Top Banner
POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU OKA ANDRIANSYAH RITA MUSTIKASARI
61

POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

Mar 24, 2016

Download

Documents

POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

POTRET KONDISI

MASYARAKAT DAN AKTIVITAS

EKONOMI DI DAS AIR

BENGKULU

OKA ANDRIANSYAH

RITA MUSTIKASARI

Page 2: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

Publikasi ini merupakan pembelajaran dari proyek program peningkatan kapasitas

diri bagi Telapak dan mitranya.

MoU: 313-2009-527-CN antara Telapak dan Both ENDS, Belanda.

Both ENDS menerima dana dari DGIS/PSO – asosiasi organisasi pembangunan

Belanda untuk menguatkan Kelompok Masyarakat Sipil dalam

mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi (NA). Ini merupakan sebuah usaha

dalam proses pembuatan kebijakan yang bertujuan menguatkan aktor lokal yang

mampu terlibat penuh dalam semua tingkatan pembuatan kebijakan.

Email: [email protected]

Website: www.bothends.org

Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB)

Website: http://www.ulayat.or.id

Telapak

Email: [email protected]

Website: www.telapak.org

www.air.telapak.org

Juli 2011

Page 3: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

AKRONIM AA (Activity Analysis): Analisa Kegiatan

CDP IWRM NA (Telapak’s Capacity Development Project for Negotiated Approach

to Integrated Water Resources Management): Proyek Pembangunan Kapasitas

untuk Pendekatan Negosiasi atas Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Telapak

Forum DAS WALMAS: Forum Daerah Aliran Sungai Walenrang-Lamasi

GP3A: Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air

PSDAT: Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

KDL: Komite DAS Lamasi

LA (Livelihood Analysis): Analisa Strategi Nafkah

PBS: Perkumpulan Bumi Sawerigading

PERDA: Peraturan Daerah

PSDA Kabupaten: Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten

PUSTU: Puskesmas Pembantu

P3A: Perkumpulan Petani Pengguna Air

Page 4: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

UCAPAN TERIMA KASIH Publikasi ini kami terbitkan sebagai pembelajaran bersama atas pengelolaan

suatu daerah aliran sungai, utamanya DAS Air Bengkulu.

Pengumpulan data Analisa Nafkah Hidup (livelihood) dan Analisa Aktivitas

Ekonomi dilakukan intensif sepanjang Sungai Air Bengkulu.

Penentuan kelompok rentan yaitu kelompok pengguna air yang sepenuhnya

tergantung atas keberadaan sungai, dan aktivitas ekonomi kritis yaitu

kegiatan-kegiatan industri dan pertanian yang pada umumnya yang memberi

dampak langsung (umumnya negatif) atas sungai.

Penulis berharap semakin banyak mitra dan masyarakat luas yang tertarik

dan terlibat penuh dalam pengelolaan air, dan lebih jauh lagi mengambil

peran aktif dalam setiap tahapan manajemen (pembuatan perencanaan,

implementasi dan monitoring-evaluasi) dan mampu menegosiasikan

kepentingannya hingga mempengaruhi pembuatan kebijakan.

Terimakasih kepada teman-teman di Telapak, PBS dan YUB. Mari kita

bersama-sama menggunakan serial publikasi ini untuk mengembangkan

dengan lebih baik pengetahuan tentang Daerah Aliran Sungai di wilayah kita

masing-masing dan mendukung para pengguna air dalam menegosiasikan

kepentingan mereka untuk pendekatan yang seimbang antara pengurangan

kemiskinan, penggunaan air secara berkelanjutan dan pembangunan

ekonomi.

Penulis

Page 5: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

5

KATA PENGANTAR ULAYAT Ulayat sebelumnya telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan air di DAS

Manjunto. Seperti halnya dengan kebanyakan NGO di Indonesia,

pengelolaan sumberdaya air sebelum ini tidak menjadi isu utama namun

dikaitkan dengan advokasi pengelolaan sumber daya alam dan inisiatif

pengelolaan DAS merupakan kegiatan yang menyertai kampanye anti

penebangan liar dan ekspansi perkebunan besar kelapa sawit. Ulayat

kemudian terus memperkuat kapasitas dalam hal dan menjadi pemimpin

dalam advokasi pengelolaan sumberdaya air terpadu.

Dalam tiga tahun terakhir Ulayat membangun kerja-kerja di ekosistem DAS

Air Bengkulu. Mengapa DAS Air Bengkulu, karena Ulayat cukup percaya diri

untuk mendorong terwujudnya pengelolaan sungai yang baik di DAS ini,

yang meskipun merupakan DAS kecil dan bukan prioritas nasional, namun

memiliki persoalan yang langsung bersinggungan dengan hajat hidup

masyarakat termawuk warga ibukota propinsi, dan Ulayat memiliki jaringan

yang kuat dibuat dengan LSM, media (Ulayat adalah salah satu pendiri

stasiun TV) dan pemerintah.

Agar keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya air bisa

berjalan efektif, maka hal penting yang dibutuhkan adalah mempersiapkan

kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam memberikan argumen dan

masukan yang konstruktif, dalam proses-proses bernegosiasi dengan para

pengambil kebijakan. Sejalan dengan itu, kami menyambut baik terbitnya

serial buku Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi. Semoga

rangkaian serial publikasi ini dapat memberikan manfaat sebagai panduan

bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi kelompok masyarakat

sipil untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan

pengelolaan sumber daya air di Indonesia yang lebih baik dan adil.

Dickson Aritonang

Ketua Badan Pembina

Yayasan Ulayat Bengkulu

Page 6: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

6

PENGANTAR Masyarakat sebagai pemegang hak (right holder), seperti yang dimandatkan

di dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945, akan dijamin oleh negara untuk

mendapatkan air bagi pemenenuhan kebutuhan pokok di dalam

kehidupannya sehari-hari. Agar dapat terselenggara dengan baik, maka

Undang-Undang no 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengatur

pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan melibatkan peran

masyarakat. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk memastikan

keterlibatan masyarakat dan organisasinya dalam perencanaan maupun

pelaksanaan pengelolaan sumber daya air di Indonesia.

Di tataran praktek pada kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan

masyarakat yang secara aktif dan arif menjaga dan memanfaatkan sumber

daya air untuk pemenuhaan kebutuhan atas air. Dengan fakta seperti ini,

sudah seharusnya pemerintah memberikan pengakuan atas upaya mereka

dalam mengelola sumber daya air dan menyediakan ruang seluas-luasnya

agar terlibat dalam penentuan kebijakan pengelolan sumber daya air karena

menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka.

Agar keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya air bisa

berjalan efektif, maka hal penting yang dibutuhkan adalah mempersiapkan

kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam memberikan argumen dan

masukan yang konstruktif, dalam proses-proses bernegosiasi dengan para

pengambil kebijakan. Sejalan dengan itu, kami menyambut baik terbitnya

buku ini. Serial buku terkait air adalah Analisa Nafkah Hidup dan Analisa

Aktivitas Ekonomi (AL&AA)1.

Telapak berharap pemerintah akan memastikan ruang bagi masyarakat

untuk berkontribusi dan berperan serta di dalam proses-proses penentuan

kebijakan dan intervensi pengelolaan sumber daya air. Semoga publikasi ini

dapat memberikan manfaat sebagai panduan bagi para pemangku

kepentingan, khususnya bagi kelompok masyarakat sipil untuk mendorong

keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya

air di Indonesia yang lebih baik dan adil. Karena air adalah hak asasi setiap

warga negara di Indonesia.

Bob Purba,

Badan Pengurus Telapak, Indonesia

Anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional

1 Serial publikasi CDP IWRM NA terdiri dari:

1. Persepsi Pengguna Air, Sebuah Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi dalam Pendekatan

Negosiasi menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.

2. Hasil Uji Coba Penerapan Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi di DAS Lamasi.

3. Analisis Permasalahan DAS Lamasi

4. Gambaran Umum Permasalahan Pengelolaan Air di DAS Air Bengkulu

Page 7: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

7

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 9

I. ANALISIS LIVELIHOOD ............................................................................................ 9

Penentuan kelompok rentan (vulnarable groups) .......................................................................................... 10

Metode pengumpulan data ............................................................................................................................. 10

Hasil analisa NAFKAH HIDUP ........................................................................................................................... 10

2.3.1. Petani padi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah ......................................................... 10

2.3.2. Pengumpul limbah batubara di sungai Air bengkulu........................................................................ 12

2.3.3. Petani agroforest di hulu ................................................................................................................... 15

2.3.4. Masyarakat di lokasi banjir ............................................................................................................... 18

II. ANALISA AKTIVITAS ............................................................................................ 21

penentuan aktivitas kritis ................................................................................................................................. 22

Metode pengumpulan data .............................................................................................................................. 22

Hasil analisa aktivitas ........................................................................................................................................ 22

3.3.1. Pertanian padi irigasi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah ........................................... 22

GAMBARAN UMUM .................................................................................................................. 22

ASPEK PRODUKSI ....................................................................................................................... 23

HAMBATAN DAN POTENSI ........................................................................................................ 24

BERKURANGNYA DEBIT AIR IRIGASI PERSAWAHAN DI SEKITAR DANAU .............................. 24

Serangan Hama Tikus ............................................................................................................ 25

Masalah Ekonomi .................................................................................................................. 25

Organisasi .............................................................................................................................. 26

Intervensi Pemerintah .......................................................................................................... 27

3.3.2. Pengumpul limbah batubara ............................................................................................................. 27

GAMBARAN UMUM .................................................................................................................. 27

PROSES PRODUKSI .................................................................................................................... 28

Hambatan dan potensi .............................................................................................................. 29

3.3.3. wanatani (agroforestry) di kawasan hulu ......................................................................................... 29

GAMBARAN UMUM .................................................................................................................. 29

PROSES PRODUKSI .................................................................................................................... 30

Hambatan dan potensi .............................................................................................................. 30

III. TEMUAN DAN SARAN ........................................................................................ 31

Rekomendasi untuk tahapan pelatihan: ........................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 33

Page 8: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

8

Lampiran 1. Tabel Pelaksanaan Wawancara AL dan AA ............................................ 35

LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISA NAFKAH HIDUP (LA) .......................................... 36

1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET ............................................................... 37

1.1. Aset Manusia ......................................................................................................................................... 37

1.2. Aset Kepemilikan Sumberdaya Alam ..................................................................................................... 38

1.3. Aset Finansial ......................................................................................................................................... 39

1.4. Aset Fisik/Alat‐alat Berat ................................................................................................................... 39

1.5. Aset Sosial .......................................................................................................................................... 39

2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN .............................................................................................................. 40

Tipe-tipe ProduK dan non-produK ........................................................................................................... 41

3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA. ....................................................................... 42

4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP .......................................................................................................... 42

4.1. Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup ............................................................. 43

4.2. Hubungan dan Ketergantungan terhadap air ............................................................ 43

4.3. Alasan Kerentanan dan Solusinya .............................................................................. 44

5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU KELEMBAGAAN ............................................. 44

6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD ............................................................................................................. 46

Tabel 4. ASET SDM ........................................................................................................................................ 47

LAMPIRAN 3. KUESIONER ANALISIS AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN ....... 48

I. FUNGSI PRODUKSI ................................................................................................. 50

I.1. Lahan .................................................................................................................................................... 50

I.2. Aspek Produksi: ................................................................................................................................... 51

I.3. Ekonomi ................................................................................................................................................ 53

I.4. Contoh tabel output dan input pertanian ........................................................................................ 54

I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI ......................................................................................................... 54

I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN ................................................................................. 55

II. PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS ................................................... 55

III. HARAPAN UNTUK PENINGKATAN ......................................................................... 56

III.1. Harapan dan Inisiatif untuk Perbaikan .......................................................................................... 57

III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN ..................................................................... 58

IV. Ketergantungan terhadap air. ............................................................................... 58

Page 9: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

9

PENDAHULUAN

Ulayat bertujuan untuk mengembangkan sebuah pendekatan

negosiasi (NA) untuk DAS Air Bengkulu sebagai sebuah model

untuk pelibatan masyarakat. Ulayat sebagai anggota Dewan

Sumber Daya Air Propinsi Bengkulu. Ulayat sudah memfasilitasi

terbentuknya Forum Masyarakat DAS Air Bengkulu. Ulayat

sendiri menyadari adanya kebutuhan untuk memahami isu air

dan kondisi sumber daya air di DAS Air Bengkulu dari perspektif

masyarakat. Kebutuhan untuk memahami isu air memotivasi

Ulayat untuk aktif dalam CDP IWRM NA.

Laporan ini merupakan hasil poses belajar bersama dalam tim

CDP IWRM NA. pengumpulan data Analisis Aktivitas (AA) dan

Analisis Livelihood (AL) yang dilakukan oleh Ulayat di beberpa

kelompok rentan dan aktivitas-aktivitas ekonomi yang kritis di

DAS Air Bengkulu. Laporan ini adalah salah satu hasil belajar

yang YUB ikuti dalam konteks proyek Capacity Building on

Negotiated Approach to Integrated Water resource Management

(CDP IWRM-NA) Telapak. (Andriansyah O., Mustikasari R.,

2011).

Laporan hasil studi AL dan AA ini diharapkan akan berguna bagi

publik dan penentu kebijakan untuk memahami kondisi

sumberdaya air di DAS Air Bengkulu dari sudut pandang

masyarakat.

Bab 2 dan 3 dari laporan ini menyajikan metode pengumpulan

data dan hasil untuk LA dan AA di DAS Air Bengkulu. Bab 4

menyajikan temuan-temuan dan rekomendasi untuk

penyempurnaan laporan LA dan AA dikemudian hari. Kegiatan

lapangan dilakukan pada periode januari – Februari 2010.

I. ANALISIS LIVELIHOOD Analisa Livelihood (AL) adalah upaya untuk memahami kondisi

kehidupan dalam rumah tangga. Target dari analisis ini adalah

unit terkecil dari sebuah komunitas yaitu keluarga. Wawancara

bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang

kondisi sosial dan ekonomi dan persepsi keluarga, pendapatan

mereka, aset ekonomi, masalah, serta harapan dan solusi

alternatif agar anggota keluarga dapat meningkatkan

Page 10: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

10

kesejahteraan mereka. Untuk tujuan khusus dalam konteks

program ini, AL fokus pada bagaimana rumah tangga-rumah

tangga bergantung pada sumber daya air.

Dalam bab ini dipilih kelompok rentan disajikan dalam sub-Bab

2.1, metode pengumpulan data diringkas dalam sub-bab 2.2

dan hasil dari kegiatan yang dipilih disajikan dalam sub-Bab 2.3.

PENENTUAN KELOMPOK RE NTAN (VULNARABLE GROUPS)

Kelompok –kelompok masyarakat yang rentan terdiri dari:

Petani padi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah

Pengumpul limbah batubara di Sungai Air Bengkulu

Petani agroforest di hulu, Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung

Masyarakat di lokasi banjir di Kelurahan Tanjung Agung dan Tanjung Jaya.

METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

berdasarkan Panduan AL dan AA (Mustikasari R., 2011).

Wawancara dilakukan oleh tim yang terdiri dari Oka

Andriansyah, Vivin Susantie, Imrodili, Amir Hamzah, dan Bayu

Setiawan dalam kurun waktu 4 Januari sampai dengan 8

Februari 2010. Detail informasi tentang waktu pelaksanaan

wawancara disajikan dalam lampiran 1.

HASIL ANALISA NAFKAH HIDUP

2.3.1. PETANI PADI DI SEKITAR CAGAR ALAM DANAU

DENDAM TAK SUDAH

Petani di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah mencari

nafkah dari usaha pertanian padi sawah. Padi yang dihasilkan

dari sawah sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi sendiri.

Untuk menopang ekonomi keluarga umumnya petani memiliki

usaha sampingan, seperti menjadi buruh harian, bekerja

sebagai karyawan di toko, dan banyak juga yang berjualan

dengan membuka warung makanan di sekitar lokasi wisata di

sekitar danau. Umumnya petani bukan pemilik lahan, mereka

menggarap sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil.

Ada yang (2:1) yaitu penggarap mendapat 2 bagian dari hasil

dan pemilik lahan mendapat 1 bagian. Dengan catatan,

penggarap menanggung semua modal tanam. Ada juga yang

sistem (1:2) yaitu penggarap mendapat 1 bagian dari hasil

Page 11: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

11

panen sedangkan pemilik mendapat 2 bagian hasil panen.

Dengan catatan pemilik menanggung semua biaya tanam.

Penggarap hanya menanggung pekerjaan dan pemeliharaannya

saja.

Sebagai contoh keluarga Pak Iskandar (52 tahun). Keluarga

Bapak Iskandar terdiri dari 1 istri dan 6 orang anak. Bapak

Iskandar tinggal di Kelurahan Panorama bekerja sebagai petani

sawah yang mendapat irigasi dari danau. Pendapatan dari

bertani jika dirata-rata per bulan Rp. 500.000,-/bulan. Starategi

Keluarga Pak Iskandar untuk menambah dan memenuhi

kebutuhan hidup keluarganya dari bekerja sebagai upahan

buruh tani di sawah orang lain dengan upahan berkisar

Rp.30.000,-/hari, dengan jam kerja 8 jam, dengan penghasilan

rata-rata sekitar Rp.400.000,-/bulan. Ini dilakukan jika hasil

bertani tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Jadi

penghasilan rata-rata keluarga Pak Iskandar Rp 900.000,-

/bulan. Pengeluaran keluarga untuk makan sehari-hari rata-rata

sekitar Rp.600.000,-/bulan dan biaya anak bungsu mereka yang

masih bersekolah di SMP sekitar Rp200.000,- perbulannya.

Untuk biaya listrik, rata-rata mereka mengeluarkan uang

sejumlah Rp. 30.000,- setiap bulan. Dan sisanya mereka simpan

untuk keperluan mendadak lainnya, seperti untuk transport

ataupun biaya sosial seperti kematian tetangga dan acara

resepsi pernikahan kerabat.

Sementara keluarga Bapak Hendri sekarang berusia 27 tahun

dan istrinya 25 tahun, mereka mereka belum dikaruniai anak.

Selain menggarap sawah Pak Hendri juga bekerja di kantin

kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu untuk menambah

ekonomi keluarga. Pendapatan keluarga berasal dari bekerja di

kantin dengan penghasilan Rp. 400.000,- perbulan dan bertani

dengan penghasilan rata-rata Rp. 300.000,-. Jadi total

pendapatan keluarga Pak Hendri selama sebulan berkisar Rp.

700.000,-. Dari total pendapatan sebulan Bapak Hendri

digunakan untuk makan sehari-hari dan keluarga Pak Hendri

rata-rata menghabiskan Rp. 500.000,- perbulan. Sedangkan

untuk pembayaran listrik, PDAM dan kebutuhan lainnya Pak

Hendri mengeluarkan Rp. 100.000,- setiap bulannya. Sisa dari

pendapatan bulanan sebesar Rp. 100.000,- mereka simpan

untuk kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendadak.

Page 12: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

12

Air dari danau digunakan untuk mengairi sawah. Sementara

untuk kebutuhan air minum dan MCK, sebagian besar keluarga

memiliki sumur, dan sebagian kecil keluarga ada yang

berlangganan air ledeng dari PDAM. Kualitas air sumur cukup

bagus walaupun berada di daerah sekitar rawa.

Umumnya keluarga petani di sekitar cagar alam tidak

mempunyai jaminan sosial seperti ASKES, Asuransi Jiwa, akses

keuangan ke koperasi maupun perbankan. Mereka hanya

memiliki beberapa keluarga dekat yang senantiasa membantu

mereka saat mereka ditimpa musibah. Sebagai contoh keluarga

Pak Hendri sering dibantu oleh kakak kandungnya yang secara

ekonomi lebih mampu. Kurangnya pengetahuan mengenai akses

perbankan atau koperasi untuk pinjaman modal usaha. Belum

tersentuh akses pemerintahan dalam rangka pengembangan

usaha tani maupun non tani.

Petani memiliki banyak harapan untuk meningkatkan taraf hidup

mereka. Mereka tidak hanya mengandalkan hidup mereka dari

bertani di sawah. Karena hasil sawah tidak bisa mencukupi

kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Banyak diantara

mereka yang kerja sambilan di bidang lainnya seperti

bertukang, karyawan, guru, berdagang ataupun menjadi buruh

di sawah milik tetangganya. Petani juga memiliki harapan agar

penyuluh pertanian (Petugas Penyuluh Lapang pertanian / PPL)

lebih sering turun ke masyarakat untuk penyuluhan. Petani juga

berharap adanya dukungan pemberdayaan dari pemerintah baik

berupa bantuan langsung maupun penguatan kelembagaan dan

bantuan kepada organisasi petani (KP2A Temetung Baru dan

Kelompok Tani Sekotong Ulu). Peta bersama tetua-tetua adat

Suku Lembak juga berharap agar Pemda dan pengelola

kawasan Cagar Alam melakukan penegakan hukum dan

pengelolaan yang baik agar ekosistem Cagar Alam bisa

dilestarikan.

2.3.2. PENGUMPUL LIMB AH BATUBARA DI SUNGAI AIR

BENGKULU

Aktivitas pengumpulan batubara dilakukan di banyak tempat di

sepanjang Sungai Air Bengkulu. Aktivitas tersebut dilakukan

mulai dari pertemuan Sungai Penaway, Sungai Kemumu dan

Sungai Air Bengkulu hulu hingga muara Sungai Air Bengkulu.

Wawancara dilakukan di muara sungai tepatnya di Kelurahan

Page 13: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

13

Pasar Bengkulu. Pengumpul limbah batubara sebelumnya

berprofesi sebagai nelayan, sebagian lainnya petani.

Sebagai contoh keluarga Pak Likun. Pak Likun adalah seorang

kepala keluarga dengan 1 istri dan 4 orang anak. Pak Likun

yang hanya tamatan SMP sekarang berusia 45 tahun.

Sedangkan Minut istrinya yang hanya tamatan SD, sudah

berumur 40 tahun. Dua orang anak mereka yang besar, sudah

menikah dan tinggal bersama suami mereka di Kabupaten

Kepahiang. Sedangkan rina yang masih SMA dan mira masih

yang masih SD, masih tinggal bersama mereka. Pak Likun

bersama istrinya bekerja menjadi pengumpul batubara. Pak

likun memiliki kebun kopi seluas 4 Ha di daerah benuang galing,

Kabupaten Kepahiang. Pak Likun menggarap kebun kopinya

hanya pada saat musim panen selama 2 bulan setiap tahunnya.

Selebih waktunya pak likun bekerja sebagai nelayan pengumpul

batubara. Dari hasil usaha mencari batubara di Muara Sungai Air

Bengkulu ini, Pak Likun bersama Istrinya bisa mendapatkan

pendapatan rata-rata perbulan Rp.1.200.000,-. Dari hasil

berkebun kopi yang dikerjakan hanya 2 bulan musim panen, pak

likun bisa mendapatkan sekitar 18 juta rupiah setiap tahunnya.

Pak Likun dalam sebulan mengeluarkan uang rata-rata sejumlah

Rp.700.000,-. untuk kebutuhan dapur. Untuk biaya dua orang

anak mereka yang masih sekolah, sekitar Rp. 300.000,-

perbulan. Untuk biaya listrik, rata-rata Rp.60.000,- perbulan.

Sedangkan untuk biaya transportasi dan biaya social lainya

seperti menghadiri undangan resepsi pernikahan, sedikitnya

mereka menyiapkan Rp.200.000,- setiap bulannya.

Sementara Pak Ade berumur 26 tahun, tinggal di Pondok Kelapa

bersama istrinya Eca (25 tahun) salah seorang PNS dan anaknya

Aditia berumur 2,5 bulan. Pak Ade dan istrinya sama-sama

mengenyam pendidikan terakhir ditingkat SMA. Dalam

kesehariannya Pak Ade cukup terbantu dengan keberadaan

istrinya sebagai PNS, khususnya dalam hal belanja dapur. Dalam

sebulan Pak Ade memperoleh rata-rata dari mencari batubara

sebesar Rp 800.000,-. Selain itu, pendapatan istrinya yang

bekerja sebagai PNS di salah satu dinas di kotamadya bengkulu

sebesar Rp.1.900.000,- perbulannya. Untuk Kebutuhan Dapur

Pak Ade Biasanya Menghabiskan Biaya Rp 1.500.000/Bulan.

Sedangkan Untuk Keperluan Biaya Listrik Menghabiskan Biaya

Page 14: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

14

Rp 150.000 perbulan dan baiaya transpotasi kelurga sebesar Rp

100.000 perbulan. Untuk keperluan dapur Pak Ade cukup

terbantu dengan keberadaan istrinya sebagai PNS.

Pak Ibrahim (42 tahun) adalah seorang nelayan dengan

pendidikan terakhir SMP, tinggal bersama istrinya Ibu Aswanti

(40 tahun) seorang pengurus koperasi wanita nelayan dengan

pendidikan terakhir SD, anaknya Gito (25 tahun) dengan

pendidikan terakhir SMP, Citra (18 tahun) yang masih duduk di

bangku kelas 3 SMA dan Gilang (12 tahun) masih duduk di

bangku kelas 4 SD. Usahanya sebagai nelayan belum cukup

untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Ditambah dengan

kondisi cuaca yang sedang buruk seperti sekarang, membuat

Pak Ibrahim tidak melaut, melainkan mencari batubara di pingir

pantai Pasar Bengkulu. Dari hasil melaut diperkirakan Pak

Ibrahim memperoleh pendapatan sebesar Rp 25.000/hari dan

Ibu Aswanti dapat memperoleh pendapatan Rp 900.000/bulan

dari menjadi pengurus koperasi. Dalam sebulan untuk keperluan

belanja dapur kelurga pak Ibrahim menghabiskan sekitar Rp

900.000, biaya sekolah anak-anak Rp 250.000, listirk dan PDAM

sekitar Rp 250.000 dan biaya transport kelurga sekitar Rp

50.000.

Pak Ibrahim memilki sanak keluarga yang tinggal tidak jauh dari

kediamannya yang siap membantu mereka jikalau mereka

tertimpa musibah, dan begitu pula sebaliknya. Selain itu ibu

Aswanti aktif di kegiatan arisan RT setempat. Asset social

lainnya adalah ASKES dan kegiatan keorganisasian nelayan Kota

Tuo serta PMK.

Dalam kondisi cuaca yang sedang buruk seperti sekarang,

membuat Pak Ibrahim tidak melaut, melainkan mencari

batubara di pingir pantai Pasar Bengkulu. Hambatan yang sering

terjadi dalam proses melaut bagi Pak Ibrahim adalah kendala

tekhnis, seperti kerusakan mesin dan jaring untuk menangkap

ikan serta kondisi cuaca yang tidak bagus merupakan kendala

utama mereka.

Pak Samsul adalah salah seorang toke pengumpul batubara di

daerah muara sungai air Bengkulu. Pak Samsul membuka usaha

di atas tanah di bantaran Muara Sungai Air Bengkulu dengan

sewa Rp 50.000,- untuk setiap 1 muatan fuso batu bara. Di atas

Page 15: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

15

lahan tersebut, pak samsul melakukan proses sederhana

pencucian batubara yang dibelinya dari nelayan pengumpul

batubara.

Pendapatan keluarga hanya berasal dari usaha ini dengan

penghasilan rata-rata Rp.1.500.000,- perbulan. Untuk

kebutuhan dapur, keluarga Pak Samsul dalam sebulan

mengeluarkan uang rata-rata sejumlah Rp.600.000,-. Untuk

biaya dua orang anak mereka yang masih SD, sekitar Rp.

200.000,- perbulan. Untuk biaya listrik, rata-rata Rp.30.000,-

perbulan. Sedangkan untuk biaya social lainya seperti

menghadiri undangan resepsi pernikahan, sedikitnya mereka

menyiapkan Rp.100.000,- setiap bulannya. Pak Samsul

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari usaha ini dengan

dibantu istrinya dan juga mempekerjakan 4 orang ibu-ibu

sebagai buruh.

Masyarakat yang beraktifitas sebagai nelayan pengumpul

batubara di muara sungai air Bengkulu ini, tidak hanya berasal

dari masyarakat sekitar sungai. Banyaknya masyarakat

pendatang dari desa-desa yang jauh dari areal ini sering

menimbulkan konflik sesama nelayan pemulung batubara.

Masyarakat setempat umumnya tidak menyukai kehadiran

nelayan pengumpul yang bukan warga kelurahan pasar

Bengkulu. Masalah yang kerap kali terjadi dalam usaha ini,

disebabkan oleh banjir luapan air sungai yang berakibat tidak

hanya kepada para nelayan pengumpul batubara yang tidak

turun kesungai, tetapi juga berdampak pada toke pengumpul

yang mengumpulkan batubara di daerah sempadan sungai yang

mengakibatkan batubara yang sudah bersih dan dikumpulkan

oleh beberapa toke pengumpul di bantaran sungai, terbawa

hanyut oleh banjir. Masalah lainnya berupa banyaknya sampah

di dasar sungai yang sering merusak jaring yang digunakan.

2.3.3. PETANI AGROFOREST DI HULU

Dari hasil lapangan untuk mengumpulkan data analisis aktivitas

di Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung ditetapkan 4

orang responden yang mewakili masyarakat petani yang

bersawah dan berkebun di dalam areal perkebunan dan

persawahan Desa Rindu Hati sebanyak 3 orang, dan 1

responden yang berkebun didalam kawasan hutan lindung.

