POTENSI PEM KONTRIBUS SAY Seba SEKO MANFAATAN LAHAN PEKARANG SINYA TERHADAP PENDAPATAN YURAN DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS Oleh NURUL CAHYANI 11210016 Skripsi agai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurusan Agribisnis OLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA METRO 2015 NGAN DAN N PETANI G r N
101
Embed
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN …eprints.stiperdharmawacana.ac.id/127/1/Skripsi Nurul Cahyani.pdf · 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP
SAYURAN
Sebagai Salah Satu S
SEKOLAH TINGGI
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN IBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANISAYURAN DI KECAMATAN GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS
OlehNURUL CAHYANI
11210016
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSarjana Pertanian
PadaJurusan Agribisnis
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIANDHARMA WACANA METRO
2015
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN PENDAPATAN PETANI
DI KECAMATAN GISTING
yarat Untuk Mencapai Gelar
PERTANIAN
ABSTRAK
POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI
SAYURAN DI KECAMATAN GISTINGKABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Nurul Cahyani
Pekarangan merupakan lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal.Peran dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain, tergantung dari tingkat kebutuhan. Usahatani di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, maka dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi keluarga dan dapat mengurangi pengeluaran.Penelitian ini bertujuan untuk ; (1)Untuk mengetahui total pendapatan petani dari sayuran di lahan usahatani non pekarangan dan lahan pekarangan di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus; (2)Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan petani dari tanaman sayuran pada lahan pekarangan DesaGisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Untuk menjawab tujuan yang pertama yaitumenggunakanmetode analisis pendapatan, dan untuk menjawab tujuan yang kedua yaitu mengguanakan metode analisis kontribusi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Rata-ratapendapatan yang diperoleh petani di lahan pekarangan sebesar Rp.561.983/panen. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani pada lahan non pekarangan adalah sebesar Rp.20.534.989/panen atau dengan total pendapatan rata-rata sebesar Rp.21.096.972.(2) kontribusi sayuran dari lahan pekarangan terhadap pendapatan petani sayuran sebesar 2,7 %.
Kata kunci :Pemanfaatan Lahan Pekarangan, Pendapatan, Kontibusi,
HALAMAN PERSETUJUAN
JudulSkripsi: POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PETANI SAYURAN DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS.
NamaMahasiswa : NurulCahyani
No. PokokMahasiswa : 11210016
Program Study : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
MENYETUJUI1. KomisiPembimbing
Pembimbing I PembimbingII
Ir.MS. Djoko Umar Said, M.M Zulkarnain, S.P.,M.E.PNUPN. 9902702235 NIDN. 0205058102
2. KetuaJurusan
IsmaliaAfriani, S.P., M.SiNIP. 197504172005012001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Ir. MS. Djoko Umar Said., M.M
Penguji Utama : Imron, S.P
Anggota : Zulkarnain, S.P., M.E.P
2. KetuaSekolahTinggiIlmu Pertanian (STIPER)
Ir. Rakhmiati, M.T.ANIP.19630408 198903 2 001
Tanggal lulus ujianskripsi :25Mei 2015
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Nurul Cahyani
Tempat Dan Tanggal Lahir : Purwodadi,19 September 1992
Alamat Asal : RT 002.RW 006, Purwodadi kecamatan Gisting
P = Kontribusi pendapatan tanaman sayuranpada lahan pekarangan (%).
Qx =Pendapatandari penjualan sayuran pada lahan pekarangan(Rp/panen).
Qy=Pendapatan total sayuran pada lahan usahatani non pekarangan dan
lahanpekarangan (Rp/panen).
23
2.2 Kerangka Pemikiran
Sayuranmerupakan komoditas yang banyak dibudidayakan di
KecamatanGisting.Desa Gisting Atas adalah salah satu desa yang
membudidayakan sayuran di Kecamatan Gisting, karena DesaGisting Atas berada
pada dataran tinggi sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya
sayuran. Obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat desaGisting Atas yang
memanfaatkan lahan pekarangannya untuk berusahatani sayuran.Tujuan dari
usahatani dilahan pekarangan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan/konsumsi
sayuran dan meningkatkan pendapatan petani.
Usahatani dilahan pekarangan merupakan usaha yang dijalankan oleh masyarakat
Desa Gisting Atas sejak dulu hingga sekarang. Suatu usaha yang baik, seharusnya
memiliki inventarisir input maupun output. Kegiatan menginventarisir input
output merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menganalisis total biaya
produksi yang dikeluarkan dalam berusahatani sayuran sepertibenih, pupuk,
peralatan, pestisida dan tenaga kerja, menganalisis penerimaan dari penjualan
produksi sayuran tersebut serta kontribusinya terhadap pendapatan petani sayuran.
Oleh sebab itu perlu melakukan analisis pendapatan guna untuk mengetahui
seberapa besarkah kontribusi dari usahatani di lahan pekarangan. Untuk lebih
jelasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.
24
Keterangan :
Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Usahatani Sayuran
Inventarisasi Output
1. Produksi
Inventarisasi Input
1. Lahan2. Benih /bibit 3. Pupuk4. Pestisida5. Peralatan6. Tenaga kerja
Analisis Pendapatan
1. Lahan pekarangan2. Lahan non
pekarangan
PenerimaanBiaya Produksi
Analisis kontribusiR/C
Harga
25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Definisioperasional pada penelitan ini adalah :
1. Usahatani sayuran di lahan pekarangan merupakan usahatani sayuran yang di
budidayakan di lahan pekarangan di Desa Gisting Atas.
2. Usahatani lahan non pekarangan merupakan usahatani sayuran yang di
budidayakan di lahan non pekarangan (tegal/kebun) di Desa Gisting Atas.
3. Benih merupakan salah satu faktor yang penting dalam berusahatani sayuran.
4. Pupuk merupakanbahan-bahan organik maupun anorganik yang diberikan
pada tanah guna memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapai
substansi anorganik yang esensial bagi tanaman.
5. Pestisida merupakansuatu bahan atau campuran bahan untuk mencegah
/membasmi, menolak atau mengurangi hama yang menyerang tanaman dan di
daerah penelitian menggunakan pestisida berupa fungisida, insektisida dan
herbisida.
6. Peralatan merupakanalat-alat produksi pertanian yang masih sederhana
seperti halnya cangkul, handsprayer, sabit, golok, karung.
26
7. Tenaga kerja merupakan tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun dari
luar keluarga yang digunakan untuk kegiatan usahatani lahan pekarangan
maupun non pekarangan di daerah penelitian dengan satuan (HOK).
