POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI (Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Sharfina Putri Kartika 1111046100065 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H
123
Embed
POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30015/1/SHARFINA... · berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH
UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI
(Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Syariah ………………………………………. 41
Tabel 3.2 Kriteria Nilai NPF ………………………………………………… 44
Tabel 3.3 Kriteria Nilai LR ………………………………………….............. 45
Tabel 3.4 Kriteria Nilai GCG ………………………………………………... 45
Tabel 3.5 Kriteria Nilai ROA ………………………………………………... 46
Tabel 3.6 Kriteria Nilai NCOM ……………………………………………... 47
Tabel 3.7 Kriteria Nilai CAR ………………………………………………... 48
Tabel 4.1 Hasil NPF BUS Tahun 2010-2014 ………………………………. 54
Tabel 4.2 Hasil Liqudity Risk BUS Tahun 2010-2014 ………………........... 55
Tabel 4.3 Peringkat Seluruh Komponen Profil ……………………………… 56
Resiko BUS Tahun 2010-2014
Tabel 4.4 Hasil dan Peringkat GCG Bank Umum Syariah …………………. 58
Tabel 4.5 Hasil ROA Bank Umum Syariah …………………………............ 59
Tabel 4.6 Hasil NCOM Bank Umum Syariah ………………………............. 60
viii
Tabel 4.7 Hasil CAR Bank Umum Syariah …………………………............. 61
Tabel 4.8 Peringkat Komposit BUS ………………………………….. …….. 63
Metode RGEC Tahun 2010-2014
Tabel 4.9 Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) ………………………. 64
Tabel 4.10 Total Aktiva (Total Assets) ……………………………….............. 65
Tabel 4.11 Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1) ………………….. 66
Tabel 4.12 Laba Ditahan (Retained Earning) ………………………………… 67
Tabel 4.13 Hasil Retained Earning to Total Asset (X2) ……………………… 68
Tabel 4.14 EBT (Laba Sebelum Pajak) ……………………………………… 70
Tabel 4.15 Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Asset ………………… 71
Tabel 4.16 Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity) ……………………… 72
Tabel 4.17 Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt) ……………............. 73
Tabel 4.18 Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4) …............ 74
Tabel 4.19 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010 ………………………….. 76
Tabel 4.20 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2011 ………………………….. 77
Tabel 4.21 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012 ………………………….. 78
Tabel 4.22 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013 ………………………….. 79
Tabel 4.23 Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014 ………………………….. 80
Tabel 4.24 Rata-Rata Nilai Variabel Altman Z-Score Modifikasi ………….. 81
ix
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Rata-Rata Nilai Z-Score BUS Tahun 2010-2014 ………………… 81
Grafik 4.2 Nilai Z-Score Tertinggi Tahun 2010-2014 ………………………. 82
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Hitung Net Working Capital Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 2 Angka-Angka Dalam Variabel Z-Score Bank Umum Syariah 2010-
2014
Lampiran 3 Hasil Hitung Nilai Rasio Dari Variabel Z-Score X1, X2, X3, dan X4
Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 4 Hasil Hitung Nilai Z-Score Masing-Masing Bank Umum Syariah
2010-2014
Lampiran 5 Hasil Hitung Rasio Dalam RGEC
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global.
Termasuk pula imbas dari krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang
menerpa negara-negara lainnya dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara
global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International Monetary
Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari
3.9% pada 2008 menjadi 2.2% pada tahun 2009. Perlambatan ini tentu saja pada
gilirannya akan mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada akhirnya
berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional.1
Krisis ekonomi yang berakibat pada guncangan sistem keuangan global ini sangat
mempunyai dampak pada sektor perbankan di Indonesia, terutama untuk bank
konvensional. Perbankan konvensional sangat mengalami dampak negatif dari krisis
ekonomi global yang terjadi, dikarenakan bank konvensional Indonesia memiliki
tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global. Selain itu, bank
konvensional sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga.
Bunga yang telah ditentukan ini jumlahnya lebih besar daripada jumlah bunga yang
1 Dikutip dari Maikel Jefriando, “Menkeu Bambang: Bank Syariah Lebih Tahan Menghadapi
Krisis”, artikel diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://finance.detik.com/read/2015/04/14/122700/2886801/5/menkeu-bambang-bank-syariah-lebih-tahan-menghadapi-krisis
Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1 (2009): h.18.
