KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum Mekanika Tanah II. Laporan praktikum ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa jurusan teknik sipil fakultas teknik sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, untuk mengikuti ujian Mekanika Tanah II. Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami tentang sifat – sifat tanah yang mendalam. Disamping itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1. Ir. Bambang Widodo, MT, selaku dosen Mekanika Tanah II. 2. Tupardiyanto, selaku asisten pengampu Mekanika Tanah II, yang telah memebimbing kami dalam melaksanakan praktikum dan sampai terlaksananya laporan ini. 3. Serta kepada rekan – rekan semua atas kerjasamanya sehingga terbentuk laporan Mekanika Tanah II yang lebih sempurna.
181
Embed
PRAKTEK-MEKTAN · Web viewUntuk mendapatkan berat isi kering maksimum (γb) maks, kadar air optimum (w), serta berat isi kering maksimum (γd) maks, pada uji pemadatan di laboratorium.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah – Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum
Mekanika Tanah II.
Laporan praktikum ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa jurusan
teknik sipil fakultas teknik sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, untuk
mengikuti ujian Mekanika Tanah II.
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami
tentang sifat – sifat tanah yang mendalam. Disamping itu kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ir. Bambang Widodo, MT, selaku dosen Mekanika Tanah II.
2. Tupardiyanto, selaku asisten pengampu Mekanika Tanah II, yang telah
memebimbing kami dalam melaksanakan praktikum dan sampai terlaksananya
laporan ini.
3. Serta kepada rekan – rekan semua atas kerjasamanya sehingga terbentuk laporan
Mekanika Tanah II yang lebih sempurna.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga dengan telah disusunnya buku ini
dapat menambah perbendaraan buku – buku Teknik Sipil khususnya masalah
Laboratorium.
Semarang,
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ABSENSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
RINGKASAN
PENELITIAN TANAH DI LAPANGAN
BOORING
SONDIR
COMPACTION TEST
PENELITIAN TANAH DI LABORATORIUM
SOIL TEST
PROCTOR TEST
UNCONFINED TEST
GRAIN SIZE DISTRIBUSI
ATTERBERG LIMIT
DIRECT SHEAR TEST
PENUTUP
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui, bahwa setiap bangunan sipil khususnya pada
perancangan pondasi, terlebih dahulu harus kita ketahui dan sifat tanahnya, baik
tanah sebagai bahan yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari berat bumi.
Hal ini dimaksudakan agar bangunan diatas pondasi tersebut dapat berdiri dengan
kokoh dan stabil.
Pada praktikum Mekanika Tanah yang dilakukan ada dua jenis tahap
penyelidikan yaitu :
a. Penyelidikan di lapangan antara lain :
- Booring : Untuk mengetahui struktur lapisan tanah dan sekaligus
contoh tanahnya diselidiki sifat – sifat baru di bawa ke
laboratorium
- Sand Cone dan Compaction Tabung ; Untuk mengetahui hasil
pemadatan di lapangan.
- Sondir ; Untuk mengetahui kepadatan reletif tanah dan juga daya
dukung tanah
b. Penyelidiakan di laboratorium antara lain :
- Penyelidikan sifat tanah fisik tanahnya :
1. Soil Test
2. Grain Size
3. Hydrometer
4. Permeability
5. Atterberg Limit
6. Cone Penetrometer
- Penyelidikan mekanis tanah :
1. Proctor Test
2. CBR
3. Triaxial
4. Unconfined Test
5. Konsolidasi
6. Direct Shear
Dengan menggabungkan serta mengolah data yang diperoleh dari lapangan
dan laboratorium maka kita dapat mengetahui sifat, keadaan, dan struktur tanah
dengan jelas, sehingga akan dapat dipilih jenis pondasi yang paling tepat guna dan
ekonoimis sesuai dengan kondisi tanahnya.
RINGKASAN ″MEKANIKA TANAH II″
* SONDIR
Untuk mengetahui nilai tahanan ujung (qc) dan gesekan selimutnya (fs),
mengetahui perlawanan penetrasi konus dan perlawanan geser tanah serta untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah keras.
* UNCONFINED COMPRESSION
Untuk menentukan kekuatan tekan bebas ( tanpa ada tekanan horizontal), dan
untuk mengetahui qs dalam keadaan asli (undisturbed) maupun buatan (remoulded),
menentukan derajat kepekaan tanah atau sensitifitas tanah.
* SAND CONE
Untuk mengetahui kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang
telah dipadatkan.
* COMPACTION TEST / PROCTOR
Untuk mendapatkan berat isi kering maksimum (γb) maks, kadar air optimum (w),
serta berat isi kering maksimum (γd) maks, pada uji pemadatan di laboratorium.
* GRAIN SIZE
Untuk mengetahui distribusi tanah yang tertahan pada masing-masing sieve ( yang
tertahan sieve 200 ).
* ATTERBERG LIMIT
Untuk mengetahui batas–batas konsistensi tanah baik batas cair ( liquidity limit ),
Bertujuan untuk mengetahui sudut geser dalam (ø) dan kohesi tanah (c).
* HYDROMETER
Untuk mengetahui distribusi butiran tanah yang lolos saringan no. 200.
* CONSOLIDATION TEST
Untuk mengetahui sifat-sifat pemampatan pada saat dibebani, menentukan
tekanan pra konsolidasi (Pc) tanah dan besarnya nilai koefisien konsolidasi (Cv), serta
nilai koefisien kompresi (Cc).
BAB I
PERCOBAAN BOORING
I. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu teknik sipil kita sering menghadapi atau mempelajari ilmu
Mekanika Tanah yang mencakup tentang kelakuan kondisi tanah yang berbeda
– beda yang kita sering temukan dalam praktek.
Keragaman ini menentukan sifat tanah dengan berbagai persoalan sesuai
dengan kondisi tertentu yang dikehendaki dalam pelaksanaannya. Tetapi
kesimpulan ditentukan oleh penggunaan tanah dengan anggapan yang
disederhanakan yang memberikan tafsiran terhadap situasi terakhir dengan
kemungkinan yang ada dalam pengetahuan Mekanika Tanah untuk memecahkan
berbagai macam persoalan yang berhubungan dengan tanah, misalnya dalam
pembuatan pondasi bendungan yang membutuhkan lapisan tanah yang
berkualitas baik.
