-
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Part I Modul Respirasi 2011
SEKSI PENDIDIKAN 2009
Ade Ilyas Mukmin Anggi Puspita Nalia Pohan
Dessy Framita Dina elita
Enninurmita Hazrudia Fitria Chandra
Gusti Rizky Teguh Riyanto Kabisat Febiachrulia
Karina Kalani Firdaus Monika Besti Yolanda Naela Himayati
Afifah
Qam Qam Qurratul Aini Riska Wahyuningtyas
Rizka Ramadhani Tika Ayu Pratiwi
Wahyu Permata Sari Zahra Suhardi
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2011
-
Praktikum Mikrobiologi Part I
Berikut ini adalah spesimen yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis berdasarkan lokasi dan
mikroorganismenya:
A. Infeksi saluran pernapasan atas
Faringitis: o Streptococcus hemolitikus grup A
Penyebab faringitis akut Spesimen berasal dari Swab kemudian
dikultur dan
o Bordetella pertussis Merupakan mikroorganisme yang cepat mat
Spesimen yang digunakan a
o Corynebacterium diptheriae Spesimen: swab nares posterior dan
faring
o Viral Spesimen: swab nasal/
Laryngitis o Terutama disebabkan oleh viruso Spesimen:
swab/nasal washing
Praktikum Mikrobiologi Part I
Berikut ini adalah spesimen yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis berdasarkan lokasi dan
mikroorganismenya:
Infeksi saluran pernapasan atas
hemolitikus grup A akut
swab dinding faring bagian posterior ultur dan dilakukan uji
deteksi antigen secara langsung
ikroorganisme yang cepat mati, sehingga harus segera diSpesimen
yang digunakan adalah mukus yang berasal dari nasofaring
posterior
Corynebacterium diptheriae wab nares posterior dan faring
posterior
nasal/nasal washing yang disimpan dalam medium transport
virus
Terutama disebabkan oleh virus nasal washing dengan medium
transport virus
Berikut ini adalah spesimen yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis
langsung
segera dikultur nasofaring posterior
medium transport virus
-
Epiglottitis o Bukan indikasi kultur swab, karena menyentuh
epiglotis yang inflamasi dapat
menyebabkan obstruksi total saluran napas o Pilihan spesimen:
kultur darah
Sinusitis o Spesimen: aspirasi sinus dengan jarum setelah
dekontaminasi rongga hidung o Spesimen lain selain aspirasi tidak
direkomendasikan
B. Infeksi saluran pernapasan bawah
Pneumonia o Spesimen:
Sputum Aspirasi/biopsi paru Bronchial lavage Aspirasi
transtrakea Darah Pada pneumonia bakteri sputum bukanlah pilihan
spesimen yang tepat
untuk menentukan agen etiologis, karena sputum dapat
terkontaminasi dengan flora normal mulut
Penampakan tenggorokan pasien faringitis dan tonsillitis. Faring
dan tonsil menjadi merah terang (eritem) dan supuratif. Nodul pus
berwarna keputihan juga tampak pada tonsil.
Whitish pus
-
Diagnosis dipteri. Penampakan klinis infeksi dipteri, di
antaranya inflamasi luas faring dan tonsil yang ditandai dengan
bercak keabu-abuan (berupa pseudomembran) dan pembengkakan pada
seluruh area.
Cara mengambil spesimen yang tepat, yaitu:
A. Swab tenggorokan
Dengan menggunakan tongue blade untuk menjaga lidah tetap di
bawah dan tidak menghalangi faring, lihat bagian belakang
tenggorokan dan area tonsil untuk melokalisasi area inflamasi dan
eksudat, kemudian swab pada area tersebut. Kedua area tersebut
(dinding faring posterior dan tonsil) merupakan area yang paling
produktif, sehingga dapat digunakan untuk kultur agen etiologis
faringitis akut.
Berikan label pada kontainer swab dengan data pasien, termasuk
waktu pengambilan sampel. Kirimkan swab ke laboratorium secepat
mungkin (jika transport ditunda lebih dari 1 jam, simpan swab pada
pendingin).