8
menurut penjelasan sebelumnya model Altman modifikasi ini dapat digunakan untuk
perusahaan non manufaktur. Serta melengkapi penelitian ini dengan penilaian tingkat
kesehatan bank umum syariah di Indonesia menggunakan metode RGEC yang
merupakan model analisis yang memang diterapkan dalam mengukur tingkat
kesehatan bank di Indonesia.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penilaian kondisi keuangan bank umum syariah dengan
mengacu pada laporan keuangan dan laporan GCG bank umum syariah yang telah
berdiri dari tahun 2010-2014. Untuk menilai tingkat kesehatan bank umum syariah
dengan menggunakan metode RGEC, pada metode RGEC ini yang menjadi faktor
penelitian ada empat yaitu, risk profile, good corporate governance, earning dan
capital.
Selain menilai tingkat kesehatan bank umum syariah, penelitian ini juga
memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan model Altman Z-Score modifikasi.
Rasio yang digunakan dalam model analisis Z-Score ini ada empat macam yaitu net
working capital to total assets (modal kerja bersih terhadap aktiva), retained earnings
to total assets (laba ditahan terhadap aktiva), earning before interest and tax to total
assets (laba sebelum bunga dan pajak terhadap aktiva) dan book value of equity to
book value of debt (nilai buku ekuitas terhadap nilai buku kewajiban).
9
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini agar dapat
dijawab adalah:
a. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia selama periode
2010-2014 menggunakan metode RGEC?
b. Bagaimana prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia selama
periode 2010-2014 menggunakan model Altman Z-score modifikasi?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
a. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi tingkat kesehatan bank
umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014 menggunakan metode
RGEC.
b. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi prediksi potensi
kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014
menggunakan model Altman Z-Score modifikasi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis,
yaitu:
10
a. Manfaat Teoritis:
1) Untuk mengetahui secara lebih lengkap dan jelas hal-hal apa saja yang
mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebangkrutan pada bank umum syariah
dan dapat pula mempraktekkan dan membuktikan secara langsung teori-teori
yang didapat semasa perkuliahan.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan dan bahan
pembelajaran bagi para akademisi, khususnya yang berhubungan langsung
dengan masalah prediksi kebangkrutan.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi bank umum
syariah dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dalam
masalah keuangan.
2) Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan
kinerja keuangan bank umum syariah, agar dapat terus bertahan dan bersaing
dalam industri perbankan nasional.
3) Hasil penelitian memberikan informasi kondisi bank umum syariah di
Indonesia khususnya bagi pihak ketiga karena dapat dijadikan masukan dalam
pengambilan keputusan ketika akan melakukan investasi, sehingga kerugian
dari kesalahan investasi dapat diketahui sejak dini.
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi”
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
11
2012. Penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi
dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan landasan teori dalam penelitian yang didasarkan
pada teori-teori yang relevan, lalu membahas review studi terdahulu
yang fokus penelitiannya mirip dengan penelitian yang sedang
dilakukan dan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian, sampel penelitian, jenis dan sumber data, serta metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian.
12
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan
interpretasi hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saran yang
yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perbankan Syariah
1. Pengertian dan Fungsi Bank Syariah
Pengertian bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1
butir 7 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah.1 Perbankan syariah di Indonesia menurut kelembagaannya dapat
dibagi tiga kelompok yaitu bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan
bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).
Perkembangan landasan hukum yang mengatur segala tentang perbankan syariah
di Indonesia secara singkat diawali oleh:2
a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan
Secara substansi undang-undang ini lebih banyak membahas tentang bank
konvensional daripada bank syariah. Undang-undang ini hanya menyatakan dalam
pasal 1 butir 12 bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil.3
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah 2 Dikutip dari artikel Abdul Rasyid, “Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, diakses pada 20
Oktober 2015 dari http://business-law.binus.ac.id/2015/06/02/hukum-perbankan-syariah-di-indonesia.
3 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan, diakses pada 20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
14
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari UU No.7 Tahun 1992. Dalam
undang-undang ini diatur secara jelas bahwa baik bank umum maupun BPR dapat
menjalankan operasionalnya dan melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).4
c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Aspek baru yang diatur dalam undang-undang ini adalah terkait dengan tata kelola
resiko (risk menagement), penyelesaian sengketa, otoritas fatwa dan komite
perbankan syariah serta pembinaan dan pengawasan perbankan syariah.5
4 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada
20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
15
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Dalam UU No. 21 Tahun
2008 pasal 3, tujuan perbankan syariah adalah “menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat”.6
Fungsi bank selama ini dikenal sebagai intermediary (penghubung) antara pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Selain menjalankan
fungsi jasa keuangan seperti yang disebutkan tersebut, maka dalam bank syariah
memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah bukan
hanya berperan sebagai sebuah lembaga usaha, tapi juga berperan sebagai lembaga
sosial.7 Menurut Sofyan Harahap fungsi bank syariah yaitu manajer investasi,
investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial:8
a. Manajer Investasi
Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana dimana dana
yang dikumpulkan tersebut disalurkan pada pembiayaan produktif, sehingga dana
yang disalurkan tersebut memperoleh keuantungan yang dapat dibagihasilkan
antara pihak bank syariah dengan pemilik dana.
