Page 1
Pengalaman Belajar Lapangan
PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED
PNEUMONIA PSI CLASS III
Pembimbing :
Dr. Nyoman Astika, Sp.PD KGER
Disusun oleh :
Theodorus Onesiforus Gozali (1202006113)
Agiel Fahlevie (1202006114)
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
Page 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pengalaman belajar lapangan yang berjudul “PPOK eksaserbasi akut ec
Community Aquired Pneumonia PSI Class III” ini tepat pada waktunya.
Pengalaman Belajar Lapangan ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan
Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan maupun bantuan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD-KHOM selaku Kepala Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah.
2. dr. Made Susila Utama, Sp.PD-KPTI selaku Koordinator Pendidikan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah.
3. dr. Nyoman Astika, Sp.PD, KGER selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan, saran-saran dan bantuan dalam penyusunan responsi kasus ini.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan response kasus ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa responsi kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga responsi kasus ini dapat bermanfaat di bidang ilmu
pengetahuan dan kedokteran.
Denpasar, April 2017
Penulis
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap individu pasti mengharapkan usia yang panjang dengan tubuh dan jiwa
yang sehat, sejahtera, dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Konsep
tentang proses penuaan pada masa kini tidak berfokus pada pencapaian seorang individu
dalam hal finansial, kesehatan, atau berpartisipasi dalam hal sosial, namun diharapkan
bahwa setiap individu dapat mengembangkan kapasitas diri dalam berinterkasi baik
dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya. Selain itu seorang individu juga
diharapkan dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang terkait dengan perubahan
zaman guna mengembangkan dirinya untuk dapat berinteraksi.1
Proses penuaan adalah proses alamiah yang berlangsung secara terus menerus
sejak manusia dilahirkan hingga manusia meninggal. Proses penuaan ini akan
mengakibatkan perubahan pada tubuh seseorang, seperti penurunan fungsi sistem organ,
yang termasuk didalamnya, yaitu fungsi sensorik tubuh, saraf pusat, pencernaan,
kardiovaskular, dan juga sistem respirasi. Selain itu, tubuh juga mengalami perubahan
pada komposisi tubuh, seperti menurunnya massa otot, peningkatan massa dan
sentralisasi lemak, serta peningkatan lemak intramuskular. Perubahan yang terjadi ini
dapat menyebabkan berbagai macam masalah seperti imobilisasi, instabilitas,
inkontinensia, insomnia, depresi, infeksi, defisiensi imun, gangguan pendengaran dan
pengelihatan, gangguan intelektual, kolon irritable, impecuniti ataupun impotensi.1,2
Prevalensi daripada lansia atau orang yang telah lanjut usia (≥ 60 tahun) di dunia
mengalami peningkatan sebanyak tiga kali lipat dalam jangka waktu 50 tahun. Hal ini
dibuktikan melalui perkiraan perhitungan, dimana terdapat sekitar 600juta orang lanjut
usia pada tahun 2000 dan diperkirakan akan mencapat lebih dari 2 miliar lansia pada
tahun 2050 mendatang. Jumlah lansia di Indonesia menduduki peringkat lima besar di
dunia, dengan jumlah mencapai 18,1 juta lansia pada tahun 2010 dan diperkirakan akan
meningkat sebanyak dua kali lipat menjadi sekitar 35 juta lansia pada tahun 2025. Selain
itu, angka harapan hidup di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan pada
tahun 2020-2025 menjadi sekitar 73,6 tahun, hal ini menyebabkan proporsi usia lanjut
juga meningkat menjadi 13% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 25% pada tahun
2050. Hal ini menyebabkan ilmu geriatri menjadi sangat penting untuk dipahami oleh
para tenaga kesehatan.1
Pasien yang merupakan pasien geriatri adalah pasien lanjut usia yang memiliki
karakteristik yang khusus dibandingkan dengan pasien lajut usia pada umumnya.
Page 4
Karakteristik tersebut seperti multipatologi, penurunan fungsi organ, gejala dan tanda
penyakit yang tidaklah khas, penurunan status fungsional, dan malnutrisi. Hal ini
menyebabkan perawatan dan penatalaksanaan pada pasien geriatri memerlukan
pendekatan yang multidisiplin. Sehingga, pentingnya pendekatan yang mengandung dua
komponen, yaitu pendekatan tim dan P3G yang merupakan bagian dari comprehensive
geriatric management (CGM).1
Salah satu penyakit yang sering terjadi pada orang yang lanjut usia adalah
penyakit pada sistem pernapasan. Salah satu penyakit sistem pernapasan tersebut adalah
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). PPOK menduduki pringkat keempat penyebab
kematian di dunia dan di Indonesia menduduki peringkat keenam dari 10 penyakit utama
yang menjadi penyebab kesakitan pada orang lanjut usia. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya untuk mengetahui penyakit PPOK, sehingga diharapkan melalui pengertian
dari penyakit ini dapat mencegah terjadinya PPOK, khususnya pada orang yang lanjut
usia.2,3
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit pada paru yang dapat
dicegah dan dapat pula untuk diobati, dimana PPOK memiliki karakteristik simptom yang
presisten pada sistem respirasi dan terdapat pula hambatan pada aliran udara di saluran
napas dan atau ketidaknormalan pada alveolar yang disebabkan oleh paparan zat tertentu
berupa partikel berbahaya atau gas.1,3
Pasien PPOK ditandai dengan hambatan pada aliran
udara di saluran pernapasan yang tidaklah sepenuhnya reversible.2,3
Hambatan aliran udara pada pasien PPOK disebabkan oleh penyempitan dari
jalan nafas seperti terjadinya bronkiolitis obstruksi dan destruksi parenkim yang biasanya
terjadi pada pasien empisema, dengan kontribusi yang bervariasi pada tiap orangnya.1
Bronkiolitis kronis merupakan suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran mukus secara
berlebihan ke batang bronchial secara kronis atau berulang, yang dapat terjadi hampir
tiap hari selama sekurang-kurangnya tiga bulan dalam 1 tahun, selama 2 tahun berturut-
turut. Sedangkan empisema adalah kelainan pada paru yang ditandai dengan terjadinya
pembesaran pada jalan napas yang bersifat permanen, mulai dari terminal bronchial
sampai bagian distal.3
2.2 Etiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Terjadinya PPOK dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok, seringnya terpapar
zat-zat tertentu yang berbahaya, seperti polusi udara. Selain disebabkan oleh lingkungan,
dapat juga disebabkan oleh faktor genetik, abnormal paru dan proses penuaan merupakan
faktor yang dapat meningkatkan kejadian PPOK.2,3
Penyebab tersering PPOK adalah merokok seperti pipe, cigar, dan water pipe.
Selain itu, pengkonsumsian marijuana merupakan faktor risiko lain dari PPOK. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara derajat keparahan PPOK dengan merokok. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Prabaningtyas, menggunakan metode analitik observasional dengan
menggunakan pendekatan case control menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara derajat merokok dengan kejadian PPOK.4
Polusi udara yang berasal dari biomass yang dipergunakan untuk memasak atau
memanaskan makanan merupakan faktor risiko pada negara berkembang untuk terjadinya
PPOK, biasanya terjadi pada wanita. Paparan zat organik dan anorganik, zat kimia dan
Page 6
asam juga merupakan faktor risiko terjadinya PPOK. Faktor internal juga dapat
menyebabkan terjadinya PPOK, seperti faktor genetik yaitu adanya defisiensi yang berat
pada alpha-1 antitripsi (AATD) yang biasanya terjadi di Indonesia; usia dan jenis
kelamin, pertumbuhan dan perkembangan paru dari saat gestasional dan anak-anak
seperti BBLR, infeksi pada repiratori sistem, asma dan hiper-reaktivitas, bronkiolitis
kronis, dan riwayat infeksi paru pada saat anak-anak akan meningkatkan risiko terjadinya
PPOK.1,3,5
Selain itu status sosialekonomi juga merupakan faktor risiko namun hal ini belum
dapat dijelaskan dengan baik. Sosialekonomi sebagai faktor risiko tidak dapat berdisi
sendiri. Sosialekonomi berkaitan dengan polusi udara, nutrisi yang buruk, infeksi atau
faktor lain yang berhubungan dengan sosialekonomi rendah.1
2.3 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Perubahan yang khas pada parenkim dan vaskularisasi paru terjadi pada
saluran nafas bagian proksimal dan perifer. Perubahan ini terjadi karena adanya
suatu inflamasi yang kronik pada paru. Hal ini mengakibatkan perubahan
struktural pada paru yang menyebabkan adanya hambatan aliran udara dalam
paru, ini merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK. Bertambah tebalnya
saluran nafas kecil diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: inflamasi, fibrosis,
metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos dengan peningkatan formasi folikel
limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan
restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang akibat
penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi.4,5
Gambar 1. Konsep patologi PPOK5
Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam
keadaan seimbang. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan
Page 7
kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit dan salah satunya
adalah penyakit pada paru.5
Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya
akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya
akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan
mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan menyebabkan
dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotriene
B4, tumuor necrosis factor (TNF),monocyte chemotactic peptide(MCP)-1
danreactive oxygen species (ROS). Faktor-faktor tersebut akan merangsang
neutrofil melepaskan protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru
sehingga timbul kerusakan dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan
sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,selanjutnya terjadi
kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan
antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan
makrofag dan neutrophil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen
menjadi anion superoksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat
hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan
menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan
diubah menjadi anion hipohalida (HOCl). 5
Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi
batuk kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan
fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan
struktur berupa destruksi alveolar yang menuju ke arah emfisema karena
produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusi dan asap
rokok. 5,6
Page 8
Gambar 2. Patologi PPOK6
2.4 Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik
2.4.1 Anamnesis
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK ada 3, yaitu: batuk,
produksi dahak dan dipsnea eksertional (sesak napas karena melakukan aktivitas).
