PRAKTIK RESEPSI (WALIMAH) PERKAWINAN ADAT SUKU BUGIS DALAM TINJAUAN ‘URF (Studi Kasus di Kel. Anaiwoi Kec. Tanggetada Kab. Kolaka Prov. Sulawesi Tenggara) SKRIPSI Oleh Akbar Budiman NIM 10210075 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014
18
Embed
PRAKTIK RESEPSI (WALIMAH) PERKAWINAN …etheses.uin-malang.ac.id/298/1/10210075 Pendahuluan.pdfPRAKTIK RESEPSI (WALIMAH) PERKAWINAN ADAT SUKU BUGIS DALAM TINJAUAN ‘URF (Studi Kasus
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRAKTIK RESEPSI (WALIMAH) PERKAWINAN ADAT
SUKU BUGIS DALAM TINJAUAN ‘URF
(Studi Kasus di Kel. Anaiwoi Kec. Tanggetada Kab. Kolaka
Prov. Sulawesi Tenggara)
SKRIPSI
Oleh
Akbar Budiman
NIM 10210075
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
PRAKTIK RESEPSI (WALIMAH) PERKAWINAN ADAT
SUKU BUGIS DALAM TINJAUAN ‘URF
(Studi Kasus di Kel. Anaiwoi Kec. Tanggetada Kab. Kolaka
Prov. Sulawesi Tenggara)
SKRIPSI
Oleh
Akbar Budiman
NIM 10210075
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
HALAMAN MOTTO
ث والعدوا قوى وال ت عاونوا على اإل يد الع وت عاونوا على البر والت إن اللر شد ن وات قوا اللر قا
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al-Maidah: 2).
PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena
atas Taufiq, Hidayah dan Inayahnya penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah
ini. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang
telah mengantarkan umat dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang
benderang yang kaya akan ilmu pengetahuan. Suatu kebanggaan tersendiri bagi
penulis karena dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Praktik
Resepsi (Walimah) Perkawinan Adat Suku Bugis Dalam Tinjauan ‘Urf (Studi
Kasus di kel. Anaiwoi kec. Tanggetada). Penulis menyadari bahwa penulisan ini
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Roibin, M.H.I., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Sudirman, M.A. selaku ketua jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
4. Dr. H. Saifullah, SH., M.Hum., selaku dosen pembimbing dalam skripsi
ini. Terima kasih atas semua waktu yang diberikan dalam mengarahkan
dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. H. Fadil Sj, M.Ag., selaku dosen wali yang telah mengarahkan,
membimbing dan memotivasi selama penulis berada di bangku
perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
yang telah mendidik, membimbing serta mencurahkan ilmu-ilmunya
kepada penulis.
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Umum
Transliterasi adalah pemindahalian tulisan Arab kedalam tulisan Bahasa
Indonesia. Dalam skripsi ini pedoman transliterasi menggunakan berdasarkan
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Rebublik Indonesia No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987.
B. Konsonan
Dl ض Tidak Dilambangkan ا
Th ط B ب
Dh ظ T ت
koma menghadap ke atas)‘ ع Ts ث
Gh غ J ج
F ف H ح
Q ق Kh خ
K ك D د
L ل Dz ذ
M م R ر
N ن Z ز
W و S س
H ه Sy ش
Y ي Sh ص
Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak diawal
kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan, namun
apabila terletak ditengah atau diakhir maka dilambangkan dengan tanda (´),
berbalik dengan koma (‘) untuk pengganti lambang “ع”.
C. Vokal, Panjang dan Diftong
Setiap penulisan Bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah
ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u” sedangkan bacaan
panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = â misalnya قال menjadi qâla
Vokal (i) panjang = î misalnya قيل menjadi qîla
Vokal (u) panjang = û misalnya دون menjadi dûna
Khusus untuk bacaan ya´ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “î”,
melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat
diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis
dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:
Diftong (aw) = و misalnya قول menjadi qawlun
Diftong (ay) =ي misalnya خير menjadi khayrun
D. Ta´marbûthah (ة)
Ta’marbûthah ditransliterasikan dengan “t” jika berada ditengah kalimat,
tetapi jika ta’marbûthah tersebut berada diakhir kalimat, maka ditransliterasikan
dengan menggunakan “h” misalnya للمدرسة الرسالة menjadi al-risalat li al-
mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri dari susunan
mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “t” yang
disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya الل رحمة في menjadi fi
rahmatillâh.
E. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalâlah
Kata sandang berupa “al” (ال) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di
awal kalimat, sedangnkan “al” dalam lafadh jalâlah yang berada di tengah-tengah
kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Contoh:
1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan. . .
2. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan. . .
3. Masyâ’Allâh kâna wa mâ lam yasya’ lam yakun.
4. Billâhi ‘azza wa jalla.
F. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan
Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis
dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila kata tersebut merupakan nama
Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah terindonesiakan, maka
tidakperlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Seperti penulisan
nama “Abdurrahman Wahid”, “Amin Rais” dan kata “salat” ditulis dengan
menggunakan tata cara penulisan bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan
penulisan namanya.Kata-kata tersebut sekalipun berasal dari bahasa Arab, namun
ia berupa nama dari orang Indonesia dan telah terindonesiakan, untuk itu tidak
ditulis dengan cara “Abd al-Rahmân Wahîd”, “Amîn Raîs”, dan bukan ditulis
dengan “shalât”.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Pernyataan Keaslian Skripsi.......................................................................... i
Halaman Persetujuan..................................................................................... ii
Pengesahan Skripsi......................................................................................... iii
Halaman Motto............................................................................................... iv
Prakata............................................................................................................ v
Pedoman Transliterasi................................................................................... vii
Daftar Isi.......................................................................................................... x
Daftar Tabel.................................................................................................... xii
Abstrak............................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................................7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................8
E. Sistematika Pembahasan....................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu............................................................................. 11
B. Konsep Dasar Walimah........................................................................ 16
1. Definisi dan Hukum Mengadakan Walimah.................................. 16
2. Hukum Memenuhi Undangan dan Kadar Biaya
Dalam Walimah............................................................................. 17
3. Hukum Nyanyian dan Hiburan Dalam Walimah........................... 19
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri, Maulana Malik
Ibrahim Malang. Pembimbing: Dr. H. Saifullah, SH., M.Hum.
Kata Kunci : Resepsi (Walimah), Perkawinan, ‘Urf
Pernikahan merupakan salah satu sunnahtullah. yang diselenggarakan
dengan praktik resepsi khususnya perkawinan adat suku Bugis yang ada di
wilayah Kel. Anaiwoi Kec. Tanggetada Kab. Kolaka Prov. Sulawesi Tenggara.
Adapun pelaksanaannya, resepsi seringkali disertai hiburan yang berlebihan oleh
sebagian masyarakat setempat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dengan
tujuan agar orang-orang bisa ikut meramaikan atau ikut berpartisipasi pada acara
resepsi perkawinan. Fokus kajian penelitian ini adalah melihat pada pandangan
tokoh masyarakat terhadap praktik resepsi (walimah) perkawinan adat suku Bugis
di Kel. Anaiwoi dan praktik resepsi (walimah) perkawinan adat suku Bugis di
Kel. Anaiwoi dalam tinjauan ‘urf. Permasalahan ini dikaji melalui fenomena yang
ada pada masyarakat suku Bugis di Kel. Anaiwoi Kec. Tanggetada.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research),
pendekatan penelitian yakni kualitatif. Adapun sumber datanya adalah sumber
data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara terstruktur dan dokumentasi, sedangkan metode
pengolahan datanya adalah edit, klasifikasi, verifikasi dengan metode triangulasi
data, analisis deskriptif kualitatif, dan kesimpulan.
Hasil penelitian mengenai praktik resepsi perkawinan adat suku Bugis
proses awalnya mulai dari mengantar pengantin, naik kawing, sentuhan pertama,
dan menjenguk mertua laki-laki. Setelah itu, barulah kembali lagi ke rumah
mempelai perempuan untuk melakukan resepsi malam harinya disertai dengan
hiburan nyanyian musik oleh penyanyi seksi dan goyangan lulo. Adapun hiburan
pada saat resepsi perkawian dalam pandangan masyarakat menurut golongan
pertama yaitu tidak sepakat dengan adanya hiburan demikian, karena itu terlalu
berlebihan dan tidak sejalan dengan ajaran Islam begitu juga Rasulullah Saw tidak
pernah mengajarkan hiburan walimah perkawinan dilakukan secara berlebihan.
