POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI CAGAR ALAM YANLAPPA, BOGOR-JAWA BARAT NENENG HASANAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERRDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI CAGAR ALAM
YANLAPPA, BOGOR-JAWA BARAT
NENENG HASANAH
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERRDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
NENENG HASANAH. E 34070036. Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar
Alam Yanlappa. Bogor-Jawa Barat. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS
HIKMAT.
Cagar Alam (CA) Yanlappa berbatasan langsung dengan pemukiman
penduduk, sehingga adanya kemungkinan terjadinya interaksi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna dan pemanfaatan
tumbuhan di CA Yanlappa. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
analisis vegetasi, pembuatan herbarium, wawancara, dan studi literatur.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi teridentifikasi sekitar 92 spesies dari
40 famili, sebanyak 77 spesies (83.695%) telah diketahui kegunaannya.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan masyarakat teridentifikasi sekitar 101
spesies dari 46 famili dan masing-masing telah dikelompokkan ke dalam 11
kelompok kegunaan, dimana spesies yang ditemukan sebagian besar berfungsi
untuk pangan, obat dan bahan bangunan. Habitus yang paling banyak
mendominasi adalah pohon, famili yang paling mendominasi adalah Meliaceae
dan Euphorbiaceae untuk hasil analisis vegetasi, Zingiberaceae dan
Euphorbiaceae untuk hasil wawancara. Berdasarkan presentase tipe habitatnya,
tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan merupakan tumbuhan hasil budidaya
(85.149%) dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan dari dalam kawasan CA
Yanlappa sekitar 27 spesies. Adanya pemanfaatan tumbuhan yang berasal dari
dalam kawasan CA Yanlappa menunjukan bahwa telah terjadi interaksi, yakni
interaksi dalam bentuk pemanfaatan tumbuhan. Namun, interaksi tersebut masih
relatif rendah sehingga kemungkinan adanya kerusakan kawasan kecil.
Kata kunci : Cagar Alam, Yanlappa, Potensi, Tumbuhan, Pemanfaatan,
Interaksi.
SUMMARY
NENENG HASANAH. E 34070036. Potential Alternative Use of Herbs in
Yanlappa Nature Reserve, Bogor-Jawa Barat. Under supervision of
SISWOYO and AGUS HIKMAT.
Yanlappa Nature Reserve (CA Yanlappa) also directly adjacent to
residential areas, which interaction of its is enable. For that, there should be
identification of the potential for useful plants and plant utilization in CA
Yanlappa. The method performed include the analysis of vegetation in this study,
making herbarium, interviews and literature studies.
Based on the results of vegetation analysis showed that they had
identified about 92 species from 40 families, 77 species (83.695%) has been
known to use. While the results of interviews with the surrounding community
has identified about 101 species from 46 families and each has been grouped into
11 groups used, where the species were found most of the work for food,
medicines and building materials. Based on the composition of the habitus, which
dominates most of the trees, the most dominant family was be the Meliaceae and
Euphorbiaceae for the results of vegetation analysis, Zingiberaceae and
Euphorbiaceae for the interview. Based on the percentage of habitat type, the
most widely used plants are cultivat crops 85.149% and only a small portion of
the area used Yanlappa CA 27 spesies. The existence of the utilization of a plant
that originat from within CA Yanlappa shows that there have been interaction,
interaction in from of plant utilization. However, the interaction was be still
relatively low, so that the possibility of damage to CA Yanlappa’s area was be
small.
Key words : Nature Reserve, Yanlappa, Potential, Plant, Utilization, Interaction.
POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI CAGAR ALAM
YANLAPPA, BOGOR-JAWA BARAT
NENENG HASANAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERRDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Tumbuhan
Berguna di Cagar Alam Yanlappa, Bogor-Jawa Barat adalah benar hasil karya
sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan dalam
bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi atau Lembaga manapun. Sumber
informasi yang berasal dan atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Neneng Hasanah
E34070036
JudulSkripsi : PotensiTumbuhan di Cagar AlamYanlappa, Bogor-
Jawa Barat
Nama : NenengHasanah
NIM : E34070036
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Siswoyo, M.Si Dr. Ir. Agus Hikmat, M. Sc. F
NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19620918 198903 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Yanlapa, Bogor-Jawa Barat”. Skripsi
ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Deoartemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini, dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
tentang potensi tumbuhan berguna di Cagar Alam Yanlappa seta bentuk
pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan data tentang potensi tumbuhan berguna di
Cagar Alam Yanlappa seta bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di
sekitar kawasan. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1989 di
Lebak, Banten dari pasangan Bapak Raksa dan Ibu Encoh
(Hamsah) sebagai anak kelima dari lima bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan di SDN Mayak II tahun
1995-2001. Selanjutnya di SMP Negeri 2 Jasinga-Bogor
tahun 2001-2004, dan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri I Jasinga-Bogor tahun 2004-2007. Pada tahun
2007 diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Ketika menjadi siswa menengah atas penulis menjadi Sekretaris Sekbid I
OSIS SMA Negeri I Jasinga periode 2005/2006, Ketua Wanita Bidang
Kerohanian periode 2005-2006, Bendahara II Ikatan Remaja Jasinga periode
2006/2007. Sementara pada masa kuliah, penulis terdaftar sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) periode 2009/2010, selain itu menjadi anggota Kelompok
Pemerhati Flora (KPF) Raflesia.
Tahun 2009 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Cagar Alam Gunung Sawal, Sukabumi-Jawa Barat dan Taman Wisata
Alam Pangandaran, Ciamis-Jawa Barat. Tahun 2010 melaksanakan Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Penelitian Gunung Walat, Sukabumi-Jawa
Barat. Tahun 2011 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman
Nasional Baluran, Situbondo-Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis
melakukan penelitian berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam
Yanlappa, Bogor-Jawa Barat“ di bawah bimbingan Ir. Siswoyo, M. Si. dan Dr. Ir.
Agus Hikmat, M. Sc. F.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirobbilla’lamin, telah terselesaikannya penulisan skripsi
yang berjudul “Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Yanlappa, Bogor-Jawa
Barat”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan tentunya do’a dari berbagai
pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Ir. Siswoyo, M. Si. dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M. Sc. F. atas
bimbingan, arahan, motivasi, petunjuk, dan waktu yang telah diberikan
kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Arinana, S.Hut, M.Si yang telah menguji dan memberikan masukan
dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu dan Bapak tercinta, kakak-kakak dan keponakan-keponakan tersayang
(Mitha, Risky, Alif, Silva dan Adly) serta seluruh keluarga besar atas do’a
yang tulus, dukungan, bantuan moral, spiritual, dan materil, serta kasih
sayang dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.F, Ibu Maria Ulfah, S.Pt,
M.Sc.Agr, Ibu Dr. Ir. Arzyana Sungkar, M.Sc.F atas dukungan, motivasi,
arahan, do´a, dan bantuan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan
studinya di IPB.
5. Abdul Rozak dan kelurga atas kasih sayang, perhatian, bantuan, dukungan,
do´a, baik secara spiritual dan moral selama penulis menyelesaikan
studinya.
6. Alumni IPB 14 (Bapak Budi, Bunda Mimy, Bunda Wahyu dan semua
yang tidak dapat dituliskan namanya satu-satu) atas motivasi, dukungan,
arahan, kasih sayang, do´a, bantuan moral, spiritual, dan materil selama
penulis menyelesaikan studinya.
7. Keluarga besar Karya Salemba Empat (KSE) atas motivasi, dukungan,
arahan, kasih sayang, do´a, bantuan moral, spiritual, dan materil, baik
secara langsung maupun tidak langsung selama penulis menyelesaikan
studinya.
8. Bapak Dedy, Bapak Herman, Bapak Solikulhadi, dan masyarakat Desa
Tapos serta semua pihak atas semua bantuan dalam pengambilan data
lapang, izin, dan ketersediaan waktunya.
9. Teman-teman tersayang (Asih, Windu, Omen, Bang Jeff, Neina, dan
Rona) serta Mbenk dan Saprol atas semua bantuan dalam pengambilan
data lapang dan peminjaman kameranya.
10. Sahabat-sahabatku (Asih, Dahlan, Heni, Hireng, Mamat, Mettha, Neina,
Nini, Ovhie, Omen, Rahmi, Ririn, Risa, Rona, Tridha, Woro, dan Yunda)
kostan putri Hamasah (Neina, Teh Syifa, Putri, Mpo Laras, Mike dan
Nawa), keluarga Baluran (Marwa, Rona, Omen, Mba Atin, Fina, Ria dan
Age) atas kebersamaan, canda, tawa, duka, motivasi, masukan, arahan dan
do´a selama penulis menyelesaikan studinya di IPB.
11. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (HIMAKOVA) dan Kelompok Pemerhati Flora (KPF) Raflesia
atas dukungan, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kebersamaannya
dalam pendidikan dan penyusunan skripsi.
12. Keluarga besar KSHE 44 (KOAK 44) atas kebersamaan, tawa, canda, dan
duka yang dilalui bersama-sama.
13. Kawan, sahabat, dan saudara seperjuangan di Bagian Konservasi
Keanekaragaman Tumbuhan Departemen KSHE atas bantuan, kerjasama,
motivasi, dan kebersamaannya dengan penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
14. Keluarga besar KSHE atas petunjuk, motivasi, dan saran-sarannya kepada
penulis.
15. Mamang dan Bibi di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata serta Fakultas Kehutanan yang telah memberikan bantuan
kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung.
16. Semua pihak yang belum disebutkan dalam yang telah membantu,
mendukung dan memotivasi penulis.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dan pahala
yang sesuai dari Allah SWT, Amin.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Kawasan Konservasi ................................................................................ 3
2.2 Tumbuhan Berguna Indonesia ................................................................. 5
2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ........................................................................... 10
2.4 Penelitian Kajian Tumbuhan Berguna ..................................................... 11
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................... 13
3.1 Lokasi dan Waktu .................................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 13
3.3 Metode ..................................................................................................... 14
3.4 Analisis Data ............................................................................................ 17
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 21
4.1 Letak dan Luas ......................................................................................... 21
4.2 Topografi .................................................................................................. 21
4.3 Iklim ......................................................................................................... 21
4.4 Jenis Flora dan Fauna ............................................................................... 21
4.5 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat ................................. 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24
5.1 Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Yanlappa ............................ 24
5.1.1 Kerapatan ........................................................................................... 24
5.1.2 Dominansi .......................................................................................... 25
iii
5.1.3 Keanekaragaman spesies (H`) ............................................................ 29
5.1.4 Perbandingan jumlah dan jenis spesies di CA Yanlappa ................... 30
5.1.5 Komposisi habitus .............................................................................. 31
5.1.6 Komposisi famili ................................................................................ 32
5.1.7 Klasifikasi kelompok kegunaan ......................................................... 33
5.2 Bentuk Pemanfaatan Tumbuhan Berguna oleh Masyarakat .................... 34
5.2.1 Karakteristik responden ..................................................................... 34
5.2.2 Komposisi habitus .............................................................................. 36
5.2.3 Komposisi famili ................................................................................ 37
5.2.4 Presentase bagian yang dimanfaatkan ................................................ 39
5.2.5 Klasifikasi kelompok kegunaan ......................................................... 40
5.3 Tipe Habitat .............................................................................................. 50
5.4 Bentuk Interaksi Masyarakat dengan Cagar Alam Yanlappa .................. 51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 55
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 55
6.2 Saran ......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 56
LAMPIRAN .................................................................................................. 59
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Penelitian kajian tumbuhan berguna ....................................................... 11
2. Jenis dan metode pengumpulan data ....................................................... 14
3. Kriteria penentuan interaksi berdasarkan intensitasnya .......................... 19
4. Skoring ketergantungan masyarakat berdasarkan sumbernya ................ 20
5. Jumlah penduduk masyarakat Desa Tapos ............................................. 22
6. Data pendidikan masyarakat Desa Tapos ............................................... 22
7. Mata pencaharian masyarakat Desa Tapos ............................................. 23
8. Kerapatan spesies untuk semua tingkat pertumbuhan ............................ 24
9. Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi tingkat semai ............. 26
10. Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi tingkat pancang ......... 26
11. Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi tingkat tumbuhan bawah 27
12. Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi tingkat tiang ............... 27
13. Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi tingkat pohon ............. 28
14. Keanekaragaman spesies Indeks Sahannon-wiener (H´) ........................ 29
15. Rekapitulasi data kelompok kegunaan tumbuhan ................................... 33
16. Kisaran umur responden ......................................................................... 34
17. Mata pencaharian responden ................................................................... 35
18. Komposisi tumbuhan berdasarkan habitus ............................................. 36
19. Daftar spesies tumbuhan yang digunakan sebagai obat .......................... 40
20. Daftar spesies tumbuhan yang digunakan sebagai hiasan ...................... 42
v
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta lokasi pengamatan .............................................................................. 13
2. Desain petak contoh untuk analisis vegetasi .............................................. 15
3. Komposisi tumbuhan di CA Yanlappa berdasarkan habitus...................... 31
4. Komposisi tumbuhan di CA Yanlappa berdasarkan famili........................ 32
5. Tingkat pendidikan responden ................................................................... 35
6. Tumbuhan kunyit yang ditanam di pekarangan ......................................... 37
7. Tumbuhan kunyit yang ditanam di kebun ................................................. 37
8. Komposisi spesies yang dimanfaatkan berdasarkan famili ........................ 38
9. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat ............................. 39
10. Keladi hias ................................................................................................ 42
11. Pohon sig-sag ........................................................................................... 42
12. Tumbuha suji ........................................................................................... 43
13. Tumbuhan pandan .................................................................................... 43
14. Tumbuhan pangan di pekarangan ............................................................ 44
15. Tumbuhan pangan di kebun ..................................................................... 44
16. Dedaunan untuk pakan ternak .................................................................. 45
17. Rumput untuk pakan ................................................................................ 45
18. Kayu bakar dari ranting pohon ................................................................. 47
19. Bambu yang digunakan untuk kayu bakar ............................................... 47
20. Bangunan ”saung” ................................................................................... 48
21. Bangunan rumah ...................................................................................... 48
22. Rangka rumah .......................................................................................... 48
23. Papan/balok .............................................................................................. 48
24. Proses membuat “bilik” ............................................................................ 49
25. Proses membuat pagar.............................................................................. 49
26. Budidaya tumbuhan ................................................................................. 50
27. Tipe habitat............................................................................................... 51
28. Interaksi masyarakat dengan Cagar Alam Yanlappa ............................... 52
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar spesies tumbuhan yang terdapat di Cagar Alam Yanlappa.......... 60
2. Daftar INP pada tingkat semai ................................................................ 64
3. Daftar INP pada tingkat pancang ............................................................ 66
4. Daftar INP pada tingkat tumbuhan bawah .............................................. 69
5. Daftar INP pada tingkat tiang ................................................................. 70
6. Daftar INP pada tingkat pohon ............................................................... 72
7. Keanekaragaman famili di Cagar Alam Yanlappa ................................. 74
8. Kelompok kegunaan tumbuhan di Cagar Alam Yanlappa ..................... 77
9. Keanekaragaman famili yang dimanfaatkan oleh masyarakat ................ 83
10. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan .......... 87
11. Spesies tumbuhan yang digunakan sebagai pangan ................................ . 90
12. Komposisi spesies berdasarkan tipe habitat ............................................ 92
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Berdasarkan fungsi pokoknya, hutan dibagi ke dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu hutan
konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Hutan konservasi adalah kawasan
hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan konservasi ini
dibagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu kawasan hutan suaka alam dan pelestarian
alam (Undang-Undang No. 41 tahun 1999).
Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1990, kawasan hutan suaka alam
merupakan kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan, yang mencakup kawasan cagar alam dan suaka
margasatwa. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena
keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung
secara alami.
Sejak zaman dulu, masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan
biasanya sangat menggantungkan seluruh kebutuhan hidupnya kepada hasil hutan
mulai dari sandang, pangan, papan dan kesehatan. Hal ini menunjukan bahwa
antara masyarakat dan hutan terdapat hubungan atau interaksi satu sama lain.
Masyarakat pada umumnya menggunakan pengetahuan tradisional yang
diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhurnya dalam mengetahui dan
menggunakan sumberdaya yang ada di sekelilingnya.
Pengetahuan tradisional yang telah ada turun-temurun tersebut secara tidak
langsung telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan
pengetahuan, khususnya di bidang farmakologi. Selain itu, pengetahuan
tradisional juga telah banyak merangsang muncul dan berkembangnya usaha
2
(pengobatan herbal) dan para peneliti yang mengkaji mengenai pemanfaatan
tumbuhan tersebut.
Cagar Alam (CA) Yanlappa merupakan kawasan konservasi yang ada di
Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Tapos. CA Yanlappa
merupakan habitat bagi tumbuhan hutan hujan dataran rendah. Kawasan CA
Yanlappa merupakan kawasan konservasi yang keberadaannya tidak banyak
diketahui, baik dari segi lokasi maupun potensi sumberdaya alam yang ada di
dalamnya, selain itu, CA Yanlappa juga merupakan kawasan yang berdekatan
dengan pemukiman sehingga kemungkinan adanya interaksi dapat terjadi. Namun,
data mengenai potensi tumbuhan berguna di CA Yanlappa dan bentuk
pemanfaatan oleh masyarakat sekitar belum banyak diungkap. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas dan guna mengetahui seberapa besar potensi tumbuhan
berguna di kawasan tersebut dan bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
sekitar, maka penelitian ini perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna di CA Yanlappa.
2. Mengidentifikasi bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar
kawasan CA Yanlappa.
1.3 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, data dasar dan
masukan bagi pihak pengelola CA Yanlappa dalam menyusun kebijakan yang
berkaitan dengan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya,
terutama tumbuhan di kawasan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kawasan Konservasi
Menurut ketentuan Undang-undang No. 5 tahun 1990, berdasarkan fungsi
pokoknya, kawasan hutan dibagi ke dalam tiga, yaitu kawasan hutan lindung,
konservasi dan produksi. Pemberian nama ini disesuaikan dengan fungsi dari
kawasan tersebut. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari kawasan
hutan suaka alam dan pelestarian alam. Berdasarkan undang-undang No. 5 tahun
1990, kawasan konservasi dibagi ke dalam 3 bagian yakni kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan taman buru.
Kawasan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah
sistem penyangga kehidupan. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, dan
taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.
Kawasan suaka alam sendiri terdiri atas 2 (dua) kawasan, yakni cagar alam dan
suaka margasatwa (Undang-undang No. 5 tahun 1990).
2.1.1 Cagar alam
Cagar Alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu
yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Kawasan
cagar alam mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, juga berfungsi
sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan (Undang-undang No.
5 tahun 1990). Pengelolaan kawasan suaka alam dilaksanakan oleh Pemerintah
4
sebagai upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.
Menurut Napitu (2007), kriteria yang digunakan untuk penunjukkan dan
penetapan suatu daerah sebagai kawasan cagar alam, diantaranya adalah :
1. Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem;
2. Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;
3. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan
tidak atau belum diganggu manusia;
4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis
secara alami;
5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau
6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang
langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Pengelolaan kawasan cagar alam sepenuhnya ditangani oleh Pemerintah,
yakni melalui Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA). Suatu kawasan
cagar alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun
berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan cagar alam sekurang-kurangnya memuat tujuan
pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan (Napitu 2007).
Upaya pengawetan kawasan cagar alam dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan:
1. Perlindungan dan pengamanan kawasan
2. Inventarisasi potensi kawasan
3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan.
Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan terhadap keutuhan kawasan cagar alam. Perubahan terhadap keutuhan
kawasan cagar alam meliputi kegiatan mengurangi, menghilangkan fungsi dan
luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang
tidak asli. Beberapa kegiatan dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan
5
fungsi kawasan cagar alam adalah melakukan perburuan terhadap satwa yang
berada di dalam kawasan, memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli
ke dalam kawasan, memotong, merusak, mengambil, menebang, dan
memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan dari kawasan, menggali atau
membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa
dalam kawasan atau mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau
mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa (Napitu 2007).
Larangan juga berlaku terhadap kegiatan yang dianggap sebagai tindakan
permulaan yang berakibat pada perubahan keutuhan kawasan, seperti : memotong,
memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan, atau membawa
alat yang lazim digunakan untuk mengambil, mengangkut, menebang, membelah,
merusak, berburu, memusnahkan satwa dan tumbuhan ke dan dari dalam kawasan.
Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan cagar alam, meliputi kegiatan
untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan
dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya (Undang-undang No. 5 tahun
1990).
2.2 Tumbuhan Berguna Indonesia
Menurut Purwanto dan Waluyo (1992), tumbuhan berguna di Indonesia
berdasarkan pemanfaatannya dibagi ke dalam beberapa bentuk kegunaan,
diantaranya adalah : sebagai bahan sandang, pangan, papan dan peralatan rumah
tangga, obat, kosmetik, tali-temali dan anyaman, untuk kegiatan sosial dan agama.
Selain itu, tumbuhan berguna yang ada di Indonesia juga sering digunakan
sebagai tumbuhan hias, aromatik, bahan pewarna dan tanin, serta sebagai
penghasil pakan untuk satwaliar ataupun binatang ternak.
2.2.1 Potensi tumbuhan berguna di Indonesia
Indonesia termasuk ke dalam megabiodiversity yang merupakan Negara
yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Tumbuhan-tumbuhan
tersebut berasal dari berbagai tipe ekosistem, mulai dari dataran rendah sampai
pada pegunungan yang ada di Indonesia. Tumbuhan yang telah ada tersebut sudah
banyak dimanfaatkan oleh para nenek moyang, mereka menggunakan tumbuhan
tersebut untuk berbagai macam kepentingan, mulai dari untuk kepentingan hidup
seperti sandang pangan, dan papan, bahkan sampai untuk mengobati berbagai
6
penyakit. Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan komoditas kegunaannya dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu pemanfaatan secara primer dan
sekunder (Kartikawati 2004).
