Top Banner
POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER TANGKAHAN KERTAS KARYA OLEH : PUTRI OKTA VINA. GIRSANG 132204008 PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 17
62

POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Oct 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG

LAUSER TANGKAHAN

KERTAS KARYA

OLEH :

PUTRI OKTA VINA. GIRSANG

132204008

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 17

Page 2: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI FLORA DAN FAUNA DI TAMAN NASIONAL

GUNUNG LEUSER TANGKAHAN

OLEH :

PUTRI OKTA VINA. GIRSANG

132204008

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si. Ph.D Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19660420 199203 1 003 NIP. 19640821 199802 2 001

Page 3: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN

NASIONAL GUNUNG LEUSER

TANGKAHAN

Oleh : PUTRI OKTA VINA. GIRSANG

NIM : 132204008

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Budi Agustono, MS

NIP. 19600805 198703 1001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001

Page 4: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...
Page 5: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

ABSTRAK

Tangkahan adalah sebuah kelurahan yang berada pada wilayah 2 Langkat, yaitu

Langkat Hilir Kecamatan Batang Serangan. yang diapit oleh dua desa, yaitu Desa

Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui lebih

dalam tentang potensi flora dan fauna di Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan

dan memberikan informasi kepada khalayak banyak bahwa potensi flora fauna

sebagai daya tarik wisata. Metode yang digunakan melalui penelitian kepustakaan

dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku dan internet. Penelitian

lapangan, yaitu dengan mengunjungi langsung daerah penelitian. Hasil yang

didapatkan potensi flora fauna di Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan, yaitu

floranya ialah Pohon Kasuarina, Pala Hutan, Camphor atau Kapur Barus, Pohon

Nibung, Rotan, Pohon Bakau atau Api-api, Pandan, Pohon Matoa, Meranti, Keruing,

Damar, Durian Hutan, Mangga, Pisang Hutan, buah Leci, Cempedak Hutan, lumut,

Anggrek Gentians, anggrek hutan, Titan Arum, Bunga Bangkai Padma Raksasa, dll.

Faunanya ialah Kedih, Uwa-uwa, Badak sumatera, Beruk, Kukang, Beruang madu,

Berang-berang, Tupai, Anjing hutan, Babi hutan, Kancil, Napu, Rusa muncak,

Kijang, Macan dahan, Kucing hutan, Babi hutan, Kancil, Napu, Rusa muncak,

Kijang, Macan dahan, kucing hutan, Kucing emas temminck, Macan hutan kuwuk,

air asin/Estuarine, Katak terbang, Kura-kura hawksbill, Penyu belimbing, Biawak,

Kuau raja, Kangkareng/Rangkong perut putih, Beo kepala biru, Elang tiram,

Rangkong badak, Elang laut perut putih, Beo kepala biru, dll.

Keyword : Potensi Flora dan Fauna di Taman Nasional Gunung Leuser

Page 6: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yaitu

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis

akhirnya kertas karya ini dapat selesai. Kertas karya ini merupakan salah satu syarat

akademis untuk mendapatkan gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha

Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih banyak kekurangan yang

disebabkan masih minimnya pengetahuan penulis serta kurangnya diktat dan buku-

buku tentang usaha wisata yang menjadi acuan penulis. Tidak ada yang sempurna di

dunia ini, demikian juga penulis yang membuat kertas karya ini tidak luput dari

kekhilafan dan kesalahan. Berdasarkan pemikiran tersebut berdasarkan kerendahan

hati, penulis mengharapkan kritik dan saran ke arah perbaikan yang diperlukan dari

pembaca guna kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh sebab itu sudah

selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Page 7: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E. MSP selaku dosen koordinator PKL bidang

keahlian Usaha Wisata Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Sugeng Parmono, SE, MSi selaku dosen pembimbing Akademik yang telah

banyak mengarahkan dan membimbing penulis selama 3 tahun.

5. Bapak Drs. Jhonson Pardosi, M.Si. Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan

susah payah mendidik dan membimbing serta meluangkan waktu untuk penulis

dalam menyelesaikan kertas karya ini.

6. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, MSP selaku dosen pembaca yang dengan susah

payah mendidik dan mengarahkan serta meluangkan waktu untuk penulis dalam

menyelesaikann karya ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada kedua orang tua tercinta bapak Mayor Girsang dan ibu Nurmiati Perangin-

angin yang telah banyak membantu penulis baik dari segi doa, moril dan materi dari

awal perkuliahan sampai selesainya kertas karya ini.

9. Kepada saudara-saudara penulis, Hiskia Yon Rafles Girsang, Lediyani Guspita

Girsang yang telah banyak memberi dorongan dan mendukung penulis dari segi doa,

moril dan materi selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

10. Teman-teman Pariwisata Usaha Wisata stambuk 2013 yang telah memberi

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

11. Teman-teman ELS GENERATION yang telah mendukung dari segi doa, moril

dan materi selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

Page 8: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

12. Teman-teman PELMAP USU yang telah mendukung dari segi doa, moril dan

materi selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

13. Teman-teman IMAPA yang telah mendukung dari segi doa, moril dan materi

selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

14. Kepada komunitas saya KOMSEL 3G yang telah mendukung dari segi doa, moril

dan materi selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

15. Kepada SKE SOLAGRATIA yang telah mendukung dari segi doa, moril dan

materi selama penulis menyelesaikan kertas karya ini.

16. Kepada sahabat penulis, Om Moody, Tante Eva, Bang Joel, Putri, Saumi, Tina,

Caca, Angel, Raka, Flo, Panata, Bang Cristian, Bang Doman dan spesial kepada

Manda Sinurat yang telah banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis

terkhusus dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

17. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian

kertas karya ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengaharapkan semoga kertas karya ini bermanfaat bagi

kita semua, khususnya bagi penulis dan para pembaca.

Medan, 07 Oktober 2016

Penulis,

Putri Okta Vina. Girsang

NIM : 132204008

Page 9: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul .................................................. 1

1.2 Pembatasan Masalah ...................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................ 5

1.4 Metode Penelitian ........................................................... 5

1.5 Manfaat penulisan .......................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan ..................................................... 7

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata ..................................................... 8

2.2 Pengertian Wisatawan ..................................................... 9

2.3 Pengertian Daya Tarik Wisata ......................................... 10

2.4 Pengertian Ekowisata ...................................................... 11

2.5 Pengertian Obyek Wisata ................................................ 12

2.6 Pengertian Potensi ........................................................... 13

2.7 Pengertian Flora .............................................................. 14

Page 10: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

2.8 Pengertian Fauna ............................................................. 15

2.9 Pengertian Taman Nasional ............................................. 15

2.10 Hubungan Flora dan Fauna dengan Pariwisata .............. 16

BAB III : GAMBARAN UMUM KELURAHAN TANGKAHAN

3.1 Kawasan Ekowisata Tangkahan ....................................... 18

3.2 Sejarah Awal Terbentuknya Kawasan Ekowisata

Tangkahan ...................................................................... 20

3.3 Letak Geografis Kelurahan Tangkahan............................ 23

3.4 Luas Wilayah dan Iklim Kawasan Tangkahan ................. 24

3.5 Sarana Pariwisata Kawasan Tangkahan ........................... 24

3.6 Prasarana Objek Wisata Kawasan Tangkahan ................. 27

BAB IV : POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL

GUNUNG LEUSER TANGKAHAN

4.1 Potensi Flora di Taman Nasional Gunung

Leuser Tangkahan ........................................................... 31

4.1.1. Bunga Bangkai Raflesia.......................................... 32

4.1.2. Titan Arum.............................................................. 33

4.1.3. Pohon Damar........................................................... 35

4.1.4. Pohon Kapur............................................................ 37

Page 11: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

4.2 Potensi Fauna di Taman Nasional Gunung

Leuser Tangkahan ........................................................... 39

4.2.1. Gajah Sumatera....................................................... 40

4.2.2. Harimau Sumatera................................................... 42

4.2.3. Badak Sumatera...................................................... 43

4.2.4. Orang Utan Sumatera.............................................. 46

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................... 48

5.2 Saran ............................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 4.1 Bunga Bangkai Raflesia ................................................. 33

GAMBAR 4.2 Bunga Bangkai Titan Arum ............................................ 34

GAMBAR 4.3 Pohon Damar dan Lesin Kopal ........................................ 37

GAMBAR 4.4 Pohon Kapur ................................................................... 39

GAMBAR 4.5 Gajah Sumatera ............................................................... 41

GAMBAR 4.6 Harimau Sumatera .......................................................... 43

GAMBAR 4.7 Badak Sumatera ............................................................. 46

GAMBAR 4.8 Orangutan Sumatera ....................................................... 47

Page 13: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara,

dengan ibu kotanya adalah Stabat. Sebelumnya Kabupaten Langkat merupakan

sebuah kerajaan dan wilayahnya terbentang antara aliran Sungai Seruai atau daerah

Tamiang sampai ke daerah aliran anak Sungai Wampu. Wilayah Kabupaten Langkat

secara astronomis terletak pada 3˚14’-4˚13’ LU dan 97˚52’- 98˚45’BT. Kabupaten

Langkat terdiri dari 23 kecamatan yang terdiri dari 3 wilayah, yaitu :

1. Wilayah Langkat Hulu, meliputi Kecamatan Kuala, Sei Bingai, Salapian,

Bahorok, Serapit, Kutambaru, Selesai, dan Binjai.