6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, “Tentang Perbankan Syariah”,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah 7 Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontenporer, (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), h. 54. 8 Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE – Usakti), 2004), h. 5–8.
16
b. Investor
Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana
pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi
yang sesuai dengan syariah.
c. Jasa Keuangan
Bank syariah memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, dan
lain sebagainya, hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah
yang tidak boleh dilanggar.
d. Fungsi Sosial
Bank syariah memberikan pelayanan sosial melalui dana Qardh (pinjaman
kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 9
Fungsi ini juga yang membedakan atara fungsi bank konvensional dengan fungsi
bank syariah.
2. Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Menurut Kasmir, laporan keuangan secara sederhana adalah “laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode
tertentu”.10 Dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK) No 101 laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan
9 Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah”,h., 7-8 10 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 7
17
penggunaan dana zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS), laporan sumber dan penggunaan
dana qardhul hasan, dan catatan atas laporan keuangan11.
Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Selain itu, tujuan lainnya yang diungkapkan oleh Sri Nurhayati dan Wasilah adalah
sebagai berikut:12
a. Meningkatkan kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah.
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi harta,
kewajiban, pendapatan, dan beban.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanaman
modal dan pemilik dana syirkah temporer serta informasi mengenai pemenuhan
kewajiban fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah dan wakaf.
11 Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No 101 Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: IAI,
2007), h. 101.3. 12 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
h. 93.
18
3. Pengguna Laporan Keuangan Bank Syariah
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
diperbandingkan. Maka dari itu, laporan keuangan dibuat untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi setiap pengguna dari laporan keuangan tersebut sehingga pengguna
laporan keuangan tersebut dapat mengambil keputusan dalam investasi dan
pendanaan.13
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bank syariah yaitu:
Shahibul maal (pemilik dana), kreditur, pembayar zakat, infak dan shadaqah,
pemegang saham, otoritas pengawas syariah, pemerintah, lembaga penjamin
simpanan dan masyarakat.14
4. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penilaian terhadap kondisi
keuangan perusahaan yang dilakukan secara cermat dan tepat untuk membantu
mengetahui posisi keuangan perusahaan dan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan perusahaan.15 Sofyan S. Harahap mendefinisikan analisis
laporan keuangan adalah “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
13 Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer h. 85-86 14 Ikatan Akuntansi Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, h. 1.2 15 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 66.
19
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.16
Alat yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yang biasa digunakan
adalah rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas,
analisis laba kotor, break even point dan rasio lainnya.17 Teknik analisis laporan
keuangan ada dua jenis, yaitu teknik analisis horizontal dan teknik analisis vertikal.
Teknik analisis horizontal adalah teknik analisis dengan membandingkan laporan
keuangan untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perkembangannya,
sedangkan teknik analisis vertikal adalah analisis laporan keuangan yang hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja dengan membandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut.18
B. Kebangkrutan (Bankruptcy)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 butir
1 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, kepailitan adalah
sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Menurut Sentosa Sembiring bangkrut mengacu pada “hukum
kepailitan negara Anglo Saxon yang menyebutnya Bankruptcy yang berarti
16 Sofyan S. Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, h. 333. 17 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan,h.5. 18 Ibid., h. 64.
20
ketidakmampuan membayar utang”19. Kata Bankruptcy kemudian bila diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi bangkrut.
Menurut Munawir secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi
dua faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor eksternal, baik yang bersifat
khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan atau yang bersifat umum. 20
1. Faktor Internal adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri,
yang meliputi sebab finansial dan non finansial:21
a. Sebab yang meliputi bidang finansial, yaitu:
1) Utang yang terlalu besar, menimbulkan beban tetap yang berat bagi
perusahaan.
2) Adanya “current liabilities” yang lebih besar daripada “current assets”.
3) Banyaknya piutang yang tidak tertagih.
4) Kesalahan dalam kebijakan pemberian deviden.
5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.
b. Sebab yang meliputi bidang non finansial, yaitu:
1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan.
2) Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.
3) Kesalahan dalam memilih pimpinan perusahaan.
4) Adanya “managerial incompetency”.
19 Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang Terkait
dengan Kepailitan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), h.11. 20 Munawir S., Analisis Informasi Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h. 289. 21 Ibid., h. 289.
21
2. Faktor eksternal adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan
dan yang berada di luar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau
badan usaha, contohnya:22
a. Adanya persaingan yang hebat.
b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan.
c. Turunnya harga-harga dan lain sebagainya.
