Top Banner
Potensi Pengembangan Edu Ekowisata..... 403 POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA BERDASARKAN TIPE EKOSISTEM DI PANTAI TANJUNG LAYAR SAWARNA KABUPATEN LEBAK BANTEN POTENCY OF EDU-ECOTOURISM DEVELOPMENT BASED ON ECOSYSTEM TYPES IN TANJUNG LAYAR BEACH OF SAWARNA LEBAK DISTRICTBANTEN Muhlisin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten Jl. Syeh Nawawi Al-Bantani, KP3B Palima Serang Banten 42171 Telp.: +62254 267053-267052. Hp.: +6281906132274; [email protected] ABSTRACT Tourism development tends to activities that are recreative and not much that is educative. Although today's tourism development paradigm has begun to change towards sustainable tourism, which supports environmental conservation efforts (nature and culture) and enhances community participation in its management, it has yet to make tourism as a means and source of learning. Ecosystem is a learning resource that is easy to find and cheap which when developed into tourist destinations will provide added value tourism. Therefore, the application of edu-ecotourism concept in tourism development is important. This research was conducted in August - November 2016 in Tanjung Layar Beach of Sawarna, Bayah Sub-district, Lebak District, using qualitative descriptive method through direct observation, interview, and literature study. The results of the study note that the type of ecosystem in the coastal area of Sawarna consists of natural ecosystems: forest, beach and river; and the artificial ecosystem consists of beaches, taluns / gardens, and fields. Tanjung Layar Beach include to the intermediate category in ecotourism spectrum, which means it is possible to be developed into ecotourism and with the characteristics of the visitors allowing it to be developed into edu-ecotourism. The types of ecosystems can be developed into edu- agrotourism, home industry, and nature tourism as a means and learning resources in the fields of biology, geology, geography, and others. Keywords: edu-ecotourism, Sawarna beach, ecosystem types, nature tourism. ABSTRAK Pengembangan pariwisata pada umumnya cenderung pada kegiatan yang bersifat rekreatif dan belum banyak yang bersifat edukatif. Walaupun dewasa ini paradigma pengembangan pariwisata sudah mulai berubah menuju pariwisata berkelanjutan, yang mendukung upaya- upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak menjadikan pariwisata sebagai sarana dan sumber belajar. Ekosistem merupakan sumber belajar yang mudah dijumpai dan murah yang bila dikembangkan menjadi destinasi wisata akan memberikan nilai tambah
12

POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

May 18, 2019

Download

Documents

dinhdieu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

403

POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA BERDASARKAN

TIPE EKOSISTEM DI PANTAI TANJUNG LAYAR SAWARNA

KABUPATEN LEBAK – BANTEN

POTENCY OF EDU-ECOTOURISM DEVELOPMENT BASED ON

ECOSYSTEM TYPES IN TANJUNG LAYAR BEACH OF SAWARNA

LEBAK DISTRICT– BANTEN

Muhlisin

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten

Jl. Syeh Nawawi Al-Bantani, KP3B Palima Serang – Banten 42171

Telp.: +62254 267053-267052. Hp.: +6281906132274; [email protected]

ABSTRACT

Tourism development tends to activities that are recreative and not much that is

educative. Although today's tourism development paradigm has begun to change

towards sustainable tourism, which supports environmental conservation efforts (nature

and culture) and enhances community participation in its management, it has yet to

make tourism as a means and source of learning. Ecosystem is a learning resource that

is easy to find and cheap which when developed into tourist destinations will provide

added value tourism. Therefore, the application of edu-ecotourism concept in tourism

development is important. This research was conducted in August - November 2016 in

Tanjung Layar Beach of Sawarna, Bayah Sub-district, Lebak District, using qualitative

descriptive method through direct observation, interview, and literature study. The

results of the study note that the type of ecosystem in the coastal area of Sawarna

consists of natural ecosystems: forest, beach and river; and the artificial ecosystem

consists of beaches, taluns / gardens, and fields. Tanjung Layar Beach include to the

intermediate category in ecotourism spectrum, which means it is possible to be

developed into ecotourism and with the characteristics of the visitors allowing it to be

developed into edu-ecotourism. The types of ecosystems can be developed into edu-

agrotourism, home industry, and nature tourism as a means and learning resources in

the fields of biology, geology, geography, and others.

Keywords: edu-ecotourism, Sawarna beach, ecosystem types, nature tourism.