2. Wilayah Langkat Hilir, meliputi Kecamatan Stabat, Wampum, Secanggang,

Hinai, Padang Tualang, Batang Serangan, Sawit Seberang, dan Tanjung Pura.

3. Wilayah III Teluk Haru, meliputi kecamatan Babalan, Gebang, Brandan

Barat, Sei Lepan, Pangkalan Susu, Besitang, dan Pematang Jaya.

Kabupaten Langkat memilki banyak tempat wisata yang tersembunyi yang

belum banyak dikenal orang yaitu Air Terjun Jodoh, Air Terjun Pande Namura, Air

Terjun Namu Belanga, Air Terjun Lau Berte, Batu Rongring, Batu Katak, Jaring

Halus, Pulau Kampai, Pulau Sembilan, Pantai Kuala Serapah, Air Jeram Sei Wampu,

Sei Bingei, dan yang paling terkenal ialah Tangkahan yang dijuluki The Hidden

Paradise of Sumatra.

Page 14: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Ekowisata Tangkahan memberikan pengaruh positif terhadap tingkat

kesempatan kerja. Diketahui bahwa di peroleh nilai ekonomi Ekowisata Tangkahan

sebesar Rp 113.812.336.000/ tahun dengan pendapatan yang diterima pengelola

sebesar Rp 16.984.000/tahun.

Tangkahan adalah sebuah kelurahan yang berada pada wilayah 2 Langkat,

yaitu Langkat Hilir Kecamatan Batang Serangan. yang diapit oleh dua desa, yaitu

Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Tangkahan merupakan salah satu daerah

yang sangat kaya akan flora dan fauna. Sebelum masyarakat mengerti akan

pentingnya pelestarian hutan, masyarakat sering menebang pohon didalam hutan

dengan sembarangan padahal hutan menjadi habitat bagi banyak flora dan fauna yang

terdapat di dalamnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu beberapa orang yang

sadar akan pentingnya melestarikan hutan mulai mengambil tindakan untuk

melestarikan hutan.

Tahun 2010 Tangkahan menjadi kawasan wisata dengan konsep ecotourism

atau ekowisata dimana secara tidak langsung wisatawan disadarkan akan pentingnya

pelestarian alam. Hutan Tangkahan menjadi sumber penghasilan warga setempat dari

sektor pariwisata. Melalui bantuan Indecon (Indonesia Ecotourism Network) dan FFI

(Flora and Faunia International), dua lembaga ini merupakan lembaga swadaya

masyarakat di bidang konservasi alam. Masyarakat setempat membentuk Lembaga

Pariwisata Tangkahan (LPT). Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem dalam

kehidupan memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia.

Tangkahan merupakan salah satu kawasan hutan di Taman Nasional Gunung Leuser

(TNGL). Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) merupakan salah satu sumber

Page 15: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

penyokong kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pinggir hutan

sehari-hari.

Pengunjung atau wisatawan yang sering mengunjungi wisata Tangkahan

adalah wisatawan domestik dan mancanegara. Para wisatawan mancanegara berasal

dari Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, AS, Spanyol, Swiss, Irlandia, Malaysia,

Singapura, dan berbagai negara lainnya. Para wisatawan mancanegara ini berkunjung

ke Tangkahan 3-4 hari lamanya baru mereka kembali ke Medan, untuk selanjutnya

berkunjung ke berbagai objek wisata lainnya yang ada di Sumatera Utara. Pada tahun

2012 ada 7.070 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Tangkahan, tahun 2013

ada 7.091 wisatawan, tahun 2014 ada 8.567 wisatawan, dan tahun 2015 ada 3.495

wisatawan mancanegara.

Wisatawan mancanegara yang datang ke Tangkahan biasanya datang dengan

alasan jenuh akan suasana perkotaan dan bangunan tinggi. Minat wisatawan

mancanegara saat datang ke Tangkahan yaitu untuk melakukan junggle track,

menyusuri hutan tropis untuk melihat flora umum seperti Titan Arum, Pohon

Kasuarina, Pala Hutan, Camphor Atau Kapur Barus, Pohon Nibung, Pohon Bakau,

Pandan, Pohon Matoa, Meranti, Keruing, Camphor Dan Damar, Durian Hutan,

Mangga, Pisang Hutan, Buah Leci Dan Buah Cempedak Hutan, Anggrek Gentians,

Bunga Primula, Stroberi, Tanaman Obat-Obatan, Anggrek-Anggrek Hutan, melihat

Flora langka seperti Rafflesia Arnoldii, melihat fauna umum seperti Sarudung,

Siamang, Monyet Ekor Panjang, Beruk, Kedih, Macan Dahan, Rusa Sambar, Kura-

Kura, Kupu-Kupu, Kunang-Kunang, Rangkong Badak, Ikan Jurung, Ikan Endemik

Sungai Alas Yang Bisa Mencapai Panjang 1 Meter, Fauna Reptilia dan Amphibia

Page 16: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Didominasi Ular Berbisa dan Buaya, Burung Kuau Raja, Kangkareng/Rangkong

Perut Putih, Rangkong Badak, Elang Laut Perut Putih, Beo Kepala Biru, Elang

Tiram, juga melihat fauna yang langka Orangutan Sumatera, Badak Sumatera,

Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, Beruang Madu, Rangkong Papan, Ajag,

Siamang, menikmati air terjun, memandikan gajah dan menungganginya sambil

menjelajah hutan, menyelusuri gua alam. Wisatawan mancanegara biasanya datang

ke daerah Tangkahan tidak melalui biro perjalanan.

Wisatawan domestik sebagian besar datang rombongan dan jarang

menggunakan biro perjalanan, biasanya wisatawan domestik menginap minimal satu

malam. Wisatawan domestik pada umumnya adalah anak muda dan mereka sebagian

besar adalah wisatawan yang backpacker. Wisatawan domestik saat datang ke

Tangkahan berniat untuk berpetualang, berenang di sungai, memandikan gajah, arung

jeram dengan menggunakan ban (ctubbing) atau rubber boat, menyelusuri gua alam,

mengamati atraksi satwa, trekking di hutan tropis dengan menaiki gajah, dan juga

menikmati kuliner khas lokal.

Upaya dalam membangun masyarakat sekitar hutan adalah dengan

meningkatkan kesempatan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam mengelola

sistem pelestarian hutan untuk meningkatkan potensi flora dan fauna yang terdapat di

Tangkahan, menjaga kelestarian flora dan fauna yang tersembunyi yang jarang di

jumpai agar tidak ada satupun yang punah juga agar dapat dinikmati oleh wisatawan

yang datang. Dengan demikian, diperlukan partisipasi masyarakat, dan wisatawan

yang berkunjung dalam menyelamatkan flora dan fauna, tanah, air serta unsur lainnya

sehingga terhindar dari kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan.

Page 17: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk membuat kertas

karya yang berjudul “Potensi Flora dan Fauna di Taman Nasional Gunung

Leuser Tangkahan”.

1.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan kertas karya inipenulis

membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu :

1. Apa saja potensi Flora yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser

Tangkahan.

2. Apa saja potensi Fauna yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser

Tangkahan.

2.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Untuk mengetahui potensi Flora yang ada di Taman Nasional Gunung

Leuser Tangkahan.

2. Untuk mengetahui potensi Fauna yang ada di Taman Nasional Gunung

Leuser Tangkahan.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma III

Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Budaya.

Page 18: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

2. Untuk mengetahui potensi flora dan fauna yang langka maupun tidak di

Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan.

3. Sebagai bahan referensi yang dapat membantu menginformasikan kepada

khalayak umum bahwa ada sekitar 89 spesies langka dan dilindungi

berada di Taman Nasional Gunung Leuser salah satunya Tangkahan

seperti Orangutan sumatera, Badak sumatera, Harimau sumatera, Gajah

sumatera, Beruang madu, Rangkong papan, Siamang dan sekitar 325 jenis

burung di antaranya: rangkong badak Fauna reptilia dan amphibia

didominasi ular berbisa dan buaya, ikan jurung, ikan endemik Sungai Alas

yang bisa mencapai panjang 1 meter dan kupu-kupu.

1.5 Metode Penelitian

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka penulis

menggunakan beberapa metode penelitian antara lain :

1. Metode Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan menggali masalah yang ada dengan

menggunakan data-data dari buku dan tulisan yang lainnya yang

mendukung pembahasan topic.

2. Penelitian Topik (Field Research)

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dengan

mengunjungi langsung ke lapangan atau daerah penelitian.

Page 19: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

1.6 Sistematika Penulisan

Agar penulisan kertas karya ini tidak menyimpang dari permasalahan yang

ada, maka perlu digunakan suatu sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Menguraikan tentang alasan pemilihan judul, pematasan masalah,

tujuan penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan

BAB II : Menguraikan beberapa hal mengenai pengertian pariwisatan,

wisatawan, daya tarik wisata, ekowisata, obyek wisata, potensi,

pengertian flora dan fauna, pengertian Taman Nasional Gunung

Lauser (TNGL), hubungan TNGL dengan Pariwisata.

BAB III : Menguraikan tentang gambaran umum Taman Nasional Gunung

Leuser Tangkahan.

BAB IV : Menguraikan tentang potensi flora dan fauna di Taman Nasional

Gunung Leuser.