-
B. Sputum
Sebelum mengambil sputum, siapkan kontainer untuk menyimpan
sputum tersebut. Syarat kontainer yang baik, yaitu:
Steril (kecuali untuk tuberculosis, gak tau deh kenapa??? Di
slide nya kyk gtu) Bersih Memiliki lubang/mulut yang luas (wide
mouth) Jernih/transparan Memiliki tutup yang rapat Tidak bocor
Cara mengambil sputum yang benar, yaitu:
Jelaskan kepada pasien mengenai cara mengambil sputum dengan
benar Pasien diberi waktu untuk mengeluarkan sputum bronchial dari
tenggorokan bagian
dalam Jangan pernah mengambil spesimen sputum di dalam klinik
atau laboratorium
ataupun dalam ruangan dengan sirkulasi yang tertutup Pengambilan
sputum dilakukan di luar ruangan (outdoor) dan jauh dari orang lain
Tempelkan mulut kontainer ke bibir bagian bawah, keluarkan sputum,
dan tutup
segera kontainer.
-
Berikut ini merupakan contoh-contoh sputum yang benar.
Mukoid Purulen Berdarah Saliva
Setelah mendapatkan sputum yang benar, berikan label pada
kontainer, yang terdiri dari:
Data pasien: nama, umur, jenis kelamin Jam dan tanggal
pengambilan spesimen, nomer spesimen, nama dokter Request form
harus disertakan pada setiap specimen Informasi pada formulir harus
sama dengan informasi pada kontainer Selalu berikan label pada sisi
kontainer, bukan pada tutupnya, karena kata
dosennya tutupnya itu sering ketuker-tuker Gunakan spidol
permanen, tulis nama tersangka TB, tangggal pengambilan, dan
institusi kesehatan
-
Spesimen sebaiknya dikirim secepat mungkin ke laboratorium. Bila
terjadi keterlambatan pengiriman, atau pengiriman memerlukan waktu
lebih dari 12 jam setelah pengambilan sputum, maka simpan sputum
pada suhu 4C.
Catatan:
Untuk pemeriksaan infeksi saluran napas bawah bakterialis,
pengambilan spesimen cukup dilakukan 1 kali
Untuk pemeriksaan Mycobacteria atau jamur, pengambilan sputum
dilakukan pada pagi hari 3 kali berturut-turut (pagi-pagi-pagi),
sehingga memerlukan waktu 3 hari. Namun, untuk mempermudah,
pengambilan sputum untuk pasien tersangka TB dapat dilakukan 3 kali
dengan urutan sewaktu-pagi-sewaktu (SPS), sehingga cukup dilakukan
selama 2 hari (hari pertama sewaktu, hari kedua pagi dan
sewaktu)
Pemeriksaan mikroorganisme anaerob pada sputum TIDAK
DILAKUKAN
Deteksi langsung atau uji molekuler terhadap sputum dapat
dilakukan pada beberapa pemeriksaan tertentu dan pada laboratorium
yang kompeten
Pemeriksaan mikroskopik sputum dengan pewarnaan tertentu
dilakukan dengan terlebih dahulu membuat apusan pada slide. Slide
yang digunakan harus slide yang baru, terutama ketika membuat
apusan basil tahan asam (BTA). Jangan pernah menggunakan kembali
slide apusan sputum yang pernah digunakan untuk mendeteksi
tuberkulosis.
Slide harus dibersihkan dengan alkohol dan dilap hingga kering,
atau dilewatkan pada api. Hal ini akan menghilangkan berbagai
residu minyak yang dapat mengganggu pewarnaan.
Setelah dibersihkan, berikan data yang tepat pada setiap slide
dengan nama pasien, tanggal, and nomer spesimen. Gunakan pensil
untuk menulis nomer tersebut pada ujung slide
-
yang permukaaannya kasar, kemudian buatlah daerah berbentuk oval
berukuran 3x2 cm di tengah slide.
Ose itu semacam tongkat yang dipake buat ngambil sputum sama
ngoles-ngolesin sputumnya di slide gitu Bahannya dari logam, gak
tau besi gak tau apa..