II. PERUMUSAN MASALAH
i. Pada kedalaman tertentu, bagaiman lapisan tanah terbentuk ?
ii. Bagaimana kondisi tanah dalam berbagai lapisan ?
iii. Bagaimana struktur tanah, muka air tanah dari beberapa
kedalaman ?
iv. Bagaimana pengambilan sample tanah dengan cara disturb /
undistrub ?
III. TUJUAN PENELITIAN
i. Untuk mengetahui struktur tanah, muka air tanah dan
pengambilan contoh tanah dari beberapa kedalaman.
ii. Untuk mengetahui kondisi tanah dalam berbagai lapisan.
iii. Untuk mengetahui struktur lapisan tanah yang terbentuk dan
muka air tanah pada kedalaman tertentu.
iv. Untuk mengetahui pengambilan sample tanah.
IV. INTRODUKSI TEORI
i. Contoh – contoh asli diperlukan untuk diselidiki di laboratorium,
maka harus diikat rapat dengan menggunakan parafin, diujung
tempatnya untuk menghindari penyaringan.
ii. Metode yang paling penting untuk penyelidikan tanah di
lapangan adalah sebagai berikut :
Bor tangan.
Bor tangan terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas dan bawah,
bagian atas terdiri atas rangkaian stang – stang ( rods ) bor.
Stang digunakan untuk memutar alat tersebut. Jika menggunakan
tripot maka akan dapat mencapai kedalaman 15 m, tetapi jika
tidak maka hanya mencapai kedalaman 8 – 10 m. Bor tangan ini
hanya untuk bahan yang lunak. Macam bor tangan : iwan besar,
iwan kecil, spiral, nelifal.
Bor dengan mesin.
Terdiri dari :
Alat yang dapat memutar stang bor hingga dapat memberikan
gaya kebawah.
Pompa untuk memompa air melalui bagian dalam stang bor.
Roda pemutar dari derrick / tripot untuk menaikkan.
Macam alat yang digunakan sesuai dengan macam tanah dan
maksud pembuatan lubang bor, macam alat yang sering
digunakan antara lain :
Dilakukan dengan memakai alat Augger dan alat yang dipastikan
pada ujung kabel dan turunkan atau dijatuhkan ke bawah
kedalam lubang bor dengan memakai roda pemutar dan tripot.
Pemboran ini dilakukan pada kerikil dengan pasir dimana tidak
mungkin digunakan Auger dan Core Borell.
Pemboran dengan air.
Air dipompa kebawah melalui stang bor ke alat pemotong/pahat
pemotong dan air pengeboran ini mengangkut potongan dan
menghancurkan potongan tanah tersebut ke atas permukaan
tanah. Sehingga pemboran ini tidak untuk mencatat yang tepat
karena tanah sudah tercampur dengan air hasil penyemprotan
tadi.
High Auger dan Care Cutter.
Dipakai untuk pemboran tanah yang lunak/lepas seperti lempung,
lanau dan pasir. Kelanauan karena pengeboran tersebut tidak
menggunakan air sehingga pengeboran ini dapat dipakai untuk
mendapatkan inti karena mudah ditekan atau diputar untuk
pengambilan sampelnya.
Core barrels
Dipakai untuk mendapatkan inti dari batuan yang hancur / lunak,
juga unuk lempung keras dan kerikil serta pasir Test.
Standart Penetration Test (SPT).
Menggunakan "split spoon sample" .Alat ini dimasukkan pada
dasar lubang bor dengan memakai beban penumbuk seberat 140
ton (67,5 kh) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inchi (75 cm).
Setelah alat itu dimasukkan 6 inchi jumlah pukulan ini disebut R
(Number or N value) dengan satuan pukulan per kali (Glows per
foot). Nilai N ini diperoleh dengan percobaan SDT dapat
dihubungkan secara empiris dengan beberapa sifat tanah. Hasil
SDT dianggap sebagai pembanding dari hasil sondir yang ada.
Contoh dari split spoon dapat dipakai untuk percobaan klasifikasi
semacam batas Atterberg dan ukuran butiran, tetapi kurang sesuai
untuk percobaan lain karena diameter terlalu kecil dan tidak dapat
dianggap sumbu asli.
Kepadatan Relatif Harga N (SPT)A. Pasir
Sangat lepas
Lepas
Agak lepas
Padat
Sangat padat
B. Lempung dan lanau
Sangat lunak
Lunak
Medium
Agak kenyal
Sangat kenyal
Keras
0 – 4
4 – 10
10 – 30
30 – 50
> 50
< 2
2 – 4
4 – 8
8 – 15
15 – 30
> 30
Harga N adalah jumlah pukulan untuk tiap 15 cm sebanyak 3x
(N1 , N2 , N32). Sedangkan yang disebut dengan N SPT adalah N2 + N32.
Tujuannya untuk mengetahui apa saja jenis tanah yang ada dan berapa
lapiasan tersebut.
Macam – macam pengambilan sampel :
1. Dalam kondisi disturb / terbuka ( terganggu ).
Contoh ini diambil tanpa usaha-usaha yang dilakukan untuk
melindungi struktur tanah asli. Contoh ini yang biasanya dibawa ke
laboratorium dengan tempat tertutup ( kantong plastik ) sehingga
kadar airnya tidak berubah. Bila tidak ada usaha mempertahankan
kadar air asli dari contoh tersebut maka contoh ini dapat diambil
terbuka. Cara ini biasanya dipakai untuk percobaan analiasa ukuran,
batas Atterberg, batas jenis dan sebagainya.
2. Dalam kondisi Undisturb / tertutup ( tidak terganggu ).
Contoh asli adalah contoh yang masih menunjukkan sifat asli dari
tanah tersebut, contoh asli ini tidak mengalami perubahan struktur
kadar air / susunan kimianya. Contoh asli dapat diambil dari tabung
sample / langsung dengan tangan.
Diskripsi Visual
Langkah menentukan tanah dengan mengkategorikan kedalam
kerikil / lempung dan lanau adalah 0,06 yang hampir tepat dengan
saringan nomor 20 merupakan ukuran yang terkecil yang terlihat oleh
mata. Dengan memperhatikan perbandingan relatif dari ukuran butiran
yang ada sebagai dasar menyatakan, misalnya kerikil kepasiran yang
seluruh bahan mengandung kerikil tapi ada sejumlah pasir.