BAB V : Bab ini merupakan rangkuman dari seluruh isi kertas karya ini yang

dibuat dalam bentuk saran dan kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk

sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan meninggalkan tempatnya

semula dengan suatu perencanaan dan bukan bermaksud untuk mencari nafkah

ditempat yang dikunjunginya, tetapi untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau

rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 menyatakan: “...Pariwisata

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk dengan

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang

tersebut”. Secara Etimologi pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri

dari dua kata yaitu “pari” yang berarti banyak atau berkeliling, sedangkan pengertian

“wisata” berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari

sesuatu.

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan manusia untuk bersenang-senang

tanpa unsur paksaan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang

dituju tetapi untuk menikmati pelayanan dan fasilitas disuatu daerah yang dikunjungi.

Selanjutnya pariwisata menurut Profesor Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam

bukunya Grundriss der Allgemeinen Fremdenverkehrslehre menyatakan:

Pariwisata didefenisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang

berkaitan dengan tinggalnya orang asing disesuatu tempat, dengan syarat

bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang

Page 21: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

penting (a major ... activity) yang memberikan keuntungan yang bersifat

permanen maupun sementara.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari suatu

tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah ataupun menetap

di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati perjalanan tersebut sebagai

rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan

dan dilakukan perorangan maupun kelompok.

2.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pariwisata.

Wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan wisata atau perjalanan ke

suatu daerah atau negara dengan meninggalkan tempat tinggalnya sehari-hari selama

lebih dari 24 jam dan kurang dari 6 bulan dengan berbagai maksud kecuali untuk

tujuan mencari nafkah.

Menurut A.J Norwal (dalam Nyoman S.Pendit,1999:38) menyatakan:

Wisatawan merupakan seseorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan

maksud tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal permanenatau untuk usaha-usaha

yang teratur melintasi perbatasan, dan yang mengeluarkan uangnya di negeri yang

dikunjunginya, uang mana telah diperolehnya bukan di negeri tersebut melainkan di

negara lain.

Wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan wisata atau

perjalanan kesuatu daerah atau negara dengan meninggalkan tempat tinggalnya

sehari-hari selama lebih dari 24 jam dan kurang dari 6 bulan dengan berbagai maksud

Page 22: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

kecuali untuk mencari nafkah. Sehingga wisatawan dikelompokkan menurut sifatnya

oleh Kusumaningrum (2009:18) menyatakan:

1. Wisatawan modern idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada

budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual

2. Wisatawan modern materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme

(mencari keuntungan) secara berkelompok

3. Wisatawan tradisional idealis, wisatawan yang menaruh minat pada

kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai

sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi

4. Wisatawan tradisional materialis, wisatawan yang berpandangan

konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah, dan keamanan.

Secara umum, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wisatawan

merupakan orang-orang yang berkunjung ke suatu daerah atau negara dengan tujuan

untuk bersantai, menyegarkan pikiran, dan menikmati alam dan fasilitas di daerah

yang dikunjunginya bukan untuk mencari nafkah dengan kurun waktu kurang dari 6

bulan.

2.3 Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu ciptaan manusia yang memiliki

keunikan yang beranekaragam dan layak dipertunjukkan untuk dikunjungi wisatawan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan :

“...Daya tarik wisata adalah sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan,

Page 23: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan”.

Secara umum, daya tarik wisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

merupakan ciptaan manusia yang dapat dilihat, dipelajari, dan dinikmati oleh

wisatawan. Ada 3 hal yang menjadi salah satu faktor pendukung daya tarik wisata

menurut (Yoeti,1985:164) menyatakan:

1. Something to see, artinya di daerah tujuan wisata terdapat daya tarik

khusus di samping atraksi wisata yang menjadi interestnya

2. Something to do, artinya selain banyak yang dapat disaksikan, harus

terdapat fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal di objek

itu.

3. Something to buy, artinya di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk

berbelanja souvenir atau hasil kerajinan untuk oleh-oleh.

Penjelasan diatas dapat dijabarkan bahwa daya tarik wisata yang dimiliki

suatu destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, yakni sesuatu yang dapat dilihat,

misalnya pemandangan alam, peninggalan purbakala, pertunjukan; atau sesuatu yang

dapat dilakukan, misalnya rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu yang dapat dibeli,

yakni barang-barang unik atau cendramata. Selain itu dapat pula sesuatu yang dapat

dinikmati, misalnya udara sejuk bebas pencemaran, pelayanan istimewa; atau sesuatu

yang dapat dimakan, misalnya makanan atau minuman khas daerah/negara. Artinya

daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memicu seseorang atau sekelompok

orang mengunjungi suatu tempat karena sesuatu itu memiliki makna tertentu,

misalnya lingkungan alam, peninggalan atau tempat sejarah, peristiwa tertentu.

Page 24: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

2.4 Ekowisata

Ekowisata adalah perjalanan wisatawan menuju daerah alamiah yang

relative belum terganggu atau terkontaminasi dengan tujuan mempelajari,

mengagumi, menikmati pemandangan dan kekayaan hayati yang ada di sekitar

kawasan.

Istilah ekowisata menurut Hector Ceballos-Lascurain menyatakan:

“…Perjalanan wisatawan menuju daeraha alamiah yang relatif belum terganggu atau

terkontaminasi. Tujuan utamanya yakni mempelajari, mengagumi, menikmati

pemandangan alam dan kekayaan hayati yang dikandungnya, seperti hewan dan

tumbuhan serta budaya lokal yang ada di sekitar kawasan”.

Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF, 2009

menyatakan: “…Pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif

terhadap lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan

ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.

Beberapa aspek kunci dalam ekowisata secara umum adalah:

1. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung

lingkungan dan sosial-budaya masyarakat

2. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)

3. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)

4. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal

(nilai ekonomi).

Page 25: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola pengembangan ekowisata

yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan penuh oleh masyarakat

setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan usaha ekowisata dan

segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan

usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut

didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam

serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga

pelibatan masyarakat menjadi mutlak.

Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi

masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan

ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi;

homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap

pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan

akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat

yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.

2.5 Pengertian Objek Wisata

Objek wisata adalah sumber daya alam yang berpotensi serta mempunyai daya

tarik bagi wisatawan, baik yang alami maupun yang sudah dibudidayakan kawasan

yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat

daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas serta masyarakat

yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Page 26: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan: “…Objek wisata

diartikan sumber daya alam yang berpotensi serta mempunyai daya tarik bagi

wisatawan, baik yang alami maupun yang sudah dibudidayakan”.

Objek wisata adalah kawasan yang memiliki daya tarik wisata dan memilki

segala fasilitas yang mendorong terwujudnya kepariwisataan. Menurut Undang-

undang No 10 tentang kepariwisataan menyatakan : “...kawasan geografis yang

berada dalam satu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat daya

tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas serta masyarakat yang

saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan”. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Objek Wisata adalah sumber daya alam yang berpotensi serta

mempunyai daya tarik bagi wisatawan, baik yang alami maupun yang sudah

dibudidayakan dan di dalamnya terdapat fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksebilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan.

2.6 Pengertian Potensi

Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat

dikembangkan; memiliki kekuatan; memiliki kesanggupan; memiliki daya untuk

dijadikan lebih baik. Potensi adalah kemampuan terpendam yang masih perlu

untuk dikembangkan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan: “…Potensi adalah

kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan;

Page 27: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

kesanggupan; daya. Potensi adalah kemampuan terpendam yang masih perlu untuk

dikembangkan.

2.7 Pengertian Flora

Flora berasal dari bahasa latin yaita nama dewi pelindung bunga serta taman

dan dewi kesuburan dalam Mitologi Romawi. Flora sendiri dapat diartikan sebagai

sekelompok tanaman. Sedangkan arti dari flora endemik ialah berbagai jenis

tumbuhan yang hidup pada wilayah tertentu. Contohnya : flora Jawa, flora endemik

Kalimantan, dan sebagainya. Contoh flora endemik sumatera adalah raflesia arnoldi

atau bunga bangkai. Flora endemik jawa adalah tanaman melati, serta flora endemik

Papua ialah tanaman buah merah.

Biasanya dalam pemakaian katanya selalu di beri dengan tambahan nama

geografis daerah tersebut, seperti nabatah eropa, nabatah amerika, nabatah asia, dan

sebagainya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan: “…Flora adalah

keseluruhan kehidupan jenis tumbuh-tumbuhan suatu habitat, daerah, atau strate

geologi tertentu”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa flora adalah alam tumbuh-

tumbuhan; karya atau terbitan yang membuat daftar dan penelaahan jenis tumbuh-

tumbuhan suatu habitat, daerah, atau strata geologi tertentu.

2.8 Pengertian Fauna

Fauna, dari bahasa Latin, atau alam hewan artinya adalah khazanah segala

macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau periode tertentu. Istilah yang

sejenis untuk tumbuhan adalah flora/nabatah. Nabatah, alam hewan dan bentuk

kehidupan lain seperti fungi dalam suatu kesatuan disebut biota. Penulisan nabatah

Page 28: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

dan alam hewan biasanya ditulis di depan nama geografis, misalnya alam hewan

peralihan, alam hewan Asia atau alam hewan Australia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan: “…Fauna adalah

keseluruhan kehidupan hewan suatu habitat, daerah, atau strata geologi tertentu;

dunia hewan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fauna adalah karya atau

penerbitan yang membuat daftar dan penelaahan jenis hewan suatu habitat,

daerah, atau strata tertentu.