8. Inventarisasi input merupakan pendataan faktor-faktor produksi didaerah
penelitian seperti benih/bibit, pupuk, pestisida,peralatan, tenaga kerja yang
mendukung kegiatan produksi.
9. Inventarisasi output merupakan pendataan hasil produksi didaerah penelitian
seperti produksi sayuran.
10. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan jumlahnya berubah-ubah
sejumlah dengan tingkat produksiatau dengan kata lain biaya yang habis
dalam satu kali pakai dengan satuan rupiah (Rp).contohnya,benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja
11. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan jumlahnya tidak berubah-ubah
selama beberapa kali produksi dengan satuan rupiah (Rp). Contohnya,
penyusutan peralatan
12. Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap yang
dikeluarkan pada proses produksi dengan satuan rupiah (Rp).
13. Harga merupakan nilai yang ditetapkan oleh tengkulak yang di ukur dalam
satuan rupiah dengan satuan rupiah (Rp).
14. Penerimaan merupakan nilai rupiah yang dihasilkan dari penjualan hasil
produksi pada usahatani di daerah penelitian dengan satuan rupiah (Rp).
15. Pendapatan merupakan nilai rupiah yang didapatkan dari selisih penerimaan
dikurangi dengan total biaya selama proses produksi dengan satuan rupiah
(Rp).
27
16. R/C rasio merupakan perbandingan antara penerimaan dan total biaya untuk
melihat penerimaan dalam rupiah dari setiap biaya yang dikeluarkan.
17. keuntungan atau kerugian merupakan nilai yang terlihat dari kriteria R/C
rasio.
18. Kontribusi adalah besarnya persentase (%) sumbangan dari hasil penjualan
usaha tani lahan pekarangan terhadap total penerimaan usaha tani dengan
satuan rupiah (Rp).
3.2 Batasan Operasional
1. Objek dalam penelitian ini adalah petani sayuran yang memanfaatkan lahan
pekarangannya untuk berusahatani sayuran.
2. Pada lahan pekarangan maupun lahan non pekarangan yang di analisis adalah
tanaman sayuran.
3. Untuk di lahan non pekarangan, sayuran yang dianalisis adalah semua jenis
sayuran dan untuk di lahan pekarangan, sayuran yang dianalisis adalah
sayuran kubis, buncis, sawi dan terung.
4. Pendapatan yang di analisis adalah pendapatan per satu kali panen.
3.3Lokasi Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di DesaGisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten
Tanggamus.Pemilihan lokasi atas dasar pertimbangan bahwa di DesaGisting Atas
merupakan daerah yang telah menjalankan Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk
berusahatani sayuran sejak dulu hingga saat ini.Desa Gisting Atasjuga merupakan
desayang termasuk wilayah yang penduduknya semakin banyak dan memiliki
28
lahan yang semakin sempit sehingga menjadi menarik untuk dikaji seberapa besar
manfaat lahan pekarangan dapat membantu sosial ekonomi rumah tangga
petani.Waktu penelitian yaitu pada bulan januari hingga februari 2015.
3.4 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung
dengan petani sayur diDesaGisting Atas Kecamatan Gisting dengan
menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen, buku serta laporan-
laporan yang berkaitan dengan penelitian
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi adalah unit atau individu pada suatu area penelitian yang akan dijadikan
obyek penelitian. Pada penelitian ini populasi diambil dari seluruh petani sayuran
yang memanfaatkan lahan pekarangannya untuk berusahatani sayuran di
DesaGisting Atas Kecamatan Gisting berjumlah sebanyak 210 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah unit atau individu dari jumlah populasi yang ada. Untuk
mendapatkan jumlah sampel yang ada maka digunakan teori (Arikunto, 2006)
dengan ketentuan yaitu jika populasi diatas 100 orang maka diambil 10% dari
jumlah populasi yang ada, sedangkan jika jumlah populasi kurang dari 100 orang
29
maka sampel diambil dari jumlah populasi yang ada. Jadi jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 210 orang x 10 % =21 orang.Sampel di pilih secara purposif
yaitu petani sayuran yang menanam sayuran kubis, sawi, buncis dan terung di
lahan pekarangannya.
3.6 Metode Analisis
a. Analisis pendapatan usahatani lahan pekarangan dan non pekarangan.
Pendapatan dihitung dengan melihat selisih antara peneriman dan total biaya.
= TR-TC
Keterangan:
= Pendapatan (Rp)
TR=Total Revenue atau total penerimaan (Rp)
TC= Total Cost atau total biaya (Rp)
Penerimaan
TR= P x Q
Keterangan :
TR= Total Penerimaan (Rp)
P= Harga Produk (Rp)
Q= Jumlah produksi yang diperoleh(Kg)
Total biaya
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total Cost atau biaya total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost atautotalbiayatetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost atautotalbiayavariabel (Rp)
30
R/C rasio
R/C rasio =Keterangan :
TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp)
TC = Total Cost atau total biaya (Rp)
Kriteria :
R/C > 1 usaha memberi keuntungan
R/C < 1 usaha memberi kerugian
R/C = 1usaha berada dalam keadaan tidak rugi maupun untung
b. Untuk menghitung kontribusi pendapatan digunakan rumus (Handayani, 2009)
QxP = x 100%
Qy
Keterangan:
P= Kontribusi pendapatan tanaman sayuran pada lahan pekarangan (%)
Qx= Pendapatan dari penjualan sayuran pada lahan pekarangan (Rp/panen)
Qy= Pendapatan total sayuran pada lahan usahatani non pekarangan dan lahan
pekarangan (Rp/panen).
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Desa Gisting Atas merupakan salah satu pekon yang ada di Kecamatan Gisting
Kabupaten Tanggamus. Desa Gisting Atas mempunyai luas wilayah 567.5 km2
dengan batas – batas administratif, yaitu :
1. Sebelah Utara : Desa Gisting Bawah
2. Sebelah Selatan : Desa Gisting Permai
3. Sebelah Barat : Register 30
4. Sebelah Timur : Register 28
4.1.1 Topografi dan Iklim
Desa Gisting Atas terletak di dataran tinggi yaitu dengan ketinggian 800 dpl. Dan
dengan bentang wilayah berbukit,curah hujan 3.000 mm / tahun, suhu rata-rata
240C.