2.2.2 Tumbuhan obat
Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan baik yang sudah ataupun belum
dibudidayakan, dapat digunakan sebagai tumbuhan obat, berkisar dari yang
terlihat dengan mata hingga yang hanya nampak di bawah mikroskop (Hamid et
al. 1991). Menurut Suhirman (1990), tanaman obat adalah tanaman yang bagian
tanamannya (daun, batang atau akar) mempunyai khasiat sebagai obat dan
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat modern atau tradisional,
sedangkan menurut Soedibyo (1990) tanaman obat adalah salah satu dahan utama
produk-produk jamu/obat tradisional yaitu obat yang berdasarkan pengalaman
turun-temurun dibuat dari bahan atau panduan bahan-bahan tanaman, hewan atau
mineral yang belum berupa zat murni.
2.2.3 Tumbuhan hias
Pengusahaan tumbuhan hias mulai berkembang sejalan dengan adanya minat
masyarakat akan keindahan tumbuhan tersebut. Tumbuhan hias mencakup semua
tumbuhan, baik berbentuk merambat, semak, perdu ataupun pohon yang sengaja
ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan,
upacara, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan bunga
(Dwanasuci 2006).
2.2.4 Tumbuhan aromatik
Menurut Agusta (2000), tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan
penghasil minyak atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan
aroma karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati sebagai pengharum,
baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pemberi rasa pada makanan
atau pada produk rumah tangga lainnya.
Agusta (2000) juga menambahkan bahwa tumbuhan yang yang
menghasilkan minyak atsiri mengandung zat yang mudah menguap. Tumbuhan
yang berasal dari Famili Lauraceae, Rutaceae, Myristicaceae, Asteraceae,
Apocynaceae, Umbeliferae, Pinaceae, Rosaceae, dan Labiate merupakan famili
7
tumbuhan yang sangat populer dikenal sebagai tumbuhan penghasil minyak atsiri.
Tumbuhan yang berasal dari Famili Myrtaceae yang menghasilkan minyak atsiri
yang sangat terkenal adalah kayu putih dan ekaliptus, dari Famili Myrysticaceae
adalah pala, dan dari Famili Lauraceae adalah kayu manis.
Menurut Heyne (1987), tumbuhan penghasil minyak atsiri, antara lain dari
Famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinioides), Lauraceae
contohnya kayu manis (Chinnamomum burmanii), Zingibereceae misalnya jahe
(Zingiber officinale), Piperaceae misalnya sirih (Piper betle), Santalaceae
misalnya cendana (Santalum album), Anonaceae misalnya kenanga (Canangium
odoratum) dan sebagainya. Tumbuhan penghasil minyak atsiri bersumber dari
daun, batang, bunga, biji, kulit, buah dan akar atau umbi (rhizoma).
2.2.5 Tumbuhan penghasil pangan
Menurut kamus bahasa Indonesia, tumbuhan pangan adalah segala sesuatu
yang tumbuh, hidup, berakar, berdaun, dan dapat dikonsumsi oleh manusia jika
pada hewan disebut pakan. Contohnya buah-buahan, sayur-sayuran, gandum dan
padi. Sastrapradja et al. (1977) diacu dalam Purnawan (2006), membagi tumbuhan
pangan berdasarkan kandungannya : (1). tumbuhan mengandung karbohidrat, (2).
tumbuhan mengandung protein, (3). tumbuhan mengandung vitamin, dan (4).
tumbuhan mengandung lemak.
Tanaman pangan di Indonesia ada yang memiliki daerah penyebaran
khususnya hanya terdapat di daerah tertentu karena perbedaan iklim dan ada yang
menyeluruh. Demikian pula dengan penggunaannya, selain memenuhi kebutuhan
pangan dengan berbagai bentuk, digunakan pula untuk kepentingan lain
(Moeljopawiro & Manwan 1992).
2.2.6 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Menurut Dwanasuci (2006) tumbuhan yang biasanya dijadikan sebagai
pakan untuk ternak, yaitu adalah tumbuhan yang terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Secara umum penggolongan hijauan pakan ternak adalah rumput-
rumputan, contohnya rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (King
grass), dan rumput benggala (Brachiaria decumbens), leguminose, seperti pohon,
contohnya kaliandra, turi (Sesbaria grandiflora) dan petai cina (Leucaena
leucocephala), legum semak, contohnya stylo (Stylosanthes sp.), kecang gude
8
(Cajanus cajan), bunga telang (Clitonia ternatae), geger sore (Crotalaria
usaramoensis), dan hahapuan (Flemmingia congesta), legume merambat,
contohnya centro (Centrosoma pubescens), calopo (Colopogonium muconoides),
dan limbah pertanian, seperti jerami padi, daun jagung, daun kacang-kacangan,
daun ubi jalar, sorgum, dan pucuk tebu (Siregar 1996).
2.2.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari
tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati bersifat
mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan,
dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang.
Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati sangat tergantung dari bahan
tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari
daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang berbeda pula, ini dikarenakan
sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman
dan jenis dari tumbuhan tersebut. Beberapa jenis tanaman yang dapat dijadikan
sebagai pestisida diantaranya adalah bawang putih, biji jarak, daun mimba, biji
mimba, umbi gadung, jahe, kunyit, dan kencur (Meilin 2009).
2.2.8 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin
Pewarna alami bisa diperoleh dengan cara ekstraksi dari tanaman yang
banyak terdapat di sekitar. Bagian tanaman yang merupakan sumber pewarna
alami adalah: kayu, kulit kayu, daun, akar, bunga, biji, dan getah. Tumbuhan
pewarna alami oleh masyarakat asli Papua digunakan sebagai sumber pewarna
untuk mewarnai pakaian, makanan, kosmetik, magis, dan untuk barang kerajinan
Wibowo (2003) diacu dalam Harbelubun et al. (2005).
Menurut Husodo (1999) terdapat kurang lebih 150 jenis pewarna alami di
Indonesia yang telah diidentifikasi dan digunakan secara luas dalam berbagai
industri seperti pada komoditas kerajinan (kayu, bambu, pandan) dan batik (katun,
sutra, wol). Jenis pewarna alami menghasilkan warna-warna dasar, misalnya:
warna merah dari Caesalpina sp., warna biru dari Indigofera tinctoria, warna
jingga dari Bixa olleracea dan wana kuning dari Mimosa pudica.
9
2.2.9 Tumbuhan untuk upacara adat
Diantara berbagai macam pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan yang
dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat magis, spiritual dan ritual. Salah satu
diantaranya adalah pemanfaatannya di bidang upacara-upacara. Di berbagai etnis
tumbuhan-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut
pengetahuan masyarakat masing-masing. Dalam upacara-upacara adat yang
dilakukan terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup (Kartiwa &
Wahyono 1992).
Kartiwa dan Martowikrido (1992) menjelaskan bahwa tumbuhan yang
dipakai dalam ritual adat dan keagamaan memiliki ciri-ciri : dilihat dari sifat
tumbuhan tertentu, khususnya bunga sering diartikan dengan sifat kewanitaan dan
digunakan pada upacara pemberian nama. Dalam acara pernikahan adat Jawa
tumbuhan sering diasosiasikan dengan kata-kata yang bernilai baik. Ada beberapa
tanaman sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet mayat.
2.2.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Sebagian jenis tumbuhan berkayu dapat dijadikan bahan untuk kayu bakar.
Menurut Sutarno (1996) diacu dalam Arafah (2005), jenis pohon yang biasa
dijadikan kayu bakar memiliki beberapa kriteria, diantaranya adalah : Mampu
beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas, tahan terhadap
kekeringan dan toleran iklim yang lain, pertumbuhan cepat dan volume hasil kayu
maksimal tercapai dalam waktu yang singkat, pertumbuhan tajuk baik, siap
tumbuh pertunasan baru, kadar air rendah dan mudah dikeringkan, menghasilkan
kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar, menghasilkan sedikit asap dan
tidak beracun apabila dibakar, menghasilkan kayu yang mudah dibelah dan tidak
memercikan api dan cukup aman ketika dibakar.
2.2.11 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Menurut Dwanasuci (2006), pertambahan jumlah penduduk telah
meningkatkan permintaan akan kayu. Kayu-kayu tersebut umumnya digunakan
oleh masyarakat untuk membuat bangunan tempat tinggal atau sarana lainnya
yang mendukung aktivitas mereka. Jenis-jenis yang biasa digunakan sebagai
bahan bangunan adalah jeunjing, jabon, dan macaranga. Masyarakat di sekitar
Taman Nasional Bali Barat menggunakan kayu dari jenis pohon api-api, asam
10
selong, bakau kurap, bayur, bentawas, delimoan, dan gmelina sebagai bahan untuk
membuat bangunan.
2.2.12 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
Menurut Wijaya et al. (1989) tumbuhan yang biasa dijadikan untuk
anyaman adalah rotan, bambu, pandan, lontar, teki, sagu, gebang, genjer, batang
anggrek, dan aren. Tumbuhan di atas biasanya dibuat berbagai macam kerajinan
tangan dan ada beberapa yang digunakan untuk upacara adat seperti penarak
(Bali), baka (Toraja), tampah (Jawa Tengah), boneka (Bali), dan tikar pandan.
Menurut Isdijoso (1992), tumbuhan yang termasuk dalam kelompok sumber
bahan sandang, tali-temali, dan anyam-anyaman : kapas (Gossypium hirsutum),
kenaf (Hibiscus cannabinus), rosella (Hibiscus sabdariffa), yute (Corchorus
capsularis dan C. olitorius), rami (Boehmeria nivea), abaca (Musa textilis) dan
agave/sisal (Agave sisalana dan A. cantula).
2.3 Pemanfaatan Tumbuhan
Suatu kawasan konservasi pada umumnya berbatasan dengan pemukiman
penduduk, perkebunan warga, lahan pertanian, perikanan, kegiatan perindustrian
atau kerajinan rakyat dan sektor lainnya. Pada umumnya masyarakat yang ada di
sebuah kawasan hutan sangat bergantung terhadap sumberdaya alam hayati yang
ada di sekitarnya, hal ini dibuktikan pada masyarakat zaman dahulu yang
menggunakan berbagai macam tumbuhan hutan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari mulai dari sandang, pangan ataupun papan, dan tidak sedikit
dari mereka menggunakan tumbuhan tersebut sebagai obat, karena pada zaman
dahulu fasilitas kesehatan belum ada.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya interaksi antara potensi sumberdaya
alam yang terdapat di dalamnya dengan mayarakat di sekitar kawasan hutan,
dalam hal ini masyarakat berusaha memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Alikodra et al. 1983). Hal tersebut telah
memunculkan adanya istilah etnobotani atau ilmu yang mempelajari pemanfaatan
tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa atau masyarakat yang masih
terbelakang/primitif (Soekarman 1992).
11
2.4 Penelitian Kajian Tumbuhan Berguna
Beberapa penelitian mengenai kajian tumbuhan berguna di berbagai tempat
telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Adapun hasil dari beberapa
penelitian tersebut tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil penelitian mengenai tumbuhan berguna No. Nama Peneliti Tahun Lokasi Hasil
1 Dian Arafah 2005 Taman
Nasional Bali
Barat
Telah teridentifikasi sebanyak 206
spesies, sekitar 107 spesies
merupakan tumbuhan berguna dan
14 diantaranya adalah tumbuhan
langka. Sebanyak 66 digunakan
untuk obat, 12 hias, 3 aromatik, 16
pangan, 21 pakan, 6 pestisida
nabati, 22 warna, 2 minuman, 9
adat, 8 kayu bakar dan bangunan,
dan 8 anyaman.
2 Nanda Dwanasuci 2006 TN Bali Barat
(wilayah seksi
II Buleleng)
Telah teridentifikasi sebanyak 257
spesies dari 71 famili yang telah
dikelompokan ke dalam 12
kelompok kegunaan, meliputi
tumbuhan penghasil pangan 41,
pakan 43, obat 63, kayu bakar 10,
anyaman 20, pewarna 6, hias 21
spesies dan kegunaan lain.
3 Barkah Ilham
Purnawan
2006 Taman
Nasional
Gunung Gede
Pangrango
(TNGP)
Telah teridentifikasi 762 tumbuhan,
111 famili dan 461 spesies, 12
kelompok kegunaan, 210 obat, 154
hias, bahan bangunan 54, pewarna
19, pangan 38 jenis, serat 4 jenis,
pestisida 2, aromatik 4, anyaman
3.
4 Linda Marisa
Oktaviana
2008 Cagar Alam
Gunung Tilu.
Jumlah total spesies tumbuhan obat
yang teridentifikasi di Cagar Alam
Gunung Tilu sebanyak 114 spesies
dari 60 famili. Tumbuhan yang
banyak digunakan adalah berasal
dari habitus terna dan bagian daun.
5 Irzal Fakhrozi
2009
TN Bukit Tiga
Puluh (Riau)
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat suku Melayu
Tradisional sebanyak 266 spesies
dari 94 famili. Penghasil pangan
sebanyak 73, obat 173, bahan
bangunan 47, penghasil getah dan
damar 16, hias 18, kayu bakar 5
spesies, anyaman 22, tumbuhan
racun, aromatik dan warna 11, adat
13 dan pakan 9 spesies.
6 Sopian Hidayat 2009 Masyarakat
Kampung Adat
Dukuh (Garut)
Tumbuhan yang digunakan oleh
masyarakat sebanyak 292 spesies
dari 81 famili dan sebanyak 101
spesies digunakan untuk pangan ,
34 kayu bakar, 47 bangunan, 19
aromatik, 150 obat, 24 anyaman,
12
Tabel 1 Lanjutan
No. Nama Peneliti Tahun Lokasi Hasil
6 Sopian Hidayat 2009 Masyarakat
Kampung Adat
Dukuh (Garut)
8 pestisida, 33 pakan, 16
keagamaan, 51 hias, 3 minuman,
dan 7 sebagai pewarna.
7 Liana Anggraeni 2010 Masyarakat
kampung Keay
(Kalimantan)
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat adat kampung Keay
dikelompokan menjadi 16
kelompok kegunaan dan paling
banyak digunakan adalah sebagai
obat.
8 Alvian Febry A 2010 Di sekitar TN
Gunung Merapi
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di sekitar TN Gunung
Merapi berjumlah 103 spesies dari
54 famili. Tumbuhan yang
potensial adalah Parijoto, Anggrek
pandan, Bambu legi, Tesek dan
Jaka tua.
9 Aisyah Handayani 2010 Cagar Alam
Gunung
Simpang
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Dusun Miduana yakni
berjumlah 191 spesies dari 69
famili. Sebanyak 62 untuk pangan,
74 obat, 43 hias, 19 keperluan adat,
9 kayu bakar, 14 anyaman, 4
pewarna, 5 pestisida nabati, 12
aroatik dan pakan ternak, 7 untuk
kegunaan lain.
10 Junef Murtri
Susantyo
2010 TN Gunung
Merapi
Telah teridentifikasi sebanyak 108
spesies dari 52 famili tumbuhan
berguna dan dikelompokan ke
dalam 11 kategori kegunaan,
tumbuhan yang paling banyak
dijumpai adalah tumbuhan sebagai
penghasil pangan 32 spesies.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di CA Yanlappa yaitu pada bulan April sampai
Mei 2011.
Sumber : www.bakosurtanal.com
Gambar 1 Lokasi penelitian.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah peta, buku panduan lapang tentang tumbuhan,
kamera, kertas koran, kantong plastik, tally sheet, meteran gulung, kompas,
tambang/tali rafia, meteran jahit, kuisioner, label gantung, gunting, selotip,
alkohol 70%, alat tulis menulis dan komputer beserta perlengkapannya.
14
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pengumpulan data
3.3.1.1 Jenis data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data potensi tumbuhan
berguna di CA Yanlappa, pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar, dan
kondisi umum lokasi penelitian serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
setempat. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini
secara rinci disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan metode pengumpulan data No. Data dan Informasi yang Dikumpulkan Metode Pengumpulan Data
1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
a. Letak dan luas
b. Topografi
c. Iklim
d. Flora dan fauna
e. Kondisi ekonomi, sosial, budaya
masyarakat sekitar.
Studi literatur
2. Potensi tumbuhan di CA Yanlappa
a. Nama spesies lokal
b. Nama ilmiah dan Famili
c. Habitus
Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh
masyarakat.
Analisis Vegetasi
Wawancara
3.3.2 Teknik pengumpulan data
3.3.2.1 Pemanfaatan tumbuhan
3.3.2.1.1 Penentuan responden
Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu
menentukan responden kunci (key person). Responden kunci nantinya akan
digunakan sebagai penentu responden lainnya. Orang yang dijadikan responden
kunci adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal
tumbuhan dan manfaat atau kegunaan tumbuhan tersebut serta memiliki intensitas
tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan. Responden yang akan diwawancarai pada
penelitian ini sebanyak 30 orang.
3.3.2.1.2 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai bentuk
pemanfaatan beserta spesies-spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh
masyarakat desa sekitar Cagar Alam. Wawancara dilakukan secara semi
terstruktur atau pengisian kuisioner dengan pendalaman pertanyaan sesuai
15
keperluan. Hal-hal yang akan ditanyakan meliputi spesies tumbuhan dan jenis
pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat.
3.3.2.2 Potensi tumbuhan di CA Yanlappa
3.3.2.2.1 Analisis vegetasi
Pengambilan data dilakukan dengan analisis vegetasi. Analisis vegetasi
dilakukan dengan metode garis berpetak. Metode ini merupakan kombinasi jalur
garis berpetak pada unit contoh berbentuk jalur sepanjang 100 m sebanyak 10
jalur dengan arah memotong garis kontur, 1 jalur berisikan 5 petak contoh.
Peletakan jalur dilakukan dengan cara systematic sampling with random start,
yakni membuat plot pertama secara acak kemudian selanjutnya disusun secara
sistematik. Jarak antara jalur satu dengan yang lainnya 50 m.
Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies, jumlah individu setiap
spesies untuk tingkat pertumbuhan semai, tumbuhan bawah dan pancang,
sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dicatat nama spesies, jumlah individu,
diameter batang. Tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah (a) (tinggi <
1,5, diameter < 3 cm) petak berukuran 2 m x 2 m, untuk tingkat pertumbuhan
pancang 5 m x 5 m (b)(diameter < 10 cm, tinggi > 1,5 m ), untuk tingkat
pertumbuhan tiang 10 m x 10 m (c)(diameter 10-19 cm) dan untuk tingkat
pertumbuhan pohon ukuran petaknya adalah 20 m x 20 m (Gambar 2).
10 m
20 m
Gambar 2 Petak pengamatan vegetasi. Keterangan :
a : 2m x 2 m (semai) b : 5m x 5m (pancang)
c.: 10m x 10m (tiang) d.: 20m x 20 m (pohon)
d
D
d
c
c
b
b
a
a
16
3.3.2.2.2 Pembuatan herbarium
Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-
bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, kuncup yang utuh, serta lebih
baik kalau ada bunga dan buahnya). Pembuatan herbarium dilakukan untuk
memudahkan proses identifikasi spesies tumbuhan yang belum diketahui jenisnya.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah :
Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, kalau ada bunga dan buahnya diambil.
Contoh herbarium tadi dipotong dengan menggunakan gunting dengan
panjang kurang lebih 40 cm.
Kemudian contoh herbarium dimasukan kedalam kertas koran dengan
memberikan label gantung yang berukuran (3 x 5) cm². Label gantung berisi
keterangan tentang nomor spesies, tanggal pengambilan, nama lokal, lokasi
pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.
Contoh herbarium yang telah diberi label kemudian dirapikan dan dimasukan
ke dalam lipatan kertas koran untuk kemudian lipatan kertas koran tersebut
dimasukan ke dalam plastik.
Selanjutnya beberapa herbarium disusun di atas sasak yang terbuat dari
bambu dan disemprot dengan alkohol 70% untuk selanjutnya dibawa dan
dikeringkan dengan menggunakan oven.
Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang
diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya.
3.3.2.2.3 Studi literatur
Studi literatur dan studi pustaka dilakukan untuk mencari data mengenai
kondisi umum kawasan, meliputi letak dan luas, iklim dan curah hujan, geologi
dan tanah, topografi, flora dan fauna serta kondisi sosial ekonomi masyarakat CA
Yanlappa. Pengumpulan data dilakukan dengan merekapitulasi data-data dari
literatur yang ada, baik penelitian yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun
dari hasil penelitian pihak lain (instansi/mahasiswa). Studi literatur ini dilakukan
di berbagai macam tempat.
17
3.3.3 Analisis data
3.3.3.1 Indeks nilai penting
Guna mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) suatu spesies dalam suatu
tingkat pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan rumus di bawah ini.
- Kerapatan (K) (ind/ha)
Jumlah individu suatu spesies
K =
Luas seluruh petak contoh
- Frekuensi (F)
Jumlah petak ditemukan suatu spesies
F =
Jumlah seluruh petak contoh
- Dominasi (D)
Luas bidang dasar suatu spesies
D =
Luas petak contoh
- Kerapatan Relatif (KR)
Kerapatan suatu spesies
KR = x 100%
Kerapatan seluruh spesies
- Frekuensi Relatif (FR )
Frekuensi suatu spesies
FR = x 100%
Frekuensi seluruh spesies
- Dominansi Relatif (DR)
Dominansi suatu spesies
DR = x 100%
Dominansi seluruh spesies
- Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat pohon dan tiang adalah KR + FR
+ DR (%).
