PROSES PRODUKSI DAN PEMBUATAN BENIH SAYURANKOMODITAS MENTIMUN
(Cucumis sativus L)
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
1. Eko Hariyadi Cahyono(H0711038)
2. Lucky Mirsadiq
(H0711055)
3. Nugroho Danu Waskito(H0711072)
4. Nur Fadhilah
(H0711075)
5. Nurma Saraswati(H0711077)
6. Reny Septyaningrum(H0711087)
7. Rhian Pambudi
(H0711088)
8. Robi Abraham
(H0711092)
9. Syaikhudin
(H0711101)
10. Tiara Pradani
(H0711104)
AT-BPROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA
2013BAB I
PENDAHULUANA. Latar BelakangDi Indonesia yang wilayahnya
mempunyai tipe iklim tropik, hampir semua jenis tanaman
hortikultura dapat dikembangkan setiap saat. Pengembangan berbagai
jenis atau varietas mentimun hibrida maupun non hibrida, dapat
mendukung penganekaragaman (diversifikasi) produk mentimun, baik
untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri.Dalam budidaya
komoditas timun akan dimulai dengan hal yang sangat mendasar yaitu
benih. Benih merupakan bagian tanaman yang diperuntukan untuk
perbanyakan. Benih dihasilkan tanaman secara generatif maupun
secara vegetatif. Dalam budidaya timun benih dihasilkan secara
generatif yaitu dihasilkan oleh buah. Biji yang digunakan sebagai
benih berasal dari buah yang telah matang secara fisiologi. Buah
timun yang matang secara morfologi bila bijinya di tanaman tidak
akan bisa berkecambah karena biji tersebut belum menghasilkan
embrio. Untuk itu perlu pengetahuan mengenai produksi benih untuk
tanaman timun agar didapat benih yang memiliki daya kecambah dan
tumbuh baik. Produksi benih sangat dibutuhkan dalam pembudidayaan
tanaman yang dibutuhkan oleh petani. Tujuan mengetahui produksi
benih adalah untuk mengetahui proses teknologi benih tanaman timun,
mulai dari proses panen, proses pengeringan, perlakuan benih sampai
dengan pengemasan benih mentimun ini. Timun sangat prospektif
dibudidayakan dalam pananaman karena memiliki karakteristik yang
mudah ditanam dan banyak dibutuhkan oleh konsumen.B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana cara teknologi produksi benih sayuran mentimun?
2. Bagaimana cara budidaya produksi benih mentimun ?
3. Bagaimana cara panen benih sayuran mentimun?
4. Bagaimana cara pengeringan benih sayuran mentimun?
5. Bagaimana cara prosesing benih sayuran mentimun?
6. Bagaimana cara pengemasan benih sayuran mentimun?
7. Bagaimana proses sertifikasi benih sayuran mentimun?
C. Tujuan
1. Mengetahui teknologi produksi benih sayuran mentimun.
2. Mengetahui budidaya produksi benih mentimun.
3. Mengetahui panen benih sayuran mentimun.
4. Mengetahui pengeringan benih sayuran mentimun.
5. Mengetahui prosesing benih sayuran mentimun.
6. Mengetahui pengemasan benih sayuran mentimun.
7. Mengetahui sertifikasi benih sayuran mentimun.
D. Sejarah timun
Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga
labu-labuan yang sudah populer di seluruh dunia. Menurut
sejarahnya, tanaman mentimun berasal dari benua Asia. Beberapa
sumber literatu rmenyebutkan daerah asal tanaman mentimun adalah
Asia Utara, tetapi sebagian lagi menduga berasal dari Asia Selatan.
Para ahli tanaman memastikan daerah asa ltanaman mentimun adalah
India, tepatnya di lereng gunung Himalaya. Di kawasan ini
diketemukan jenis mentimun liar yaitu Cucumis hardwichii Royle yang
jumlah kromosomnya tujuh pasang (n = 14). Padahal jumlah kromosom
mentimun pada umumnya adalah 2n = 2x = 24. Sumber genetik (plasma
nuftah) mentimun yang lain diketemukan para ahli tanaman terdapat
di Afrika Selatan. Dari kawasan India dan Afrika Selatan,
pembudidayaan mentimun kemudian meluas kewilayah Mediteran.