ABSTRAK

Pengembangan pariwisata pada umumnya cenderung pada kegiatan yang bersifat rekreatif

dan belum banyak yang bersifat edukatif. Walaupun dewasa ini paradigma pengembangan

pariwisata sudah mulai berubah menuju pariwisata berkelanjutan, yang mendukung upaya-

upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak menjadikan pariwisata sebagai

sarana dan sumber belajar. Ekosistem merupakan sumber belajar yang mudah dijumpai dan

murah yang bila dikembangkan menjadi destinasi wisata akan memberikan nilai tambah

Page 2: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

404

pariwisata. Oleh karena itu penerapan konsep edu-ekowisata dalam pengembangan

pariwisata adalah penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus –

November 2016 di pantai Tanjung Layar Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak,

menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui pengamatan langsung, wawancara, dan

studi pustaka. Hasil studi diketahui bahwa tipe ekosistem di wilayah pantai Sawarna terdiri

dari ekosistem alami yaitu: hutan, pantai dan sungai; dan ekosistem buatan terdiri dari

pantai, talun/kebun, dan ladang. Pantai tanjung layar termasuk katagori spekttrum

ekowisata intermediate, yang berarti memungkinkan untuk dikembangkan menjadi

ekowisata dan dengan karakteristik pengunjung memungkinkan dikembangkan menjadi

edu-ekowisata. Tipe-tipe ekosistem tersebut dapat dikembangkan menjadi wisata pendidikn

agribisnis, home industry, dan wisata alam sebagai sarana dan sumber belajar di bidang

biologi, geologi, geografi, dan lain-lain.

Kata kunci: edu-ekowisata, pantai Tanjung Layar Sawarna, tipe ekosistem, sumber belajar.

PENDAHULUN Pembangunan sektor pariwisata pada satu sisi dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat, tetapi pada sisi lain memberikan dampak negatif pada kerusakan lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan salah satu solusi dalam

upaya mereduksi dampak negatif dari pembangunan pariwisata. Pembangunan

berkelanjutan adalah upaya mencukupi kebutuhan generasi sekarang, tetapi tidak boleh

mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri (Hardjosoemantri, 2000). Pariwisata dapat dikatakan mendukung pembangunan

berkelanjutan apabila aktivitasnya tetap memperhatikan keseimbangan alam, lingkungan,

budaya dan ekonomi yang pengelolaannya dapat memberikan keuntungan secara ekonomi

bagi seluruh pihak terkait baik itu pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat setempat.

Untuk mendukung pariwisata berkelanjutan, tujuan pariwisata bukan hanya untuk rekreasi,

tetapi untuk mendapatkan pengalaman yang lebih agar mendapat wawasan dan

pengembangan pengetahuan bagi dirinya. Wisatawan harus memiliki sikap bertanggung

jawab dalam menjaga alam sehingga tidak mengakibatkan kerusakan alam dan budaya pada

daerah yang dikunjunginya; dan menghormati adat istiadat dan budaya penduduk daerah

tujuan wisata.

Ekowisata merupakan salah satu upaya pengembangan pariwisata yang

berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam

dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, sehingga

selain memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat, juga berupaya mendorong

pelestarian lingkungan dan menjadi sarana pendidikan lingkungan. Walaupun ekowisata di

dalamnya sudah memberikan sentuhan terhadap kegiatan wisata pendidikan, tetapi masih

minim. Untuk itu konsep wisata pendidikan lingkungan (edu-ekowisata) perlu

dikembangkan. Melalui edu-ekowisata, selain dapat mengembangkan wisata lingkungan,

juga dapat mengembangkan wisata dangan tujuan pendidikan baik formal maupun

informal. Pengembangan edu-ekowisata akan menjadaikan destinasi wisata sebagai sumber

belajar bagi peserta didik mulai dari Pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, sesuai

dengan kurikulum yang berlaku. Oleh akrena itu, pengembangan edu-ekowisata sangat

memperhatikan isi kurikulum dari tiap-tiap satuan pendidikan.

Pantai Tanjung Layar Sawarna berada di kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak,

Banten Selatan. Beberapa destinati wisata di desa Sawarna adalah: Pantai Karang

Page 3: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

405

Songsong, Karang Taraje, Pulau Manuk, Pasir Putih Ciantir – Legon Pare, Pantai Sawarna,

Ujung Bokor, dan Tanjung Layar. Salah satu ikon wisata pantai yang ada di desa Sawarna

adalah Pantai Tanjung Layar. Ciri khas dari pantai ini adalah dua batu karang yang tegak

berdiri menjulang tinggi di tengah laut. Bentuk kedua batu ini terlihat seperti sebuah layar

pada perahu. Itu sebabnya pantai ini dijuluki Pantai Tanjung Layar.

Di sekitar pantai tanjung layar memiliki beberapa ekosistem baik alami maupun

buatan yang dapat melengkapi keindahan pantai tersebut bila dikelola dengan baik,

diantaranya adalah: ekosistem hutan, sawah, kebun/talun, sungai dan lain-lain.

