Page 1
Kem
iri S
un
an (
Reu
tealis t
risperm
a (B
lan
co) A
iry S
haw
)
Tah
un
20
17
Kajian Pengembangan Potensi Investasi Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) di Kalimantan Timur
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
(DPMPTSP) JL. BASUKI RAHMAD NO.56
SAMARINDA-KALIMANTAN TIMUR .
Page 2
KATA PENGANTAR
Kebutuhan energi dunia termasuk Indonesia semakin meningkat, seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dan pertumbuhan
industry sehingga mendorong berbagai pihak untuk mencari energi alternatif
yang dapat diperbaharui. Sementara itu cadangan minyak bumi dunia,
menurut para ahli diperkirakan hanya tinggal untuk 100 tahun ke depan dan
Indonesia sendiri hanya untuk 50 tahun ke depan.
Kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah salah satu
tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati yang dapat diproses lebih
lanjut menjadi biodiesel beserta turunannya. Habitus tanaman berbentuk
pohon dengan tinggi dapat mencapai 15-20 m, mahkota daun yang rindang,
dan sistem perakaran yang dalam sangat ideal sebagai tanaman konservasi.
Atas dasar itu, tanaman ini sangat potensial, disamping dapat menghasilkan
minyak nabati sebagai sumber energy alternative, juga untuk meningkatkan
produktivitas lahan-lahan eks tambang di Kalimantan Timur. Pada laporan
pendahuluan ini memuat prospek pengembangan tanaman kemiri sunan dan
pemanfaatannya sebagai tanaman konservasi di Provinsi Kalimantan Timur.
Diharapkan buku ini dapat memenuhi kebutuhan bahan promosi dalam
menarik calon investor untuk mengembangkan usahanya di Provinsi
Kalimantan Timur. Materi maupun penyajian laporan pendahuluan ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu sumbang saran dari pembaca sangat
diharapkan. Semoga buku ini bermanfaat.
Samarinda, April 2017
Page 3
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL ………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………….. iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Metode Kajian
………………………………………….. ………………………………………….. …………………………………………..
1 1 4
BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Administrasi dan
Geografis
2.2. Topografi 2.3. Jenis Tanah
2.4. Hidrologi 2.5. Penggunaan Lahan 2.6. Kependudukan
2.7. Perkembangan Ekonomi Makro Wilayah
………………………………………….. …………………………………………..
…………………………………………. …………………………………………..
………………………………………….. ………………………………………….. …………………………………………..
…………………………………………..
9 9
11 13
13 14 14
16
BAB 3. BUDIDAYA TANAMAN KEMIRI SUNAN 3.1. Karakteristik Tanaman
3.2. Pengelolaan Lahan 3.3. Pengolahan Produk Kemiri
Sunan
3.4. Produk Turunan Kemiri Sunan
3.5. Tanaman Konservasi
………………………………………….. …………………………………………..
………………………………………….. …………………………………………..
…………………………………………..
…………………………………………..
20 20
25 26
27
28 BAB 4. KAJIAN POTENSI
PENGEMBANGAN KEMIRI
SUNAN 4.1. Kelayakan Finansial
Pembangunan Kebun Kemiri Sunan
4.2. Kelayakan Finansial
Pengolahan Biodiesel Kemiri Sunan
…………………………………………..
…………………………………………..
…………………………………………..
31
31
33
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
…………………………………………..
………………………………………….. …………………………………………..
37
37 37
Page 4
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jarak Pusat Kegiatan Kabupaten/Kota dari
Samarinda Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut
Kelerengan Lahan Menurut
Kabupaten/Kota Tabel 2.3. Luas Wilayah Menurut Kelas
Ketinggian Daratan Diatas Permukaan Laut Berdasarkan Kabupaten/Kota
Tabel 2.4. Luas Penggunaan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Provinsi Kalimantan
Timur Tabel 2.6. Jumlah Tenaga Kerja Menurut
Sektor Ekonomi di Provinsi
Kalimantan Timur Th.2015 Tabel 2.7. Luas Panen dan Produksi
Pertanian Kalimantan Timur Tabel 2.8. Luas Areal, Produksi dan
Jumlah Tenaga Kerja
Perkebunan Kemiri di Kabupaten/Kota tahun 2013
Tabel 3.1. Karakter Vegetatif Varietas Kemiri Sunan-1 dan Kemiri Sunan-2
Tabel 3.2. Karakter Minyak, Ketahanan Terhadap Penyakit dan Kesesuaian Lahan
Tabel 4.1. Komponen Biaya Pembangunan Kemiri Sunan
Tabel 4.2. Nilai Kelayakan Pembangunan Kebun Kemiri Sunan
Tabel 4.3. Biaya Pengolahan Biodiesel
Kemiri Sunan Tabel 4.4. Pendapatan Pengolahan
Biodiesel Kemiri Sunan per
Tahun Tabel 4.5. Nilai Kelayakan Pengolahan
Biodiesel Kemiri Sunan
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
…………………………………….
…………………………………….
…………………………………….
…………………………………….
…………………………………….
…………………………………….
……………………………………. …………………………………….
…………………………………….
……………………………………..
9
12
12
14
15
16
18
19
22
23
31
31
33
34
34
Page 5
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1.1. Peta Lokasi Wilayah Kajian …………………………………… 5
Gambar 2.1. Peta Administrasi Provinsi
Kalimantan Timur …………………………………… 11
Gambar 3.1. Minyak Kasar Kemiri Sunan Dan Biodiesel …………………………………… 26
Gambar 3.2. Produk Ikutan Kemiri Sunan …………………………………… 26
Page 6
BAB 1. PENDAHULUAN
Provinsi Kalimantan Timur merupakan provinsi yang kaya
akan sumber daya alam. Potensi yang dimiliki Kalimantan Timur
baik yang berada di daratan dan di laut maupun di perairan
umum sangat beragam dari lahan yang sangat potensial untuk perkebunan,
tanaman pangan, peternakan, budidaya perikanan, pertambangan sampai di
perairan yang kaya dengan sumber protein hasil perikanan. Hal ini semakin
memperkuat fakta bahwa Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi di
Indonesia dengan sumber kekayaan alam yang melimpah.
Salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai penting bagi penduduk
Kalimantan Timur ini adalah kekayaan energi. Kalimantan Timur memiliki
sumber energi konvensional (fosil) dan non konvensional (terbarukan). Oleh
karena itu, tidaklah bijak jika provinsi ini hanya bergantung pada salah satu
dari sumber energi tersebut, yaitu hanya pada energi fosil seperti minyak
bumi. Energi fosil memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat
diproduksi kembali, oleh karena itu seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk maka akan menyebabkan keterbatasan dalam penyediaannya.
Selain itu karena adanya pengaruh situasi politik dan ekonomi dunia, harga
bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus berfluktuatif dan ini sangat
meresahkan masyarakat. Permasalahan tersebut semakin menegaskan bahwa
Indonesia belum mandiri di sektor energi. Oleh sebab itu perlu setiap provinsi
termasuk Kalimantan Timur mengembangkan energi baru dan terbarukan
karena merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan saat ini.
Permintaan energi dunia terus meningkat sepanjang sejarah peradaban
manusia. Proyeksi permintaan energi pada tahun 2050 diperkirakan akan
mencapai tiga kali lipat dibanding pada saat ini. Dengan semakin
meningkatnya permintaan akan energi maka kebutuhan energi dalam negeri
menjadi tidak dapat terpenuhi. Saat ini, 85 persen kebutuhan energi di
Indonesia dipasok dari sumber fosil yakni minyak, gas, dan batu bara. Namun,
pasokan energi fosil tersebut terutama sebagian minyak dan BBM berasal dari
1.1. LATAR BELAKANG
Page 7
impor. Ketergantungan impor ini makin besar seiring pertumbuhan ekonomi
dan penurunan produksi minyak. Sehingga jika berbicara mengenai
permasalahan energi, maka tidak akan ada habisnya. Kekayaan alam yang
kita miliki tidak bisa diolah dan dimanfaatkan sepenuhnya. Hal ini
diakibatkan karena teknologi untuk menghasilkan energi dan kesiapan
sumber daya manusia atau tenaga ahli tidak memadai. Dilain pihak,
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai apa pentingnya energi
alternatif dan bagaimana memproduksinya merupakan permasalahan yang
dihadapi saat ini.
Tak hanya itu, banyak pertimbangan yang perlu dilakukan untuk dapat
memilih bahan bakar alternatif dengan baik seperti dari segi kemudahan
dalam penanganan, ketersediaan yang berkelanjutan, keekonomian,
infrastruktur serta yang tak kalah penting yaitu dampak sosial masyarakat
dan lingkungan.
Kalimantan Timur memiliki potensi sumber energi baru dan terbarukan
yang melimpah, namun belum optimal penggunaannya. Pengembangan energi
ini masih mengalami hambatan sampai saat ini karena sulit untuk dapat
bersaing dengan BBM yang terus menerus disubsidi. Oleh karena itu salah
satu tujuan dari pengurangan subsidi BBM adalah agar energi baru dan
terbarukan dapat berkembang, dan siap untuk menggantikan peran bahan
bakar fosil (terutama minyak bumi) yang saat ini cadangannya mulai menipis
dan diyakini telah menimbulkan isu pemanasan global.
Sampai saat ini para ahli telah melakukan upaya dan uji coba untuk
mengembangkan biodiesel. Industri biodiesel di Indonesia belum berkembang
dengan baik meskipun potensi yang dimiliki berlimpah. Salah satu bahan
nabati penghasil biodiesel yang prospektif adalah Kemiri Sunan (Reutealis
trisperma (Blanco) Airy Shaw). Biodiesel dari Kemiri Sunan memiliki
kandungan minyak dengan rendemen kurang dari 50%, biodiesel yang
dihasilkan cukup tinggi dengan rendemen dari minyak kasar sebesar 88-92 %,
tidak bersaing dengan pangan karena minyak Kemiri Sunan mengandung
asam -oleostearat 50%, dapat mnecegah erosi dan kerusakan tanah, memiliki
umur produksi yang panjang dan dapat menyerap karbon dengan baik.