Mentimun merupakan tanaman herba setahun yang batangnya tumbuh
menjala ratau merambat, berbulu halus dan berwarna hijau. Daunnya
berwarna hijau, kasar, berjari tiga hingga tujuh. Bunganya
merupakan bunga tunggal berbentuk lonceng dengan warna kuning.
Buahnya secara umum bulat memanjang. Untuk mentimun local buahnya
agak bulat dan berwarna hijau pucat dan kuning setelah tua
(Annonymous 2011). Mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti
timun (Jawa), bonteng (jawa barat), temon atau antemon (Madura),
ktimun atau antimun (Bali), hantimun (lampung) dan Timon (Aceh).E.
Klasifikasi mentimun Cucumis sativus LKingdom: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis
Species
: Cucumis sativus L
F. Syarat Tumbuh
Ketimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah
atau di rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang
terus menerus. Pertumbuhan nyamemerlukan kelembaban udara yang
tinggi, tanah subur yang gembur dan mendapat sinar matahari penuh
dengan drainage yang baik. Ketimun sebaiknya dirambatkan
kepara-para dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai 1.300 m dpl.
Tanaman ini diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India
Utara
1. Iklim
a. Ketinggian tempat : 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut
b. Curah hujan tahunan : 800 mm - 1.000 mm/tahun
c. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 5 bulan - 7 bulan
d. Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) : 4 bulan - 6 bulan
e. Suhu udara : 170 C - 230 C
f. Kelembapan : sedang
g. Penyinaran : sedang - tinggi
2. Tanah
a. Tekstur : lempung
b. Drainase : baik
c. Kedalaman air tanah : 50 cm - 200 cm dari permukaan tanah
d. Kedalaman perakaran : di atas 15 cm dari permukaan tanah
e. Kemasaman (pH) : 5,5 - 6,8
f. Kesuburan : tinggi
(Rukmana. 1995)
G. Teknologi Produksi Komoditas
Perlakuan yang Diterapkan Komoditas menurut ashari, 1995
teknologi produksi mentimun yang diterapkan meliputi :
a. Persiapan Lahan
Tanah diolah dengan dibajak atau dicangkul untuk membuat guludan
dengan tinggi antara 40-50 cm, lebar 60 cm, jarak antar guludan 40
cm. Biarkan tanah kering selama minimal 1 minggu. Rapikan guludan
sambil memperbaiki saluran air diantara guludan. Pemakaian mulsa
plastik disarankan untuk mendapat hasil yang lebih baik. Pupuk
dasar diberikan pada saat penanaman biji mentimun, yaitu SP-36, NPK
dan ZA. Dengan membuat lubang memakai tugal, lubangnya didekat biji
mentimun yang ditanam.
b. Penanaman
1. Pembuatan lubang tanam dua baris atau double rows 60 x 30 cm,
masukkan biji mentimun dalam lubang dengan jumlah biji 3 biji
perlubang sedangkan lubang pupuk dapat ditugal 5 cm disamping
lubang tanam.
2. Benih ditanam sedalam 1 cm, 3 benih perlubang tanam.
3. Benih ditutup dengan abu jerami pada musim kemarau dan pada
musim hujan dengan abu ditambah pupuk kandang.
4. Penyulaman dilakukan secepatnya agar pertumbuhan tanaman
seragam.
c. Pemeliharaan tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Selama 2 (dua) minggu setelah ditanam, mentimun harus harus
diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara
abnormal.Bibit yang mati harus segera disulam.Cara menyulam adalah
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang
baru.Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada
saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak
terlalu panas.Biji mentimun untuk penyulaman sebelumnya
dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis 10 gr per tanaman atau 1
sendok teh untuk aplikasi pertama pada umur 12 hst. Sedangkan
aplikasi kedua dan ketiga dengan dosis 20 gr pertanaman atau 1
sendok makan pada umur 25 dan 45 hst. Pupuk diletakkan pada jarak
10 20 cm dari tanaman.
3. PengairanPengairan diberikan setiap selesai pemupukan.
Sedangkan pengairan rutin diberikan dengan melihat kondisi tanah di
bawah mulsa.Pada musim hujan, yang harus diperhatikan adalah
drainase yang harus terbuka untuk membuang air dari dalam areal
tanaman.