Page 16: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

16

Mereka adalah Pak Rohmihin yang memiliki sawah dan kebun di

areal Desa Rindu Hati, Pak Mukhlis (Kepala Desa) yang mewakili

pedagang, pemilik sawah dan kebun di areal Desa Rindu Hati,

Pak Hartawan pemilik kebun di Kawasan hutan lindung, serta

Pak Muhar pemilik kebun diareal desa Rindu Hati dan juga

seorang buruh tani. Berikut adalah table data analisis livelihood.

Keluarga Pak Rohmihin memilki 0,5 ha sawah warisan orang tua

dan 2 ha kebun kopi yang dibeli. Letak lahan sawah dan kebun

tidak begitu berjauhan. Air sungai merupakan sarana irigasi

persawahan dan air pancuran dekat rumah merupakan sarana

MCK. Merupakan petani di areal Desa Rindu Hati. Pak Rohmihin

(60) lulus MTS dan istrinya Ibu Samsiarti (45) yang tamat SD

tinggal bersama anak mereka Supratman Efendi (30) dengan

pendidikan terakhir tamat SMP bekerja sebagai buruh, Subhir

Rahman (25) tamat SMP bekerja sebagai petani, Sukarenawati

(22) tamat SMA yang masih ikut orang tua dan si bungsu

Trisnaini (15) masih duduk dibangku kelas 2 MTS. Pendapatan

keluarga berasal dari hasil sawah dan kebun, walaupun masih

sering mengalami deficit pendapatan. Dari sawah 0,5 ha

keluarga ini memperoleh beras sebanyak 1 ton untuk konsumsi

sendiri dan dedak sebanyak 40 kg (Rp 400/kg) Rp 16.000. Dari

kebun 2 ha menghasilkan kopi sebanyak 1,4 ton dalam setahun

sekali. Selain itu dikebun Pak Rohmihin juga memperoleh hasil

berupa lada sebanyak 70 kg/tahun yang ditanam secara

tumpang sari. Jika di nominalkan pengahasilan Pak Rohmihin

selama setahun dari kopi sekitar 14 juta, dan dari lada sekitar

1,26 juta. Selain itu pak Rohmihin mempunyai aktivitas

sampingan berupa menjadi surveyor tambang, buruh tani atau

pencari gaharu, jika dinominalkan aktivitas sampingan ini akan

menghasilkan pendapatan 1,5 juta/bulan. Dalam sebulan

keluarga Pak Rohmihin menghabiskan Rp 350.000 untuk

keperluan dapur, Rp 200.000 untuk biaya anak sekolah. Biaya

perkebunan kopi 2 ha berupa pestisida sebanyak 6 liter (Rp

50.000/liter) Rp 300.000/bulan, biaya kerja sendiri di kebun

selama 2 minggu/bulan (Rp 30.000/hari) sebesar Rp

420.000/bulan. Pengeluaran untuk sawah berupa 1 liter

pestisida hama Rp 15.000/liter, 0.5 liter pestisida gulma Rp

25.000, biaya traktor sawah Rp 350.000/borongan dan biaya

pengangkutan gabah dari sawah kerumah Rp 2.000/kaleng.

Page 17: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

17

Keluarga lainnya, Kepala Desa Rinduhati, Pak Mukhlis (41) lulusan S1 Hukum,

merupakan seorang petani dan juga pedagang, tinggal bersama istrinya Ibu Siska

Afrida (29) lulusan SMA seorang Ibu Rumah Tangga dan pedagang. Kepala desa Pak

Mukhlis memilki 0,7 ha sawah, 2 ha kebun kopi, 2 buah kolam ikan dan warung

manisan yang juga membeli kopi masyarakat. Semua lahan pertaniannya tidak

begitu jauh dari kediaman, hanya berjarak sekitar 400 m.Total pendapatan Pak

mukhlis mulai dari posisinya sebagai kades, petani dengan 0,7 ha sawah, 2 ha kebun

kopi dan sebagai pedagang manisan serta toke kopi, dalam sebulan adalah sebesar

Rp 4.725.000. Dengan rincian Rp 1.100.000 penghasilan pokok, sampingan Rp

1.500.000, hasil kolam ikan Rp 500.000, hasil dari warung manisan Rp 250.000, toke

kopi Rp 1.000.000, dan hasil dari kebun kopi Rp 375.000. Sedangkan pengeluaran

dalam sebulan sebesar Rp 3.277.000. rinciannya biaya undangan ke pernikahan Rp

200.000, biaya kematian Rp 100.000, sumbangan kegiatan masyarakat Rp 25.000,

belanja dapur Rp 1.200.000, biaya sekolah anak Rp 400.000, listrik Rp 70.000,

tabungan Rp 200.000, langganan Koran Rp 82.000, transportasi Rp 250.000 dan

biaya kesehatan Rp 250.000. Sedangkan untuk biaya proses perkebunan 1 ha yang

baru dibuat sebesar Rp 500.000/bulan, untuk kebun 1 ha lagi Pak Mukhlis tidak

mengelurkan biaya sedikitpun, karena kebun tersebut disewakan dengan sistem bagi

hasil.

Keluarga Pak Hartawan (28) petani yang berkebun di kawasan hutan lindung sejak

2004, memiliki 2 orang anak. Kelurga ini memiliki kebun kopi di kawasan TGHK

seluas 1 ha dengan jarak tempuh dari rumah mereka di desa Rindu hati selama 2

jam jalan kaki. Di kebunnya Pak Hartawan memilki pondok yang didiami selama 10

hari dalam sebulan. Di kebun juga Pak hartawan memelihara ayam sebanyak 12

ekor.Dalam sebulan keluarga ini memperoleh pendapatan sebesar Rp 780.000,

dimana 280.000 dari hasil kebun dan Rp 500.000 dari hasil menjadi buruh tani

harian. Dalam sebulan keluarga ini juga mengalami deficit anggaran karena

pengeluaran lebih besar dari pendapatan, yaitu sebesar Rp 820.000, dimana untuk

belanja dapur, termasuk untuk membeli beras, rokok dan jajan anak sebesar Rp

800.000 serta kebutuhan sekolah anak Rp 20.000/bulan. Untuk itu dalam mengatasi

deficit ini mereka terpaksa meminjam uang kepada tetangga atau menghutang di

warung. Begitu juga halnya untuk biaya berobat, terpaksa meminjam uang ke toke

kopi.

Keluarga Pak Muhar (50) petani dan juga buruh tani harian tinggal bersama istrinya

8 orang anak. Pak Muhar hanya memilki sawah warisan seluas 0,5 ha yang tidak

semua lahan digarap. Jarak sawah dengan kediamannya sekitar 1 km. Dalam

mencukupi kebutuhan keluarga dengan 8 orang anak, Pak Muhar cukup mengalami

Page 18: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

18

kesulitan, karena dia hanya mampu menghasilkan padi dari sawahnya sebanyak 6

karung setiap kali panen, itupun hanya untuk konsumsi pribadi. Untuk itu Pak Muhar

menjadi buruh tani dengan penghasilan Rp 25.000 setiap hari. Dalam

kesehariaannya keluarga Pak Muhar menghabiskan dana sebesar Rp 25.000, itupun

hanya untuk keperluan dapur. Sedangkan untuk keperluan anak sekolah dan

keperluan lain terkadang kelurga ini harus menjual beras konsumsi mereka ataupun

berusaha meminjam uang pada kerabat atau tetangga.

Petani di Desa Rinduhati tidak memiliki jaminan sosial seperti asuransi, akses ke

koperasi maupun perbankan. Tapi Pak Rohmihin disamping memilki kekerabatan

keluarga yang tinggal di desa yang sama juga aktif dalam perhimpunan social

seperti kelompok tani dan kepengurusan Muhammadiyah. Dalam mencukupi

kebutuhan hidup yang terkadang minus, banyak keluarga meminjam uang kepada

toke kopi yang akan dibayar pada saat panen kopi dan atau dari penghasilan

sebagai buruh tani atau pencari gaharu di hutan.

2.3.4. MASYARAKAT DI LOKASI BANJIR

Di wilayah hilir tepatnya dua kelurahan di Kecamatan Sungai

Serut Kota Bengkulu terjadi banjir rutin setiap tahun. Kedua

kelurahan tersebut yaitu Kelurahan Tanjung Agung dan Tanjung

Jaya. Perumahan penduduk terletak di sebelah selatan Sungai

Air Bengkulu. Daratan terbentuk dari lapisan endapan rendah di

bantaran Sungai Air Bengkulu dengan ketinggian 2-10 mdpl.

Selain mengakibatkan terendamnya sebagian rumah penduduk,

banjir menyebabkan kerusakan tanaman pertanian di dua

kelurahan ini. Terdapat kurang lebih 20 ha areal persawahan

tadah hujan yang selalu terkena banjir.

Pak Sumardin yang berusia 56 tahun adalah seorang pensiunan

pegawai negeri sipil dengan golongan terakhir III.B. istrinya

bernama Luna berumur 50 tahun. Tiga diantara keempat anak

mereka sudah menikah dan sudah punya rumah masing-masing.

Mereka hanya tinggal bertiga dengan anak bungsunya yang

baru saja lulus test Pegawai Negeri Sipil di Pemda Provinsi.

Rumah kediaman mereka beralamat di Jalan Sumatra V, RT 4

Sukamerindu, Kota Bengkulu.

Selain pekarangan rumah yang berukuran 300 m2, mereka tidak

memiliki lahan apapun untuk bertani ataupun untuk usaha

lainnya. Mereka hanya menggarap sawah milik orang lain untuk

mengisi kekosongan waktu selama menjalani msa pension

mereka. Gaji pensiun yang diterima Pak Sumardin setiap bulan

Page 19: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

19

senilai Rp 2.050.000,- sudah cukup untuk keperluan kebutuhan

rumah tangga mereka. Selain itu, hasil dari bertani sawah yang

dikerjakan oleh istrinya, cukup membantu perekonomian rumah

tangga mereka.

Untuk keperluan dapur, Ibu Luna mengeluarkan uang sekitar

Rp. 1.000.000,- setiap bulannya. Ditambah biaya listrik perbulan

rata-rata Rp.50.000,-. Dan biaya-biya lainnya seperti

transportasi dan kondangan sekitar Rp.500.000,- setiap

bulannya. Hambatan Ibu Luna mengeluh karena hampir setiap

tahun sawah yang mereka garap tergenang banjir luapan air

Sungai Bengkulu yang bisa mengakibatkan gagal panen. Ibu

Luna berharap adanya solusi dari pemerintah untuk mengatasi

banjir yang selalu menggenangi areal persawahan yang mereka

garap.

Pak Amin berumur 40 tahun, hanya mengenyam pendidikan

sampai SMA kelas 2. Sedangkan istrinya yang bernama Ibu Nini

berumur 32 tahun hanya tamat SD. Mereka memiliki tiga orang

anak. Anak mereka yang tertua sekarang duduk di kelas 1 SMP,

sedangkan anak kedua duduk dikelas 5 SD dan yang bungsu

baru dikelas 2 SD. Satu diantara dua orang Adik Pak Amin yang

baru saja lulus SMA, masih ikut tinggal bersama mereka. Rumah

tempat mereka tinggal, merupakan Rumah Warisan Orang Tua

Pak Amin. Selain rumah, mereka juga memiliki sawah warisan

sebanyak 17 patok atau sekitar 4.000 m2 yang sekarang

dikerjakan oleh istri Pak Amin. Sedangkan pak amin sendiri

memiliki sedikit areal di bantaran sungai air Bengkulu yang

digunakannya untuk menjalani usahanya sebagai pengumpul

batubara. Pak Amin yang kesehariannya berprofesi sebagai

seorang pengumpul batubara, bisa menghasilkan uang sejumlah

Rp.1.500.000,- setiap bulannya. Sedangkan Ibu Nini yang

bekerja menggarap sawah warisan orang tua pak amin, bisa

mencukupi kebutuhan beras keluarga. Dalam sebulan,

keluarga Pak Amin membutuhkan sedikitnya 1,3 juta rupiah

yang digunakan untuk keperluan dapur Rp.450.000,-, biaya

listrik rata-rata Rp.50.000,-, biaya PDAM rata-rata Rp.50.000,-

serta transportasi dan uang jajan anak-anak mereka yang masih

bersekolah rata-rata Rp.750.000,-.

Page 20: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

20

Pak Amin adalah penduduk asli kelahiran Desa Tanjung Agung,

sedangkan istrinya berasal dari daerah Pino Raya, Kabupaten

Bengkulu Selatan. Pak Amin memiliki banyak kerabat di daerah

ini yang siap membantu mereka jikalau mereka tertimpa

musibah, dan begitu pula sebaliknya. Sistem kekerabatan disini

masih kental sekali dengan semangat saling tolong menolong

jikalau ada salah seorang anggota keluarga besar mereka

ditimpa kesusahan ataupun sedang ada hajatan. Setiap tahun,

sedikitnya satu kali rumah dan persawahan milik mereka

digenangi banjir. Permasalahan banjir sepertinya sudah

menjadi tradisi tahunan di daerah tempat tinggal mereka.

Harapan Pak Amin, ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi

banjir. Selain itu, mereka berharap bisa membangun rumah

tinggal mereka menjadi rumah permanen yang agak tinggi,

supaya pada saat banjir datang, rumah mereka tidak ikut

terendam banjir.

Pak Zainul Hakim berumur 59 tahun dengan pendidikan terakhir

tamat SD. Istrinya bernama Ibu Nurjani berumur 57 dengan

pendidikan terakhir kelas 4 SD. Lima diantara enam mereka

sudah menikah dan tinggal bersama keluarga baru mereka di

lingkungan kota Bengkulu. Anak bungsu mereka bernama Dedi

Candra berumur 26 tahun dan masih tinggal bersama mereka.

Dedi sekarang sudah tamat SMA dan tidak melanjutkan studi

melainkan bekerja membantu perekonomian keluarga. Selain

pekarangan rumah, mereka memiliki Lahan sawah yang

merupakan warisan orang tua seluas 17 patok yang mereka

sewakan pada orang lain. Selain sawah, mereka memiliki kebun

sawit seluas 0,5 Ha, yang sekarang masih berumur 3 tahun.

Untuk memenuhi keperluan keluarga sehari-hari, Pak Zainul

Hakim dengan bekerja menjadi tukang ojek, mampu

menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 600.000,-.

Disamping itu, dari sawah, mereka mendapatkan beras 30

kaleng setiap 3 bulannya. Dan penghasilan dari anak bungsunya

yang menjadi supir angkot sekitar Rp 300.000,- perbulan,

terkadang ikut membantu menopang perekonomian keluarga

mereka. dan penghasilan lainnya dari menjual atap rumbia,

mereka bisa mendapatkan hasil sekitar Rp 200.000,- setiap

bulannya. Dalam satu bulan biaya hidup keluarga Pak Zainul

Hakim mencapai angka kisaran Rp 700.000,- untuk keperluan

Page 21: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

21

dapur, untuk keperluan listrik dan PDAM Rp 100.000,-, serta

membayar angsuran kredit motor sebesar Rp 465.000,-.