Sedangkan golongan kedua yaitu hiburan pada saat walimah perkawinan harus
ada. Sebab, bisa mendatangkan warga untuk ikut berpartisipasi dan bergembira
pada acara resepsi perkawinan yang dilakukan oleh warga masyarakat. Sedangkan
dalam konsep ‘urf, hiburan yang dilakukan pada sebagian masyarakat tersebut
masuk pada kategori ‘urf fasid (adat buruk), sebab adanya goyangan yang
berlebihan dan bertentangan ajaran Islam.
مستخلص البحث
لتقليدية لقبيلة بوغيس عقد وليمة النكاح ا .2014، 10210075أكرب بودميان، يف منظور العرف )دراسة حالة يف قرية أنيويي التابعة للمنطقة الفرعية تانغيتادا
حبث علمي. قسم األحوال الشخصية بكلية بكوالكا جبنو شرق سوالويسي(.الشريعة، جامعة موالنا مالك إبراهيم اإلسالمية احلكومية مباالنق. إشراف: د. سيف هللا
املاجستري. الكلمات األساسية: وليمة، النكاح، العرف
النكاح هو من سنة هللا الذي عقد بأداء وليمة النكاح كما عقدهتا قبيلة بوغيس
. ومن يف قرية أنيويي التابعة للمنطقة الفرعية تانغيتادا بكوالكا جبنوب شرق سوالويسية مع اإلسراف واإلفراط أجل كثرة مشاركة الناس فيها وحضورهم فيها كثريا ما تعقد الوليم
يف التسلية اليت ال تناسب بالشريعة اإلسالمية. يهدف هذا البحث إىل معرفة عقد وليمة النكاح التقليدية لقبيلة بوغيس بقرية أنيويي يف منظور كبار القوم، ويف منظور العرف.
تابعة يف قرية أنيويي الوقام الباحث بدراسة الظواهر الواقعة يف جمتمع قبيلة بوغيس تادا.للمنطقة الفرعية تانغي
هذا البحث من نوع البحث امليداين الذي استخدم املنهج الكيفي. ومصادر البيانات فيه تكون من املصادر الرئيسية واملصادر الثانوية. ومت مجع البيانات فيه بطريقة
يقة التحرير، املالحظة واملقابلة املهيكلة والوثائق. وأما حتليل البيانات فيه استخدم طر بطريقة تثليث البيانات، والتحليل الوصفي الكيفي، واالستيباط. والتصنيف، والتحقق
ونتيجة البحث تدل على أن عقد وليمة النكاح التقليدية لقبيلة بوغيس يكون بالرتتيب اآليت: مرافقة العروشني مث عقد النكاح، مث اللمس األول، مث زيارة والد الزوج.
الزيارة عاد العروشان إىل بيت الزوجة ألداء الوليمة يف الليل مع إحضار وبعد أن مت التسلية من املوسيقة واملغنيات ورقص "لوال". وهناك رأيان يف التسلية أثناء الوليمة. قال
الفريق األول أهنم يرفضون هذه التسلية ألهنا ال تناسب بالشريعة اإلسالمية وسنة الرسول يف الوليمة م بسبب اإلسراف واإلفراط. والفريق الثاين قال أن التسليةصلى هللا عليه وسل
من أمر ضروري إلحضار الناس للمشاركة يف الوليمة. وأما يف منظور العرف أن التسلية باإلسراف واإلفراط هي من العرف الفاسد، بوجود اإلسراف يف الرقص وعدم التناسب
بالشريعة اإلسالمية.
ABSTRACT
Akbar Budiman. 10210075, 2014. The Practice of Wedding Party of Bugis
Ethnic Group from ‘Urf Perspective (Case Study in Anaiwoi
District, Tanggetada Sub district Kolaka Regency, South East