Gejala-gejala ini kebanyakan muncul pada pasien sekitar 1 bulan atau beberapa
tahun sebelum pasien melakukan pengobatan. Hambatan jalan napas terjadi secara
gradual atau bertahap, sehingga biasanya onset penyakit ini adalah akut dan
eksaserbasi.6
Sesak napas menjadi salah satu keluhan utama pada pasien PPOK karena
terganggunya aktivitas fisik akibat gejala ini. Sesak napas biasanya menjadi
komplain ketika prediksi FEV <60%. Pasien biasanya mendefinisikan sesak napas
Page 9
sebagai peningkatan usaha untuk bernapas, rasa berat saat bernapas, gasping, dan
air hunger.6 Batuk bisa muncul secara hilang timbul, tapi biasanya batuk kronis
adalah gejala awal perkembangan PPOK. Gejala ini juga biasanya merupakan gejala
klinis yang pertama kali disadari oleh pasien. Batuk kronis pada PPOK bisa juga
muncul tanpa adanya dahak. Faktor risiko PPOK berupa merokok, genetik, paparan
terhadap partikel berbahaya atau polusi udara, usia, asthma/ hiper-reaktivitas
bronkus, status sosioekonomi, dan infeksi.6
Pada penderita PPOK baru diketahui atau dipikirkan terkena PPOK, maka
riwayat penyakit yang perlu diperhatikan diantaranya faktor risiko terpaparnya
pasien terhadap substansi-substansi seperti rokok dan paparan lingkungan ataupun
pekerjaan, riwayat penyakit sebelumnya termasuk asma bronchial, alergi, sinusitis,
polip nasal, infeksi saluran nafas saat masa anak-anak, dan penyakit respirasi
lainnya, riwayat keluarga PPOK atau penyakit respirasi lainnya, riwayat
eksaserbasi atau pernah dirawat di rumah sakit untuk penyakit respirasi, ada
penyakit dasar seperti penyakit jantung, osteoporosis, penyakit musculoskeletal,
dan keganasan yang mungkin memberikan kontribusi pembatasan aktivitas,
pengaruh pekerjaan atau ekonomi yang salah, berbagai dukungan keluarga dan
sosial ekonomi pada pasien, kemungkinan mengurangi faktor risiko terutama
menghentikan merokok.6,7
Pasien baru dapat dinyatakan PPOK (secara klinis) apabila sekurang-
kurangnya pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko
disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat
melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih
tua.4,5,6
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada awal perkembangan PPOK, tidak terlihat kelainan pada pemeriksaan
fisik yang dilakukan pada pasien. Pada pasien dengan PPOK berat, didapatkan
bunyi mengi dan juga ekspirasi yang memanjang saat pasien bernapas. Barrel
Chest sebagai tanda dari hiperinflasi mungkin ditemukan pada pasien PPOK.
Pada PPOK yang sedang hingga berat, dapat ditemukan baik sianosis, kontraksi
pada otot-otot aksesoris pernapasan, atau pursed lips breathing. Saat
progresifitas daripada PPOK juga dapat dilihat gejalanya pada fisik pasien,
Page 10
berupa kehilangan berat badan, berkurangnya jarigan lemak, muscle wasting.
Pada pasien PPOK dapat juga ditemukan Clubbing finger yang bukanlah tanda
khas pada PPOK, namun jika ditemukan, harus dipastikan keadaan klinis pasien
untuk mengetahui dengan pasti penyebabnya.2,6,7
2.4.3 Pemeriksaan Penunjang
Spirometri merupakan pemeriksaan penunjang yang definitif yang
digunakan untuk mendiagnosis pasien PPOK, dimana hasil dari pada pengukuran
FEV / FVC < 0,7.8 Selain spirometri, Analisis Gas Darah (AGD) juga digunakan
untuk mengetahui kadar pH darah. Radiografi dapat dilakukan untuk membantu
menentukan diagnosis PPOK, dan Computed Tomography (CT) Scan dapat
dilakukan untuk melihat adanya emfisema pada alveoli. Beberapa studi juga
menyebutkan bahwa kekurangan α-1 antitripsin dapat diperiksa pada pasien
PPOK maupun asma.7,8
Klasifikasi PPOK berdasarkan hasil pengukuran FEV dan FVC dengan
spirometri setelah pemberian bronkodilator dibagi menjadi GOLD 1, 2, 3, dan 4.
Pengukuran spirometri harus memenuhi kapasitas udara yang dikeluarkan secara paksa
dari titik inspirasi maksimal (Forced Vital Capacity (FVC)), kapasitas udara yang
dikeluarkan pada detik pertama (Forced Expiratory Volume in one second (FEV)), dan
rasio FEV1/FVC. Pada tabel 1 diperlihatkan klasifikasi tingkat keparahan keterbatasan
aliran udara pada pasien dengan PPOK.1
Tabel 1. Klasifikasi tingkat keparahan GOLD berdasarkan hasil pengukuran spirometri2
Pada pasien dengan FEV1/FVC < 0,7
GOLD 1 Ringan FEV1 ≥ 80% prediksi
GOLD 2 Sedang 50% ≤ FEV1< 80%
prediksi
GOLD 3 Berat 30% ≤ FEV1< 50%
prediksi
GOLD 4 Sangat Berat FEV1< 30% prediksi
Page 11
Combined COPD Assessment melakukan penilaian efek PPOK terhadap
masing-masing penderitanya berdasarkan assessment terhadap gejala yang
dialami, klasifikasi spirometri berdasarkan GOLD dan kejadian eksaserbasi.2
Gambar 3. Combined COPD Assessment.2
Klasifikasi pasien berdasarkan Combined COPD Assessment: 2
1. Kelompok A – Risiko Rendah, sedikit gejala dengan klasifikasi GOLD 1 atau
2, mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak
pernah dirawat akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score < 10 atau
mMRC grade 0-1
2. Kelompok B - Risiko Rendah, banyak gejala dengan klasifikasi GOLD 1 atau
2, mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak pernah
dirawat akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT Score ≥ 10 atau mMRC
grade ≥ 2
3. Kelompok C - Risiko Tinggi, sedikit gejala klasifikasi GOLD 3 atau 4 dan
atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥ 2 kali pertahun atau ≥ 1 kali dirawat
akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score < 10 atau mMRC grade 0-1
Page 12
4. Kelompok D - Risiko Tinggi, banyak gejala dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4
dan atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥ 2 kali pertahun atau ≥ 1 kali
dirawat akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score ≥ 10 atau mMRC
grade ≥ 2.2
Tabel 2. CAT score2,3,4
Tabel 3 mMRC2,4
Page 13
2.5 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Penatalaksanaan pada PPOK bertujuan untuk mengurangi gejala,
mencegah progresivitas lebih lanjut, mencegah dan mengatasi ekserbasasi serta
komplikasi, memperbaiki keadaan fisik dan psikologis pasien, meningkatkan
kualitas hidup, dan mengurangi angka kematian. Penatalaksanaan secara umum
PPOK terdiri dari edukasi, obat-obatan, terapi okseigen, ventilasi mekanik,
nutrisi dan rehabilitasi. Karena PPOK merupakan penyakit paru kronis yang
progresif dan irreversible maka penanganan PPOK terdiri dari penatalaksanaan
pada keadaan stabil atau pada eksaserbasi akut. Edukasi merupakan hal yang
penting untuk pengelolaan jangka panjang PPOK stabil. Edukasi pada PPOK
tidak sama dengan edukasi pada asma, sehingga inti edukasi adalah
menyesuaikan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.9
Tabel 4. Pemberian edukasi berdasarkan derajat penyakit 5,9
Ringan
Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, ataralain
berhenti merokok
Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
Menggunakan obat dengan tepat
Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
Penyesuaian aktiviti dnegan keterbatasan
Penggunaan oksigen di rumah
Pada terapi farmakologis, obat-obatan yang paling sering digunakan dan
merupakan pilihan utama adalah bronchodilator. Penggunaan obat lain seperti
kortikoteroid, antibiotik, antioksidan, mukolitik, antitusif dan antiinflamasi dapat
juga diberikan pada beberapa kondisi tertentu. Bronkodilator dapat diberikan
Page 14
secara tunggal atau dikombinasikan. Pemilihan bronkodilator juga disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan sediaan obat diutamakan
pada inhalasi, sedangkan nebuliser tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka
panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat atau obat
long acting.10
Macam-macam bronkodilator: 9,10
a. Golongan antikolinergik.