4.1.2 Penggunaan Lahan
Pengunaan lahan di DesaGisting Atas meliputi lahan sawah, lahan perkebunan
dan fasilitas umum lainnya. Luas lahan berdasarkan penggunaannya dapat dilihat
pada tabel 3 berikut :
32
Tabel 3. Luas Lahan Desa Gisting Atas Berdasarkan Pola Penggunaanya
Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)SawahLadangPerkebunanPemukiman Pekarangan
1710059,5
297,7593,25
2,317, 6210,3952,4616,43
Jumlah 567.5 100Sumber :Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan kecamatan
Gisting,2014
Tabel 3 diatas menunjukan penggunaan lahan di Desa Gisting Atas sebagian besar
digunakan untuk pemukiman penduduk yaitu dengan jumlah297,75 ha (52,46 %),
sawah 17 ha (2,3%), ladang 100 (17,62%), perkebunan 59,5 (10,39%) dan
pekarangan 93,25 (16,43%). Dengan persentase 16,43% lahan pekarangan,
menunjukan bahwa Desa Gisting Atas memiliki potensi untuk mengembangkan
usahatani sayuran di lahan pekarangan.
4.1.3 Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Penduduk Desa Gisting Atas berjumlah 7.548 jiwa yang terdiri dari 3.886 laki-
laki(51,48 %) dan 3662 perempuan(48,51 %) dengan kepala keluarga 1.879 kk.
Sebaran penduduk berdasarkan golongan umur yang secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.
33
Tabel 4. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Gistinng Atas Menurut Umur
Umur (th) Jumlah (jiwa) Persentase (%)0-12-45-1213-2526-4546-58> 58
238363899212926201250103
3.154,8011,9128,2034,7116,561,36
jumlah 7.548 100Sumber : Profil Desa Gisting Atas, 2014
Tabel 4 diatas menunjukan penduduk di Desa Gisting Atas sebagian besarberada
pada umur produktif yaitu 21- 54 tahun. Umur produktif merupakan usia yang
cukup potensialuntuk melakukan kegiatan usahatani. dengan persentase tertinggi
yaitu pada tingkat umur 26-45 tahun yakni dengan persentase 34,71 %. Hal ini
menunjukan bahwa penduduk Desa Gisting Atas cukup potensial untuk
melakukan kegiatan usahatani.
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Gisting Atas jika ditinjau dari pendidikan formal memiliki
pendidikan yang beragam yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah umum dan perguruan tinggi. Secara rinci jumlah penduduk
Desa Gisting Atas berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5
berikut :
34
Tabel 5. Sebaran Jumlah Penduduk Desa Gisting Atas Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)Belum Sekolah Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SDTamat SDTamat SLTP/ SederajatTamat SLTA / SederajatPerguruan Tinggi / Sederajat
4921145121374120521601691
6,511,51
6,7818,2015,9632,5922,40
Jumlah 7.548 100Sumber : Profil Desa Gisting Atas, 2014
Tabel 5 di atas menunjukan bahwa jenjang pendidikan tertinggi di Desa Gisting
Atas yaitu pada tingkat SLTA/sederajat dengan persentase (32,59). Walaupun
sebagian besar penduduk di Desa Gisting Atas berpendidikan tinggi namun
tingkat pendidikan perlu ditingkatkan supaya sumber daya manusianya lebih
berkwalitas.
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Gisting Atas terdiri dari berbagai macam
kegiatan pekerjaan, namun dengan demikian yang paling dominan bermata
pencaharian sebagai petani. Secara rinci sebaran penduduk dapat dilihat pada tabel
6 sebagai berikut :
35
Tabel 6. Sebaran Penduduk Desa Gisting Atas BerdasarkanMata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1234567
GuruPetaniBuruh TaniPedagangPeternakPNSLainya
3503.450450
1.625252200435
5,1751,026,6524,033,722,956,43
Jumlah 6.762 100Sumber : Profil Desa Gisting Atas, 2014
Tabel 6 diatas menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Desa Gisting Atas
bermatapencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 3.450 jiwa dengan persentase
51,02 %.Hal ini dikarenakan kondisi dan potensi di Desa Gisting Atas cocok
untuk lahan pertanian. Dengan adanya jumlah petani yang besar akan dapat
meningkatkan produksi pertanian di Desa Gisting Atas.
4.2. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui latar belakang dan identitas responden, maka perlu diketahui
berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan responden, seperti umur, tingkat
pendidikan yang ditamatkan, pekerjaan dan lain-lain. Pada uraian berikut ini
disajikan informasi yang berhubungan dengan keadan responden.
1. Umur
Umur responden dapat mempengaruhi kegiatan bertani dan produktivitas kerja di
sektor pertanian. Menurut Rusli (1983) kriteriaumur produktif seseorang berkisar
antara 15-64 tahun. berdasarkan penelitian di Desa Gisting Atas didapatkan umur
36
respoden yang berbeda-beda antara 25-65 tahun.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel 7. Sebaran tingkat umur responden
No Golongan Umur Jumlah Persentase1 25-35 3 14,282 36-45 7 33,333 46-55 5 23,804 56-65 6 28,57
Jumlah 21 100Sumber : data primer (olahan)
Bedasarkan tabel 7 diatas menunjukan bahwa sebagian besar petani berada pada
rentang kelompok umur 36-45 tahun dengan jumlah 33 %. Dengan melihat umur
angkatan kerja, kelompok umur 36-45 tahun dikatakan golongan umur yang
masih produktif . Dengan kondisi umur petani yang produktif ini maka diharapkan
petani memiliki kemampuan fisik yang kuat sehingga memberikan kontribusi
tenaga kerja yang lebih besar terhadap usahataninya, dengan demikian diharapkan
dapat meningkatkan produksi usahataninya.
3. Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Luas lahan garapan yang di kelola oleh setiap petani akan berpengaruh terhadap
hasil panen. Semakin luas lahan usahatani yang di pergunakan akan memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih besar, dan
sebaliknya. Menurut Hernanto, (1994) menyebutkan klasifikasi luas kepemilikan
lahan yaitu petani luas (lebih dari 2 ha), petani sedang (0,5-2 ha), petani sempit
(0,5) dan buruh tani tidak bertanah. Rata-rata luas lahan kepemilikan petani
responden pada lahan non pekarangan di Desa Gisting Atas adalah 0,58 ha,
termasuk klasifikasi lahan sedang sehingga di perlukan peningkatan modal dan
37
tenaga yang lebih baik untuk dapat meningkatkan produksi sayuran. Sedangkan
rata-rata luas lahan di lahan pekarangan adalah 105,33 m2.
Status kepemilikan lahan terbagi menjadi 2 yaitu pribadi dan sewa. Responden
yang status lahannya sewa adalah responden yang memanfaatkan lahan
pekarangan atau tanah orang lain untuk digarap/dimanfaatkan dan dikenakan
biaya sewa. Rata-rata status kepemilikan lahan pekarangan responden di daerah
penelitian adalah milik pribadi.