Biomassa tajuk Kemiri Sunan mencapai 1,5 – 2,5 ton per pohon setara dengan
Page 8
stok karbon yang terakumulasi dalam biomassa 0,5 – 1,0 ton per pohon.
Keunggulan yang dimiliki Kemiri Sunan tersebut menjadi faktor kunci dalam
upaya pengembangan biodiesel Kemiri Sunan disamping kriteria finansial.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan
bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol
pada mesin dan dapat diangkut dan dijual dengan transportasi yang lebih
sederhana.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama
di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dipasaran persentasenya
masih kecil jika dibandingkan dengan penjualan bahan bakar fosil. Seiring
dengan pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan
biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang
menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Adapun manfaat dan keunggulan dari penggunaan bahan bakar
biodiesel adalah mengurangi pencemaran hidrokarbon yang tidak terbakar,
karbon monoksida, sulfur dan hujan asam, menggurangi beban lingkungan
karena sampah/limbah, tidak menambah jumlah gas karbon dioksida, karena
berasal dari tumbuhan/nabati, dapat membuka lapangan kerja baru, aman
dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun, tidak
memerlukan teknologi tinggi dalam pembuatannya, dan limbahnya pun bisa
menjadi berguna diolah kembali menjadi produk turunan lainnya sehingga
ramah lingkungan dan mengurangi polusi. Energi yang dihasilkan mesin
diesel lebih sempurna dibandingkan solar hingga yang menggunakan biodiesel
tidak mengeluarkan asap hitam berupa karbon atau CO2, sedangkan mesin
yang menggunakan solar mengeluarkan asap hitam.
Keunggulan lainnya dari tanaman Kemiri Sunan ini adalah sangat cocok
sebagai tanaman di daerah konservasi dan pemanfaatan lahan eks tambang
sekaligus menjadi salah satu alternatif rehabilitasi lahan dan pengembangan
perkebunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pengembangan biodiesel perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu
pertama, ketersediaan dan kesinambungan bahan baku untuk menjamin
kelangsungan produksi. Kedua, ketersediaan teknologi pengolahan biodiesel
Page 9
yang memenuhi criteria SNI 1782:2012 (17 parameter), dan ketiga, dukungan
kepastian usaha sebagai bahan pertimbangan bagi para pelaku usaha dalam
melakukan perencanaan investasi. Salah satu metode untuk memprediksi
kepastian usaha adalah tersedianya informasi kelayakan finansial. Aspek
finansial merupakan informasi kemampuan proyek untuk berkembang dan
mandiri secara finansial. Kelayakan finansial dinilai berdasarkan Net Present
Value (NPV), Interest Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net BCR) dan
Pay Back Period (PBP).
Berdasarkan hal tersebut, maksud penyusunan Kajian Pengembangan
Potensi Investasi Kemiri Sunan adalah untuk melihat prospek daerah
Kalimantan Timur dalam rangka pengembangan tanaman Kemiri Sunan
sebagai usaha unggulan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
dan perekonomian daerah.
Sedangkan tujuan penyusunan Kajian Pengembangan potensi Investasi Kemiri
Sunan adalah :
a. Melakukan identifikasi potensi, permasalahan, peluang dan tantangan
serta sarana dan prasarana pendukung pengembangan Kemiri Sunan.
b. Merumuskan langka-langkah operasional oleh Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur dalam menciptakan iklim investasi sub sektor
perkebunan (Kemiri Sunan).
Sasaran dari kajian ini adalah :
a. Tersedianya data dan informasi untuk usaha pengembangan tanaman
Kemiri Sunan di Provinsi Kalimantan Timur
b. Tersedianya buku kajian Pengembangan Potensi Investasi Kemiri Sunan
sebagai bahan promosi yang siap ditawarkan kepada investor.
Metode kajian pengembangan potensi investasi Kemiri Sunan,
meliputi :
A. Pemilihan Lokasi Kajian
Daerah yang dipilih sebagai wilayah kajian potensi adalah Kabupaten Kutai
Timur sebagai sampel. Pemilihan daerah didasarkan pada pertimbangan
bahwa Kabupaten Kutai Timur mempunyai luas lahan yang dapat digunakan
untuk perkebunan 892.580,59 hektar dan lahan seluas 62.548,78 hektar
1.2. METODE KAJIAN
Page 10
telah ditetapkan sebagai Food Estate. Selain itu Kabupaten Kutai Timur
memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy dan Kawasan Agroindustri
sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Sebagai
gambaran letak wilayah kajian dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Gambar 1.1. Peta Lokasi Wilayah Kajian
Sumber : Bappeda Kabupaten Kutai Timur.
B. Jenis Data yang digunakan
Jenis data yang digunakan dalam kajian potensi ini berupa data-data
sekunder yang bersumber dari instansi pemerintah dan hasil penelitian
lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Data Jenis Data
Gambaran umum wilayah - Luas wilayah dan jarak
- Topografi/kemiringan - Jenis Tanah
- Hidrologi
- Penggunaan lahan
- Kependudukan
- Gambaran ekonomi wilayah
Budidaya tanaman Kemiri Sunan - Karakteristik tanaman kemiri sunan
- Penanaman kemiri sunan - Pengolahan kemiri sunan
- Kesesuaian lahan
Page 11
C. Analisis Finansial
Asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah :
1. Asumsi yang digunakan dalam analisis pembangunan tanaman Kemiri
Sunan
- Harga yang digunakan adalah harga tahun 2015
- Luas lahan 60 hektar sesuai dengan kebutuhan biji untuk dapat diolah
menjadi biodiesel
- Lahan kebun Kemiri Sunan milik masyarakat perorangan, swasta atau
pemerintah
- Masa analisis adalah 50 tahun
- Jumlah pohon 156 pohon per ha
- Kemiri Sunan berproduksi pada umur 4 tahun dan menghasilkan 12,5
kg biji kering per pohon. Pada umur 5 tahun menghasilkan 25 kg biji
kering per pohon, umur 6 tahun menghasilkan 50 kg biji kering per
pohon, umur 7 tahun menghasilkan 75 kg biji kering per pohon dan
pada umur 8 tahun dan seterusnya menghasilkan 100 kg biji kering
per pohon.
- Harga biji kering Kemiri Sunan Rp. 750 per kg, dengan asumsi harga
tetap selama analisis.
- Semua pohon Kemiri Sunan berproduksi
2. Asumsi yang digunakan dalam analisis pengolahan biodiesel
- Harga yang digunakan adalah harga tahun 2015
- Kapasitas alat pengolahan 400 liter minyak kasar kemiri sunan
- Prosesing dilakukan dua kali sehari
- Hari efektif kegiatan pengolahan 24 hari x 12 bulan per tahun
- Jumlah biji kering Kemiri Sunan yang digunakan untuk satu kali
proses 1.600 kg dengan harga Rp.775 per kg
- Masa analisis adalah 15 tahun sesuai umur ekonomis alat
- Rendemen biji kering menjadi kernel 50%, rendemen kernel menjadi
minyak kasar 50% dan rendemen minyak kasar menjadi biodiesel 88%.
- Bahan baku dan bahan penunjang tersedia sesuai kebutuhan
- Alat beroperasi dengan lancer
Page 12
- Harga biodiesel dan bahan tetap selama masa analisis. Harga jual
biodiesel sesuai harga yang ditetapkan pemerintah setelah dikurangi
biaya distribusi yaitu Rp. 8.480,37 per liter.
D. Tahapan Analisis
1. Identifikasi kegiatan. Identifikasi kegiatan budidaya tanaman Kemiri
Sunan dan pengolahan biodiesel untuk mengetahui komponen biaya
yang harus dikeluarkan
2. Identifikasi biaya satuan kegiatan dan harga produk. Biaya satuan
kegiatan digunakan sebagai dasar perhitungan biaya yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan kegiatan, sedangkan harga produk yang dihasilkan
digunakan untuk menghitung pendapatan
3. Menghitung biaya dan pendapatan. Biaya dan pendapatan dihitung
dengan mengacu pada asumsi yang digunakan dalam analisis
4. Analisis finansial
- Net Present Value (NPV)
NPV = present value dari benefit – present value dari cost
- Interest Rate of Return (IRR)
NPV’ IRR = i’ (i’’ . i’) NPV’ . NPV’’
i’ : discount rate pada NPV’
i’’ : discount rate pada NPV’’
i’’ > i’
- Net Benefit Cost Ratio (BCR)
∑ present value net benefit Net B
NetBCR = = ∑ present value net cost Net C
- Payback Period (PBP) a – b
payback period = n + x 1 tahun
c – b
Page 13
n : tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi awal
a : jumlah investasi awal
b : jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n c : jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
catatan : jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
5. Analisis sensitivitas. Analisis ini untuk mengetahui penyesuaian yang
dapat dilakukan jika terjadi perubahan harga bahan dan harga jual
produk
6. Menghitung jumlah unit usaha, jumlah biodiesel dan persen kontribusi
biodiesel terhadap kebutuhan solar.
- Jumlah unit usaha
Luas lahan tersedia (ha) Jumlah unit usaha = Luas unit usaha (ha)
- Produksi biodiesel per ha
Produksi biodiesel per ha (i) = Jlh.biji kering per ha x rendemen kernel x
rendemen MKKS x rendemen biodiesel
- Produksi biodiesel pada lahan tersedia
Produksi biodiesel pd lahan tersedia (i) = produksi biodiesel per ha x luas lahan
- Kontribusi biodiesel terhadap kebutuhan solar
Produksi biodiesel pd lahan tersedia
Kontribusi (%) = x 100 Kebutuhan solar Kaltim
Page 14
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH
Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda
merupakan provinsi terluas keempat di Indonesia setelah
Papua, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Secara
geografis provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113º44’ - 119º00’ BT dan
2º33’ LU dan 2º25’ LS dengan luas wilayah daratan 127.267,52 km² dan luas
wilayah perairan 25.656 km². Kalimantan Timur berbatasan wilayah dengan :
Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Utara
Sebelah Timur : Selat Makasar dan Laut Sulawesi Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Selatan Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah dan Negara Malaysia
Wilayah administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari 7 (tujuh)
kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu Kabupaten Paser, Kabupaten Panajam Paser
Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Mahulu, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kota Balikpapan,
Kota Samarinda dan Kota Bontang. Dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota
terdapat 103 Kecamatan dan 1.026 Desa/Kelurahan. Jarak ibukota
kabupaten/kota ke ibukota provinsi sebagai pusat pemerintahan dan
perdagangan/jasa rata-rata cukup jauh dengan jarak tempuh melalui darat
antara 1 jam sampai dengan 12 jam.