18
- Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat pancang, semai, tumbuhan
bawah, liana, dan epifit adalah KR + FR (%).
3.3.3.2 Indeks keanekaragaman spesies (H')
Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan Shannon-
wienner Index (Krebs 1989), yaitu :
H' = ∑ dimana pi = ni / N
Keterangan :
H' = Indeks keanekaragaman spesies
ni = INP setiap spesies pada tingkat tertentu
N = Total INP seluruh spesies padatingkat tertentu
3.3.3.3 Pengklasifikasian kelompok kegunaan
Tumbuhan memiliki berbagai macam kegunaan. Agar mempermudah dalam
penyajian maka dilakukan pengelompokan berdasarkan kelompok kegunaan
dengan menyaring dari tiap-tiap kegunaan masing-masing spesies tumbuhan.
Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan menurut Purwanti dan Walujo (1992)
diacu dalam Kartikawati (2004), diantaranya adalah : Tumbuhan obat, tumbuhan
hias, tumbuhan aromatik, penghasil kayu bakar, penghasil pangan, penghasil
pakan ternak, penghasil warna dan tannin, penghasil bahan bangunan, tumbuhan
untuk upacara adat, penghasil pestisida nabati, dan penghasil tali-temali dan
anyaman.
3.3.3.4 Presentase habitus
Persentase habitus merupakan telaah tentang besarnya suatu jenis habitus
yang digunakan terhadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi
pohon, semak, perdu liana, dan herba. Adapun rumus yang digunakan untuk
menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut :
∑ spesies habitus tertentu
Presentase habitus = x 100%
∑ Seluruh spesies
19
3.3.3.5 Presentase bagian yang dimanfaatkan
Persentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke
bagian bawah/akar. Untuk menghitung persentase bagian yang digunakan
digunakan rumus:
∑ bagian tertentu yang dimanfaatkan
Bagian yang dimanfaatkan = x 100%
∑ Seluruh bagian yang dimanfaatkan
3.3.3.6 Presentase potensi tumbuhan berguna
Berdasarkan hasil analisis vegetasi di hutan dihitung persen potensi
tumbuhan berguna, sebagai berikut :
∑ spesies tumbuhan berguna
Potensi tumbuhan berguna = x 100%
∑ Seluruh spesies
3.3.3.7 Presentase budidaya tumbuhan
Berdasarkan hasil tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat ditentukan
presentase budidaya tumbuhannya dengan menggunakan rumus berikut :
∑ spesies tumbuhan dari budidaya
Presentase budidaya tumbuhan = x 100%
∑ Seluruh spesies yang dimanfaatkan
3.3.3.8 Kriteria penetapan tingkat interaksi masyarakat dengan kawasan
Berikut merupakan kriteria untuk menentukan interaksi masyarakat
dengan kawasan CA Yanlappa berdasarkan intensitas kunjungan (Tabel 3).
Tabel 3 Kriteria penetapan tingkat interaksi masyarakat No. Intensitas Tingkat interaksi
1. Setiap hari Sangat tinggi
2. Satu minggu dua kali Tinggi
3. Satu minggu satu kali Sedang
4. Satu bulan sekali Rendah
20
Sedangkan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu :
Tabel 4 Kriteria penetapan tingkat interaksi masyarakat No. Skor Status Keterangan
1. 4 Sangat penting 100% dari kebutuhan pokok dipenuhi dari satu
sumber
2. 3 Kritis Lebih dari 50% kebutuhan pokok dipenuhi dari
satu sumber
3. 2 Penting Antara 15% dan 50 % kebutuhan pokok dipenuhi
dari satu sumber
4. 1 Tidak penting Kurang dari 15% kebutuhan pokok dipenuhi dari
satu sumber
5. 0 Tidak ada 0% kebutuhan pokok dipenuhi dari satu sumber
Sumber : Rainforest dan Proforest (2003) diacu dalam Ardiansyah (2008).
21
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Kawasan Hutan Yanlappa ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 137/Kpts/Um/3/1956 tanggal 28-3-1956
seluas 32 Ha. Terletak di Desa Tapos, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor (satu
jalur dengan CA Dungus Iwul) (Nandika 1982).
4.2 Topografi
Jenis tanah di wilayah ini terdiri dari latosol dan podsolik merah kuning
dengan fisiografi datar sampai berbukit (Nandika 1982). Menurut BKSDA (2010),
Topografi CA Yanlappa relatif datar pada ketinggian tempat 1.350 m dpl, dengan
jenis tanah pada kawasan ini termasuk podsolik merah kuning yang terbentuk dari
batuan infalum masam (dasit), batuan pasir dan endapan kuarsa.
4.3 Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) wilayah ini tergolong
dalam tipe curah hujan A dengan curah hujan rata-rata 2800 mm per tahun.
Musim keringnya tidak nyata, sedangkan suhu udara rata-rata harian adalah 28ºC.
Bulan basah terjadi pada Oktober - Juni, sedangkan bulan kering terjadi pada
bulan Juli - September (Nandika 1982).
4.4 Flora dan Fauna
Vegetasi CA Yanlappa merupakan vegetasi hutan hujan dataran tinggi. Flora
yang terdapat di cagar alam ini adalah pahlalar (Dipterocarpus hasseltii), jatake
(Bouea gandaria), jaha (Terminalia belirica), sempur (Dillenia obovata), teureup
(Artocarpus elasticus), laban (Vitex pubescens), ranji (Dialium indum), dan lain-
lain.
Beberapa jenis satwa liar yang ada dalam kawasan ini yaitu dari golongan
mamalia, aves, reptilia dan inserta. Di antaranya yaitu : lutung (Tracypithecus
auratus), kera (Macaca fascicularis), burung kerak (Acridotheres fuscus
javanicus), burung dudut (Centropus bengalensis) dan lain-lain (Nandika 1982).
BKSDA (2010), menambahkan bahwa selain jenis satwaliar di atas, di kawasan
CA Yanlapa juga dapat ditemui babi hutan (Sus vitatus), jelarang (Ratufa
22
bicolor), kancil (Tragulus javanicus), elang ruyuk (Spilornis cheela), tulung
tumpuk (Megalaema javanica), dan paok cacing (Pitta guyana).
4.5 Kondisi Umum Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat
4.5.1 Jumlah penduduk
Data mengenai jumlah penduduk di Desa Tapos dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah penduduk di Desa Tapos Jumlah Laki-laki 4.056
Jumlah Perempuan 3.625
Jumlah Total 7.681
Jumlah Kepla Keluarga 1.878
Jumlah Penduduk Desa Tapos 90/km/m²
Sumber : Data monografi Desa Tapos tahun 2010.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Tapos
cukup banyak dan memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Perbandingan
jumlah antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat di desa ini, dimana jumlah
laki-laki di desa tersebut memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah perempuannya.
4.5.2 Pendidikan
Berikut merupakan data pendidikan masyarakat Desa Tapos (Tabel 6).
Tabel 6 Data pendidikan masyarakat Desa Tapos No. Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Laki-laki Perempuan
1 Umur 3-6 tahun yang belum masuk TK 42 67
2 Umur 3-6 yang sedang TK 200 175
3 Tamatan SD 350 420
4 Tamatan SMP/Sederajat 220 250
5 Tamatan SMA/Sederajat 70 68
6 Tamatan D-1/Sederajat 4 1
7 Tamatan D-2/Sederajat 6 2
8 Tamatan D-3/Sederajat 2 4
9 Tamatan S1/Sederajat 10 5
10 Tamatan S2/Sederajat - -
11 Tamatan S3/Sederajat - -
12 Tidak pernah Sekolah usia 7-56 tahun 240 227
13 Tidak tamat SD 45 120
14 Tidak tamat SMP 170 160
15 Tidak tamat SMA 220 200
Sumber : Data monografi Desa Tapos tahun 2010.
Data pada Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Desa
Tapos hanya tamatan sekolah dasar dan tidak pernah sekolah, hal ini
membuktikan bahwa tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah.
23
4.5.3 Mata pencaharian
Berikut merupakan data mengenai mata pencaharian masyarakat Desa
Tapos.
Tabel 7 Mata pencaharian masyarakat Desa Tapos No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)
Laki-laki Perempuan
1. Petani 500 30
2. Buruh tani 700 50
3. Buruh migran perempuan 200 80
4. Buruh migran laki-laki - -
5. Pengrajin industri rumah tangga 45 450
6. Pegawai Negeri Sipil 18 4
7. Pedagang keliling 20 28
8. Peternak 72 -
9. Montir 2 -
10. Dokter swasta - -
11. Bidan swasta - -
12. Perawat swasta 1 1
13. Pembantu rumah tangga - 80
14. TNI 1 -
15. POLRI - -
16. Pensiunan 2 2
17. Pengusaha kecil 10 -
18. Dukun kampong terlatih - 8
19. Jasa pengobatan altenatif 5 2
20. Karyawan swasta 50 110
Sumber : Data monografi Desa Tapos tahun 2010.
Masyarakat di Desa Tapos hampir semuanya berprofesi sebagai petani dan
buruh tani, selebihnya adalah pedagang, karyawan swasta, pengusaha kecil dan
laian-lain. Besarnya profesi masyarakat sebagai petani dan buruh tani ini
didukung oleh ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas di daerah ini.
24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Yanlappa
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di CA Yanlappa
telah ditemukan sebanyak 92 spesies yang terdiri dari 40 famili, dari 92 spesies
tersebut sekitar 77 spesies (83.695%) terdiri dari 40 famili sudah diketahui
kegunaannya. Spesies yang potensial yang memungkinkan untuk dikembangkan
adalah terep/benda (Artocarpus elasticus), mahoni daun lebar (Swietenia
macrophylla), dan laban (Vitex pubescens), karena spesies ini paling banyak
manfaatnya. Serta berdasarkan undang-undang spesies meranti (Shorea pinanga)
merupakan spesies yang dilindungi. Adapun data tumbuhan yang terdapat di CA
Yanlapa dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.1.1 Kerapatan
Menurut Fachrul (2008), kerapatan merupakan jumlah individu spesies per
luas petak contoh, jika jumlah suatu spesies tumbuhan besar dalam satu petak, itu
artinya spesies tersebut memiliki nilai kerapatan yang tinggi dalam petak tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan mengenai kerapatan telah didapatkan beberapa
spesies tumbuhan yang memiliki nilai kerapatan yang tertinggi untuk semua
tingkat pertumbuhan (Tabel 8).
Tabel 8 Kerapatan spesies tumbuhan untuk semua tingkat pertumbuhan No. Tingkat Nama Spesies Nama Ilmiah Kerapatan
(indv/ha)
1. Semai Kayu Afrika Maesopsis eminii 1.350
Mahoni daun lebar Swietenia macrophylla 950
Pinang Areca catechu 950
2. Tumbuhan
Bawah
Cakar ayam Selaginella doederleinii 7.750
Kekep Rhaphidophora korthalsii 7.300
Pacing daun besar Pollia thyrsiflora 1.550
3. Pancang Taritih Drypetes sumatrana 256
Beringin Sulawesi Ficus subulata 160
Kiperis Aporosa microcalyx 160
4. Tiang Menteng Baccaurea racemosa 20
Rambutan Nephelium lappaceum 10
Meranti Shorea pinanga 10
5. Pohon Laban Vitex pubescens 11
Keranji Diallium indum 9
Terep/benda Artocarpus elasticus 7
25
Spesies-spesies di atas tersebut memiliki jumlah individu yang tinggi dalam
suatu petak sehingga dapat dipastikan bahwa kerapatan spesies-spesies dalam
petak tersebut tinggi pula. Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008), kerapatan
suatu spesies dalam suatu komunitas sangat dipengaruhi oleh adanya persaingan.
Persaingan terjadi akibat adanya kebutuhan yang sama, baik antara spesies yang
sama (intraspesifik competition) ataupun oleh jenis-jenis yang berbeda
(interspesifik competition).
Spesies-spesies yang mempunyai kerapatan yang tinggi dalam suatu
komunitas merupakan spesies-spesies yang mampu bertahan dan bersaing dengan
spesies lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa spesies memiliki
zat allelopathy, yakni zat yang dapat menghambat pertumbuhan spesies lain dan
memungkinkan menghambat pertumbuhan anakannya sendiri. Seperti halnya
pohon laban (Vitex pubescens) yang memiliki kerapatan yang tinggi pada tingkat
pohon. Laban merupakan tumbuhan yang mampu bertahan terhadap api dan tahan
bersaing dengan alang-alang (Soerianegara & Indrawan 2008). Data rinci
mengenai kerapatan untuk semua tingkat pertumbuhan dapat dilihat pada
Lampiran 2-6.
5.1.2 Dominansi
Dominansi adalah tingkat penguasaan spesies-spesies dalam komunitas
tumbuhan, indeks nilai penting (INP) adalah salah satu parameter yang dapat
memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam
komunitasnya atau pada lokasi penelitian (Sundarapandian & Swamy 2000).
Sehingga semakin tinggi INP suatu spesies tumbuhan dalam suatu
komunitas, maka spesies tersebut memiliki tingkat dominansi yang tinggi juga
dalam suatu komunitas tersebut. Dari hasil perhitungan INP telah didapatkan
daftar spesies yang memiliki nilai INP yang tinggi untuk semua tingkat
pertumbuhan. Berikut merupakan lima spesies yang memiliki nilai INP yang
tertinggi pada masing-masing tingkat pertumbuhan.
5.1.2.1 Tingkat semai
Berikut merupakan daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada
tingkat semai. Daftar spesies pada tingkat semai yang memiliki nilai INP tertinggi
tersaji pada Tabel 9.
26
Tabel 9 Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat semai No. Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
1. Pinang Areca catechu 28,543
2. Kayu afrika Maesopsis eminii 27,583
3. Mahoni daun lebar Swietenia macrophylla 13,474
4. Beringin Sulawesi Ficus subulata 13,389
5. - Palaquium sp. 12,584
Sedangkan spesies yang memiliki nilai INP terendah diantaranya adalah
kopi (Coffea robusta), eboni (Diospyros celebica), meranti hutan (Dalbergia
rostrtata), kayu galeno (Grewia acuminata), rambutan (Nephelium lappaceum),
bayur (Pterospermum javanicum), sampang (Euodia latifolia), dan girang (Leea
indica) dengan nilai INP yang sama yakni 1,935%, kemudian bungur
(Lagerstroemia speciosa), (Artocarpus sp.), dan (Tarrena sp.) dengan INP
2,500%, sempur batu (Dillenia obovata) INP 3,065%, taritih (Drypetes
sumatrana) INP 3,870%, dan kupa landak (Zizyphus horsfieldii) INP 4,195%.
Keterangan lebih rinci mengenai INP untuk semua spesies pada tingkat semai
dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.1.2.2 Tingkat pancang
Berikut merupakan daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada
tingkat pancang. Daftar spesies tersaji pada Tabel 10.
Tabel 10 Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat pancang No. Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
1. Taritih Drypetes sumatrana 14,585
2. Kiperis Aporosa microcalyx 13,038
3. Sulangkar Leea aequata 9,975
4. Gongseng Glycosmis cochinchinensis 9,838
5. Sampang daun Psychotria sp. 9,615
Sedangkan spesies yang memiliki nilai INP terendah dan tidak mendominasi
pada tingkat pancang adalah asahan (Antidesma stipulare), alkesa (Lucumma
nervosa), sempur (Dillenia excelsa), laban (Vitex pubescens), kapas daun
(Uncaria cf. glabrata), huni (Antidesma bunius), karakan (Lepisathes blumeana),
(Timonius sericeus), (Tarrena sp.), dan (Melicope glabra) dengan nilai INP yang
sama yakni sebesar 0,945%, sukun (Artocarpus communis), kayu Afrika
(Maesopsis eminii), ki pedes (Psuduvaria reticulata), (Memecylon sp.) INP sama
sebesar 1,238%, sampang hutan (Allophylus cobbe) INP 1,531%, kayu galeno
27
(Grewia acuminata) INP 1,823% dan mahoni daun kecil (Swietenia mahagoni)
INP 1,892%. Data secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.1.2.3 Tingkat tumbuhan bawah
Berikut merupakan daftar spesies yang memiliki nilai INP tetinggi pada
tingkat tumbuhan bawah. Daftar spesies tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11 Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat tumbuhan
bawah No. Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
1. Kekep Rhaphidophora korthalsii 62,473
2. Cakar ayam Selaginella doederleinii 61,819
3. Pacing Costus speciosus 14,566
4. Patat Halopegia blumei 10,400
5. Rumput belang Zebrina pendula 10,167
Dari Tabel 11 terlihat bahwa kekep (Rhaphidophora korthalsii) dan cakar
ayam (Selaginella doederleinii) memiliki nilai INP yang sangat tinggi
dibandingkan dengan spesies lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa spesies-
spesies tersebutlah yang paling mendominasi pada tingkat tumbuhan bawah. Hal
ini juga terlihat bahwa hampir di semua petak contoh spesies ini dapat ditemukan.
Sedangkan untuk spesies yang memiliki nilai INP terendah adalah harendong
biasa (Melastoma malabathricum), paku beunyeur (Diplazium esculentum), rane
kebo (Angiopteris ceracea), pandan hutan (Pandanus terrestris) dengan nilai INP
sama yakni sebesar 1,151%, sri rejeki hutan (Dieffenbachia seguine) dan
cangkuang (Pandanus furcatus) INP 1,384%, terong kori (Solanum
aculeatissimum) INP 2,534%, bolang (Schismatiglottis calyptrata) INP 3,233%,
dan keladi hias (Alocasia sp.) INP 3,452%. Lebih rincinya dapat dilihat pada
Lampiran 4.
5.1.2.4 Tingkat tiang
Berikut merupakan daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada
tingkat tiang. Daftar spesies tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12 Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat tiang No. Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
1. Menteng Baccaurea racemosa 53,270
2. Meranti Shorea pinanga 31,955
3. Rambutan Nephelium lappaceum 25,044
4. Sampang Euodia latifolia 22,250
5. Kisireum Syzygium spicata 17,452
28
Sedangkan spesies yang memiliki INP terendah adalah kokosan (Lansium
aquaeum) INP 4,237%, laban (Vitex pubescens) INP 4,292%, mendarahan
(Knema laurina) INP 4,349%, ceuri (Garcinia dioica) INP 4,473%, dan mahoni
daun lebar (Swietenia macrophylla) INP 4,529%. Data lebih rinci dapat dilihat
pada Lampiran 5.
5.1.2.5 Tingkat pohon
Berikut merupakan daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada
tingkat pohon. Daftar spesies tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Daftar spesies yang memiliki nilai INP tertinggi pada tingkat pohon No. Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)
1. Laban Vitex pubescens 34,050
2. Keranji Dialium indum 31,481
3. Terep/benda Artocarpus elasticus 31,312
4. Rambutan Nephelium lappaceum 30,471
5. Karakan Lepisanthes blumeana 10,392
Sedangkan spesies yang memiliki nilai terendah pada tingkat pohon
diantaranya adalah kihiur (Eurya acuminata) INP 1,509%, jambu boll (Syzygium
malaccensis) INP 1,514%, mendarahan (Knema laurina) INP 1,569%, harendong
hutan (Bellucia axinanthera) INP 1,586%, dan kijeret (Terminalia arborea) INP
1,646%. Tingkat dominansi suatu spesies dalam suatu komunitas dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor internal, artinya faktor yang ada dalam spesies itu sendiri, seperti zat
allelopathy yang dimiliki spesies tertentu sehingga spesies tersebut lebih dominan
dibandingkan dengan spesies lain. Sedangkan faktor eksternal, berarti faktor
dimana spesies tersebut berdaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor
lingkungan ini diantaranya adalah iklim, geografis, edafis, dan biotik. Spesies
yang mampu beradaptasilah yang dapat mendominasi dalam suatu komunitas
tersebut (Soerianegara & Indrawan 2008). Data rinci tentang INP tingkat pohon
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Sedangkan untuk spesies yang memiliki nilai INP terendah dapat dikatakan
bahwa spesies-spesies tersebut tidak mendominasi, hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor, diantaranya adalah spesies tersebut memiliki daya
29
adaptasi terhadap lingkungan yang rendah sehingga kemampuan untuk bertahan
hidup dan memperbanyak jenisnya kecil, kondisi habitat yang tidak sesuai juga
dapat mempengaruhi kecilnya jumlah spesies tertentu, dan adanya spesies yang
mendominasi sehingga terjadi persaingan dalam hal mempergunakan unsur hara.
5.1.3 Keanekaragaman spesies (H´)
Berdasarkan hasil perhitungan keanekaragaman spesies dengan
menggunakan indeks Shannon-Wiener telah didapatkan keanekaragaman spesies
untuk semua tingkat pertumbuhan (Tabel 14).
Tabel 14 Keanekaragaman spesies untuk seluruh tingkat pertumbuhan No. Tingkat Keanekaragaman spesies (H´)
1. Semai 2,991
2. Tumbuhan bawah 2,003
3. Pancang 3,559
4. Tiang 2,928
5. Pohon 3,167
Berdasarkan data pada Tabel 14 terlihat bahwa keanekaragaman spesies
untuk semua tingkat pertumbuhan memiliki nilai keanekaragaman yang berbeda-
beda. Semai, tumbuhan bawah dan tiang memiliki indeks nilai keanekaragaman
spesies yang terbilang sedang, hal ini didasarkan pada pernyataan Fachrul (2008)
yang menyatakan bahwa jika H´ < 1, maka keanekaragaman spesiesnya rendah,
jika H´ berkisar 1-3 maka keanekaragaman spesiesnya sedang, dan jika H´ > 3
maka keanekaragaman spesies tersebut tergolong tinggi. Sehingga dari pernyataan
tersebut dapat juga dikatakan bahwa indeks keanekaragaman spesies tingkat
pancang dan pohon tergolong tinggi karena memiliki indeks keanekaragaman
spesies lebih dari 3.