Informasi mengenai kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:23
1) Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang
akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang
ada.
2) Investor
Mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan
tersebut.
3) Pihak pemerintah
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan
lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
22 Ibid., h. 290. 23 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2007), h. 261.
22
4) Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha karena
akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
5) Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif
sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari atau diminimalisasi.
C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pasal 29 tentang Perbankan,
bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.24 Selanjutnya menurut Peraturan Bank
Indonesia No 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal
2 ayat 3 “bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan
pendekatan resiko (Risk Based Bank Rating) baik secara individual maupun
konsolidasi”.25 Peraturan BI ini berlaku bagi seluruh bank umum, baik bank
konvensional ataupun bank syariah. Hal ini diperkuat dengan penerbitan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 13/24/DPNP perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
24 Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada
20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
25 Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 diakses dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011.
yang juga mengatakan bahwa Bank diwajibkan untuk menilai tingkat kesehatannya
menggunakan metode pendekatan Resiko (Risk Based Bank Rating) atau yang
dikenal juga dengan metode RGEC.
Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat
kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank
Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan
penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital)
untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.26
Dalam perhitungan menggunakan model RGEC cakupan yang menjadi bahan
penilaian tingkat kesehatan bank adalah Profil Resiko (Risk Profile), Good Corporate
Governance, Rentabilitas (Earning), dan Modal (Capital).
a. Profil resiko (Risk Profile)
Penilaian profil resiko ini adalah “penilaian terhadap resiko inheren (melekat) dan
kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional bank yang dilakukan
terhadap delapan resiko”.27 Resiko-resiko yang dapat dikuantifikasi (ukur) tersebut
adalah resiko kredit, pasar, likuiditas, opersional, hukum, stratejik, kepatuhan, dan
reputasi. Penilaian terhadap resiko-resiko tersebut kemudian dimasukkan kedalam
matrik penilaian, matrik penilaian profil resiko diberi peringkat 1 sampai 5. Berikut
26 Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-13-24-dpnp
27 Pernyataan dikutip dari Mahmudah, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi Komparasi CAMELS dan RGEC pada BSM, BMI, dan BRI Syariah), (Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 31, t.d.
24
merupakan tabel yang menggambarkan matrik penilaian profil resiko menurut SEBI
No.13/24/DPNP/2011:28
Tabel 2.1
Matrik Penilaian Profil Resiko
Resiko
Inheren
Kualitas Penerapan Manajemen Resiko
Strong Satisfactory Fair Marginal Unsatisfactory
Low 1 1 2 3 4
Low to
Moderate 1 2 2 3 4
Moderate 2 2 3 4 4
Moderate to
High 2 3 4 4 5
High 3 3 4 5 5
b. Good Coorporate Governance (GCG)
Pengertian good corporate governance (GCG) menurut PBI No.8/4/PBI/2006
adalah “suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
independensi (independency), dan kewajaran (fairness).”29 Bank dapat menilai GCG
dengan self assessment. Kegiatan self assessment dalam pelaksanaan GCG dapat
dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Hasil peringkat
28 Bank Indonesia, “Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum”, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-13-24-dpnp
29 Bank Indonesia, “PBI No. 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/pbi_82406
25
penilaian GCG dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP ditunjukkan pada tabel di bawah ini:30
Tabel.2.2
Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG
Faktor
Nilai Komposit
< 1,5
1,5 ≤ Nilai
Komposit <
2,5
2,5 ≤ Nilai
Komposit <
3,5
3,5 ≤ Nilai
Komposit <
4,5
4,5 ≤ Nilai
Komposit < 5
GCG Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
C. Rentabilitas (Earning)
Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aktivitas
bisnis bank, selain itu aspek rentabilitas ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.31 Bank yang sehat
adalah bank yang nilai rentabilitasnya terus meningkat. Di bawah ini adalah tabel
yang menunjukkan penilaian terhadap peringkat rentabiliatas (earning) untuk sebuah
bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011.32
30 Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank
Umum”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-9-12-dpnp
31 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196. 32 Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum”, diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011.
Bilson Simamora menjelaskan dalam fungsi diskriminan tersebut hal yang
diestimasi adalah “koefisien ‘b’, sehingga nilai ‘D’ setiap grup dapat berbeda. Ini
terjadi pada saat rasio jumlah kuadrat antar grup dengan rasio jumlah kuadrat dalam
grup mencapai nilai maksimum. Berdasarkan nilai D itulah keanggotaan objek
diprediksi”.41 Metode analisis diskriminan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu
metode diskriminan dengan dua kategori (Two-Group Discriminant Analysis)dan
metode diskriminan dengan lebih dari dua kategori (Multiple Discriminant
Analysis)42.