Keluarga Pak Zainul Hakim mendiami rumah papan sederhana

yang merupakan warisan orang tua istrinya dengan luas

pekarangan 10 x 64 m2. Pak Zainul Hakim, untuk mencukupi

kebutuhan rumah tangganya, sehari-hari dia bekerja sebagai

tukang ojek dengan motor bebeknya yang tinggal 3 kali

angsuran lagi. Selain itu, hasil sawah yang dikerjakan oleh

adiknya dengan sistem bagi hasil, turut menopang kebutuhan

dapur mereka. Ditambah lagi, anak bungsunya sudah mulai

bekerja sebagai supir angkot kota juga turut meringankan

kebutuhan yang harus dipenuhi setiap bulannya. Diwaktu

luangnya, pak zainul hakim membuat atap rumbia dan dijual di

pinggir jalan depan rumah mereka.

Hampir semua rumah di Desa Tanjung Agung tidak memiliki

sumur. Karena air tanah tidak bisa digunakan untuk keperluan

MCK. Selain karena bewarna kuning keruh, daerah ini, hampir

setiap tahun tertimpa banjir luapan sungai Air Bengkulu. Untuk

keperluan MCK keluarga ini menggunakan PDAM yang

terkadang airnya keruh pada saat-saat tertentu.

Pak Zainul berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi

banjir. Selain itu, mereka berharap agar bisa membangun

rumah tinggal mereka menjadi rumah permanen yang agak

tinggi, supaya pada saat banjir datang, rumah mereka tidak ikut

terendam banjir.

II. ANALISA AKTIVITAS Analisa Aktivitas adalah studi tentang proses produksi yang

terjadi di lokasi tertentu. Studi ini dilakukan untuk mendapat

gambaran aktivitas produksi di DAS termasuk di dalamnya

aktivitas pertanian di lahan sawah irigasi. Dalam bab ini

dijelaskan mengenai penentuan aktivitas kritis (sus-bab 3.1),

metode pengumpulan data (sub bab 3.2), dan hasil analisa

aktivitas (sub Bab 3.3).

Empat hal yang menjadi pertimbanagn utama dalam

penyusunan laporan analisa aktivitas adalah; pemahaman

umum seputar aktivitas produksi yang terjadi di DAS Air

Page 22: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

22

Bengkulu, bagaimana proses produksi itu bekerja, hambatan

dan tantangan, dan potensi pengembangan.

PENENTUAN AKTIVITAS KRITIS

Aktivitas Kritis dipilih berdasarkan relevansinya terhadap

ketersediaan air dan besarnya dampak aktivitas produksi

terhadap kondisi sumber daya air di DAS Air Bengkulu. Ini

didasarkan atas perkiraan tentang berapa banyak air yang

dibutuhkan oleh aktivitas kritis tertentu dibandingkan dengan

kegiatan lain, dan berapa banyak kegiatan yang bergantung

pada ketersediaan air dan apa yang akan terjadi ketika sumber

daya air rusak. Informasi ini penting bagi pengambil keputusan

pada saat penentuan opsi untuk pembangunan atau intervensi

lainnya. Aktivitas kritis yang dipilih adalah:

Pertanian padi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah

Pengumpulan limbah batubara di sungai

Wanatani (agroforest) di hulu

METODE PENGUMPULAN DA TA

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

berdasarkan Panduan AL dan AA (Mustikasari R., 2011).

Wawancara dilakukan oleh tim yang terdiri dari Oka

Andriansyah, Vivin Susantie, Imrodili, Amir Hamzah, dan Bayu

Setiawan dalam kurun waktu 4 Januari sampai dengan 8

Februari 2010. Detail informasi tentang waktu pelaksanaan

wawancara disajikan dalam lampiran 1.

HASIL ANALISA AKTIVIT AS

3.3.1. PERTANIAN PADI IRIGAS I DI SEKITAR CAGAR ALAM

DANAU DENDAM TAK SUDAH

GAMBARAN UMUM

Warga di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah sejak

turun temurun bertani sawah yang sebagian besar

mendapatkannya dari warisan. Sekarang, sebagian dari warga

sudah beralih pekerjaan. Beberapa penduduk tidak turun

bersawah melainkan hanya memiliki sawah dan digarap oleh

orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil sawah

beragam berdasarkan persetujuan antara pemilik dan

Page 23: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

23

penggarap. Ada yang pembagiannya 2:1 yaitu penggarap

mendapat 2 bagian dari hasil dan pemilik lahan mendapat 1

bagian dengan catatan penggarap menanggung semua modal

tanam. Ada juga yang sistem 1:2 yaitu penggarap mendapat 1

bagian sedangkan pemilik mendapat 2 bagian hasil panen

dengan catatan pemilik menanggung semua biaya tanam.

ASPEK PRODUKSI

Periode tanam padi di areal persawahan ini relatif seragam yaitu

2 kali setahun. Masing-masing periode tanam berlangsung

selama 16 minggu (4 bulan) terhitung dari penyiapan lahan

hingga masa panen. Penyiapan lahan dilakukan pada minggu

pertama dengan menggunakan hand traktor yang disewa.

Penanaman dilakukan di minggu kedua.

Pemupukan dilakukan dua kali setiap periode tanam yaitu

biasanya pada minggu ke-8 dan ke-12. Pupuk yang digunakan

adalah pupuk urea sebanyak kurang lebih 10,5 sak per hektar,

dan pupuk phonska sebanyak 4 kurang lebih 5,25 sak per

hektar. Salah seorang petani, Pak Ruslan, mendapatkan

kemudahan dengan diperolehnya pupuk dan pestisida secara

gratis karena Pak Ruslan adalah pengurus kelompok tani

Sekotong Ulu. Pengairan dilakukan selama 13 minggu pertama.

Air diperoleh dari irigasi yang bersumber dari danau.

Pemeliharaan rutin rata-rata dilakukan setiap hari selama

periode tanam. Proses akhir dari aktivitas produksi pada sawah

Pak Ruslan adalah pemanenan, dimana hasil panen dijual

kepada Pemilik mesin penggiling padi dalam bentuk padi basah.

Jadi Pak Ruslan tidak melakukan aktivitas pengeringan padi, tapi

setelah padi dipanen langsung dijual pada healer2. Pak Murin

dan Ibu Rusmayan tidak menjual hasil tanamannya tetapi untuk

konsumsi pribadi.

Pemanenan di lokasi persawahan ini umumnya dilakukan

dengan bantuan tetangga lahan persawahan dengan sistem

bagi hasil. Sebagai contoh Bapak Murin yang menggarap lahan

0,75 ha. Sebagai upah tenaga kerja pemanenan Bapak Murin

menerapkan bagi hasil 10:1, Bapak Murin mendapat 10 bagian

sedangkan tetangga yang ikut panen mendapat 1 bagian).

2

Page 24: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

24

Selain itu ntuk keperluan panen, Bapak Murin mengeluarkan

dana sekitar Rp. 200.000,- untuk biaya angkut. Setelah panen,

Pak Murin bersama istrinya menjemur gabah yang didapatnya

selama 3-4 hari. Dari kegiatan persawahan ini, bila tidak ada

hambatan ataupun sesuatu hal yang bisa mambuat gagal

panen, Pak Murin mendapatkan rata-rata 80 sak gabah dengan

pambagian (2:1) pada pemilik lahan. Hasil panen yang Pak

Murin dapat sekitar 53 sak gabah dan pemilik lahan memperoleh

rata-rata 27 sak gabah setiap kali panen. Setiap sak gabah bila

digiling, akan menghasilkan beras sebanyak 1 kaleng (16Kg).

Pak Murin akan mendapatkan rata-rata 53 kaleng beras atau

sekitar 848 Kg yang bila dijual seharga Rp. 6.000,- per kilogram.

Namun Bapak Murin tidak menjual hasil panennya melainkan

diseimpan untuk konsumsi sendiri. Produk sampingan berupa

dedak umumnya langsung dibeli pemilik mesin penggilingan

pada saat menggiling gabah dengan harga Rp. 6.000,- per sak

gabah.

HAMBATAN DAN POTENSI

Berkurangnya debit air sungai Danau Dendam Tak Sudah

adalah hambatan utama bagi petani. Namun demikian ada

potensi untuk pengembangan kualitas produksi diantaranya

keberadaan organisasi petani dan adanya program pemerintah

di sektor ketahanan pangan.

BERKURANGN YA DEB IT A IR IRIGA SI PER SA WA HA N DI SE KITAR DANAU

Masalah yang sering terjadi yang berdampak buruk pada areal

persawahan di daerah sekitar danau dusun besar ini adalah

kekeringan. Kekeringan terjadi akibat menurunnya debit air

danau sehingga irigasi yang mengairi persawahan di areal ini

tidak mencukupi kapasitasnya. Dampaknya adalah menurunnya

hasil panen padi. Pada saat musim tanam yang periode pertama

di tahun 2009, hampir semua petak sawah di areal ini

mengalami gagal panen yang diakibatkan kekeringan. Kejadian

ini timbul hampir setiap tahun, terutama dalam kurun waktu 4

tahun terakhir.

Penurunan debit air danau diakibatkan oleh rusaknya ekosistem

Cagar Alam Danau Dusun Besar yang disebabkan perambahan

di areal lahan basah yang merupakan catchment area bagi

Page 25: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

25

perairan danau. Bentuk-bentuk perambahan tersebut

diantaranya adalah penanaman sawit di areal rawa yang

bersinggungan dengan kawasan cagar alam, perluasan

perumahan masyarakat kota dan pembangunan beberapa

fasilitas penunjang perumahan yang bersinggungan dengan

kawasan cagar alam. Ditambah lagi oleh pembukaan jalan raya

yang memotong kawasan kawasan Cagar Alam Danau Dusun

Besar.

Pembukaan jalan yang membelah cagar alam sepanjang 1,6 km

oleh Pemda Bengkulu pada tahun 1990 – 1992, secara langsung

mempengaruhi jumlah air yang masuk ke Danau Dendam.

Pembuatan jalan Nakau-Air Sebakul ini menghambat masuknya

air dari daerah tangkapan menuju kawasan danau.

SE R A N G A N HA M A T I K U S

Para petani saat ini sedang kewalahan menghadapi gangguan

hama tikus di sawah mereka. Banyak cara yang telah mereka

lakukan untuk membasmi hama tikus di sawah mereka. Mulai

dari memburu, memasang perangkap, sampai menggunakan

racun. Akan tetapi hama tersebut masih tetap merajalela.

Mereka belum menemukan solusi untuk menghadapi masalah

ini. Menurut pendapat petani, bertambahnya serangan hama

tikus ini ada hubungannya dengan semakin mendesaknya

perumahan dan pembangunan fasilitas perkotaan yang semakin

dekat dengan areal persawahan, dan berhubungan juga dengan

rusaknya ekosistem lahan basah di kawasan cagar alam.

M A S A L A H E K O N O M I

Cukup banyak permasalahan ekonomi yang dihadapi petani

dalam usaha pertanian padi sawah ini. Mulai dari keterbatasan

modal tanam, hingga kegagalan panen akibat serangan hama

tikus atau kekeringan. Belum lagi harga jual gabah yang relative

rendah yang tidak sebanding dengan modal yang mereka

keluarkan.

Keterbatasan pengetahuan mereka dalam mengolah sawah pun

menjadi hambatan dalam mencari kesejahteraan hidup. Hal itu

dikarenakan kurangnya tenaga penyuluh pertanian yang mau

ikut turun kesawah. Bantuan-bantuan yang diberikan dari

pemerintah setempat bisa dianggap tidak mampu menstimulan

kemajuan perekonomian rumah tangga mereka. Seperti

Page 26: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

26

program bantuan pupuk bersubsidi, petani harus membeli

seharga Rp. 75.000,- per sak pupuk urea di kelompok tani

mereka. Program bantuan benih yang hanya cukup untuk

menanam 1 patok sawah, sedangkan luas sawah yang mereka

garap rata-rata 15 patok dan hanya ditanami bibit padi local

yang mereka simpan dari hasil panen sebelumnya.

OR G A N I S A S I

Terdapat dua organisasi yaitu KP2A Temetung Baru (Kelompok

Petani Pemakai Air) dan Kelompok Tani Sekotong Ulu. Salah

satu responden, Bpk Ruslan adalah Ketua Kelompok Tani

Sekotong Ulu. Ketiga responden menyatakan Kelompok Tani

Sekotong Ulu lebih dekat hubungannya dengan mereka,

dibandingkan KP2A. Peranan KP2A hanya sebatas penanggung

jawab pengaturan irigasi secara formal, namun demikian dalam

prakteknya pengaturan tersebut dilakukan secara kekeluargaan

dalam bentuk kelembagaan informal. Kelompok Tani Sekotong

Ulu saat ini lebih terasa manfaatnya karena menghubungkan

para petani dengan PPL dan mengakses bantuan-bantuan dari

pemerintah.

Selain kedua organisasi formal tersebut, terdapat bentuk

hubungan kelembagaan informal di kalangan petani padi di

persawahan sekitar Cagar Alam Danau Dusun Besar ini.

Mayoritas petani di areal ini adalah masyarakat Suku Lembak,

yang masih mempertahankan tradisi bertani sawah dan relasi-

relasi tradisional yang berhubungan dengan pengelolaan sawah.

Penyelesaian konflik yang berkaitan dengan pengaturan irigasi,

secara tradisional (kebiasaan), ditengahi oleh warga yang

dipandang memiliki status yang terpandang dalam adat Suku

Lembak. Pengaturan-pengaturan secara tradisional tersebut

masih dipertahankan dan berlaku tidak hanya untuk suku asli

namun juga berlaku bagi petani yang berasal dari suku-suku

lainnya.

Para petani di areal tersebut juga masih mempraktikkan tradisi-

tradisi lokal Suku Lembak yaitu syukuran menjelang tanam dan

syukuran menjelang panen. Setiap keluarga petani yang akan

melakukan penanaman dan setiap akan memulai masa panen

wajib mengadakan syukuran kecil-kecilan. Acara syukuran

tersebut dilakukan di areal sawah masing-masing, dengan

Page 27: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

27

mengundang tetua adat, petani tetangga sekitar, dan sering kali

petugas penyuluh ikut menghadiri. Rata-rata setiap acara

syukuran dihadiri dekitar 15-20 orang. Syukuran dilakukan pada

sore hari dengan acara doa selamat dan makan sore bersama.

Dalam kesempatan-kesempatan tersebut biasanya masing-

masing petani berbagi informasi dan saling member motivasi

agar hasil usaha taninya semakin maju.

IN T E R V E N S I PE M E R I N T A H

Pemerintah member bantuan pupuk bersubsidi dengan harga

lebih murah dari harga pasar, yang disalurkan melalui

kelompok-kelompok tani. Selain bantuan tersebut, belum ada

intervensi pemerintah untuk mengatasi permasalahan rusaknya

ekosistem danau yang berdampak pada persawahan. Bahkan

dalam tahun-tahun belakangan ini terjadi konflik antara petani

sawah sekitar Cagar Alam (masyarakat Suku Lembak) dengan

pemerintah daerah karena pemerintah daerah tidak

mengakomodir tuntutan masyarakat untuk membongkar jalan

yang memutus kawasan cagar alam, serta menindak para

pengembang perumahan yang mendesak kawasan cagar alam

dan persawahan warga.