Digunakan pada sesak derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator, dapat juga bekerja untuk mengurangi sekresi lendir (maksimal
dikonsumsi 4 kaliperhari).
b. Golongan β– 2 agonis.
Bentuk berupa inhaler yang digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan
jumlah penggunaan dapat menjadi monitor dari timbulnya eksaserbasi. Sebagai
obat pemeliharaan, sebaiknya mengunakan obat tablet yang berefek panjang.
Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, namun
tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau
drip untuk mengatasi eksaserbasi yang berat.
c. Kombinasi antikolinergik dan β– 2 agonis.
Kombinasi ini dapat memperkuat efek bronkodilatasi, karena kedua obat ini
mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu, penggunaan obat
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
d. Golongan xantin.
Obat golongan ini berbentuk obat yang lepas lambat sebagai pengobatan
pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk
tablet biasa atau puyer digunakan untuk mengatasi sesak, bentuk suntikan bolus
atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Jika digunakan untuk jangka
panjang, diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
Page 15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : NWS
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Hindu
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Gang Sandat, No. 3, Banjar Werdhi Kosala
Ungasan,Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan,
Badung.
Care Giver : Anak dan menantu
Tanggal MRS : 19 – 24 Februari 2017
Tanggal Kunjungan : 1 April 2017
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang sadar diantar keluarganya ke UGD RSUP Sanglah pada Minggu,
19 Februari 2017 pada pukul 22.00 WITA dengan keluhan utama demam sejak 3 hari
sebelum masuk rumah. Pasien mengatakan demam tergolong sedang dan terjadi
sepanjang hari. Keluhan demam dirasakan membaik dengan pemberian paracetamol dan
tidak ada hal yang memperberat keluhan ini. Awalnya demam mulai dirasakan secara
tiba-tiba sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan keluhan dirasakan semakin
memburuk dari hari kehari. Keluhan ini menyebaban pasien tidak nafsu makan dan hanya
dapat berbaring ditempat tidur.
Pasien juga mengatakan batuk yang dirasakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien mengatakan batuk disertai dahak berwarna putih pucat yang sulit
dikeluarkan. Keluhan batuk dikatakan sedang dan terjadi sepanjang hari, tidak ada hal
yang memperingan keluhan ini dan memburuk apabila beraktivitas atau berbicara terlalu
Page 16
banyak. Awalnya batuk dikatakan hanya kadang-kadang akan tetapi semakin sering dan
menetap sampai pasien tiba di rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan adanya sesak yang memberat sejak 3 hari yang lalu.
Sesak dikatakan terjadi sepanjang hari dan tergolong sedang. Keluhan sesak dikatakan
seperti nafas yang tertahan sehingga pasien kesulitan berbicara secara lancar, keluhan ini
diperingan dengan istirahat dan diperberat apabila pasien terlalu banyak beraktivitas
dirumah seperti menyapu. Keluhan sesak telah dirasakan pasien sejak 5 tahun yang lalu
dimana keluhan ini dirasakan hilang timbul. Keluhan seperti berkeringat pada malam
hari, penurunan berat badan disangkal oleh pasien.
Pada saat diperiksa pada tanggal 1 April 2017 pasien mengatakan keluhan seperti
demam, batuk sudah tidak dirasakan dan keluhan sesak yang sesekali muncul dirasakan
tidak terlalu mengganggu aktivitas pasien. Nafsu makan dan minum pasien sudah mulai
membaik. BAB dan BAK dikatakan normal.
Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan
Riwayat penyakit asma, tuberkulosis, diabtes melitus, dan jantung, disangkal oleh
pasien. Pasien pernah dirawat di RSUP Sanglah di Ruangan Lely pada tahun 2010 selama
7 hari dimana pasien mengatakan mengalami infeksi pada paru-paru. Pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 7 tahun yang lalu dan rutin mendapat pengobatan Captopril 25
mg sebanyak 2 tablet setiap hari yaitu pagi dan sore hari.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah mengalami keluhan serupa.
Riwayat penyakit seperti tuberkulosis, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan asma
pada keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat Sosial dan Lingkungan
Pasien memiliki riwayat merokok selama10 tahun yang lalu. Dalam sehari pasien
bisa merokok hingga 1/2 bungkus rokok dan pasien telah berhenti sejak 2 tahun yang lalu.
Pasien saat ini tidak bekerja, dahulu dikatakan bekerja sebagai petani dan peternak sapi.
Sampai saat ini pasien masih memiliki kebiasaan memasak dengan kayu bakar. Pasien
masih aktif melakukan aktivitas di rumah seperti menyapu, menyuci baju, menyetrika dan
sesekali membantu memasak menantunya didapur.
Page 17
3.3 Penapisan
1. ADL Barthel (BAI)
No. Fungsi Skor Keterangan
01 Mengontrol BAB
0 Inkontinen/tak teratur (perlu enema)
1 Kadang-kadang inkontinen (1 x seminggu)
2 Kontinen teratur
02 Mengontrol BAK
0 Inkontinen/pakai kateter dan tak terkontrol
1 Kadang-kadang inkontinen (max 1 x 24 jam)
2 Mandiri
03
Membersihkan diri
(lap muka, sisir
rambut, sikat gigi)
0 Butuh pertolongan orang lain
1 Mandiri
04
Penggunaan toilet
pergi ke dalam /dari
WC (melepas,
memakai celana,
menyeka,
menyiram)
0 Tergantung pertolongan orang lain
1 Perlu pertolongan beberapa aktivitas tetapi
dapat mengerjakan sendiri aktivitas yang lain
2 Mandiri
05 Makan
0 Tidak mampu
1 Perlu seseorang menolong memotong makan
2 Mandiri
06 Berpindah tempat
dari tidur ke duduk
0 Tidak mampu
1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
07 Mobilisasi/berjalan
0 Tidak mampu
1 Bisa berjalan dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan satu orang
3 Mandiri
08 Berpakaian
(memakai baju)
0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis. Mengancing baju)
2 Mandiri
Page 18
09 Naik turun tangga
0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan orang lain
2 Mandiri (naik turun)
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor 20
Skor ADL (BAI)
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5 – 8 : Ketergantungan berat
0 – 4 : Ketergantungan total
2. IADL
No Aktivitas Independen (tidak perlu
bantuan orang lain) Nilai = 0
Dependen (perlu
bantuan orang lain) Nilai
= 1
Nilai
1 Telepon
Mengoperasikan telepon
sendiri
Mencari dan menghubungi
nomer
Menghubungi beberapa
nomer yang diketahui
Menjawab telepon tetapi tidak
menghubungi
Tidak bisa menggunakan
telepon sama sekali 1
2 Belanja Mengatur semua kebutuhan
belanja sendiri
Perlu bantuan untuk
mengantar belanja
Sama sekali tidak
mampu belanja
1
3 Persiapan
makanan
Merencanakan, menyiapkan,
dan menghidangkan makanan
Menyiapkan makanan
jika sudah disediakan
bahan makanan
Menyiapkan makanan
tetapi tidak mengatur
1
Page 19
diet yang cukup
Perlu disiapkan dan
dilayani
4 Perawatan
rumah
Merawat rumah sendiri atau
bantuan kadang-kadang
Mengerjakan pekerjaan
ringan sehari-hari (merapikan
tempat tidur, mencuci piring)
Perlu bantuan untuk
semua perawatan rumah
sehari-hari
Tidak berpartisipasi
dalam perawatan rumah
0
5 Mencuci
baju
Mencuci semua pakaian
sendiri
Mencuci pakaian yang kecil
Mencuci hanya beberapa
pakaian
Semua pakaian dicuci
oleh orang lain
1
6 Transport
Berpergian sendiri
menggunakan kendaraan
umum atau menyetir sendiri
Mengatur perjalanan sendiri
Perjalanan menggunakan
transportasi umum jika ada
yang menyertai
Perjalanan terbatas ke
taxi atau kendaraan
dengan bantuan orang
lain
Tidak melakukan
perjalanan sama sekali
1
7 Pengobatan
Meminum obat secara tepat
dosis dan waktu tanpa
bantuan
Tidak mampu
menyiapkan obat sendiri 1
8 Manajemen
keuangan
Mengatur masalah finansial (
tagihan, pergi ke bank)
Mengatur pengeluaran sehari-
hari, tapi perlu bantuan untuk
ke bank untuk transaksi
penting
Tidak mampu
mengambil keputusan
finansial atau memegang
uang
1
TOTAL 7
Skor IADL :
0 : Independen
1 : Kadang-kadang perlu bantuan
2 : Perlu bantuan sepanjang waktu
Page 20
3-8 : Tidak beraktivitas / Dikerjakan oleh orang lain
3. Penapisan Kognitif
a. AMT (Abreviated Mental Test)
a) Umur: 80 tahun
b) Waktu/jam sekarang: 17.00 WITA
c) Tempat tinggal: Jl. Resimuka Barat Gang II no. 19
Denpasar
d) Tahun ini: 2017
e) Saat ini berada di mana
f) Mengenali orang lain di rumah
g) Tahun kemerdekaan RI
h) Nama presiden RI
i) Tahun kelahiran pasien: 1931
j) Menghitung terbalik (20 s/d 1)
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
0.Salah 1.Benar
Skor AMT:
0 – 3 : Gangguan kognitif berat
4 – 7 : Gangguan kognitif sedang
8 – 10 : Normal
Total Skor : 0
Perasaan hati (afeksi)
oBaik oLabil oDepresi oAgitasi oCemas
4. Penapisan Depresi
Skala Depresi Geriatric (GDS)
No Keterangan YA TIDAK
01 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 1 0
02 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan
minat atau kesenangan anda? 1 0
03 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1 0
04 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0
05 Apakah anda sangat berharap terhadap masa depan? 0 1
06 Apakah anda merasa targanggu dengan pikiran bahwa 1 0
Page 21
anda tidak dapat keluar dari pikiran anda?
