak radio komunitas yang muncul namun banyak pula yang tutup. Beberapa
penyebabnya adalah minimnya dana yang dimiliki dan masalah regulasi. Masalah dana
yang minim ini memang seringkali menjadi isu penyebab tutupnya sebuah radio
komunitas.
Iuran anggota memang sebaiknya menjadi penyumbang dana terbesar bagi
sebuah radio komunitas. Namun, untuk mendapatkan iuran anggota bukanlah hal yang
mudah, biasanya iuran tersebut dapat berjalan pada tahun – tahun pertama saja. Untuk
menutup kekurangan dana operasional radio, sebenarnya bisa saja diperoleh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sponsor. Namun yang menjadi masalahnya, pihak sponsor masih cenderung lebih
tertarik pada radio komersil, salah satu penyebabnya adalah jumlah audiens atau
pendengar radio komunitas yang terbatas. Ini menjadi sebuah tantangan dan
pembelajaran bagi radio komunitas untuk lebih berusaha menambah jumlah
pendengarnya.
2. Perizinan Radio Komunitas
Perizinan pada radio komunitas masih akan menjadi suatu masalah bagi radio
komunitas. Masalah ini juga dianggap menjadi salah satu penyebab tutupnya sebuah
radio komunitas. Saat ini, radio komunitas di Yogyakarta dan Solo masih terkendala
dengan masalah tersebut. Masih banyak yang menganggap bahwa persyaratan yang
diajukan oleh KPI maupun KPID terasa memberatkan bagi mereka, belum lagi
birokrasi di dalamnya yang berbelit – belit. Selain itu peraturan yang seringkali
berubah – ubah yang menyebabkan banyak radio komunitas akhirnya berhenti dalam
mengurus perizinan.
Masih berkaitan dengan masalah perizinan, para pakar memperkirakan bahwa
untuk waktu lima tahun kedepan akan semakin banyak radio komunitas yang bisa
melalui tahap EDP atau Evaluasi Dengar Pendapat dalam pengurusan izinnya. Tentu
saja hal ini dapat menjadi motivasi bagi radio komunitas yang hingga saat ini belum
mengurus perizinan. Namun untuk sampai tahap IPP atau Izin Prinsip Penyiaran, para
pakar pesimis belum bisa terjadi karena kebanyakan rakom masih terkendala masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dana dan masalah birokrasi yang seringkali menyulitkan. Mungkin hal ini dapat
menjadi sebuah pembelajaran bagi KPI dan KPID untuk lebih memperbaiki tatanan
didalamnya serta mendekatkan diri pada radio komunitas, sehingga bisa tercapai suatu
kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.
3. Sumber Daya Manusia dalam Radio Komunitas
Para pakar beranggapan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki radio
komunitas saat ini jauh lebih baik. Mereka mempunyai semangat belajar yang cukup
tinggi. Selain itu, saat ini banyak diadakan pelatihan untuk radio komunitas. Sudah
barang tentu dengan berbagai pelatihan yang dilakukan, manajemen sebuah radio akan
semakin membaik. Sumber daya di dalamnya akan semakin profesional. Sebagai
contoh, dalam masalah teknis maupun manajemen penyiaran, para pakar melihat
mereka tidak akan menggunakan bantuan tenaga luar dan mencari cara sendiri untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Radio komunitas kedepan harus semakin mengerti bagaimana komunitasnya,
apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh komunitasnya, salah satunya dalam hal
materi siar yang diberikan. Materi siar hendaknya didominasi dengan berita lokal dan
informasi – informasi yang berkaitan erat dengan komunitas tersebut, sehingga
pendengar merasa menjadi bagian dari radio komunitas tersebut. Hal tersebut bisa
menjadi salah satu cara untuk mendapat pendengar setia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Teknologi
Pada beberapa tahun kedepan, diprediksi zaman akan beralih ke teknologi era digital.
Banyak sekali perubahan yang akan terjadi, dan tentu hal tersebut membawa pengaruh
yang cukup besar pada radio komunitas. Untuk menghadapi perubahan tersebut, radio
komunitas harus mulai melakukan persiapan dan pelatihan, sehingga kedepan sumber
daya manusia dalam radio komunitas akan mampu menggunakan bahkan menguasai
perubahan teknologi era digital.
Selain itu, saat ini radio komunitas sudah mulai menggunakan streaming internet
untuk siaran, yang tentu saja sangat membantu dalam memperluas jangkauan dan
menambah pendengar.
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan tentang radio komunitas
di Yogyakarta dan Solo, yaitu: (1) Pertumbuhan radio komunitas yang masih belum
stabil dan sulit terkendali; (2) Materi siar radio komunitas akan didominasi konten
lokal; (3) Masih minimnya ketertarikan dari sponsor terhadap radio komunitas; (4)
Akan terjadi migrasi ke teknologi era digital; (5) SDM akan semakin maju dan mampu