Pasir kelempungan adalah bahan yang hampir seluruhnya terdiri
dari pasir dan mengandung lempung. Cara untuk membedakan lanau dan
lempung adalah dengan percobaan Dilatasi. Dalam beberapa hal reaksi
dalam percobaan dilatasi tidak begitu tegas, maka harus diklasifikasikan
sebagai lempung kelanauan / lanau kelempungan, yaitu :
A. Untuk Pasir dan Kerikil.
1. Kadar bahan halus.
2. Gradasi.
3. Ukuran butiran maksimum.
4. Bentuk butiran ( Bulat memanjang ).
5. Kekasaran butiran.
6. Warna.
B. Untuk Lanau dan Lempung.
1. Plastisitas.
2. Warna.
3. Asal Geologis.
No Deskripsi
Jenis Sifat Uji Lapangan
1.
2.
3.
4.
Kerikil
Pasir
Silt / Lanau
Clay /
Lepas
Padat
Sedikit
terikat
Lepas
Padat
Sedikit
terikat
Lunak / lepas / keras / padat
Dapat digali dengan sekop; pasak kayu 50 mm dapat ditancapkan dengan mudah.Dibutuhkan cangkul untuk menggali, pasak kayu 50 mm sulit ditancapkan.Pengujian secara visual; cangkul memindahkan gumpalan-gumpalan tanah yang dapat terkikis.
Dapat digali dengan sekop, pasak kayu 50 mm sulit ditancapkan.Bila terkena air mudah larut.Pengujian secara visual, bila dipegang oleh tangan mudah terlepas.
Mudah diremas dengan jari dapat diremas dengan tekanan yang kuat pada jari- jari tangan.
Meleleh diantara jari-jari tangan ketika diperas. Dapat diremas dengan mudah.
lempung SangatLunak, keras, kaku
Dapat diremas dengan tekanan jari yang kuat. Tidak dapat diremas dengan jari, dapat digencet dengan ibu jari bila diberi air akan menjadi cairan yang licin seperti oli.
Deskripsi KondisiKerikil sedikit berpasir
Kerikil berpasir
Kerikil sangat berpasir
Kerikil / pasir
Pasir sangat berkerikil
Pasir berkerikil
Pasir sedikit berkerikil
Pasir / kerikil sedikit berlanau
Pasir / kerikil berlempung
Pasir / kerikil sangat berlanau
Pasir / kerikil sedikit berlempung
Pasir / kerikil berlempung
Pasir / kerikil sangat berlempung
Lanau / lempung berpasir
Lanau / lempung berkerikil
Sampai 5 % pasir
5 % - 2 % pasir
Pasir di atas 20 %
Proporsinya kurang lebih sama
Kerikil di atas 20 %
5 % - 20 % kerikil
Sampai 5 % kerikil
Sampai 5 % lanau
5 % - 15 % lanau
15 % - 35 % lanau
Sampai 5 % lempung
5 % - 15 % lempung
15 % - 35 % lempung
35 % - 65 % pasir
35 % - 65 % kerikil
Diskripsi Sistematik
Klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan secara visual yang
disebabkan pada hasil percobaan sedikit banyak sifat-sifat tanah
tergantung pada ukuran butirannya dan ini sebagai titik tolak
mengklasifikasikan tanah.
Berdasarkan hal di atas tanah dapat dibagi :
NAMA TANAH BATAS UKURAN1. Berangkal
2. Kerakal
3. Batu kerikil
4. Pasir kasar
5. Pasir sedang
6. Pasir halus
7. Lanau
8. Lempung
8 inchi
3 inchi – 8 inchi
2 mm – 8 mm
0,6 mm – 2 mm
0,2 mm – 0,6 mm
0,6 mm – 0,2 mm
0,002 mm – 0,06 mm
0,002 mm
Distribusi ukuran adalah satu-satunya sifat yang dipakai untuk
mengklasifikasikan tanah. Pada tanah tertentu tidak ada hubungan
langsung antara sifat-sifatnya dengan ukuran butiran. Untuk menyatakan
sifat dan mengklasifikasikan dipakai metode tertentu yaitu batas Atterberg
dan percobaan dilatasi. Tanah yang halus dari 0,006 mm tidak perlu diukur
butirannya.
Sumur Percobaan
Adalah hasil dari rangkaian tangan 1 sampai 5 dari lubang ini
mempunyai keuntungan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas.
Tentang susunan tanah dan juga dapat mengambil contoh berupa potongan
yang lebih besar dari dinding / lubang dasar tersebut.
V. METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat – alat :
1. Mata bor.
2. Pipa bor secukupnya.
3. Stang pipa bor.
4. Tabung sampler.
5. Pipa sampler.
6. Cap ( kepala ) dan dan alat pemukul ( palu ).
7. Alat pembersih tanah pada mata bor ( solet ).
8. Kunci inggris besar 1 pasang.
9. Tempat sample ( kantong plastik dan karet ).
b. Cara kerja :
1. Pipa bor disambung dengan pipa 1 m dahulu dan stang dipasang.
2. Stang diputar dengan tekanan jarum jam, dan tegak lurus.
3. Apabila mata bor sudah penuh maka diangkat dan dibersihkan begitu
selanjutnya sampai kedalaman yang ditentukan.
4. Pada kedalaman yang dimaksud 1 m, 2 m, 3 m diadakan pengambilan
contoh tanah dengan tabung dan apabila tanahnya lembek pengambilan
diambil dengan bor.
5. Pekerjaan dilakukan seterusnya dan kemudian dibawa ke laboratorium
jangan lupa kedalaman muka tanah.
Kesimpulan :
Pada kedalaman 0,00 – 0,50 meter.
Kondisi tanah adalah siit, berlempung, coklat kekuningan, dan
kondisi lunak.
Pada kedalaman 0,50 – 2,00 meter.
Kondisi tanah adalah siit, berlempung, coklat kekuningan, dan
sedikit pasir lunak.
BAB II
SONDIR
I. LATAR BELAKANG
Prosedur penelitian aktual tanah tergantung sifat alamiah lapisan-lapisan
dan tipe proyek, tetapi tujuannya akan melibatkan proyek penggalian lubang-
lubang bor. Sebuah penyelidikan awal pada skala yang paling dekat dengan
kenyataan dilakukan untuk memperoleh karakteristik lapisannya diikuti
penyelidikan yang lebih luas dan direncanakan dengan baik termasuk
pengambilan contoh dan uji lapangan.