E. Model Altman Z-Score
Altman menggunakan fungsi dari analisis diskriminan yang telah dijelaskan di atas
untuk memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan, model prediksi
kebangkrutan yang digunakan adalah MDA (Multiple Discriminant Analysis) atau
lebih dikenal dengan z-score. Analisis z-score ini dibuat untuk mengatasi
keterbatasan dari analisis rasio keuangan karena dilakukan secara terpisah.43
41 Ibid., h. 144 42 Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, h. 168. 43 Nur Hasanah, “Analisis Rasio Keuangan Model Altman Dan Model Springate sebagai Early
Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 18, t.d.
31
MDA (Multiple Discriminant Analysis) adalah sebuah bentuk analisis diskriminan
berganda atau dengan kata lain grup yang dimiliki sebagai variabel dependen bukan
lagi dua, melainkan tiga, empat atau lebih. Dalam membangun modelnya Altman
menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada popularitasnya dalam
literatur dan relevansi terhadap penelitian, rasio yang digunakan juga memiliki lima
kriteria yaitu rasio yang dapat mencerminkan likuiditas, profitabilitas, leverage,
solvency, dan rasio aktifitas.44
1. Model Altman Z-Score Original
Awalnya Altman menguji 22 rasio keuangan dari 33 perusahaan manufaktur yang
bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1960 sampai 1965 dan
pada akhirnya didapatkan lima rasio keuangan yang dikombinasikan dan dinilai
paling berpengaruh untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan”.45 Formula
MDA pertama yang ditemukan oleh Altman ditulis sebagai berikut:46
44 Kosasih, “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile
Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007-2009, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 54, t.d.
45 Mutiara Wahyuni, “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Metode Altman Z-Score, Zmijewski Dan Springate Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Sektor-Sektor Yang Terdaftar di BEI Perode 2009-2012”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 28, t.d.
46 Edward I. Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy”, The Journal of Finance, Vol 23 no. 4, (September 1968): h. 594.
X1 = net working capital to total assets X3 = earning before interest to total assets
X2 = retained earning to total assets X4 = market value of equity to total assets
X5 = sales to total assets Z = overall index
Nilai Z yang merupakan indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis.
Dibagi kedalam tiga kategori keadaan, yaitu:
a. Nilai Z < 1,81 maka tergolong perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,81 < Z < 2,99 maka perusahaan masuk dalam grey area atau perusahaan
tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,99 maka perusahaan dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut.
2. Model Altman Z-Score Revisi
Tahun 1984 Altman melakukan pengembangan model diskriminan alternatif z-
score yang sebelumnya. Pada penelitian kali ini Altman melakukan penyesuaian agar
model prediksi kebangkrutan ini dapat dipakai untuk perusahaan yang tidak
mempunyai nilai pasar ekuitas atau perusahaan non publik.47 Perubahan atau revisi
dilakukan pada variabel X4 dimana variabel sebelumnya merupakan nilai pasar
ekuitas terhadap total kewajiban (market value of equity to book value of total debt)
menjadi nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban (book value of equity to book
47 ST.Ibrah Musfa Kamal, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go
Public di Bursa Efek Indonesia (dengan menggunakan model altman z-score)”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, 2012), h. 30, t.d
33
value of total debt).48 Hasil revisi dari model z-score awal ini tidak hanya pada
variabel rasio X4 saja tetapi juga pada nilai koefisien pada setiap variabel. Nilai Z
untuk model ini juga berbeda dari nilai Z pada model sebelumnya. Bentuk formula
MDA atau z-score hasil pengembangan Altman adalah49
Kriteria nilai Z pada model ini lebih rendah dari nilai sebelumnya yaitu:
a. Nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 maka perusahaan masuk dalam grey area,karena perusahaan
tersebut tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,90 maka perusahaan tersebut dikategorikan dalam keadaan sehat dan
memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah.
3. Model Altman Z-Score Modifikasi
Altman terus mengembangkan model analisis diskriminan alternatifnya, agar
model prediksi kebangkrutannya dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan,
seperti perusahaan manufaktur, non manufaktur dan perusahaan penerbit obligasi di
negara berkembang.50 Dalam z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel
48 Ibid., h. 30. 49 Edward I. Altman, “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score and
ZETA® Models”, The Journal of Finance,(Juli 2000): h. 20.
Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1, (2009), h.18.