4. LamaBerusahatani
Usahatani sayuran telah dilakukan oleh sebagian masyarakat DesaGisting Atas.
Mereka memiliki pengalaman yang bertahun-tahundalam menekuni usahatani
budidaya sayuran. lama berusahatani sayuran di ukur dari berapa lama (tahun)
petani telah menekuni usahataninya. Pengalaman menjalani usahatani suatu
komoditas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
usahatani. Dengan pengalaman yang dimiliki maka petani akan memahami
berbagai hal yang berkaitan dengan komoditas sayuran, dengan pengalaman yang
dimiliki diharapkan petani akan mampu mengelola dan meningkatkan hasil
usahataninya dengan berbagai cara. Petani di DesaGisting Atas memiliki
pengalaman berusahatani yang bervariasi, lama berusahatani petani disajikan pada
tabel 8 berikut ini :
38
Tabel 8. Sebaran lama berusahatani sayuran responden
No Lama berusahatani Jumlah Orang Persentase %12
1-910-19
36
14,2928,57
3 20-29 9 42,854 >30 3 14,29
Jumlah 21 100Sumber : data primer (olahan)
Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukan bahwa sebagian besar respondentelah
memiliki pengalaman berusahatani sayuran lebih dari 10 tahun. Tetapi ada
sebagian kecil responden yang pengalaman usahataninya kurang dari 10 tahun.
Sedangkan petani yang memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun ada 18 orang
atau sekitar 85 %.Sebagian besar petani sayuran telah memiliki pengalaman yang
cukup lama atau lebih dari 15 tahun.
4.3 Keragaan Usahatani Sayuran
1. Penggunaan Benih
Ketersediaan benih merupakan salah satu faktor yang penting dalam berusahatani
sayuran. Uapaya peningkatan produksi sayuran perlu adanya penggunaan benih
yang bermutu. Benih bermutu yaitu benih yang asli, murni, bersih, memiliki
viabilitas tinggi dan sehat. Petani responden memperoleh benih dengan membeli
di kios(agen) dengan harga yang bervariasi.
Pada lahan pekarangan benih yang digunakan adalah kubis, buncis, sawi dan
terung dan penggunaan masing-masing benih untuk kebutuhan lahan pekarangan
bebeda. Pada lahan pekarangan ini benih sayuran yang digunakan berjumlah
antara 0,75 sampai 3bungkus(sesuai kemasan) atau menyesuaiakan dengan luas
39
lahan pekarangan tersebut. untuk di lahan non pekarangan benih yang digunakan
adalah semua jenis sayuran. penggunaan masing-masing benih untuk kebutuhan
lahan pekarangan bebeda dan benih yang digunakan berjumlah antar 1 sampai 15
bungkus(sesuai kemasan) atau menyesuaiakan dengan luas lahan tersebut.
2. Penggunaan Pupuk
Pupuk adalah bahan-bahan organik maupun anorganik yang diberikan pada tanah
guna memperbaiki keadaan fisik tanah sekaligus melengkapai substansi anorganik
yang esensial bagi tanaman. Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi sayuran. Pupuk yang digunakan petani di lahan non
pekarangandan di lahan pekarangan adalah pupuk NPK, Ureadan pupuk Kandang.
Rata – rata penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata penggunaan pupuk dalam per 0,58 Hadi Desa Gisting Ataspada lahan non pekarangan, 2015.
Konsep rumah tangga menunjuk pada arti ekonomi dari satuan keluarga, seperti
bagaimana keluarga itu mengelola kegiatan ekonomi keluarga, pembagian kerja dan
fungsi, kemudian berapa jumlah pendapatan yang diperoleh atau konsumsinya serta
jenis produksi dan jasa yang dihasilkan (Raharjo dalam Ranti, 2009). Jika keluarga
semakin besar, membuka kesempatan bagi pencari pendapatan (income earner) akan
memberikan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga.
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh petani dari usahatani lahan pekarangan
baik berupa komoditi yang dijual maupun komoditi yang dikonsumsi. Pada penelitian
ini, pendapatan rumah tangga berasal dari dua sumber, yaitu dariusahatani non
pekarangan dan usahatani pekarangan. Pendapatan yang diperoleh petani pada
pekarangan merupakan pendapatan sampingan dari pekerjaan utama yaitu non
pekarangan. Usahatani lahan pekarangan merupakan kegiatan yang positif seperti
bercocok tanam tanaman yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan gizi
keluarganya. Hasil dari pemanfaatan lahan pekarangan sebagian besar dimanfaatkan
petani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga sehingga mengurangi beban
pengeluaran untuk belanja konsumsi sayur-sayuran sehari-hari, namun ada juga
45
petani yang sebagian hasil panennya dikonsumsi dan lebihnya dijual. Bagi petani
yang menjual hasil usahataninya, mereka menjual ke warung-warung terdekat rumah
atau pedagang pengumpul untuk dijual ke pasar. Berdasarkan penelitian, besarnya
penerimaan,biaya usahatani,pendapatan dan R/C dapat dilihat pada tabel 17.
46
47
48
Berdasarkan tebel 17 menunjukan pendapatan usahatani sayuran pada lahan non
pekarangan di Desa Gisting Atas yaitu :
1. Buncis
Produksi buncis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,6 ha) yaitu
sebesar 1.238 kgdengan harga jualRp. 4.500, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.5.571.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp.3.448.633,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.2.122.367. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=1,6), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,6 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya.Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 4.881.333, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.689.667.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=1,1), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.1,1 sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada
posisi dengan R/C>1 petanimengalami keuntungan karena penerimaan
lebih besar dari biaya.
2. Kubis
Produksi kubis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,76 ha) yaitu
sebesar 11.900 kgdengan harga jualRp. 2.000, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp 23.800.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
49
Rp.3.220.242, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.20.579.758. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=7,3) yang berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 7,3 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.5.285.928, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.18.514.072.NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=4,5), yang
berarti setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp.4,5 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya.
3. Sawi
Produksi sawi yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,375 ha) yaitu
sebesar 1.250 kgdengan harga jualRp. 3.250, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.4.062.500, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp.770.500,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 3.292.000. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=5,2), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 5,2 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp.2.478.000, rata-rata pendapatan atas biaya total
50
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.1.584.500.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=1,6), yang berarti setiap Rp.1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.1,6 sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada
posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan
lebih besar dari biaya.