07 Apakah anda merasa mempunyai semangat yang baik
setiap saat? 0 1
08 Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi pada diri anda? 1 0
09 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar
hidup anda? 0 1
10 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 1 0
11 Apakah anda sering merasa resah dan gelisah? 1 0
12 Apakah anda lebih senang berada dirumah daripada
pergi ke luar rumah dan melakukan hal-hal yang baru? 1 0
13 Apakah anda sering merasa khawatir terhadap masa
depan anda? 1 0
14 Apakah anda merasa memiliki banyak masalah dengan
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang? 1 0
15 Apakah menurut anda hidup anda saat ini
menyenangkan? 0 1
16 Apakah anda sering merasa sedih? 1 0
17 Apakah saat ini anda merasa tidak berharga? 1 0
18 Apakah anda sangat mengkhawatirkan masa lalu anda? 1 0
19 Apakah anda merasa hidup ini sangat menarik dan
menyenangkan? 0 1
20 Apakah sulit bagi anda untuk memulai sesuatu hal yang
baru? 1 0
21 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 1
22 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan? 1 0
23 Apakah anda merasa orang lain memiliki keadaan yang
lebih baik dari anda? 1 0
24 Apakah anda sering merasa sedih terhadap hal-hal kecil? 1 0
25 Apakah anda sering merasa ingin menangis ? 1 0
26 Apakah anda mempunyai masalah dalam berkonsentrasi? 1 0
Page 22
27 Apakah anda merasa senang ketika bangun di pagi hari? 0 1
28 Apakah anda lebih memilih untuk tidak mengikuti
pertemuan-pertemuan sosial atau masyarakat? 1 0
29 Apakah mudah bagi anda untuk membuat keputusan? 0 1
30 Apakah pikiran anda secerah biasanya? 0 1
TOTAL 4
Skor antara 0-9 : Normal
Skor antara 10-19 : Mild depression
Skor antara 20-30 : Severe depression
5. Penapisan Inkontinensia
Pertanyaan : Apakah anda mengompol atau BAB tanpa disadari ?
0 Tidak pernah
1,0 Kadang-kadang kehilangan kontrol berkemih/ menggunakan alat bantu
untuk berkemih &BAB
2,5 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam sebulan
4,0 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya 2 kali sebulan /kadang-kadang
kehilangan kontrol BAB
5,0 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali dalam sebulan
5,5 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam seminggu
6,5 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 2 kali sebulan
8,0 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali seminggu/kehilangan kontrol
berkemih sedikitnya sekali tiap hari
10 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali sehari
10,5 Tidak bisa mengontrol fungsi berkemih sama sekali
11,5 Tidak bisa mengontrol BAB sama sekali
Inkontinensia dikelompokkan menjadi :
0 : Tidak ada inkontinensia
1-2,5 : Inkontinensia ringan
Page 23
4,0-6,5 : Inkontinensia sedang
≥ 8 : Inkontinensia berat
6. Penapisan Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment)
No. Penilaian Nilai
1
Indeks masa tubuh : BB/TB (m2)
a. < 19 = 0
b. 19-21= 1
c. 21-23 = 2
d. >23 = 3
0
2
Lingkar lengan atas (cm)
a. < 21 = 0 c. >22 = 1
b. 21-22 = 0.5
0,5
3 Lingkar betis (cm)
a. ≤ 31 = 0 b. >31 = 1 0
4
BB selama 3 bulan terakhir :
a. Kehilangan > 3kg = 0
b. Tidak tahu = 1
c. Kehilangan antara 1-3 kg = 2
d. Tidak kehilangan BB = 3
0
5 Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau RS) :
Tidak = 1 / Ya = 0 0
6 Menggunakan lebih dari 3 obat perhari
Tidak = 1 / Ya = 0 0
7
Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bln terakhir
:
Tidak = 1 / Ya = 0
0
8
Mobilitas
a. Hanya terbaring atau diatas kursi roda = 0
b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah = 1
c. Dapat pergi keluar rumah = 2
2
9
Masalah neuropsikologis
a. Demensia berat dan depresi = 0
b. Demensia ringan =1
c. Tidak ada masalah psikologis = 2
2
10 Nyeri tekan atau luka kulit 1
Page 24
Tidak = 1 / Ya = 0
11
Berapa banyak daging yang dikonsumsi setiap hari ?
a. 1 x makan = 0
b. 2 x makan = 1
c. 3 x makan = 2
2
12
Asupan protein terpilih
a. Minimal 1x penyajian poduk-produk susu olahan (susu, keju,
yoghurt, es krim) perhari.
Ya = 1 / Tidak = 0
b. Dua atau lebih penyajian produk kacang-kacangan (tahu, tempe,
susu kedelai ) dan telur perminggu
Ya = 1 / Tidak = 0
c. Daging, ikan, unggas tiap hari
Ya = 1 / Tidak = 0
3
13 Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayur atau buah-buahan per hari
Ya = 1 / Tidak = 0 1
14
Bagaimana asupan makanan 3 bulan terakhir
a. Kehilangan nafsu makan berat = 0
b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1
c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2
2
15
Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per
hari.
a. < 3 cangkir = 0
b. 3 - 5 cangkir = 0,5
c. > 5 cangkir = 1
1
16
Pola makan
a. Tidak dapat makan tanpa bantuan = 0
b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1
c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2
1
17
Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah gizi ?
a. Malnutrisi = 0,
b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1
c. Tidak ada masalah gizi = 2
1
18 Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, 1
Page 25
bagaimana mereka menilai kesehatan mereka sekarang ?