Tingkat keanekaragaman spesies pada tingkat pancang dan pohon lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat keanekaragaman spesies pada tingkat semai,
tumbuhan bawah dan tiang, hal ini dikarenakan tingkat semai dan tumbuhan
bawah memiliki kerentanan, dimana spesies pada tingkat ini mudah sekali mati,
baik oleh adanya gangguan alam, seperti angin, curahan air hujan, maupun oleh
aktivitas manusia. Selain itu, semai dan tumbuhan bawah memerlukan cahaya
yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis, terutama spesies yang bersifat
intoleran atau spesies yang memerlukan cahaya penuh dalam pertumbuhannya.
30
Adanya dominansi dari spesies-spesies berhabitus pohon memungkinkan
terhalangnya cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan, sehingga hal tersebut
bisa mempengaruhi pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah tersebut sehingga
keanekaragaman spesies pada tingkat semai dan tumbuhan bawah tidak tinggi.
Rendahnya keanekaragaman pada tingkat semai, tumbuhan bawah dan tiang
ini dapat menjadi indikator bahwa pada masa yang akan datang kawasan CA
Yanlappa tidak memiliki ketersediaan dalam penyediaan plasma nutfah
dikarenakan anakan pohon (semai) yang dapat dijadikan sebagai regenerasi
pohon-pohon sebelumnya hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit. Sehingga
kondisi seperti ini dikhawatirkan akan merusak susunan ekosistem sebelumnya.
5.1.4 Perbandingan jumlah dan spesies yang terdapat di kawasan CA
Yanlappa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erdawati (1986)
mengenai analisis vegetasi di CA Yanlappa, telah ditemukan sebanyak 146
spesies dari 51 famili tingkat pancang dan pohon serta 150 spesies dari 65 famili
untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah. Sedangkan hasil analisis yang telah
dilakukan saat ini hanya ditemukan sekitar 92 spesies dari 40 famili untuk tingkat
semai, pancang, tumbuhan bawah, tiang dan pohon. Jika dilihat dari spesies yang
mendominasi pada penelitian Erdawati (1986) teridentifikasi bahwa spesies yang
paling mendominasi adalah terep/benda (Artocarpus elasticus), kijeri (Parinarium
corybosum), pahlalar (Dipterocarpa hasseltii), (Eugenia densiflorum) dan keranji
(Dialium indum), sedangkan dari hasil penelitian sekarang diketahui bahwa
spesies yang mendominasi di kawasan CA Yanlappa adalah rambutan (Nephelium
lappaceum), menteng (Baccaura racemosa), laban (Vitex pubescens), meranti
(Shorea pinanga), dan keranji (Dialium indum).
Jika dilihat pada keterangan di atas menunjukan bahwa, baik dari jumlah
dan jenis spesies yang ditemukan antara penelitian tahun 1986 dengan sekarang
menunjukan perbedaan, dimana pada penelitian sebelumnya jumlah spesies yang
ditemui terdapat dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan hasil penelitian
saat ini. Serta spesies yang mendominasi terlihat bahwa spesies yang dulunya
sangat mendominasi pada penelitian sebelumnya sudah tidak mendominasi lagi
pada saat ini. Seperti halnya pohon terep/benda (Artocarpus elasticus) yang paling
31
mendominasi pada saat dulu. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan metode,
dimana metode yang digunakan Erdawati (1986) adalah dengan cara pembuatan
blok di kawasan CA tersebut, sehingga hampir semua kawasan CA terambil
contohnya, sedangkan pada penelitian saat ini pengambilan plot contoh hanya
dilakukan secara sistematik dan pada lokasi tertentu saja, yakni di sebelah Selatan
kawasan tersebut.
5.1.5 Komposisi tumbuhan yang terdapat di Cagar Alam Yanlappa
berdasarkan habitusnya
Komposisi tumbuhan berdasarkan habitusnya yang terdapat di CA Yanlappa
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Komposisi tumbuhan berdasarkan habitus.
Tumbuhan yang paling mendominasi di dalam kawasan CA Yanlappa
adalah berhabitus pohon, yakni sekitar 66 spesies (71.739%), herba dan perdu
masing-masing 11 spesies (11.957%) dan terendah berhabitus semak 4 spesies
(4.348%). Hal ini menunjukan bahwa stratifikasi tajuk di dalam kawasan CA
Yanlappa masih didominasi oleh tumbuhan dengan stratum A, B, dan C, sehingga
kawasan CA Yanlappa masih memiliki penutupan tajuk masih tergolong rapat.
Adanya penutupan tajuk yang rapat ini memungkinkan terjadinya persaingan yang
keras dalam perebutan sinar matahari yang diperlukan tumbuhan untuk
berfotosintesis, dimana spesies yang bersifat intoleran akan mengalami kesulitan
untuk mendapatkan cahaya.
66
11 11
4
0
10
20
30
40
50
60
70
Pohon Herba Perdu Semak
Habitus
Ju
mla
h s
pes
ies
32
5.1.6 Komposisi tumbuhan yang terdapat di CA Yanlappa berdasarkan
famili
Keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di dalam CA Yanlappa ini juga
dapat dilihat dari komposisi familinya (Gambar 4).
Gambar 4 Komposisi tumbuhan berdasarkan famili.
7
7
6
5
5
5
5
4
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Meliaceae
Euphorbiaceae
Rubiaceae
Myrtaceae
Araceae
Moraceae
Rutaceae
Melastomataceae
Sapindaceae
Dipterocarpaceae
Fabaceae
Clusiaceae
Annonaceae
Anacardiaceae
Dilleniaceae
Pandanaceae
Commelinaceae
Sapotaceae
Leeaceae
Verbenaceae
Rhamnaceae
Lecythidaceae
Lythraceae
Sterculiaceae
Arecaceae
Myristicaceae
Ebenaceae
Tiliaceae
Loganiaceae
Rosaceae
Solanaceae
Polypodiaceae
Marattiaceae
Schizaeaceae
Combretaceae
Marantaceae
Malvaceae
Zingiberaceae
Selaginellaceae
Theaceae
Fa
mil
i
Jumlah spesies
33
Hasil identifikasi analisis vegetasi yang dilakukan di CA Yanlappa telah
didapatkan sekitar 40 famili, spesies dari Famili Meliaceae dan Euphorbiaceae
yang paling banyak ditemui di dalam kawasan CA Yanlappa dibandingkan
dengan famili lainnya. Hal ini menunjukan bahwa kedua famili tersebutlah yang
paling mendominasi di dalam kawasan tersebut. Adanya kesesuaian tempat
tumbuh dapat menjadi faktor mendominasinya spesies dari kedua famili tersebut.
Spesies dari Famili Meliaceae kebanyakan merupakan spesies penghasil buah-
buahan yang sudah banyak dibudidayakan masyarakat, sehingga kemungkinan
adanya kemudahan dalam pembudidayaan atau mudah tumbuh inilah yang
menyebabkan spesies dari famili ini paling mendominasi di dalam kawasan CA
Yanlappa. Data mengenai spesies-spesies beserta familinya dapat dilihat pada
Lampiran 7.
5.1.7 Klasifikasi kelompok kegunaan
Berikut merupakan klasifikasi tumbuhan ke dalam 11 kelompok kegunaan
(Tabel 15).
Tabel 15 Rekapitulasi kelompok kegunaan tumbuhan
No. Kelompok Kegunaan Tumbuhan
Jumlah
(Spesies) Habitus Famili
1. Tumbuhan penghasil obat 44 4 28
2. Tumbuhan sebagai pangan 28 4 19
3. Tumbuhan sebagai bahan bangunan 30 1 17
4. Tumbuhan tali, anyaman dan kerajinan 12 3 8
5. Tumbuhan kayu bakar 5 1 4
6. Tumbuhan penghasil warna dan tannin 6 2 4
7. Tumbuhan hias 2 1 1
8. Tumbuhan aromatic 1 1 1
9. Tumbuhan sebagai pestisida nabati 1 1 1
Kegunaan atau manfaat masing-masing spesies ini didapatkan dari berbagai
macam literatur. Sebagian besar spesies tumbuhan yang ditemukan di dalam
kawasan CA Yanlappa merupakan tumbuhan berkhasiat obat, bahan bangunan
dan pangan. Jika dibandingkan dengan berbagai penelitian yang telah dilakukan
mengenai potensi dan pemanfaatan tumbuhan di berbagai macam lokasi
menunjukan bahwa hampir sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan adalah
untuk obat dan pangan. Dalam kaitannya dengan kebutuhan masyarakat sekitar,
34
kawasan CA Yanlappa memiliki potensi tumbuhan yang cukup besar yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar setiap harinya.
Menurut Heyne (1950) diacu dalam Gintings et al. (1990), tidak kurang dari
3.000 jenis tumbuhan di Indonesia baik yang berupa pohon maupun yang bukan
pohon dilaporkan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari,
baik sebagai sumber pangan, papan, pakan, bahan industri maupun sumber yang
dapat memberikan rasa kesegaran dan kenyamanan. Namun, pemanfaatan
tumbuhan tersebut harus disertai dengan pengetahuan mengenai konsep
pemanfaatan yang lestari, sehingga sumberdaya yang digunakan tersebut dapat
tetap beregenerasi dan dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia secara
berkelanjutan. Adapun data mengenai daftar spesies pada masing-masing
kelompok kegunaan dapat dilihat pada Lampiran 8.
5.2 Bentuk Pemanfaatan Tumbuhan Berguna oleh Masyarakat Sekitar CA
Yanlappa
5.2.1 Karakteristik responden
5.2.1.1 Jumlah responden
Responden yang diwawancarai pada penelitian ini berjumlah 30 orang yang
terdiri dari 12 orang laki-laki dan 18 perempuan. Hal ini dikarenakan
perempuanlah yang paling banyak mengetahui dan memanfaatkan tumbuhan.
5.2.1.2 Umur responden
Kisaran umur responden yang diwawancarai pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16 Kisaran umur responden No. Kisaran Umur (tahun) Jumlah Laki-laki
(orang)
Jumlah Perempuan
(orang)
1. <20 1 0
2. 20-30 1 9
3. 31-40 4 7
4. 41-50 5 1
5. 51-60 1 1
5.2.1.3 Pendidikan
Berikut merupakan tingkat pendidikan responden yang diwawancarai di
Desa Tapos, dimana sebagian besar responden yang memanfaatkan tumbuhan
merupakan responden yang tingkat pendidikannya masih rendah (Gambar 5).
35
Gambar 5 Tingkat pendidikan responden.
5.2.1.4 Mata pencaharian
Berikut merupakan mata pencaharian 30 orang responden yang
diwawancarai, dimana responden yang memanfaatkan tumbuhan sebagian besar
berprofesi sebagai petani.
Tabel 17 Data mata pencaharian responden No. Mata Pencaharian Jumlah Laki-laki
(orang)
Jumlah Perempuan
(orang)
1. Petani 7 13
2. Penjual/Pedagang 0 3
3. Pemotong kayu 2 -
4. Pembuat arang 1 -
5. Karyawan 2 -
6. Ibu rumah tangga - 2
Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa sebagian besar responden yang sering
berinteraksi dengan tumbuhan adalah masyarakat yang masih tergolong produktif,
yakni berumur 31-40 tahun sebanyak 11 orang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 7
orang perempuan. Kondisi seperti ini didukung pula oleh tingkat pendidikan dan
mata pencaharian, dimana responden yang paling banyak berinteraksi dengan
tumbuhan tersebut adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah, yakni sekitar 7 orang berpendidikan SD, 1 orang SMA, dan 3 orang tidak
sekolah. Sedangkan jika dilihat dari mata pencaharian sebanyak 8 orang
responden berprofesi sebagai petani, 1 orang pedagang, 1 orang karyawan, dan 1
orang ibu rumah tangga.
Tingkat pendidikan dan mata pencaharian yang rendah dapat menjadi faktor
pemicu terjadinya pemanfaatan sumberdaya, karena dengan pendidikan yang
rendah seseorang akan kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan, sehingga untuk
SD
60%
SMA/Seder
ajat
7%
Tidak
sekolah
33%
36
memenuhi kebutuhan hidupnya mereka akan memanfaatkan segala sumberdaya
yang ada di sekelilingnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Salim (2004)
yang mengatakan bahwa kerusakan hutan dapat disebabkan oleh berbagai macam
faktor, diantaranya adalah bertambahnya jumlah penduduk, berkurangnya tanah
pertanian dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan, perladangan berpindah-
pindah, sempitnya lapangan pekerjaan, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan
arti pentingnya fungsi hutan dan lain-lain.
5.2.2 Komposisi tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan
habitus
Tumbuhan yang digunakan masyarakat sangat beranekaragam,
keanekaragaman tersebut terlihat pula pada komposisi habitusnya. Berikut
merupakan komposisi tumbuhan berdasarkan habitusnya.
Tabel 18 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitus.
Perhitungan komposisi habitus spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat
ini dilakukan terhadap 100 spesies saja karena ada 1 spesies yang tidak
teridentifikasi habitusnya. Tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
banyak berasal dari habitus pohon, yakni sekitar 40 spesies (40%), semak 23
spesies (23%), herba 16 spesies (16%), perdu 14 spesies (14%), rumput 3 spesies
(3%), liana 2 spesies (2%), epifit dan palem masing-masing 1 spesies (1%).
Masyarakat banyak menggunakan tumbuhan berhabitus pohon dikarenakan
kondisi lingkungan masyarakat sekitar yang sangat mendukung, dimana hampir di
setiap sisi, baik di pekarangan ataupun kebun banyak sekali pohon-pohon yang
dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
No. Habitus Jumlah
1. Pohon 40
2. Semak 23
3. Herba 16
4. Perdu 14
5. Rumput 3
6. Liana 2
7. Epifit 1
8. Palem 1
37
5.2.3 Komposisi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat
berdasarkan famili
Tumbuhan yang digunakan masyarakat sekitar kawasan CA Yanlappa dalam
kehidupan sehari-harinya sangat beragam. Keragaman tersebut tidak hanya dari
spesiesnya saja melainkan dari komposisi familinya juga. Jumlah famili spesies
tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat telah teridentifikasi sebanyak 46
famili yang terdiri dari beberapa famili dengan jumlah spesies pada masing-
masing famili yang berbeda-beda.
Tumbuhan yang paling banyak digunakan masyarakat berasal dari Famili
Zingiberaceae dan Euphorbiaceae. Spesies dari Famili Zingiberaceae paling
banyak digunakan karena spesies ini paling mudah dibudidayakan karena tidak
memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang khusus. Sehingga banyak
masyarakat yang menanam spesies dari famili ini di kebun-kebun atau pekarangan
rumah mereka. Berikut merupakan gambar tumbuhan Famili Zingiberaceae yang
ditanam masyarakat di kebun dan pekarangannya. Data mengenai spesies untuk
masing-masing famili dapat dilihat pada Lampiran 9.
Gambar 6 Kunyit di pekarangan. Gambar 7 Kunyit di kebun.
38
Gambar 8 Komposisi tumbuhan berdasarkan famili.
8
7
5
5
4
4
4
4
4
4
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Zingiberaceae
Euphorbiaceae
Meliaceae
Araceae
Liliaceae
Papilionaceae
Verbenaceae
Mimosaceae
Acanthaceae
Poaceae
Rubiaceae
Myrtaceae
Asteraceae
Malvaceae
Rutaceae
Solanaceae
Anacardiaceae
Arecaceae
Amaryllidaceae
Sapindaceae
Portulakaceae
Theaceae
Sapotaceae
Melastomataceae
Leeaceae
Caryophyllaceae
Clussiaceae
Polygonaceae
Dioscoreaceae
Oxalidaceae
Aspleniaceae
Balsaminaceae
Nyctaginaceae
Annonaceae
Bombacaceae
Bromeliaceae
Musaceae
Ebenaceae
Menispermaceae
Fabaceae
Gnetaceae
Pandanaceae
Limnocharitaceae
Cucurbitaceae
Caricaceae
Apocynaceae
Jumlah spesies
Fa
mil
i
39
5.2.4 Presentase bagian yang dimanfaatkan
Data mengenai presentase bagian spesies tumbuhan yang digunakan
masyarakat tersaji pada Gambar 9.
Gambar 9 Presentase bagian yang dimanfaatkan.
Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa sebagian besar masyarakat
menggunakan tumbuhan pada bagian buah sebesar (30%). Penggunaan tumbuhan
bagian buahnya ini terdapat pada spesies-spesies yang dipergunakan sebagai
pangan oleh masyarakat Desa Tapos pada sehari-harinya. Kemudian masyarakat
juga menggunakan tumbuhan pada bagian daun (21%) biasanya untuk lalapan,
pakan ternak dan obat, herba (20%) biasanya banyak digunakan untuk tanaman
hias, batang kayu (15%) untuk bahan bangunan, kayu bakar dan pembuatan arang,
rimpang (7%) biasanya berasal dari Famili Zingiberaceae digunakan untuk obat,
aroma, dan pewarna makanan, tangkai (2%) biasa digunakan untuk pakan ternak,
ranting (3%) biasa digunakan untuk kayu bakar, bunga dan akar (1%) biasa
digunakan untuk obat.
Penggunaan tumbuhan pada bagian buah dan daun tidak terlalu menjadi
masalah dalam kaitannya dengan kerusakan hutan dan memiliki potensi
pengelolaan secara lestari yang tinggi, karena buah dan daun merupakan bagian
tumbuhan yang dapat beregenerasi dengan cepat. Sedangkan pemanfaatan bagian
tumbuhan dalam bentuk batang/kayu dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan
dan kelangkaan spesies tertentu yang digunakan, sehingga jika tumbuhan yang
Buah
30%
Daun
21% Rimpang
7%
Akar
1%
Bunga
1%
Batang/kayu
15%
Tangkai
2%
Herba
20%
Ranting
3%
40
dimanfaatkan tersebut berasal dari kawasan konservasi diperlukan adanya
pengawasan dan pengaturan dalam pemanfaatannya.
5.2.5 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan berdasarkan pemanfaatan
oleh masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 orang responden telah didapatkan
sekitar 101 spesies yang terdiri dari 46 famili yang digunakan masyarakat pada
kehidupan sehari-harinya. Dari 101 spesies tersebut 2 spesies yang terdiri dari 2
famili merupakan tumbuhan yang sulit untuk ditemui, yakni kemang (Mangifera
caesia) dan alkesa (Lucumma nervosa). Data rinci mengenai tumbuhan yang
dimanfaatkan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 10.
5.2.5.1 Tumbuhan obat
Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang bagian tumbuhannya (daun,
batang atau akar) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan
baku dalam pembuatan obat modern atau tradisional (Suhirman 1990). Sedangkan
menurut Hamid et al. (1991) tumbuhan obat adalah semua tumbuhan baik yang
sudah ataupun belum dibudidayakan, dapat digunakan sebagai tumbuhan obat,
berkisar dari yang terlihat dengan mata hingga yang hanya nampak di bawah
mikroskop. Berdasarkan hasil wawancara telah ditemukan sebanyak 25 spesies
dari 14 famili yang berkhasiat sebagai obat. Daftar spesies-spesies tersebut dan
pengunanya dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan No. Nama lokal Nama ilmiah Pengguna
laki-laki
(%)
Pengguna
perempuan
(%)
1. Kunyit Curcuma domestica 3,33 10,00
2. Kencur Kaempferia galangal 3,33 3,33
3. Dadap serep Erythrina subumbrans 6,67 3,33
4. Lempuyang Zingiber aromaticum 10,00 20,00
5. Honje Nicolalia speciosa 3,33 3,33
6. Rosela Hibiscus sabdariffa - 3,33
7. Kacapiring Gardenia jasminoides 6,67 3,33
8. Sambiloto Andrographis paniculata 3,33 -
9. Antawali Tinospora crispa - 6,67
10. Sarira Acronychia laurifolia 3,33 13,33
11. Lengkuas Languas galangal - 3,33
12. Parahulu Amomum aculeatum - 3,33
13. Kicaang Xerospermum noronhianum - 3,33
14. Singugu Clerodendron serratum - 3,33
15. Cangkudu Morinda citrifolia - 3,33
16. Sungkai Peronema canescens - 3,33
41
Tabel 19 Lanjutan No. Nama lokal Nama ilmiah Pengguna
laki-laki
(%)
Pengguna
perempuan
(%)
17. Kihareng Diospyros pseudoebenum 3,33 -
18. Bajogol - - 3,33
19. Sereh Cymbopogon nardus 3,33 -
20. Jambu biji Psidium guajava 3,33 -
21. Pacing Costus speciosus 6,67 -
22. Jeruk nipis Citrus aurantifolia - 3,33
23. Kejibeling Seriocalyx crispus - 3,33
24. Sembung Blumea balsamifera - 3,33
25. Suji Pleomele angustifolia - 6,67
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa lempuyang, kunyit dan sarira
merupakan tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
kaum laki-laki maupun perempuan. Menurut hasil wawancara tumbuhan
lempuyang biasanya digunakan masyarakat untuk jamu bagi para ibu setelah
melahirkan, begitupula dengan kunyit, kunyit dipercaya dapat menghilangkan bau
”anyir” setelah melahirkan. Kunyit dan lempuyang biasanya ditumbuk halus dan
dicampur dengan beberapa jenis tumbuhan lain sperti kencur dan beberapa jenis
dedaunan, seperti daun sarira dan sembung. Hasil dari tumbukan ini kemudian
dimakan sebagai lauk bagi para ibu yang melahirkan. Seperti sama halnya dengan
daun kacapiring dan daun suji, daun muda tumbuhan sarira juga dipercaya dapat
menurunkan panas dalam pada anak-anak. Sedangkan laki-laki lebih banyak
memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai jamu untuk sakit badan.