4. Pemasangan lanjaran atau pengajiran
Pemasangan lanjaran bisa dilakukan atau dipasang tanaman belum
transplanting atau dipasang setelah 2 minggu tanam. Pengajiran
bertujuan untuk tanaman agar tumbuh tegak ke atas dan memperoleh
sinar matahari secara optimal.Selain itu ajir juga berfungsi untuk
merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang
buah.Pengajiran dilakukan seawal mungkin ( 5 hari setelah tanam)
agar tidak mengganggu dan merusak perakaran tanama.Tinggi ajir 2
meter.cara pengajiran yaitu: mengikat batang tanaman (di bawah daun
pertama), melilitkan tali kasur pada batang tanaman.
5. Pembumbunan
Pembumbunan adalah penimbunan tanah dipangkal rumpun tanaman
sehingga menutup rimpang yang mungkin muncul dipermukaan
tanah.Dengan demikain, pembumbunan juag berarti memperluas wilayah
tumbuh akar dan rimpang, sehingga daya tembus akar dan pembesaran
rimpang menjadi makin leluasa.Dengan pembumbunan, partikel tanah
yang besar dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil.Kegiatan pembumbunan dalam budi daya tanaman bisa dilakukan
bersama-sama dengan penyiangan.Saat dilakukan penyiangan,
tanah-tanah disepanjang barisan tanaman ditimbunkan dipangkal
rumpun tanaman. Cara ini sekaligus juga menciptakan parit-parit di
atas bedengan yang akan semakin melancarkan drainase. Tanah yang
tergenangi air dan terlalu lembab bisa memicu serangan penyakit
sehingga tanaman mudah membusuk.Umunya kegiatan pembumbunan sampai
panen tiba dilakukan sebanyak tiga kali. Namun, ditanah yang ringan
kegiatan ini harus dilakukan agak sering, terutama setelah turun
hujan yang bisa mengikis tanah dipangkal tanaman
6. Pewiwilan dan Pengikatan
Wiwil adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh di ruas
ke 3 atau 4. Dampak positif dari wiwil ini adalah mempercepat
pertumbuahan tanaman ke atas disamping untuk merangsang pertumbuhan
tunas-tunas baru, Sedangkan fungsi ikat adalah agar tanaman dapat
menjalar ke atas, sehingga tanaman dapat tumbuh tegak. Dengan ikat
akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan dan panen.
7. Penyiangan.
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma.8. Panen dan
Pasca Panen
Timun mercedes dapat dipanen setelah tanaman berumur 38 40 hari
sejak tanam. Buah yang dipanen berukuran panjang sekitar 18 20 cm
dengan berat antara 80- 120 g. Buah yang berbentuk lurus
berdiameter 1,5 2,5 cm dengan berat 20 g adalah buah kualitas
super. Saat panen yang baik adalah pagi hari antara pukul
06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00.
(Rukmana. 1995)
BAB IIPEMBAHASANA. Budidaya produksi benih
Budidaya untuk produksi benih timun hampir sama seperti budidaya
untuk konsumsi, kecuali ada perlakuan isolasi jarak dan seleksi
(roguing) untuk menjaga kemurnian genetik benih yang dihasilkan.
Tanaman timun termasuk tanaman yang menyerbuk silang (cross
pollinated) dengan perantara serangga. Isolasi jarak yang digunakan
sekitar 1000 m. Seleksi tanaman dilakukan pada fase pertumbuhan
vegetatif, fase berbunga, dan fase berbuah, meliputi : keseragaman
pertumbuhan, bentuk daun, warna bunga, bentuk buah dan lain-lain
(Rinda Kirana, Redy Gaswanto, dan Iteu M. Hidayat. 2012.).B. Waktu
panen untuk benih
Saat panen yang tepat dapat memaksimumkan hasil dan mutu benih.