4. Terung
Produksi terung yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,25 ha) yaitu
sebesar 350 kgdengan harga jualRp. 3.500, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.1.225.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 627.500,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 597.500. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=1,9), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,9 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 1.440.500, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-215.500.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=0,8), yang berarti petani mengalami kerugian
sebesar Rp.-215.500 (0,8). Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami
kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini dikarenakan
petani terung menggunakan tenaga kerja banyak dari dalam keluarga.
51
5. Rampai
Produksi rampai yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,5 ha) yaitu
sebesar 185 kgdengan harga jualRp. 7.250, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp 1.341.250, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 858.000,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 483.250. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=1,5), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,5 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 1.680.000, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-338.750.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=0,7), yang berarti petani mengalami kerugian
sebesar Rp -215.500 (0,7). Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami
kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini dikarenakan
petani rampai menggunakan tenaga kerja lebih banyak dari dalam
keluarga.
6. Kacang panjang
Produksi kacang panjang yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(0,125
ha) yaitu sebesar 1.500 ikat dengan harga jualRp. 700, sehingga
penerimaaan petani sebesar Rp.1.050.000, biaya tunai yang dikeluarkan
sebesar Rp. 345.000, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh
petani sayuran sebesar Rp. 705.000. NilaiR/C atas biaya tunai adalah
sebesar (R/C=3,0), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk
52
usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 3,2
sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1
petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 749.000, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.301.000.NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=1,4), yang
berarti setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,4 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya.
53
54
Berdasarkan tebel 18 menunjukan pendapatan usahatani sayuran pada lahan
pekarangan di Desa Gisting Atas yaitu :
1. Buncis
Produksi buncis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(115 m2) yaitu
sebesar 90 kgdengan harga jualRp. 4.625, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp 416.250, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 150.750,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.265.500. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=2,7), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,6 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp.420.750, rata-rata pendapatan atas biaya total yang
diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-4.500.NilaiR/C atas biaya total
adalah sebesar (R/C=0,5), yang berarti Pada posisi dengan R/C<1 petani
mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini
dikarenakan produksi yang kecil dan petani di lahan pekarangan
menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga.
55
2. Kubis
Produksi kubis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(126,4 m2) yaitu
sebesar 400 kg dengan harga jualRp. 2000, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp 800.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 113.050,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 686.950. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=7,0), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 7,0 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp. 367.075, rata-rata pendapatan atas biaya total
yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.432.925.NilaiR/C atas biaya
total adalah sebesar (R/C=2,1), yang berarti setiap Rp.1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.2,1sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi
dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya.
3. Sawi
Produksi sawi yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(103,43 m2) yaitu
sebesar 450 kg dengan harga jualRp. 1.393, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.626.850, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp. 88.725,
rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp. 538.125,00. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=7,0), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
56
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 7,0 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C > 1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya
total yang dikeluarkan sebesar Rp.356.799, rata-rata pendapatan atas biaya
total yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.270.051.NilaiR/C atas
biaya total adalah sebesar (R/C=1,7), yang berarti setiap Rp.1,00 yang
dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan
sebesar Rp.1,7sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi
dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih
besar dari biaya.
4. Terung
Produksi terung yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan(79,2 m2) yaitu
sebesar 100 kgdengan harga jualRp. 1.625, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.162.500, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp.69.430, rata-
rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.93.070. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar (R/C=2,3), yang
berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,3 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami keuntungan
karena penerimaan lebih besar dari biaya. Sedangkan biaya total yang
dikeluarkan sebesar Rp.420.750, rata-rata pendapatan atas biaya total yang
diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-136.493.NilaiR/C atas biaya total
adalah sebesar (R/C=0,9), yang berarti Pada posisi dengan R/C<1 petani
mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya. Hal ini
57
dikarenakan produksi terung yang kecil dan petani terung di lahan
pekarangan menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga. Jika tenaga
kerja dari dalam diperhitungkan HOK nya maka petani mengalami
kerugian, tetapi jika tenaga kerja dari dalam keluarga tidak diperhitungkan
HOK nya, maka petani menagalami keuntungan.
Hasil analisis penelitian menunjukkanrata-rata peningkatan pendapatan petani
dalam melaksanakan pemanfaatan lahan pekarangan tidak besar sehingga
perubahan atau penambahan pada pendapatan rumah tangga petani juga tidak
terlalu besar. Hal ini disebabkan karena rata-rata petani hanya memiliki luas lahan
yang kecil dan lahan tidak dimanfaatkan secara optimal sehingga mempengaruhi
hasil produksi usahatani. Besar kecilnya pendapatan petani dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya berapa besar produksi yang diperoleh, berapa besar
tingkat harga jual sayuran yang dijual oleh masing-masing petani, luas lahan yang
dimiliki oleh petani dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani.
58
59
60
Berdasarkan tebel 19 menunjukan pendapatan usahatani sayuran pada lahan non
pekarangan dengan rata-rata luas lahan per 1 Ha di Desa Gisting Atas yaitu :
1. Buncis
Produksi buncis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 ha yaitu
sebesar 2.063kgdengan harga jualRp.4.500, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp. 9.285.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.5.747.722, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.3.537.278. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=1,6), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,6 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.8.135.555, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.1.149.445. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=1,1), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,1 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
61
2. Kubis
Produksi kubis yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 ha yaitu
sebesar 15.658 kgdengan harga jualRp.2000, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp.31.315.789, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.4.237.161, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.27.078.629. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=7,3), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 7,3sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.6.955.168, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.24.360.621. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=4,5), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 4,5 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
3. Sawi
Produksi sawi yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 hektar
yaitu sebesar33.333kgdengan harga jualRp. 3.250, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp.10.833.333, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.2.054.667, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.8.778.667. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
62
(R/C=5,2), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.5,2 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.608.000. rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar
Rp.4.225.333. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=1,6), yang
berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani sayuran akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,6 sehingga usahatani sayuran ini
menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
4. Terung
Produksi terung yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per hektar
yaitu sebesar1.400kgdengan harga jualRp.3.500, sehingga penerimaaan
petani sebesar Rp. 4.900.000, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.2.510.000, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.2.390.000. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=2), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.2,sehingga usahatani
sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.5.762.000, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp.-
862.000. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=0,9), yang berarti
63
Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami kerugian karena
penerimaan lebih kecil dari biaya, Hal ini dikarenakan produksi terung
yang kecil.