2.9 Pengertian Taman Nasional

Menurut UU No. 5 Tahun 1990 pasal 1 butir 14 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan: “...Taman Nasional adalah

kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem

zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi”. Sehin gga dapat disimpulkan bahwa

Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) adalah kawasan konservasi yang berfungsi

melestarikan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

2.10 Hubungan Flora dan Fauna dengan Pariwisata

Hubungan antara flora dan fauna dengan pariwisata secara umum adalah nilai

dan pemeliharaan, termasuk penjagaan flora dan fauna yang menjadi kekayaan bagi

pariwisata Indonesia. Pelestarian terhadap flora dan fauna yang ada di dalam hutan

adalah warisan alam yang harus dilestarikan. Pembentukan desain produk pariwisata

hendaknya diaplikasikan juga kepada pelestarian flora dan fauna.

Page 29: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Banyak potensi flora dan fauna yang ada di dalam hutan yang mampu

dijadikan daya tarik untuk para wisatawan. Dikuatirkan adalah apabila flora dan

fauna tidak dijaga kelestariannya akan mengurangi kekayan dan ketertarikan

wisatawan untuk datang.

Page 30: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

BAB III

GAMBARAN UMUM KELURAHAN TANGKAHAN

3.1 Kawasan Ekowisata Tangkahan

Kawasan Ekowisata tangkahan adalah nama yang ditetapkan untuk

memperjelas sebutan pada batas kawasan pengelolaan dalam lingkup kesepakatan

kerjasama (memorandum of understanding) yang di tanda tangani oleh Balai Besar

Taman Nasional Gunung Leuser dan lembaga pariwisata tangkahan pada 22 april

2002 dan 23 juli 2006 seluas 17.500 ha, yang merujuk pada ketentuan peraturan

menteri kehutanan No: P.19/Menhut-II/2004 tentang koloborasi kawasan Pelestarian

Alam dan kawasan Suaka Alam. Letak kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut

terletak pada koordinat 30 37’ 45” – 3

0 44’ 45” LU s/d 98

0 00’ 00” – 98

0 6’ 45” BT.

Kawasan pengelolaan kolaborasi tersebut terletak di wilayah Resort BB_TNGL

Tangkahan dan sebagian masuk dalam wilayah Resort BB_TNGL Cinta Raja, SPTN

VI-Besitang pada wilayah BPTN III/Stabat Balai Besar Taman nasional Gunung

Leuser di bagian Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah administratif

Kabupaten Langkat.

Kawasan Ekowisata Tangkahan terletak di kecamatan Batang Serangan yang

merupakan pemekaran wilayah dari kecamatan Padang Tualang. Kecamatan Batang

Serangan memiliki 6 wilayah Desa (Sungai Serdang, Namo Sialang, Sungai Musam,

Sungai Bamban dan Karya Jadi) dan 1 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Batang

Serangan yang merupakan ibu kota kecamatan Batang Serangan. Kecamatan Batang

Serangan memiliki luas 99.322 hektar (993,32 Km²) dengan jumlah penduduk 13.776

Page 31: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 38 jiwa/km². Ketiga wilayah desa dalam

wilayah administratif kecamatan Batang Serangan tersebut memiliki (berbatasan)

wilayah hutan Taman Nasional Gunung Leuser yaitu Desa Sungai Serdang, Desa

Namo Sialang dan Desa Sungai musam. Kecamatan Batang Serangan berbatasan

dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Lepan dan Sawit

Seberang.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bahorok.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kawasan hutan TNGL di wilayah

Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

Kawasan Ekowisata Tangkahan (Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang)

meliputi 30 wilayah dusun yang terdiri dari dusun masyarakat kampung dan dusun

kebun dari keberadaan keberadaan afdeling perkebunan PTPN II Kebun kuala sawit

dan wilayah afdeling perkebunan swasta (PT. Prima dan PT. Puskopad). Jarak lokasi

kegiatan dari kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah kurang

lebih 95 kilometer, dengan kondisi jalan yang telah hampir rampung diperbaiki secara

bertahap. Kondisi jalan yang mengalami kerusakan terletak pada dua wilayah

kewenangan yaitu pada kewenangan kebijakan pemerintah kabupaten sehingga

menyulitkan koordinasi bagi upaya pembangunannya.

Aksesbilitas dapat ditempuh dengan menggunakan bus umum “Pembangunan

Semesta” melayani rute Medan (Terminal Pinang Baris) menuju Kawasan Ekowisata

Tangkahan pada jam-jam tertentu karena kondisi jalan (jalan milik perkebunan) yang

Page 32: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

belum semua jalannya selesai diperbaiki. Akan tetapi, transportasi menuju lokasi

Kawasan Ekowisata Tangkahan dapat ditempuh dengan ojek maupun mobil carteran

setiap setengah jam dengan menggunakan bus tersebut apabila hanya sampai simpang

Namu Unggas (8 kilometer sebelum Tangkahan).

3.2 Sejarah Awal Terbentuknya Kawasan Ekowisata Tangkahan

Kawasan Ekowisata Tangkahan pada awal abad ke 20 (tahun 1900)

merupakan kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung (natur reservaat) dan hutan

produksi. Model ladang berpindah-pindah maupun untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga, kayu bakar, berburu, dan lainnya merupakan bahagian dari pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dalam bingkai kreatifan tradisional. Meskipun demikian,

beberapa pengusaha dari luar memulai pengelolaan kayu pada era 1930 melibatkan

penduduk lokal sebagai tenaga kerja (generasi pertama). Proses pengelolaan kayu

dengan menggunakan alat tradisional dan diangkut ke tepi sungai oleh beberapa ekor

kerbau, dan dialirkan melalui sungai ke Tanjung Pura. Era ini merupakan langkah

permulaan penduduk tersebut mencari sumber penghasilan baru selain bercocok

tanam tanaman berumur panjang dengan pola persil.

Pertengahan tahun 1960 dimulai gelombang pengelolaan kayu (generasi

kedua) yang lebih besar dengan melibatkan beberapa pemodal luar. Seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, pasokan kayu tetap didistribusikan ke Tanjung Pura

yang merupakan hilir sungai Batang Serangan. Sisa eksploitasi kayu tersebut menjadi

areal perladangan masyarakat melalui SIM (Surat Izin Menggarap), dan komoditi

nilam adalah salah satu komoditi unggulannya, disamping itu getah mayang dan

Page 33: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

jelutung sudah mulai dipungut oleh penduduk dengan agen dari luar serta beberapa

tanaman lainnya.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk

perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman

Nasional. Awal tahun 1980 aktivitas pengambilan kayu tidak dapat dihentikan karena

sudah tidak terbatas antara Kawasan hutan produksi atau Taman Nasional. Serta

selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang

menjadi kebiasaan penduduk.

Akhir tahun 1980, beberapa tokoh 1 bebas dari penjara (ilegal logging),

sebagian meneruskan aktivitasnya dan sebagian lagi menginisiatif membuka objek

wisata yang selanjutnya diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat dan pemuda di dusun

setempat, Kuala Gemoh dan Kuala Buluh (Desa Namo Sialang). Kebangkitan

pariwisata kembali bermula dan dipelopori oleh pemuda dan pemudi di Desa Namo

Sialang dan Desa Sungai Serdang yang mengingatkan perubahan sosial dan ekonomi,

obsesi modernisasi. Melalui konsep pengembangan pariwisata maka dibentuklah

Tangkahan Simalem Ranger pada tanggal 22 April 2001.

Gerakan ini merupakan sebuah perkumpulan yang mempelopori

pengembangan bukan hanya sungai tetapi hutan juga menjadi tempat pariwisata

seperti di Bukit Lawang. Upaya pemberhentian berbagai aktivitas-aktivitas

pembalakan kayu dan perambahan (yang dilakukan oleh orang tua mereka sendiri)

untuk diberhentikan. Gerakan pemuda-pemudi tersebut berubah menjadi sebuah

gerakan sosial desa Namo Sialang dan desa Seiserdang. Mereka aktif dalam aktivitas

sosial desa, musyawarah maupun berbagai kegiatan adat, yang akhirnya menarik

Page 34: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

simpati kalangan orang tua, melibatkan lapisan masyarakat, mendorong terciptanya

sebuah gagasan baru dan gerakan ini mempengaruhi banyak pola pikir baru

masyarakat tentang nilai-nilai keorganisasian.

Akhirnya pada tanggal 19 Mei tahun 2001, atas inisiatif Tangkahan Simalem

Ranger berkumpullah pemimpin-pemimpin kelompok penebang, perambah, tokoh-

tokoh masyarakat, dan perangkat desa Namo Sialang serta Desa Sei Serdang yang

sebelumnya terlibat konflik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka

bersepakat untuk mengembangkan pariwisata dengan menetapkan beberapa tokoh

sebagai dengan pengurus. Musyawarah ini kemudian disebut sebagai Kongres I

Lembaga Pariwisata Tangkahan melalui proses pemungutan suara untuk memilih

dewan pengurus, AD/ART dan menyusun pengembangan pariwisata. Hari itu adalah

disebut hari Kongres I dan merupakan tonggak penting dalam pelestarian Taman

Nasional Gunung Leuser.