Tidak baik =0, Tidak tahu =0.5, Baik =1, Lebih baik =2
TOTAL 17,5
Interpretasi:
Skor > 24 : Gizi baik
Skor 17-23,5 : Berisiko malnutrisi
Skor < 17 : Malnutrisi
7. Risiko Ulkus Dekubitus dengan Skala Norton
Kondisi pasien Keterangan Skor
Kondisi fisik umum Baik 4
Cukup/lumayan/buruk 3
Sangat buruk 2
Kesadaran Kompos mentis 4
Apatis 3
Confused 2
Stupor 1
Tingkat aktivitas Ambulatori 4
Berjalan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Hanya bisa tiduran 1
Mobilitas Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Inkontinensia Tidak ada 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinesia urin 2
Inkontinensia urin dan alvi 1
Total skor 20
Interpretasi:
16-20 : Tidak ada risiko terjadi dekubitus
12-15 rentan terjadi dekubitus
<12 risiko tinggi terjadi dekubitus
Page 26
8. Assesment Nutrisi
NUTRISI SUBYEKTIF
Apakah 1-2 bulan terakhir ada perubahan berat badan : ya
Apakah ada perubahan nafsu makan : Tidak
Apakah ada perubahan pengecapan lidah : Tidak
Apakah ada masalah mengunyah dan menelan : Tidak
Apakah ada masalah dengan gigi : Ada
Apakah ada gangguan pencernaan
Mencret : Tidak
Sembelit : Tidak
Mual : Tidak
Muntah : Tidak
Apakah hidup sendiri di rumah : Tidak
Siapa yang menyediakan makanan : Keponakan
Apakah bisa melakukan kegiatan berikut
Belanja ke pasar/warung : Bisa
Menyiapkan, memotong bahan makanan : Bisa
Masak makanan padat : nasi, lauk pauk,sayur : Tidak
Masak makanan cair: bubur, juice, minuman : Tidak
Menyendok, menuangkan makanan dan minuman ke piring gelas : Ya
Makan dan minum sendiri : Ya
Mencuci alat makan dan alat masak : Ya
Apakah pernah makan di luar rumah : Tidak
Berapa kali (-)
Apakah ada makanan tambahan seperti vitamin dan lainnya : Tidak
Apakah sedang dalam program diet khusus : Tidak
Apakah pernah konsultasi gizi : Tidak
Konsumsi minuman keras (Alkohol) setiap hari : Tidak
Berapa batang anda merokok setiap hari : Tidak
Berapa konsumsi minum kopi setiap hari : Tidak
POLA MAKAN
Kebiasaan makan pagi : Ya
Kebiasaan makan siang : Ya
Kebiasaan makan sore : Ya
Page 27
Kebiasaan selingan/ngemil (Buah dan roti) : Ya
Waktu makan dengan keluarga : Tidak
Alergi makanan : Tidak
Pantangan makanan : Tidak
BAHAN MAKANAN YANG BIASA DIKONSUMSI
Makanan pokok : Nasi
Lauk hewani : Ikan laut, telur, ayam
Lauk nabati : Tempe dan tahu
Sayuran : Tauge, buncis, bayam, sawi, kol
Buah-buahan : pisang, apel
Minuman : Air putih, susu
Hidangan Sehari (Recall 24 Jam)
Banyak Banyak
Makan pagi g URT Selingan pagi g URT
Nasi 100 ¾ gelas Pisang 50 1 biji
sedang
Soto Ayam 1
mangkok
Banyak Banyak
Makan siang g URT Selingan
siang
g URT
Nasi putih 100 ¾ gelas Pisang 50 1 biji
sedang
Sayur daun
talas
50 ½ ikat
Ayam bumbu
bali
40 1 potong
sedang
Banyak Banyak
Makan malam g URT Selingan
malam
g URT
Nasi putih 100 ¾ gelas Pisang 50 1 potong
Page 28
sedang
Daging ayam 40 1 potong
sedang
Sayur hijau 100 ½ ikat
Kal Prot
(g)
Lemak
(g)
Karb
(g)
Ca
(mg)
Fe
(mg
)
Vit.A Vit
.B
Vit.C
Rata-rata
sehari
1085 50 50,9 200 53,3 20 139,9 - 102,2
Kebutuhan 1134 98 43 293
9. Asesmen Lingkungan
1) Apakah tersedia kamar khusus untuk penderita? : Ya
2) Kamar tidur dipakai bersama dengan istri : Ya
3) Kamar mandi dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya
4) WC dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya
5) Dapur dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya
6) Kamar duduk dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya
7) Berapakah jumlah ruang yang ada di rumah penderita : 4 buah
8) Apakah penderita harus naik/turun tangga bila masuk/keluar rumah: tidak
9) Apakah lingkungan sekitar rumah cukup nyaman : Cukup
10) Bagaimana kebersihan rumah tersebut : Cukup
11) Apakah rumah cukup berventilasi : Cukup
12) Apakah terdapat tanda-tanda kurang urus : Tidak
13) Makanan basi di almari makan/lemari es : Tidak
14) Alat makan yang tidak dicuci : Tidak
15) Tumpukan pakaian kotor : Tidak
16) Sampah berserakan : Tidak
Keamanan
17) Apakah penderita dapat:
i. Membuka/mengunci pintu : Ya
Page 29
ii. Mencapai sakelar lampu : Ya
iii. Mencari pertolongan bila perlu (telepon, tetangga dekat) : Ya
iv. Berjalan dalam rumah dengan aman
(WC, kamar mandi, meja makan, ruang tamu, dll) : Ya
18) Apakah terdapat bahaya yang jelas/nyata:
a. Fitting lampu yang bertumpuk-tumpuk : Tidak
b. Kabel-kabel listrik yang telanjang : Tidak
c. Penyinaran yang tidak terang (siang/malam) : Tidak
d. Perabotan/mebel yang berserakan dan tidak aman : Tidak
e. Perabotan yang mudah patah, ringkih, terguling : Tidak
f. Karpet/keset atau lantai yang tidak rata : Tidak
Bahaya/penyebab jatuh
19) Dari lingkungan rumah, pastikan bahwa hal berikut ini terpasang baik
a. Lantai dan karpet dalam keadaan baik dan tidak menonjol disana-sini yang
mungkin menyebabkan terpeleset/jatuh : Ya
b. Pencahayaan cukup terang dan tidak silau : Ya
c. Penempatan lampu cukup baik, terutama di dekat tangga/tempat lalu antara tempat
tidur dan kamar mandi : Ya
d. Sakelar lampu di tempat berisiko rendah kalau perlu dari jenis yang bisa
berpendar : Ya
e. Telepon ditempatkan sedemikian sehingga tidak perlu harus bergegas untuk
menjawab panggilan : Ya
f. Kabel-kabel listrik tidak terletak di lantai : Ya
g. Bila perlu harus diperpendek dan dipakukan ke dinding : Ya
h. Tidak terdapat barang berserakan di jalan tempat lampu : Ya
20) Kamar mandi:
a. Terdapat ril pegangan di daerah toilet dan bak mandi dan mudah dicapai bila
diperlukan : Tidak
b. Permukaan lantai pancuran atau bak rendam tidak licin : Ya
c. Bila mempergunakan pelapis bak rendam harus dari kualitas baik : Tidak
Page 30
d. Belakang keset harus berlapis karet yang tidak licin : Tidak
e. Drainase air harus baik hingga mencegah lantai licin setelah dipakai mandi
: Ya
21) Kamar tidur:
a. Keset tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset atau tergelincir,
terutama yang di jalan lalu ke kamar mandi : Ya
b. Terdapat meja di samping tempat tidur untuk meletakkan kacamata atau barang
lain, sehingga tidak diletakkan di lantai di samping tempat tidur : Ya
22) Dapur:
a. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin : Ya
b. Tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah terpeleset : Ya
c. Bahan untuk membersihkan dan memasak diletakkan di tempat yang terlalu tinggi
atau terlalu pendek : Ya
d. Disediakan kursi tinggi untuk keperluan mencuci piring : Tidak
e. Tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang letaknya agak
tinggi : Tidak
23) Kamar duduk:
a. Keset-keset tidak terletak di atas karpet atau terserak disana-sini : Tidak
b. Mebel/perabotan diletakkan sedemikian sehingga jalan lalu cukup besar : Ya
c. Tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lansia untuk duduk atau bangkit
darinya. : Ya
24) Di luar rumah:
a. Pintu masuk depan dan belakang dalam keadaan baik : Ya
b. Pada musim hujan tersedia pasir untuk mencegah lantai licin : Tidak
c. Jalan lalu harus bebas dari lumpur atau air di musim hujan, sehingga
mencegah terpeleset/jatuh : Ya
Page 31
3.4 Pemeriksaan Fisik (1 April 2017)
1. Kondisi Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3.Tekanan Darah : 140/90 mmHg
4. Nadi : 88 kali/menit,reguler, isi cukup
5. Respirasi : 22 kali/menit, teratur
6. Suhu aksila : 36.4ºC
a. Antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 155 cm
BMI : 22,8 kg/m2
Tinggi lutut : 50/50cm
Lingkar lengan atas : 22 cm (kanan dan kiri)
Kesimpulan : Gizi baik
b.Kulit
Kekeringan : Tidak ada
Bercak kemerahan : Tidak ada
Lesi kulit lain : Tidak ada
Curiga keganasan : Tidak ada
Dekubitus : Tidak ada
c. Pendengaran
Dengar suara nomal : Normal
Pakai alat bantu dengar : Tidak ada
d. Penglihatan
Membaca huruf koran dengan kacamata : Tidak ada
Jarak penglihatan : Memendek
Jarak baca : Memendek
Katarak : Ada kanan, kiri
Temuan funduskopi : Tidak dievaluasi
Anemis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Refleks pupil : +/+ Isokor
Edema palpebra : Tidak ada
e. Mulut
Page 32
Hygiene mulut : Kurang
Gigi palsu : Tidak ada
Gigi palsu terpasang baik : Tidak ada
Lesi di bawah gigi palsu : Tidak ada
Kelainan yang lain : Tidak ada
f. Leher
Derajat gerak : Normal
Kelenjar tiroid : Normal
Bekas luka pada tiroid : Tidak ada
Massa lain : Tidak ada
Kelenjar limfa membesar : Tidak ada
JVP : PR + 0 cmH2O
g. Thorax
Massa teraba : Tidak ada
Kelainan lain : Tidak ada
h. Paru
Inspeksi : Simetris, barel chest (+)
Palpasi : Vokal fremitus N/menurun