Keanekaragaman ekosistem yang ada di sekitar pantai dapat memberikan alternatif wisata

selain batu layar. Potensi tipe-tipe ekosistem tersebut akan menjadi lebih banyak

manfaatnya bila dikelola dengan edu-ekowisata. Produk wisata yang ditawarkan dengan

konsep edu-ekowisata menjadi lebih luas diantaranya: 1) pemandangan dan atraksi

lingkungan dan budaya; 2) manfaat lansekap; 3) akomodasi; 4) peralatan dan perlengkapan;

5) pendidikan dan ketrampilan; dan 6) penghargaan, yakni prestasi di dalam upaya

konservasi. (Manurung, 2002).

Karakteristik Pengunjung obyek wisata alam di Kecamatan Bayah berdasarkan hasil

penelitian Puspitasari (2011) sebagian besar adalah pelajar SMP dan SMA (60%) dan 40%

mahasiswa. Sementara itu, tujuan kunjungan ke pantai Sawarna sebagian besar baru

sekadar rekreasi dan liburan (39 – 40%). Di sisi lain, pengunjung menyukai obyek wisata

hutan (1%), pantai (79%), dan gua (20%). Karakterisitik pengunjung dengan didominasi

oleh pelajar dan mahasiswa memberikan peluang pengembangan wisata pendidikan

lingkungan hidup. Oleh karena itu pengembangan pariwisata pantai Tanjung Layar

Sawarna menjadi Edu-ekowisata penting untuk meningkatkan potensi ekosistem di pantai

Tanjung Layar pantai Sawarna secara optimal.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – November 2016 di pantai Tanjung

Layar Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak-Provinsi Banten yang

berada pada titik koordinat 6o 58’ 48,08” LS dan 106

o 18’ 26,21” BT.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif. Data

dikumpulkan melalui pengamatan langsung (observasi lapangan), wawancara, dan studi

pustaka. Analisis pengembangan edu-ekowisata pantai Sawarna dengan memberikan

tiga pilihan menurut Boyd dan Buttler (1996): hard ecoturism, intermediate, dan soft

ecoturism. Pilihan spektrum ekowisata akan memberikan pijakan dalam pengembangan

edu-ekowisata. Tipe-tipe ekosistem yang ada kemudian dianalasis pengembangannya

menjadi edu-ekowisata berdasarkan potensi sumber belajar dan atraksi wisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 4: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

406

Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Pantai Sawarna terletak di wilayah Kampung Gendol, Desa Sawarna, Kecamatan

Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Lokasi tersebut terletak pada garis lintang 6o 58’

52,88” LS dan 106o 18’ 26,21” BT. Desa Sawarna secara administrasi berbatasan dengan

desa Lebak Tipar di sebelah Utara, desa Darmasari di sebelah Barat, Samudera Hindia di

sebelah Selatan, dan Desa Sawarna Timur di sebelah Timur. Luas wilayah Desa Sawarna

2.800 Ha dengan jumlah penduduknya 4.366 jiwa, terdiri dari laki-laki 2.250 jiwa dan

perempuan 2.116 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 1.207 KK (BPS, 2016).

Fisiografi daratan di desa Sawarna terdiri dari bukit lipatan dan vulkanis. Jenis

tanah terdiri dari enam golongan yang terdiri dari tanah liat, pasir, batu kapur, vulkanis,

abu pasir dan batu liat (gabungan dari seluruh jenis tanah). dari jenis tanah tersebut

terdiri dari podolsik merah kuning, latosol, aluvial, andosol dan regosol. Ketinggian

Desa Sawarna 2 – 90 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1200

mm/tahun dengan luas dataran terdiri dari 800 Ha dan perbukitan 700 Ha Penggolongan

iklim menurut Schimidt Ferguson termasuk dalam iklim B (tanpa musim kering) dengan

curah hujan rata-rata per tahun 1.300 – 2.100 mm serta suhu rata-ratanya bekisar antara

25˚C – 30˚ C (BPS, 2016).

Desa Sawarna merupakan desa wisata binaan dengan destinasi wisata terdiri dari:

1) wisata alam: pantai Ciantir, Pulo Manuk, Legon Pari, Tanjung Layar, Sikabayan

2) Wisata Goa: Goa langir, lalay, sikadir, dan camaul

3) Wisata Ziarah: Wisata ziarah Lawang Saketeng dan Ziarah Tumenggung (Gambar 1).

Pantai Tanjung Layar Sawarna adalah pantai yang dikelilingi oeh gugus batu karang

yang menghadap ke Samudera Hindia. Disebut tanjung layar karena terdapat bongkahan

batu yang merupakan sisa abrasi gelombang laut yang nampak menonjol seperti layar yang

proses pembentukannya merupakan proses alam yang terjadi selama jutaan tahun. Ciri khas

pantai di Sawarna adalah dijumpainya tonjolan batuan batu pasir, dan intrusi batuan diorit-

andesit dan konglomerat. Selain itu juga terdapat pantai landai, yakni berupa sedimen pasir

(Setiady & Darlan 2012). Pantai ini memiliki air yang jernih dengan ombak yang tidak

terlalu besar, pemandangannya indah dan begitu unik dengan deburan ombak bersahutan

seakan pecah ketika menabrak kedua karang tersebut.