Hal tersebut merupakan prestasi pemuda-pemudi lokal yang tergabung dalam

Tangkahan Simalem Ranger yang mana pada saat itu hanya berfikir sederhana

tentang pariwisata bukan pada aspek luas lainnya. Seiring waktu berjalan, karena

banyaknya objek wisata yang cukup menarik semua terdapat di dalam Taman

Nasional, maka Lembaga Pariwisata Tangkahan menyepakati membuat sebuah

kerjasama (MoU) dengan Balai Taman Nasional Gunung Leuser yang ditandatangani

pada 22 April 2002. Kepala Balai TNGL saat itu (Ir.Awriya Ibrahim MSc) selaku

pemangku kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada

masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui Lembaga Pariwisata

Tangkahan. Njuhang Pinem sebagai ketua umum Lembaga Pariwisata Tangkahan

Page 35: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

mengatakan bahwa penandatanganan tersebut merupakan hal yang cukup berani

dilakukan pada saat itu, karena dipercayakan atas property right (aset kolektif) seluas

kurang lebih 17.500 ha zona inti TNGL (batas administratif desa). Kewajiban

masyarakat desa Namo Sialang dan masyarakat desa Sei Serdang bertanggung jawab

penuh dalam pengamanan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser yang

berbatasan dengan wilayah desa tersebut.

3.3 Letak Geografis Kelurahan Tangkahan

Berdasarkan letak geogragifis, Tangkahan terletak pada 3° 41’ 1” LU – 98° 4’

28,2” BT. Secara administratif kawasan Tangkahan termasuk dalam Desa Namo

Sialang dan Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat.

Tangkahan berada pada ketinggian 130-200 mdpl dengan topografi tanah berupa

kaawasan landai, berbukit dengan kemiringan yang bervariasi.

Menurut Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan Tangkahan dikembangkan

menjadi kawasan ekowisata yang terdapat di bagian dalam Taman Nasional Gunung

Leuser. Batas-batas kawasan ekowisata TNGL tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkebunan Kelapa Sawit milik PTPN II

Kuala Sawit

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perkebunan Kelapa Sawit milik PT.

Ganda Permana

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Kuala Buluh

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser

Page 36: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

3.4 Luas Wilayah dan Iklim Kawasan Tangkahan

Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan ekowisata

Tangkahan meliputi kawasan ekowisata seluas ±103 hektar, kawasan perkampungan

seluas 18.526 hektar, dan kawasan hutan seluas 17.653 hektar, sehingga keseluruhan

mencapai ±36.282 hektar.

Suhu udara pada daerah Tangkahan adalah 21.1° C - 27.5° C dengan

kelembaban berkisar antara 80-100%. Musim hujan di daerah ini berlangsung secara

merata sepanjang tahun tanpa musim kering yang berarti dengan curah hujan rata-rata

2000-3200 mm/thn. Mengingat musim hujan sepanjang tahun serta kawasan yang

rata-rata masih tertutup hutan, air bukanlah masalah di daerah Tangkahan. Sebagian

besar kebutuhan air masyarakat di daerah ini diperoleh dari unsur tanah dan sungai,

(BPS Kabupaten Langkat 2014).

3.5 Sarana Pariwisata Kawasan Tangkahan

Sarana Pariwisata merupakan perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan

hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Sedangkan sarana

akomodasi merupakan wahana yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan

untuk menyediakan jasa penginapan, makan, minum, dan jasa lainnya bagi umum

yang dikelola secara komersial. Meurut surat keputusan Menteri Pariwisata Pos dan

telekomunikasi No.37/PW.304/MPT/86 tanggal 17 Juni 1986, yang dimaksud dengan

pengertian akomodasi adalah : “... wahana yang menyediakan pelayanan jasa

Page 37: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya

seperti : hotel, losmen, bungalow, dan sebagainya”.

1. Akomodasi di Daerah Objek Wisata Tangkahan

Daftar nama akomodasi di Tangkahan dan jumlah kamarnya yang diperoleh

data dari Lembaga Pariwisata Tangkahan antara lain : Bamboo River dengan 10

kamar, Ulih Sabar 4 kamar, Mega Inn 19 kamar, Green Lodge 14 kamar, Linnea

Resort 8 kamar, Jungle Lodge 9 kamar, Masta Inn 3 kamar, Egi Inn 4 kamar,

Tangkahan Inn 8 kamar, Mountain View Cottage 7 kamar, Hoemstay Green River 4

kamar, Dream Lan 3 kamar. Penginapan yang berkonsepkan bambu dapat dinikmati

tanpa harus membayar mahal. Penginapan dapat dinikmati mulai harga Rp. 100.000 –

Rp. 200.000 per malam. Harga yang berbeda dikarenakan besar kamar dan view.

Fasilitas setiap penginapan tidak beda jauh yaitu : kamar mandi, kipas

angin, tempat tidur, dan perlengkapan mandi. Sarana transportasi dalam industri

pariwisata sangat vital sekali, mengingat hal ini merupakan mobilisasi wisatawan dari

suatu tempat ke tempat lainnya. Sebagai komponen wisata, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan sehubungan dengan sarana transportasi ini, antara lain model

transportasi, jenis fasilitas, biaya dan lokasi.

2. Akses ke Lokasi Objek Wisata Tangkahan

Akses menuju lokasi Tangkahan, dari Terminal Pinang Baris di kota

Medan, menggunakan bis Pembangunan Semesta langsung menuju Tangkahan,

melewati Stabat. Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3-4

jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, harus menyeberangi sungai.

Sungai Batang Serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit.

Page 38: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

3. Restoran

Sarana Makanan dan Minuman (Restoran) dilihat dari lokasi, ada restoran

yang berada di dalam hotel dan menjadi bagian atau fasilitas yang bersangkutan,

adapula restoran yang berdiri sendiri secara independen. Begitu juga dengan rumah

makan, depot atau warung-warung yang berada di sekitar objek wisata dan memang

mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari objek wisata tersebut.

4. Souvenir atau Cendramata

Komponen-komponen cendramata identik dengan buah tangan, oleh-oleh

atau kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu.

Barang- barang yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah

tempat cinderamata tersebut berada. Toko-toko penjual cenderamata khas dari objek

wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-

barang cinderamata khas objek tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

komponen ini antara lain jenis barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas dan

keunikannya. Bagaimana juga, bagi wistawan membawa suatu cinderamata sangat

berharga untuk dijadikan kenangan kelak.

Suatu daerah tujuan wisata haruslah didukung oleh kemudahan akses.

Kemudahan akses ini besar pengaruhnya dalam menopang ketertarikan para

pengunjung untuk tetap datang menikmati panorama keindahan alam dari suatu objek

wisata. Akses jalan menuju Tangkahan tahun ini sudah bagus dibandingkan beberapa

tahun lalu. Banyak jalan yang tidak lagi berlubang, walau tidak semua jalanan diaspal

Page 39: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

namun dengan ditimbun oleh batu kerikil sudah membantu akses ketempat ini

menjadi lancar.

5. Area Parkir

Areal parkir yang luas dapat menampung kendaraan para wisatawan adalah

hal yang perlu di suatu kawasan objek wisata. Area parkiran di objek wisata

Tangkahan dapat dikatakan tidak terlalu luas, dengan luas ± 20 x 7 m.

6. Toilet dan Kamar Mandi

Kamar mandi dan toilet adalah suatu fasilitas umum yang sangat penting

dalam kawasan objek wisata. Dimana kamar mandi dan toilet sangat di butuhkan

parawisatawan, baik itu di gunakan untuk mandi maupun buang air besar/kecil. Objek

wisata Tangkahan sendiri memiliki dua unit kamar mandi dan dua unit toilet di

Visitor Center, selain itu toilet dan kamar mandi berada di penginapan.

3.6 Prasarana Objek Wisata Kawasan Tangkahan

Prasarana pariwisata merupakan sarana yang secara tidak langsung

dibutuhkan oleh wisatawan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata. Namun dengan

adanya prasarana pariwisata yang memadai, maka dapat meningkatkan daya tarik

objek wisata itu sendiri. Prasarana yang terdapat di kawasan objek wisata Tangkahan

yaitu:

1. Visitor Center

Visitor Center merupakan kantor pengunjung bagi setiap pengunjung

Tangkahan yang datang harus melapor terlebih dahulu ke Visitor Center ini.

Page 40: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Pemilihan paket wisata juga dapat memilih di visitor center. Paket yang ada seperti

Family Trek IDR. 694.400/2 pax, Youth Trek IDR. 1.108.800/3 pax, Full day Trek

IDR. 1.452.000/pax, Full Day Trekn + Caving and Tubing IDR. 1.716.000/3 pax,

Jungle Trek 2 Days 1 Night and Tubing IDR. 5.940.000/3 pax, Jungle Trek 3 Day 2

Night and Tubing IDR. 7.854.000/3 pax, Jungle Trek 2 Days 1 Night IDR. 4.917/3

pax, Tangkahan-Bukit Lawang IDR. 10.374.000/3 pax, 1 Hour Elephant Patrol IDR.