3.3.2. PENGUMPUL LIMBAH BATU BARA

GAMBARAN UMUM

Kelurahan Pasar Bengkulu terletak merupakan daerah pesisir

pantai dimana terdapat muara Sungai Air Bengkulu. Kelurahan

Pasar Bengkulu merupakan salah satu kelurahan di kecamatan

Sungai Serut Kota Bengkulu, dengan jumlah penduduk 1798

jiwa yang terdiri dari 342 kepala keluarga. Sebagian besar

masyarakat sejak lama berprofesi sebagai nelayan tradisional.

Sejak dua tahun terakhir ini, sebagian besar nelayan di daerah

ini beralih profesi menjadi pengumpul batubara di sekitar pantai

dan muara Sungai Air Bengkulu. Mereka menggantungkan hidup

dengan mengais dan mengumpulkan batubara yang telah lama

mengendap di dasar sungai. Mereka beranggapan pekerjaan ini

lebih menguntungkan ketimbang bekerja menangkap ikan di

laut.

Page 28: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

28

PROSES PRODUKSI

Para pemulung batubara tidak membutuhkan lahan khusus

untuk melakukan aktifitas produksi. Akan tetapi mereka secara

bersama dengan para pemulung lainnya, melakukan aktifitas

produksi di sepanjang muara Sungai Air Bengkulu melintasi

Kelurahan Pasar Bengkulu yaitu kurang lebih 5 km.

Proses dimulai dengan mengayuh rakit bambu untuk menuju

lokasi tempat mencari batubara. Setelah sampai di lokasi yang

cocok, nelayan pemulung menyelam dan mengais dasar sungai

dengan menggunakan sekop pendek sambil memasukkan pasir

bercampur endapan batubara kedalam karung, untuk kemudian

dibawa keatas rakit. Proses ini berlangsung hampir setengah

hari karena nelayan pengumpul batubara ini harus bolak-balik

keatas air untuk mengambil nafas.

Setelah karung-karung yang berisi pasir endapan batubara terisi

penuh, nelayan pengumpul mengayak endapan batubara

tersebut untuk memisahkan batubara dari pasir sungai ataupun

sampah. Yang kemudian ditumpuk di atas rakit dan dibawa

menepi untuk dijual ke toke pengumpul.

Pak Likun, Pak Ade dan Pak Ibrahim adalah nelayan pengumpul

batubara. Sama seperti nelayan pengumpul lainnya yang hanya

bermodalkan kemampuan menyelam dan uang sekitar

Rp.100.000,- yang digunakan untuk membeli karung seharga

Rp.5.000/karung, membuat rakit bambu seharga Rp.30.000,-,

sebuah jaring anyaman yg dibuat sendiri seharga Rp.30.000,-

dan sebuah sekop kecil seharga Rp.35.000,-.

Bila tidak ada hambatan cuaca ataupun banjir, setiap harinya

para nelayan pengumpul batubara ini bisa mendapatkan rata-

rata 8 karung perhari yang langsung dijual kepada toke

pengumpul seharga Rp.8.000,- perkarung. Dalam sebulan, para

nelayan pengumpul batu bara ini bisa mendapatkan pemasukan

bersih sekitar Rp.1.000.000,- perbulan.

Toke pengumpul berperan sebagai perantara antara nelayan

pengumpul dengan toke besar. Toke pengumpul membeli

batubara dari nelayan pengumpul seharga 8 ribu s/d 9 ribu

rupiah per karung. Kemudian batubara tersebut di cuci dan

dipisah antara batubara yang berukuran kecil dan batubara

Page 29: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

29

yang berukuran sedikit besar. Setelah bersih, toke pengumpul

menjual kepada toke besar seharga Rp 14.000,- untuk batubara

yang berukuran kecil dan Rp 15.000,- untuk batubara yang

berukuran besar. Batubara yang dibeli dari nelayan pengumpul,

dicuci dan disortir sesuai dengn ukurannya oleh toke

pengumpul. batubara tersebut disortir menjadi batubara yang

kasar dan yang halus. Yang kemudian dijual kepada toke besar

untuk dibawa ke Stockpile batubara di Pelabuhan Pulau Bai.

HA M B A T A N D A N P O TE N S I

Hambatan yang dirasakan oleh pengumpul limbah batubara

antara lain sempat ada larangan dari pemerintah daerah, konflik

antar pengumpul limbah batubara, dan kondisi alam.

Masyarakat yang beraktifitas sebagai nelayan pengumpul

batubara di muara sungai air Bengkulu ini, tidak hanya berasal

dari masyarakat sekitar sungai. Banyaknya masyarakat

pendatang dari desa-desa yang jauh dari areal ini sering

menimbulkan konflik sesama nelayan pemulung batubara.

Masyarakat setempat umumnya tidak menyukai kehadiran

nelayan pengumpul yang bukan warga kelurahan pasar

Bengkulu. Masalah yang kerap kali terjadi dalam usaha ini,

disebabkan oleh banjir luapan air sungai yang berakibat tidak

hanya kepada para nelayan pengumpul batubara yang tidak

turun kesungai, tetapi juga berdampak pada toke pengumpul

yang mengumpulkan batubara di daerah sempadan sungai yang

mengakibatkan batubara yang sudah bersih dan dikumpulkan

oleh beberapa toke pengumpul di bantaran sungai, terbawa

hanyut oleh banjir.

3.3.3. WANATANI (AGROFORESTRY) DI KAWASAN HULU

GAMBARAN UMUM

Mata pencaharian utama masyarakat Rindu Hati adalah petani.

Rata-rata keluarga memiliki 1,5 ha lahan pertanian. Rata-rata

memiliki 2 petak lahan, satu petak khusus untuk sawah, satu

petak yang lain sebagai kebun. Rata-rata masyarakat desa rindu

hati mempunyai lahan sawah dimana hasil sawah yang mereka

dapatkan itu untuk di konsumsi pribadi. Terdapat juga lahan

pertanian yang disewakan dengan biaya sewa kesepakatan.

Sewa yang biasa dilakukan petani sawah yaitu 2:1 yaitu, 2

bagian untuk penggarap dan 1 bagian untuk pemilik lahan.

Page 30: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

30

Kawasan hutan (status lahan hutan negara). Pak hartawan

membuka lahan di kawasan hutan sejak tahun 2004. Lahan

tersebut sebelumnya adalah “milik” (klaim) mertuanya yang

lebih dahulu membuka hutan.

PROSES PRODUKSI

Pak Rohmilin membeli lahan pada tahun 1982. Penanaman

dilakukan sendiri yang dimulai dari penyiapan lahan dengan

menebas semak belukar dilanjutkan dengan proses pembakaran

(dalam bahasa local disebut “panduk”). Setelah penyiapan

lahan, baru dilakukan penyemaian bibit kopi. Bibit kopi yang

ditanam merupakan bibit kopi Robusta. Setelah bibit kopi

berumur 5-6 minggu baru dilakukan penanaman. Selama proses

tanam, Pak Rohmihin melakukan penyiangan rumput tanaman

dan penyemprotan herbisida sebanyak 3 liter setiap 6 bulan

dimulai dari 3 bulan setelah penanaman. Pemanenan dilakukan

setelah kopi berumur 4 tahun. Dalam setiap tahunnya, Pak

Rohmilin mamanen tanaman kopinya pada hanya pada musim

buah agung (buah melimpah) yaitu sekitar bulan Maret-April.

Proses pemanenan sampai dengan kegiatan pasca panen

berlangsung selama 3 bulan.

Dari kegiatan perkebunan kopi ini, Pak Romuhin bisa

mendapatkan rata-rata 700 Kg beras kopi (kopi kering siap

goreng) setiap tahunnya. Produk sampingan berupa sahang

(lada) sebanyak 60 batang yang Pak Rohmihin tanam secara

tumpang sari dan ia rawat sendiri yang dapat menghasilkan

rata-rata 70 Kg pertahun. Hasil lainya berupa beberapa tanaman

kayu bawang, kayu akasia dan kayu sengon yang baru berumur

3 tahun. Hasil yang didapat pak rohmihin dari lahan perkebunan

yang dimilikinya berupa kopi senilai Rp.7.000.000,- ditambah

Lada senilai Rp.1.260.000,- setiap tahunnya. Jika dibandingkan

dengan biaya yang ia keluarkan untuk membayar upah tenaga

kerja dan pembelian herbisida senilai Rp.6.000.000,-, rata-rata

setiap tahunnya penghasilan Pak Romuhin senilai

Rp.2.260.000,-.

HA M B A T A N D A N P O TE N S I

Hambatan utama yang dirasakan oleh petani di wilyah hulu

adalah minimnya pengetahuan pertanian dan minimnya akses

permodalan. Kedua hal tersebut membuat petani sulit

Page 31: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

31

mengembangkan produktivitas pertaniannya. Ketidakpastian

hukum atas pertanian di kawasan hutan juga menjadi hambatan

khususnya bagi petani yang menggarap lahan di dalam kawasan

hutan lindung.

III. TEMUAN DAN SARAN Bab ini menyajikan temuan-temuan yang diperoleh selama

mengumpulkan dan menganalisis informasi dan memberikan

rekomendasi. Bahwa studi ini merupakan langkah awal.

Diperlukan pendalaman lebih lanjut untuk memastikan

kelompok rentan dan dan seberapa kerentanannya terhadap

kondisi sumber daya air. Kelompok aktivitas ekonomi belum

menggambarkan semua aktivitas ekonomi yang mengancam

kualitas dan kuantitas sumber daya air di DAS Air Bengkulu.

Contoh data pada hasil studi AL, Masyarakat yang terkena banjir

di hilir, data yang dikumpulkan belum cukup jelas

menggambarkan bagaimana dan seberapa besar kerentanan

masyarakat atas kondisi sumberdaya air di lokasi banjir.

Rekomendasinya, perlu dipastikan agar surveyor memiliki

pemahaman dasar yang cukup mengenai hidrologi dan aspek

sosial. Contoh data PADA AA, Penulis menemukan bahwa

ancaman kegiatan tambang sangat besar dan merusak kondisi

DAS Air Bengkulu. Tetapi penulis menemukan kesulitan untuk

mengakses aktivitas produksi dari tambang.

Kurangnya pemahaman yang tepat mengenai perbedaan antara

LA dan AA: kuesioner yang digunakan untuk kelompok yang

rentan dan untuk kegiatan ekonomi kritis masih

membingungkan bagi surveyor. Konsep LA dan AA dipahami

namun karena para petani yang diwawancarai untuk LA dan AA

adalah orang yang sama dan dilakukan pada waktu yang sama.

Rekomendasi: LA dan AA dilakukan oleh surveyor yang berbeda

mewawancarai responden yang berbeda. Menggunakan

kuesioner terbuka akan membantu surveyor untuk lebih

berinteraksi dengan orang-orang, yang kadang-kadang tidak

ingin memberikan informasi. Surveyor terkadang mengalami

kesulitan untuk membuat catatan selama wawancara dan cerita

yang berbeda akan muncul dari wawancara yang sama.

Rekomendasi: menggunakan dua pewawancara selama setiap

dari wawancara, wawancara rumit pada hari yang sama yang

Page 32: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

32

melibatkan dua orang dan menyampaikan dan mendiskusikan

hasil dengan pemimpin, dan diskusi kelompok merancang di

mana hasil wawancara yang dilakukan dalam satu komunitas

disajikan dan dibahas.

Pelatihan perlu dilakukan untuk meningkatkan teknik wawancara (pewawancara

yang berpengalaman). Ini adalah langkah penting bagi lapangan kerja untuk

membersihkan lapangan dan kuesioner sehingga dapat diakses untuk pemimpin

proyek. Rekomendasi: Jika wawancara dilakukan dalam penulisan, pagi melakukan /

verifikasi / presentasi / diskusi di sore hari. Jangan pernah menaruh data di rak.

Pemimpin proyek harus memberikan instruksi lebih surveyor sebelum dan setelah

wawancara dan selama menulis data. Yang kedua adalah, pelatihan untuk surveyor.

REKOMENDASI UNTUK TAHAPAN PELATIHAN :

Pelatihan ruang untuk mendapatkan pemahaman yang jelas

tentang proses wawancara dan kuesioner lapangan

Pelatihan lapangan dilakukan dalam dua tahap; Pertama,

pemimpin proyek melakukan wawancara, surveyor

mendengarkan dan membuat catatan. Kedua, pemimpin

proyek pengamat, surveyor melakukan wawancara dan

diskusi tentang proses. Sebuah diskusi dilakukan dan

komentar yang dibuat setelah setiap tahap.

Page 33: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

33

DAFTAR PUSTAKA Mustikasari R., 2011. Getting Water User’s Perspectives. A Guide for

Analysing Livelihoods and Economic Activities in the Context of a

Negotiated Approach to Integrated Water Resources Management.

Telapak. Bogor.

Andriansyah O., Mustikasari R., 2011. Case Description Air Bengkulu

River Basin. Telapak. Bogor.

Page 34: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

34

LAMPIRAN

Page 35: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

35

LAMPIRAN 1. TABEL PELAKSANAAN WAWANCARA

AL DAN AA

Tanggal Kelompok

kritis

Nama

responden

Lokasi

4 – 6 Januari 2010 Petani sawah

sekitar Danau

Dendam Tak

Sudah

AL: Iskandar,

Hendra,

Lisni

AA:

Rusmayan,

Ruslan,

Murin

Kelurahan

Dusun

Besar

20 – 23 Januari

2010

Masyarakat

banjir

Sumardin,

Amin, Zainul

Hakim

Kelurahan

Tanjung

Agung dan

Tanjung

Jaya

11 – 13 Januari

2010

Pengumpul

limbah

batubara di

sungai

Ade, Likun,

Syamsul

Kelurahan

Pasar

Bengkulu

2 – 8 Februari

2010

Petani

agroforest di

hulu

Romuhin,

Muklis,

Hartawan,

Muhar

Desa

Rinduhati

Page 36: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

36

LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISA NAFKAH

HIDUP (LA)

Analisa Nafkah Hidup (AL) adalah sebuah usaha untuk

mengidentifikasi realitas-realitas kehidupan dari komunitas

tertentu. Pengamatan dilakukan di tingkat rumah tangga untuk

mendapatkan deskripsi yang lengkap tentang aspek sosial

ekonomi sekaligus persepsi keluarga atas pendapatan, aset

ekonomi, persoalan yang dihadapi, sekaligus harapan dan cara

alternatif untuk keluarga ini meningkatkan kehidupan

ekonominya.