Mutu benih mencapai maksimum pada saat masak fisiologis yang
dicirikan oleh vigor dan bobot kering benih yang maksimum. Benih
yang telah masak lebih mudah dipanen dan dibersihkan dengan
kehilangan hasil yang minimal. Panen sebelum benih masak dimana
kadar air benih masih tinggi dapat menyulitkan terutama dalam
perontokan dan pembersihan, sedangkan setelah lewat masak mutu
benih dapat berkurang karena pengaruh cuaca buruk, rebah, dan
rontoknya benih.Waktu panen buah untuk benih timun sekitar 130 hari
setelah semai untuk tanaman yang ditumbuhkan di dataran tinggi
dengan ciri buah telah berwarna hijau. Buah timun dipanen dengan
cara dipetik.C. Proses pengeringan benih
Benih sayuran dikelompokkan menjadi dua grup sesuai dengan
kondisi benih saat panen, yaitu: (1) benih kering (dry seeds),
dipanen setelah kering di tanaman seperti pada buncis, okra, onion,
selada, wortel, jagung manis; dan (2) benih dari buah basah (seeds
of fleshy fruits). Ada dua tipe benih dari buah basah: a) berlendir
(mucilaginous layer) pada tomat, mentimun, dan (b) tidak berlendir
pada cabai, terong. Untuk grup dry seeds, pengeringan dilakukan di
bawah matahari, dirontok secara manual, kemudian dibersihkan.
Ekstraksi benih dari buah basah (misalnya tomat) dilakukan dengan
cara fermentasi 1-2 hari pada suhu 22-270C.
Pengeringan benih sampai kadar air aman segera setelah panen
untuk mencegah perkecambahan, dan mempertahankan viabilitas dan
vigor benih selama penyimpanan; jika tidak deteriorasi akan terjadi
secara cepat karena pertumbuhan/ aktivitas mikroba, dan
pemanasan.
Pengeringan benih dapat dilakukan secara alami dengan penjemuran
di bawah matahari, atau secara buatan dengan drying box. Apabila
kadar air benih ketika dipanen > 20% maka suhu pengeringan
maksimum 300C, kemudian suhu dinaikkan sampai kisaran 35-400C.
Pengeringan dilakukan sampai kadar air benih turun menjadi 8 %.D.
Prosesing benih
Biji timun diselimuti gelatin yang mengandung zat inhibitor,
sehingga biji mengalami dormansi. Prosesing benih timun dilakukan
dengan cara mengekstraksi buah, kemudian difermentasi 2 hari supaya
gelatin terpisah dari biji, dan dicuci bersih. Biji timun kemudian
dibungkus kertas dan dikeringkan. Dari satu buah timun rata-rata
dapat dihasilkan sekitar 75 biji.Mutu benih ditingkatkan melalui
pengolahan (seed processing) dengan dua cara: (1) pemisahan benih
(separation) dari biji tanaman lain, biji gulma, dan bahan inert,
(2) peningkatan mutu (upgrading) atau eliminasi benih bermutu
rendah. Tujuan utama pengolahan benih adalah untuk memperoleh
persentase maksimum benih murni dengan daya berkecambah
maksimum.
Benih dapat dipisahkan secara mekanis hanya jika berbeda dalam
karakteristik fisik, antara lain: ukuran, panjang, lebar,
ketebalan, bentuk, berat (specific gravity), tekstur permukaan,
warna. Pencampuran mekanis selama panen, pengeringan, dan prosesing
harus dihindari. E. Pengemasan benih
Benih harus dikemas dan diberi label sebelum disimpan. Bahan
kemasan (packaging material) merupakan faktor utama yang mengatur
kadar air benih dalam penyimpanan. Aluminium foil adalah kemasan
benih terbaik dibandingkan plastik atau kertas. Kadar air benih
berkesetimbangan (equilibrium) dengan kelembapan (RH) udara
sekitar. Kadar air benih dalam penyimpanan dapat lebih tinggi atau
lebih rendah tergantung pada RH dan permeabilitas bahan kemasan
terhadap air.
Selama penyimpanan, benih mengalami penurunan mutu (deteriorasi)
yang disebabkan oleh RH dan suhu tinggi (abiotik), aktivitas
mikroba (cendawan, bakteri), insek, kutu, tikus (biotik). Dua
faktor terpenting yang mempengaruhi periode hidup benih adalah
kadar air benih (efek dari RH) dan suhu. Pada umumnya benih
kehilangan viabilitas secara cepat pada RH mendekati 80% dan suhu
25-300C, tetapi dapat bertahan lebih dari 10 tahun pada RH < 50%
dan suhu < 50C.