850.000/pax (Nov-April), IDR. 1.000.000/Pax (May – Oct), 1 Hour Elephant Patrol

+ Elephant Bathing + Tubing Big Waterfall + Lunch Box (Jungle Food or

Traditional Food) IDR. 1.100.000/pax (Nov-Apr, IDR. 1.250.000/pax (May-Oct), 3

Hours Elephant Patrol + Camping + Tubing (2 day 1 night) IDR. 8.000.000/2 pax,

Elephant Washing IDR. 250.000/pax.

2. Kantor Keamanan

Kantor keamanan di daerah objek wisata sangatlah di perlukan. Sebagi

penjaga keamanan di kawasan objek wisata. Tangkahan memiliki satu kantor

keamanan yang berfungsi dengan baik dan kantor ini berdekatan dengan Visitor

Center dan parkiran. Kantor ini di jaga oleh pihak keamanan dari pemerintah

Kabupaten Tapanuli Tengah, dan di fungsikan sebagi pusat informasi dan pelaporan

apabila ada masalah di kawasan di Tangkahan.

3. Daya Tarik Wisata

Sebagai daya tarik wisata, hutan ternyata mampu memberi daya tarik yang

kuat bagi wisatawan. “Jungle Track” atau yang disebut dengan “Tracking” sangat

memikat wisatawan yang haus akan petualangan. Jungle Track atau Tracking

merupakan perjalanan menjelajahi hutan. Jungle Track dan Tracking yaitu melintasi

Page 41: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

jalan setapak ditengah hutan sekaligus menikmati udara segar pegunungan dan juga

melihat keanekaragaman flora dan fauna yang dapat ditemukan dihutan seperti:

1. Goa

Goa merupakan ruang yang terbentuk sendiri dari batu ataupun tanah.

Tangkahan memiliki goa kelelawar, dinamakan goa kalelawar karena goa ini

merupakan rumah bagi ribuan kelelawar. Namun jangan khawatir, goa ini sangat

aman untuk dimasuki, asalkan tidak membuat keributan di dalamnya. Goa ini akan

tembus ke pintu sebrangnya, dan begitu keluar dari mulut goa yang satunya, bisa

pulang kembali ke penginapan dengan cara yang baru yaitu tubing.

2. Tubing

Tubing merupakan wahan permainan air seperti arum jeram yang mengikuti

arus sungai, bedanya dengan arum jeram tubing menggunakan ban dalam yang besar,

kemudian diikat dengan tali tambang. Akan tetapi wisatawan tidak sendirian tubing di

pimpin oleh Ranger yang berpengalaman.

3. Sumber Air Panas

Sumber air panas yang ada di Tangkahan ini terdapat di dalam goa,

didalamnya mengalir air panas. Goa ini cukup besar sehingga dapat berbaring dan

merendam tubuh di aliran air panas ini.

4. Air Terjun

Air terjun merupakan kumpulan air yang mengalir dari ketinggian. Air terjun di

Tangkahan ini merupakan pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang. wisatawan

harus berjalan ke cekungan sungai sekitar 100 meter untuk mencapai air terjun ini.

Duduk dibawah air terjun yang lebih besar juga ada di Tangkahan, ada banyak air

Page 42: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

terjun di dalam hutan, namun harus berjalan menyusuri Sungai Buluh terlebih dahulu

dan bahkan harus berenang di sungai ini di bagian tertentu.

5. Berkeliling Hutan dengan Menunggangi Gajah

Gajah merupakan salah satu hewan yang dijadikan daya tarik oleh Lembaga

Pariwisata Tangkahan. Pengembangkan kegiatan wisata alam dengan memanfaatkan

jasa gajah untuk ditunggangi keliling hutan. Saat ini, gajah-gajah yang berada di

kawasan wisata tangkahan sudah dimanfaatkan. Gajah-gajah tersebut bertugas untuk

berkeliling menjaga hutan dari berbagai ancaman praktek ilegal logging yang

dilakukan pihak pembalak.

Saat ini objek wisata Tangkahan tergolong satu-satunya di Asia yang

menyediakan layanan berkeliling hutan dengan gajah. Para wisatawan dapat

menikmati perjalanan tersebut hanya dengan biaya Rp 250.000 per jam. Objek wisata

tersebut sangat potensial karena memiliki hutan yang masih alami dan belum

terjamah dengan baik.

Page 43: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

BAB IV

POTENSI FLORA DAN FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

TANGKAHAN

4.1 Potensi Flora di Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan

Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan dapat diketahui apa yang

dilihat serta memahami lebih banyak tentang morfologi, ekologi dan perilaku dari

masing-masing spesies. Beberapa spesies flora dan fauna terdapat di Taman Nasional

Gunung Leuser. Pada pantai dan hutan rawa, terdapat pohon-pohon Kasuarina

(Casuarina sp.), Pala Hutan (Myristica sp.), Camphor atau Kapur Barus

(Dryobalanops aromatica), Pohon Nibung, Rotan (Calamus sp.), Pohon Bakau atau

Api-api (Avicennia sp.) dan Pandan (Pandanus sp.). Pohon Matoa (Pometia pinnata)

tumbuh di sepanjang tepi sungai.

Pada hutan dataran rendah terdapat pepohonan seperti Meranti (Shorea sp.),

Keruing (Dipterocarpus sp.), Camphor dan Damar (Hopea sp.) dan beberapa pohon

buah liar, seperti Durian Hutan (Duriozibethinus), Mangga (Mangifera indica),

Pisang Hutan, buah Leci dan buah Cempedak Hutan tumbuh melimpah ruah.

Pegunungan dan hutan cemara, tumbuh beberapa spesies lumut dan bunga-bunga

hutan, Anggrek Gentians, Bunga Primula, Stroberi, tanaman obat-obatan, dan

anggrek-anggrek hutan juga ditemukan. Rafflesia Arnoldii.

Beberapa potensi flora yang menjadi keunikan di hutan Taman Nasional

Gunung Leuser Tangkahan ialah:

Page 44: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

4.1.1. Bunga Bangkai, Rafflesia

Bunga Bangkai Rafflesia dikenal dengan nama latin rafflesia arnoldii, nama

lokalnya ialah Bunga Bangkai Padma Raksasa. Bunga Bangkai Rafflesia adalah

bunga terbesar di dunia, hanya ditemukan di pulau Sumatra dan Kalimantan.

Sekarang Inggris berhasil menanam bunga ini, juga negara Malaysia. Bahkan

Malaysia mengklaim bunga bangkai berasal dari Malaysia yang sebenarnya tanaman

awalnya berasal dari Indonesia.

Beratnya Bunga Bangkai Rafflesia bisa mencapai 11 kg saat tumbuh

sempurna dan dapat tumbuh lebih dari satu meter beserta kelopaknya yang berwarna

pink dan merah. Bunga tersebut merupakan tumbuhan parasit dan sama sekali tidak

memiliki daun, tangkai maupun akar untuk mencari nutrisi. Untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi, mereka mengambilnya dari tumbuhan induk yang ditumpanginya.

Disebut sebagai bunga bangkai karena sering mengeluarkan bau bangkai busuk yang

mengundang serangga - serangga penyerbuk dari dalam hutan yang lebat.

Bunga ini hanya mekar sekitar tiga hari sampai seminggu. Tapi dalam

beberapa hari tersebut, perlu satu atau dua mukjizat untuk bertahan hidup. Baunya

yang menyengat menarik serangga penyerbuk sehingga membantu pelestarian

tanaman spesies ini. Tetapi, bahkan ketika hal ini terjadi, hanya 10-20 persen dari

bibitnya dapat membuatnya. Dengan keberuntungan, dalam sembilan bulan, tanaman

ini akan mekar.

Bunga Bangkai Rafflesia memiliki potensi yang sangat tinggi karena karakter

yang kuat dari bunga ini, yaitu ciri khas nya berbau dan terkenal karena bunga

Page 45: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

terbesar di dunia, sehingga cepat mencuri perhatian banyak wisatawan. Dengan

adanya Bunga Bangkai di Tangkahan menjadikan Tangkahan tempat yang menarik

untuk dikunjungi. Tangkahan yang kaya akan berbagai ketertarikan alamnya menjadi

sangat diincar untuk dikunjungi karena didukung juga dengan adanya Bunga Bngkai

Rafflesia dan sudah pasti meningkatkan hasil dari aspek kepariwisataanya.

Gambar 4.1

Bungai Bangkai, Rafflesia

Sumber: www.google.com

4.1.2. Titan Arum

Titan Arum dikenal dengan nama latin amorphopaulus titanium dan nama

lokal Bunga Bangkai Suweg Raksasa. Bunga Titan Arum tingginya bisa mencapai

1,83m dikelilingi oleh kelopak bunga yang belum mekar sepenuhnya berwarna

kehitaman dan hijau. Hanya dua belas kali berhasil ditanam di luar habitat aslinya.

Page 46: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Bunga yang sulit ditemukan ini berbunga hanya untuk beberapa hari saja sebelum

kemudian layu mengecil. Merupakan spesies endemic hutan Sumatera.

Bau Bunga Bangkai Titan Arum tidak beda jauh dengan Bunga Bangkai

Rafflesia sehingga sama-sama disebut bunga bangkai karena bau busuk

menyengatnya. Walau baunya yang tidak sedap, bunga ini dapat mencuri perhatian

wisatawan karena keunikan dan keanehannya.