Terkesan tidak nyata tetapi sesungguhnya terjadi. Strategi

nafkah hidup terasa seolah-olah susah dilihat tetapi

sesungguhnya dapat dijelaskan. Dibutuhkan sedikit imajinasi

untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

Enumerator dan tim pelaksana studi ini ingin menjelaskan

bagaimana komunitas lokal mengevaluasi kehidupannya yang

ditunjukkan dalam beberapa prinsip. Misalnya apakah mereka

percaya bahwa kehidupannya tergolong sejahtera atau hanya

tergolong cukupan saja, tergolong kelompok miskin dan

kekurangan; bagaimana pandangan mereka atas kehidupan

mereka dari kacamata mereka sendiri; apakah mereka merasa

cukup mendapatkan pendapatan untuk pemenuhan

kehidupannya; atau apakah mereka rumah mereka sudah

pantas untuk ditempati.

Tuliskan nama keluarga yang menjadi responden. Misalnya:

Keluarga Ibu Siti, Desa Ilan Batu, wawancara tanggal 7 Mei

2009.

Page 37: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

37

Terdapat 5 aspek yang membangun strategi nafkah. Penjelasan

berikut tentang kelima aspek itu, dengan beberapa sub-bab

yang lebih jauh memberi tambahan informasi.

1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET

Barang modal

atau aset yang dimiliki oleh sebuah

keluarga3. Ada lima jenis barang modal yang merupakan

tonggak pendukung berjalannya sebuah rumah tangga

(household/KK; kepala keluarga).

Kelima aspek barang modal yang disebutkan di bawah ini,

harus dilihat juga dari segi akses terhadap sumberdaya

external. Misalnya apakah keluarga itu memiliki akses luas

terhadap peningkatan diri anggota keluarganya melalui

berbagai pelatihan informal atau sekolah formal. Atau

akses terhadap perbankan untuk pinjaman rumah (fisik).

Juga kemungkinan keluarga ini mendapat bantuan dari

sanak keluarga atau handai taulannya (social safety belt;

jaring keamanan sosial) saat mereka mendapat kesulitan.

1.1. AS ET MANUSI A

(komposisi keluarga, latar belakang pendidikan, berbagai jenis

pelatihan, kemampuan untuk melakukan migrasi)

Anggota keluarga dikategorikan sebagai aset bagi suatu

keluarga. Tuliskan berapa jumlah anggota keluarga yang

tinggal di dalam satu rumah. Tuliskan selengkap mungkin,

termasuk didalamnya jenis kelamin dan usia.

Juga latar belakang pendidikan baik yang formal maupun

3 Barang Modal: tidak selalu menunjuk barang yang diperjual-belikan.

Umumnya menunjuk kepada aspek-aspek yang dibutuhkan sebuah

keluarga untuk bertahan hidup. Informasi yang bisa kita kumpulkan

akan memberikan gambaran tentang kehidupan sebuah keluarga.

Kehadiran kelima aset ini adalah penting adanya.

Page 38: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

38

informal yang sedang dan atau sudah dicapai. Berapa orang

lulusan SD, SMP, SMA, dst. Siapa saja yang pernah mengikuti

training PKK, Posyandu, Penyuluh Pertanian, dsb. Penulisan

dalam bentuk tabel memudahkan penulisan.

Adakah kemungkinan bagi keluarga atau anggotanya untuk

bermigrasi ke luar daerah. Misalnya karena memiliki saudara

yang bekerja di Malaysia, maka dia berniat untuk mencari

kerja di sana setelah lulus sekolahnya. Atau dia akan pindah ke

desa lain karena di tempat ini selalu kebanjiran.

Berikut adalah contoh informasi aset manusia yang kita ambil

saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Di dalam satu

keluarga terdiri dari 5 orang, yaitu si ibu dan 4 orang anak

perempuannya yang masih tinggal bersama ibunya. Dua dari

anaknya sudah menyelesaikan SMA, sedangkan dua anaknya

yang lain bekerja di pabrik textil di Bandung”.

1.2. AS ET KEP EMI LIK AN SUMBERDAY A ALAM

(lahan, kolam ikan, pohon-pohon, akses terhadap air)

Setiap keluarga memiliki aset sumberdaya alam, termasuk

misalnya lahan sawah, kebun, jumlah pohon karet. Akses

terhadap pemenuhan kebutuhan air juga termasuk ke dalam

aset kepemilikan SDA. Misalnya letak rumahnya di dekat sungai,

sehingga keluarga ini bisa mengambil air sungai untuk

pemenuhan kebutuhannya MCK dan masak/minum.

Berikut adalah contoh informasi aset kepemilikan sumberdaya alam yang kita

ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Tidak ada lahan selain tanah

yang diatasnya terdapat rumah yang ditempati keluarga itu. Luas keseluruhannya

hanya ¼ ha. Di lahan pekarangan depan, ditanami jagung yang biasa dipanen 3

kali setahun. Kebutuhan air sehari‐hari dari sumur yang dimiliki keluarga ini yang

terletak di pekarangan belakang rumah sehingga memudahkan pengambilan air

Page 39: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

39

untuk kebutuhan sehari‐hari. Kualitas air sungai ini bagus sehingga keluarga ini

tidak perlu membeli air minum galon”.

1.3. AS ET F IN AN SIAL

(peluang pekerjaan yang ada dan yang dilakukan, berapa

pendapatannya, tabungan, biaya hidup, akses ke perbankan

atau koperasi, musim yang bisa mempengaruhi kehidupan)

Berikut adalah contoh informasi aset finansial yang kita ambil

saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Mata pencahariannya

adalah seorang pedagang sayur. Sayuran yang dijual terkadang

dibeli dari petani sekitar dan sebagian hasil tanaman dari kebun

sendiri. Biaya yang harus dikeluarkan rutin yaitu transportasi

sebanyak 3 kali dalam seminggu, sebesar Rp 14.000 pulang

pergi. Dengan pendapatan kotor sebesar Rp 100.000

perminggu, dan pengeluaran transport sebesar Rp 42.000,

maka si petani mendapatkan kurang dari Rp 60.000/minggu.

1.4. ASET F ISIK /ALAT‐ALAT BERAT

(alat pertanian seperti traktor, kerbau dan sapi untuk membajak

sawah).

Setiap rumah tangga memiliki aset fisik. Misalnya berupa rumah,

ternak sapi, traktor, kendaraan mobil dan motor, dsb. Alat fisik

ini dipergunakan oleh keluarga ini untuk berproduksi dan

mendapatkan pendapatan untuk kelangsungan hidupnya. Siapa

yang biasa menggunakan motor/traktor dan bagaimana

perawatan alat‐alat fisik yang dimiliki ini. Adakah alat fisik ini

disewakan dan menjadi tambahan pendapatan keluarga.

Tuliskan apakah rumah yang ditempati adalah milik

sendiri, sewa atau tinggal bersama orang tua.

1.5. ASET SOSIAL

(jaringan formal/informal, jaring pengaman sosial saat

terjadi kesulitan; akses terhadap program pembangunan

Page 40: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

40

yang disediakan pemerintah dan program umum lainnya)

Aset sosial menunjuk pada jejaring yang dimiliki sebuah

keluarga. Hubungan ini bisa bersifat formal atau informal.

Misalnya jika terjadi suatu bencana, kematian kepala keluarga,

apakah keluarga ini memiliki asuransi jiwa di sebuah perusahaan

asuransi. Atau keluarga dan tetangga terdekatnya akan

membantu sehingga keluarga ini tetap bisa bertahan hidup.

Uraikan jika keluarga ini punya akses terhadap perbankan atau

lembaga perekonomian lainnya seperti koperasi atau Credit

Union.

Berikut adalah contoh informasi aset sosial yang kita ambil saat

berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Awalnya rumah tersebut

adalah milik suaminya, setelah suaminya meninggal yang

menjadi ahli waris adalah sang istri. Rumah bagian belakang

diberikan kepada salah satu anaknya sedangkan si ibu yang

merupakan ahli waris pemilik rumah tinggal dirumah panggung

(bagian depan). Satu anaknya tinggal dan bekerja di Bandung

bersama seorang relatif yang diajak bersama-sama merantau.

Anaknya yang lain bekerja menjadi guru SD dan tinggal di Kota

Palopo.

2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN

Setiap keluarga memiliki strategi dan pilihan aktivitas yang

berbeda agar keluarga ini bertahanmemenuhi kebutuhan

hidupnya. Alasan pemilihan strategi dan aktivitas akan berbeda

untuk setiap keluarga.

Berikut adalah contoh informasi bagaimana strategi sebuah

keluarga untuk bertahan hidup yang kita ambil saat berlatih di

kawasan hilir DAS Lamasi. “Beberapa keluarga yang tidak

memiliki lahan pertanian untuk digarap, mencari pekerjaan

diluar kampung seperti merantau ke Kalimantan, Irian, Jawa.

Page 41: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

41

Keluarga-keluarga ini sesungguhnya memiliki sepetak kebun

coklat yang terletak di bagian depan rumahnya, tetapi sejak

tahun 2000 saat banjir datang teratur, tanaman coklat menjadi

tidak produktif. Tanaman ini rusak karena keseringan banjir dan

diserang hama penyakit. Keluarga ini menanam jagung yang

memiliki daur panen lebih pendek untuk menambah pemasukan

sedangkan sang suami sebagai kepala keluarga pergi merantau

ke luar daerah”.

T IPE-TIPE PRODUK DAN NON-PRODUK

Di dalam kegiatan pertanian pada umumnya, terdapat lebih dari satu jenis produk

yang bisa dihasilkan, misalnya memelihara ikan diantara air padi sawah, atau

berbagai produk tanaman tumpangsari. Ada berbagai tipe-tipe produk pertanian,

misalnya seorang petani bisa menghasilkan gabah, padi, berbagai sayuran dan

buah-buahan, dsb. Selain produk utama, kegiatan pertanian bisa juga menghasilkan

produk sampingan (non-produk). Yaitu hasil sampingan yang seringkali tidak kita

inginkan terjadi, misalnya limbah kimia dari proses produksi pertanian yang memakai

pupuk kimia, kerusakan lingkungan seperti deforestasi atau erosi badan sungai.

Beberapa pertanyaan:

Apa yang menjadi produk utama? Apa yang menjadi produk pertanian

tambahan?

Apa tipe pertanian yang dijalankan (misal pertanian irigasi padi sawah, irigasi

tradisional mengandalkan tadah hujan, palawija sayuran, perkebunan kopi,

kebun campuran seperti rambutan dan durian, dsb)?

Seberapa besar produksi yang dihasilkan? Tuliskan unit yang digunakan untuk

mengukur besaran produk (kg, liter, unit pengukuran lokal yang biasa

digunakan).

Output non-produk; apakah dihasilkan buangan? Apakah buangan itu dibuang

begitu saja atau digunakan untuk tujuan lain? Apakah ada perlakuan khusus

terhadap buangan yang dihasilkan? Seberapa besar buangan yang dihasilkan?

Page 42: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

42

Tabel 1. Tipe non-produk yang dihasilkan

NO. JENIS USAHA

PENGHASIL LIMBAH LIMBAH YANG

DIHASILKAN JUMLAH (KG

ATAU LITER) PERLAKUAN

TERHADAP LIMBAH

3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA.

Pendapatan adalah jumlah pemasukan yang diperoleh suatu

keluarga untuk bertahan hidup, membayar tagihan listrik, anak

sekolah, membeli kebutuhan makan/minum, dsb. Pendapatan

bisa berupa uang tunai atau berupa produk, misalnya jagung,

padi, coklat. Pola pendapatan berbeda‐beda, misalnya bisa

setiap bulan untuk pegawai kantoran, atau setiap 6 bulan

setelah masa panen untuk petani padi sawah.

Prioritas. Tuliskan juga apa yang menjadi prioritas

pendapatan. Misalnya yang utama adalah hasil panen padi,

kemudian jagung dan palawija lainnya. Tuliskan juga apa

prioritas utama pengeluaran keluarga ini, apakah pengeluaran

terbesar untuk makanan atau pengeluaran lainnya. Berapa

persentasenya dibandingkan pengeluaran untuk pos lainnya.

Berikut adalah contoh bagaimana strategi sebuah keluarga

untuk bertahan hidup, yang kita ambil saat berlatih di kawasan

hilir DAS Lamasi. “Pendapatan utama dari tanam jagung dan

jualan sayur. Hasil dari jualan jagung dan sayur untuk makan

sehari‐hari serta untuk transport ke pasar.

4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP

(berhubungan dengan komponen utama dari ketahanan hidup:

pendapatan, pangan, kesehatan, air dan perumahan)

Aspek keamanan dan ketahanan hidup suatu keluarga

diartikan sebagai faktor‐faktor ancaman apa saja yang dirasa

seseorang yang akan mengganggu kehidupannya. Ini erat

Page 43: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

43

kaitannya dengan faktor: pendapatan, sumber‐sumber

makanan, kesehatan, akses terhadap air bersih dan

perumahan.

4.1. T ITIK LEMAH DAN K ELEN TINGAN BERT AHAN HI DU P

Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup. Apa titik lemah dari

hidup seseorang, ada bagian hidup yang dirasa penting dan

perlu dipertahankan. sebagai suatu hal yang penting, apa yang

mengancam bagian yang penting itu. Apa titik lemahnya dari

bagian penting itu, yang jika keamanannya terganggu, maka

bagian penting ini menjadi rapuh dan terbuka atas ancaman

lainnya.

Daya lenting adalah kemampuan keluarga informan untuk

bertahan hidup. Misalnya saat banjir datang dan

menenggelamkan rumahnya, apakah keluarga ini mampu

kembali pulih dan beroperasi seperti biasa. Berapa lama

waktu yang dibutuhkan, bagaimana dan apa yang dilakukan

untuk kembali pulih. Seberapa kuat keluarga ini bertahan

terhadap bencana alam banjir, misalnya.

4.2. HUBUN GAN DAN KET ER GANTUNG AN T ERHADAP AI R

Setiap manusia membutuhkan air untuk kelangsungan

hidupnya. Jelaskan bagaimana hubungan seorang responden

dengan sumber daya air. Apabila dia seorang petani, tentunya

memiliki hubungan dengan air yang berbeda jika sang

responden adalah seorang pegawai bank. Uraikan bagaimana

kualitas hubungan yang terjadi antara informan dengan

sumberdaya air. Apakah hubungan dengan air itu terbentuk

sebagai alat untuk pekerjaannya, atau hanya untuk kebutuhan

hidupnya saja. Seorang petani padi sawah dengan petani

karet/coklat memiliki cara yang berbeda dalam pemakaian air.

Page 44: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

44

Ketergantungan terhadap air lebih menjurus pada informasi tentang kuantitas

hubungan seorang informan dengan air. Misalnya berapa banyak seseorang

menggunakan air, seberapa sering dia menggunakan air. Jumlah air yang

dibutuhkan petani lebih besar dibanding seorang pegawai bank. Tuliskan berapa

besar air yang dibutuhkan seseorang. Dan informasi lainnya yang bisa

menjelaskan seberapa besar ketergantungan seseorang terhadap air.