Dalam Harringtons rules of thumb (1973), dinyatakan, periode
hidup benih menjadi dua kali lipat atau setengahnya setiap
penurunan atau peningkatan kadar air 1%. Untuk menurunkan RH atau
membuat ruang simpan menjadi kering, dapat digunakan desikan,
antara lain silica gel, CaCl (dapat diaktifkan kembali dengan
pemanasan), kapur tohor, abu gosok, arang.
Selain RH ruang simpan atau kadar air benih, suhu ruang simpan
juga berpengaruh terhadap viabilitas benih. Menurut Harrington,
periode hidup benih menjadi dua kali lipat atau setengahnya setiap
penurunan atau peningkatan suhu 5.60C. Ruang penyimpanan selain
harus kering dan sejuk, juga harus bersih, serta didesinfektan dan
difumigasi bilamana diperlukan.
F. Sertifikasi BenihBenih yang akan dilepas menjadi suatu
varietas baru harus melalui pengujian oleh Kantor Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) sesuai dengan Panduan Pengujian
Individual (PPI) yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian
Indonesia. Sesuai PPI, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
proses sertifikasi adalah :1) Bahan yang dibutuhkana) Kantor Pusat
PVT memutuskan kapan, dimana dan pada kondisi kualitas apa dan
kuantitas berapa materi tanaman harus diserahkan untuk pengujian
varietas. Jumlah minimum materi tanaman atau benih yang dianjurkan
adalah :
Varietas dengan perbanyakan benih: 20 gram benih
Bahan tanaman yang diberikan harus sehat, tidak menurun
vigornya, atau diserang oleh hama atau penyakit penting. Kualitas
benih yang dikirim tidak boleh di bawah standar sertifikasi benih
atau pemasaran, khususnya kemampuan perkecambahan dan kadar
air.
b) Benih tidak boleh diberi suatu perlakuan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhannya, kecuali diizinkan atau diminta oleh
pemeriksa PVT. Jika benih telah mendapat suatu perlakuan, maka
perlakuan yang diberikan harus dijelaskan secara rinci.2)
Pelaksanaan Pengujiana) Lamanya waktu pengujian minimum 2 (dua)
siklus pertumbuhan.
b) Pengujian biasanya dilaksanakan pada satu tempat yang
ditentukan oleh Kantor Pusat PVT. Jika karakter penting tidak dapat
terlihat pada tempat itu, maka pelaksanaan pengujian dilakukan pada
tempat lain.
c) Pelaksanaan pengujian harus dilakukan pada kondisi yang dapat
menjamin spesies tersebut tumbuh dengan normal. Petak berukuran
cukup sehingga memungkinkan beberapa tanaman atau bagian-bagian
tanaman untuk dipindahkan untuk pengamatan dan pengukuran selama
periode tumbuh tanpa mengganggu penilaian diakhir pengamatan.
Tanaman yang digunakan untuk penilaian minimal 20 tanaman. Tanaman
dalam petak petak yang terpisah dapat diamati dan diukur hanya jika
ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang sama.
d) Penilaian lain sebagai tambahan untuk maksud-maksud tertentu
dapat dilaksanakan.3) Metode dan Pengamatana) Semua tanaman yang
disebutkan pada Bab III harus digunakan untuk pengujian
keseragaman. Ditetapkan standar populasi 1%, dengan peluang
diterima paling sedikit 95%. Dalam kasus ukuran contoh, untuk
populasi sebanyak 20 tanaman maka jumlah maksimum tanaman tipe
simpang yang diperbolehkan adalah 1 (satu) tanaman.
b) Semua pengamatan ditentukan dengan pengukuran atau
penghitungan terhadap 20 tanaman atau bagian-bagian dari 20 tanaman
tersebut.
c) Semua pengamatan pada daun harus dilakukan pada perkembangan
daun penuh sejak buku ke-15.
d) Kecuali ada ketentuan lain, semua pengamatan pada buah, jika
memungkinkan, dilakukan pada buah di batang utama saat stadium
dipasarkan dan sebelum masak fisiologis.
e) Semua pengamatan pada buah muda dilakukan setelah
pembungaan.
f) Jika karakteristik ketahanan digunakan untuk penilaian
keunikan, keseragaman dan kestabilan, maka pencatatan harus
dilakukan pada 20 tanaman dalam kondisi infeksi yang
terkendali.