Bunga Bangkai Titan Arum yang unik dan langka menjadi flora yang

dilindungi, Bunga Bangkai Titan Arum meningkatkan datangnya wisatawan ke

Tangkahan walau tumbuhnya dalam beberapa hari saja, jadwal mekarnya tidak sama

dengan musim mekar bunga lain.

Gambar 4.2

Bunga Bangkai Titan Arum

Sumber : www.google.com

Page 47: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

4.1.3. Pohon Damar

Pohon Damar atau Agathis dammara (Lamb.) Rich adalah sejenis pohon

anggota tumbuhan runjung (Gymnospermae) yang merupakan tumbuhan asli

Indonesia. Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina (Palawan dan

Samar). Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya.

Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal.Pohon Damar pohon yang besar, tinggi

hingga 65m, berbatang bulat silindris dengan diameter yang mencapai lebih dari

1,5m, Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan, mengelupas dalam

keping-keping kecil. Daun berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm, meruncing ke arah ujung

yang membundar. Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4 cm; runjung biji masak

berbentuk bulat telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm. Damar tumbuh secara alami di hutan

hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.200 m dpl.

Pohon Damar disukai oleh wisatawan karena keindahannya dan banyak

fungsinya. Saat wisatawan berada dihutan Tangkahan, mereka dapat menikmati

kesegaran yang dihasilkan dari banyak Pohon Damar, juga saat mereka tau ternyata

Pohon Damar memiliki banyak kegunaan maka para wisatawan semakin menyukai

Pohon Damar. Pohon Damar juga ditanam untuk diambil resinnya, yang diolah

menjadi kopal, Resin ini adalah getah yang keluar tatkala kulit (pepagan) atau kayu

damar dilukai. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara

beberapa waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat

dipanen; yang dikenal sebagai kopal sadapan. Getah juga diperoleh dari deposit

Page 48: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

damar yang terbentuk dari luka-luka alami, di atas atau di bawah tanah; jenis yang ini

disebut kopal galian.

Pada Pohon Damar dapat juga memanfaatkan kayunya. Kayu damar berwarna

keputih-putihan, tidak awet, dan tidak seberapa kuat. Di Bogor dan di Sulawesi Utara,

kayu ini hanya dimanfaatkan sebagai papan yang digunakan di bawah atap.

Kerapatan kayunya berkisar antara 380–660 kg/m³. Kayu damar diperdagangkan di

Indonesia dengan nama kayu agatis. Nama kayu damar digunakan dalam

perdagangan untuk menyebut kayu yang dihasilkan oleh jenis-jenis Araucaria.

Sementara kayu pohon damar diperdagangkan sebagai kayu agatis.

Page 49: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Gambar 4.3

Pohon Damar dan Resin Kopal

Sumber : www.google.com

4.1.4. Pohon Kapur

Pohon Kapur atau Dryobalanops Aromatica mempunyai ukuran yang besar

dan tinggi. Diameter batangnya mencapai 70 cm bahkan 150 meter dengan tinggi

pohon mencapai 60 meter. Kulit pohon kapur berwarna coklat dan coklat kemerahan

di daerah dalam. Pada batangnya akan mengeluarkan aroma kapur bila dipotong.

Daun Kapur tunggal dan berseling, memiliki stipula di sisi ketiak, dengan

permukaan daun memngkilap, dan tulang daun sekunder menyirip sangat rapat

dengan stipula berbentuk garis dan sangat mudah luruh. Bunga berukuran sedang,

kelopak mempunyai ukuran sama besar, mempunyai mahkota bunga elips, mekar,

putih berlilin, dan memiliki 30 benang sari. Pohon Kapur memiliki buah agak besar,

mengkilap, dan bersayap sebanyak 5 helai.

Page 50: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Tanaman Kapur (Dryobalanops aromatica) tumbuh di hutan dipterocarp

campuran hingga ketinggian 300 meter dpl. Persebaran tumbuhan langka ini mulai

dari Indonesia (pulau Sumatera dan Kalimantan) dan Malaysia (Semenanjung

Malaysia, Sabah, dan Serawak). Pohon Kapur atau Dryobalanops aromatica

merupakan salah satu tanaman penghasil kapur barus atau kamper selain tumbuhan

Cinnamomum camphora. Kapur barus dari pohon Kapur ini telah menjadi komoditi

perdagangan internasional sejak abad ke-7 Masehi. kristal kapur atau kamper dikirim

ke berbagai penjuru dunia dan menjadikan daerah Barus di Tapanuli, Sumatera Utara

terkenal sebagai pelabuhan internasional.

Pohon kapur banyak sekali membantu devisa negara sejak dulu kala saat

Indonesia mengekspor kapur ke berbagai negara bahkan sebagai pengawet untuk

firaun. Namun sekarang pohon kapur hampir punah dan jarang ditemui. Pohon kapur

yang tumbuh di Tangkahan membuat Tangkahan menjadi tempat incaran wisatawab

untuk melihan pohon yang legendaries dan hanya ada di Indonesia.

Page 51: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Gambar 4. 4

Pohon Kapur

Sumber : www.google.com

4.2 Potensi Fauna di Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan

Fauna yang terdapat dalam hutam Taman Nasional Gunung Leuser

Tangkahan beragam spesies. Spesies mamalia yaitu Orangutan sumatera (Pongo

abelii), Kedih (Presbytis thomasi), Uwa-uwa (Hylobates lar), Badak sumatera

(Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), Beruk (M. nemestrina), Kukang (Nycticebus

coucang), Beruang madu (Helarctos malayanus), Berang-berang (Lutra sp.), Tupai

terbang merah besar (Petaurista petaurista), Anjing hutan (Cuon alpinus), Babi hutan

Page 52: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

(Arctonyx collaris), Kancil (Tragulus javanicus), Napu (Tragulus napu), Rusa

muncak (Muntiacus muntjak), Kijang (Cervus unicolor), Macan dahan (Neofelis

nebulosa), Kucing hutan (Prionailurus planiceps), Kucing emas temminck,

(Catopuma temminckii), Macan hutan kuwuk (Prionailurus bengalensis). Spesies

Reptil dan amfibi yaitu Buaya rawa (Crocodylus palustris), Buaya air asin/Estuarine

(Crocodylus porosus), Katak terbang (Rhacaphorus pardalis), Ular tiung (Crysopelus

sp.), Kadal terbang (Draco volans), Kura-kura hawksbill (Eretmochelys imbricata),

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Biawak (Varanus salvator).

Spesies burung yaitu Kuau raja (Argusianus argus), Kangkareng/Rangkong

perut putih (Anthracoceros albirostris), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Elang

laut perut putih (Haliaetus leucogaster), Beo kepala biru (Loriculus galgulus), Elang

tiram (Pandion haliaetus).

Selain spesies-spesies yang dijelaskan diatas, anda juga akan menjumpai

sedikitnya 194 spesies reptil dan amfibi, 387 burung dan 127 spesies mamalia di

TNGL Tangkahan. Fauna yang paling terkenal yang dimiliki oleh hutan TNGL

Tangkahan ialah:

4.2.1. Gajah Sumatera

Sumatera Elephant atau Elephas Maximus Sumatranus yaitu sangat dikenl

dengan Gajah sumatera. Gajah Sumatera terkecil dari semua sub spesies gajah asia.

Gajah asia lebih kecil dibandingkan dengan saudaranya gajah afrika (Loxodonta

africana) dan memiliki perbedaan bentuk dan fisik yang membedakan antara gajah

asia dan gajah afrika. Gajah Sumatera memiliki telinga yang lebih kecil dan

Page 53: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

punggungnya lebih bundar sehingga mahkota kepalanya merupakan bagian tubuh

yang tertinggi. Salah satu ciri-ciri khusus dari gajah adalah gigi taring yang unik yang

disebut dengan gading, namun hanya gajah asia jantan yang memiliki gading dan

yang betina hanya memiliki taring kecil yang jarang bisa terlihat.

Gajah memiliki daerah jelajah yang luas dan daerah jelajah seluas lebih dari

600 km2 pernah diketahui untuk gajah betina di India. Umumnya daerah jelajah

Gajah Sumatera betina antara 30-160 km2 sedangkan jantan 53-345 km2. Karena

ukuran dan kebutuhan energi yang besar, gajah memerlukan jumlah makanan yang

banyak setiap harinya (150-300kg per hari). Gajah memakan apa saja (generalist) dan

banyak memakan beragam tumbuhan. Jenis habitat dan musim akan menentukan

jenis makanan apa yang mereka makan.

Gajah sumatera yang ada di Tangkahan berperan peting dalam devisa negara

dalam aspek kepariwisataan. Tracking mengelilingi hutan yang ada di Tangkahan

adalah satu-satunya di Asia. Sehingga untuk mencari kesenangan yang didapat dari

bertunggang gajah sambil keliling hutan, wisatawan mencarinya ke Tangkahan.

Gambar 4.5

Gajah Sumatera

Sumber : www.google.com

Page 54: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

4.2.2. Harimau Sumatera

Sumatran Tiger atau Panthera tigris sumatrae dikenal di Indonesia ialah Harimau

Sumatera. Harimau Hutan ialah harimau terkecil dari seluruh sub spesies harimau

yang ada. Memiliki bulu berwarna oranye terang dengan belang berwarna hitam.

Dagu sepanjang tenggorokan dan terus ke bawah berwarna keputihan dan leher

memiliki rambut leher yang pendek. Berat jantan mencapai 146 kg dan betina 91 kg.