Tipe-Tipe Ekosistem di Pantai Sawarna

Berdasarkan hasil observasi Tipe-tipe ekosistem yang terdapat di pantai Sawarna

terdiri dari ekosistem alami dan buatan. Ekosistem alami terdiri dari pantai, sungai,

Gambar 1. Peta Wisata Pantai Sawarna Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-

qPMlIRFLfXc/VrA9ckZWx2I/ AAAAAAAAE08/

PwnDdl0huzg/s400/Peta%2BWisata%2BSawarna.jpg

Page 5: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

407

muara, rawa-rawa, dan hutan. Sedangkan untuk ekosistem buatan terdiri dari: sawah,

kebun/huma, talun/ladang. Sebaran tipe-tipe ekosistem tersebut ditunjukkan oleh gambar

2 berikut (Susilowati 2017).

Ekosistem Sawah

Sawah adalah areal pertanian yang digenangi air atau diberi air baik dengan

teknologi pengairan, tadah hujan, lebak atau pasang surut yang dicirikan oleh pola

pematang, dengan ditanami jenis tanaman pangan berumur pendek, yaitu padi (BSN,

2010). Ekosistem sawah di Pantai Tanjung Layar Sawarna berlokasi di tepat pintu

masuk pantai pada kordinat 6o 59’ 01,34” LS dan 106

o 18’ 34,69” BT. Luas sawah yang

membentang dari barat daya ke arah Tenggara tersebut adalah kurang lebih 500 m2.

Ekosistem sawah ini menjadi suguhan pertama ketika akan memasuki pantai tanjung

layar.

Vegetasi ekosistem sawah didominasi oleh tanaman padi (Oryza sativa L.).

Selain itu juga ditemukan genjer (Limnocaris flava), kiambang (Salvinia minima), mata

lele (Azolla pinnata), rumput jaring (Paspalum commersonii), rumput grintingan

(Cynodon dactylon), rumput (Dactyloctenium aegyptium), rumput teki (Eleocharis

acicularis), dan kremah (Alternanthera sessilis). Sementara itu fauna yang ditemukan di

ekosistem sawah adalah: keong sawah (Pila ampullacea), katak (Fejervarya

cancrivora), dan belalang hijau (Atractomorpha crenulata)

Ekosistem Kebun/Talun

Talun (tegal pekarangan) adalah salah satu sistem agroforestry yang khas,

ditanami dengan campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman

Gambar 2. Sebaran tipe ekosistem di Pantai Sawarna Keterangan: (1) Ekosistem sungai; (2) Ekosistem Sawah; (3)

Ekosistem Talun/Kebun; (4) Ekosistem Ladang; (5) Ekosistem

Hutan; (6) Ekosistem Pantai (Sumber: Google Earth (2017)

Page 6: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

408

(annual) yang berupa tanaman pertanian. Strukturnya menyerupai hutan, secara umum

ditemui di luar pemukiman dan hanya sedikit yang berada di dalam pemukiman yang

berfungsi produksi. (Kosuke et al. 2013; Soemarwoto,1995)

Dilihat dari aspek perawakannya, dalam ekosistem talun biasanya ditemukan

jenis tanaman budidaya maupun tumbuhan liar, baik yang berupa pohon, semak,

maupun terna. Adanya berbagai jenis tumbuhan dari berbagai perawakan yang berbeda

tersebut, menyebabkan struktur vegetasi talun memiliki stratifikasi yang mirip dengan

ekosistem hutan. Dengan demikian, talun mempunyai peranan ekologis yang cukup

penting terutama dalam rangka konservasi tanah, air, dan tumbuhan. Dan sekarang,

manfaat yang semula tidak terukur dalam menghasilkan udara bersih dan penyerapan

karbon mulai mendapatkan tempat dengan munculnya isu pemanasan global dimana

talun seperti layaknya hutan sangat diharapkan untuk secara konkrit dalam mengurangi

pemanasan global.

Ekosistem kebun/talun di pantai Sawarna termasuk ke dalam kebun campuran,

sehingga kanopi tidak rapat. Kebun/talun tersebut terletak pada koordinat 6o 59’ 05,38”

LS dan 106o 18’ 34,54” BT dengan luas mencapai lebih dari 1000 m

2. Berada tepat di

belakang pantai dengan jarak antara 200-300 m dari garis pantai. Vegetasi yang terdapat

di kebun/talun di wilayah Pantai Sawarna adalah sebagai berikut: serai (Dymbogon

citratus (DC) Stapt.), lengkuas (Alpinia galanga), pisang (Musa parasidiaca), jambu

biji (Psidium guajava L.), kelapa (Cocos nucifera), pepaya (Carica papaya L.), talas

(Cocolasio esculenta), jambu air (Syzygium aqueum), dan nanas (Ananas comosus). Di

antara vegetasi tersebut yang mendominasi adalah tanaman kelapa dan pisang. Pisang

seblot (apu madu) sawarna tterkenal dari produknya yaitu sale pisang yang menjadi

makanan khas oleh-oleh pantai Sawarna.