5.2.5.2 Tumbuhan hias
Tumbuhan hias yang berada di Desa Tapos umumnya hanya digemari oleh
para kaum perempuan saja, karena yang lebih sering berinteraksi dengan segala
bentuk keperluan rumah adalah perempuan. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai hiasan di Desa Tapos sebanyak 20 spesies dari 11 famili.
Adapun tumbuhan yang biasa digunakan oleh masyarakat desa Tapos sebagai
hiasan terlihat pada Tabel 20.
42
Tabel 20 Tumbuhan digunakan sebagai hiasan No. Nama local Nama ilmiah Famili
1 Kadaka Asplenium nidus Aspleniaceae
2 Pacar air Impatiens balsamina Balsaminaceae
3 Bunga pukul empat Mirabilis jalapa Nyctaginaceae
4 Lidah mertua Sanmsevieria laurentii Liliaceae
5 Andong Cordyline fruticosa Liliaceae
6 Keladi hias merah Caladium bicolor Araceae
7 Kejibeling Seriocalyx crispus Acanthaceae
8 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae
9 Jarak pagar Jatropa curcas Euphorbiaceae
10 Gandarusa Gandarusa vulgaris Acanthaceae
12 Keladi hias putih Alocasia sp. Araceae
13 Euphorbia Euphorbia milii Euphorbiaceae
14 Tapak liman Elephantopus scaber Compositaceae
15 Pohon sig-sag Pedilanthus tithymaloides Euphorbiaceae
16 Puring Codiaeum veriegatum Euphorbiaceae
17 Suji Pleomele angustifolia Ruscaceae
18 Bunga bahagia Diffenbachia maculate Araceae
19 Bunga bahagia albino Diffenbachia sp Araceae
20 Tumbuhan teh-tehan Acalypha siamensis Euphorbiaceae
21 Portulaka Portulaka grandiflora Portulacaceae
Tumbuhan dari berbagai macam spesies tersebut ditanami masyarakat untuk
menghiasi pekarangan rumah dan ada beberapa spesies yang sekaligus dijadikan
sebagai pagar, seperti jarak pagar (Jatropa curcas) dan tumbuhan teh-tehan
(Acalypha siamensis). Berikut merupakan beberapa gambar tumbuhan hias yang
ada di Desa Tapos.
Gambar 10 Keladi hias merah. Gambar 11 Pohon sig-sag.
43
5.2.5.3 Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri.
Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena fungsinya
yang paling luas dan umum diminati sebagai pengharum, baik sebagai parfum,
kosmetik, pengharum ruangan, pemberi rasa pada makanan atau pada produk
rumah tangga lainnya (Agusta 2000). Penggunaan tumbuhan sebagai aromatik di
Desa Tapos hanya sekedar untuk pewangi dalam pembuatan makanan saja dan
sebagian dipergunakan oleh para perempuan dalam memasak, seperti pembuatan
kue, sayur, nasi uduk, dan bubur kacang.
Berdasarkan hasil wawancara telah didapatkan informasi bahwa tumbuhan
yang biasa dipergunakan masyarakat sebagai aromatik, diantaranya adalah daun
pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), sereh (Cymbopogon nardus), daun suji
(Pleomele angustifolia), jahe (Zingiber officinale), dan daun salam (Syzygium
polyanthum). Tumbuh-tumbuhan tersebut dipilih sebagai pemberi aroma pada
makanan karena tumbuhan-tumbuhan tersebut memiliki aroma yang khas dan
enak. Menurut Heyne (1987), salah satu famili yang spesiesnya merupakan
penghasil minyak atsiri yang sudah umum adalah dari Famili Zingiberaceae.
Berikut merupakan beberapa gambar yang digunakan masyarakat sebagai aroma
makanan.
Gambar 12 Suji. Gambar 13 Pandan wangi.
44
5.2.5.4 Tumbuhan penghasil pangan
Secara keseluruhan tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Tapos hampir sebagian besar digunakan sebagai pangan. Tumbuhan yang
dipergunakan oleh masyarakat sebagai bahan pangan berdasarkan hasil
wawancara ditemukan sekitar 44 spesies dari 28 famili. Adapun data secara rinci
mengenai spesies-spesies yang digunakan sebagai pangan oleh masyarakat dapat
dilihat pada Lampiran 11. Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan
berasal dari berbagai sumber, baik dari hutan, kebun, sawah, pekarangan ataupun
langsung membelinya di pasar. Namun, dikarenakan sebagian besar masyarakat
Desa Tapos berprofesi sebagai petani, sehingga tumbuhan yang digunakan
sebagai pangan umumnya berasal dari hasil budidaya yang dilakukan di kebun,
sawah ataupun pekarangan, tapi ada juga beberapa spesies tumbuhan yang diambil
langsung dari hutan. Berikut merupakan foto-foto tumbuhan penghasil pangan
yang dibudidayakan masyarakat di kebun dan sekitar rumahnya.
Gambar 14 Tumbuhan pangan di Gambar 15 Tumbuhan pangan di
pekarangan rumah kebun.
5.2.5.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak
Tumbuhan yang biasanya digunakan untuk pakan ternak adalah dari jenis
rumput-rumputan seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja
(King grass), dan rumput benggala (Brachiaria decumbens) (Siregar 1996).
Tumbuhan yang digunakan masyarakat untuk memberi makan ternaknya adalah
rumput jampang (Eleusine indica), jukut ibun (Drymaria hirsuta), cacabean
(Polygonum hydropiper), sulangkar (Leea aequata), pisang (Musa paradisiaca),
harendong biasa (Melastoma malabathricum), puspa (Schima walichii), laban
(Vitex pubescens), dan akasia (Acacia mangium). Bagian tumbuhan yang
45
diberikan pada hewan ternak adalah bagian daun dan tangkainya, sedangkan untuk
jenis rerumputan adalah semua bagian tumbuhan diberikan. Tumbuhan yang
diberikan kepada ternak sebagai pakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 16 Dedaunan untuk pakan. Gambar 17 Rumput untuk pakan.
5.2.5.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari
tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati bersifat
mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan,
dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang
(Meilin 2009). Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa dari 30
orang responden yang diwawancarai belum pernah menggunakan tumbuhan
sebagai pembasmi hama alami. Hal ini dikarenakan lemahnya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat mengenai tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan
sebagai pestisida nabati.
Ketidaktahuan masyarakat tersebut sangat berhubungan erat dengan
lemahnya sistem informasi di daerah tersebut. Salah satu bentuk kendala dalam
penyampaian informasi adalah tidak adanya jaringan atau gardu listrik.
Masyarakat Desa Tapos sangat mengharapkan betul adanya informasi-informasi
yang akurat terutama di bidang pembasmian hama yang alami dengan mengingat
bahwa sebagian besar lahan di sekitar cagar alam merupakan lahan pertanian yang
berbatasan langsung dengan kawasan cagar alam tersebut. Sehingga dengan
46
adanya pestisida yang alami atau ramah lingkungan dapat menghindari
lingkungan dari pencemaran dan hutan tetap terjaga karena masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil pertanian tanpa harus merusak hutan.
5.2.5.7 Tumbuhan penghasil warna dan tanin
Tumbuhan di sekitar kita tidak hanya bermanfaat untuk obat, pangan, bahan
bangunan dan sebagainya. Tidak sedikit tumbuhan merupakan penghasil zat
warna dan tannin alami. Zat warna dan tannin tersebut berasal dari bagian
tanaman, seperti kayu, kulit kayu, daun, akar, bunga, biji, dan getah (Wibowo
2003) diacu dalam Harbelubun et al. 2005). Tumbuhan yang digunakan oleh
masyarakat sebagai pewarna dan tannin hanya sekedar untuk pewarna makanan
dalam pembuatan kue saja.
Adapun spesies yang digunakan masyarakat sebagai pewarna makanan
hanya ditemukan dua spesies saja, yakni kunyit (Curcuma domestica) dan suji
(Pleomele angustifolia). Spesies tumbuhan tersebut dipilih karena memiliki warna
yang menarik dan terang. Kunyit (Curcuma domestica) merupakan spesies
penghasil warna kuning terang, spesies ini biasa digunakan untuk mewarnai nasi
tumpeng, nasi goreng dan makanan olahan dari singkong. Sedangkan daun suji
(Pleomele angustifolia) menghasilkan warna hijau dan biasa digunakan untuk
membuat kue. Selain memiliki warna yang menarik, daun suji juga memiliki
aroma yang khas dan wangi.
5.2.5.8 Tumbuhan upacara adat
Di berbagai etnis tumbuhan-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-
beda menurut pengetahuan masyarakat masing-masing. Dalam upacara-upacara
adat yang dilakukan terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup
(Kartiwa & Wahyono 1992). Desa Tapos merupakan desa yang berbentuk semi
modern sehingga tidak memiliki kebudayaan yang khas yang mencirikan
masyarakatnya. Seperti sama halnya dengan tumbuhan penghasil pestisida,
tumbuhan yang biasa digunakan untuk upacara adat di daerah ini pun tidak
ditemui dan masyarakat tidak menggunakannya.
5.2.5.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30 orang responden didapatkan
informasi bahwa hampir semua responden memanfaatkan tumbuhan sebagai kayu
47
bakar dan 1 orang responden memanfaatkan kayu untuk membuat arang. Kayu
bakar tersebut ada yang diambil dari hutan, baik cagar alam maupun perum
perhutani dan ada juga yang berasal dari kebun milik masyarakat. Menurut
Sutarno (1996) diacu dalam Arafah (2005), salah satu kriteria jenis tumbuhan
yang biasanya dijadikan kayu bakar adalah jenis yang memiliki kadar air rendah
sehingga mudah dibakar. Tujuan pengambilan tumbuhan sebagai kayu bakar oleh
masyarakat berbeda-beda, dari 30 orang responden ada 2 orang responden yang
mengambil kayu bakar untuk dijual. Sedangkan sisanya mengambil kayu bakar
untuk keperluan masak sehari-hari.
Tumbuhan yang biasanya digunakan masyarakat untuk kayu bakar adalah
akasia (Acacia mangium), puspa (Schima walichii), dan bambu (Schizostachyum
zollingeri). Ketiga spesies ini paling banyak dipilih masyarakat untuk kayu bakar
karena ketiga spesies tersebut paling mendominasi di daerah tersebut sehingga
tidak sulit untuk mendapatkannya. Kebanyakan masyarakat memperoleh kayu
bakar di sekitar Perum Perhutani. Kayu bakar yang dijual dihargai sekitar Rp.
3.000 untuk dua ikat kayu bakar atau “satu pikul”. Sedangkan arang biasanya
dijual per karung. Berikut merupakan gambar-gambar kayu bakar yang digunakan
masyarakat.
Gambar 18 Kayu bakar dari ranting. Gambar 19 Bambu untuk kayu bakar.
5.2.5.10 Tumbuhan sebagai bahan bangunan
Sama seperti tumbuhan untuk kayu bakar, tumbuhan yang digunakan
sebagai bahan bangunan pun sangat banyak. Berikut merupakan gambar-gambar
bangunan yang sebagian besar menggunakan kayu sebagai bahan bangunanya.
48
Gambar 20 Bangunan “saung” Gambar 21 Bangunan rumah.
Selain digunakan untuk keperluan pribadi, ada beberapa masyarakat yang
menggunakan tumbuhan sebagai bahan bangunan untuk keperluan bisnis atau
komersial. Hasil wawancara kepada 30 orang responden terdapat 2 orang
responden yang sengaja menanam tumbuhan-tumbuhan hutan untuk membuat
papan dan bahan bangunan lain. Spesies-spesies tumbuhan yang biasanya
digunakan untuk bahan bangunan diantaranya adalah akasia (Acacia mangium),
puspa (Schima walichii), albisia (Paraseriathes falcataria), mahoni (Swietenia
mahagoni), laban (Vitex pubescens), kemang (Mangifera caesia), gmelina
(Gmelina arborea), mindi (Melia azedarach), pulai (Alstonia scholaris), angsana
(Pterocarpus indicus), kiray, genggeng, dan rangda kaya. Berikut merupakan
gambar-gambar yang bahan bangunan yang siap untuk dijual.
Gambar 22 Rangka rumah. Gambar 23 Kumpulan papan/balok.
Bahan bangunan ini nantinya akan dijual kepada para pembelinya. Selain
dari hasil penanaman di kebun mereka sendiri, kayu-kayu yang digunakan untuk
49
bahan bangunan pun didapatkan dari hutan, yakni perum perhutani, tapi tidak
menutup kemungkinan bahwa masyarakat pernah mengambilnya dari cagar alam
dengan mengingat bahwa pemukiman penduduknya sangat berdekatan dengan
kawasan cagar alam.
5.2.5.11 Tumbuhan sebagai tali, anyaman dan kerajinan
Tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tali, anyaman dan kerajinan dapat
kita jumpai dalam jumlah yang banyak, namun menurut Wijaya et al. (1989)
tumbuhan yang biasa dijadikan untuk anyaman adalah rotan, bambu, pandan,
lontar, teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek, dan aren. Walaupun di sekitar
lingkungan masyarakat Desa Tapos banyak dijumpai tumbuhan yang dapat
dijadikan tali, anyaman dan kerajinan, seperti genjer, pandan dan rotan, tapi
mereka lebih banyak menggunakan bambu (Schizostachyum zollingeri) untuk tali,
anyaman dan kerajinan. Beberapa produk kerajinan rumah tangga yang berbahan
dasar bambu (Schizostachyum zollingeri) adalah bakul, ayakan kecil, ayakan
besar, asepan, dan nyiru. Berikut merupakan gambar pembuatan produk dari
bambu.
Gambar 24 Proses membuat “bilik”. Gambar 25 Penebangan bambu untuk
pagar.
Produk lain dari bambu ini adalah “bilik”. Bilik ini dibuat dari batang bambu
yang dipukul-pukul, kemudian diiris tipis-tipis memanjang, setelah itu irisan
bambu tersebut dianyam menjadi satu lembaran yang memiliki pola. Bilik ini
biasanya digunakan masyarakat untuk bangunan rumah, yakni berfungsi sebagai
dinding. Selain untuk bilik bambu juga sering digunakan untuk pagar rumah atau
50
kebun. Sedangkan daun kiray dianyam untuk dibuat atap pada rumah dan kandang
ternak.
5.3 Tipe Habitat
Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya berasal dari tempat yang berbeda, baik dari kebun, sawah, pekarangan,
dan hutan. Tumbuhan yang dimanfaatkan ini ada yang hasil budidaya dan ada
juga yang liar. Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan bahwa tumbuhan yang
paling banyak dimanfaaatkan masyarakat merupakan tumbuhan hasil budidaya
sebanyak 86 spesies (85.149%) dan sisanya liar 15 spesies (14.851%) (Gambar
26).
Gambar 26 Budidaya tumbuhan.
Liar
15%
Budiday
a
85%
51
Sedangkan spesies tumbuhan berdasarkan tipe habitatnya tersaji pada
Gambar 27.
Gambar 27 Tipe habitat.
Berdasarkan Gambar 27 terlihat bahwa spesies yang dimanfaatkan
masyarakat sebagian besar berasal dari kebun sebanyak 53 spesies. Masyarakat di
sekitar CA Yanlappa hanya memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan
mereka sehari-harinya, baik untuk pangan, papan, dan obat-obatan. Sehingga
untuk memenuhinya masyarakat banyak menanam tumbuhan tersebut di kebun,
pekarangan dan sawah mereka. Spesies yang biasa ditanam tersebut diantaranya
adalah rambutan (Nephelium lappaceum), kecapi (Sandoricum koetjape), duku
(Lansium domesticum), kokosan (Lansium aquaeum), tomat (Lycopersicon
lycopersicum), cabe (Capsicum frutescens), padi (Oryza sativa), sereh
(Cymbopogon nardus), kunyit (Curcuma domestica), dan kencur (Kaempferia
galanga). Sedangkan spesies yang biasa diambil dari hutan CA Yanlappa dan
Perhutani merupakan spesies yang biasa digunakan untuk obat, bibit dan kayu
bakar. Data rinci mengenai tumbuhan yang dimanfaatkan berdasarkan tipe
habitatnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
5.4 Interaksi Masyarakat dengan Kawasan CA Yanlappa
Interaksi adalah suatu hubungan yang terjadi antara dua faktor atau lebih
yang saling mempengaruhi dan saling memberikan aksi dan reaksi (Moen 1997)
diacu dalam Ardiansyah (2008). Menurut Alikodra et al. (1983), suatu kawasan
0
20
40
60
27 23
53
2
46
Ju
mla
h s
pes
ies
Tipe habitat
52
konservasi pada umumnya berbatasan dengan pemukiman penduduk, lahan
pertanian, perkebunan, perikanan, kegiatan perindustrian, atau kerajinan
masyarakat serta sektor kegiatan lainnya. Keadaan ini menyebabkan adanya
interaksi antara potensi sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya dengan
masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam terlaksananya
kelestarian sumberdaya alam hayati yang terdapat di sekitarnya. Sehingga adanya
interaksi antara masyarakat dengan kawasan hutan dapat berpengaruh terhadap
kerusakan sumberdaya hutan. Jika interaksi tersebut sering dilakukan dalam
jangka waktu yang cepat dan tanpa menggunakan kebijakan dalam pemanfaatan
sumberdaya, maka kerusakan akan sumberdaya tersebut tidak dapat dihindarkan.
Menurut Salim (2004), salah satu kerusakan hutan yang perlu mendapatkan
perhatian adalah kawasan hutan yang rusak akibat ulah tangan manusia.
Cagar Alam Yanlappa merupakan suatu kawasan yang memiliki luasan yang
tidak terlalu luas dan lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman masyarakat,
sehingga kemungkinan adanya kerusakan hutan yang disebabkan oleh masyarakat
sekitar dapat terjadi, dan jika hal tersebut terjadi dan tidak adanya pengontrolan
dalam pemanfaatannya, maka dikhawatirkan akan mengancam kestabilan
ekosistem dan kepunahan spesies, baik tumbuhan ataupun satwaliar. Berikut
merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan
kawasan CA Yanlappa (Gambar 28).
Keterangan : : Spesies yang dimanfaatkan dari Cagar Alam Yanlappa
Gambar 28 Interaksi antara masyarakat dengan Cagar Alam Yanlappa.
Analisis
Vegetasi
83
spesies
Wawancara
92 spesies 10
sps
ssi
esi
es
53
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di dalam kawasan
CA Yanlappa telah didapatkan sekitar 92 spesies tumbuhan, sedangkan dari hasil
wawancara dengan masyarakat telah didapatkan sekitar 101 spesies tumbuhan
yang dimanfaatkan dan sekitar 27 spesies yang dimanfaatkan merupakan
tumbuhan yang berasal dari dalam kawasan Cagar Alam Yanlappa. Namun, hanya
10 spesies saja yang terdaftar sebagai hasil analisis vegetasi. Dari hasil tersebut
diterangkan bahwa bentuk interaksi antara masyarakat dengan kawasan CA
Yanlappa telah terjadi, yakni dalam bentuk pemanfaatan spesies tumbuhan,
namun jika dilihat dari intensitasnya pemanfaatan tersebut relatif masih rendah.
Sedangkan jika dilihat dari sumbernya pemanfaatan yang berasal dari CA
Yanlappa ini tergolong penting dan memiliki skor 2 karena sekitar 26.733%
kebutuhan pokok masyarakat dipenuhi dari CA Yanlappa, sehingga pengawasan
dan pengontrolan tetap perlu dilakukan.
Pemanfaatan tumbuhan ini biasanya dilakukan masyarakat untuk kebutuhan
pengobatan, kayu bakar dan pencarian bibit untuk mereka tanam di kebun atau
pekarangan. Bibit tersebut biasanya dibudidayakan untuk diambil hasil kayunya,
tapi ada juga yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi buahnya. Spesies
tumbuhan yang biasa digunakan untuk pengobatan adalah daun sarira (Acronychia
laurifolia) dan pacing (Costus speciosus). Sedangkan spesies tumbuhan yang
digunakan untuk dibudidayakan adalah laban (Vitex pubescens), rambutan
(Nephelium lappaceum), kecapi (Sandoricum koetjape), alkesa (Lucumma
nervosa), duku (Lansium domesticum), mangga (Mangifera indica), kopi (Coffea
robusta) dan ki bawang (Dysoxylum alliaceum).
Terjadinya pemanfaatan tumbuhan yang berasal dari kawasan CA Yanlappa
ini didasari oleh ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya larangan untuk tidak
memanfaatkan tumbuhan dari kawasan tersebut. Hal ini terlihat dari hasil
wawancara dengan 30 orang responden yang menunjukan bahwa hampir sebagian
besar responden tidak mengetahui adanya larangan untuk tidak memanfaatkan
sumberdaya yang berada di dalam kawasan. Selain itu, menurut Soekmadi (1987),
tingginya interaksi masyarakat sekitar hutan terhadap hutan dapat disebabkan oleh
tingkat pendidikan yang masih rendah, pemilikan lahan yang terlalu sempit dan
pesatnya pertambahan penduduk. Hal ini terlihat bahwa pada masyarakat Desa
54
Tapos yang memanfaatkan tumbuhan adalah masyarakat yang rata-rata tingkat
pendidikan dan mata pencahariannya masih relativ rendah.
