27 MPA 304 / Januari 2012 Siapa bilang pondok pesantren identik dengan kesan kumuh? PP. Ja- wahirul Hikmah III Tulungagung jauh dari hal demikian. Pesantren yang berada di dusun Tumpuk - Besuki ini berparonamakan alam yang rindang, bersih, asri dan menyejukkan. Di se- belah selatan pondok terdapat per- kebunan pohon Jati. Pesantren ini juga dikelilingi kolam yang berisi ber- bagai jenis ikan. Ribuan pohon jati yang meng- itari area pondok yang terletak di dae- rah pegunungan ini adalah milik pe- santren. Sebab pada awal pendirian pontren asuhan KH. Mochammad Zaki tersebut, memang berawal dari usaha gergaji marmer. Lantas dikem- bangkan dengan usaha perkebunan jati. Kesuksesan itulah yang mema- cunya untuk mendirikan sebuah pon- dok pesantren. Keberadaan pohon jati tersebut juga dimanfaatkan sebagai sarana bagi proses pembelajaran para santri. Dengan melakukan proses belajar-meng- ajar di bawah rindang- nya pohon jati, para santri bisa merasakan pembelajaran dengan tenang dan nyaman. Sejauh mata me- mandang, suasana pondok benar-benar terasa sangat sejuk, natural dan menye- nangkan. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mempe- sona. Apalagi di sega- la penjuru pesantren tak terlihat seonggok sampah pun. Keada- annya benar-benar tampak bersih dan sa- ngat asri. Dengan lahan yang cukup luas – yakni sekitar 6,5 Ha, pondok pesantren yang terletak di sebu- ah lereng bukit ini, begitu leluasa me- ngembangkan usaha perkebunan- nya. Termasuk pula usaha peternakan dan perikanan. Disamping para santri sibuk belajar, mereka juga dilibatkan untuk bersama-sama mengembang- kan sisi perekonomian. “Dengan eko- nomi yang mapan, akan mempermu- dah mereka untuk menuntut ilmu dan beribadah,” tukas H. Faruq Jamaludin Malik. “Ini juga menjadi bekal mereka untuk bisa hidup mandiri di masa de- pan,” tutur kepala pondok ini menam- bahkan. Pondok pesantren yang berdiri pada tahun 1994 ini, memang meng- utamakan pola pendidikan santri de- ngan sistem out door; yakni sistem pembelajaran yang sering berada di luar kelas untuk semua mata pelajaran – tentunya di bawah bimbingan guru. Para santri diajak untuk mempelajari ayat-ayat kauniyah. Mereka diajak berjalan-jalan di sekeliling pondok untuk melihat realitas. “Dengan pola pendidikan semacam ini, para santri akan merasakan paduan antara teori dan praktek,” terangnya. “Disamping itu.. agar para santri menjadi tidak bo- san belajar, karena pelajaran yang di- berikan bisa lebih mudah dipahami dan dihafal,” tambahnya. Dalam proses belajar-mengajar tersebut, mereka menggunakan ba- hasa Arab dan Inggris. Kedua bahasa tersebut bahkan dipergunakan untuk komunikasi sehari-hari. Baik oleh para ustadz/ustadzah, para pengurus dan seluruh santri. Untuk percakapan ba- hasa Arab, digunakan pada setiap hari Kamis dan Jum’at. Sedangkan untuk hari-hari lainnya, percakapan mereka mempergunakan bahasa Inggris. “Ji- ka ada ustadz yang belum mampu ber- bahasa asing, maka dilakukan pen- dampingan oleh asisten lain yang mampu,” jelasnya. Pontren Jawahirul Hikmah III kini memiliki santri mukim sejumlah 400 anak. Sedangkan santri yang tidak mukim bisa mencapai hitungan 2500 santri. Untuk santri mukim, semuanya mengikuti sekolah formal di pon- dok. Sepulang dari se- kolah, mereka harus mengikuti pendidikan Diniyah pada sore dan malam hari. Dan sete- lah Shubuh, para san- tri juga diwajibkan un- tuk memperdalam al- Qur’an. Adapun santri yang tidak mukim atau santri kalong, mereka terdiri dari para wali santri dan para pendu- duk di sekitar pondok. Karena banyaknya jumlah santri, sistem pembelajarannya diba- gi perwilayah. Setiap wilayah ada koordina- tornya dan memiliki bentuk kepengurusan PP. Jawahirul Hikmah III Tulungagung Berawal dari Usaha Gergaji Marmer PP. Jawahirul Hikmah III Tulungagung tampak dari atas (foto bawah)