-
Apusan yang baik adalah apusan yang merata dan tipis, sehingga
tulisan pada gambar di atas masih bisa dibaca walaupun tertutup
apusan sputum. Apusan yang terlalu tebal akan mudah terbilas ketika
dilakukan pewarnaan. Selain itu, apusan yang terlalu tebal juga
akan lebih sulit dilihat pada mikroskop.
Setelah dilakukan pengapusan sputum, keringkan apusan, dengan
catatan:
Untuk pewarnaan basil tahan asam (BTA): o Slide yang basah dapat
membentuk aerosol jika terganggu. Aerosol itu
maksudnya sebagian kecil dari sputumnya terbang2 di udara gitu,
terutama bakterinya sih, bukan sputumnya
o Tempatkan slide pada area yang aman di mana slide tersebut
dapat kering selama 15-30 menit
o Hindari kontak langsung dengan sinar matahari o Jangan
mempercepat pengeringan dengan memanaskannya. Pemanasan juga
dapat menyebabkan terbentuknya aerosol. Untuk pewarnaan
lain:
o Pengeringan dengan pemanasan dapat dilakukan
Setelah kering, fiksasi apusan dengan memanaskannya menggunakan
api biru pembakar Bunsen. Dengan forceps (pinset), lewatkan slide
pada api dengan cepat sebanyak 3 kali. Pastikan apusan menghadap ke
atas (tidak terkena api secara langsung). Fiksasi pemanasan ini
memastikan sputum akan menempel pada slide kaca. Pemanasan ini
harus dilakukan dengan tepat, karena pemanasan yang berlebihan
dapat merusak struktur bakteri, sedangkan pemanasan yang kurang
akan menyebabkan fiksasi yang kurang, sehingga
-
beberapa bagian sputum akan terbilas selama pewarnaan. Pemanasan
yang tidak tepat (berlebihan maupun kurang) akan memberikan hasil
negatif palsu.
Pewarnaan yang biasa dilakukan, di antaranya
1) Pewarnaan gram
Untuk memeriksa mikroorganisme pada sputum secara mikroskopis
Untuk mengevaluasi baik tidaknya spesimen, serta memastikan
spesimen adalah
sputum dan bukan saliva Kualitas pewarnaan gram sputum yang
baik, yaitu:
o PMN > 25 (pembesaran 40x10) o Tidak terdapat sel epitel
Ditemukan satu jenis mikroorganisme
Sputum dikatakan terkontaminasi dengan flora normal mulut, jika:
o Sel epitel > 25 (pembesaran 40x10) o Polymorphonuclear (PMN)
< 10 (pembesaran 40x10) o Ditemukan beragam jenis mikroorganisme
o PMN < 10 per 1 sel epitel
-
Berikut ini adalah contoh pewarnaan gram sputum yang tidak dapat
diterima. (gak tau deh kenapa??? Maaf y)
2) Pewarnaan tahan asam (acid-fast staining/Ziehl Neelsen
staining)
Reagen standar yang digunakan untuk pewarnaan tahan asam, yaitu:
o 0.3% Carbol fuchsin (primary stain/warna primer/warna utama) o 3%
Asam alcohol/HCl Alcolhol (larutan yang menghilangkan
warna/decolorizing solution) o 0.3% Methylene blue (counter
stain/warna sekunder)
Hasil pewarnaan dikatakan basil tahan asam (BTA) negatif jika
tidak ditemukan organisme pada 100 lapang pandang.