Perkusi : Sonor / Sonor
Auskultasi suara dasar : Vesikuler +/+
+/+
+/+
Auskultasi suara tambahan : Rhonki -/+, Wheezing -/-
+/+ -/-
+/+ -/-
i. Jantung dan pembuluh darah
Irama : Reguler
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas atas: ICS II,
batas kiri: 3 cm lateral MCL S
batas kanan : 1 cm lateral PSL D
Bising : Tidak ada
Gallop : Tidak ada
Bising A. Karotis : Tidak ada
Page 33
Bising A. Femoralis : Tidak ada
Denyut A. Dorsalis pedis : Tidak teraba
Edema pedis : Tidak ada
Edema tibia : Tidak ada
Edema sacrum : Tidak ada
j. Abdomen
Bising : Normal
Hati membesar : Tidak ada
Massa perut : Tidak ada
Limpa membesar : Tidak ada
k. Otot dan kerangka
Deformitas : Tidak Ada
Gerak terbatas : Ada
Nyeri : Tidak Ada
Benjol/ radang : Tidak Ada
l. Saraf
Penghidu : Kesan normal
Ketajaman penglihatan : Berkurang
Lapangan penglihatan : Kesan normal
Fundus : Kesan normal
Pupil : Kesan normal
Ptosis : Kesan normal
Nistagmus : Tidak ada
Gerakan bola mata : Kesan normal
Sensasi kulit occuli : Kesan normal
Sensasi kulit mandibularis : Kesan normal
Sensasi kulit maksilaris : Kesan normal
Otot mengunyah : Kesan normal
Refleks kornea : Normal
Jerk jaw : Normal
Saraf muka simetris : Normal
Kekuatan otot wajah : Normal
Pendengaran : Normal
Uvula : Normal
Page 34
Refleks trapesius : Kesan normal
Otot trapesius : Normal
Sternokleidomastoideus : Normal
Lidah : Normal
m. Motorik
Anggota tubuh atas Kekuatan Tonus Refleks
Bahu (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Siku (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Pergelangan tangan (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Anggota tubuh bawah
Paha (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Lutut (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
Pergelangan kaki (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)
n. Sensorik
Anggota tubuh atas Anggota tubuh bawah
Tajam (Nyeri) kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
Raba kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
Getar kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
Suhu kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)
o.Koordinasi
Jari ke hidung : Normal
Tumit ke lutut : Normal
3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
4.1 Darah Lengkap (19-02-2017)
TES NORMAL HASIL
WBC 4.10 – 11.00 17.61
%NE 47.00 – 80.00 65.21
%LY 13.00 – 40.00 19.91
%MO 2.00 – 11.00 12.38
%EO 0.00 – 5.00 1.38
%BA 0.00 – 2.00 1.12
#NE 2.50 – 7.50 5.38
#LY 1.00 – 4.00 1.64
Page 35
#MO 0.10 – 1.20 1.02
#EO 0.00 – 0.50 0.11
#BA 0.00 – 0.10 0.09
RBC 4.50 – 5.90 4.47
HGB 13.50 – 17.50 12.25
HCT 41.00 – 53.00 41.00
MCV 80.00 – 100.00 86.74
MCH 26.00 – 34.00 27.32
MCHC 31.00 – 36.00 31.5
RDW 11.60 – 14.80 11.47
PLT 140.00– 440.00 154.7
Kimia Klinik (01/02/2017)
PARAMETER NILAI RUJUKAN HASIL
(03/02/2017)
AST/SGOT 11.00 – 23.00 24,8
ALT/SGPT 11.00 – 50.00 21,38
BUN 8.00 – 23.00 15
Kreatinin 0.70 – 1.20 0.74
Analisis Gas Darah (03/02/2017)
PARAMETER NILAI RUJUKAN HASIL
pH 7.35 – 7.45 7.40
pCO2 35.00 – 45.00 33.60
pO2 80.00 – 100.00 67.40
BEecf -2 – 2 -4.5
HCO3- 22.00 – 26.00 20.30
SO2c 95% - 100% 93.6
TCO2 24.00 – 30.00 21.30
Natrium (Na) 136 – 145 139
Kalium (K) 3.50 – 5.10 3.60
Klorida (Cl) 96 – 108 107
Foto Thorax AP (19/02/17)
Page 36
Cor : tampak membesar,
tampak kalsifikasi pada aortic knob
Pulmo : tampak infiltrat pada parahiler kiri dan parakardial kanan dengan air
bronchogram (+)
Sinus pleura kanan dan kiri tajam
Diaphragma kanan kiri normal
Tulang-tulang : tidak tampak kelainan
Kesan:
Cardiomegali, sesuai dengan gambaran Pneumonia
EKG (19/02/2017)
EGK
(19/02/17)
Irama : Sinus
Axis : normal
Page 37
Gelombang P : 0,12 dtk
PR interval : 0,12
QRS lebar : 0,12
SV2 + RV5 < 35
Segmen ST : normal
Gel T : normal
Kesan: EKG normal
3.6 ASSESSMENT
Diagnosis : PPOK eksaserbasi akut ec Communitiy Aquired Pneumonia PSI
Class III
Impairment : Tidak ada
Disability : Mandiri
Handicap : Tidak ada
3.7 TERAPI
IVFD NaCl 0,9% 20tpm
O2 nasal kanul 2lpm
Paracetamol 500 mg tiap 8 jam peroral
Cefoperazone 1g tiap 12 jam IV
Azitromycin 1 x 500mg peroral
N- acetylsistein 200 mg tiap 8 jam peroral
Nebul combivent
Captopril 2 x 25 mg peroral
3.8 PLANNING
PLANNING DIAGNOSIS
Spirometri, Gram Sputum, kultur, coloni count, sensitivitas
MONITORING
1. Vital sign
2. Keluhan
Page 38
KIE
1. KIE tentang penyakit pasien (PPOK) dan komplikasi yang mungkin
ditimbulkan.
2. KIE tentang pengobatan yang diberikan, manfaat, dan efek sampingnya.
3. Cara mencegah perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus seperti berhenti merokok, jika keluar rumah atau di
tempat dengan polusi udara seperti dijalan raya menggunakan masker.
5. Penyesuaian aktivitas yaitu jangan beraktivitas yang terlalu berat
Page 39
BAB IV
PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN
4.1 Alur Kunjungan
Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 01 April pukul 09.00 WITA ke
tempat tinggal pasien yang berada di Gang Sandat, No. 3, Banjar Werdhi Kosala
Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Pasien beserta keluarganya
menyambut kedatangan penulis dengan ramah dan baik. Kunjungan dilakukan ke rumah
pasien dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan mengamati kondisi pasien
dengan secara langsung ke lapangan, menemukan permasalahan yang ada, serta mencari
penyelesaiannya. Saat itu, keluhan pasien sudah lebih membaik dibandingkan dengan saat
di rumah sakit. Adapun intervensi yang dilakukan dirumah pasien adalah:
a. Edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien beserta
keluarganya tentang PPOK
b. Menyadarkan pasien beserta keluarganya akan pentingnya menjaga
kesehatan dengan memenuhi kebutuhan nutrisi, menghindari paparan asap
rokok ataupun asap lain serta beraktivitas dengan baik.
4.2 Daftar Masalah
Adapun permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal menghadapi
penyakitnya antara lain:
1. Pasien dan keluarga masih kurang memahami penyakit yang diderita oleh pasien,
meliputi faktor risiko dan gejala-gejalanya
2. Kesulitan dalam pengaturan makanan sehari – hari, baik itu jumlah, jenis maupun
cara pengolahannya
3. Keadaan rumah pasien cukup baik namun sedikit pengap karena ventilasi udara
kurang begitu baik, serta keluarga pasien yang masih mengunakan kompor tungku
untuk memasak air dan makanannya.
Page 40
4.3 Analisis Kebutuhan
4.3.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis
a. Kecukupan Gizi
Nutrisi Harian Pasien
Menurut pengakuan pasien, pasien makan dalam jumlah yang normal, yaitu tiga
kali dalam sehari. Pasien mengatakan jarang makan makanan dengan bahan-bahan
tambahan seperti pemanis, perasa, pewarna dan pengawet buatan. Jenis makanan
dikatakan relatif sama setiap harinya. Pasien mengatakan bahwa dirinya sering
mengonsumsi sayur-sayuran. Adapun gambaran umum menu untuk masing-masing
jadwal makan adalah sebagai berikut:
Makan pagi : nasi, sayur singkong, air mineral
Makan siang : nasi, telur ayam, sayur singkong, air mineral
Makan malam: nasi, sayur singkong, air mineral
Pasien memerlukan lebih banyak kalori dari makanan yang dikonsumsinya, tetapi
mengurangi asupan makanan yang banyak mengandung kolesterol, lemak jenuh dan
garam.
Perhitungan Kebutuhan Kalori pada Pasien
Berat badan ideal = (TBcm-100) – (15%x(TBcm-100)) = (155-100) – (15%x(155-
100)) = 55 – (15%x55) = 46,75 kg
Jumlah kebutuhan kalori per hari:
o Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 (Wanita) = 46,75 x 25 = 1170 kkal
o Kebutuhan aktivitas (ringan) = +10% = +117 kkal
Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita 1170 + 117= 1200 kkal
o Distribusi makanan
Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2 porsi
makanan selingan yaitu:
Makan pagi: 20% x 1200 kkal = 240 kkal
Makan siang: 30% x 1200 kkal = 360 kkal
Makan malam: 25% x 1200 kkal = 300 kkal
Asupan di sela makan pagi dan siang = 15% x 1200 = 180 kkal
Asupan di sela makan siang dan malam = 10% x 1200 = 120 kkal
Distribusi makanan berdasarkan komponen makanan adalah:
Waktu makan Total Karbohidrat Lemak Protein
Page 41
(kkal) (50% x kalori) (20% x kalori) (30% x kalori)
Makan pagi 240 120 48 72
Makan siang 360 180 72 108
Makan malam 300 150 60 90
Selingan 1 180
Selingan 2 120
o Pemilihan jenis makanan
Bahan Makanan yang Dianjurkan
- Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, roti, kwethiau, kentang, tepung-
tepungan.
- Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam. Bahan makanan pengganti
protein hewani hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele,
dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai
sebagai variasi menu.
- Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarin, mentega.
- Sumber Vitamin dan mineral: semua jenis sayur dan buah.
Melalui penghitungan diatas, maka dicoba untuk memberikan suatu pola jadwal yang
mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah makanan yang menjadi pilihan untuk
dikonsumsi oleh pasien dalam seharinya. Dimana perhitungan diatas telah disesuaikan
dengna kondisi penyakit pasien. Pasien membutuhkan diet yang rendah akan karbohidrat
untuk mencegah timbulnya gejala eksaserbasi akut.
Berdasarkan data dari poliklinik gizi RSUP Sanglah, maka penulis mencoba
menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk ukuran yang dapat
dimengerti oleh pasien dan keluarga pasien. Pemilihan jenis makanan pun disesuaikan
dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.
Waktu
Makan Karbohidrat Protein Lemak
Makan Pagi Roti putih tawar:
2 iris
Nasi putih:
1/2 gelas
Protein hewani
Ayam tanpa kulit:
3/4 potong sedang
Teri kering:
Telur ayam:
3/4 butir
Telur bebek asin:
3/4 butir
Page 42
Singkong:
1 potong
3/4 sdm
Putih telur ayam:
1,5 butir
Protein Nabati
Kacang hijau:
1¼ sdm
Kacang tanah:
1¼ sdm
Tahu:
1/4 potong besar
Tempe:
1¼ potong sedang
Hati ayam:
3/4 buah sedang
Daging ayam
dengan kulit:
1/4 potong sedang
Selingan 1 Roti putih tawar: 1/2 iris + Pepaya 1 potong
Makan siang Nasi putih:
3/4 gelas
Roti tawar:
2¼ iris
Singkong:
1¾ potong
Protein hewani
Ayam tanpa kulit:
1½ potong sedang
Teri kering:
1½ sdm
Putih telur ayam:
3,5 butir
Protein Nabati
Kacang hijau:
2¼ sdm
Kacang tanah:
2¼ sdm
Tahu:
1¼ potong besar
Tempe:
2,5 potong sedang
Telur ayam:
1,5 butir
Telur bebek asin:
1,5 butir
Hati ayam:
1,5 buah sedang
Daging ayam
dengan kulit:
0,5 potong sedang
Selingan 2 Roti putih tawar: 1/4 iris + Pisang: 1 buah
Makan
Malam
Nasi putih:
3/4 gelas
Roti tawar:
1¾ iris
Pepaya:
1 Potong
Protein hewani
Ayam tanpa kulit:
1¼ potong sedang
Teri kering:
1¼ sdm
Putih telur ayam:
2¾ butir
Telur ayam:
1 butir
Telur bebek asin:
1 butir
Hati ayam:
1 buah sedang
Daging ayam
Page 43
Protein Nabati
Kacang hijau:
1,5 sdm
Kacang tanah:
1,5 sdm
Tahu:
3/4 potong besar
Tempe:
1,5 potong sedang
dengan kulit:
1/2 potong sedang
Bahan Makanan yang Dihindari
- Makanan dengan bahan-bahan aditif seperti penyedap buatan, perasa buatan, pengawet,
dan pewarna buatan yang berbahaya bagi kesehatan dan memicu timbulnya kanker bila
dikonsumsi berlebihan
- Makanan dengan kadar lemak tinggi karena berpotensi tinggi memicu timbulnya
penyakit kardiovaskular
- Makanan yang mengandung garam karena dapat meningkatkan tekanan darah pasien.
- Hindari minum kopi karena dapat meningkatkan tekanan darah pasien
- Menghindari/menghentikan rokok.
b. Kegiatan fisik
Pasien adalah seorang pensiunan petani dan peternak. Pasien biasa menghabiskan
sebagian besar waktunya di rumah, dan sesekali pasien keluar dari rumah untuk mecari
kayu bakar dan rumput-rumputan untuk memberi makan sapi yang saat ini masih pasien
pelihara. Saat ini, pasien disarankan untuk mengurangi melakukan kegiatan berat untuk
menghindari kelelahan dan patah tulang patologis. Selain itu, pasien diminta untuk
menghindari paparan asap atau polusi udara untuk mencegah relapsnya batuk pasien.
Pasien juga disarankan untuk selalu membuat ruangan hangat, udara ruangan kering
dengan ventilasi yang cukup.
c. Akses Pelayanan Kesehatan
Apabila ada keluhan kesehatan, pasien biasanya datang ke praktek dokter umum
dan puskesmas yang terletak disekitar rumahnya yang berjarak sekitar 1 km dari rumah
pasien. Apabila dirasa keluhannya berat, pasien dibawa ke RSU Udayana yang dapat
ditempuh dalam waktu ± 30 menit. Selama memeriksakan diri ke pusat pelayanan
kesehatan, pasien selalu diantar dan ditemani oleh anak atau menantunya, terkadang cucu
pasien juga ikut.
Page 44
Saat ini pasien terdiagnosis menderita PPOK. Penyakit ini merupkan
penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan namun hanya bisa dikontrol
eksaserbasinya.
d. Lingkungan
Pasien tinggal disebuah rumah bersama anak, menantu, dan cucunya.
Dalam satu rumah tersebut terdapat 2 buah bangunan utama. Di bangunan 1
terdapat 4 kamar tidur, 2 kamar tidur masing-masing berukuran 2 x 3 m2, 1 kamar
tidur lainnya berukuran 2,5 x 4 m2, serta 1 kamar tidur lainnya berukuran 3 x 4
m2. Kamar berukuran 2,5 x 4 m
2 memiliki 2 pintu masuk, sedangkan sisanya
memiliki 1 pintu masuk dan disertai jendela pada setiap kamarnya. Sedangkan
bangunan 2 difungsikan sebagai dapur yang terbuka dan sebuah gudang yang
tertutup ketat. Sedangkan untuk kamar kecil atau toilet terlepas dari kedua
bangunan tersebut. Lantai kamar terbuat dari keramik, tembok terbuat dari bata
dan dilapisi cat, dan atap berbahan genteng. Kamar pasien terkesan tidak rapi dan
terdapat banyak barang di dalam kamar pasien, berupa buku-buku milik cucu
pasien, serta pakaian yang berserakan dan tempat tidur yang terlihat tidak
dirapikan setelah dipakai, selain itu pada kamar pasien ventilasi terlihat kurang,
dimana hanya kedua pintu yang dibiarkan terbuka, sedangkan untuk jendela
dibiarkan tertutup dengan korden yang tidak dibuka. Dapur pasien berisikan
kompor tungku dan lantainya masih berlapis semen, dimana masih terdapat
barang-barang berserakan pada dapur pasien. Dapur terkesan kurang bersih dan
kurang rapi. Rumah memiliki halaman yang cukup luas namun tidak tertata
dengan rapi. Lingkungan rumah pasien kurang ramah untuk pasien yang lanjut
usia, dimana masih banyak barang-barang tidak terpakai yang tertumpuk
dibeberapa tempat, tanpa dirapikan.
Di lingkungan rumah pasien ditemukan suatu aktivitas yang menghasilkan
asap banyak, dimana terdapat kompor tungku yang cara pengunaanya dengan
melakukan pembakaran kayu bakar. Pasien dulunya adalah perokok, namun telah
berhenti semenjak mulai muncul keluhan sakit pasiend dan berobat.
4.3.2 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial
a. Lingkungan Biologis
Page 45
Dalam lingkungan biologis/keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan
hal serupa seperti yang dialami pasien. Kondisi imun pasien menjadi sangat
penting dalam timbulnya kekambuhan penyakit pasien. Lingkungan yang kurang
mendukung serta kecukupan gizi yang kurang diduga menjadi faktor penting
untuk kambuhnya penyakit pasien.
Kondisi rumah pasien dimana ventilasinya kurang memadai tidak mendukung
untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. Selain itu, rendahnya aliran udara di dalam
rumah pasien akibat minimnya ventilasi meningkatkan risiko penyebaran penyakit
menular yang bersifat airborne di kalangan anggota keluarga menjadi lebih mudah.
Selain itu, pengunaan kompor tungku yang menghasilkan begitu banyak asap juga dapat
memperparah kondisi pasien dan menyulitkan proses penyembuhan pasien.
b. Faktor Psikologis dan Sosial
Pasien sudah tidak memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya untuk
mencari nafkah. Pasien sudah tidak bekerja dan hanya diam dirumah saja bersama anak,
menantu, maupun cucunya, walaupun sesekali pasien pergi tanpa pamit untuk mencari
kayu bakar dan rumput. Sebagian besar biaya untuk kebutuhan sehari-hari pasien
ditopang dan dicukupkan oleh anaknya. Pasien mengaku dari pendapatan anaknya, pasien
sudah dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Anggota keluarga pasien, terutama yang ikut tinggal serumah dengan pasien,
cukup memahami kondisi pasien saat ini, serta cukup mendukung kesembuhan pasien.