Penampilan kompleks vegetasi talun memungkinkannya mempunyai berbagai

fungsi, baik fungsi ekologi maupun fungsi sosial ekonomi. Fungsi ekologi talun antara

lain adalah memberikan perlindungan terhadap plasma nutfah, sebagai habitat seperti

jenis burung dan serangga penyerbuk, memberi perlindungan terhadap tanah dari

bahaya erosi, dan sebagai penghasil seresah dan humus. Sedangkan fungsi sosial

ekonominya antara lain adalah memberikan manfaat ekonomi dari hasil produksinya

yang dapat dijual atau yang didapat dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar,

bahan bangunan, dan buah-buahan (Abdoellah dan Iskandar, 2013).

Menurut Soemarwoto (1984), fungsi talun dapat dibedakan menjadi 4 bagian,

yaitu: produksi subsisten (pemanfaatan hasil talun untuk kebutuhan sehari-hari);

produksi komersil (bambu, buah-buahan danlain-lain); sumber daya nutfah dan

konservasi tanah; dan fungsi sosial sebagai sumber kayu bakar.

Page 7: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

409

Gambar 1. Tipe-tipe ekosistem di area pantai Tanjung Layar Sawarna

(a) Sawah; (b) Kebun-Talun; (c) ladang; (d) sungai; (e) hutan;

dan (f) pantai.

Ekosistem Ladang

Ladang, tegal, atau huma Area yang digunakan untuk kegiatan pertanian dengan

jenis tanaman semusim di lahan kering (BSN, 2010). Ladang adalah Tanah yang

diusahakan dan ditanami karena mengandung sumber daya alam. Ladang masuk ke

dalam ekosistem buatan karena keberadaan ladang dibuat oleh manusia sebagai

pemenuh kebutuhan hidup akan makanan. Manusia berperan penting dalam ekosistem

ladang, baik dalam pembentukan struktur, komponen, dan pengaturan ladang.

Ekosistem ladang biasanya perlu perhatian agar terjaga keseimbangannya karena jika

mengalami ketimpangan dapat menyebabkan peledakan suatu populasi yang dapat

merugikan manusia, sebagai contoh jika peledakan populasi belalang maka dapat

menjadi ancaman bagi petani. Karena belalang bisa menjadi hama yang dapat merusak

tanaman ladang yang berimbas kepada menurunya penghasilan petani.

Page 8: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

410

Jenis-jenis tanaman yang ada di ladang si sekitar pantai Sawarna adalah sebagai

berikut: singkong (Manihot esculenta L.), jagung (Zea mays L.), kacang tanah (Arachis

hypogea L.), dan kacang hijau (Phaseolus radiatus L).

Ekosistem Sungai

Sungai di sekitar Pantai Sawarna berasal dari hulu sungai yang ada di desa

Lebak Tipar dan bermuara di pantai Sawarna. Oleh karena pantai di Sawarna disabuki

oleh sungai yang berkelok-kelok, sehingga akses menuju ke pantai harus menyeberangi

sungai menggunakan jembatan.

Kondisi fisik sungai memiliki kecerahan yang rendah, terutama kalau musim

penghujan, karena air sungai menghanyutkan partikel-parteikel tanah dari hulu ke hilir.

Akibatnya tumbuhan air tidak banyak ditemukan, kecuali pada beberapa badan air yang

alirannya lambat, banyak ditumbuhi eceng gondok (Eichornia crassipes) dan di sisi

sungai yang ditumbuhi rerumputan yang kadang terendam air sungai.

Di bantaran sungai, banyak berdiri bangunan penginapan-penginapan milik

masyarakat, tetapi sungai tersebut menjadi tujuan utama aliran limbah rumah tangga,

sehingga bila airnya surut, sungai nampak dalam kondisi kotor.

Ekosistem Pantai

Ekosistem pantai Tanjung Layar Sawarna terdiri dari pantai yang berkarang.

Komponen biotik yang terdapat di pantai sawarna adalah: beberapa kelompok Alga,

Mollusca dan Arthropoda seperti: udang kecil, kepiting, dan lain-lain.