Penyelidikan perlu dilakukan sampai kedalaman yang direncanakan atau
memadai. Kedalaman ini tergantung pada tipe dan ukuran proyek tetapi harus
mencakup lapisan yang dipengaruhi oleh struktur dan karakteristiknya.
Penelitian itu perlu diperluas sampai dibawah semua lapisan geser yang
memadai untuk mendukung pondasi atau yang menimbulkan penurunan yang
cukup berarti.
Bila ditemukan batuan perlu dilakukan penetrasi paling sedikit 3 meter
untuk memastikan bahwa yang ditemukan tersebut benar-benar lapisan batuan,
bukan sebuah bongkah batu besar.
II. PERUMUSAN MASALAH
1. Berapa daya dukung tanah ?
2. Berapakah hambatan lekat tanah ?
3. Berapakah kepadatan relatif tanah ?
4. Berapakah kedalaman muka air tanah ?
5. Berapakah kedalaman tanah keras ?
III. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui daya dukung tanah.
2. Mengetahui hambatan lekat tanah.
3. Mengetahui kepadatan relatif tanah.
4. Mengetahui kedalaman muka air tanah.
5. Mengetahui kedalaman tanah keras.
IV. INTRODUKSI TEORI
Praktikum ini adalah praktek di lapangan dengan menggunakan alat
yang berfungsi untuk mengetahui kepadatan relatif dan juga daya dukung
tanah (bearing capacity). Dengan menggunakan alat sondir ini memungkinkan
sekali untuk mencapai kedalaman 30 m atau lebih. Bila tanah yang diselidiki
benar-benar lunak, maka ada 2 macam kerangka yang dipakai untuk menekan
stang-stang ke awah, yaitu alat-alat yang tidak begitu berat (medium weight)
dan alat-alat berat (heavy weight device).
Medium Weight dapat dipakai untuk pengukuran nilai konus mencapai
150 kg / cm², sedang alat yang lebih berat lagi dapat digunakan untuk
pengukuran nilai konus hingga 400 kg / cm². Hasil praktikum dengan alat
sondir ini memberikan gambaran yang baik mengenai kondisi tanah, walaupun
tidak memberi keterangan pada kita mengenai macam tanah itu. Sepintas lalu
kita dapat melihat apakah hanya satu lapisan tanah atau beberapa lapisan tanah
yang ada dari praktikum tersebut.
Alat sondir ini sangat cocok untuk keadaan di indonesia karena disini
terdapat banyak lapisan lempung yang dalam dengan kekuatan rendah,
sehingga tidak sulit ditembus dengan alat ini. Sebaiknya dapat dimengerti
dengan jelas bahwa nilai conus merupakan suatu angka empiris yang mungkin
dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat lain dari pada tanah tersebut,
misalnya nilai sondir pada lapisan pasir dapat dipakai sebagai petunjuk
mengenai kepadatan relatif (relatif density) pasir tersebut.
Daya dukung keseimbangan ( Q ) diperoleh dari rumus :
Q = P . A + f . O
Dimana :
P = nilai conus ( kg / cm² )
F = jumlah hambatan pelekat ( kg / cm² )
A = luas tiang ( cm² )
O = keliling tiang ( cm )
P dan f dari percobaan sondir
Kemudian daya dukung yang diperoleh ialah :
Qa=
P . A3
+ f .O5
Dimana 3 dan 5 adalah faktor keamanan
Deskripsi nilai qc ( tekanan conus ).
Hasil sondir ( k / cm² ) Klasifikasi
Qc Fs
6
6 – 10
10 – 30
30 – 60
60 -150
150 - 300
0,15 – 0,40
0,20
0,20 – 0,60
0,10
0,10 – 0,40
0,40 – 0,80
0,80 – 2,00
1,50
1,00 – 3,00
1,00
1,00 – 3,00
3,00
1,00 – 2,00
Humus, lempung sangat lunak
Pasir kelanauan lepas,
Pasir sangat lepas
Lempung lembek,lempung
Pasir lepas
Lempung / lempung kelanauan
Lempung agak kenyal
Pasir kelanauan, pasir agak padat
Lempung / lempung kenyal
Kerikil kepasiran lepas
Pasir padat, pasir kelanauan / lempung
padat / kerikil kelanauan
Lempung kerikil kenyal
Pasir padat, pasir kerikil padat, pasir kerikil
padat, pasir kasa padat, pasir kelanauan
sangat padat
Deskripsi Visual.
Untuk menentukan tanah kategori pasir atau kerikil, harus diketahui
batas ukuran pasir atau lanau 0,06 mm atau sama dengan lolos saringan no.
200. Cara membedakan pasir atau lanau dengan percobaan dilatasi meliputi :
A. Pasir dan kerikil
a.Gradasi, yaitu apakah bahan tersebut bergradasi baik atau kah
berukuran seragam.
b. Kadar bahan halus.
c.Ukuran butir maksimum.
d. Bentuk datar, bulat, bersudut, memanjang.
e.Kekerasan butiran.
f. Warna.
B. Lanau dan lempung.
a.Plastisitas, meliputi : rendah, sedang dan tinggi.
b. Warna.
c.Asal geologis ( jika diketahui ).
Contoh – contoh pernyataan bahan berbutir kasar dan halus :
- Kerikil kepasiran : bergradasi baik dengan sedikit bahan kelanauan
seluruh kerikil keras dan bersudut, ukuran
maksimum 3 inchi, abu – abu.
- Lempung : coklat muda, plastisitas tinggi, mengandung batu
disana sini ( 0,5 inchi )
- Pasir kelanauan : bahan yang terdiri dari pasir dan sedikit lempung.
Rumus :
Penentuan daya dukung terhadap tiang biasanya berlandaskan hasil
percobaan sondir.
Daya dukung keseimbangan atau batas tiang pancang :
Q = P . A + f . O
Dimana :
P = nilai conus ( kg / cm² )
f = jumlah hambatan pelekat ( kg / cm² )
A = luas penampang ujung tiang ( cm² )
O = keliling tiang ( cm )
Rumus daya dukung tanah :
q = C . Nc . A + K . O . L
Dimana :
q = daya dukung tanah ( kg / cm² )
C = kekuatan geser tanah ( kg / cm² )
Nc = faktor daya dukung
A = luas tiang ( cm² )
K = perbandingan antara gaya pelekat dengan kekuatan geser tanah
O = keliling tiang ( cm )
L = dalam tiang ( cm )
Deskripsi Sistematik
Tanah diklasifikasikan berdasarkan hasil percobaan dan secara visual,
sifat tanah dibagi menurut ukuran butirnya.