5. Rampai
Produksi rampai yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per 1 ha yaitu
sebesar370kgdengan harga jualRp.7.250, sehingga penerimaaan petani
sebesar Rp.2.682.500, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar
Rp.1.716.000, rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani
sayuran sebesar Rp.966.500. NilaiR/C atas biaya tunai adalah sebesar
(R/C=1,5), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,5sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.3.360.000, rata-rata
pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran sebesar Rp. -
677.500. NilaiR/C atas biaya total adalah sebesar (R/C=0,9), yang berarti
Pada posisi dengan R/C<1 petani mengalami kerugian karena
penerimaan lebih kecil dari biaya, Hal ini dikarenakan produksi rampai
yang kecil.
6. Kacang Panjang
Produksi kacang panjang yang diperoleh dengan rata-rata luas lahan per
1 ha yaitu sebesar 12.000 ikatdengan harga jualRp. 4.500, sehingga
penerimaaan petani sebesar Rp. 8.400.000, biaya tunai yang dikeluarkan
64
sebesar Rp. 2.760.000. rata-rata pendapatan atas biaya tunai yang
diperoleh petani sayuran sebesar Rp. 5.640.000. NilaiR/C atas biaya tunai
adalah sebesar (R/C=3), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan
untuk usahatani sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3
sehingga usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan
R/C>1 petani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari
biaya. Sedangkan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 5.992.000,
rata-rata pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani sayuran
sebesar Rp. 2.408.000. Nilai R/C atas biaya total adalah sebesar
(R/C=1,4), yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan untuk usahatani
sayuran akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,4 sehingga
usahatani sayuran ini menguntungkan. Pada posisi dengan R/C>1 petani
mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
Berdasarkan perhitungan analisis pendapatan sayuran di lahan non pekarangan
dengan luas lahan rata-rata per 1 hektar, sayuran yang memiliki R/C tertinggi
adalah kubis (4,5), Kemudian diikuti dengan sayuran lainya yaitu sawi (1,6),
kacang panjang (1,4), buncis(1,1), terung (0,8), rampai (0,7). untuk sayuran terung
dan rampai R/C kurang dari 1, yang artinya usahatani tersebut mengalami
kerugian.
Kombinasi sayuran antara lahan non pekarangan dan lahan pekarangan adalah
kubis dengan kubis, dengan luas lahan 1 hektar di non pekarangan akan
mengahsilkan R/C sebesar 4,5 dan dengan luas lahan 126,4 m2 akan
menghasilkan R/C sebesar 2,1.
65
4.4 Kontribusi Pendapatan Lahan Pekarangan
Kontribusi adalah besarnya sumbangan yang diberikan dari suatu kegiatan atau
pekerjaan terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan petani dari usahatani
lahan pekarangan terhadap pendapatanpetani sayur, telah memberikan kontribusi
yang cukup membantu pendapatan rumah tangga petani. Mencermati harga-harga
kebutuhan konsumsi sehari-hari mahal di Desa Gisting Atas Kecamatan Gisting dan
harga beberapa komoditi sayuran meningkat, petani merasakan dapat menekan
pengeluaran konsumsi makanan sehari-hari, sehingga petani memanfaatkan lahan
pekarangan mereka untuk berusahatani.
Agar dapat mengetahui besarnya kontribusi rata-rata pendapatan petani dalam
menjalankan usahatani lahan pekarangan terhadap peningkatan pendapatan rumah
tangga, maka digunakan rumus menurut (Handayani, 2009) Sehingga didapat rata-
rata kontribusi pendapatan yang diberikan petani terhadap pendapatan rumah
tangga dalam menjalankan pemanfaatan lahan pekarangan adalah sebagai berikut :
QxP = x 100%
Qy
P= Kontribusi pendapatan tanaman sayuran pada lahan pekarangan (%)
Qx= Pendapatan dari penjualan sayuran pada lahan pekarangan (Rp/panen)
Qy= Pendapatan total sayuran pada lahan usahatani non pekarangan dan lahan
pekarangan (Rp/panen).
561.983P = x 100%
21.096.972
P = 2,7 %
66
Hasil penelitian menujukkan rata-rata kontribusi yang telah disumbangkan petani
lahan pekarangan terhadap pendapatan petani sayuradalah sebesar 2,7 %, dengan
rincian pendapatan lahan non pekarangan sebesar Rp.20.534.989, pendapatann
pekarangan sebesar Rp. 561.983 dan dengan pendapatan total sebesar Rp.
21.096.972, sehingga kontribusi yang didapatkan adalah sebesar 2,7%.Walaupun
kontribusinya tidak besar, namun kegiatan usahatani lahan pekarangan dirasakan
petani berperan cukup penting dalam menambah pendapatan rumah tangga dan
dapat mengurangi pengeluaran serta telah memberi manfaat baik secara ekonomi
maupun sosial.
Manfaat tidak tunai artinya hasil panen dari usahatani lahan pekarangan tidak
hanya berupa uang dan jika diuangkan akan sejumlah nominal yang diuraikan
diatas. Manfaat tidak tunai tersebut adalah hasil usahatani lahan pekarangan lebih
besar dimanfaatkan petani untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari rumah tangga
sehingga dapat menekan pengeluaran belanja. Rata-rata pendapatan yang
merupakanmanfaat tidak tunai artinya dari hasil panen usahatani, petani tidak lagi
membeli sayuran untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari untuk beberapa hari
kedepan dan pengeluaran yang seharusnya digunakan untuk belanja kebutuhan
dapat ditabung petani untuk keperluan lainnya seperti kebutuhan sekolah anak dan
belanja lainnya.
Manfaat lain dari adanya pemanfaatan lahan pekarangan ini adalah :
1. Untukmenanambah pendapatan petani yang bersifat positif di Desa Gisting
Atas dengan melakukan usahatani sayuran.
67
2. Menciptakan keterampilan baru dalam bercocok tanam bagi petani serta
dapat memperindah pekarangan rumah dan memenuhi gizi keluarga.
3. Berfungsi sebagai sumber ekonomi melainkan juga memberi sumbangan
sosial di masyarakat. Di masa lalu petani, jika hendak memenuhi
kebutuhan sandang dan alat-alat rumah tangga, menjual hasil panenan
pekarangan ke pasar.
4. Menjadi sarana sosialisasi dengan tetangga sekitar. Ketika petani
memanen hasil pekarangannya, mereka berbagi antar tetangga dan saling
bersilaturahmi bahkan tidak jarang petani saling bertukar informasi tentang
usahatani yang mereka lakukan.
68
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Rata-rata pendapatan yang diperoleh petani di lahan non pekarangan
adalah sebesar Rp. 20.534.989 dan di lahan pekarangan adalah sebesarRp.