4) Pengelompokan Varietasa) Koleksi varietas yang akan
dikembangkan harus dibagi dalam kelompok untuk memudahkan penilaian
keunikan. Karakteristik yang sesuai untuk tujuan pengelompokan
adalah karakteristik berdasarkan pengalaman tidak beragam atau
hanya sedikit berbeda dari varietas. Berbagai penampilan yang
berbeda harus tersebar secara merata pada seluruh koleksi
varietas.
b) Direkomendasikan penggunaan karakter untuk pengelompokan
varietas sebagai berikut:
i. Tanaman : Jenis kelamin (karakteristik 12)
ii. Buah muda: Warna duri (karakteristik 16)
iii. Partenokarpi (karakteristik 18)
iv. Buah : Panjang (karakteristik 19)
v. Buah : Warna dasar kulit pada tahap siap jual (karakteristik
26)
vi. Kotiledon: Rasa pahit (karakteristik 42)
5) Karakteristik dan Simbola) Untuk menilai keunikan,
keseragaman dan kestabilan, didasarkan pada daftar karakteristik
yang disajikan dalam PPI.
b) Notasi (1 - 9), untuk tujuan proses data elektronik,
diberikan disamping sifat-sifat untuk karakteristik yang berbeda.c)
Legenda:
*) Karakteristik yang selalu harus digunakan dalam
pengujian-pengujian terhadap semua varietas pada setiap periode
tumbuh dan harus selalu diikutsertakan dalam mendeskripsi varietas,
kecuali bila status penampilan sebelumnya atau kondisi lingkungan
setempat tidak memungkinkan untuk digunakan.Setelah mengetahui
karakteristik dan simbol dari varietas yang diuji, maka akan
diputuskan apakah benih mentimun tersebut lolos sertifikasi dan
siap diedarkan di pasaran atau tidak. BAB III
PENUTUPA. Kesimpulan
1. Indonesia memiliki tipe iklim tropik, sehingga banyak produk
hortikultura yang dapat ditanam atau dikembangkan dengan mudah
2. Salah satu contoh produk hortikultura adalah timun, selain
mudah dikembangkan di Indonesia, prospek atau minat konsumen
terhadap sayuran ini sangat tinggi, Untuk itu perlu pengetahuan
mengenai produksi benih untuk tanaman timun agar didapat benih yang
memiliki daya kecambah dan tumbuh baik.
3. Budidaya untuk produksi timun memerlukan perlakuan isolasi
jarak dan seleksi (rouging)
4. Saat panen buah untuk benih timun sekitar 130 hari setelah
semai (masak fisiologis)
5. Dilakukan pengeringan pada benih timun agar kadar air aman
segera setelah panen untuk mencegah perkecambahan, dan
mempertahankan viabilitas dan vigor benih selama penyimpanan
6. Dilakukan prosesing benih untuk menghilangkan gelatin yang
menyebabkan benih mengalami dormansi
B. Saran
Untuk menciptakan benih timun yang baik dan unggul harus
melewati beberapa persyaratan dan perlakuan benih.
DAFTAR PUSTAKAAnnonymous 2011. Mentimun Peluang Budidaya dan
Manfaat. http://rierevolution.wordpress.com. Diakses pada 10
September 2013.
Anonymous 2011. Mentimun. http://hulurawa.webs.com. Diakses pada
10 September 2013.Departemen Pertanian Republik Indonesia (Pusat
Perlindungan Varietas Tanaman) 2007. Panduan Pengujian Individual
Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Mentimun (Cucumis
sativus L). PVT/PPI/22/1Ilyas S 2009. Teknologi Produksi Benih
Sayuran. Departemen Agronomi & Hortikultura, Fakultas Pertanian
IPB. Bogor.Rinda K, Redy G, dan Iteu M H 2012. Produksi benih
timun. http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada 10
September 2013.
Rukmana R 1995. Budidaya Mentimun. Kanisius. Yogyakarta.