Macam tanah Batas ukuran1. Berangkal
2. Kerakal
3. Batu kerikil
4. Pasir kasar
5. Pasir sedang
6. Pasir halus
7. Lanau
8. Lempung
> 8 inchi ( 20 cm )
3 – 8 inchi ( 8 – 20 cm )
2 mm – 3 inchi ( 2 mm – 8 cm )
0,6 – 2 mm
0,2 mm – 0,6 mm
0,06 mm – 0,2 mm
0,002 mm – 0,06 mm
< 0,002 mm
Sifat tanah yang berbutir kasar tergantung ukuran butirannya, tapi pada
bahan berbutir halus tidak ada hubungan antara sifat dan ukuran butirannya.
Definisi yang dipakai secara umum :
a) Lempung adalah tanah berbutir halus, bersifat kohesi, plastis, tidak
mengenal sifat dilatasi, bahan kasar jumlahnya sangat sedikit.
b) Fraksi lempung adalah bagian berat butir tanah yang lebih halus dari
0,002 mm
c) Fraksi lanau adalah bagian berat bahan antara 0,002 mm – 0,06 mm
d) Kerikil kepasiran diistilahkan demikian kerikil, tetapi mengandung
sejumlah pasir. Pasir kelanauan, demikian pasir yang mengandung
sejumlah lanau.
V. METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat – alat.
a. Alat sondir ( kerangka lengkap ).
b. Conus.
c. Manometer ( untuk tekanan kecil dan besar ).
d. Pipa sondir lengkap ( berisi pipa penekan ).
e. Angkur ( penguat kedudukan alat sondir ).
f. Besi kanal.
g. Olie, vaseline dll.
2. Cara kerja.
a. Titik yang akan disondir ditentukan letaknya. Kemudian dipasang
angkur dengan jarak tertentu antara lebar kerangka sondir yang
nantinya digunakan sebagai alat penguat kerangka sondir.
b. Angkur dipasang dengan diputar sambil ditekan searah jarum jam.
c. Alat sondir didirikan pada tempat yang dimaksud.
d. Besar kanal dipasang menjepit kaki sonir, sedemikian sehingga
kedudukan alat sondir dalam posisi.
e. Manometer dipasang pada tempatnya. Olie dimasukkan ke ruang
hidrolis sampai penuh, sehingga tekanan pada manometer sempurna.
f. Conus dipasang pada pipa dan dijaga agar jangan sampai lepas bila
didalam tanah.
g. Pekerjaan sondir dimulai dengan memutar stang pemutar sehingga
ujung conus menekan tanah.
h. Manometer dibaca tiap interval 20 cm.
Cara pembacaan manometer.
- Pada waktu pipa sudah masuk pada kedalaman yang ditentukan
maka pemutaran stang dihentikan sejenak. Kemudian dilanjutkan
kembali untuk menekan pipa.
- Pada waktu ada penekanan didalam piap jarum pada manometer
bergerak gerakan jarum itu ada 2 macam yaitu :
Gerakan jarum yang pertama terlihat berhenti, lalu dicatat,
penunjukkan ini disebut pembacaan conus.
Gerakan kedua atau selanjutnya pada waktu penekanan tetap
dilakukan jarum manometer bergerak, lalu dicatat, penunjukkan
ini dinamakan hambatan atau gesekan.
VI. PEMBAHASAN MASALAH
6.1. Cara perhitungan dari gambaran grafik :
Grafik sondir yang ada pada praktikum ada 3 yaitu :
a. Grafik nilai conus.
b. Grafik lokal friction/hambatan pelekat setempat.
c. Grafik total friction/jumlah hambatan pelekat ordinat grafik tersebut
diatas adalah menyatakan keadaan tanah. Pembacaan dimulai dari
0,00 m dari setiap kedalaman 0,2 m.
a.Absis pada grafik a menyebabkan nilai conus yang berlangsung
pada skala manometer ( kg / cm² ).
b. Absis pada grafik b menyatakan selisih antara hambatan lekat
dikurangi nilai conus sondir.
c.Absis pada grafik c menyatakan dua kali absis pada grafik b
ditambah hasil absis yang telah diketahui sebelumnya.
VII. PERHITUNGAN SONDIR
1. Perlawanan geser.
Perlawanan Gesek = Jumlah perlawanan – qc.
a) Kedalaman 0 m → Perlawanan Gesek = 0 – 0 = 0 kg / cm².
b) Kedalaman 0,2 m → Perlawanan gesek = 4 – 2 = 2 kg / cm².
c) Dan seterusnya ........................
2. Hambatan Pelekat.
Hambatan pelekat = Perlawanan Gesek x interval Luas Penampang Conus
Dimana : Interval kedalaman = 20 cm
Luas Penampang Conus = 10 cm²
a) Kedalaman 0,2 m → Hambatan Pelekat =
2 x 2010
=40 kg /cm
b) Dan seterusnya ....................
3. Jumlah Hambatan Pelekat ( JHP ).
JHPX = JHPN + ( Hambatan Pelekat )n+1
a) Kedalaman 0 m → JHPo = 0 kg / cm
b) Kedalaman 0,2 m→ JHP0,2 = 0 + 40 = 40 kg / cm
c) Dan seterusnya ......................
4. Hambatan Setempat
Hambatan Setempat =
JHP luas Penampang Conus
a) Kedalaman 0 m → Hambatan setempat =
010
=0kg / cm
b) Kedalaman 0,2 m → Hambatan setempat =
4010
= 4 kg / cm
c) Dan seterusnya ......................
Kesimpulan :
Pada kedalaman 0,00 – 1,00 meter.
Nilai qc berkisar antara 0 – 7 kg / cm².
Pada kedalaman 1,00 – 2,00 meter.
Nilai qc berkisar antara 7 – 60 kg / cm².
Pada kedalaman 2,00 – 2,40 meter.
Nilai qc berkisar antara 60 – 100 kg / cm².
BAB III
COMPACTION TEST
I. LATAR BELAKANG
Pada pembuatan timbunan jalan raya dan banyak struktur lainnya, tanah
yang meningkatkan kemantapan lereng timbunan.