Dalam kaitannya dengan etnobotani, masyarakat sekitar Cagar Alam
Yanlappa tidak memiliki kearifan tertentu dalam memanfaatkan tumbuhan, namun
jika dihubungkan dengan intensitasnya yang masih relatif rendah dalam
memanfaatkan tumbuhan, maka adanya kemungkinan terjadinya kerusakan
kawasan juga kecil dan tidak terlalu berdampak serius. Akan tetapi, peran serta
pengelola dalam pengaturan dan pengawasan pemanfaatan tumbuhan di dalam
kawasan CA Yanlappa tetap perlu dilakukan.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dari Hutan CA Yanlappa teridentifikasi sebanyak 77 spesies (83.695%) 40
famili dari 92 spesies telah diketahui kegunaannya, yakni bahan pengobatan
obat (44 spesies), bahan bangunan (30 spesies), pangan (28 spesies), tali,
anyaman, dan kerajinan (12 spesies), warna dan tannin (6 spesies), kayu bakar
(5 spesies), hias (2 spesies), aromatic dan pestisida nabati (1 spesies).
2. Masyarakat sekitar CA Yanlappa memanfaatkan 101 spesies dari 46 famili,
tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan untuk pangan (44 spesies), obat
(25 spesies), hias (20 spesies), bahan bangunan (15 spesies), pakan ternak (9
spesies), aromatik (5 spesies), kayu bakar (3 spesies), tali, anyaman dan
kerajinan serta pewarna (2 spesies). Tumbuhan yang paling banyak
dimanfaatkan berasal dari hasil budidaya 86 spesies (85.149%) dan sekitar 27
spesies (26.733%) yang dimanfaatkan berasal dari CA Yanlappa.
6.2 Saran
1. Perlu adanya pemantauan secara kontinu terhadap potensi yang ada dalam
kawasan CA Yanlappa, terutama tumbuhan. Sehingga dapat dijadikan bahan
evaluasi dan acuan dalam membuat strategi-strategi kebijakan dalam
pengelolaan kawasan.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat sekitar.
3. Perlu adanya kontrol dari pengelola terhadap kegiatan pemanfaatan tumbuhan
oleh masyarakat sekitar.
56
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB.
Alikodra HS, Subandiono, Basuni S, Kosasih A, Mardiastuti A, Harini EKS.
1983. Rancangan Penelitian Pengembangan Buffer Zone Pelestarian
Alam. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup.
Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional
Bali Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Ardiansyah S. 2008. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Hasil Hutan Non-Kayu
(Studi kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi
Jawa Timur) [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Dwanasuci N. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan
Taman Nasional Bali Barat (Studi kasus di wilayah seksi II Buleleng)
[skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas
Kehutanan IPB.
Erdawati. 1986. Analisis Vegetasi di Hutan Cagar Alam Yanlapa Jasinga, Jawa-
Barat [skripsi]. Bogor : Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan
IPB.
Fachrul M F. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara.
Gintings N K, Soemarna, Effendi. 1990. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
dan Pengembangan Jenis-Jenis Serbaguna, Bogor 19-20 Juni 1990. Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan : F/fred Project
Winrock Internasional ; Jakarta.
Hamid A, Hadad E A, Rostiana O. 1991. Upaya Pelestarian Tanaman Obat di
BALITTRO. Bogor: Yayasan Pembinaan Suaka Alam Marga Satwa
Indonesia.
Harbelubun AE, Kesaulija EM, Rahawarin YY. 2005. Tumbuhan Pewarna Alami
dan Pemanfaatannya Secara Tradisional oleh Suku Marori Men-Gey di
Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke. Bidiversity 6 (4): 281-284.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Terjemahan dari: de
Nuttige planten van Indenesie.
Husodo T. 1999. Peluang Zat Pewarna Alami untuk Pengembangan Produk
Industri Kecil dan Menengah Kerajinan dan Batik. Yogyakarta:
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
57
Isdijoso S H. 1992. Tumbuhan sebagai Sumber Bahan Sandang, Tali-temali dan
Anyam-anyaman. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Etnobotani I. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal 328-334.
Kartikawati S M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat
Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor.
Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia
dalam Upacara Adat di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar dan
Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Kartiwa S, Wahyono. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia dalam
Upacara Adat di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Etnobotani I. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal : 149-
155.
Krebs C J. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper and Row
Publishers.
Lemmens RHMJ, NW Soetjipto. 1999. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 3.
Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA. Balai
Pustaka Bekerjasama dengan PROSEA Indonesia. Bogor.
Meilin A. 2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati pada Tanaman Sayuran. Jambi:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian. No.19.
Moeljopawiro S, Manwan I. 1992. Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Pangan
di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Napitu J P. 2007. Pengelolaan Kawasan Konservasi. www.Dephut.go.id/phka/
kawasan_konservasi [22 Desember 2010].
Nandika D. 1982. Keragaman Jenis Rayap Subteran yang Merusak Tegakan serta
Frekuensi Serangannya di Hutan Alam dan Hutan Tanaman di YanLappa
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Purnawan B I. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Purwanto Y, Waluyo EB. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem-Irian
Jaya : Suatu Telaah Tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumberdaya
Alam Tumbuhan. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
58
Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Ramadhany P. 1994. Keragaman Manajemen Pemasaran pada Usaha Sewa Pakai
Tanaman Hias (Studi kasus di PT. PROSIDIA DIVISI Pengembangan
Agrobisnis Tribur, JKT) [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Salim H S. 2004. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Jakarta : Sinar Grafika.
Siregar S. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Jakarta : Penebar Swadaya. pp 1-9.
Soedibyo B M. 1990. Pendayagunaan Tumbuhan Obat. Di dalam: Anonim, editor:
Hasil Penelitian Plasma Nutfah dan Budidaya Tanaman Obat Buku 1.
Puslitbang Tanaman Industri Prosiding Forum Komunikasi ilmiah. Bogor:
Puslitbang Tanaman Indonesia.
Soekarman, Riswan, S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Di
dalam: Prosiding seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Bogor:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Soekmadi R. 1987. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pencari Kayu Bakar di
Taman Nasional Baluran. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.
Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor :
Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:
Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Suhirman M. 1990. Program Perkembangan Tanaman Obat. Di dalam Zuhud
EAM, editor: Prosiding. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan,
Fakultas Kehutanan- Yayasan Pembinaan Suaka Alam Marga Satwa
Indonesia.
Sundarapandian SM, PS Swamy. 2000. Forest Ecosystem Struktur dan
Competition Along an Altitudinal Gradient in the Western Ghats. South
India. Journal of Tropicical Forest Science 12 (1) : 104-123.
Suwahyono N, Sudarsono B, Waluyo EB. 1992. Pengelolaan Data Etnobotani
Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar Etnobotani. Bogor. Hal 8-15.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 199 tentang Kehutanan.
Widjaja E A, Mahyar UW, Utama SS. 1989. Tumbuhan Anyaman Indonesia.
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
59
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan yang terdapat di CA Yanlappa
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Alkesa Lucumma nervosa A. DC. Sapotaceae Pohon
2 Asahan Antidesma stipulare Bl. Euphorbiaceae Perdu
3 Bayur Pterospermum javanicum Jungh. Sterculiaceae Pohon
4 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Pohon
5 Beringin sulawesi Ficus subulata Bl. Moraceae Semak
6 Bolang Schismatiglottis calyptrata Zoll.& Mor. Araceae Herba
7 Bungur Lagerstroemia speciosa L. Lythraceae Pohon
8 Burahol Stelechocarpus burahol Hook. F. & TH Annonaceae Pohon
9 Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron. Selaginellaceae Herba
10 Cangkuang Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae Perdu
11 Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
12 Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
13 Eboni Diospyros celebica Bakh. Ebenaceae Pohon
14 Gandaria Bouea macrophylla Griff. Anacardiaceae Perdu
15 Girang Leea indica (Burm.f.) Merr. Leeaceae Perdu
16 Gongseng Glycosmis cochinchinensis Pierre. Rutaceae Pohon
17 Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. Melastomataceae Perdu
18 Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D. Don. Melastomataceae Perdu
19 Harendong hutan Bellucia axinanthera Triana. Melastomataceae Perdu
20 Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
21 Jambu boll Syzygium malaccensis (L.) Merr. & Perry. Myrtaceae Pohon
22 Kanyere Bridelia tomentosa Bl. Euphorbiaceae Pohon
23 Kapas Gossypium acuminatum Roxb. Malvaceae Pohon
24 Kapas daun Uncaria cf. glabrata DC. Rubiaceae Perdu
60
Lampiran 1 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
25 Karakan Lepisanthes blumeana K.et V. Sapindaceae Pohon
26 Kayu Afrika Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae Pohon
27 Kayu galeno Grewia acuminata Juss. Tiliaceae Perdu
28 Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
29 Kekep Rhaphidophora korthalsii Schott. Araceae Herba
30 Keladi hias Alocasia sp. Araceae Herba
31 Keranji Dialium indum L. Fabaceae Pohon
32 Ki bawang Dysoxylum alliaceum Bl. Meliaceae Pohon
33 Ki kopo Glycosmis pentaphylla (Retz.) Corr. Rutaceae Pohon
34 Ki pedes Psuduvaria reticulata (Blume) Merr. Annonaceae Pohon
35 Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae Pohon
36 Kihiur Eurya acuminata DC. Theaceae Pohon
37 Kijeret Terminalia arborea K. & V. Combretaceae Pohon
38 Kijeri Parinarium corymbosum Miq. Rosaceae Pohon
39 Kikores Psychotria virdiflora Reinw. Rubiaceae Pohon
40 Kiperis Aporosa microcalyx Hassk. Euphorbiaceae Pohon
41 Kisireum Syzygium spicata Lamk. Myrtaceae Pohon
42 Kokosan Lansium aquaeum Corr. Meliaceae Pohon
43 Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
44 Kopo Syzygium subglauca Merr & Perry. Myrtaceae Pohon
45 Kopo daun Psychotria sp. Rubiaceae Pohon
46 Kupa Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry. Myrtaceae Pohon
47 Kupa landak Zizyphus horsfieldii Miq. Rhamnaceae Pohon
48 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
61
Lampiran 1 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
49 Laban kapas Vitex glabrata F.Muell. Verbenaceae Pohon
50 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae Pohon
51 Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King. Meliaceae Pohon
52 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
53 Mara Macaranga triloba Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
54 Matoa Nephelium mutabile Bl. Sapindaceae Pohon
55 Mendarahan Knema laurina Warb. Myristicaceae Pohon
56 Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
57 Meranti Shorea pinanga Miq. Dipterocarpaceae Pohon
58 Meranti hutan Dalbergia rostrtata Hassk. Fabaceae Pohon
59 Merawan Hopea mengarawan Miq. Dipterocarpaceae Pohon
60 Pacing Costus speciosus (Koen.) J. E. Smith Zingiberaceae Herba
61 Pacing daun besar Pollia thyrsiflora (Blume) Steud. Commelinaceae Herba
62 Paku beunyeur Diplazium esculentum Swartz. Polypodiaceae Herba
63 Paku hata Ligodium japonicum (Thunb.) SW. Schizaeaceae Semak
64 Pandan hutan Pandanus terrestris Warb. Pandanaceae Herba
65 Patat Halopegia blumei K. Schum. Marantaceae Semak
66 Pinang Areca catechu L. Arecaceae Pohon
67 Putat Planchonia vallida Blume. Lecythidaceae Pohon
68 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon
69 Rane kebo Angiopteris ceracea V.A.V.R. Marattiaceae Herba
70 Rumput belang Zebrina pendula Schnizl. Commelinaceae Herba
71 Salatri Calophyllum soulatri Burm. f. Clusiaceae Pohon
72 Sampang Euodia latifolia DC. Rutaceae Pohon
59
62
Lampiran 1 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
73 Sampang daun Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae Pohon
74 Sampang hutan Allophylus cobbe Blume. Sapindaceae Perdu
75 Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
76 Sempur Dillenia excelsa (Jack.) Gilg. Dilleniaceae Pohon
77 Sempur batu Dillenia obovata (Blume) Hogl. Dilleniaceae Pohon
78 Sri rejeki hutan Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schoot. Araceae Semak
79 Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae Pohon
80 Sulangkar Leea aequata L. Leeaceae Pohon
81 Suweg Amorpophallus campanulutus Bl. Araceae Herba
82 Taritih Drypetes sumatrana Euphorbiaceae Pohon
83 Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw. Moraceae Pohon
84 Terong kori Solanum aculeatissimum Jacq. Solanaceae Perdu
85 - Strychnos ignatii Berg. Loganiaceae Pohon
86 - Memecylon sp. Melastomataceae Pohon
87 - Timonius sericeus ( Desf.) K.Sch. Rubiaceae Pohon
88 - Melicope glabra (Blume) T.G.Hartley Rutaceae Pohon
89 - Palaquium sp. Sapotaceae Pohon
90 - Tarenna sp. Rubiaceae Pohon
91 - Hopea sp. Dipterocarpaceae Pohon
92 - Artocarpus sp. Moraceae Pohon
63
Lampiran 2 Daftar INP tingkat semai
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah
K
(ind/ha)
KR
(%)
F
(ind/ha)
FR
(%)
INP
(%)
1 Asahan Antidesma stipulare Bl. Euphorbiaceae 14 700 7,910 0,06 4.,110 12,019
2 Bayur Pterospermum javanicum Jungh. Sterculiaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
3 Beringin Sulawesi Ficus subulata Blume. Moraceae 14 700 7,910 0,08 5,479 13,389
4 Bungur Lagerstroemia speciosa L. Lythraceae 2 100 1,130 0,02 1,370 2,500
5 Eboni Diospyros celebica Bakh. Ebenaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
6 Girang Leea indica (Burm.f.) Merr. Leeaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
7 Kapas Gossypium acuminatum Roxb. Malvaceae 4 200 2,260 0.,06 4,110 6,369
8 Kayu Afrika Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae 27 1.350 1,254 0,18 12,329 27,583
9 Kayu galeno Grewia acuminata Juss. Tiliaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
10 Kiperis Aporosa microcalyx Hassk. Euphorbiaceae 3 150 1,695 0,04 2,740 4,435
11 Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
12 Kopo daun Psychotria sp. Rubiaceae 6 300 3,390 0,04 2,740 6,130
13 Kupa landak Zizyphus horsfieldii Miq. Rhamnaceae 5 250 2,825 0,02 1,370 4,195
14 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae 7 350 3,955 0,04 2,740 6,695
15 Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King. Meliaceae 19 950 10,734 0,04 2,740 13,474
16 Meranti Shorea pinanga Miq. Dipterocarpaceae 5 250 2,825 0,06 4,110 6,934
17 Meranti hutan Dalbergia rostrtata Hassk. Fabaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
18 Pinang Areca catechu L. Arecaceae 19 950 10,734 0,26 1,808 28,543
19 Putat Planchonia vallida Blume. Lecythidaceae 9 450 5,085 0,08 54,790 10,564
20 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae 1 50 0,565 0,02 1,370 1,935
21 Sampang Euodia latifolia DC. Rutaceae 1 50 0,560 0,02 1,370 1,935
22 Sampang daun Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae 4 200 2,260 0,08 5,479 7,739
23 Sempur batu Dillenia obovata (Blume) Hogl. Dilleniaceae 3 150 1,695 0,02 1,370 3,065
64
Lampiran 2 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah
K
(ind/ha)
KR
(%)
F
(ind/ha)
FR
(%)
INP
(%)
24 Sulangkar Leea aequata L. Leeaceae 3 150 1,695 0,04 2,740 4,435
25 Taritih Drypetes sumatrana Euphorbiaceae 2 100 1,130 0,04 2,740 3,870
26 - Palaquium sp. Sapotaceae 15 750 8,475 0,06 4,110 12,584
27 - Tarenna sp. Rubiaceae 2 100 1,130 0,02 1,370 2,500
28 - Hopea sp. Dipterocarpaceae 4 200 2,260 0,04 2,740 5,000
29 - Artocarpus sp. Moraceae 2 100 1,130 0,02 1,370 2,500
65
Lampiran 3 Daftar INP tingkat pancang
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah
K
(ind/ha)
KR
(%)
F
(ind/ha)
FR
(%)
INP
(%)
1 Alkesa Lucumma nervosa A. DC. Sapotaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
2 Asahan Antidesma stipulare Bl. Euphorbiaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
3 Beringin Sulawesi Ficus subulata Blume. Moraceae 20 160 5,848 0,06 1,961 7,809
4 Bungur Lagerstroemia speciosa L. Lythraceae 12 96 3,509 0,14 4,575 8,084
5 Eboni Diospyros celebica Bakh. Ebenaceae 3 24 0,877 0,04 1,307 2,184
6 Gandaria Bouea macrophylla Griff. Anacardiaceae 17 136 4,971 0,08 2,614 7,585
7 Gongseng Glycosmis cochinchinensis Pierre. Rutaceae 18 144 5,263 0,14 4,575 9,838
8 Harendong hutan Bellucia axinanthera Triana. Melastomataceae 8 64 2,339 0,04 1,307 3,646
9 Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
10 Kapas Gossypium acuminatum Roxb. Malvaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
11 Kapas daun Uncaria cf. glabrata DC. Rubiaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
12 Karakan Lepisathes blumeana K.et V. Sapindaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
13 Kayu Afrika Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae 2 16 0,585 0,02 0,654 1,238
14 Kayu galeno Grewia acuminata Juss. Tiliaceae 4 32 1,170 0,02 0,654 1,823
15 Ki pedes Psuduvaria reticulata (Blume) Merr. Annonaceae 2 16 0,585 0,02 0,654 1,238
16 Kijeri Parinarium corymbosum Miq. Rosaceae 10 80 2,924 0,02 0,654 3,578
17 Kikopo Glycosmis pentaphylla (Retz.) Corr. Rutaceae 13 104 3,801 0,14 4,575 8,376
18 Kiperis Aporosa microcalyx Hassk. Euphorbiaceae 20 160 5,848 0,22 7,190 13,038
19 Kisireum Eugenia spicata Lamk. Myrtaceae 3 24 0,877 0,04 1,307 2,184
20 Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae 9 72 2,632 0,08 2,614 5,246
21 Kupa landak Zizyphus horsfieldii Miq. Rhamnaceae 5 40 1,462 0,04 1,307 2,770
22 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
23 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae 5 40 1.462 0,08 2,614 4,076
66
Lampiran 3 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah
K
(ind/ha)
KR
(%)
F
(ind/ha)
FR
(%)
INP
(%)
24 Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King. Meliaceae 7 56 2,047 0,1 3,268 5,315
25 Mara Macaranga triloba Muell. Arg. Euphorbiaceae 6 48 1,754 0.,2 0,654 2,408
26 Matoa Nephelium mutabile Bl. Sapindaceae 6 48 1,754 0,02 0,654 2,408
27 Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. Euphorbiaceae 9 72 2,632 0,14 4,575 7,207
28 Meranti Shorea pinanga Miq. Dipterocarpaceae 16 128 4,678 0,1 3,268 7,946
29 Meranti hutan Dalbergia rostrtata Hassk. Fabaceae 2 16 0,585 0,04 1,307 1,892
30 Merawan Hopea mengarawan Miq. Dipterocarpaceae 12 96 3,509 0,08 2,614 6,123
31 Putat Planchonia vallida Bl. Lecythidaceae 15 120 4,386 0,1 3,268 7,654
32 Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae 3 24 0,877 0,04 1,307 2,184
33 Salatri Calophyllum soulatri Burm. f. Clusiaceae 5 40 1,462 0,08 2,614 4,076
34 Sampang Euodia latifolia DC. Rutaceae 13 104 3,801 0,14 4,575 8,376
35 Sampang daun Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae 15 120 4,386 0,16 5,229 9,615
36 Sampang hutan Allophylus cobbe Bl. Sapindaceae 3 24 0,877 0,02 0,654 1,531
37 Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae 4 32 1,170 0,04 1,307 2,477
38 Sempur Dillenia excelsa (Jack.) Gilg. Dilleniaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
39 Sempur batu Dillenia obovata (Blume) Hogl. Dilleniaceae 3 24 0,877 0,04 1,307 2,184
40 Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae 2 16 0,585 0,02 0,654 1,238
41 Sulangkar Leea aequata L. Leeaceae 14 112 4,094 0,18 5,882 9,976
42 Taritih Drypetes sumatrana Euphorbiaceae 32 256 9,357 0,16 5,229 14,585
43 Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw. Moraceae 4 32 1,170 0,08 2,614 3,784
44 - Strychnos ignatii Berg. Loganiaceae 4 32 1,170 0,04 1,307 2,477
45 - Memecylon sp. Melastomataceae 2 16 0,585 0,02 0,654 1,238
46 - Timonius sericeus ( Desf.) K.Sch. Rubiaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
67
Lampiran 3 Lanjuta
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah
K
(ind/ha)
KR
(%)
F
(ind/ha)
FR
(%)
INP
(%)
47 - Melicope glabra (Blume) T.G.Hartley Rutaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
48 - Tarenna sp. Rubiaceae 1 8 0,292 0,02 0,654 0,946
49 - Artocarpus sp. Moraceae 3 24 0,877 004 1,307 2,184
68
Lampiran 4 Daftar INP tingkat tumbuhan bawah
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah
K
(ind/ha)
KR
(%)
F
(ind/ha)
FR
(%)
INP
(%)
1 Bolang Schismatiglottis calyptrata Zoll.& Mor. Araceae 6 300 1,399 0,04 1,835 3,233
2 Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron. Selaginellaceae 155 7.750 36,131 0,56 25,688 61,819
3 Cangkuang Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae 2 100 0,466 0,02 0,917 1,384