Sementara itu, komponen biotik yang berada di sekitar ekosistem pantai tanjung

layar sawarna adalah: Pandan (Pandanus tecorius), ketapang (Terminalia katappai),

Bintangur (Ipomoea pesceprae), Nyamplung (Callophyllum inophyllum), Keben

(Barringtonia asiatica), Waru (Hibiscus tiliaceus)

Pengembangan Edu-ekowisata berdasarkan Tipe Ekosistem di Pantai Sawarna

Pada awal tahun 1990 The International Ecotourism Society (TIES)

menyempurnakan konsep ekowisata, yaitu "Ecotourism is responsible travel to natural

areas which conserved the environment and improvesthe welfare of local people."

Berdasarkan acuan tersebut Page dan Dowling (2000) meringkas konsep dasar

ekowisata menjadi lima prinsip inti, yaitu ekowisata yang berbasis alam (Nature based),

berkelanjutan secara ekologis (Ecologically sustainable), lingkungan edukatif

(Environmentally educative), dan lokal wisatawan bermanfaat (Locally beneficial) dan

menghasilkan kepuasan (Generates tourist satisfaction).

Spektrum kegiatan ekowisata disajikan pada tabel 2 berikut. Analisis

pengembangan edu-ekowisata pantai Sawarna diberikan tiga pilihan: hard ecoturism,

intermediate, dan soft ecoturism (Soedigdo & Priono, 2013). Ketiga pilihan tersebut

digunakan utuk menetapkan pengembangan mana yang mungkin digunakan untuk tipe-

tipe ekosistem yang tersedia. Analisis pengembangan edu-ekowisata diuraiakn pada tabel

3 berikut.

Tabel 3 Analisa Pengembangan Edu-ekowisata Pantai Tanjung Layar Sawarna

Page 9: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

411

Variabel Parameter Spektrum

Atraksi Berbasis alam namun masih memfokuskan diri pada

urban aspek

Intermediate

Tingkat kesulitan sedang dan bersifat petualangan

Memberikan pendidikan lingkungan namun masih

terbatas

Hanya dengan kelompoknya, berwisata dengan

kelompok kecil.

Amenitas Memberikan pelaanan dengan tingkat kenyamanan

sedang (homestay

Intermediate Fasilitas relatif lengkap

Masyarakat terlibat dalam jasa layanan makanan,

souvenir (secara pasif)

Aksesibilitas Agak sulit untuk dikunjungi dan dicapai, dengan

kendaraan bermotor

Intermediate

Memiliki sarana prasarana yang relatif lengkap dan

terus melakukan pengembangan

Melalui operator pariwisata lokal, publikasi media.

Sumber: Hasil pengolahan data primer

Berdasarkan analisis spektrum edu-ekowisata, pantai tanjung layar Sawarna

termasuk dalam katagori intermediate. Spektrum intermediate ini memungkinkan

pengembangan eduekowisata yang lebih baik dibandingkan dengan soft ecotourism.

Pengembangan potensi tipe ekosistem menjadi edu-ekowisata di Pantai Sawarna

menggunakan konsep ekowisata dan pendidikan yang meliputi: berbasis alam,

berkelanjutan secara ekologis, pendidikan Lingkungan, bermanfaat bagi masyarakat

lokal, dan menghasilkan kepuasan wisatawan. Analisis pengembangan edu-ekowisata

berbasis tipe ekosistem disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4 Pengembangan Edu-ekowisata berbasis tipe ekosistem di pantai Tanjung Layar

No Tipe ekosistem Potensi Sumber

Belajar Atraksi Wisata

Model Pengembangan Edu-

ekowisata

1. Sawah Ekologi

Agronomi

Ekonomi

Ilmu Tanah

Wisata menanam

padi, membajak

sawah dengan

kerbau, Kuliner

pinggir sawah

Pengatahuan dan praktik

bertani, ekologi, dan simulasi

ekonomi pertanian.

2. Talun/Kebun Ekologi

Biosistematika

Agronomi

Ekonomi

Biofarmaka

Agrowisata,

home industri

Pengetahuan, praktik, dan

siulasi produksi minyak kelapa,

produksi gula kelapa, dan

produksi sale pisang

3. Ladang Ekologi

Agronomi

Ekonomi

Agrowisata

Wisata Kuliner

Pengetahuan budidaya dan

panen hasil ladang melalui

wisata kuliner hasil kebun: petik

jagung, cabut singkong, cabut

kacang tanah, kuliner,

Page 10: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

412

No Tipe ekosistem Potensi Sumber

Belajar Atraksi Wisata

Model Pengembangan Edu-

ekowisata

5. Pantai Ekologi,

Biodiversitas,

Geologi,

Oceanologi,

Geografi

Wisata alam Pengetahuan dan praktik

ekologi, biodiversitas, geologi,

oceanologi, geografi, dll.

6. Sungai Ekologi,

limnologi,

biodiversitas

Wisata alam Pengetahuan dan observasi

melalui Susur sungai, mandikan

kerbau, kuliner river side.

Secara terperinci pengembangan edu-ekowisata berbasis tipe ekosistem

dijelaskan sebagai berikut.