561.983 jadi total pendapatan petani adalah sebesar Rp. 21.096.972
2. Kontribusi sayuran dari pemanfaatan lahan pekarangan terhadap
pendapatan petani sayuran adalah sebesar 2,7 %. Walaupun kontribusinya
tidak besar, namun kegiatan usahatani lahan pekarangan dirasakan petani
berperan cukup penting dalam menambah pendapatan rumah tangga dan
dapat mengurangi pengeluaran serta telah memberi manfaat baik secara
ekonomi maupun sosial.
5.2 Saran
1. Peran penyuluh untuk mengenalkan potensi lahan pekarangan kepada
masyarakat sebagai bentuk solusi untuk memenuhi gizi keluarga dan
menambah pendapatan rumah tangga.
2. Penyuluh berperan penting dalam memberikan pengetahuan yang diperlukan
masyarakat, seperti pengetahuan tentang budidaya dan pemasaran usahatani.
3. Memberikan pelatihan dalam bentuk bercocok tanam yang baik merupakan
solusi yang mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
dalam berusahatani.
69
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2001.Memanfaatkan Lahan Pekarangan Sebagai Apotik Hidup. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anita, A. 2005.Pengaruh Ibu Rumah Tangga yang Bekerja di Luar Sektor Pertanian Terhadap Pendapatan Keluarga. Studi Kasus : Desa Purwosari Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang. Semarang : Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Ekonomi.
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/indeks/assoc/HASHdaff.dir/doc.pdf,diakses pada tanggal 15 November 2014).
Anonim, 2009.Manfaatkan Pekarangan Rumah yang Sempit Menjadi Lahan Produktif.http://iconagry.com/2009/09/tekan-budaya-konsumtif-mulailah.html diakses 15 November 2014.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Ashari, dkk.2012. Potensi Dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan.Artikel.Bogor.
Badan Pusat Statistik.Provonsi Lampung. 2013.
Balai Pekon Gisting Atas. 2014.
Dinas Pertanian Perikanan Dan Kehutanan. Kabupaten Tanggamus. 2013.
Ginting, M. 2010. Pekarangan Petani Dan Kemiskinan. Gadjah Mada University press.Yayasan Agroekonomika.
Guritno, 1992.Kamus Ekonomi (Bisnis & Perbankan).Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Handayani, M.2009. Kontribusi pendapatan ibu rumah tangga pembuat makanan olahan terhadap total pendapatan keluarga. Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.Volume V No. 1 Juli 2009.Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Univ.Udayana.
Hernanto. 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
70
Hernanto. 1994. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mubiyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3 ES. Jakarta.
Nurmanaf, A. R. 2006. Peranan Sektor Luar Pertanian Terhadap Kesempatan Dan Pendapatan Di Pedesaan Berbasis Lahan Kering. Jurnal SOCA vol 8. no3. November 2008, hal 318-322.
Ranti, D. 2009. Peranan Program Pemberdayaan Pertanian Lembaga Amil Zakat (LAZ) Swadaya Ummah terhadap Peningkatan Pendapatan Petani di Kelurahan Kulim Kecamatan Tanayan Raya Kota Pekanbaru. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNRI. Pekanbaru.
Riah. 2005. Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rohaidah, I. 2014. Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Agribisnis Universitas Siliwangi.Tasikmalaya.
Roza, Y.2012. Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan Terhadap Ekonomi Rumah Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan.Volume 3,
Nomor 2, Desember 2012.Riau.
Rusli. 1983. Perkembangan pertanian. Bali pustaka. Yogyakarta.
Sapril,M.2012“Kontribusi Penerimaan Penjualan Limbah Kotoran Ternak Unggas Terhadap Penerimaan Total Peternak Ayam Petelur di Kec.Kulo Kab Sidrap.Skripsi. Universitas Muhamadiyah. Makasar.
Soeharjo, Dan Patong. 1973. Sendi-Sendi pokok Usahatani. Depertemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ilmu Pertanian Bogor. Bogor.
Soekartawi.1991. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja. Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 1986. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. PT. Raja. Grafindo Persada. Jakarta.
Sopiah, P. 2006. Menghijaukan Pekarangan Dengan Tanaman yang Bermanfaat PT Sinergi Pustaka. Jakarta.
Silvia, M. 2014. Pengertian Pertanian Hortikultura.
71
http://hutantani.com/2014/ pengertian pertanian hortikultura, diakses pada tanggal 15 Februari 2015.
Sumarwan. 2005. Ilmu Usaha Tani. Kanisius.Yogyakarta.
Sutarya. 2012. Perakitan Teknologi, Pengelolaan Tanamana Terpadu, Teknologi Produksi Dan Penggunaaan Benih Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
www.balitsa.litbang.deptan.go.id.
Sutriadi.2003. Pengaruh Pemupukan Nitrogendi Atas Dosis Rekomendasiterhadap Produksi Tananaman Sayurandan Pendapatan Petanidi Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wownosobo. Penelitian Badan Litbang Pertanian. Cimanggu Bogor.
Tim penulis. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Vincent, Yamaguchi, M. 1999.Sayuran Dunia 3. Institut Tekhnologi Bandung. Bandung.
Lampiran 1.Kuisionerresponden
KUISIONER POTENSI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI SAYURAN DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS.
1. IDENTITAS RESPONDEN
Namaresponden : ..............................................................................Umur : ..............................................................................Alamat : ..............................................................................Jeniskelaminresponden :...............................................................................Luastanahusahatani : ..............................................................................Status kepemilikanlahan : ..............................................................................Jenistanaman yang di tanam:Lama berusahatani ...............: ..............................................................................