Tabel 2.1. Luas Wilayah dan Jarak Pusat Kegiatan Kabupaten/Kota dari Samarinda
No Kabupaten/Kota Ibukota
Luas
Daratan
(Ha)
Luas
Perairan
Darat (Ha)
Luas
Wilayah
Darat (Ha)
Jarak
Dari
Samarinda
(Km)
1. Paser Tanah Grogot 1.074.526 44.767 1.119.293 260
2. Panajam Paser Utara Panajam 313.195 7.960 321.155 130
3. Balikpapan Balikpapan 50.432 5.696 56.128 112
4. Kutai Kartanegara Tenggarong 2.571.641 63.254 2.634.895 31
5. Kutai Barat Sendawar 1.537.890 25.170 1.563.060 334
6. Mahakam Ulu Long Bagun 1.531.500 - 1.531.500 -
7. Samarinda Samarinda 69.496 2.287 71.783 -
8. Bontang Bontang 16.311 2.945 19.256 108
9. Kutai Timur Sangatta 3.173.519 16.130 3.189.649 176
10. Berau Tanjung Redeb 2.195.171 24.862 2.220.033 547
Kalimantan Timur 12.533.681 193.071 12.726.752 Sumber : Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
2.1. ADMINISTRASI DAN GEOGRAFIS
Page 15
Pembangunan wilayah Provinsi Kalimantan Timur dibagi dalam 4
(empat) kawasan strategis berdasarkan kepentingan ekonomi, kepentingan
sosial dan budaya, kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
dan kepentingan mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Kawasan
tersebut adalah :
- Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi meliputi :
1. Kawasan industri manufaktur Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Panajam Paser Utara
2. Kawasan industri perdagangan dan jasa di Kota Samarinda
3. Kawasan industri petrokimia berbasis migas dan kondensat di Kota
Bontang
4. Kawasan industri oleochemical Maloy di Kabupaten Kutai Timur
5. Kawasan industri pertanian di Kabupaten Paser, Kabupaten Panajam
Paser Utara, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat dan
Kabupaten Mahakam Ulu
6. Kawasan agropolitan regional di Kabupaten Kutai Timur
- Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi :
1. Kawasan Museum Mulawarman di Kabupaten Kutai Kartanegara
2. Kawasan Desa Budaya Pampang di Kota Samarinda
3. Kawasan Koridor Sungai Mahakam
- Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi :
1. Kawasan Danau dan sekitarnya (Danau Semayang, Danau Jempang dan
Danau Melintang)
2. Kawasan Teluk Balikpapan (Sepaku – Panajam-Balikpapan)
3. Kawasan Delta Mahakam
4. Kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Derawan dan sekitarnya, dan
Kepulauan Balabalagan
5. Kawasan ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat
Page 16
- Kawasan strategis dari sudut kepentingan mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal meliputi Kawasan perbatasan Long Pahangai dan Long
Apari di Kabupaten Mahakam Ulu.
Gambar 2.1. Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Timur
Karakteristik topografi Provinsi Kalimantan Timur
didominasi oleh lahan dengan kelerengan > 40 % dan ketinggian
< 500 meter diatas permukaan laut. Kondisi demikian berpengaruh terhadap
pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Lahan datar (0% – 2%) pada umumnya terdapat di daerah pantai dan daerah
aliran sungai yang luasnya sekitar 10,70 %, luas lahan dengan tingkat
kelerengan landai (2% - 15%) mencapai 16,16%, dan luas lahan berbukit
dengan tingkat kelerengan >15% sekitar 73,14 % dari luas wilayah Kalimantan
Timur. Pengembangan pertanian hanya mungkin dilakukan di daerah dengan
tingkat kelerengan landai sampai landai (0% - 15%), tetapi lahan dengan
tingkat kelerengan >15% dapat dikembangkan tanaman tahunan dan sebagai
kawasa konservasi. Sebagai gambaran tingkat kelerengan lahan di wilayah
Kalimantan Timur dapat dilihat pada table 2.2 dibawah ini.
2.2. TOPOGRAFI
Page 17
Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Kelas Kelerengan Lahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur
No Kabupaten/Kota Kelas Lereng/Kemiringan (Ha) Total
Luas (Ha) 0-2% 2-15% 15-40% >40%
1. Paser 258.899 228.121 151.770 435738 1.074.526
2. Panajam Paser Utara 29.609 31.409 184.727 67.451 313.195
3. Kutai Barat*) 146.730 413.130 963.815 1.545.715 3.069.390
4. Kutai Kartanegara 581.179 802.253 692.104 496.106 2.571.641
5. Kutai Timur 151.165 197.965 1.212.195 1.612.195 3.173.519
6. Berau 136.757 329.099 485.704 1.243.612 2.195.171
7. Samarinda 25.411 17.699 17.284 9.102 69.496
8. Balikpapan 7.075 3.350 21.331 18.675 50.432
9. Bontang 4.190 2.926 4.222 4.974 16.311
Kalimantan Timur 1.341.015 2.025.952 3.733.152 5.433.568 12.533.681
Sumber : Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
*) Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Barat
Berdasarkan kelas ketinggian daratan, 51,51 persen lahan di Provinsi
Kalimantan Timur mempunyai ketinggian <100 meter diatas permukaan laut.
Sedangkan luas lahan yang terletak pada ketinggian antara 100 – 500 meter
diatas permukaan laut hanya 26,94 persen dan yang terletak pada ketinggian
>500 meter diatas permukaan laut sekitar 21,55 persen.
Tabel2.3. Luas Wilayah Menurut Kelas Ketinggian Daratan Diatas Permukaan Laut Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur
No Kabupaten/Kota Kelas Ketinggian (Ha)
0-7 m 7-25 m 25-100 m 100-500 m 500-1000 m >1000 m
1 Paser 202.632 214.251 366.115 246.851 47.523 277
2 Panajam Paser Utara
21.445 74.203 90.627 103.828 24 -
3 Kutai Barat*) 49.008 885.453 692.421 581.421 673.451 281.116
4 Kutai Kartanegara 64.314 654.717 543.211 565.313 604.064 180.071
5 Kutai Timur 74.492 163.342 658.394 593.218 135.389 59.927
6 Berau 79.544 175.629 561.534 897.881 345.550 63.860
7 Samarinda 15.747 33.486 29.029 38 - -
8 Balikpapan 6.980 17.260 26.091 - - -
9 Bontang 1.493 6.061 7.226 - - -
Kalimantan Timur 515.655 2.224.402 2.974.648 2.988.550 1.806.001 585.251
Sumber : Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2015
*) Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Barat
Page 18
Kalimantan Timur mempunyai jenis tanah gambut
(organosol), latosol, dan podsolik merah kuning. Ciri-ciri jenis
tanah tersebut adalah :
- Tanah Gambut (Organosol)
Tanah gambut berwarna hitam, memiliki kandungan air dan bahan
organic yang tinggi, memiliki PH atau tingkat keasaman yang tinggi,
miskin unsur hara, drainase jelek dan umumnya kurang begitu subur.
Karena sifatnya kurang subur, maka pemanfaatan jenis tanah ini
terbatas untuk perkebunan karet, kelapa dan palawija.
- Tanah Latosol
Tanah latosol memiliki ciri berwarna merah kecokelatan, mudah
menyerap air, memiliki PH 6 – 7 (netral hingga asam), mengandung zat
fospat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan alumunium,
kadar humusnya mudah menurun. Jenis tanah ini terbentuk dari
proses pelapukan dari batuan vulkanik.
- Tanah Podsolik Merah Kuning
Tanah podsolik merah kuning berasal dari bahan induk batuan kuarsa
di zona iklim basah dengan curah hujan rata-rata antara 2.500 – 3.000
mm per tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami
pencucian oleh air hujan sehingga kesuburannya berkurang. Namun
dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan
untuk persawahan dan perkebunan.
Kalimantan Timur memiliki 157 sungai besar dan kecil
diantaranya adalah Sungai Mahakam yang panjangnya 920 km
dengan luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) 77.913 km² dan Sungai Kelay
dengan panjang 254 km. Jumlah danau sebanyak 18 danau, dengan 3 (tiga)
danau terbesar adalah danau Jempang seluas 15.000 hektar, danau
Semayang dengan luas 13.000 hektar dan danau Melintang 11.000 hektar.
Selain dimanfaatkan sebagai prasarana transportasi dan sumber air baku,
sungai-sungai tersebut juga digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) seperti Sungai Kelay, Sungai Telen dan Sungai Medang. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang
2.3. JENIS TANAH
2.4. HIDROLOGI
Page 19
Pembagian Wilayah Sungai, sungai-sungai di Provinsi Kalimantan Timur
termasuk Provinsi Kalimantan Utara dikelompokan dalam 6 (enam) Satuan
Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Mahakam yang terdiri dari sungai
Mahakam, Samboja, Senipah dan Semoi, SWS Berau-Kelay terdiri dari sungai
Kuning, Bakau. Pangkung dan sungai Pantai, SWS Karangan terdiri dari
sungai Karangan, Sangatta, Bengalon dan Santan. Data hidrologi ini penting
dalam kaitannya dengan perubahan iklim seperti kenaikan suhu udara,
perubahan curah hujan dan kenaikan tinggi permukaan air laut dan potensi
fenomena El Nino dan La Nina sehingga dapat menentukan pola pengelolaan
sumber daya air di berbagai luasan wilayah baik pada tingkat plot maupun
bentang lahan terutama pada lahan pertanian dan perkebunan.
Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Timur
didominasi oleh hutan, pertanian, pemukiman, pertambangan
dan lainnya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.4. Luas Penggunaan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur (Ha)
No Kabupaten/Kota Pemukiman Hutan Pertanian Pertambangan Lainnya
Regency/Municipality Housing Forest Agriculture Mining Others
1 Paser 24.720 625.358 429.950 12.901 55.147
2 Panajam Paser Utara 4.203 166.861 93.129 506 42.214
3 Kutai Barat*) 12.622 2.500.103 39.199 11.746 529.639
4 Kutai Kartanegara 22.598 1.293.075 702.159 26.481 602.426
5 Kutai Timur 9.283 1.279.022 465.267 26.763 1.394.572
6 Berau 15.477 1.843.761 245.778 4.938 100.103
7 Samarinda 4.016 25.684 14.294 - 7.025
8 Balikpapan 1.850 9.171 7.160 - 6.815
9 Bontang 1.616 6.463 860 - 5.840
Kalimantan Timur 95.385 7.749.498 1.997.796 83.335 2.743.781
Sumber : Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur, 2015 Source : Regional Office of National Land Board, Kalimantan Timur, 2015
*) Data Mahakam Ulu masih bergabung dengan Kutai Baratt
Jumlah penduduk provinsi Kalimantan Timur tahun
2016 mencapai 3.441.731 jiwa, jumlah tersebut meningkat
dengan pertumbuhan 2,62 persen per tahun. Jumlah penduduk pada tahun
2.5. PENGGUNAAN LAHAN
2.6. KEPENDUDUKAN
Page 20
2012 sebesar 3.199.696 jiwa atau bertambah rata-rata 100.000 jiwa setiap
tahunnya. Namun sebaran penduduk lebih banyak berada di perkotaan 24,41
% bermukim di kota Samarinda dan 18,01 % bermukim di kota Balikpapan,
selebihnya bermukim di kabupaten tetapi dari jumlah penduduk yang
bermukim di kabupaten, 20,70 % berada di kabupaten Kutai Kartanegara.
Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut kabupaten dan kota dapat
dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015
No Kabupaten/Kota Laki-Laki Perempuan Jumlah
Regency/Municipality Male Female Total
1 Paser 129.457 118.580 248.037
2 Panajam Paser Utara 86.855 79.200 662.481
3 Kutai Barat 83.184 74.901 211.512
4 Mahakam Ulu 12.840 11.541 158.085
5 Kutai Kartanegara 347.291 315.190 415.553
6 Kutai Timur 226.459 189.094 166.055
7 Berau 112.732 98.780 24.381
8 Samarinda 392.130 371.599 618.128
9 Balikpapan 316.389 301.739 763.729
10 Bontang 90.664 83.106 173.770
Kalimantan Timur 2016 1.798.001 1.643.730 3.441.731
2015 1.797.297 1.629.341 3.426.638
2014 1.758.073 1.593.359 3.351.432
2013 1.718.918 1.556.926 3.275.844
2012 1.678.863 1.520.833 3.199.696
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur , 2016
Dari jumlah penduduk tersebut diatas, penduduk yang bekerja di sektor
pertanian terbanyak jumlahnya yaitu 432.277 jiwa atau sekitar 26,61 persen,
disusul sektor perdagangan, hotel dan restauran sebesar 350.866 jiwa atau
21,60 persen, dan urutan ketiga di sektor jasa sebesar 311.797 jiwa atau
19,20 persen. Namun status penduduk yang bekerja pada sektor tersebut
Page 21
52,94 persen bekerja sebagai buruh atau karyawan atau pegawai, sedangkan
yang memiliki usaha sendiri hanya 20,28 persen. Tingkat pendidikan rata-
rata dari tenaga kerja tersebut 37,13 persen SLTA, 32,90 persen SD, dan
17,06 persen SLTP sedangkan yang berpendidikan akademi/universitas hanya
12,90 persen.
Tabel 2.6. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015
No Sektor Ekonomi Jumlah Penduduk (orang)
1 Pertanian 432.277
2 Pertambangan 164.229
3 Industri Pengolahan 88.006
4 Listrik, Air Bersih 5.062
5 Bangunan 117.726
6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 350.866
7 Angkutan 91.230
8 Keuangan 63.079
9 Jasa 311.797 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur , 2016
Pelemahan ekonomi di berbagai Negara dan penurunan
harga komoditas sumber energi (migas dan batubara) di pasar
internasional menjadi salah satu penyebab perlambatan
ekonomi nasional dan regional Kalimantan Timur sampai tahun 2016.
Sebagai provinsi yang mengandalkan ekspor komoditas migas dan batubara
serta melemahnya harga kedua komoditas tersebut cukup berpengaruh
signifikan terhadap ekonomi Kalimantan Timur.
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur1) triwulan I 2016
mengalami penurunan dibandingkan triwulan tahun sebelumnya. Pada
triwulan I 2016, pertumbuhan tahunan ekonomi Kalimantan Timur
terkontraksi -1,3% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi -0,5% (yoy). Capaian pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 jauh
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang
tumbuh sebesar 4,9% (yoy)(Bank Indonesia, 2016).
1) Data termasuk Kalimantan Utara
2.7. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO WILAYAH
Page 22
Sektor pertambangan masih menjadi penyebab utama turunnya kinerja
perekonomian Kalimantan Timur (triwulan I 2016). Pemulihan ekonomi global
yang berjalan lambat dan turunnya harga komoditas internasional berdampak
signifikan terhadap kinerja sektor ini, khususnya pertambangan nonmigas
(batubara). Dominasi sektor pertambangan tersebut mengakibatkan multiplier
effect terhadap kinerja sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk sektor
pertanian, konstruksi dan jasa perusahaan.
Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri merupakan penyebab utama
kontraksi ekonomi Kalimantan Timur sampai pada triwulan I 2016 mencapai
51,2 persen. Lebih dari 90 persen komoditas yang diekspor ke luar negeri
merupakan komoditas sumber daya alam berupa bahan bakar mineral. Ketika
permintaan dari negara mitra dagang utama menurun dan harga komoditas
internasional yang masih belum pulih berdampak pada terkontraksinya
kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Timur. Pelemahan ekonomi Kalimantan
Timur juga berdampak pada buruknya iklim investasi. Sebagian besar sektor
ekonomi lainnya seperti industri pengolahan, jasa keuangan, real estate, dan
jasa lainnya termasuk administrasi pemerintahan juga mengalami
perlambatan. Namun masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami
peningkatan kinerja pada triwulan I 2016, antara lain sektor pengadaan listrik
dan gas, pengadaan air, perdagangan, transportasi, akomodasi dan makan
minum, informasi dan komunikasi, jasa pendidikan dan jasa kesehatan.
Demikian juga dengan sektor industri pengolahan meskipun mengalami
perlambatan tetapi dapat menjadi penahan utama bagi perekonomian
Kalimantan Timur sehingga tidak turun lebih dalam.
Pada triwulan I 2016 pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,7 persen secara
tahunan terkontraksi menjadi –1,0 persen. Pangsa sektor ini terhadap
perekonomian Kalimantan Timur cukup besar sekitar 7,7 persen sehingga
kontraksi yang ditimbulkan mempengaruhi pertumbuhan negatif terhadap
ekonomi daerah sebesar -0,1 persen. Namun dalam lingkup sektor tersebut,
sub sektor perkebunan masih menjadi komponen utama sektor pertanian
sebesar 43%, perikanan 24%, kehutanan 20%, dan tanaman pangan serta
hortikultura 13 %.
Page 23
Sektor pertanian termasuk perkebunan merupakan sektor yang bersifat
renewable atau dapat diperbaharui dan merupakan salah satu sektor
unggulan alternatif sebagai penggerak roda ekonomi baru di wilayah
Kalimantan Timur disamping perikanan dan industri pengolahan yang dapat
meningkatkan nilai tambah dan menyerap banyak tenaga kerja. Sampai saat
ini, produksi sektor pertanian di Kalimantan Timur terbesar dihasilkan dari
tanaman perkebunan kelapa sawit dan kedua dari tanaman pangan padi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.8 dibawah ini.
Tabel 2.7. Luas Panen dan Produksi Pertanian Kalimantan Timur
No Komoditi Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
1. Padi 102.912 439.439
2. Jagung 1.845 4.230
3. Kedelai 963 1.400
4. Kacang Tanah 1.101 1.446
5. Ubi Kayu 2.845 56.023
6. Ubi Jalar 1.271 13.334
7. Karet 101.156 59.963
8. Kelapa 17.272 13.266
9. Kelapa Sawit 944.826 6.901.602
10 Kakao 10.999 6.193
11 Lada 9.175 6.784
12 Kopi 5.447 811 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2014
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2016 tentang RTRWP,
alokasi luas areal perkebunan yang dicadangkan adalah 3.269.561 hektar
setara dengan 25 % luas daratan Kalimantan Timur. Sampai saat ini
perusahaan yang memperoleh ijin usaha perkebunan sebanyak 198
perusahaan besar sawit (PBS) dengan luas areal seluruhnya 2.519.414 hektar
dan yang mempunyai sertifikat hak guna usaha sebanyak 125 PBS dengan
luas areal 1.064.400 hektar sehingga lahan yang sesuai untuk perkebunan
yang masih dapat dimanfaatkan seluas 750.147 hektar.
Pada sub sektor perkebunan, tanaman Kemiri termasuk sub sektor
unggulan walaupun tanaman yang ada saat ini bukan jenis varietas Kemiri
Sunan. Namun jika ditinjau dari jenis tanah dan kondisi geografis Provinsi
Kalimantan Timur, tanaman Kemiri Sunan sangat sesuai dikembangkan
sebagai tanaman perkebunan dengan skala besar. Beberapa kabupaten telah
Page 24
berkembang tanaman kemiri walaupun masih dalam skala kecil. Seperti
Kabupaten Kutai Timur mempunyai potensi yang besar terutama di kawasan
Sangkulirang dan Muara Wahau. Berikut ini gambaran perkebunan tanaman
kemiri yang tersebar di beberapa kabupaten dapat dilihat pada tabel 2.8.
Tabel 2.8. Luas Areal, Produksi dan Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Kemiri
di Provinsi Kalimantan Timur
No. Kabupaten Luas TM*
(Ha)
Luas Total
(Ha)
Produksi
(Ton)
Tenaga Kerja
Perkebunan
1 Kutai Timur 34 61 4 90
2 Kutai Barat 608 1.010 106 693
3 Kutai Kartanegara 153 428 240 649
4 Panajam Paser Utara 11 12 10 47
5 Paser 116 146 272 226
6 Berau 4 4 1 15
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, 2013. *) TM : Tanaman Menghasilkan
Page 25
BAB 3 BUDIDAYA TANAMAN KEMIRI SUNAN
Salah satu energi terbarukan yang dapat
dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif
lebih sederhana dan sesuai potensi wilayah di
Indonesia terutama di pedesaan adalah biodiesel dan
produk ikutannya dari buah Kemiri Sunan.
Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman
yang menghasilkan buah mengandung minyak nabati
dan potensial digunakan sebagai bahan baku
pengganti solar (biodesel).
Tanaman Kemiri Sunan yang memiliki nama latin (Reutealis trisperma
(Blanco) Airy Shaw) berasal dari Philipina yang saat ini banyak tumbuh di
Indonesia tersebar di dataran rendah hingga sedang baik di hutan maupun
ditanam di sekitar perkotaan. Pada awalnya bertujuan untuk penghijauan
dan reboisasi hutan serta dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah
yang memiliki drainase baik di ketinggian maksimun 700 meter diatas
permukaan laut, sehingga dapat tumbuh hampir di setiap lahan wilayah
Indonesia. Kemiri Sunan pertama kali dikembangkan oleh bangsa Cina untuk
memenuhi kebutuhan minyak Tung Oil. Pada abad ke-18 minyak tersebut
digunakan sebagai bahan pengawet kayu untuk pembuatan kapal.
Dalam perkembangannya tanaman ini kemudian menyebar sampai
wilayah Indonesia. Sebaran pohon kemiri sunan pada saat ini terdapat di
Jakarta sebanyak 3.500 pohon, Bekasi sebanyak 30.000 pohon, Kuningan
sebanyak 10.000 pohon, Majalengka sebanyak 10.000 pohon, Jati Gede
sebanyak 10.000 pohon, Bandung sebanyak 3.000 pohon, Ngawi sebanyak
40.000 pohon, Lamongan sebanyak 13.000 pohon, Nusa Penida-Bali
sebanyak 15.000 pohon, Lombok sebanyak 14.500 pohon dan Timor
sebanyak 20.000 pohon. Pada tahun 2009 tanaman kemiri sunan juga telah
Pohon Kemiri Sunan
3.1. KARAKTERISTIK TANAMAN
Page 26
dikembangkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat Kabupaten Lamongan
Jawa Timur sebanyak 5.000 pohon dan telah berbuah setelah tanaman
berumur 3 tahun.
Kemiri Sunan akan memberikan manfaat/multiflier effect bagi
masyarakat setempat sehingga sangat memungkinkan untuk dikembangkan,
antara lain:
a. Tanaman Konservasi Reforestasi dan Pemanfaatan Lahan Kritis
Pohon Kemiri Sunan mempunyai dahan yang lebat, rapat dan lebar
mampu menahan tetesan air hujan jatuh langsung ke tanah sehingga
akan mengurangi dampak erosi serta meningkatkan penyerapan air ke
dalam tanah; sifatnya dapat mengikat jumlah karbondioksida dan
menghasilkan oksigen dalam jumlah cukup besar sehingga mampu
mengatasi masalah global warming sekaligus memberikan manfat
dari carbon trade; akar tunggang yang mampu menyimpan air sekaligus
dapat mencegah bahaya longsor; memperbaiki lahan kritis dan
mendayagunakan lahan terlantar.
b. Menghasilkan Energi Alternatif
Inti biji kemiri sunan dapat diproses menghasilkan energi terbarukan
pengganti solar (biodiesel), dan sisa olahannya berupa gliserol dapat
dipergunakan untuk pembuatan sabun mandi, serta minyaknya dapat
diproses menjadi bahan baku bagi pembuatan vernis, cat, bahan
pengawet, tinta dan bio-peptisida.
c. Membangun Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Membantu masyarakat menggunakan bahan bakar alternatif terbarukan
dan sekaligus dapat menghemat pengeluaran komsumsi bahan bakar
minyak tanah beralih ke briket biomas. Selain itu, dari daun kemiri sunan
yang rontok di musim kering dan biomas daging buah dapat digunakan
sebagai kompos.
Dengan demikian limbah pengolahan seluruhnya mempunyai nilai
ekonomi dan dapat dimanfaatkan masyarakat. Tanaman Kemiri Sunan ini
juga dapat meningkatkan pendapatan asli desa, dengan asumsi produktivitas
per pohon kemiri sunan yang berumur diatas 8 (delapan) tahun mencapai
300 kg biji kering per tahun dan harga sebesar Rp 500/kg, maka dari 1 (satu)
Page 27
pohon akan diperoleh pendapatan sebesar Rp. 90.000 s/d Rp 150.000 per
tahun. Jika per hektar ditanami sebanyak 50 pohon, maka akan diperoleh
pendapatan sebesar Rp 4.500.000 sampai dengan Rp 7.500.000 per tahun.
Jika jalan di suatu desa ditanami sebanyak 100 pohon per kilometer, maka
akan diperoleh pendapatan asli desa sebesar Rp. 9.000.000 sampai dengan
Rp. 15.000.000 per tahun.
Karakteristik tanaman Kemiri Sunan dapat tumbuh dengan baik pada
lahan dengan ketinggian 700 sampai dengan 1000 m diatas permukaan laut,
namun produksi biji yang optimum dengan rendemen minyak yang tinggi
diperoleh pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut dengan iklim
kering (3 – 4 bulan per tahun) sampai basah dan curah hujan 1500 sampai
dengan 2500 mm per tahun, suhu udara 24º - 30ºC, kelembaban udara 71–
88 % dan lama penyinaran lebih dari 2000 jam/tahun.
Kemiri sunan tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah yang
mempunyai curah hujan tahunan terendah 2681 mm dan tertinggi 4.172 mm
(Permen No.74.1/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Pedoman Budidaya
Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma/Blanco Airy shaw), 2011).
Lahan yang sesuai untuk tanaman kemiri sunan adalah tekstur tanah
lempung sampai lempung berpasir, solum tanah yang agak dalam >0,5 meter,
kedalaman air tanah >1 meter dan drainase baik. Kemiri Sunan juga tumbuh
dengan baik pada tanah berkapur, podsolik, latosol, andosol, regosol dan
aluvial dengan pH yang masam sampai netral (Supriadi, et al., 2009).
Berdasarkan surat keputusan menteri pertanian yang dikeluarkan pada
tahun 2011 ada dua varietas kemiri sunan yang ditetapkan sebagai varietas
unggul yang diberi nama Kemiri Sunan-1 dan Kemiri Sunan-2 dengan ciri-ciri
dapat dilihat pada tabel 3.1. dan tabel 3.2.
Cabang-cabangnya mampu meregenerasi percabangannya apabila
dipangkas atau patah. Daun yang tumbuh pada setiap ranting berjumlah 13 –
21 helai daun Bentuk daun seperti jantung (cordata) dengan tulang daun
menyirip dan tekstur permukaannya halus dengan panjang antara 14 – 21 cm,
lebar 13 – 20 cm sesuai perkembangan umur tanaman, warna daun bervariasi
dari merah, merah kecoklatan dan hijau muda tergantung varietasnya.
Akarnya tumbuh lebar dan dalam dapat menyerap air dan unsur hara dalam
Page 28
lingkungan yang luas. Bentuk batang tanaman kemiri sunan silindris dengan
permukaan kulit batang yang kasar berwarna abu-abu sampai kehitaman.
Pada tanaman muda, permukaan kulit batang lebih halus dan licin berwarna
kecoklatan. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 15 meter dengan lingkar
batang mencapai 195 – 234 cm (Syafaruddin dan Wahyudi, 2011).
Tabel 3.1. Karakter Vegetatif Varietas Kemiri Sunan-1 dan Kemiri Sunan-2
Karakter Morfologi Kemiri Sunan-1 Kemiri Sunan-2
Batang
Bentuk Batang Silindris berlekuk Silindris berlekuk
Permukaan Kulit Batang Kasar Kasar
Warna Kulit Batang Abu-abu kehitaman Abu -abu kehitaman
Tajuk
Bentuk Tajuk Oblate (menyerupai
payung)
Oblate (menyerupai
payung)
Cabang
Bentuk Percabangan Agak tegak horizontal Agak tegak horizontal
Daun
Bentuk Daun Cordata Cordata
Warna Daun Hijau Hijau
Warna Pucuk Daun Merah kecoklatan Merah kecoklatan
Tekstur Daun Halus (glaber) Halus (glaber)
Pertulangan Daun Menyirip Menyirip
Panjang daun (cm) 14,30±1,80 17,8±2,30
Lebar daun (cm) 13,10±1,90 18,0±2,30
Panjang tangkai daun (cm) 16,50±3,20 16,9±3,00
Ujung daun Meruncing Meruncing
Daging daun Seperti kertas Seperti kertas
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4000/ Kpts/SR.120/9/2011 dan Nomor 4044/Kpts/SR.120/9/ 2011
Kemiri Sunan umumnya berbunga dan menghasilkan buah sekali dalam
setahun dan terjadi pada akhir musim hujan ditandai dengan gugurnya daun-
daun yang telah menguning. Daun akan tumbuh kembali seiring dengan
perkembangan buah. Bunga Kemiri Sunan berbentuk tandan, tumbuh dan
berkembang di setiap ranting di ujung batang dengan mahkota bunga
berwarna putih hingga kemerahan, putik berwarna kuning muda dengan ovary
berwarna hijau, benang sari berwarna putih kekuningan (Ajijah et al., 2009).
Page 29
Biasanya buah dapat dipanen pada bulan Oktober sampai Maret karena
membutuhkan waktu 6 bulan dari awal masa pembungaan sampai masa
panen buah.