Sejumlah studi telah banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
bank dengan menggunakan analisis rasio keuangan dalam memprediksi potensi
kebangkrutan usaha, salah satu model yang digunakan untuk memprediksi potensi
kebangkrutan usaha adalah multiple discriminant analysis (MDA) atau disebut juga
model z-score. Studi yang membahas tentang model analisis diskriminan alternatif ini
antara lain dilakukan oleh:
Altman pada tahun 1968 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan
66 perusahaan manufaktur, Altaman menguji 22 rasio keuangan dengan model
Multiple Discriminant Analysis (MDA).52 Akhirnya diperoleh lima rasio keuangan
yang paling berkontribusi pada model prediksi ini yaitu net working capital to total
assets, retained earning to total assets, EBIT to total assets, market value equity to
total Liabilities, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, Altman menerapkan
bahwa ambang batas perusahaan yang sehat adalah apabila nilai Z berada antara 2.99
dan 1.81, artinya jika Z-sore perusahaan di atas 2.99 maka perusahaan dinyatakan
sehat dan jika berada di bawah 1.81 maka perusahaan potensial bangkrut. Hasil studi
Altman hanya mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu
tahun sebelum kebangkrutan, 72% untuk dua tahun sebelum kebangkrutan, 48%
untuk tiga tahun sebelum kebangkrutan, 29% untuk empat tahun sebelum
kebangkrutan dan 26% untuk lima tahun sebelum kebangkrutan
52 Edward I. Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction of Corporate
Bankruptcy”, The Journal Of Finance, Vol 23, no. 4: (September 1968).
36
Endri tahun 2008 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan pada
tiga bank syariah di Indonesia yaitu, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia.53 Periode penelitian dari tahun 2005-
2007, dengan menggunakan model analisis Altman z-score. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan semua bank syariah yang diteliti menghasilkan nilai Z-score
yang ≤ 1,81 sehingga dapat dikatakan akan mengalami kemungkinan kebangkrutan.
Hal ini disebabkan nilai variabel X1 (net working capital to total assets) dari ketiga
bank syariah bernilai negatif.
Agustin dan Iman tahun 2010 melakukan penelitian prediksi kebangkrutan
terhadap Bank Century menggunakan model analisis Altman z-score dan CAMEL
untuk periode 2000-2008.54 Hasil penelitian dengan menggunakan model analisis z-
score menunjukkan bahwa Bank Century dari tahun 2000-2008 dinyatakan dalam
kategori bangkrut, ini karena nilai z-score yang dihasilkan di bawah 1.81. Sedangkan
hasil penelitian menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio CAR, NIM,
BOPO, ROA, dan ROE menghasilkan nilai yang dikategorikan kurang sehat, hanya
rasio LDR yang dikategorikan dalam keadaan yang cukup sehat.
Nurhasanah tahun 2010 melakukan penelitian menggunakan model analisis
Altman dan Springate untuk memprediksi kondisi bermasalah pada bank yang telah
53 Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”. Perbanas Quarterly Review, Vol.2, (2008). 54 Agustin Andria Rosa dan Iman Murtono Soenhadji. “Analysis of Altman Z (Zeta)-Score
Method To Predict Bankruptcy of Century Bank”. Jurnal Program Pasca Sarjana, (2010).
37
go pubic.55 Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa model analisis Altman dan
Springate mempunyai tingkat akurasi atau ketepatan yang sama dalam memprediksi
kondisi bermasalah bank sebesar 94,8%. Bila dalam model Altman variabel yang
mempunyai discriminating power adalah net working capital to total asset dan
market value of equity to book value of debt, untuk model Springate adalah variabel
net working capital to total asset.
Nadratuzzaman dan Shofaun Nada tahun 2013 melakukan penelitian untuk
mengukur tingkat kesehatan dan gejala financial distress bank umum syariah di
Indonesia.56 Penelitian menggunakan tiga bank umum syariah sebagai objek
penelitian, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah
Mega Indonesia dengan tahun data penelitian yaitu 2007-2010. Penelitian ini
menggunakan model analisis Altman z-score revisi dan CAMEL. Hasil penelitian
menunjukkan ketiga bank umum syariah menggunakan model z-score berada pada
kategori bangkrut ini karena nilai z-score dari bank syariah tersebut dibawah 1.81 dan
ketika menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio KPMM, ECR, KAP,
NPF, NOM, ROA, ROE, REO, STM dan STMP menunjukkan bahwa dari rasio-rasio
tersebut bank umum syariah berada pada kategori yang sehat.
55 Nurhasanah. “Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai Early
Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”. (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
56 Muhamad Nadratuzzaman Hosen dan Shofaun Nada. “Pengukuran Tingkat Kesehatan dan Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah”. Jurnal Economia, Vol. 9, no. 2, (Oktober 2013).
38
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
Tahun Nama Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Dengan Penulis
1968 Altman
Financial Ratio,
Discriminant
Analysis and The
Predictionof
Corporate
Bankruptcy
Altman menggunakan perusahaan manufaktur dalam
penelitiannya dan menggunakan model z-score original
sebagai model analisisnya. Sedangkan dalam penelitian
ini penulis menggunakan perusahaan bank umum syariah
untuk mengetahui prediksi potensi kebangkrutan.