kg2.500 282.500 163 kg 2.500 407.500 88 kg 2.500 220.000 50 kg 2.500 125.000
Pupuk urea 300 kg 2.000 600.000 163kg 2.000 326.000 75 kg 2.000 150.000 0 0 0Pupuk kandang 500 kg 200 100.000 650 kg 200 130.000 1000 kg 200 200.000 500 kg 200 100.000Ajir/ bambu 375.000 0 0 0Obat-obatan 448.000 579.500 140.500 70.000Tk. Luar keluarga 1.308.333 1.216.042 0 262.500Total biaya tunai 3.448.633 3.220.242 770.500 627.500
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 95.200 98.900 107.500 88.000TK. dalam keluarga 1.337.500 1.966.786 1.600.000 725.000Total biaya diperhitungkan 1.432.700 2.065.686 1.707.500 813.000
Total Biaya 4.881.333 5.285.928 2.478.000 1.440.500
Pendapatan1.pendapatan tunai 2.122.367 20.579.758 3.292.000 597.500ll. Pendapatan total 689.667 18.514.072 1.584.500 -215.500R/C atas biaya tunai 1,6 7,3 5,2 1,9R/C atas biaya total 1,1 4,5 1,6 0,8
57
Lanjutan tabel 17
Uraian Rampai k.pnjangPenerimaan Fisik Harga(Rp) Nilai(Rp) Fisik harga (Rp) nilai Rp)
185 kg 7.250 1.341.250 1.500 ikat 700 1.050.000
Biaya produksi1.Biaya tunai
Benih 1,5 bks 30.000 45.000 3 bks 15.000 45.0000
Pupuk npk 88 kg 2.000 176.000 50 kg 2.500 125.000Pupuk urea 100 kg 2.000 200.000 1.500 kg 0 0Pupuk kandang 60 kg 200 12.000 0 0Ajir/ bambu 0 700 100.000Obat-obatan 75.000 75.000Tk. Luar keluarga 350.000 0Total biaya tunai 858.000 345.000
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 72.000 79.000TK. dalam keluarga 750.000 325.000Total biaya diperhitungkan 822.000 404.000
Total Biaya 1.680.000 749.000
Pendapatan1.pendapatan atas biaya tunai 483.250 705.000ll. Pendapatan atas biaya total -338.750 301.000R/C atas biaya tunai 1,5 3,0R/C atas biaya total 0,7 1,4
Sumber : data primer ( data olahan 2015)
57
Tabel 18. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C per usahatani (105,33 m2) pada lahan pekarangan di Desa Gisting Atas , 2015
Uraian Buncis Kubis Sawi TerungFisik Harga
(Rp)Nilai(Rp)
Fisik Harga (Rp)
Nilai (Rp) Fisik Harga (Rp)
Nilai (Rp) Fisik Harga (Rp)
Nilai (Rp)
Penerimaan 90 kg 4.625 416.250 400 kg 2.000 800.000 450 kg 1.393 626.850 100 kg 1.625 162.500
Pupuk npk 9 kg 3.500 31.500 5 kg 3.500 17.500 5 kg 3.500 17.500 4 kg 3.500 14.000Pupuk urea 7 kg 2.000 14.000 4 kg 2.000 8.000 4 kg 2.000 8.000 4 kg 2.000 8.000Pupuk kandang 61,25 kg 200 12.250 0,6 kg 200 14.800 88 kg 200 17.600 68,3 kg 200 13.660Ajir/ bambu 3 batang 16.250 48.750 0 0 0Obat-obatan 21.750 32.250 23.125 22.395Tk. Luar keluarga - - - -Total biaya tunai 150.750 113.050 88.725 69.430
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 76.250 68.400 64.800 78.000TK. dalam keluarga 193.750 185.625 203.274 151.563Total biaya diperhitungkan 270.000 254.025 268.074 229.563
Total Biaya 420.750 367.075 356.799 298.993
Pendapatan1.Pendapatan atas biaya tunai 265.500 686.950 538.125 93.070ll. Pendapatan atas biaya total -4.500 432.925 270.051 -136.493R/C atas biaya tunai 2,7 7,0 7,0 2,3R/C atas biaya total 0,9 2,1 1,7 0,5
Sumber : data primer ( data olahan 2015)
57
Tabel 19. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C pada lahan non pekarangan dengan luas lahan per hektar di Desa Gisting Atas , 2015
Uraian Buncis Kubis Sawi Terung
FisikHarga(Rp)
Nilai(Rp)
fisikHarga (Rp)
Nilai (Rp)
FisikHarga (Rp)
Nilai(Rp)
FisikHarga(Rp)
Nilai(Rp)
Penerimaan 2.063 kg 4.500 9.285.000 15.658 kg 2.000 31.315.789 3.333 kg 3.250 10.833.333 1.400 kg 3.500 4.900.000
Pupuk npk 188 kg 2.500 470.833 214 kg 2.500 536.184 235 kg 2.500 586.667 200 kg 2.500 500.000Pupuk urea 500 kg 2.000 1.000.000 214 kg 2.000 428.947 200 kg 2.000 400.000Pupuk kandang 833 kg 200 166.667 855 kg 200 171.053 2.667 kg 200 533.333 2.000 kg 200 400.000Ajir/ bambu 625.000Obat-obatan 746.667 762.500 374.667 280.000Tk. Luar keluarga 2.180.555 1.600.055 1.050.000Total biaya tunai 5.747.722 4.237.161 2.054.667 2.510.000
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 158.667 130.132 286.667 352.000TK. dalam keluarga 2.229.167 2.587.876 4.266.667 2.900.000Total biaya diperhitungkan 2.387.833 2.718.008 4.553.333 3.252.000
Total Biaya 8.135.555 6.955.168 6.608.000 5.762.000
Pendapatan1.pendapatan tunai 3.537.278 27.078.629 8.778.667 2.390.000ll. Pendapatan total 1.149.445 24.360.621 4.225.333 -862.000R/C atas biaya tunai 1,6 7,3 5,2 1,9R/C atas biaya total 1,1 4,5 1,6 0,8
58
57
Lanjutan tabel 19
Uraian Rampai k.pnjangFisik Harga(Rp) Nilai(Rp) Fisik harga (Rp) nilai Rp)
Penerimaan 370 kg 7.250 2.682.500 12.000 ikat 700 8.400.000
Biaya produksi1.Biaya tunai
Benih 3 bks 30.000 90.000 24 kg 15.000 360.000
Pupuk npk 176 kg 2.000 352.000 400 kg 2.500 1.000.000Pupuk urea 200 kg 2.000 400.000Pupuk kandang 120 kg 200 24.000Ajir/ bambu 800.000Obat-obatan 150.000 600.000Tk. Luar keluarga 700.000Total biaya tunai 1.716.000 2.760.000
ll. Biaya diperhitungkanPenyusutan Alat 144.000 632.000TK. dalam keluarga 1.500.000 2.600.000Total biaya diperhitungkan 1.644.000 3.232.000
Total Biaya 3.360.000 5.992.000
Pendapatan1.pendapatan atas biaya tunai 966.500 5.640.000ll. Pendapatan atas biaya total -677.500 240.8000R/C atas biaya tunai 1,5 3R/C atas biaya total 0,7 1,4
Sumber : data primer ( data olahan 2015)
57
Lampiran 13 . Pendapatan Pada Lahan Non Pekarangan dengan memperhitungkan Tenaga Kerja Luar Keluarga.