Tabel 3.2. Karakter Minyak, Ketahanan Terhadap Hama Penyakit dan
Kesesuaian Lahan Kemiri Sunan-1 dan Kemiri Sunan-2
Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kasar Rendemen Minyak (%) 38,1 - 42 47,21 – 56,00
Bilangan asam (mg KOH/g minyak) 4,6 – 7,79 2,40 – 6,30
Bilangan penyabunan (mg KOH/g
minyak)
181,97 – 192,5 177,87 – 202,51
Bilangan lod (%) 127,8 – 129,09 111,45 – 120,31
Viskositas (mm²/s(cSt) 110,17 – 114,11 101,23 – 112,61
Densitas (g/l) 0,939 – 0,941 0,935 – 0,939
Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit
Hama daun (ulat kantung) Toleran Toleran
Penyakit/Tumbuhan Pengganggu Toleran Toleran
Sistem perbanyakan
Benih Pohon Induk Grafting Grafting
Kesesuaian Lahan Daerah dengan ketinggian500 – 700 m dpl, tipe iklim B (Iklim kering)
Daerah dengan ketinggian 50 – 400 m dpl, tipe iklim B dan C
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4000/ Kpts/SR.120/9/2011 dan Nomor 4044/Kpts/SR.120/9/ 2011
Jumlah buah per tandan antara 5 – 13 buah dengan bentuk bulat atau
bulat telur, berbulu lembut dan agak pipih. Setiap buah memiliki 3-4 ruang
berisi biji. Buah muda berwarna hijau dan pada saat matang berwarna hijau
kekuningan sampai kecokelatan dengan tebal kulit buah sekitar 3-5 mm dan
ukurannya mencapai 5-7 cm.
Syarat lokasi yang harus dipenuhi untuk persemaian dan pembenihan
Kemiri Sunan adalah topografi relative datar, dekat dengan akses jalan,
berdrainase baik, bebas dari banjir, tersedia sumber air yang baik dan cukup
dilengkapi dengan instalasi, aman dari gangguan binatang ternak atau
binatang lainnya, areal terbuka dan bebas dari naungan.
Pembenihan dilakukan dalam polybag berukuran 20 x 30 cm dan
disusun dengan jarak ±24 cm persegi empat atau 16 polybag per meter
persegi. Dalam 1 hektar areal pembenihan, lahan efektif yang dapat
digunakan untuk polybag seluas 8000 m² atau 80 % dari total luas areal,
Page 30
sisanya 20 % digunakan untuk jalan control dan parit drainase, sehingga
dalam 1 ha dapat menampung benih ± 128.000 polybag. Polybag yang
digunakan berukuran tebal 0,15 mm, lebar 20 cm dan panjang 25 cm
berwarna hitam dengan empat baris lubang perforasi berjarak 5 cm.
Media tanam menggunakan campuran tanah, pupuk kandang dan pasir
atau sekam dengan perbandingan volume 1:1:1. Tanah yang digunakan
sebagai media tanam pada polybag berasal dari top soil, harus bersih dari
bebatuan dan sisa-sisa perakaran. Pembenihan dapat dilakukan pada musim
penghujan maupun musim kemarau asal tersedia air yang cukup. Untuk
pengendalian hama dan penyakit perlu disemprot larutan fungisida dan
insektisida 0,02 % serta pemupukan (Urea, Sp-36 dan KCL).
Benih yang siap grafting (teknik penyambungan) berumur 12 minggu..
Tujuan pembenihan kemiri sunan secara grafting adalah untuk memperoleh
benih unggul yang sama potensi genetiknya dengan pohon induk sumber
entres (batang atas) dan umur berbuahnya lebih cepat dibanding dengan
benih yang berasal dari biji. Pembenihan dengan teknik grafting harus
dilindungi dengan paranet dan pemupukan dilakukan setelah berumur 4
minggu, pengendalian gulma didalam maupun diluar polybag dilakukan
secara manual (tidak menggunakan herbisida) kemudian dilakukan seleksi
benih pada saat umur benih 3 bulan setelah penyambungan (grafting) untuk
mendapatkan benih dengan pertumbuhan optimal dan sambungan yang
sempurna dan sehat.
Pembukaan lahan untuk perkebunan Kemiri Sunan
dapat dilakukan dengan cara semi mekanis tanpa pembakaran.
Teknik pembukaan lahan dilaksanakan dengan mengacu kepada Surat
keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor
38/KB/110/SK/BJ.BUN/05.95 tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan
tanpa Pembakaran untuk Pengembangan Perkebunan. Pada lahan dengan
kelerengan > 15 % dan bergelombang harus dilakukan pembuatan teras
sambung mengikuti garis kontur setelah pembukaan lahan. Usaha ini untuk
memperbaiki struktur tanah dan pengelolaan air permukaan serta struktur
3.2. PENGELOLAAN LAHAN
Page 31
tanah yang lebih gembur, dengan demikian perbandingan antara udara dan
air yang terkandung dalam tanah akan menjadi lebih baik.
Untuk perkebunan besar, dengan luas kebun 5 – 6 ribu hektar dapat
dibagi menjadi 120 blok, lebar jalan utama kebun 8 m untuk menunjang dan
menjamin kelancaran pengangkutan hasil panen dan jalan panen atau jalan
sekunder. Jarak tanam yang dianjurkan adalah jarak tanam bentuk segitiga
8m x 8m x 8m atau bentuk bujur sangkar 8 x 8m dengan demikian tiap hektar
terdapat 156 – 177 pohon.
Panen pertama sudah dapat dilakukan pada tanaman
berumur 4 – 5 tahun setelah penanaman dan mulai mencapai
puncak berbuah pada umur 8 tahun.. Buah Kemiri Sunan yang
telah matang secara alami akan jatuh dengan sendirinya. Oleh karena itu
tanah disekitar tanaman harus bersih dari gulma agar pemanenan yang
dilakukan dengan cara mengambil buah yang jatuh menjadi lebih mudah.
Produktivitas biji bisa berkisar 50 – 300 kg/ph/thn dengan rendeman minyak
kasar sekitar 52 % dari kernel dan rendemen biodiesel mencapai 88 % dari
minyak kasar, sementara sisanya berupa gliserol. Sementara produk-produk
derivat kemiri sunan lainnya sebagai bahan baku vernis, cat, bahan pengawet,
tinta, sabun, briket, pupuk organik, biopestisida, resin, pelumas, kampas,
serta kulit dan sisa perasan(cake) untuk dimanfaatkan sebagai biogas.
Buah yang dapat dipanen berwarna hijau kekuningan atau kecokelatan.
Setelah melalui proses pengeringan untuk memperoleh tingkat kematangan
buah yang seragam dan pengupasan untuk memisahkan kulit buah dari biji,
kemudian biji Kemiri Sunan dikeringkan sampai mencapai kadar air < 10 %
dan dimasukan dalam karung goni untuk disimpan dalam gudang. Untuk
memudahkan ekstraksi minyak dari kernel Kemiri Sunan maka kulit biji harus
dipisahkan. Potensi produksi biji kering per hektar pada umur tanaman 8
tahun mencapai 15 ton per hektar atau setara dengan produksi biodiesel 6 kilo
liter per hektar (Pusat Penelitian Pengembangan Perkebunan, 2013).
3.3. PENGOLAHAN PRODUK
Page 32
Gambar 3.1. Minyak Kasar
Kemiri Sunan
(A) dan
Biodiesel (B)
Ekstraksi minyak Kemiri Sunan dilakukan dengan
pengepresan menggunakan hidrolik manual,
hidrolik elektrik dan alat press berulir. Pengepresan
berulir merupakan metode ekstraksi yang lebih
maju dan telah diterapkan di industri pengolahan
minyak. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk
memisahkan minyak dari bahan yang kadar
minyaknya diatas 10 %. Hasil pengepresan berupa
Minyak Kasar Kemiri Sunan (MKKS) dan selanjutnya
dapat diproses menjadi biodiesel.
Limbah hasil panen Kemiri Sunan tidak dibuang dengan
percuma karena kulit buahnya dapat diproses lebih lanjut untuk
digunakan sebagai sumber pupuk organik. Kulit buah dikompos dalam
tempat khusus kemudian dipaking dan disimpan dalam gudang. Gliserol yang
dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel, juga dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun dan bungkil sisa pengepresan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti briket, biogas, tinta printer
dan pupuk organic (gambar 1).
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa biji
Kemiri Sunan dari hasil panen seluas 1 hektar
akan menghasilkan 6.000 liter biodiesel,
sedangkan produk olahan sampingan berupa
ampas atau bungkil akan memperoleh 1,5 m3
biogas atau setara dengan 1 liter minyak
tanah dari setiap 3 kg bungkil. Angka yang
cukup baik untuk menyediaan energi rumah
tangga yang berwawasan lingkungan.
Gambar 3.2. Produk Ikutan Kemiri Sunan
Sedangkan briket berasal dari ampas hasil pengepresan minyak. Briket
berfungsi sebagai pengganti arang yang dapat digunakan untuk memasak di
rumah tangga dengan menggunakan anglo, api pada tungku pemanas,
pembakar ikan dan sebagainya. Kalori yang dihasilkan tidak kalah
3.4. PRODUK TURUNAN
Page 33
dibandingkan dengan arang kayu atau briket dari batu bara. Kebutuhan akan
arang terus meningkat ini berarti juga peluang bagi usaha pembuatan briket
yang ramah lingkungan. Pengembangan usaha briket dapat disinkronkan
dengan program pengabdian kepada masyarakat disekitar pabrik.
Lahan kritis di Kalimantan Timur 60 persen dari 12.726.445 hektar luas
wilayah administrasi provinsi Kalimantan Timur atau mencapai 7.759.369
hektar. Luas tersebut terdiri dari 5.413.251,47 hektar di dalam kawasan
hutan dan 2.362.176,62 hektar di luar kawasan hutan (Kalamanthana, 2016).
Lahan kritis merupakan bencana nasional sehingga dalam
penanggulangannya harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Hingga
tahun 2013 saja total luas penguasaan tambang di Kalimantan Timur berkisar
kurang lebih 7 juta hektar dari 1.451 ijin usaha pertambangan dengan luas
5,3 juta hektar, 67 perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
(PKP2B) dengan luas 1,6 juta hektar dan 5 kontrak karya dengan luas konsesi
29,2 ribu hektar.
Lahan kritis termasuk lahan eks tambang ini jika tidak ditangani akan
berakibat pada meningkatnya erosi dan pendangkalan aliran sungai,
mengurangi kemampuan lahan untuk menyimpan air, meningkatnya bahaya
banjir di daerah hilir, meningkatnya lahan tidak produktif dan mendegradasi
produktivitas lahan. Salah satu solusi mengatasi semakin meluasnya lahan
kritis adalah dengan mengembangkan tanaman dan ternak yang sesuai
dengan kondisi lahan dan bernilai ekonomis bagi masyarakat maupun daerah
dengan memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari
perusahaan tambang.