4 Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. Linn. Melastomataceae 1 50 0,233 0,02 0,917 1,151
5 Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D. Don. Melastomataceae 3 150 0,699 0,02 0,917 1,617
6 Kekep Rhaphidophora korthalsii Schott. Araceae 146 7.300 34,033 0,62 28,44 62,473
7 Keladi hias Alocasia sp. Araceae 3 150 0,699 0,06 2,752 3,452
8 Pacing Costus speciosus (Koen.) J. E. Smith Zingiberaceae 31 1.550 7,226 0,16 7,339 14,566
9 Pacing daun besar Pollia thyrsiflora (Blume) Steud. Commelinaceae 17 850 3,963 0,12 5,505 9,467
10 Paku beunyeur Diplazium esculentum Swartz. Polypodiaceae 1 50 0,233 0,02 0,917 1,151
11 Paku hata Ligodium japonicum (Thunb.) SW. Schizaeaceae 10 500 2,331 0,14 6,422 8,753
12 Pandan hutan Pandanus terrestris Warb. Pandanaceae 1 50 0,233 0,02 0,917 1,151
13 Patat Halopegia blumei K. Schum. Marantaceae 21 1.050 4,895 0,12 5,505 10,400
14 Rane kebo Angiopteris ceracea V.A.V.R. Marattiaceae 1 50 0,233 0,02 0,917 1,151
15 Rumput belang Zebrina pendula Schnizl. Commelinaceae 20 1.000 4,662 0,12 5,505 10,167
16 Sri rejeki hutan Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schoot. Araceae 2 100 0,466 0,02 0,917 1,384
17 Suweg Amorpophallus campanulutus Bl. Araceae 6 300 1,399 0,06 2,752 4,151
18 Terong kori Solanum aculeatissimum Jacq. Solanaceae 3 150 0,699 0,04 1,835 2,534
69
Lampiran 5 Daftar INP tingkat tian,
No. Nama Lokal Nama Il,iah
Jumla
h
K
(ind/ha) KR (%) F FR (%) DR (%) INP (%)
1 Ceuri Garcini dioica Bl. 1 2 1,754 0,02 1,612 1,106 4,473
2 Duku Lansium domesticum Corr. 2 4 3,509 0,04 3,229 1,234 7,969
3 Eboni Diospyros celebica Bakh. 1 2 1,754 0,02 1,613 2,252 5,619
4 Gandaria Bouea macrophylla Griff. 2 4 3,509 0,06 4,839 3,272 11,620
5 Kanyere Bridelia tomentosa Bl. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,359 4,726
6 Kapas Gossypium acuminatum Roxb. 2 4 3,509 0,04 3,226 1,685 8,419
7 Karakan Lepisathes blumeana K.et V. 1 2 1,754 0,02 1,613 3,054 6,421
8 Ki bawang Dysoxylum alliaceum Bl. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,797 5,164
9 Kijeret Terminalia arborea K. & V. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,428 4,795
10 Kijeri Parinarium corymbosum Miq. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,876 5,243
11 Kisireum Syzygium spicata Lamk. 3 6 5,263 0,08 6,452 5,738 17,452
12 Kokosan Lansium aquaeum Corr. 1 2 1,754 0,02 1,613 0,869 4,237
13 Kopo Syzygium subglauca Merr & Perry. 2 4 3,508 0,04 3,226 2,719 9,454
14 Kupa Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry. 1 2 1,754 0,02 1,613 3,265 6,633
15 Laban Vitex pubescens Vahl. 1 2 1,754 0,02 1,613 0,925 4,292
16 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,494 4,861
17 Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,162 4,529
18 Mangga Mangifera indica L. 1 2 1,754 0,02 1,613 1,957 5,324
19 Mendarahan Knema laurina Warb. 1 2 1,754 0,02 1,613 0,82 4,349
20 Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. 10 20 17,540 0,20 16,129 19,597 53,270
21 Meranti Shorea pinanga Miq. 5 10 8.772 0,16 12,903 10,279 31,955
22 Rambutan Nephelium lappaceum L. 5 10 8.772 0,10 8,065 8,208 25,044
23 Sampang Euodia latifolia DC. 4 8 7.018 0,08 6,452 8,781 22,250
70
Lampiran 5 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah
K
(ind/ha) KR (%) F FR (%) DR (%) INP (%)
24 Sempur batu Dillenia obovata (Blume) Hogl. 3 6 5,263 0,06 4,839 5,176 15,278
25 Tariti Drypetes sumatrana 3 6 5,263 0,06 4,839 6,331 16,432
26 Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw. 2 4 3,509 0,04 3,226 3,456 10,190
71
Lampiran 6 Daftar INP tingkat pohon
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah
K
(ind/ha) KR (%) F FR (%) DR (%) INP (%)
1 Laban Vitex pubescens Vahl. 22 11 13,415 0,28 10,687 9,948 34,049
2 Beringin Ficus benjamina L. 4 2 2,439 0,08 3,053 3,630 9,123
3 Bungur Lagerstroemia speciosa L. 3 1,5 1,829 0,06 2,290 1,659 5,778
4 Burahol Stelechocarpus burahol Hook. F. & TH 2 1 1,220 0,04 1,527 1,386 4,133
5 Ceuri Garcinia dioica Bl. 3 1,5 1,829 0,06 2,290 5,704 9,823
6 Duku Lansium domesticum Corr. 3 1,5 1,829 0,06 2,290 0,698 4,818
7 Gandaria Bouea macrophylla Griff. 6 3 3,659 0,08 3,053 2,096 8,808
8 Harendong hutan Bellucia axinanthera Triana. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,213 1,586
9 Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. 4 2 2,439 0,06 2,290 2,858 7,587
10 Jambu boll Syzygium malaccensis (L.) Merr. & Perry. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,141 1,514
11 Kapas Gossypium acuminatum Roxb. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,279 1,652
12 Karakan Lepisathes blumeana K.et V. 8 4 4,878 0,1 3,817 1,697 10,392
13 Kayu galeno Grewia acuminata Juss. 2 1 1,220 0,04 1,527 0,317 3,063
14 Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,824 2,197
15 Keranji Dialium indum L. 17 8,5 10,366 0,22 8,397 12,718 31,481
16 Ki bawang Dysoxylum alliaceum Bl. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 1,078 2,451
17 Ki hiur Eurya acuminate DC. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,136 1,509
18 Ki jeret Terminalia arborea K. & V. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,273 1,646
19 Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack. 3 1,5 1,829 0,06 2,290 2,526 6,645
20 Kisireum Syzygium spicata Lamk. 5 2,5 3,049 0,04 1,527 2,500 7,075
21 Kokosan Lansium aquaeum Corr. 2 1 1,220 0,04 1,527 0,545 3,291
22 Laban daun Vitex glabrata F.Muell. 2 1 1,220 0,04 1,527 5,304 8,050
23 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,348 1,721
72
Lampiran 6 Lanjutan
No Nama Lokal Nama Ilmiah Jumlah
K
(ind/ha) K, (%) F FR (%) DR (%) INP (%)
24 Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,468 1,841
25 Mendarahan Knema laurina Warb. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,196 1,569
26 Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. 3 1,5 1,829 0,04 1,527 1,044 4,400
27 Meranti Shorea pinanga Miq. 4 2 2,439 0,08 3,053 1,205 6,697
28 Merawan Hopea mengarawan Miq. 4 2 2,439 0,04 1,527 2,436 6,402
29 Putat Planchonia vallida Bl. 1 0,5 0,610 0,02 0,763 0,441 1,814
30 Rambutan Nephelium lappaceum L. 13 6,5 7,927 0,26 9,924 12,621 3,471
31 Salatri Calophyllum soulatri Burm. f. 2 1 1,220 0,04 1,527 0,446 3,192
32 Sampang Euodia latifolia DC. 2 1 1,220 0,04 1,527 0,595 3,341
33 Sampang daun Dysoxylum densiflorum Miq. 3 1,5 1,829 0,02 0,763 0,583 3,175
34 Sarira Acronychia laurifolia Bl. 2 1 1,220 0.04 1,527 0,387 3,134
35 Sempur Dillenia excelsa (Jack.) Gilg. 5 2,5 3,049 0,10 3,817 3,379 1,245
36 Sempur batu Dillenia obovata (Blume) Hogl. 3 1,5 1,829 0,06 2,290 1,456 5,575
37 Tariti Drypetes sumatrana 12 6 7,317 0,16 6,107 5,014 1,438
38 Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw. 14 7 8,537 0,26 9,924 1,852 3,312
72
73
74
Lampiran 7 Daftar spesies yang terdapat di CA Yanlappa berdasarkan famili No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Melastomataceae Harendong hutan Bellucia axinanthera Triana.
Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. Linn.
Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D. Don.
- Memecylon sp.
2 Lythraceae Bungur Lagerstroemia speciosa L.
3 Rutaceae Ki kopo Glycosmis pentaphylla (Retz.) Corr.
Gongseng Glycosmis cochinchinensis Pierre.
Sampang Euodia latifolia DC.
Sarira Acronychia laurifolia Bl.
- Melicope glabra (Blume) T.G.Hartley
4 Lecythidaceae Putat Planchonia vallida Bl.
5 Meliaceae Duku Lansium domesticum Corr.
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.)
Ki bawang Dysoxylum alliaceum Bl.
Kokosan Lansium aquaeum Corr.
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq.
Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King.
Sampang daun Dysoxylum densiflorum Miq.
6 Sapindaceae Karakan Lepisathes blumeana K.et V.
Matoa Nephelium mutabile Bl.
Rambutan Nephelium lappaceum L.
Sampang hutan Allophylus cobbe Bl.
7 Euphorbiaceae Asahan Antidesma stipulare Bl.
Huni Antidesma bunius (L.) Spreng.
Kanyere Bridelia tomentosa Bl.
Kiperis Aporosa microcalyx Hassk.
Mara Macaranga triloba Muell. Arg.
Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg.
Taritih Drypetes sumatrana
8 Clusiaceae Ceuri Garcinia dioica Bl.
Salatri Calophyllum soulatri Burm. f.
9 Annonaceae Burahol Stelechocarpus burahol Hook. F. & TH
Ki pedes Psuduvaria reticulata (Blume) Merr.
10 Anacardiaceae Gandaria Bouea macrophylla Griff.
Mangga Mangifera indica L.
11 Sterculiaceae Bayur Pterospermum javanicum Jungh.
12 Pandanaceae Cangkuang Pandanus furcatus Roxb.
Pandan hutan Pandanus terrestris Warb.
13 Arecaceae Pinang Areca catechu L.
14 Araceae Bolang Schismatiglottis calyptrata Zoll.& Mor.
Kekep Rhaphidophora korthalsii Schott.
Keladi hias Alocasia sp.
75
Lampiran 7 Lanjutan No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah
14 Araceae Sri rejeki hutan Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schoot.
Suweg Amorpophallus campanulutus Bl.
15 Myrtaceae Jambu boll Syzygium malaccensis (L.) Merr. & Perry.
Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack.
Kisireum Syzygium spicata Lamk.
Kopo Syzygium subglauca Merr & Perry.
Kupa Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry.
16 Myristicaceae Mendarahan Knema laurina Warb.
17 Dilleniaceae Sempur Dillenia excelsa (Jack.) Gilg.
Sempur batu Dillenia obovata (Blume) Hogl.
18 Rhamnaceae Kupa landak Zizyphus horsfieldii Miq.
Kayu Afrika Maesopsis eminii Engl.
19 Rubiaceae Kapas daun Uncaria cf. glabrata DC.
Kikores Psychotria virdiflora Reinw.
Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem.
Kopo daun Psychotria sp.
- Timonius sericeus ( Desf.) K.Sch.
- Tarenna sp.
20 Verbenaceae Laban Vitex pubescens Vahl.
Laban kapas Vitex glabrata F.Muell.
21 Selaginellaceae Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron.
22 Commelinaceae Pacing daun besar Pollia thyrsiflora (Blume) Steud.
Rumput belang Zebrina pendula Schnizl.
23 Zingiberaceae Pacing Costus speciosus (Koenig) J. E. Smith
24 Marantaceae Patat Halopegia blumei K. Schum.
25 Solanaceae Terong kori Solanum aculeatissimum Jacq.
26 Polypodiaceae Paku beunyeur Diplazium esculentum Swartz.
27 Marattiaceae Rane kebo Angiopteris ceracea V.A.V.R.
28 Schizaeaceae Paku hata Ligodium japonicum (Thunb.) SW.
29 Theaceae Kihiur Eurya acuminata DC.
30 Combretaceae Kijeret Terminalia arborea K. & V.
31 Fabaceae Keranji Dialium indum L.
Meranti hutan Dalbergia rostrtata Hassk.
31 Moraceae Beringin Ficus benjamina L.
Beringin Sulawesi Ficus subulata Bl.
Sukun Artocarpus communis Forst.
Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw.
- Artocarpus sp.
32 Sapotaceae Alkesa Lucumma nervosa A. DC.
- Palaquium sp.
33 Malvaceae Kapas Gossypium acuminatum Roxb.
76
Lampiran 7 Lampiran No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah
34 Leeaceae Girang Leea indica (Burm.f.) Merr.
Sulangkar Leea aequata L.
35 Dipterocarpaceae Hopea Hopea sp.
Meranti Shorea pinanga Miq.
Merawan Hopea mengarawan Miq.
36 Ebenaceae Eboni Diospyros celebica Bakh.
37 Tiliaceae Kayu galeno Grewia acuminata Juss.
38 Loganiaceae - Strychnos ignatii Berg.
39 Rosaceae Kijeuri Parinarium corymbosum Miq.
Lampiran 8 Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan yang terdapat di CA Yanlappa No. Kelompok Kegunaan Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Tumbuhan obat Asahan Antidesma stipulare Bl. Euphorbiaceae Perdu
Bayur Pterospermum javanicum Jungh. Sterculiaceae Pohon
Bungur Lagerstroemia speciosa L. Lythraceae Pohon
Burahol Stelechocarpus burahol Hook. F. & TH Annonaceae Pohon
Cakar ayam Selaginella doederleinii Hieron. Selaginellaceae Herba
Cangkuang Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae Perdu
Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
Girang Leea indica (Burm.f.) Merr. Leeaceae Perdu
Gongseng Glycosmis cochinchinensis Pierre. Rutaceae Pohon
Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. Linn. Melastomataceae Perdu
Harendong bulu Clidemia hirta (L.) D. Don. Melastomataceae Perdu
Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
Jambu boll Syzygium malaccensis (L.) Merr. & Perry. Myrtaceae Pohon
Kanyere Bridelia tomentosa Bl. Euphorbiaceae Pohon
Kapas Gossypium acuminatum Roxb. Malvaceae Pohon
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Ki kopo Glycosmis pentaphylla (Retz.) Corr. Rutaceae Pohon
Kijeret Terminalia arborea K. & V. Combretaceae Pohon
Kijeuri Parinarium corymbosum Miq. Rosaceae Pohon
Kikores Psychotria virdiflora Reinw. Rubiaceae Pohon
Kopo daun Psychotria sp. Rubiaceae Pohon
Kupa Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry. Myrtaceae Pohon
Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
77
Lampiran 8 Lanjutan No. Kelompok Kegunaan Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae Pohon
Mahoni daun lebar Swietania macrophylla King. Meliaceae Pohon
Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
Mara Macaranga triloba Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
- Timonius sericeus ( Desf.) K.Sch. Rubiaceae Pohon
Pacing Costus speciosus (Koen.) J. E. Smith Zingiberaceae Herba
Paku hata Ligodium japonicum (Thunb.) SW. Schizaeaceae Semak
Pinang Areca catechu L. Arecaceae Pohon
Putat Planchonia vallida Bl. Lecythidaceae Pohon
Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon
Rane kebo Angiopteris ceracea V.A.V.R. Marattiaceae Herba
Rumput belang Zebrina pendula Schnizl. Commelinaceae Herba
Salatri Calophyllum soulatri Burm. f. Clusiaceae Pohon
Sampang Euodia latifolia DC. Rutaceae Pohon
Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
Sempur Dillenia excelsa (Jack.) Gilg. Dilleniaceae Pohon
Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae Pohon
Sulangkar Leea aequata L. Leeaceae Pohon
Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw. Moraceae Pohon
Terong kori Solanum aculeatissimum Jacq. Solanaceae Perdu
2 Tumbuhan pangan Alkesa Lucumma nervosa A. DC. Sapotaceae Pohon
Asahan Antidesma stipulare Bl. Euphorbiaceae Perdu
Burahol Stelechocarpus burahol Hook. F. & TH Annonaceae Pohon
Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
78
Lampiran 8 Lanjutan No. Kelompok Kegunaan Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
Gandaria Bouea macrophylla Griff. Anacardiaceae Perdu
Harendong hutan Bellucia axinanthera Triana. Melastomataceae Perdu
Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
Jambu boll Syzygium malaccensis (L.) Merr. & Perry. Myrtaceae Pohon
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Keranji Dialium indum L. Fabaceae Pohon
Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae Pohon
Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
Kupa Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry. Myrtaceae Pohon
Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
Matoa Nephelium mutabile Bl. Sapindaceae Pohon
Mendarahan Knema laurina Warb. Myristicaceae Pohon
Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
Paku beunyeur Diplazium esculentum Swartz. Polypodiaceae Herba
Paku hata Ligodium japonicum (Thunb.) SW. Schizaeaceae Semak
Pandan hutan Pandanus terrestris Warb. Pandanaceae Herba
Patat Halopegia blumei K. Schum. Marantaceae Semak
Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon
Sampang hutan Allophylus cobbe Bl. Sapindaceae Perdu
Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae Pohon
Suweg Amorpophallus campanulutus Bl. Araceae Herba
Terep/benda Artocarpus elasticus Reinw. Moraceae Pohon
79
Lampiran 8 Lanjutan No. Kelompok Kegunaan Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
3 Bahan bangunan Bayur Pterospermum javanicum Jungh. Sterculiaceae Pohon
Bungur Lagerstroemia speciosa L. Lythraceae Pohon
Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
Eboni Diospyros celebica Bakh. Ebenaceae Pohon
Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
Kayu Afrika Maesopsis eminii Engl. Rhamnaceae Pohon
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Kibawang Dysoxylum alliaceum Bl. Meliaceae Pohon
Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae Pohon
Kihiur Eurya acuminate DC. Theaceae Pohon
Kiperis Aporosa microcalyx Hassk. Euphorbiaceae Pohon
Kisireum Syzygium spicata Lamk. Myrtaceae Pohon
Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
Laban kapas Vitex glabrata F.Muell. Verbenaceae Pohon
Mendarahan Knema laurina Warb. Myristicaceae Pohon
Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
Meranti Shorea pinanga Miq. Dipterocarpaceae Pohon
Merawan Hopea mengarawan Miq. Dipterocarpaceae Pohon
Putat Planchonia vallida Bl. Lecythidaceae Pohon
Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon
Salatri Calophyllum soulatri Burm. f. Clusiaceae Pohon
Sampang daun Dysoxylum densiflorum Miq. Meliaceae Pohon
Sampang hutan Allophylus cobbe Bl. Sapindaceae Perdu
80
Lampiran 8 Lanjutan No. Kelompok Kegunaan Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
Sempur Dillenia excelsa (Jack.) Gilg. Dilleniaceae Pohon
Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae Pohon
Taritih Drypetes sumatrana Euphorbiaceae Pohon
- Timonius sericeus ( Desf.) K.Sch. Rubiaceae Pohon
- Tarenna sp. Rubiaceae Pohon
4 Tali, anyaman dan kerajinan Cangkuang Pandanus furcatus Roxb. Pandanaceae Perdu
Kayu galeno Grewia acuminata Juss. Tiliaceae Perdu
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Ki pedes Psuduvaria reticulata (Blume) Merr. Annonaceae Pohon
Kopo daun Psychotria sp. Rubiaceae Pohon
Mara Macaranga triloba Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
Meranti Shorea pinanga Miq. Dipterocarpaceae Pohon
Merawan Hopea mengarawan Miq. Dipterocarpaceae Pohon
Paku hata Ligodium japonicum (Thunb.) SW. Schizaeaceae Semak
Pandan hutan Pandanus terrestris Warb. Pandanaceae Herba
Sampang daun Allophylus cobbe Bl. Sapindaceae Perdu
5 Kayu bakar Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Pohon
Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae Pohon
Kijeuri Parinarium corymbosum Miq. Rosaceae Pohon
Kopo Syzygium subglauca Merr & Perry. Myrtaceae Pohon
Rambutan Nephelium lappaceum L. Sapindaceae Pohon
6 Pewarna dan tanin Asahan Antidesma stipulare Bl. Euphorbiaceae Perdu
Kibeusi Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae Pohon
81
Lampiran 8 Lanjutan No. Kelompok Kegunaan Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
Kisireum Syzygium spicata Lamk. Myrtaceae Pohon
Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
Menteng Baccaurea racemosa Muell. Arg. Euphorbiaceae Pohon
Pinang Areca catechu L. Arecaceae Pohon
7 Pestisida Kikores Psychotria virdiflora Reinw. Rubiaceae Pohon
8 Aromatik Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
9 Hias Keladi hias Caladium sp. Araceae Herba
Sri rejeki hutan Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schoot. Araceae Semak
82
Lampiran 9 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan famili No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus
1 Caricaceae Pepaya Carica papaya L. Pohon
2 Myrtaceae Jambu aer Syzygium aqueum (Burm. f.) Alst. Pohon
Jambu biji Psidium guajava L. Perdu
Salam Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Pohon
3 Apocynaceae Lame/pulai Alstonia scholaris (L.) R. Br. Pohon
4 Verbenaceae Gmelina Gmelina arborea Roxb. Pohon
Laban Vitex pubescens Vahl. Pohon
Singugu Clerodendrum serratum (L.) Moon. Perdu
Sungkai Peronema canescens Jack. Pohon
5 Solanaceae Cabe Capsicum frutescens L. Perdu
Tomat Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten. Herba
6 Acanthaceae Gandarusa Gandarusa vulgaris Nees. Semak
Kejibeling Seriocalyx crispus (L.) Bremek. Semak
Reundeu Staurogyne elongata O. K. Semak
Sambiloto Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees. Semak
7 Rubiaceae Kaca piring Gardenia jasminoides Ellis. Perdu
Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Pohon
Mengkudu Morinda citrifolia L. Pohon
8 Cucurbitaceae Kukuk Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby. Herba
9 Asteraceae Sembung Blumea balsamifera (L.) DC. Perdu
Tapak liman Elephantopus scaber L. Semak
10 Gnetaceae Melinjo Gnetum gnemon L. Pohon
11 Pandanaceae Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Perdu
12 Limnocharitaceae Genjer Limnocharis flava (L.) Buchenau. Herba
83
Lampiran 9 Lanjutan No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus
13 Zingiberaceae Honje Nicolalia speciosa Hornn. Semak
Jahe Zingiber officinale Roxb. Semak
Kencur Kaempferia galanga L. Semak
Kunyit Curcuma domestica Val. Semak
Lempuyang Zingiber aromaticum Val. Semak
Lengkuas Languas galanga (L.) Stuntz. Semak
Pacing Costus speciosus (Koen.) J. E. Smith Herba
Parahulu Amomum aculeatum Roxb. Herba
14 Papilionaceae Dadap serep Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr. Pohon
Angsana Pterocarpus indicus Willd. Pohon
Kacang panjang Vigna cylindrica (L.) Skeels. Semak
Kacang tanah Arachis hypogaea L. Perdu
15 Mimosaceae Albasia Paraseriathes falcataria L. Pohon
Jengkol Pithecollobium lobatum Benth. Pohon
Petai cina Leucaena glauca (L.) Benth. Pohon
Pete Parkia speciosa Hassk. Pohon
16 Fabaceae Akasia Acacia mangium Willd. Pohon
17 Malvaceae Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Perdu
Rosela Hibiscus sabdariffa L. Semak