Pengembangan edu-ekowisata ekosistem sawah

Beras merupakan makanan pokok yang sangat umum di Indonesia, walaupun demikian

masih banyak masyarakat umum terutama pelajar yang belum mengetahui dan

memahami bagaimana proses menanam padi sampai kemudian menjadi beras. Oleh

karena itu, wisata pertanian tersebut diberi tema “Agrowisata Oryza” yang berarti

wisata pertanian padi, seperti yang dilakukan di Bali untuk wisata Subak (Herawati

2015).

Tahapan wisata agro dimulai dengan proses pengolahan tanah melalui

pembajakan, penanaman padi dari benih yang sudah tersedia, panen, menumbuk padi,

dan menanak nasi “nasi liwet’. Agar proses kegiatan tersebut tidak tergantung dari

musim, maka perlu disediakan petak-petak sawah yang memenuhi tahapan tersebut,

yaitu: 1) Membajak Sawah: atraksi membajak sawah menggunakan kerbau, naik kerbau,

dan bermain lumpur yang bernuansa pedesaan. Sisi pendidikan lingkungan yang

diharapkan adalah peduli terhadap lingkungan, peduli terhadap petani; 2) Menanam

Padi; menanam benih padi untuk menumbuhkan budaya konservasi; 3) Memanen Padi;

dilakukan pada musim panen dengan menggunakan ketam (ani-ani); 4) Menumbuk

Padi; menyuguhkan kesenian “bendring lesung”; 5) Menanak Nasi Liwet; menanak nasi

liwet secara tradisional menggunakan kayu bakar.

Pengembangan edu-ekowisata ekosistem talun/kebun

Ekosistem talun/kebun di pantai sawarna didominasi oleh tanaman kelapa. Oleh

karena itu untuk mengembangkan wisata berdasarkan ekosistem tersebut melalui wisata

edukasi home industri pembuatan gula kelapa dan minyak kelapa secara tradisional.

Wisatawan diajak berpartisipaasi dalam proses pembuatan produk tersebut. Kuliner

yang disajikan adalah kelapa muda plus gula kelapa dan mencicipi produk sampingan

pembuatan minyak yaitu “galendo”.

Pengembangan edu-ekowisata ekosistem ladang.

Produk pertanian dari ladang di sekitar pantai Sawarna adalah jagung, kacang

tanah, singkong, dan kacang hijau.. Wisata pascapanen akan memberikan pengalaman

tersendiri bagi wisatawan. Mencabut kacang tanah, mencabut singkong, dan memetik

jagung yang kemudian diproses dengan direbus atau dibakar akan memberikan sensasi

Page 11: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

413

tersendiri. Di samping wisatawan dapat mengenal tanaan yang sebelumnya belum

dketahui, wisatawan juga dapat meinkmati makanan khas ladang.

Pengembangan edu-ekowisata ekosistem pantai

Wisata pantai selama ini menjadi andalan pantai tanjung layar Sawarna.

Aktivitas yang umum dilakukan adalah menikmati panorama tanjung layar dan pantai

pasir putih dengan selfie, atau fotografi panorama. Mandi di pantai masih sedikit

peminat karena pantai berkarang dan yang kurang nyaman.

Agar sisi pendidikan lingkungan bisa muncul perlu disiapkan properti yang

mendukung, seperti tempat sampah yang mencukup, baner tentang pendidikan

lingkungan dan penjelasan mengenai ekologi, biodiversitas, dan geologi pantai sawarna.

Pengembangan edu-ekowisata ekosistem sungai

Wisata susur sungai merupakan alternatif untuk menghantarkan wisatwan

menuju pantai Sawarna melalui stasiun khusus di tepi sungai hingga ke muara pantai

sawarna. Selama perjalanan, melalui guide wisatawan disuguhkan pemandangan indah

dan masukan-masukan sis pendidikan lingkungan hidup. Selain itu pula, pada bagian

sungai yang dangkal wisata memandikan kerbau juga perlu dilakukan, akan tetapi perlu

dianalisis apakah air sungai yang digunakan layak pakai alias tidak terpolusi.

Disamping kelembagaan pemerintah, peran kelembagaan legislatif, masyarakat

/LSM, serta dunia usaha adalah penting dan harus terlibat dalam pengelolaan, utamanya

pada tataran perencanaan dan monitoring/evaluate usaha yang menuju ke luasi. Dengan

demikian akan rcipta suatu pengelolaan terpadu yang melibatkan pemerintah, masyarakat

dan dunia e arah pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut tantangan dalam pengembangan edu-ekowisata adalah

visi pemerintah daerah yang harus sejalan dengan konep pengembangan wisata

berkelnjutan, budaya masyarakat yang juga berwawasan lingkungan, sarana prasarana

yang menduung, dan kesadaran wisatawan.