Salah satu tanaman keras yang sesuai dengan kondisi lahan
tersebut adalah Kemiri Sunan sebagai sumber energi terbarukan
yang prospektif biodiesel. Tanaman Kemiri Sunan dengan tajuk yang rindang,
batang yang kokoh dan system perakaran yang dalam sangat sesuai sebagai
tanaman konservasi untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis dan lahan eks
tambang dan memiliki keunggulan dibandingkan sumber nabati lainnya
seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung karena rendemen yang tinggi, dapat
menambah kesuburan tanah, dapat menyimpan carbon dan memiliki umur
3.5. TANAMAN KONSERVASI
Page 34
produksi yang panjang. Bentuk Kemiri sunan yang berupa pohon,
memudahkan dilakukannya tumpang sari dengan tanaman lain.
Pengembangan Kemiri Sunan di wilayah reklamasi pertambangan ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai:
1. Sarana konservasi lahan untuk menghutankan kembali lahan-lahan
kritis untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup;
2. Sumber pasokan diversifikasi bahan baku untuk menghasilkan minyak
biodiesel yang ramah lingkungan (satu hektar lahan dengan 100-150
pohon kemiri sunan dapat menghasilkan 6-8 ton biodiesel per tahun)
sebagai pengganti bahan bakar minyak dan mengurangi ketergantungan
pada impor bahan bakar minyak;
3. Peningkatan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan
kerja dan pengembangan usaha, investasi di dalam negeri,
pengembangan sektor industri hilir pertanian, serta peningkatan nilai
tambah produk dalam negeri.
4. Peningkatan kualitas lingkungan dengan pengurangan emisi gas rumah
kaca, pengurangan tingkat polusi udara, serta membaiknya kualitas
udara, kesehatan umum, dan kesejahteraan masyarakat.
5. Peningkataan ketahanan energi nasional melalui penyediaan biodiesel
yang berasal dari tanaman yang tidak berkompetisi dengan bahan baku
makanan dan industri.
Tanaman ini secara periodik meluruhkan daunnya sesaat sebelum
tanaman ini membentuk pembungaan dan bertunas kembali tidak lama
setelah terbentuknya bunga. Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa
tanaman ini secara cepat merecovery pembentukan tajuk secara sempurna
dalam waktu yang relative cepat.
Daun yang jatuh ke tanah menghasilkan serasah yang sangat potensial
sebagai sumber bahan organik. Serasah yang belum melapuk merupakan
penutup tanah yang sangat efektif untuk mengurangi laju evaporasi dan
menahan benturan air hujan. Sedangkan serasah yang telah melapuk
merupakan bahan organik yang sangat berguna untuk meningkatkan infiltrasi
air kedalam tanah dan meningkatkan kapasitas tanah menahan air melalui
perbaikan terhadap struktur dan agregasi tanah sehingga kelembaban dan
Page 35
cadangan air tanah terjaga dengan baik. Dengan adanya bahan organik,
aktivitas mikroorganisme tanah meningkat, hal itu membantu memperbaiki
sifat fisik dan kimia tanah sehingga unsur-unsur hara yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tumbuh diatasnya dapat
tersedia. Selain itu jumlah daun yang banyak dengan ukuran yang besar
sangat potensial untuk menyerap karbon dioksida (CO2). Biomass Kemiri
Sunan bagian atas dapat mencapai 1,5 – 2,5 ton per pohon setara dengan stok
karbon terakumulasi dalam biomass sebesar 0,9 – 1,6 ton per pohon.
Pembangunan perkebunan Kemiri Sunan disarankan pada lahan dengan
kemiringan tidak lebih dari 15 % untuk menghindari terjadinya erosi pada
saat pembukaan lahan.
Page 36
BAB 4 KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN KEMIRI SUNAN
Pembangunan kebun tanaman Kemiri Sunan terdiri
dari kegiatan pembuatan kebun, pemeliharaan dan
pemanenan. Biaya penanaman mencakup biaya bibit, ajir
bamboo, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja untuk pembersihan lahan,
penyiapan lubang tanam, penanaman dan pengajiran. Luas per unit usaha
penanaman Kemiri Sunan dalam analisis ditetapkan dalam skala teknis seluas
60 hektar. Biaya pemeliharaan mencakup biaya pembelian pupuk, pestisida
dan biaya tenaga kerja. Pemeliharaan tanaman dibagi dua tahap yaitu
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan
tanaman menghasilkan (TM). Komponen yang membedakan biaya
pemeliharaan setiap tahap tersebut adalah jumlah pupuk dan jenis
perstisida/obat pengganggu tanaman (OPT) yang digunakan.
Kemiri Sunan mulai menghasilkan biji pada tanaman berumur empat
tahun, dimana memerlukan intensitas pemeliharaan dan biaya yang lebih
besar dibandingkan pemeliharaan pada umur tanaman tahun sebelumnya.
Biaya pemanenan dikeluarkan mulai tahun keempat yang meliputi biaya
panen dan biaya jemur. Buah yang dipanen adalah buah yang telah matang,
secara fisiologi biasanya akan jatuh ke tanah secara alami. Oleh karena itu,
pemanenan Kemiri Sunan tidak menggunakan alat khusus ataupun tenaga
kerja yang banyak karena pemanenan dilakukan dengan memungut buah
yang telah jatuh dan selanjutnya dikeringkan sampai kadar air tertentu yaitu
< 10 %. Biaya panen dan penjemuran dinyatakan dalam satuan per kilogram,
sehingga besarnya biaya jemur mengikuti jumlah biji kering yang dipanen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Pendapatan dari usaha penanaman Kemiri Sunan adalah bersumber
dari penjualan biji kering Kemiri Sunan. Produksi awal biasanya mampu
menghasilkan sekitar 12,5 kilogram biji kering per pohon. Produksi biji kering
akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman sampai dengan
4.1. KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN KEBUN KEMIRI SUNAN
Page 37
umur 8 tahun dan seterusnya akan menghasilkan rata-rata 100 kilogram biji
kering per pohon. Apabila harga jual biji kering Kemiri Sunan Rp.750,00 per
kilogram, maka pendapatan bruto yang diperoleh pada umur tanaman tahun
ke 5 sebesar Rp.87.750.000,00, tahun ke 6 sebesar Rp.175.500.000,00, tahun
ke 7 sebesar Rp.351.000.000,00, tahun ke 8 sebesar Rp.526.500.000,00 dan
pada tahun ke 9 dan seterusnya sebesar Rp.702.000.000,00.
Tabel 4.1. Komponen Biaya Pembangunan Kebun Kemiri Sunan
No. Jenis Biaya Unit/Satuan Biaya Satuan
(Rp)
1 Biaya pembuatan kebun 1 hektar 7.643.330,00
2 Biaya pemeliharaan TBM umur 1 – 2 tahun 1 hektar 2.597.220,00
3 Biaya pemeliharaan TBM umur 3 tahun 1 hektar 2.227.680,00
4 Biaya pemeliharaan TM umur 4 tahun 1 hektar 2.227.680,00
5 Biaya pemeliharaan TM umur 5 tahun 1 hektar 2.315.040,00
6 Biaya pemeliharaan TM umur 6 – 50 tahun 1 hektar 2.489.760,00
7 Biaya panen dan jemur 1 kilogram 110,00
Tabel 4.2. Nilai Kelayakan Pembangunan Kebun Kemiri Sunan
Kriteria Kelayakan Value
Discount Rate 7,5 %* Discount Rate 12 %**
NPV (Rp) 1.101.007.645 160.351.357
IRR (%) 13,52 13,52
BCR 1,36 1,08
PBP (tahun) 14,68 22,55
*) analisis dengan dana sendiri
**) analisis dengan dana pinjaman bank
Analisis finansial dilakukan pada dua nilai discount rate sesuai standar
Bank Indonesia, yaitu pertama 7,5 % untuk analisis menggunakan dana
sendiri dan kedua 12 % untuk analisis yang menggunakan dana pinjaman
bank. Hasil analisis dengan luas kebun 60 hektar dan umur usaha selama 50
tahun diperoleh nilai NPV positif berarti pembangunan kebun Kemiri Sunan
layak untuk diusahakan. Berdasarkan tabel diatas, nilai NPV yang akan
diterima sebesar Rp.1.101.007.645,00 jika menggunakan dana sendiri.
Page 38
Sedangkan apabila sumber modal usaha berasal dari pinjaman, dengan
pertimbangan bahwa petani atau pelaku usaha pada umumnya tidak memiliki
modal usaha dan memerlukan bahan serta peralatan bukan dari
sumberdayanya sendiri, maka NPV yang akan diterima sebesar
Rp.160.351.357,00. Pemerintah telah menetapkan program subsidi bunga
untuk kegiatan pengembangan energi nabati dan petani mendapatkan grace
period untuk hanya membayar bunga selama belum ada pendapatan dari
usahanya.
Untuk jaminan kepastian usaha, diperlukan analisis lebih lanjut yaitu
analisis sensitivitas untuk mengetahui kelayakan usaha jika terjadi perubahan
terhadap biaya dari komponen kegiatan usaha. Seperti misalnya perkiraan
akan terjadi penurunan produktivitas tanaman karena serangan hama dan
penyakit serta penurunan harga jual biji kering. Hal tersebut akan terjadi
apabila usaha tanaman ini berkembang meluas ke seluruh wilayah maka akan
terjadi peningkatan produksi biji kering pada waktu yang bersamaan
menyebabkan jumlah produksi lebih besar dari jumlah permintaan sehingga
menyebabkan suatu saat harga biji kering menurun dan kemungkinan
terjadinya penurunan kualitas biji kering karena penanganan yang tidak tepat
juga dapat menyebabkan penurunan harga.