Hasil pewarnaan dikatakan BTA positif jika ditemukan minimal 1
BTA pada 100 lapang pandang. Jumlah BTA yang ditemukan dapat
mewakili derajat infeksi maupun keparahan penyakit, sehingga jumlah
BTA yang ditemukan harus dikuantisasi sebagai berikut. o Lebih dari
10 BTA pada setiap lapangan di dalam 20 lapangan (+++) o 1-10 BTA
pada setiap lapangan di dalam 50 lapangan (++) o 10-99 BTA pada 100
lapangan (+) o 1-9 BTA pada 100 lapangan tulis jumlah BTA yang
ditemukan (ulangi
pemeriksaan dengan spesimen baru) Hasil pewarnaan ini tidak
boleh dilaporkan sebagai M. tuberculosis, tetapi
hanya dapat dilaporkan sebagai basil tahan asam. Positif palsu
dapat terjadi jika:
o Salah dalam menangani spesimen (baik pengambilan maupun
penyimpanan) atau menyimpan informasi
o Penggunaan ulang kontainer maupun slide yang BTA positif o
Fuchsin tidak terbilas dengan baik o Terkontaminasi minyak imersi o
Dekolorisasi tidak adekuat
Negatif palsu dapat terjadi jika: o Salah dalam menangani
spesimen (baik pengambilan maupun penyimpanan)
atau menyimpan informasi
-
o Kualitas sputum kurang baik o Dekolorisasi berlebihan o
Pembacaan kurang dari 100 lapang pandang
Selain Mycobacterium, pathogen lain yang dapat menyebabkan
penyakit pada saluran pernapasan, yaitu:
A. Streptococcus
Berdasarkan aktivitas hemolitiknya, Streptococcus
diklasifikasikan menjadi: 1) Streptococcus alpha-haemolyticus
Koloni Streptococcus spesies ini dikelilingi oleh area hemolysis
parsial yang berwarna coklat kehijauan. Warna tersebut berasal dari
hemoglobin tereduksi
Sangat umum terdapat dalam saluran pernapasan sebagai flora
normal Terdapat dua spesies, yaitu:
o S. viridians (kiri) Tidak terjadi inhibisi pada Optochin disk
o Streptococcus pneumoniae (Pneumococcus) (kanan) sensitif
terhadap
optochin (ethyl hydrocupreine), sehingga zona inhibisi akan
terbentuk di sekitar disk di mana bakteri mengalami lisis. Zona ini
biasanya berukuran > 14mm.
Hasil Tes Quellung yang positif, berupa pembengkakan kapsul,
dengan menggunakan precipitins antikapsul menunjukkan bahwa bakteri
tersebut adalah Streptococcus pneumonia. Reaksi antibodi dengan
polisakarida pada kapsul akan memperbesar kapsul tersebut.
Optochin disk
Zona inhibisi
-
2) Streptococcus beta-hemolyticus Koloni dikelilingi oleh zona
hemolysis sempurna dengan hemoglobin yang transparan
Dikenal sebagai S. pyogenes (kiri), merupakan Streptococcus yang
sensitif terhadap bacitrasin disk. Zona inhibisi akan terbentuk di
sekitar disk.
Bacitracin disk
Zona inhibisi
Non-pyogenes
-
3) Streptococcus gamma-haemolyticus (non-hemolitik) Koloni tidak
menunjukkan sifat hemolitik dari alpha maupun beta-hemolyticus.
Meskipun demikian, mungkin akan terlihat sedikit perubahan warna
pada medium.
Selain berdasarkan aktivitas hemolitiknya, Streptococcus juga
dapat diklasifikasikan berdasarkan aktivitas antigennya.
Klasifikasi ini disebut dengan klasifikasi Lancefield. Klasifikasi
tersebut dilakukan dengan uji aglutinasi dengan memanfaatkan
antigen permukaannya (berupa karbohidrat), dan mengelompokkan
Streptococcus menjadi grup A sampai O. Salah satu Streptococcus
grup A adalah Streptococcus pyogenes.