2008 Endri
Prediksi
Kebangkrutan Bank
Untuk Menghadapi
dan Mengelola
Peerubahan
Lingkungan Bisnis:
Analisis Model
Altman Z-Score
Penelitian Endri menggunakan tiga bank umum syariah
yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri
dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2005-2007,
Model analisis yang digunakan model z-score revisi.
Sedangkan penulis menggunakan seluruh bank umum
syariah yang telah berdiri selama periode 2010-2014 dan
model analisis yang digunakan model z-score modifikasi.
2010 Agustin dan
Iman
Analysis of Altman Z
(Zeta)-Score Method
To Predict
Bankruptcy of
Century Bank
Penelitian Agustin dan Iman hanya pada bank Century
dengan model analisis yang digunakan model analisis z-
score revisi. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti
bank umum syariah dengan menggunakan model analisis
z-score modifikasi.
2010 Nurhasanah
Analisis Rasio
Keuangan Model
Altman dan Model
Springate Sebagai
Early Warning
System Terhadap
Prediksi Kondisi
Bermasalah Pada
Bank Go Public
Penelitian Nurhasanah menggunakan bank konvensional
yang bermasalah dan tidak bermasalah dengan
menggunakan model analisis z-score revisi dan Springate.
Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah
seluruh bank umum syariah dan model analisis yang
digunakan hanya Altman z-score modifikasi.
2012
Muhamad
Nadratuzzaman
dan Shofaun
Nada
Pengukuran Tingkat
Kesehatan dan
Gejala Financial
Distress Bank Umum
Syariah
Penelitian Nadratuzzaman dan Shofaun Nada
menggunakan tiga bank umum syariah yaitu Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Syariah Mega Indonesia Periode 2007-2010, Model
analisis yang digunakan model z-score revisi. Sedangkan
penulis menggunakan seluruh bank umum syariah yang
telah berdiri selama periode 2010-2014 dan model analisis
yang digunakan model z-score modifikasi.
Sumber: diolah dari berbagai hasil penelitian
39
C. Kerangka Berpikir
Setiap perusahaan pasti akan memiliki resiko kebangkrutan yang selalu melekat
pada setiap jenis usaha yang dilakukan, begitupun dengan perusahaan perbankan
syariah. Meskipun perusahaan perbankan syariah selama ini belum pernah mengalami
masalah keuangan yang menyebabkan kebangkrutan atau dilikuidasinya bank syariah,
tetap saja bank syariah harus waspada dan melakukan berbagai tindakan pencegahan
sejak dini agar potensi dari kebangkrutan tersebut dapat terus dicegah.
Salah satu caranya adalah melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank
umum syariah, kemudian melakukan analisis potensi kebangkrutan untuk menilai
bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan
mereka nantinya. Untuk itu maka digunakanlah model analisis penilaian terhadap
tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC dan model pendekatan analisis
diskriminan yang dikembangkan oleh Altman yaitu multiple discriminant analysis
(MDA) atau dikenal dengan nama z-score. Hasil dari menggunakan kedua model
analisis ini dijadikan suatu alat atau bahan untuk manajemen perusahaan perbankan
agar dapat lebih awal mengetahui bagaimana keadaaan keuangan mereka.
Berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian terdahulu mengenai prediksi
kebangkrutan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan
dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
40
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Bank Umum Syariah
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Laporan Keuangan
Rasio Keuangan Metode RGEC
1. Risk Profile :
a. Non Performing Financing (NPF)
b. Liquidity Risk (LR)
2. Earning :
a. Net Core Operation Margin
(NCOM)
b. Return on Assets (ROA)
3. Capital :
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio Keuangan Model Altman Z-Score
Modifikasi
Z = 6.65X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
1. Net Working Capital to Total Assets
2. Retained Earning to Total Assets
3. Earning Before Interest and Tax to Total
Assets
4. Book Value of Equity to Book Value of
Debt
Prediksi
Hasil
Evaluasi
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian
Bank umum syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar dalam Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2010 sampai akhir 2014 berjumlah 12
BUS. Daftar dari perusahaan bank umum syariah (BUS) di Indonesia dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah
No Bank Umum Syariah
Kode Bank
Umum
Syariah
Tahun Berdiri
Bank Umum
Syariah
1 Bank Muamalat Indonesia BMI November 1991
2 Bank Victoria Syariah BVS April 2010
3 BRI Syariah BRIS November 2008
4 B.P.D Jawa Barat Banten Syariah BJBS Januari 2010
5 BNI Syariah BNIS April 2000
6 Bank Syariah Mega Indonesia BMS Juli 2004
7 Bank Panin Syariah BPS Desember 2009
8 Bank Syariah Bukopin BSB Oktober 2008
9 Bank Syariah Mandiri BSM November 1999
10 BCA Syariah BCAS April 2010
11 Maybank Syariah MBS Oktober 2010
12 BTPN Syariah BTPNS Mei 2014
Dari 12 bank umum syariah di atas, penulis akan menggunakan 10 bank umum
syariah saja sebagai sampel penelitian. Pemilihan 10 bank umum syariah ini
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
42
1. Bank syariah yang dipilih adalah bank yang sudah berdiri menjadi bank umum
syariah sejak tahun 2010-2014.