Secara umum anak pasien dan keluarganya memahami gambaran besar penyakit pasien
saat ini, serta ikut menjaga supaya penyakit pasien tidak kambuh kembali. Sebagai
contoh, anak pasien memilih untuk tidak merokok di dalam rumah atau dekat pasien
berada untuk menghindari kambuhnya penyakit pasien akibat asap rokok. Keluarga juga
meminta agar pasien tidak sering memasak didapur lagi, jika memang benar-benar ingin
memasak, keluarga telah menghimbau agar pasien menguankan masker, agar tidak
terpapar oleh asap hasil pembakaran tungku. Keluarga pasien juga mulai meminta serta
lebih perduli untuk mengawasi, agar pasien lebih banyak beristirahat di sekitar rumah dan
tidak pergi jauh untuk mencari kayu bakar dan rumput.
Dalam keadaan sakit ini, pasien sangat membutuhkan pengertian dan dukungan
dari keluarganya dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan menjalani pengobatannya.
Termasuk untuk kepatuhan pasien dalam minum obat setiap harinya dan pengaturan
dietnya.
Keluarga juga sangat memperhatikan perkembangan kondisi pasien dan
mendukung pasien dalam menjalani pengobatannya, hal tersebut terlihat dari menantu
Page 46
pasien yang selalu menyiapkan makanan untuk pasien, sehingga pasien tidak perlu
memasak dengan tungku api. Makanan pun disesuaikan dengan kondisi pasien. Menantu
pasien biasa membuatkan makanan rendah garam untuk pasien.
Menantu pasien juga mulai menemani pasien ketika dirumah, selain itu, cucu
pasien juga muali sering untuk menemani pasien untuk berbincang-bincang dan
menemani pasien, ketika sepulang sekolah. Keluarga pasien juga selalu menemani setiap
kali berobat. Keluarga pasien juga yang mengurus keperluan BPJS. Selain itu, tetangga
pasien juga sering berkunjung ke rumah pasien walaupun hanya untuk sekedar
berbincang-bincang.
4.4 Pemecahan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang telah kami jabarkan sebelumnya, kami
mengusulkan penyelesaian masalah sebagai berikut:
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya
Pasien dijelaskan bahwa PPOK merupakan penyakit kronis pada paru dan dapat
terjadi kekambuh. Menjelaskan pada pasien risiko pemicu kambuhnya PPOK pada pasien
ini adalah kebiasaan merokok, paparan terhadap debu dan asap, sirkulasi udara dalam
rumah yang kurang baik. KIE yang diberikan terkait ventilasi udara di rumah pasien perlu
dimaksimalkan penggunaannya, agar udara bersih dapat masuk dengan lebih efektif yaitu:
- Ventilasi yang tidak efektif tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman bagi
anggota keluarga, namun juga meningkatkan risiko kambuhnya penyakit
- Jendela-jendela kamar perlu lebih sering dibuka terutama pada pagi hari agar
sirkulasi udara berjalan dengan baik
- Bersamaan dengan itu perlu diperhatikan pula kebersihan ventilasi udara
(bebas dari kotoran pada kain kasa, sarang laba-laba, dll)
- Kebiasaan pasien untuk memasak mengunakan tungku api perlu untuk
dikurangi untuk sementara waktu, apa bila hal tersebut tidak memungkinkan,
diharapkan keluarga lebih memperhatikan pasien, sehingga ketika hendak
memasak, sekurang-kurangnya pasien diberikan masker untuk mencegah
terhirupnya asap tungku oleh pasien.
Memberikan informasi risiko perburukan yang kemungkinan terjadi pada pasien.
Menyarankan pasien untuk segera berkonsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat apabila
ada keluhan kesehatan yang muncul, sehingga komplikasi lain yang mungkin terjadi
dapat dicegah. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa untuk dapat
Page 47
mengendalikan penyakitnya, perlu kombinasi antara terapi gizi, medis, drainase postural,
dan intervensi farmakologis. Pasien sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar
dan jangan membiarkan diri bekerja sampai badan terlalu lelah.
2. Dukungan keluarga
Pasien disarankan untuk berkomunikasi secara rutin dengan keluarganya
mengenai kehidupan sehari-hari dan terutama perkembangan penyakitnya, dengan
demikian pasien mendapatkan dukungan emosional dari keluarga. Bila kondisi
pasien sudah membaik, sesekali keluarga juga dapat mengajak pasien keluar jalan-
jalan keluar untuk refreshing ataupun sembahyang bersama. Selain itu, diharapkan
keluarga juga lebih memperhatikan pasien, sehingga ia tidak merasa sendiri dan
tidak diinginkan oleh keluarga. Diharapkan dengan perhatian yang ada pasien
tidak sering keluar rumah sendiri untuk bekerja berat selama masa pemulihan
kondisinya.
3. Diet
Menjelaskan pada pasien bahwa pengaturan pola hidup juga berperan
penting dalam pengobatan yang pasien jalani. Dimana didalamnya termasuk juga
pola diet pasien. Dalam hal ini keluarga memiliki peran penting untuk
menyediakan makanan bergizi dengan jumlah, jenis dan cara pengolahan yang
sesuai untuk pasien.
Keluarga juga perlu menyesuaikan pengolahan makanan yang diberikan
untuk pasien. Contohnya untuk konsumsi protein seperti daging, bila pasien susah
mengkonsumsinya, maka dapat diolah menjadi betuk yang lebih lembut, seperti
dicincang atau disuir kecil-kecil. Bisa juga diganti dengan telur, ikan, ataupun
protein nabati seperti tahu dan tempe yang dapat lebih mudah dikonsumsi oleh
pasien yang telah lanjut usianya.
Diet yang sesuai yang teratur, berimbang dan beragam ini bertujuan untuk
mempertahankan kondisi optimal dari pasien sehingga tidak muncul infeksi atau
komplikasi dari penyakitnya.
Page 48
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, didapatkan hasil sebagai berikut:
Pasien perempuan, NWS, berumur 67 tahun, bertempat tinggal di Gang Sandat, No. 3,
Banjar Werdhi Kosala Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Pasien
terdiagnosa dengan PPOK Eksaserbasi Akut ec. Susp. Penumonia. Pasien dulunya
merupakan seorang petani dan peternak sapi, namun saat ini pasien sudah tidak lagi
bekerja. Pasien tinggal bersama dengan dua orang anak laki-lakinya, satu orang menantu,
dan 4 orang cucu.
Permasalahan yang masih menjadi kendala pasien antara lain, pasien masih
kurang perduli akan kesehatannya, pasien juga masih kurang paham akan penyakit yang
sedang ia alami, pengaturan jenis makanan dan cara pengolahannya sehari-hari, serta
lingkungan dari rumah pasien yang juga kurang mendukung bagi kondisi pasien.
Berdasarkan dari analisis yang dilakukan terhadap kondisi pasien saat ini, penulis
mengusulkan beberapa penyelesaian terhadap masalah pasien, yakni berupa edukasi
pasien serta keluarganya, mengenai penyakit pasien. Selain itu juga diberikannya edukasi
pada pasien tentang kontrol yang harus dilakukan terhadap kondisi kesehatan pasien,
serta dukungan kelurga yang diperlukan untuk kesehatan pasien. Diberikan juga edukasi
mengenai pola makan yang teratur dan juga cara pengelolahan makan yang sesuai untuk
pasien, serta cara untuk menyikapi lingkungan rumah pasien yang kurang mendukung
kondisi pasien.
Page 49
DAFTAR PUSTAKA
1 WHO. Ageing and Life Course. 2015. Available at
http://www.who.int/ageing/en/.
2 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Poket Guide To COP
Diagnosis, Managemeny and Prevetion (A Guide for Health Care Professionals)
2017 Report.
3 NICE.Chronic Obstructibe Pulmonary Disease in Over 16s: Diagnosis and
Management.2010.nice.org.uk/guidance/cg101.
4 Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata. Update Knowledge in
Respirology (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). Divisi Respirologi dan Kritis
Respirasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin-FK Unpad. Ina
J Chest Crit and Emerg Med. Vol 1, no.2 .2014
5 Fadhil el Naser, Irvan Medison, Erly. Gambaran Derajat Merokok pada penderita
PPOK di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil.Jurnal Kesehatan Andalas.2016;5(2).
http;//jurnal.fk.unand.ac.id
6 PDPI.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia).Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2003
7 Sudoyo AW , Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam 5th
ed. Jakarta Interna Publishing:2010; p 757-767.
8 Mahler DA (2006). "Mechanisms and measurement of dyspnea in chronic
obstructive pulmonary disease". Proceedings of the American Thoracic
Society 3 (3): 234–8.doi:10.1513/pats.200509-103SF. PMID 16636091
9 Buist Sonia, et. All. Global Stategy for the Diagnosis, Management, and
Prevention of COPD. In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop
Summary : 2006
10 Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book"
(PDF). Retrieved 2008-06-06
Page 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Rumah Pasien
Gang
Kamar
Toilet
Gudang
Ruang Keluarga
Tempat
Menjemr
Pakaian
Kamar
Kamar
Pura
Kamar
Pasien
Dapur