II. PERUMUSAN MASALAH
1. Berapa besar berat isi tanah basah ( γ b ) di lapangan ?
2. Berapa besar kadar air di lapangan ( w )
3. Berapa besar berat isi tanah kering ( γ d ) ?
4. Berapa besar tingkat kepadatannya ( P ) ?
III. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui berat isi kering pemadatan di lapangan pada compaction test ada 2
macam yaitu :
i. Cara sand cone
ii. Cara tabung ASTM
Percobaan ini dilakukan di lapangan berguna untuk menghitung :
1. Berat isi tanah basah ( γ b )
2. Kadar air tanah ( w )
3. Berat isi tanah kering ( γ d ) lapangan
4. Tingkat kepadatan ( P )
IV. INTRODUKSI TEORI
Dalam pemadatan tanah seperti pembuatan tanggul, bendungan
tanah/dasar jalan itu berguna untuk :
1. Menaikkan kekuatan.
2. Memperkecil compressibility daya rembesan air.
3. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori tanah
dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis. Untuk setiap daya pemadatan
tertentu kepadatan yang tercapai tergantung pada banyaknya air dalam tanah
tersebut.
Bila kadar air suatu tanah itu rendah, maka tanah itu keras dan sukar
dipadatkan. Bila kadar air itu ditambah maka kadar air berguna sebagai pelumas,
sehingga tanah mudah dipadatkan dan ruang kosong antara butir tadi akan
menjadi lebih kecil. Pada air yang tinggi kepadatannya akan turun lagi karena
pori – pori tanah akan terisi air yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara
pemadatan. Dari setiap pemadatan kita akan mendapatkan kadar air yang
berbeda, kadar air itu adalah kadar air yang paling cocok untuk data pemadatan
tersebut dan biasanya kadar air optimum.
* Sand Cone
a) Dry Density pasir = ρd= berat pasir dalam gelas ukur ( gr / cm² ) volume gelas ukur
b) Volume tanah = volume pasir =
W 1−W 2−W 3
Xcm3
Dimana : W1 = berat pasir semula dalam botol ( gr )
W2 = berat pasir sisa ( gr )
W3 = berat pasir dalam cone ( gr )
c) Bulk Density tanah ( γb ) =
WV
gr /cm3
Dimana : W = berat tanah dari lubang ( gr )
V = volume tanah ( cm³ )
d) Dry Density tanah ( γd ) =
γb1+w ( gr / cm³ )
Dimana : w = kadar air tanah ( % )
e) Kadar air tanah ( w ) =
b−cc−a
x100 %
Dimana : a = berat cawan kosong ( gr ).
b = berat tanah basah ( gr ).
c = berat tanah kering ( gr ).
Dari hasil dry density lapangan diperoleh dan dipresentasikan terhadap
dry density standart hasil percobaan laboratorium. (γd max proctor).
Didapatkan prosentase kepadatan di lapangan :
P =
γ dlapanganγ ds tan dard
x100 %
Syarat : P < 90 % maka pemadatan tidak baik ( tidak pada ).
P > 90 % maka pemadatan baik ( tanah padat ).
V. METODOLOGI PENELITIAN
Sand Cone
a. Alat – alat :
1. Standart cone dan Kalibrating cone.
2. Pasir standar.
3. Plat dengan lubang untuk dudukan cone.
4. Pahat, paku, sendok, palu.
5. Timbangan dan oven.
b. Persiapan :
1. Alat dalam kondisi baik, agar hasil yang didapat sempurna.
2. Pilih tempat pengetesan yang rata.
c. Cara kerja :
1. Timbang cone + tabung kosong ( Wa ).
2. Timbang cone kosong ( a ) Plat sand cone diisi dengan pasir standar
hampir penuh dan ditimbang.
3. Isi cone dengan pasir standart sampai penuh, ratakan dan timbang
( b ). Hitung berat pasir dalam cone ( W3 ) = ( b ) – ( a )
4. Timbang berat gelas ukur kosong ( ag ).
5. Isi gelas ukur dengan pasir dan timbang ( bg ). Dimana volume pair =
volume gelas ukur, dan hitung berat pasir dalam gelas ukur ( gb – ag ).
6. Hitung berat isi pasir ( ρd ).
7. Isi cone + tabung dengan pasir dan timbang ( Wb ).
8. Hitung berat pasir awal ( W1 ) ={(Wb )−(Wa )} .
9. Letakan plat sand cone pada tanah yang rata. Buat lubang dengan
kedalaman 10 – 15 cm.
10. Tanah galian dikumpulkan dan ditimbang ( W ). Tanah diuji kadar
airnya :
a. Timbang cawan kosong ( a ).
b. Tanah yang digali + cawan ditimbang ( b ).
c. Sampel tanah dioven 24 jam.
d. Sampel kering + cawan ditimbang ( c ).
e. Kadar air dapat dicari.
11. Lubang galian dilapisi dengan plastik agar pasir standart dalam
keadaan bersih.
12. Alat sand cone diletakkan terbalik diatas lubang dan plat.
13. Kran pengurai alat sand cone dibuka dan pasir akan mengisi lubang
dan corong sampai penuh.
14. Tutup kembali kran pengurai. Timbangan pasir sisa + cone + tabung
( Wc ).
15. Hitung pasir sisa sesudah test ( W2 ) = ( Wc – Wa ).
16. Berat pasir dalam lubang ( W1 - W2 - W3 ), volume pasir, γbdan γd
dalam lubang dapat dihitung.