2. Bank umum syariah mempunyai kelengkapan data laporan keuangan yang telah di
audit dan dipublikasikan dari tahun 2010-2014.
3. Bank umum syariah juga harus mempunyai kelengkapan laporan good corporate
governance (GCG) untuk tahun 2010-2014.
Maka dari pertimbangan tersebut ada dua bank umum syariah yang tidak masuk
untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu Maybank Syariah dan BTPN Syariah.
B. Jenis Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan objek penelitian adalah kondisi
keuangan bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-2014. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank umum syariah dan laporan GCG
bank umum syariah tahun 2010-2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mengkaji
data-data laporan keuangan bank umum syariah melalui hasil pencarian dari internet.
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua model analisis, yaitu metode RGEC dan model
analisis Altman z-score modifikasi. Dalam mengolah data tersebut penulis
menggunakan alat bantu berupa perangkat komputer Ms. Excel.
43
D. Operasional Variabel Penelitian
Maka akan dijelaskan variabel yang digunakan dalam penelitian menurut masing-
masing model analisis, yaitu:
1. Metode RGEC, dalam penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan model
analisis ini variabel-variabel yang akan dihitung yaitu:
a. Risk Profile (profil resiko) untuk resiko inheren penilaiannya digambarkan
melalui rasio NPF dan Liquidity Risk. Sedangkan untuk kualitas manajemen
resikonya berdasarkan data yang ada dalam laporan tahunan dan GCG masing-
masing bank umum syariah.
1) NPF (Non Performing Finance) adalah rasio yang didapat dengan cara
membandingkan pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan. Semakin kecil nilai dari rasio ini menunjukkan indikasi bank
umum syariah akan mendapat laba yang tinggi, karena pembiayaan yang
disalurkan tidak ada yang macet. Rumus NPF adalah
NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
44
Kriteria penilaian atas rasio NPF menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No. 9/24/Dbps Tahun 2007 adalah:1
Tabel 3.2
Kriteria Nilai NPF
2) LR (Liquidity Risk) adalah rasio perbandingan antara asset lancar dikurang
dengan kewajiban lancar terhadap total dana pihak ketiga (DPK). Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan kemampuan likuiditas bank umum syariah
yang sangat baik. Rumus Liquidity Risk Ratio adalah:
1 Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
Peringkat Kreteria Penilaian Predikat
1 NPF < 2 % Sangat Sehat
2 2 % ≤ NPF < 5 % Sehat
3 5 % ≤ NPF < 8 % Cukup Sehat
4 8 % ≤ NPF < 12 % Kurang Sehat
5 NPF ≥ 12 % Tidak Sehat
LR = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar
Total DPK
45
Kriteria penilaian atas rasio LR menurut Surat Edaran Bank Indonesia
yaitu:
Tabel 3.3
Kriteria Nilai LR
Peringkat Kreteria Penilaian Predikat
1 LR > 20 % Sangat Sehat
2 15 % < LR ≤ 20 % Sehat
3 5 % < LR ≤ 15 % Cukup Sehat
4 0 % < LR ≤ 5 % Kurang Sehat
5 LR ≤ 0 % Tidak Sehat
b. Good Corporate Governance (GCG) untuk faktor ini akan dinilai berdasarkan
nilai komposit (NK) dari hasil self assessment yang dilakukan oleh bank umum
syariah. Hasil tersebut kemudian dipublikasikan melalui laporan GCG masing-
masing bank umum syariah. Kriteria penilaian untuk faktor ini berdasarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP yaitu:2
Tabel 3.4
Kriteria Nilai GCG
Peringkat Kreteria Penilaian Predikat
1 NK < 2 Sangat Baik
2 1,5 ≤ NK < 2, 5 Baik
3 2,5 ≤ NK < 3,5 Kurang Baik
4 3,5 ≤ NK < 4,5 Cukup Baik
5 4,5 ≤ NK < 5 Tidak Baik
2 Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakases pada
tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-9-12-dpnp