4.3. ALASAN KER ENT AN AN DAN SO LUSI NY A

Di dalam setiap masalah ada solusi. Setiap orang akan

melihat sebuah masalah berbeda dengan orang lain. Begitu

juga setiap orang melihat solusi yang berbeda untuk

masalah yang dihadapinya. Tuliskan apa yang menyebabkan

sesuatu itu menjadi problem buat seseorang. Dan apa

solusinya menurut orang itu. Apakah solusi itu mungkin

dilaksanakan, atau sangat tidak mungkin. Kenapa, tuliskan

alasannya.

5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU

KELEMBAGAAN

Setiap manusia memiliki keinginan, sekaligus melihat apa yang

menjadi hambatannya. Tidak perlu diperdebatkan apakah

keinginannya itu mungkin atau tidak mungkin tercapai. Karena

memang yang ingin kita potret adalah persepsi si informan ini.

Misalnya seorang petani yang berkeinginan menjadi pengusaha

sukses seperti Bob Sadino. Tidak ada yang salah dengan

keinginan itu. Diperjelas saja, apa alasan kenapa dia

menginginkan hal itu. Dan apa keraguan, ketakutan,

kekhawatiran, concern (perhatian) dia saat melangkah

mencapai mimpinya itu (hambatan).

Hambatan bisa dikelompokkan berdasar sumbernya. Yang

berasal dari internal, diri si informan itu sendiri dan datangnya

dari luar. Pada umumnya orang lebih mudah menunjuk

Page 45: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

45

hambatan yang berasal dari luar. Misalnya seorang petani yang

punya keinginan menjadi pengusaha, akan mengatakan karena

tidak ada modal. Coba dicari lebih jauh kenapa menurut dia

modal tidak bisa dia dapat. Misalnya jika alasannya karena tidak

ada akses ke bank atau lembaga ekonomi lainnya, maka bisa

ditelusuri kenapa itu terjadi. Apa alasan bank saat permohonan

sang petani ditolak? Apakah menurut petani itu, hambatan itu

bisa diatasi? Atau sesuatu yang sangat tidak mungkin diatasi.

Tuliskan apa pandangan sang informan itu tentang solusi dan

kemungkinan solusi itu terealisasi.

Berikut adalah beberapa contoh jenis‐jenis harapan yang

didapat dari sebuah keluarga yang desanya terkena banjir

secara rutin di hilir DAS Lamasi. “Harapan keluarga ini adalah

adanya penerangan listrik masuk desa, ada bantuan modal

dari pemerintah untuk usaha (jualan barang campuran), ada

perbaikan drainase sehingga air limpahan dari sungai tidak

menggenang di rumah-rumah dan jalan desa, tanggul desa

diperbaiki sehingga aliran air menjadi lancar”.

Page 46: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

46

6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD

Berikut ini adalah beberapa tabel yang bisa dipergunakan untuk

mengumpulkan data dari pertanyaan AL.

Nama Responden : Keluarga Bapak/Ibu XX

Usia :

Alamat :

Tabel 1. LA (boleh tidak diisi)

ASSET AKTIVITAS/PENCAHARIAN/CAPABILITIES/KELENTINGAN

STRATEGI LIVELIHOOD

SDA

FI

SI

K

SDM

FINA

NSIAL SO

SIA

L

HAMB

ATAN STRA

TEGI HAR

APAN

Tabel 2. ASET SDA

NO JENIS SDA UNIT KETERANGAN

1 POHON KELAPA

SAWIT 1000

BATANG 400 BATANG BARU BERUSIA 5 BULAN

600 BATANG SUDAH MENGHASILKAN SELAMA

10 TAHUN

2 KERAMBA IKAN 10 KERAMBA 1 KRAMBA MEMBUTUHKAN BIAYA RP 500.000

UKURANNYA 8X5 METER

Tabel 3. ASET FISIK

NO JENIS FISIK UNIT KETERANGAN

Page 47: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

47

TABEL 4. ASET SDM

NO

NAMA HUBUNGAN

KELUARGA USIA PENDIDIKAN KETERANGA

N

ISTRI

Tabel 5. ASET FINANSIAL

NO JENIS FINANSIAL UNIT KETERANGAN

Tabel 6. ASET SOSIAL

NO JENIS SOSIAL UNIT KETERANGAN

Tabel 7. AKTIVITAS/PENCAHARIAN/CAPABILITIES/KELENTINGAN

NO URAIAN KETERANGAN

Tabel 8. STRATEGI LIVELIHOOD

HAMBATAN STRATEGI HARAPAN

Page 48: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

48

LAMPIRAN 3. KUESIONER ANALISIS

AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN

Analisis Aktivitas (AA) adalah kajian seputar kegiatan produksi di

suatu areal wilayah. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan

gambaran mengenai kondisi kegiatan produksi di kawasan

DAS,misalnya bagaimana kondisi pertanian di suatu areal

persawahan yang mendapat jaringan irigasi. Kegiatan proses

produksi pertanian diawali dengan persiapan lahan pertanian,

persiapan dan penyemaian bibit tanaman, menjaga lahan

pertanian dari hama dan penanggulangannya, pemanenan dan

pemasaran hasil produksi panen. Menjadi penting juga untuk

melihat bagaimana keterkaitan setiap tahapan kegiatan ini

terhadap air.

Kuesioner di bawah ini fokus terhadap kegiatan pertanian

karena sejalan dengan ketertarikan banyak organisasi

masyarakat sipil dan LSM, yang mencoba menerapakan konsep

Pendekatan Negoasiasi (NA) kepada masyarakat pengguna air.

Kegiatan pertanian sering dikategorikan sebagai kegiatan kritis

sejak ketergantungannya yang utama terhadap air sekaligus

memiliki implikasi sosial yang tinggi. Seberapa besar jumlah air

yang diperlukan dalam suatu kegiatan pertanian tergantung

jenis pertaniannya. Ada berbagai jenis kegiatan pertanian,

seperti pertanian padi sawah/padi sawah irigasi, pertanian

sawah tadah hujan/non-irigasi, pertanian palawija sayuran,

perkebunan monokultur, perkebunan campuran, dsb.

Pengumpulan data dilakukan terhadap beberapa orang petani di

lokasi yang sudah kita tetapkan sebagai kelompok rentan

(vulnerable group), responden lain seperti kepala desa, petugas

penyuluh lapang (PPL), pusat penelitian di universitas, dll.

Page 49: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

49

Penggalian informasi sebaiknya dilakukan dengan cara informal

misalnya dengan melakukan percakapan santai di kebun di sela-

sela waktu istirahat si petani. Untuk mengecek ulang, bisa

melakukan FGD setelah semua pertanyaan kuesioner ditanyakan

atau mengunjungi petugas PPL untuk mendapatkan data

sekunder.

Ada 3 isu dasar yang akan kita kerjakan dalam Analisis Aktivitas

(AA); fungsi produksi, kendala dan kerusakan, dan solusi

alternatif. Kuesioner yang disusun di bawah ini mengikuti ketiga

poin ini.

1. Aspek Produksi. Yaitu berupa data tentang input dan output para aktor

pengguna air, misalnya informasi tentang bagaimana proses pertanian.

Pertanyaan yang ingin kita jawab adalah tentang modal lahan dan

kebutuhan‐kebutuhan lain, aktivitas yang dilakukan mulai dari persiapan bibit

sampai panen, serta pemasarannya.

2. Kendala dan kerusakan. Di dalam bagian ini, kita diminta untuk melihat

kemungkinan yang tidak terduga terjadi. Kita akan menggunakan data ini

untuk melihat seberapa sensitifitas jika suatu hal tidak terduga terjadi.

Misalnya dalam kasus petani, apa yang akan mereka lakukan jika pasokan air

ke sawah/ladang mereka berkurang jumlahnya. Apakah mereka akan mati

kelaparan, atau mereka akan membuat saluran irigasi baru, atau apa. Tidak

jarang kita temukan, jika jumlah air yang mengalir ke sawah berkurang,

maka tidak ada masalah buat petani.

3. Langkah alternatif. Yang dimaksud dengan kegiatan alternatif adalah

pencarian kemungkinan bagi si aktor untuk melakukan suatu aktivitas

ekonomi tetapi dengan cara yang berbeda. Informasi soal kegiatan alternatif

ini bisa didapat dari referensi literatur buku‐buku, majalah atau artikel

internet. Bisa juga kita bicara dengan seorang pakar di bidangnya. Misalnya

kita bicara dengan seorang Penyuluh Pertanian tentang kemungkinan praktek

Page 50: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

50

padi sawah dengan cara efisien. Kita juga bisa bertanya langsung dengan

petani dan menanyakan apa pendapat mereka. Tuliskan saja apa pandangan

mereka, walau misalnya dirasa tidak mungkin dilakukan karena ada banyak

pembatas. Tuliskan saja pembatasnya itu apa.

Misalnya seorang petani merasa bahwa dia bisa menghasilkan

lebih banyak produksi padi, jika saja dia bisa mendapat pasokan

air dengan teratur. Silakan dituliskan kemungkinan pelaksanaan

kegiatan ekonomi aktor pengguna air dengan cara yang tidak

biasa mereka lakukan.

I. FUNGSI PRODUKSI

Fungsi Produksi meliputi data tentang input dan output dari

petani saat mereka melaksanakan aktivitas produksi

pertaniannya; produk-produk pertanian yang dihasilkan

(output); sesuatu yang dibutuhkan agar output itu bisa

dihasilkan dan praktek apa saja yang diterapkan dalam kegiatan

pertanian. Pertanyaan yang perlu kita jawab termasuk lahan,

modal dan input lain yang dibutuhkan, tahapan aktifitas dari

mulai persiapan lahan, bibit sampai pemanenan dan pemasaran.

I.1. LAHAN

Terutama dalam produksi pertanian,lahan adalah modal utama

untuk menjaankan produski. Perlu digali informasi seputar luas

lahan, bagaimana kepemilikan lahan dll. Beberapa pertanyaan

kunci untuk membantu pengumpulan data lahan;

Luas Lahan: Berapa luas lahan yang dikelola untuk pertanian?

Kepemilikan Lahan: Bagaimana kepemilikan lahannya? Milik sendiri atau

milik orang lain. Kalau milik orang lain, bagaimana sistem kelolanya; apakah

pinjam atau sewa, dan bagaimana sistem sistem pembayarannya; apakah

bayar dengan uang atau dengan pola bagi hasil?

Page 51: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

51

Tenurial: Bagaimana status lahannya? Misalnya apakah berada di hutan

negara, di tanah adat, atau di lahan milik. Di beberapa lokasi ada banyak

petani yang mengelola lahan di dalam tanah adat dengan sistem waris atau

pembagian tertentu.

I.2. ASPEK PRODUKSI:

Aspek produksi menceritakan tentang hal‐hal yang berkaitan dengan aktivitas

produksi pertanian.

Produk: Apa jenis produk utama dan sampingan yang diusahakan. Dalam

pertanian, ada beberapa pola yang mengembangkan berbagai produk dalam

satu hamparan lahan; misalnya memelihara ikan di sela masa tanam padi di

sawah, atau kebun tumpang sari di kebun‐kebun.

Proses Produksi: Proses produksi ini membentuk siklus yang beragam di

setiap lokasi, dan di masing‐masing petani kadang juga berbeda. Lakukan

eksplorasi mengenai tahapan‐tahapan produski; misalnya pada produksi

pertanian sawah petani membajak sawah, menyiapkan bibit, penanaman,dan

lain‐lain sampai proses pasca panennya. Tuliskan juga pada musim apa saja

proses produksi itu dilakukan.

Input Yang Dibutuhkan: Kebutuhan apa saja yang digunakan dalam setiap

tahap proses produksi. Misalnya pada pertanian dibutuhkan bibit, pupuk,

traktor atau hewan untuk membajak, tenaga kerja, air, dll. Bisa dibantu

dengan tabel, misalnya.

Page 52: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

52

Tabel 1. Kompilasi data input pertanian.

No Input Jumlah Keterangan

1. Lahan 1 ha Lahan sewa. Sistem bagi hasil 2/3 untuk

penggarap 1/3 untuk pemilih lahan. Biaya

ditanggung pemilik lahan.

2. Bibit Rp. 500.000 10 kg / ha dengan Harga bibit Rp50.000,‐/ kg

3. Pupuk

ZA Rp. 325.000 Sebanyak 5 sak dengan harga Rp 65.000/sak

Urea Rp. 500.000

Sebanyak 5 sak dengan harga Rp 100.000 /

sak

4. Pestisida Rp.350.000

Kebanyakan petani akan membeli pestisida

ketika memiliki uang tunai.

4. Upah tenaga

kerja Rp. 650.000

5.

Sewa traktor Rp. 750.000

Berkisar antara 750.00 Rp 900.000. Traktor

yang disewakan adalah bantuan dari

pemerintah yang kemudian dijadikan hak milik

oleh pengurus kelompok tani dan kemudian

disewakan

6.

Air Rp. 150.000

Ini adalah uang iuran kelompok P3A. Juga

konversi atas hari kerja yang petani gunakan

untuk memperbaiki kanal dan saluran irigasi.

TOTAL

Rp.

3.225.000

Output: Output ini tidak selalu satu jenis, ada banyak produksi yang

menghasilkan beberapa output. Misalnya pada produski sawah, petani bisa

menghasilkan padi, palawija, mungkin juga ikan, dan sekam padi yang di

beberapa lokasi juga dimanfaatkan. Informasi tentang hasil‐hasil produksi;

mengenai jenis produknya, proses pasca produski (pasca panen), produk

sampingan, dan limbahnya.

Page 53: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

53

Table 2. Jenis-jenis Output per ha yang dihasilkan Petani di Danau Dendam Tak

Sudah, DAS Air Bengkulu.

OUTPUT PER HA

GABAH KERING GILING (RP) BERAS (RP) DEDAK TOTAL OUTPUT PER HA (IDR)

1,840,000 6,784,000 424,000 9,048,000

I.3. EKONOMI

Aspek ekonomi dari hasil produksi pertanian. Berapa harga

jualnya, bagaimana proses pemasarannya, dan bagaimana

kemudahan akses pasarnya. Cara pemasaran ini sangat

beragam di setiap lokasi; misalnya ada yang menjual ke pasar,

atau menjual di lokasi karena pedagang langsung datang ke

lokasi kebun, atau ada juga yang menjual dengan sistem ijon

(dibeli pada saat sebelum panen).

Pertanyaan pertama adalah berapa besar produksi panennya. Apakah hasil

produksinya dijual atau dikonsumsi sendiri.

Kalau produksi dijual, berapa harga jualnya.

Bagaimana proses penjualan produk-produk pertanian yang dihasilkan. Ke pasar

mana produk pertanian biasa dibawa. Atau apakah si pembeli datang langsung

ke tempat produksi. Apakah akses terhadap pasar mudah dilakukan. Apa

hambatan yang dihadapi dalam pemasaran produksi pertanian.

Adakah harga yang ditetapkan pemerintah(farm gate prices4) berlaku di daerah

itu?