17. Semua pasir bersih dikumpulkan kembali.
VI. PERHITUNGAN
6.1. Sand Cone
1. Berat isi tanah basah (γb )
Berat pasir dalam gelas ukur = 331,30 gram
Volume pasir dalam gelas ukur = 200 cm³
Berat isi pasir ( γ pasir )
γ pasir = Berat pasir Volume pasir
=
331 ,30200
= 1,657 gr / cm³
Berat pasir semula ( w1 ) = 5443 gr
Berat pasir sesudah test ( w2 ) = 2143 gr
Berat pasir dalam cone ( w3 ) = 1547 gr
Berat pasir dalam lubang ( w1 – w2 – w3 ) = 1753 gr
Berat tanah dari lubang ( w ) = 2000,8 gr
Volume lubang ( V )
V =
w1−w2−w3
γ pasir
=
5443−2143−15471 , 657
=1057 ,9 cm³
Berat isi basah / Density tanah (γb ) =
Berattnh
Volumepasir
=
2000 ,81057 ,9
=1 ,888 gr /cm³
2. Kadar air ( w )
Berat cawan kosong ( a ) = 20,5 gr
Berat cawan + sampel basah ( b ) = 68,8 gr
Berat cawan + sampel kering ( c ) = 57,5 gr
W =
b−cc−a
x100 %
=
68 , 8−57 ,557 , 5−20 , 5
x 100 %
= 30,540 %
3. Berat isi kering / dry density tanah (γd )
Berat isi basah (γb ) = 1,888 gr / cm³
Kadar air = 30,540 %
γd =
γb1+w
= 1 , 8881+30 ,540
=0 , 060 gr / cm³
4. Tingkat kepadatan ( P )
γd lapangan = 1,599 gr / cm³
γd standar / proctor :
P =
γdlapangan
γd proctorx100%
=
0 , 0601 ,189
x100 %=. .5 , 046 . .%
BAB IV
SOIL TEST
I. LATAR BELAKANG
Dalam pekerjaan teknik sipil untuk bangunan, kita harus mengetahui
sifat – sifat tanah seperti berat isi tanah ( density ), berat jenis tanah, kadar air,
angka pori ( void ratio ), porositas ( porosity ).
Dengan demikian diketahuinya sifat tanah seperti di atas maka
diharapkan bangunan yang berdiri bisa kuat dan stabil. Untuk mengetahui sifat
– sifat tanah itu, kita dapat melakukan uji coba di laboratorium.
II. PERUMUSAN MASALAH
1. Berapa besar Bulk Unit Weight ( γ b ) ?
2. Berapa kadar air tanah asli ( w ) ?
3. Berapa besar berat isi kering ( γ d ) ?
4. Berapa besar Harga Air Piknometer ( HAP ) ?
5. Berapa berat jenis butir tanah ( Gs ) ?
6. Berapa besar porositasnya ( n ) ?
7. Berapa besar angka pori ( e ) ?
III. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
1. Menentukan berat isi basah ( γ b ).
2. Menentukan kadar air tanah asli ( w ).
3. Menentukan berat isi kering ( γ d ).
4. Menentukan harga air piknometer ( HAP ).
5. Menentukan berat jenis butir air tanah ( Gs ).
6. Menentukan porositasnya ( n ).
7. Menentukan angka pori ( e ).
IV. INTRODUKSI TEORI
1) Bulk Unit Weight ( γ b )
Adalah perbandingan antara berat butir dengan isi butir.
γ b =
WV
→V =
VolumeHg13 , 6
Dimana W = berat sample ( gr )
V = Volume sample ( cm³ )
γ b = berat isi basah ( gr / cm³ )
13,6 = berat jenis Hg
2) Kadar air
Adalah perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah.
w =
b−cc−a x 100 %
Dimana : w = kadar air ( % )
a = berat cawan kosong ( gr )
b = berat cawan + sample tanah sebelum oven ( gr )
c = berat cawan + sample tanah setelah oven ( gr )
3) Berat isi kering (γ d )
Adalah perbandingan berat butir dengan isi tanah seluruhnya
γ d =
γb1+w ( gr / cm² )
Dimana w = kadar air ( % )
γ d = berat isi kering ( gr / cm³ )
γ b = berat isi basah ( gr / cm³ )
4) Harga air piknometer ( HAP ) adalah :
HAP = ( b – a ) . t1
Dimana: HAP = Harga air piknometer
5) Berat jenis butir air tanah ( Gs )
Adalah perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air.
Gs =
(c−a)HAP−(d−c ). t
2'
Dimana : Gs = berat jenis butir tanah
a = berat piknometer kosong ( gr )
c = berat piknometer + sample tanah kering ( gr )
d = berat pikno + aquadest + sample ( gr )
HAP = harga air piknometer
t2 = kalibrasi temperature aquadest dalam piknometer
6) Porositas (n)
Adalah perbandingan antara isi pori dengan isi tanah seluruhnya.
N =
e1−e
x100 % atau n = [1−
γdGs ] x 100 %
Dimana n = porositas
e = angka pori
7) Angka pori ( e )
Adalah perbandingan antara isi butir tanah
e =
γd .Gs . (1+w )γb
−1 atau e =
n1−n
Dimana : w = kadar air ( % )
E = angka pori
γ b = berat isi basah ( gr / cm³ )
γ d = berat isi kering ( gr / cm³ )
Gs = berat jenis butir tanah.
Batasan – batasan yang digunakan.
1. Berat isi tanah (γ b )
Biasanya ditentukan dalam gr / cm³. Nilai berat isi pada tanah asli jarang
lebih kecil dari pada 1.2 gr / cm³ atau lebih besar dari pada 2.5 gr / cm³.
Nilai paling biasa adalah 1.6 – 2.0 gr / cm³.
2. Berat isi kering (γ d )
Ditentukan dengan satuan gr / cm³ nilainya berkisar 0.6 – 2.4.
3. Kadar air ( w )
Dinyatakan dalam % nilainya dapat berkisar dari 0 % - 200 % atau 300 %.
Pada tanah dalam keadaan aslinya kadar air biasanya adalah 15 % - 100 %.
4. Berat jenis tanah ( Gs )
Dinyatakan sebagai bilangan saja, nilai rata – rata adalah sebesar 2.65
dengan variasi kecil yaitu jarang di bawah 2.4 di atas 2.8.
5. Angka pori ( e )
Dinyatakan sebagai bilangan saja, nilainya dapat berkisar 0.3 sampai >
dari 3.0.
6. Derajat kejenuhan ( Sr )
Dinyatakan dalam % sehingga nilai terkecil adalah 0 % dan terbesar
adalah 100 %. Tanah asli di lapangan biasanya mempunyai derajat lebih
tinggi dari 90 %.
V. METODOLOGI PENELITIAN
5.1 Berat Volume tanah
a. Alat – alat :
1. Botol berisi air raksa
2. Cawan + kaca penekan
3. Neraca analitis + anak timbangan
b. Cara kerja :
1. Sample tanah dipotong dan dibentuk kubus dengan ukuran
1.5 x 1.5 x 1.5 cm.