KESIMPULAN Pantai Tanjung Layar adalah salah satu ikon wisata pantai yang ada di desa

Sawarna. Ciri khas dari pantai ini adalah dua batu karang yang tegak berdiri menjulang

tinggi di tengah laut yang berentuk seperti sebuah layar pada perahu. Daya tarik wisata

pantai tanjung layar masih sebatas pada keindahan pantai sehingga perlu mencari

alternatif atraksi lain untuk keberlanjutan wisata di pantai tersebut.

Ekosistem di sekitar pantai tanjung layar menjadi alternatif untuk meningkatkan

daya tarik wisata. Tipe-tipe ekosistem yang ada di wilayah pantai Sawarna terdiri dari

ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami terdairi dari pantai dan sungai,

sedangkan ekosistem buatan terdiri dari sawah, talun/kebun, dan ladang. Ekosistem

yang paling luas adalah ekosistem pantai dan ekosistem talun/kebun.

Berdasarkan spektrum ekowisata, pantai tanjung layar termasuk katagori

intermediate, yang berarti memungkinkan untuk dikembangkan menjadi ekowisata dan

dengan karakteristik pengunjung memungkinkan dikembangkan menjadi edu-ekowisata.

Ekosistem di pantai tanjung layar sawarna dapat menjadi sumber belajar baik pelajar

maupun mahasiswa di bidang biologi, geografi, geologi, dan lain-lain. Pengembangan

Page 12: POTENSI PENGEMBANGAN EDU-EKOWISATA … fileupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya, namun demikian belum banyak

Potensi Pengembangan Edu Ekowisata.....

414

wisaata edukasi lingkungan tersebut diarahkan pada pengembangan aspek kognitif dengan

pengembangan pengetahuan, afektif untuk meningkatkan kepedulian lingkungan, dan

psikomotor melalui pengembangan skill tertentu.

Tipe-tipe ekosistem dikembangkan menjadi edu-ekowisata agribisnis, home

industry, dan wisata alam sesuai dengan karakteristik masing-masing ekosistem. Ekosistem

sawah dikembangkan menggunakan konsep “agrowisata Oryza, ekosistem talun/kebun

menggunakan konsep Wisata home industry, ekosistem ladang menggunakan konsep

Wisata Petani Desa, ekosistem sungai menggunakan konsep Susur Sungai, dan ekosistem

pantai dengan menambahkan konsep pendidikan lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-P., Heddy Shri; A. Sujito, W. Trisnadi., 2000., Pengembangan Model

Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan. Puspar-

UGM,Yogyakarta.

BPS Kabupaten Lebak. 2016. Statistik Kecamatan Bayah. BPS

Boyd, S.W. & R.W. Buttler. 1996. Development of an Ecotourism Opportunity

Spectrum (ECOS) for Sites Identified Using GIS in Northern Ontario. Ontario:

Publications Services Natural Resources Canada Canadian Forest Service-Sault.

Herawati, N., 2015. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Subak sebagai

Bagian Warisan Budaya Dunia UNESCO di Desa Mangesta Kabupaten Tabanan.

Jumpa, 2(1), pp.79–103.

Kosuke, M., Mugniesyah, S.S. & Herianto, A.S., 2013. Talun-Huma , Swidden Agriculture

, and Rural Economy in West Java , Indonesia. Southeast Asian Studies, 2(2), pp.351–

381. Available at: https://www.jstage.jst.go.jp/article/seas/2/2/2_KJ00008625659/_pdf.

Soemarwoto, O., L. Cristanty, Henky, Y.H. Herri, J.Iskandar, dan Hadyana, 1995. The

Talun-Kebun: A Man-made Forest Fitted to Family Needs. Household food

Production: Comparative Perspectives, 7(3), pp.48–51.

Puspitasari, D., 2011. Strategi Pemasaran Wisata Alam Di Kecamatan Bayah, Kabupaten

Lebak, Provinsi Banten. INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Setiady, D. & Darlan, Y., 2012. Coastal Characteristics in Determination Sediment

Provonence along Bayah Coastal, District of Lebak, Banten. , 10(3), pp.147–156.

Soedigdo, D. & ; Priono, Y., 2013. Peran Ekowisata Dalam Konsep Pengembangan

Pariwisata Berbasis Masyarakat Pada Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Tangkiling,

Kalimantan Tengah. , 8(2), pp.1–8.

Soemarwoto, O., 1984. The talun-kebun system, a modified shifting cultivation, in West

Java. The Environmentalist, 4(7 Supplement), pp.96–98.

Susilowati, M.H.D., 2017. Potensi Wilayah Sekitar Pantai Selatan Kabupaten Lebak Provinsi

Banten dalam Mendukung Pembangunan Pariwisata. JURNAL PENDIDIKAN

GEOGRAFI, 22(2), pp.1–15. Available at: http://journal2.um.ac.id/index.php/jpg/.