Table 3. Data Ekonomi untuk Kegiatan Pertanian5

NO PRODUKSI ATAU TIPE

JASA JUMLAH YANG

DIHASILKAN JUMLAH YANG

DIJUAL HARGA JUAL TEMPAT

MENJUAL

PRODUK

4 Pemerintah mendukung adanya penetapan harga gabah kering giling tetapi tidak

selalu berjalan di setiap daerah dengan baik.

5 Untuk setiap petani, buat tabel berbeda.

Page 54: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

54

I.4. CONTOH TABEL OUTPUT DAN INPUT PERTANIAN

Berikut adalah contoh tabel hasil kompilasi yang dipakai untuk menampilkan output

dan input proses produksi. Data ini adalah data pertanian padi sawah di sekitar

Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu. Untuk proses produksi pertanian

lainnya seperti kelapa sawit, perikanan bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

Tabel 4. Output dan input pertanian padi sawah di sekitar Cagar Alam Danau

Dendam Tak Sudah, DAS Air Bengkulu.

PETAN

I

LUA

S

LAH

AN

INPUT (PER HA)

BENI

H

PUPUK TENAGA

KERJA TRAKT

OR PESTI

SIDA

TOTAL

INPUT

PER HA UREA PHOS

KA NPK

TANA

M PANE

N

MURI

N 0,75

400.000

800.000

533.333

0 800.000

266.667

1.033.333

533.333

4.366.667

RUSM

AYAN 0,30

400.000

250.000

333.333

333.333

0 333.333

1.083.333

500.000

3.233.333

RUSLA

N 0,50

200.000

0 0 0 720.000

720.000

1.100.000

480.000

3.220.000

OUTPUT PER HA INCOME PER HA

GABAH BERAS DEDAK TOTAL

OUTPUT PER

HA

TOTAL

INCOME BAGI HASIL NET INCOME

1.840.000 6.784.000 424.000 9.048.000 4.681.333 1840000 2.841.333

2.400.000 7.360.000 440.000 10.200.000 6.966.667 2400000 4.566.667

0 10.120.000 - 10.120.000 6.900.000 0 6.900.000

I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI

Pengumpulan informasi tentang organisasi atau kelompok tani

dimaksudkan untuk mengetahui peran oranisasi bagi

peningkatan produktivitas dan perbaikan kesejahteraan

masyarakat/petani.

Organisasi Apa: (Kelompok tani atau organisasi lain) apa saya yang diikuti

Page 55: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

55

oleh petani, yang berhubungan dengan kegiatan pertaniannya. Misalnya di

areal persawahan di Saluran Irigasi Lamasi Kanan, ada beberapa petani yang

ikut dalam P3A namun banyak juga yang tidak ikut menjadi anggota

kelompok ini. Selain organisasi P3A, terdapat organisasi kelompok tani lain.

Keaktifan organisasi tersebut. Seberapa aktif organisasi ini beroperasi.

Berapa banyak anggotanya.

Manfaat organisasi tersebut bagi petani dan kegiatan produksi pertanian di

kawasan tersebut. Adakah keuntungan menjadi anggota organisasi.

I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN

Bagian ini menjelaskan peranan pemerintah dan pihak‐pihak lain

di luar petani. Misalnya program bantuan bibit dari pemerintah,

atau bantuan pembinaan kelembagaan dari LSM.

Apa saja program‐program pemerintah yang ada di lokasi tersebut yang

berhubungan dengan peningkatan produksi misalnya.

Bagaimana dampaknya bagi produktivitas di areal tersebut, dan bagaimana

keberlanjutan program tersebut. Apakah program masih berjalan saat

pendanaan sudah habis.

II. PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS

Halangan dan Kerusakan: untuk bagian ini, enumerator

mencoba mencari kemungkinan solusi untuk persoalan yang

dihadapi yang mungkin tidak bisa dilihat oleh orang luar.

Misalnya persoalan kekurangan air, apa yang akan dilakukan

petani jika kekurangan air ke lahan sawah atau perkebunan

sayur terjadi. Apakah mereka akan mengalami gagal panen atau

petani akan mencoba membangun saluran irigasi baru. Bukan

suatu hal yang biasa terjadi untuk petani menjadi tidak peduli

terhadap berkurangnya pasokan air.

Jenis Masalah: Bagian ini mencoba menggali peristiwa‐peristiwa apa saja yang

mengganggu jalannya proses produksi pertanian; misalnya serangan hama,

bencana banjir, kekurangan air saat kemarau, dll.

Page 56: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

56

Besarannya: Berapa besar dan berapa sering peristiwa itu terjadi. Beberapa

besar dampak kerusakannya? Berapa banyak petani yang dirugikan? Berapa

besar kerugian ekonomi yang diakibatkan?

Pertanyaan terkait air: jika terjadi kekurangan air, menurut Bapak apa yang

akan terjadi. Apa alasannya.

Prediksi: apakah potensi terjadinya kerusakan bisa diperkirakan. Bagaimana

caranya.

III. HARAPAN UNTUK PENINGKATAN

Alternatif ukuran-ukuran yang dipertimbangkan termasuk

kemungkinan melaksanakan kegiatan proses produksi dengan

cara yang berbeda. Kuncinya terletak pada penekanan apakah

output yang sama bisa dicapai dengan kombinasi input yang

berbeda, misalnya mencoba berbagai jenis bibit yang lebih

tahan terhadap kekurangan air atau lebih tahan terhadap hama.

Terkait isu ini adalah pertanyaan terkait harapan untuk

perbaikan. Sub-bab berikut memberikan contoh pertanyaan-

pertanyaan.

Informasi terkait berbagai aspek ini dapat dikumpulkan dari

berbagai buku dan literatur, majalah atau artikel di internet.

Enumerator dapat berkonsultasi dengan seorang ahli. Misalnya

dengan seorang petugas PPL tentang praktek yang lebih efisien

untuk pertanian padi sawah; bertanya langsung ke petani

tentang apa pendapat mereka. Tuliskan setiap opini yang ada,

walaupun jika sang responden merasa bahwa usulan alternatif-

alternatif ini tidak mungkin dilaksanakan karena berbagai

hambatan. Tuliskan juga apa yang menjadi hambatannya.

Misalnya, seorang petani merasa bahwa dia bisa memproduksi

lebih banyak padi jika dia bisa mendapatkan aliran air lebih

teratur. Tuliskan kemungkinan aktivitas ekonomi lain yang

menurut responden bisa dilakukan, walau itu merupakan hal

yang tidak biasa.

Page 57: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

57

III.1. HARAPAN DAN INISIATIF UNTUK PERBAIKAN

Bagian ini menjelaskan apa saja harapan dan upaya yang

dilakukan masyarakat/petani untuk meningkatkan produktivitas

pertanian dan kesejahteraannya. Harapan‐harapan tersebut bisa

beraneka ragam.

Apakan kegiatan pertanian yang selama ini mereka jalankan sudah berjalan

baik atau ada peluang untuk lebih meningkatkan hasil. Bagaimana.

Terkait dengan studi meja yang dilakukan enumerator; periksa apakah

kegiatan proses produksi yang sekarang dijalankan petani sudah memadai

atau ada hal lain yang bisa diperbaiki. Pertanyaan ini bisa diperiksa melalui

literatur atau internet, atau bisa juga dengan berkonsultasi dengan petugas

pertanian yang berkompeten. Bagaimana cara peningkatan produksi yang

mungkin dilaksanakan petani.

Kesulitan dan tantangan apa yang mungkin timbul jika solusi alternatif ini

dijalankan.

Apakah petani optimis bahwa mereka sendiri dapat melakukan perubahan.

Apa alasannya.

Perluasan lahan: Apakah petani punya harapan untuk memperluas lahan

untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Atau petani penggarap punya

harapan untuk memiliki sendiri lahan pertanian sehingga hasil ekonomi dari

panennya bisa lebih menguntungkan.

Produk lain: Apakah petani ingin beralih ke jenis produk yang lain, ataukan

ingin menambah (diversifikasi) jenis produk.

Teknik pertanian: Apakah petani punya harapan untuk meningkatkan

pengetahuan teknik pertanian? Ataukah ingin mengembakan teknologi yang

lebih modern.

Pemasaran: Bagaimana harapan petani untuk meningkatkan pemasaran

produknya. Apakah dengan kemudahan pasar ke pabrik besar atau bisa

ekspor, atau harapan agar harga produk bisa stabil.

Page 58: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

58

III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN

Apa kendala‐kendala yang menurut petani mereka akan hadapi

untuk mencapai perbaikan kondisinya, sehingga membatasi

petani dalam melakukan berusaha meningkatkan mutu

pertaniannya. Misalnya pada petani sawah irigasi mereka ingin

meningkatkan durasi tanam dari 2 kali setahun menjadi 3 kali

setahun, namun dibatasi oleh sulitnya air, atau sulitnya

mengajukan usul ke GP3A dan Dinas PSDA untuk pengaturan air

supaya bisa 3 kali tanam. Hal ini menjadi faktor pembatas yang

harus diatasi terlebih dahulu kalau petani ingin meningkatkan

intensitas tanamnya.

IV. KETERGANTUNGAN TERHADAP AIR.

Dalam analisis ini, kita memfasilitasi petani responden untuk

membuat perangkingan mengenai seberapa tingkat persepsi

mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan; pendapatan, air,

makanan, dan rumah. Aspek penilaian meliputi nilai pentingnya,

alasan kenapa kebutuhan itu penting, dan hubungannya dengan

air.

Tuliskan menurut si petani, kelompok kebutuhan mana yg

memiliki nilai paling tinggi dalam pemenuhan keperluan

hidupnya. Dalam contoh dibawah ini, kebutuhan atas air

mendapat poin no 1, karena merasa bahwa air adalah hal yg

memastikan semua proses produksi pertaniannya berjalan,

sehingga memastikan seluruh anggota keluarga bisa bertahan

hidup. Sedangkan makanan menjadi poin no 2. Begitu

seterusnya.

Dalam kolom berikutnya dituliskan rangking berbagai kebutuhan

sehari-hari kaitannya dengan akses dan keberadaan air. Apakah

pendapatan yg mereka bisa hasilkan sangat tergantung

Page 59: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

59

terhadap keberadaan air? Apakah makanan yg mereka konsumsi

setiap harinya sangat tergantung keberadaannya dengan akses

terhadap air? Apakah ada ganguan kesehatan karena kualitas

atau kuantitas air yg mereka pakai sehari-hari? Jika kebetulan

yg diwawancarai adalah petani, tentunya nilai ketergantungan

ini akan tinggi. Akan berbeda jika yg diwawancarai adalah

pegawai sebuah perusahaan swasta yang nafkah hidupnya

didapat dari gaji bulanan dari kantornya, misalnya. Berikut

adalah contoh isian seorang petani di bagian hilir DAS Lamasi.

Jangan lupa tuliskan alasan dan penjelasan kenapa sang

responden memberi penilaian seperti itu.

Tabel 5. Rangking Nilai Ketergantungan terhadap Air.

Pendapatan Pangan Air

Kesehatan Rumah

Keterangan

Rangking Pentingnya

5 2 1 3 4

Keterkaitan terhadap Air

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Tuliskan alasannya

Jika banjir datang, tanaman coklat kami tidak berbuah.

Sayuran yg ditanam di kebun sangat tergantung air.

Air menjadi penentu hasil panen padi.

Saat banjir timbul banyak penyakit muntaber dan penyakit kulit.

Desa kami rutin terkena banjir Sungai Lamasi.

Page 60: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

60

PENULIS: Oka Andriansyah ([email protected])

Direktur Eksekutif, Yayasan Ulayat Bengkulu, 2008 – sampai sekarang

Lulus sarjana dari Jurusan Manajemen Kehutanan, Fakultas Pertanian,

Universitas Bandar Lampung tahun 2004. Menjadi Anggota Telapak,

Koordinator Teritori Indonesia Bagian Barat untuk bidang Peningkatan

Kapasitas Lembaga dalam isu IWRM (mulai Oktober 2009-sampai

sekarang). Aktif di Pengembangan WIN, Yayasan Wahana Indonesia

Membangun (www.win-development.org).

Tertarik dalam memimpin dan mengembangkan kepercayaan diri di dalam

pembangunan multi-sektor komunitas utamanya untuk isu air dan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, pendidikan, usaha kecil, dan sektor lain

terkait pengembangan potensial dan kapasitas manajemen masyarakat lokal.

Beberapa projek yang sudah dilaksanakan termasuk: Good Governance

dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (GGWRM-PMU Lampung) tahun 2005;

Pengembangan Kapasitas Masyarakat Sipil dan Pengguna Air di Kawasan

Daerah Aliran Sungai oleh LP3ES, Both ENDS dan Telapak (didanai

WASAP-Bank Dunia) tahun 2008-2009; WIN Development di bawah sub-

kontrak CWSP NAD-NIAS tahun 2009.

Rita Mustikasari

Koordinator Program Air (2010-2012), Telapak Bogor, Indonesia

[email protected]

Gelar Master dari Sosiologi Pedesaan, Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun

2005 dan sarjana dari Fakultas Kehutanan IPB tahun 1994. Menjadi peneliti

muda dalam bidang Hasil Hutan Bukan Kayu di CIFOR (Center for

International Forestry Research Organisation) 1995-2002. Menghabiskan

waktu satu tahun magang sebagai Indonesian Liason Officer di World Forest

Institute di Portland, Oregon, Amerika Serikat tahun 1994-1995.

Baru-baru ini menerima penghargaan sebagai fellow Joke Waller Hunter

Initiative (http://www.bothends.info/JWH/EnglJokeWallerHunter.html) untuk

program ‘Leadership Development of Environmental Leaders from the South’

sejak Juli 2010. Aktif dalam kegiatan Komunitas Peduli Tjiliwoeng (KPC)

(http://www.tjiliwoeng.co.cc/) Bogor untuk mewujudkan mimpi indah Sungai

Ciliwung melalui gerakan sukarela ala komunitas.

Page 61: POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

61

Telapak merupakan asosiasi dari aktivis LSM, praktisi bisnis,

akademisi, afiliasi media, dan pemimpin masyarakat adat. Telapak

bekerja bersama petani dan nelayan untuk menuju Indonesia yang

berdaulat, berkerakyatan, dan lestari.

Telapak mampu melakukan berbagai aktivitasnya melalui koperasi,

perusahaan berbasis masyarakat dalam percetakan, media massa,

pertanian organik, dan pengelolaan sumber daya hutan serta laut

secara lestari.

Misi Telapak adalah untuk mempengaruhi kebijakan yang

berhubungan dengan konservasi, untuk membangun dan

mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang dikelola oleh

masyarakat lokal, dan menghentikan kerusakan ekosistem yang

merugikan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar wilayah

dengan sumber daya alam yang kaya.

Alamat:

Jl. Pajajaran No. 54 Bogor 16143

Jawa Barat, Indonesia

Phone : +62 251 8393 245

Fax : +62 251 8393 246

Email: [email protected]

Website: www.telapak.org

www.air.telapak.org