2. Cawan kosong ditimbang
3. Timbang sample yang telah dibentuk
4. Taruh sample diatas air raksa yang sudah disiapkan kemudian
sample ditekan dengan kaca sampai rata dengan permukaan
sehingga Hg tersebut akan tumpah ke bawah mangkuk.
5. Timbang cawan + tumpahan Hg tersebut.
5.2 Kadar Air
a. Alat – alat :
1. Neraca analitis dan anak timbangan
2. Cawan ditimbang
3. Oven sampai 105ºC - 100ºC
4. Desikator
b. Cara kerja :
Cawan kosong ditimbang beratnya (a).
Sample tanah dari lapangan diambil sedikit demi sedikit diletakkan
pada cawan dan ditimbang (b).
Setelah tanah basah + cawan dioven selama 24 jam pada temperatur
110 + 5ºC.
Sesudah cawan + tanah didinginkan dalam desikator beberapa waktu
kemudian cawan + sampel ditimbang (c).
5.3 Harga Air Piknometer
a. Alat – alat :
1. Botol piknometer ( sejumlah yang akan digunakan ).
2. Neraca analitis dan anak timbangan.
3. Aquadest.
4. Desikator.
5. Lap pembersih.
6. Thermometer.
b. Cara kerja :
1. Piknometer kosong dan kering ( sudah dibersihkan dan
didinginkan dalam desikator ) sesudah itu dibersihkan dengan lap
pembersih.
2. Piknometer kosong + tutup ditimbang (a) lalu diisi dengan
aquadest sampai penuh lalu tutup. Kemudian ditimbang lagi (b).
3. Temperatur aquadest diukur dan dicari kalibrasinya dalam tabel
(t1 ).
5.4 Berat Jenis Butir Tanah
a. Alat – alat :
1. Botol piknometer.
2. Neraca analitis dan anak timbangannya.
3. Aquadest.
4. Oven.
5. Thermometer.
b. Cara kerja
1. Kita harus mencari harga piknometer yang kita gunakan.
2. Contoh tanah kering ditumbuk dan diayak dengan saringan ¢
0,425 mm.
3. Contoh tanah kering minimal 5 gr dimasukkan ke dalam
piknometer kemudian ditimbang (c).
4. Piknometer berisi tanah tersebut diberi aquadest 2/3 botol lalu
dikocok selama 15 menit, lalu didiamkan selama 24 jam dalam
keadaan terbuka. Tambahkan aquadest hingga penuh dan tutup
dengan centrifuge, hingga ada sebagian aquadest yang tumpah
keluar botol piknometer dibersihkan dari tumpahan dan
ditimbang (d).
5. Ukur suhu aquadest dalam piknometer dan cari kalibrasi dalam
tabel. (t2 ).
VI. PERHITUNGAN SOIL TEST
1. Mencari Bulk Unit Weight (γ b )
γ=WV
dimana : W : Berat sampel asli ( gr )
V : Volume sampel ( cm³ )
W Hg : Berat Hg ( gr )
berat Hg berat jenis Hg
Volume = dimana bj Hg = 13,6 gr / cm³
Kedalaman 1,00 m
Data : W1 = 13,8 gr W Hg1 = 107,7 gr
W2 = 14,5 gr W Hg2 = 112,7 gr
V1 =
107 , 713 , 6 = 7,919 cm³
γ b1 =
13 , 87 , 919 = 1,743 gr / cm³
V2 =
112 , 713 , 6 = 8,287 cm³
γ b2 =
14 , 58 ,827 = 1,643 gr / cm³
γ brata−rata =
γb1+γb2
2=1 , 743+1 ,643
2=1 , 693
gr / cm³.
2. Kadar air ( w )
w =
b−cc−a x 100 %
Dimana : a : berat cawan kosong ( gr )
b : berat cawan + sampel basah ( gr )
c : berat cawan + sampel kering ( gr )
Kedalaman 1,00 meter
Data : a1 : 5,6 gr a2 = 6,0 gr
b1 : 41,7 gr b2 = 47,4 gr
c1 : 32,0 gr c2 = 35,9 gr
w1 =
41 ,7−32, 032 ,0−5,6 x 100 %
= 36,742 %
w2 =
47 ,4−35 ,935 , 9−6,0 x 100 %
= 38,461 %
Wrata−rata =
w1+w2
2 =
36 ,742+38 ,4612 = 37,601 %
3. Dry Unit weight (γ d )
γ d =
γb1+w
Dimana : w = Kadar air ( % )
γ b = Bulk unit weight ( gr / cm³ )
γ d = Dry unit weight ( gr / cm² )
Kedalaman 1,00 meter
Data : γ b = 1,693 gr / cm³
w = 37,601 %
γ d =
1 , 6931+37 ,601
=0 ,044 gr / cm³
4. Mencari Air Piknometer ( HAP )
HAP = ( b – a ) x t1
Dimana : HAP = Harga air piknometer
a = berat piknometer kosong ( gr )
b = berat piknometer + air ( gr )
t1 = kalibrasi temperature aquadest dalam piknometer
Kedalaman 1,00 meter
Data : a = 29,4 gr
b = 79,5 gr
t1 = 28º = 1,00374
HAP = ( b – a ) x t1 = ( 79,5 – 29,4 ) x 1,00374
= 50,1 x 1,00374
= 50,28 gr.
5. Berat Jenis Butiran Tanah ( Gs )
Gs =
( c−a )HAP−[(d−c ). t 2]
Dimana :
Gs = Berat jenis butiran tanah
d = Berat piknometer + sampel + aquadest ( gr )
c = Berat piknometer + sampel kering ( gr )
a = Berat piknometer kosong ( gr )
HAP = Harga air piknometer ( gr )
t2 = Kalibrasi temperature aquadest dalam piknometer
0,0 x 1,824 1,0 x 1,824 1,3 x 1,824 2,0 x 1,824 2,3 x 1,824 2,4 x 1,824 2,5 x 1,824 3,0 x 1,824 3,3 x 1,824 3,9 x 1,824 4,0 x 1,824 4,1 x 1,824 4,9 x 1,824 4,9 x 1,824 4,8 x 1,824
1,000 x 19,625 1,005 x 19,625 1,010 x 19,625 1,020 x 19,625 1,031 x 19,625 1,042 x 19,625 1,053 x 19,625 1,064 x 19,625 1,075 x 19,625 1,087 x 19,625 1,099 x 19,625 1,111 x 19,625 1,123 x 19,625 1,137 x 19,625 1,149 x 19,625