18 Menispermaceae Antawali Tinospora crispa (L.) Hook. F. & Thoms. Liana
19 Rutaceae Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm. & Panz.) Swingle. Pohon
Sarira Acronychia laurifolia Bl. Pohon
20 Ebenaceae Kihareng Diospyros pseudo-ebenum K. & V. Pohon
21 Poaceae Padi Oryza sativa L. Rumput
84
Lampiran 9 Lanjutan No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus
Rumput jampang Eleusine indica (L.) Gaertn. Herba
Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Herba
Tebu Saccharum officinarum L. Rumput
22 Musaceae Pisang Musa paradisiaca L. Herba
23 Euphorbiaceae Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Pohon
Jarak pagar Jatropha curcas L. Perdu
Mahkota duri Euphorbia milii CH. Des. Moulins. Semak
Pohon sig-sag Pedilanthus tithymaloides (L.) Poit.) Semak
Puring Codiaeum variegatum (L.) Bl. Perdu
Singkong Manihot utilissima Pohl. Perdu
Teh-tehan Acalypha siamensis Oliv. ex Gage Semak
24 Sapindaceae Kicaang Xerospermum noronhianum Pohon
Rambutan Nephelium lapaceum L. Pohon
25 Meliaceae Duku Lansium domesticum Corr. Pohon
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Pohon
Kokosan Lansium aquaeum Corr. Pohon
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Pohon
Mindi Melia azedarach L. Pohon
26 Dioscoreaceae Ubi Dioscorea alata L. Semak
27 Anacardiaceae Kemang Mangifera caesia Jack. Pohon
Mangga Mangifera indica L. Pohon
28 Bombacaceae Durian Durio zibethinus Murr. Pohon
29 Bromeliaceae Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Herba
30 Arecaceae Kelapa Cocos nucifera L. Pohon
85
Lampiran 9 Lanjutan No. Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus
Salak Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Palem
31 Annonaceae Sirsak Annona muricata L. Pohon
32 Araceae Daun bahagia Diffenbachia maculate Herba
Daun bahagia putih Diffenbachia sp. Herba
Keladi hias bercak merah Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. Herba
Keladi putih Alocasia sp. Herba
32 Araceae Talas Colocasia esculenta Schoot. Semak
33 Oxalidaceae Belimbing wulu Averrhoa bilimbi L. Pohon
34 Aspleniaceae Kadaka Asplenium nidus L. Epifit
35 Balsaminaceae Pacar air Impatiens balsamina L. Herba
36 Nyctaginaceae Bunga pukul empat Mirabilis jalapa L. Herba
37 Liliaceae Andong Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval.) Perdu
Bambu Schizostachyum zollingeri Rumput
Lidah mertua Sanmsevieria laurentii N.E.Br. Herba
Suji Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E. Brown.) Perdu
38 Amaryllidaceae Bawang merah Allium cepa L. Herba
Bawang putih Allium sativum L. Herba
39 Portulakaceae Portulaka Portulaca grandiflora Hook. Semak
40 Theaceae Puspa Schima wallichii Reinw. Pohon
41 Sapotaceae Alkesa Lucumma nervosa A. DC. Pohon
42 Melastomataceae Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. L. Perdu
43 Leeaceae Sulangkar Leea aequata L. Pohon
44 Caryophyllaceae Jukut ibun Drymaria villosa Cham. & Schleccht. Semak
45 Polygonaceae Cacabean Polygonum hydropiper Semak
46 Clusiaceae Ceuri Garcinia dioica Bl. Pohon
86
87
Lampiran 10 Data spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Akasia Acacia mangium Willd. Fabaceae Pohon
2 Albasia Paraseriathes falcataria L. Mimosaceae Pohon
3 Alkesa Lucumma nervosa A. DC. Sapotaceae Pohon
4 Andong Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval.) Liliaceae Perdu
5 Angsana Pterocarpus indicus Willd. Papilionaceae Pohon
6 Antawali Tinospora crispa (L.) Hook. F. & Thoms Menispermaceae Liana
7 Bajogol - - Liana
8 Bambu Schizostachyum zollingeri Liliaceae Rumput
9 Bawang merah Allium cepa L. Amaryllidaceae Herba
10 Bawang putih Allium sativum L. Amaryllidaceae Herba
11 Belimbing wulu Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Pohon
12 Bunga pukul empat Mirabilis jalapa L. Nyctaginaceae Herba
13 Cabe Capsicum frutescens L. Solanaceae Perdu
14 Cacabean Polygonum hydropiper Polygonaceae Semak
15 Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
16 Dadap serep Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr. Papilionaceae Pohon
17 Daun bahagia Diffenbachia maculate Araceae Herba
18 Daun bahagia albino Diffenbachia sp. Araceae Herba
19 Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
20 Durian Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon
21 Gandarusa Gandarusa vulgaris Nees. Acanthaceae Semak
22 Genggeng - - Pohon
23 Genjer Limnocharis flava (L.) Buchenau. Limnocharitaceae Herba
24 Gmelina Gmelina arborea Roxb. Verbenaceae Pohon
25 Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. Linn. Melastomataceae Perdu
26 Honje Nicolalia speciosa Hornn. Zingiberaceae Semak
27 Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
28 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae Semak
29 Jambu aer Syzygium aqueum (Burm. f.) Alst. Myrtaceae Pohon
30 Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae Perdu
31 Jarak pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Perdu
32 Jengkol Pithecollobium lobatum Benth. Mimosaceae Pohon
33 Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm. & Panz.) Swingle. Rutaceae Pohon
34 Jukut ibun Drymaria villosa Cham. & Schleccht. Caryophyllaceae Semak
35 Kaca piring Gardenia jasminoides Ellis. Rubiaceae Perdu
36 Kacang panjang Vigna cylindrica (L.) Skeels. Papilionaceae Semak
37 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Papilionaceae Perdu
38 Kadaka Asplenium nidus L. Aspleniaceae Epifit
39 Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
40 Kejibeling Seriocalyx crispus (L.) Bremek. Acanthaceae Semak
41 Keladi hias merah Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. Araceae Herba
42 Keladi hias putih Alocasia sp. Araceae Herba
88
Lampiran 10 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
43 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pohon
44 Kemang Mangifera caesia Jack. Anacardiaceae Pohon
45 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Perdu
46 Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Semak
47 Kicaang Xerospermum noronhianum Sapindaceae Pohon
48 Kihareng Diospyros pseudo-ebenum K. & V. Ebenaceae Pohon
49 Kiray - - -
50 Kokosan Lansium aquaeum Corr. Meliaceae Pohon
51 Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
52 Kukuk Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby. Cucurbitaceae Herba
53 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Semak
54 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
55 Lame/pulai Alstonia scholaris (L.) R. Br. Apocynaceae Pohon
56 Lempuyang Zingiber aromaticum Val. Zingiberaceae Semak
57 Lengkuas Languas galanga (L.) Stuntz. Zingiberaceae Semak
58 Lidah mertua Sanmsevieria laurentii N.E.Br. Liliaceae Herba
59 Mahkota duri Euphorbia milii CH. Des. Moulins. Euphorbiaceae Semak
60 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae Pohon
61 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
62 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae Pohon
63 Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pohon
64 Mindi Melia azedarach L. Meliaceae Pohon
65 Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Herba
66 Pacar air Impatiens balsamina L. Balsaminaceae Herba
67 Pacing Costus speciosus (Koen.) J. E. Smith Zingiberaceae Herba
68 Padi Oryza sativa L. Poaceae Rumput
69 Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanaceae Perdu
70 Parahulu Amomum aculeatum Roxb. Zingiberaceae Herba
71 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Pohon
72 Petai cina Leucaena glauca (L.) Benth. Mimosaceae Pohon
73 Pete Parkia speciosa Hassk. Mimosaceae Pohon
74 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Herba
75 Pohon sig-sag Pedilanthus tithymaloides (L.) Poit.) Euphorbiaceae Semak
76 Portulaka Portulaca grandiflora Hook. Portulacaceae Semak
77 Puring Codiaeum variegatum (L.) Bl. Euphorbiaceae Perdu
78 Puspa Schima wallichii Reinw. Theaceae Pohon
79 Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
80 Rangda kaya - - Pohon
81 Reundeu Staurogyne elongata O. K. Acanthaceae Semak
82 Rosela Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae Semak
83 Rumput jampang Eleusine indica (L.) Gaertn. Poaceae Herba
84 Salak Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Arecaceae Palem
89
Lampiran 11 Lanjutan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
85 Salam Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Myrtaceae Pohon
86 Sambiloto Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees. Acanthaceae Semak
87 Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
88 Sembung Blumea balsamifera (L.) DC. Asteraceae Perdu
89 Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae Herba
90 Singkong Manihot utilissima Pohl. Euphorbiaceae Perdu
91 Singugu Clerodendrum serratum (L.) Moon. Verbenaceae Perdu
92 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon
93 Suji Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E. Brown.) Liliaceae Perdu
94 Sulangkar Leea aequata L. Leeaceae Pohon
95 Sungkai Peronema canescens Jack. Verbenaceae Pohon
96 Talas Colocasia esculenta Schoot. Araceae Semak
97 Tapak liman Elephantopus scaber L. Asteraceae Semak
98 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae Rumput
99 Teh-tehan Acalypha siamensis Oliv. ex Gage Euphorbiaceae Semak
100 Tomat Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten. Solanaceae Herba
101 Ubi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae Semak
90
Lampiran 11 Daftar spesies tumbuhan yang digunakan sebagai pangan
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus
1 Bawang merah Allium cepa L. Amaryllidaceae Herba
2 Bawang putih Allium sativum L. Amaryllidaceae Herba
3 Belimbing wulu Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Pohon
4 Cabe Capsicum frutescens L. Solanaceae Perdu
5 Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
6 Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
7 Durian Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon
8 Genjer Limnocharis flava (L.) Buchenau. Limnocharitaceae Herba
9 Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
10 Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae Semak
11 Jambu aer Syzygium aqueum (Burm. f.) Alst. Myrtaceae Pohon
12 Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae Perdu
13 Jengkol Pithecollobium lobatum Benth. Mimosaceae Pohon
14 Kacang panjang Vigna cylindrica (L.) Skeels. Papilionaceae Semak
15 Kacang tanah Arachis hypogaea L. Papilionaceae Perdu
16 Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
17 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pohon
18 Kemang Mangifera caesia Jack. Anacardiaceae Pohon
19 Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Semak
20 Kokosan Lansium aquaeum Corr. Meliaceae Pohon
21 Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
22 Kukuk Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby. Cucurbitaceae Herba
23 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Semak
24 Lengkuas Languas galanga (L.) Stuntz. Zingiberaceae Semak
25 Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
26 Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae Pohon
27 Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Herba
28 Padi Oryza sativa L. Poaceae Rumput
29 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Pohon
30 Petai cina Leucaena glauca (L.) Benth. Mimosaceae Pohon
31 Pete Parkia speciosa Hassk. Mimosaceae Pohon
32 Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Herba
33 Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
34 Reundeu Staurogyne elongata O. K. Acanthaceae Semak
35 Rosela Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae Semak
36 Salak Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Arecaceae Palem
37 Salam Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Myrtaceae Pohon
38 Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae Herba
39 Singkong Manihot utilissima Pohl. Euphorbiaceae Perdu
40 Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon
41 Talas Colocasia esculenta Schoot. Araceae Semak
42 Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae Rumput
91
Lampiran 11 Lanjutan
No. Nama Local Nama Ilmiah Famili Habitus
43 Tomat Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten. Solanaceae Herba
44 Ubi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae Semak
92
Lampiran 12 Komposisi spesies berdasarkan tipologi habitat
No. Lokasi Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
1 Cagar Alam Akasia Acacia mangium Willd. Fabaceae Pohon
Albasia Paraseriathes falcataria L. Mimosaceae Pohon
Alkesa Lucumma nervosa A. DC Sapotaceae Pohon
Antawali Tinospora crispa (L.) Hook. F. & Thoms Menispermaceae Liana
Bajogol - - Liana
Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
Durian Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon
Genggeng - - Pohon
Kadaka Asplenium nidus L. Aspleniaceae Epifit
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Kemang Mangifera caesia Jack. Anacardiaceae Pohon
Kicaang Xerospermum noronhianum Sapindaceae Pohon
Kihareng Diospyros pseudo-ebenum K. & V. Ebenaceae Pohon
Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
Lame/pulai Alstonia scholaris (L.) R. Br. Apocynaceae Pohon
Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
Pacing Costus speciosus (Koen.) J. E. Smith Zingiberaceae Herba
Parahulu Amomum aculeatum Roxb. Zingiberaceae Herba
Puspa Schima wallichii Reinw. Theaceae Pohon
Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
Reundeu Staurogyne elongata O. K. Acanthaceae Semak
Rangda kaya - Pohon
Sambiloto Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees. Acanthaceae Semak
Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
Sungkai Peronema canescens Jack. Verbenaceae Pohon
Ki bawang Dysoxylum alliaceum Bl. Meliaceae Pohon
2 Perhutani Akasia Acacia mangium Willd. Fabaceae Pohon
Albasia Paraseriathes falcataria L. Mimosaceae Pohon
Angsana Pterocarpus indicus Willd. Papilionaceae Pohon
Dadap serep Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr. Papilionaceae Pohon
Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
Durian Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon
Genggeng - - Pohon
Gmelina Limnocharis flava (L.) Buchenau. Limnocharitaceae Herba
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Kicaang Xerospermum noronhianum Sapindaceae Pohon
Kihareng Diospyros pseudo-ebenum K. & V. Ebenaceae Pohon
Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
Mahoni daun
kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae Pohon
Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
93
Lampiran 12 Lanjutan
No. Lokasi Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus
2 Perhutani Mindi Melia azedarach L. Meliaceae Pohon
Parahulu Amomum aculeatum Roxb. Zingiberaceae Herba
Puspa Schima wallichii Reinw. Theaceae Pohon
Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
Reundeu Staurogyne elongata O. K. Acanthaceae Semak
Sambiloto Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees. Acanthaceae Semak
Sarira Acronychia laurifolia Bl. Rutaceae Pohon
Sungkai Peronema canescens Jack. Verbenaceae Pohon
3 Kebun Akasia Acacia mangium Willd. Fabaceae Pohon
Albasia Paraseriathes falcataria L. Mimosaceae Pohon
Alkesa Lucumma nervosa A. DC Sapotaceae Pohon
Antawali Tinospora crispa (L.) Hook. F. & Thoms Menispermaceae Liana
Bambu Schizostachyum zollingeri Liliaceae Rumput
Bawang merah Allium cepa L. Amaryllidaceae Herba
Bawang putih Allium sativum L. Amaryllidaceae Herba
Cabe Capsicum frutescens L. Solanaceae Perdu
Cacabean Polygonum hydropiper Polygonaceae Semak
Dadap serep Erythrina subumbrans (Hassk.) Merr. Papilionaceae Pohon
Duku Lansium domesticum Corr. Meliaceae Pohon
Durian Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon
Harendong biasa Melastoma malabathricum Auct. Linn. Melastomataceae Perdu
Huni Antidesma bunius (L.) Spreng. Euphorbiaceae Pohon
Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae Semak
Jengkol Pithecollobium lobatum Benth. Mimosaceae Pohon
Jukut ibun Drymaria villosa Cham. & Schleccht. Caryophyllaceae Semak
Kacang panjang Vigna cylindrica (L.) Skeels. Papilionaceae Semak
Kacang tanah Arachis hypogaea L. Papilionaceae Perdu
Kecapi Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.) Meliaceae Pohon
Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pohon
Kemang Mangifera caesia Jack. Anacardiaceae Pohon
Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Semak
Kiray - - -
Kokosan Lansium aquaeum Corr. Meliaceae Pohon
Kopi Coffea robusta Linden. Ex De Wildem. Rubiaceae Pohon
Kukuk Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby. Cucurbitaceae Herba
Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Semak
Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Pohon
Lame/pulai Alstonia scholaris (L.) R. Br. Apocynaceae Pohon
Lempuyang Zingiber aromaticum Val. Zingiberaceae Semak
Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
94
Lampiran 12 Lanjutan
No. Lokasi Nama local Nama ilmiah Famili Habitus
3 Kebun Melinjo Gnetum gnemon L. Gnetaceae Pohon
Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Pohon
Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Herba
Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanaceae Perdu
Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Pohon
Petai cina Leucaena glauca (L.) Benth. Mimosaceae Pohon
Pete Parkia speciosa Hassk. Mimosaceae Pohon
Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Herba
Puspa Schima wallichii Reinw. Theaceae Pohon
Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
Rangda kaya - - Pohon
Rumput jampang Eleusine indica (L.) Gaertn. Poaceae Herba
Salak Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Arecaceae Palem
Salam Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Myrtaceae Pohon
Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae Herba
Singkong Manihot utilissima Pohl. Euphorbiaceae Perdu
Singugu Clerodendrum serratum (L.) Moon. Verbenaceae Perdu
Ubi Dioscorea alata L. Dioscoreaceae Semak
Talas Colocasia esculenta Schoot. Araceae Semak
Sulangkar Leea aequata L. Leeaceae Pohon
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. Meliaceae Pohon
4 Sawah Padi Oryza sativa L. Poaceae Rumput
Genjer Limnocharis flava (L.) Buchenau. Limnocharitaceae Herba
5 Pekarangan Andong Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval.) Liliaceae Perdu
Belimbing wulu Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Pohon
Bunga pukul empat Mirabilis jalapa L. Nyctaginaceae Herba
Cabe Capsicum frutescens L. Solanaceae Perdu
Ceuri Garcinia dioica Bl. Clusiaceae Pohon
Daun bahagia Diffenbachia maculate Araceae Herba
Daun bahagia
albino Diffenbachia sp. Araceae Herba
Gandarusa Gandarusa vulgaris Nees. Acanthaceae Semak
Honje Nicolalia speciosa Hornn. Zingiberaceae Semak
Jahe Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae Semak
Jambu aer Syzygium aqueum (Burm. f.) Alst. Myrtaceae Pohon
Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae Perdu
Jarak pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Perdu
Jeruk nipis
Citrus aurantifolia (Christm. & Panz.)
Swingle. Rutaceae Pohon
Kacapiring Gardenia jasminoides Ellis. Rubiaceae Perdu
95
Lampiran 12 Lanjutan
No. Lokasi Nama local Nama ilmiah Famili Habitus
5 Pekarangan Kadaka Asplenium nidus L. Aspleniaceae Epifit
Kejibeling Seriocalyx crispus (L.) Bremek. Acanthaceae Semak
Keladi hias merah Caladium bicolor (W. Ait.) Vent. Araceae Herba
Keladi hias putih Alocasia sp. Araceae Herba
Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae Perdu
Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Semak
Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Semak
Lempuyang Zingiber aromaticum Val. Zingiberaceae Semak
Lengkuas Languas galanga (L.) Stuntz. Zingiberaceae Semak
Lidah mertua Sanmsevieria laurentii N.E.Br. Liliaceae Herba
Mahkota duri Euphorbia milii CH. Des. Moulins. Euphorbiaceae Semak
Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Herba
Pacar air Impatiens balsamina L. Balsaminaceae Herba
Pandan wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandanaceae Perdu
Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Pohon
Pohon sig-sag Pedilanthus tithymaloides (L.) Poit.) Euphorbiaceae Semak
Portulaka Portulaca grandiflora Hook. Portulacaceae Semak
Puring Codiaeum variegatum (L.) Bl. Euphorbiaceae Perdu
Rambutan Nephelium lapaceum L. Sapindaceae Pohon
Rosela Hibiscus sabdariffa L. Malvaceae Semak
Salak Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Arecaceae Palem
Sembung Blumea balsamifera (L.) DC. Asteraceae Perdu
Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae Herba
Singkong Manihot utilissima Pohl. Euphorbiaceae Perdu
Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon
Suji
Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E.
Brown.) Liliaceae Perdu
Talas Colocasia esculenta Schoot. Araceae Semak
Tapak liman Elephantopus scaber L. Asteraceae Semak
Tebu Saccharum officinarum L. Poaceae Rumput
Teh-tehan Acalypha siamensis Oliv. ex Gage Euphorbiaceae Semak
Tomat
Lycopersicon lycopersicum (L.)
Karsten. Solanaceae Herba