Harimau sumatera yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam

subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi

satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies

terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara

400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir

telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini

mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Daerah jelajah Harimau Sumatera ini kecil, hanya pada saat mangsa

berlimpah ruah (kira-kira 20 km2). Memangsa babi hutan dan banyak beragam

spesies rusa. Harimau Sumatera sedikitnya membunuh 50 hewan mangsa besar setiap

tahunnya untuk dapat bertahan hidup. Satwa ini bersifat opportunis dan kadang-

kadang memangsa burung, hewan pengerat, serangga, amfibi, dan juga reptil. Selain

itu juga mamalia lainnya seperti primata dan landak. Satwa ini juga memburu

binatang mangsa yang lebih besar dari satwa ini dan pernah dilaporkan pernah

memangsa gajah dan badak.

Perilaku dan Ekologi hewan ini, terrestrial dan umumnya bersifat penyendiri

(soliter) dan harimau dewasa menguasai teritorial tertentu. Daerah jelajah betina

Page 55: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

dewasa jarang berada di daerah jelajah Peta penyebaran betina lainnya sementara

jantan berada di daerah jelajah yang terdapat 1 hingga 3 betina.

Harimau Sumatera banyak membantu devisa negara, dari namanya saja sudah

ketauan bahwa fauna ini erasal dari Sumatera. Bentuknya yang lucu dan lebih kecil

dari harimau lainnya membuat wisatawan menggemari berkunjung ke Tangkahan.

Gambar 4.6

Harimau Sumatera

Sumber : www.google.com

4.2.3. Badak Sumatera

Badak Sumatera atau Dicerorhinus Sumatrensis dikenl dengan keunikaanya

yang berbeda dengan negara laim. Badak Berambut/Badak Asia Bercula Dua

Ciri – ciri : Badak Sumatera merupakan spesies langka dari famili Rhinocerotidae dan

termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih ada. Badak sumatera

merupakan satu-satunya spesies yang terlestarikan dari genus Dicerorhinus.

Page 56: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Badak ini adalah badak terkecil, meskipun masih tergolong hewan mamalia

yang besar. Tingginya 112-145 cm sampai pundak, dengan panjang keseluruhan

tubuh dan kepala 2,36-3,18 m, serta panjang ekornya 35–70 cm. Beratnya dilaporkan

berkisar antara 500 sampai 1.000 kg, dengan rata-rata 700–800 kg, meskipun ada

suatu catatan mengenai seekor spesimen dengan berat 2.000 kg. Sebagaimana spesies

badak Afrika, badak sumatera memiliki dua cula; yang lebih besar adalah cula pada

hidung, biasanya 15–25 cm, sedangkan cula yang lain biasanya berbentuk seperti

sebuah pangkal. Sebagian besar tubuh badak sumatera diselimuti rambut berwarna

cokelat kemerahan.

Spesies ini pernah menghuni hutan hujan, rawa, dan hutan pegunungan di

India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan

Tiongkok. Dalam sejarahnya, badak sumatera dahulu tinggal di bagian barat daya

Tiongkok, khususnya di Sichuan. Hewan ini sekarang terancam punah dengan hanya

enam populasi yang cukup besar di alam liar, yaitu empat di Sumatera, satu di

Kalimantan, dan satu di Semenanjung Malaysia. Jumlah badak sumatera sulit

ditentukan karena mereka adalah hewan penyendiri yang tersebar secara luas, tetapi

dapat diperkirakan kalau jumlahnya kurang dari 100 ekor. Ada keraguan mengenai

kelangsungan hidup populasinya di Semenanjung Malaysia, dan salah satu populasi

di Sumatera mungkin sudah punah. Jumlah mereka saat ini mungkin hanya 80 ekor.

Pada tahun 2015, para peneliti mengumumkan bahwa badak sumatera timur di bagian

utara Kalimantan (Sabah, Malaysia) telah punah.

Pada saat makan, badak sumatera kebanyakan pada saat sebelum malam tiba

dan pagi hari. Mereka adalah herbivori, dengan menu makanan pohon muda,

Page 57: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

dedaunan, buah-buahan, ranting dan tunas pohon. Badak tersebut biasanya

mengkonsumsi sampai dengan 50 kg makanan sehari. Para peneliti berhasil

mengidentikasi bahwa ada lebih dari 100 spesies makanan menjadi konsumsi badak

sumatera. Porsi terbesar dari menu makanan mereka adalah anakan pohon dengan

diameter batang 1–6 cm. Badak sumatera biasanya mendorong pohon-pohon muda

ini dengan tubuhnya, berjalan di atas pohon tersebut tanpa menginjaknya untuk dapat

memakan daun-daunnya. Banyak spesies tanaman yang dikonsumsi badak sumatera

hanya dalam porsi kecil, sehingga menunjukkan bahwa badak tersebut sering

mengganti menu makanannya dan makan di lokasi yang berbeda.

Badak Sumatera sudah dikenal, juga dapat mengahsilkan banyak devisi

negara dari pengunjung Tangkahan yang datang untuk melihat Badak Sumatera.

Page 58: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Gambar 4.7

Badak Sumatera

Sumber : www.antaranows.com

4.2.4. Orangutan Sumatera

Orangutan Sumatra atau Pongo Abelli adalah nama aslinya, seperi COMPAS

USU. Orangutan Sumatra hidup dan endemik terhadap Sumatra, mereka lebih kecil

daripada orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki

dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon.

Untuk mencari makanan, Orangutan mematahkan cabang pohon yang

panjangnya sekitar satu kaki, menyingkirkan ranting-rantingnya dan mengasah

ujungnya. Kemudian dengan menggunakan batang itu untuk mencungkil lubang

pohon untuk mencari rayap. Mereka juga menggunakan batang itu untuk memukul-

mukul dinding sarang lebah. Selain itu, Orangutan juga menggunakan alat untuk

makan buah. Saat buah pohon Neesia matang, buah itu keras, kulit yang bergerigi

melunak hingga ia jatuh terbuka. Bagian dalamnya ada biji yang disukai orangutan,

namun mereka diselimuti rambut yang mirip serat kaca yang sakit bila termakan.

Page 59: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

Orangutan pemakan Neesia akan memilih batang lima inci, mengulitinya dan

kemudian menghilangkan bulu-bulu itu dengannya. Apabila buah itu sudah bersih,

kera itu akan makan bijinya menggunakan batang itu atau jemarinya.

Kebanyakan wisatawan yang menyukai orangutann. Ialah wisatawan

mancanegara. Tetapi wisatawan banyak yang sudah kesana bahkan penting

sekali bagi wisatawaan di Tangkahan. Orangutanjumlah wisatawan meningkat

dari semenjak adanya orangutan sumatera.

Gambar 4.8

Orangutan Sumatera

Sumber : www.antaranows.com

Page 60: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui beberapa tahapan dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tangkahan merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan potensi flora,

seperti : Titan Arum, Pohon Kasuarina, Pala Hutan, Camphor Atau Kapur Barus,

Pohon Nibung, Pohon Bakau, Pandan, Pohon Matoa, Meranti, Keruing,

Camphor Dan Damar, Durian Hutan, Mangga, Pisang Hutan, Buah Leci Dan

Buah Cempedak Hutan, Anggrek Gentians, Bunga Primula, Stroberi, Tanaman

Obat-Obatan, Anggrek-Anggrek Hutan, Bunga Bangkai, dll.

2. Tangkahan merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan potensi fauna,

seperti : Sarudung, Siamang, Monyet Ekor Panjang, Beruk, Kedih, Macan Dahan,

Rusa Sambar, Kura-Kura, Kupu-Kupu, Kunang-Kunang, Rangkong Badak, Ikan

Jurung, Ikan Endemik Sungai Alas Yang Bisa Mencapai Panjang 1 Meter, Dan

Fauna Reptilia Dan Amphibia Didominasi Ular Berbisa Dan Buaya, Burung Kuau

Raja, Kangkareng/Rangkong Perut Putih, Rangkong Badak, Elang Laut Perut

Putih, Beo Kepala Biru, Elang Tiram.

Page 61: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

5.2 Saran

Dalam kertas karya ini disampaikan juga beberapa saran, sebagai berikut :

1. Kondisi hutan Taman Nasional Gunung Leuser Tangkahan yang memiliki potensi

flora dan fauna yang besar sebaiknya didukung oleh faselitas yang tertata rapi.

Misalnya kondisi jalan menuju Tangkahan yang rusak.

2. Diperlukan kerja sama yang baik antara Pengelola dan Pemerintah daerah setempat

untuk meningkatkan kualitas, promosi dan perkembangan Ekowisata Tangkahan

menjadi lebih baik.

Page 62: POTENSI FLORA FAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LAUSER ...

DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningrum, Dian. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik

Wisata di Kota Palembang. Tesis PS. Magister Kajian Pariwisata UGM

Koentjaraningrat. 1979. Sejarah Antropologi I. Jakarta : UI Press

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Soemardjan, Selo, dkk. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta : Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi. Jakarta : CV. Grafindo Persada

Tailor, E. B. 1871. Primitive Culture. New York : Bretano’s

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan

Yoeti, Oka A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

Yoeti, Oka A. 1985. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa

Yoeti, Oka A. 2002. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.

Jakarta : Pradnya Paramita