Perubahan harga biji kering dan penurunan produktivitas memberikan
pengaruh yang sama. Jika harga biji kering dan produktivitas tanaman turun
sampai dengan 28 % atau lebih maka menjadi tidak layak karena nilai NPV
negative sebesar Rp.(14.468.609,00). jika penurunan harga dan produktivitas
dibawah 28 % maka usaha Kemiri Sunan masih layak karena nilai NPV positif
sebesar Rp.25.369.829,00. Faktor harga dan produksi biji kering memiliki
peranan penting dalam kelayakan pembangunan kebun Kemiri Sunan karena
biji kering merupakan sumber tunggal pendapatan. Untuk mempertahankan
kualitas biji kering Kemiri Sunan dilakukan pada saat pemeliharaan tanaman
secara intensif agar dapat mengurangi potensi serangan hama dan penyakit
dan pada saat penanganan biji waktu panen dan pasca panen dengan baik.
Page 39
Pengolahan biodiesel Kemiri Sunan diperlukan biaya
Pengadaan alat, biaya pemeliharaan dan biaya operasional.
Peralatan yang diperlukan untuk pengolahan Kemiri Sunan
terdiri dari reactor, pengupas kulit biji, pengepres biji, dan penyaring minyak
kasar dan minyak biodiesel. Biaya operasional mencakup, pertama, komponen
biaya listrik untuk prosesing pengupasan biji, pengepresan biji,
transesterifikasi tahap 1 dan 2, pencucian tahap 1 sampai tahap 3,
pengeringan dan recovery methanol. Kedua, biaya bahan yang mencakup biji
kering kemiri sunan, methanol, KOH dan air bersih. Ketiga, biaya upah
operator. Biaya listrik dan bahan disesuaikan dengan kapasitas produksi.
Adapun perkiraan biaya pengolahan biodiesel Kemiri Sunan selama satu
tahun diuraikan pada tabel 4.3.
Tabel.4.3. Biaya Pengolahan Biodiesel Kemiri Sunan Jenis Biaya Satuan Biaya (Rp)
Mesin biodiesel kapasitas 400 liter minyak kasar kemiri sunan
set 374.000.000,00
Pemeliharaan mesin (sparepart, pelumas)
tahun 1.800.000,00
Listrik tahun 105.261.470,00
Bahan (material)
tahun 1.224.737.280,00
Tenaga kerja tahun 86.400.000,00
Investasi pembelian alat hanya satu kali pada tahun pertama,
sedangkan biaya pengolahan biodiesel per tahun relatif tetap. Pengolahan
Kemiri Sunan menghasilkan produk utama berupa biodiesel. Penetapan harga
biodiesel mengacu pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral setelah
dikurangi biaya distribusi. Biaya bahan baku per satu liter biodiesel
diperhitungkan dari biaya 4,55 kilogram biji kering Kemiri Sunan yang
diperlukan untuk satu liter biodiesel dikali harga biji kering Rp.775 per
kilogram, maka biayanya Rp. 3.526,25 per liter.
Proses produksi biodiesel menghasilkan produk samping berupa gliserol,
umumnya 12% dari minyak kasar kemiri sunan dan bungkil berupa ampas
berwarna kuning dari limbah proses pengepresan. Bungkil tersebut
merupakan bahan dasar untuk pembuatan pupuk organik. Bungkil yang
4.2. KELAYAKAN FINANSIAL PEENGOLAHAN BIODIESEL KEMIRI SUNAN
Page 40
dihasilkan mencapai 50 % dari biji yang diolah. Sedangkan methanol yang
digunakan dalam proses pengolahan biodiesel akan ada sisa pada akhir proses
kurang lebih 60 % sehingga bisa direcovery dan dipisahkan sehingga dapat
digunakan kembali pada proses pengolahan berikutnya. Perkiraan
pendapatan yang diperoleh dari pengolahan biodiesel kemiri sunan selama
satu tahun sesuai dengan asumsi yang digunakan seperti pada tabel 4.4
berikut ini.
Tabel 4.4. Pendapatan Pengolahan Biodiesel Kemiri Sunan per Tahun
Jenis Produk Satuan Harga (Rp) Pendapatan per
Tahun (Rp)
Biodiesel liter 8.480,00 1.719.411.980,00
Bungkil kilogram 370,00 85.939.200,00
Glicerol (kotor) liter 3.700,00 102.297.600,00
Pendapatan yang diperoleh pada tabel 4.4 sudah termasuk potongan
pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Berdasarkan
komponen biaya dan pendapatan yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis
kelayakan pengolahan biodiesel kemiri sunan sesuai asumsi yang ditetapkan.
Analisis kelayakan pengolahan juga menggunakan dua nilai discount rate
yaitu 7,5% dan 12% seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5. Nilai Kelayakan Pengolahan Biodiesel Kemiri Sunan
Kriteria Kelayakan Nilai
Discount Rate 7,5% Discount Rate 12%
NPV (Rp) 512.549.740 303.310.940
IRR (%) 27,27 27,27
BCR 1,04 1,03
PBP (tahun) 4,32 4,94
Berdasarkan hasil analisis kelayakan, maka pengolahan biodiesel kemiri
sunan layak untuk diusahakan. Untuk usaha dengan pinjaman bank sebesar
Rp.374.000.000,00. Pinjaman tersebut digunakan untuk pembelian alat pada
tahun ke-0 atau tahap persiapan. Pelaku usaha akan memperoleh
pendapatan mulai tahun ke-1. Untuk mengantisipasi ketidakpastian atau
Page 41
kekurangtepatan dalam proyeksi, maka dilakukan analisis sensitivitas
terhadap penurunan harga biodiesel dan kenaikan biaya bahan.
Komponen terbesar yang dikeluarkan dalam proses pengolahan biodiesel
adalah pembelian bahan dan tenaga kerja. Bahan-bahan terdiri dari biji kemiri
sunan dan bahan tambahan diprediksi terjadi kenaikan harga sesuai
fluktuasi harga pasar. Sedangkan biaya tenaga kerja cenderung mengikuti
standar upah regional atau provinsi. Hasil analisis sensitivitas atas
perubahan tersebut menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan biaya
bahan dan penurunan harga biodiesel sebesar 5% maka pengolahan biodiesel
kemiri sunan masih layak diusahakan. Tetapi apabila terjadi kenaikan biaya
bahan dan penurunan harga mencapai 6% atau lebih dengan NPV negatif,
maka pengolahan biodiesel tidak layak diusahakan.
Page 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Apabila arah Pengembangan tanaman Kemiri Sunan untuk
menghasilkan biodiesel, maka luasan kebun Kemiri Sunan yang
layak diusahakan minimal seluas 60 hektar dengan umur usaha 50 tahun
baik dengan dana sendiri maupun dengan dana pinjaman bank. Nilai
kelayakan dengan dana sendiri adalah NPV Rp.1.101.007.645,00 dengan IRR
13,52 %, BCR 1,36 dan PBP 14,68 tahun. Apabila usaha dengan dana
pinjaman bank, maka nilai kelayakan pada NPV Rp.160.351.357,00 dengan
IRR 13,52 %, BCR 1,08 dan PBP 22,55 tahun.
Pengembangan tanaman Kemiri Sunan dinilai sensitif terhadap
penurunan harga jual biji kering Kemiri Sunan dan penurunan produktivitas
tanaman sebesar 28 % atau lebih. Apabila terjadi perubahan pada kisaran
persentase tersebut maka pengembangan tanaman Kemiri Sunan tidak layak
diusahakan.
Untuk pengolahan biodiesel Kemiri Sunan layak diusahakan dengan
umur usaha 15 tahun, kapasitas produksi 202,75 kiloliter per tahun dengan
dana sendiri maupun dana pinjaman. Nilai kelayakan dengan dana sendiri
adalah NPV Rp.512.549.740,00 dan IRR 27,27 %, BCR 1,04 dan PBP 4,32
tahun. Sedangkan untuk nilai kelayakan dengan dana pinjaman bank adalah
NPV Rp.303.310.940,00 dan IRR 27,27 %, BCR 1,03 dan PBP 4,94 tahun.
Pengolahan biodiesel Kemiri Sunan sensitive terhadap kenaikan biaya
bahan dan penurunan harga biodiesel mencapai 6 % atau lebih. Perubahan
pada kisaran persentase tersebut menyebabkan pengolahan biodiesel Kemiri
Sunan tidak layak untuk diusahakan.
Tanaman Kemiri Sunan dapat dikembangkan pada wilayah
studi yaitu Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten lainnya terutama
pada lahan yang tersedia secara optimal berupa kebun campuran, semak
belukar, tanah terbuka pada areal pemanfaatan hutan, areal eks tambang dan
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
Page 43
di pedesaan umumnya. Pengembangan tanaman Kemiri Sunan
direkomendasikan dengan pola agroforestry agar pemanfaatan lahan lebih
intensif. Pengembangan tanaman Kemiri Sunan melibatkan masyarakat,
pelaku usaha dan pemerintah. Pemerintah dapat memberikan dukungan
kelembagaan , insentif dan sarana prasarana pendukung.
Pembangunan pengolahan biodiesel perlu dikembangkan untuk energi
alternatif agar Kalimantan Timur menjadi daerah yang mandiri energi.
Dengan melihat kecendrungan harga dan komsumsi BBM yang terus
meningkat, maka penggunaan biodiesel bersumber dari pohon Kemiri Sunan
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan Kemiri Sunan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, ramah lingkungan, dan tersedianya
sumberdaya yang sesuai untuk pengembangannya, sehingga dapat menjadi
alternatif sumber energi terbarukan dari minyak nabati non pangan.
Pelibatan masyarakat dan komunikasi dalam proses menuju
pengembangan biodiesel kemiri sunan dan penerimaan masyarakat terhadap
tanaman Kemiri Sunan sebagai tanaman biodiesel perlu dilakukan secara
intensif.
Pengembangan tanaman Kemiri Sunan akan mengintegrasikan tiga
usaha sekaligus yaitu produksi buah Kemiri Sunan, pengolahan biodiesel
Kemiri Sunan dan pembuatan briket. Disarankan agar pengembangannya
dilakukan dengan pola kemitraan. Mitra usaha diupayakan berasal dari
daerah pengelolaan yang sama agar memudahkan distribusi bahan baku.
Pengelolaan unit usaha direkomendasikan dengan skema pemberdayaan
kelompok tani dan pembentukan pengelola kelompok. Usaha ini sekaligus
memberikan manfaat lingkungan dan konservasi lahan.