B. Staphylococcus 1) Staphylococcus aureus
Terdapat di dalam hidung pada 40% atau lebih orang yang sehat
Berwarna kuning sampai krem, atau kadang-kadang putih, pada agar
darah Berupa coccus gram positif dengan ukuran yang seragam,
biasanya berkelompok,
tetapi dapat juga soliter
2) Staphylococcus epidermidis Koloni biasanya non-hemolytik
Untuk membedakan Staphylococcus aureus dengan Staphylococcus
epidermidis, dapat digunakan Mannitol Salt Agar (MSA). MSA
merupakan agar nutrien yang selektif dan dapat menjadi indikator
keasaman, karena mengandung 1% mannitol, 7.5% NaCl, dan
-
0.0025% phenol merah yang merupakan indikator asam-basa. Hampir
seluruh S. aureus akan memfermentasikan mannitol, sehingga akan
menyebabkan daerah di sekeliling koloni menjadi asam. Asam tersebut
akan mengubah warna phenol merah menjadi kuning. Sementara itu,
spesies Staphylococcus yang lain gagal memfermentasikan mannitol,
sehingga membentuk koloni dengan zona yang tetap berwarna merah
atau ungu.
Selain MSA, uji koagulase juga dapat membedakan kedua spesies
Staphylococcus tersebut. S. aureus merupakan strain yang
memproduksi koagulase, sehingga akan membentuk gumpalan (clot)
ketika ditumbuhkan dalam plasma. Koagulase yang bebas akan mengubah
plasma menjadi bentuk gel, sedangkan koagulase yang terikat pada
bakteri (faktor clumping/penggumpal) akan menyatukan bakteri yang
satu dengan bakteri lainnya. Satu-satunya Staphylococcus non-aureus
yang memproduksi koagulase adalah parasit binatang, yaitu S.
intermedius dan S. hyicus yang jarang ditemukan pada manusia.
Selain itu, S. aures yang gagal memproduksi koagulase sangat jarang
ditemukan. Oleh karena itu, uji koagulase ini merupakan uji yang
paling baik untuk mengidentifikasi spesies Staphylococcus
aureus.
A. Koagulase positif S.aureus
B. Koagulase negatif S.epidermidis
C. Kontrol
-
C. Haemophilus
Haemophilus tumbuh sebagai satelit di sekitar lapisan (streak)
S.aureus. Secara mikroskopis, bakteri ini berukuran kecil,
non-motil, berbentuk batang gram negatif atau coccobasil, atau
berbentuk seperti benang panjang (long thread-like form) jika
berasal dari cairan serebrospinal.
Salah satu spesies Haemophilus adalah H.influenzae. H.influenzae
tumbuh dengan adanya kedua faktor X dan V, sementara Haemophilus
spesies lain dapat tumbuh dengan adanya faktor X saja maupun faktor
V saja pada agar nutrient.
Faktor X atau hemin dihasilkan oleh eritrosit yang lisis di
sekitar lapisan Staphylococcus, sementara Staphylococcus sendiri
menghasilkan faktor V NAD (Nikotinamida Adenin Dinukleotida). Kedua
faktor tersebut memungkinkan koloni Haemophilus yang kecil dan
tipis untuk tumbuh di sekitar lapisan Staphylococcus. Tes
Satellite growth of Haemophilus
Streak of S. aureus
-
dengan menggunakan lapisan S. aureus ini merupakan identifikasi
presumptive adanya Haemophilus, tetapi tidak dapat menentukan
spesiesnya. Penentuan spesies Haemophilus influenza dapat dilakukan
dengan uji ketergantungan pertumbuhan terhadap kedua faktor X dan
V. Tes tersebut biasanya dilakukan pada pada agar nutrient yang
tidak mengandung kedua faktor X dan V, tetapi diberikan paper disk
yang mengandung faktor X saja, faktor V saja, dan faktor X
sekaligus V. H. influenza hanya akan tumbuh di sekitar paper disk
yang mengandung kedua faktor sekaligus.
D. Klebsiella pneumonia
Klebsiella menghasilkan koloni mukoid yang besar ketika dikultur
pada agar darah.
Faktor Y saja
Faktor X saja
Faktor X dan Y
Koloni H. influenza
-
Gambar kiri: Batang gram negatif. Gambar kanan: batang gram
negatif berkapsul (khas untuk Klebsiella pneumonia)
Daftar Pustaka
1. Retno Kadarsih S. Introduction to microbiology laboratory
practice: respiratory tract infection. Slide kuliah pengantar
praktikum mikrobiologi; 2011.
2. Penjelasan dosen.
Oleh : Ade Ilyas Mukmin