BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan demikian akan semakin dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit yang mungkin muncul adalah salah satunya diabetes melitus. Meskipun diabetes melitus mungkin juga terjadi pada usia anak dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit. Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Gangren adalah nekrosis yang di sertai pembusukan jaringan, yang sering sebagai akibat kerja kuman tertentu, misalnya Klostridia. Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam karena penimbunan senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak. Jadi nekrosis isemik bagian distal anggota tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi yang sesuai. Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan.Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan dan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan
terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua
dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan demikian akan semakin dekat dan
mudah terkena penyakit. Penyakit yang mungkin muncul adalah salah satunya
diabetes melitus. Meskipun diabetes melitus mungkin juga terjadi pada usia anak
dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit.
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Gangren adalah nekrosis
yang di sertai pembusukan jaringan, yang sering sebagai akibat kerja kuman
tertentu, misalnya Klostridia. Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam
karena penimbunan senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak. Jadi nekrosis
isemik bagian distal anggota tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi
yang sesuai.
Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa
dikendalikan.Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan
pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien memerlukan bantuan
dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus dengan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
Perawat berada pada posisi tepat untuk terlibat dalam berbagai aspek
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien DM. Perawat perlu
berpartisipasi secara aktif dari sejak pengkajian sampai dengan evaluasi tindakan.
Oleh karena itu, peran tenaga keperawatan dalam memberikan keperawatan pada
klien ini menjadi sangat penting terutama setelah diagnosis ditegakkan agar
komplikasi yang serius tidak terjadi, seperti salah satu contoh gangguan saraf tepi
dengan gejala berupa kesemutan, terutama pada kaki di waktu malam sehingga
1
mengganggu tidur, selain itu juga disertai gangguan penglihatan dan kelainan
kulit berupa gatal/bisul.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi pada kelenjar pankreas ?
2. Apa definisi dari diabetes melitus ?
3. Apa saja klasifikasi dari diabetes mellitus ?
4. Apa saja etiologi diabetes melitus ?
5. Bagaiamana pathofisiologi dan web of caution dari diabetes melitus ?
Poliuria sangat encer ( 4- 30 liter ) dengan berat jenis 1.010
osmolalitas urin 50-150 mosmol/L
5. Pencernaan B5 (bowel)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore.
Klien tidak ada sakit maagh.
6. Musculoskeletal/integument B6 (bone)
Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, turgor kulit buruk, tidak ada
nyeri otot dan persendian.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya aterosklerosis
ditandai dengan pucat.
15
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
diuresis osmotic ditandai dengan poliuria.
3. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
4. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
perifer ditandai dengan terbentuknya gangrene.
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik ditandai dengan lemah, lemas.
3.3 Rencana Intervensi
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya aterosklerosis ditandai dengan pucat.Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3 x 24 jam mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.Kriteria Hasil :- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler 80x/mnt- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis- Kulit sekitar luka teraba hangat.- Edema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
Intervensi Rasional Mandiri :1. Ajarkan pasien untuk melakukan
mobilisasi. 1. Dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
2. Meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
3. kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
Kolaborasi :Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
16
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan diuresis osmotic ditandai dengan poliuria.Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3 x 24 jam hidrasi adekuat.Kriteria hasil :
- Tanda vital stabil RR : 20x/mnt, HR : 80x/mnt, Suhu 36,50c- Turgor kulit dan pengisian kapiler baik- Haluaran urine tepat secara individu- Nadi perifer dapat diraba
Intervensi Rasional Mandiri :Kaji riwayat klien terdekat sehubungan dengan lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang berlebihan.
Akan sangat membantu dalam memperkirakan kekurangan volume cairan total, tanda dan gejala mungkinsudah ada beberapa hari sebelumnya.
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat dan ringan hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik klien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi baring.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa.
Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
Pantau pengeluaran dan masukan, catat berat jenis urine.
Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
Ukur berat badan klien tiap hari. Agar dapat membantu status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 cc/hari dalam batas yang dapat ditoleransi oleh jantung.
Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi cairan.
Kolaborasi :Berikan terapi cairan sesuai indikasi. Tipe dan jumlah cairan tergantung
pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah.
17
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi tercukupi.Kriteria Hasil :- Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat - Menunjukkan tingkat energi biasanya- Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi Rasional Mandiri :Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi.
Mengetahui pemasukan makanan yang adekuat.
Tentukan program diet dan pola makanan dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan klien.
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri perut, kembung mual, muntahan, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi.
Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas atau fungsi lambung.
Observasi tanda-tanda hiperglikemia, seperti tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsangan, cemas, sakit kepala dan pusing.
Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang, sedangkan insulin tetap diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi).
Kolaborasi :Kolaborasi dengan ahli diet untuk pemberian diet.
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi nutrisi klien.
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi perifer ditandai dengan terbentuknya gangreneTujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3 x 24 jam sirkulasi perifer normal.Kriteria hasil :
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler 80x/mnt- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis- Kulit sekitar luka teraba hangat.- Edema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah- Pus dan jaringan berkurang- Adanya jaringan granulasi.
Intervensi Rasional Mandiri :1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses
penyembuhan. 1. Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik
2. Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan
18
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
Kolaborasi :Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
Intoleransi Altivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik ditandai dengan lemas, lemah.Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3 x 24 jam terdapat peningkatan aktivitas.Kriteria Hasil :- Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.Intervensi Rasional
1. Observasi nadi, pernapasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
1. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
2. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
2. Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
3. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.