Top Banner

of 15

Potensi dan Prospek Tanaman Holtikultura Buah sebagai Food, Feed, Fuel_pitty

Jul 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Potensi dan Prospek Tanaman Hortikultur Buah sebagai Food, Feed, FuelDikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknik Produksi Tanaman

Disusun oleh, Mia Maulanti Sari (150510100206) Fitri Utami Hasan (150510100207) Rina Rahmayani (150510100208) Elisabeth Panggabean (150510100209) Salfatore Sinaga (150510100210)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG 2010 - 2011

1

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu, untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut buah sejati. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi. Hortikultura berasal dari kata hortus (= garden atau kebun) dan colere (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al., 1975). Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.

2

II. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dibuatnya makalah ini yaitu untuk lebih memahami mengenai potensi dan prospek tanaman pangan khususnya holtikultura buah sebagai bahan pangan (food), pakan (feed) dan bahan bakar (fuel). III. RUMUSAN MASALAH Makalah ini dibuat dengan rumusan masalah yaitu : A. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PANGAN 1. 2. Sukun Pisang

B. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PAKAN A. Markisa B. Nanas C. Pisang C. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI BAHAN BAKAR A. Pisang

3

BAB II PEMBAHASAN

I.

HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PANGAN A. Sukun

Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosales : Moraceae : Artocarpus : A. altilis

Berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya, buah sukun dapat digunakan sebagai sumber pangan lokal. Dengan beberapa cara pengolahan, buah sukun dapat digunakan untuk menunjang ketahanan pangan. Penganekaragaman konsumsi

pangan merupakan upaya yang tidak mudah dan cepat dinilai keberhasilannya. Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol, quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Sukun di Indonesia kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk olahan baik digoreng maupun direbus dari buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya dikonsumsi setelah digoreng seperti talas dan adakalanya direbus atau dibuat kripik. Di Maluku, buah sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan dipotong-potong untuk dijadikan kolak, demikian pula yang dilakukan oleh penduduk Tahiti. Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah. Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan menganekaragamkan jenis produk olahan sukun, untuk itu perlu dikembangkan cara pengolahan lain seperti pembuatan tepung sukun dan pati sukun.

4

Keterbatasan pemanfaatan buah sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi tentang komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial sebagai usaha menganekaragamkan makanan pokok, terutama penduduk Indonesia yang makanan pokoknya beras. Perilaku konsumsi pangan yang sudah terpola pada masyarakat Indonesia tidaklah mudah diubah begitu saja. Usaha-usaha yang selama ini telah dilakukan untuk menganekaragamkan makanan, khususnya dalam rangka mengurangi ketergantungan akan beras masih belum cukup. Sosialisasi dan pengenalan berbagai jenis pangan olahan perlu dilakukan secara terus menerus.

B. Pisang

Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies

: Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Musaceae : Musa : Musa spp.

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat.

1.

Bonggol pisang untuk obat dan makanan

5

Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan lalapan

2.

Cuka Kulit Pisang

Mula-mula kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan proses produksi selama 4-5 minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg gula pasir, 120 gr ammonium sulfit (NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter aceti). Cara rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah, lalu direbus dengan air sebanyak 150 liter. Saring dengan kain dalam stoples. Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang yang direbus itu akan menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang 7,5 kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke stoples, cairan kulit pisang ini perlu ditambah ammonium sulfit dan gula pasir. Langkah berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti. Biarkan fermentasi berlangsung satu minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135 liter cairan kulit pisang setelah difermentasi dan disaring menjadi 130 liter larutan beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada larutan beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi berlangsung selama tiga minggu. Selanjutnya, hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan. Nah, dalam kondisi masih panas, cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu segera ditutup dan disimpan dalam temperatur kamar. Biasanya pemasaran cuka pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60 ml, atau 80 ml. Jika dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka pisang.

6

3.

Roti dari Kulit Pisang Kulit pisang kerap dibuang begitu saja di sembarang tempat. Namun setelah

diteliti terbukti kulit pisang memang tak bisa dianggap barang remeh. Karena ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Dari kulitnya ini lah dibuat roti. Hal ini merupakan hal baru setelah sebelumnya pembuatan roti menggunakan kulit nangka.

4.

Dendeng Jantung Pisang

Tanaman pisang tumbuh baik dan dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia. Jenis pohon mudah ditanam dan hampir setiap rumah di pedesaan memiliki pohon pisang ini. Setiap petani dapat dipastikan menanam pisang, meskipun di antaranya hanya menanam pisang pada pekarangan. Tak ada ruginya menanam pohon ini. Apalagi, seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga mulai dari daun, buah, sampai bonggol pohonnya. Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu makanan olahan dari bagian tanaman pisang adalah dendeng jantung pisang. Untuk membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan sejumlah bahan, meliputi empat buah jantung pisang, satu sendok makan ketumbar, 50 gr ikan teri, 10 siung bawang merah, dan empat siung bawang putih. Sedangkan kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan tampah.

Cara membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar. Buang kelopak bagian luar hingga tampak kelopak dalamnya berwarna putih kemerah-merahan. Jantung pisang tersebut direbus sampai lunak. Lalu ditumbuk sampai halus.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan. Setelah itu, tumbukan jantung pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu. Diaduk-aduk sampai merata, lalu tambahkan gula merah. Jika sudah masak, silakan diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah dendeng jantung pisang yang telah dicetak.

7

Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari hingga kering. Lantas, digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam kantong plastik.

5.

Keripik Bonggol Pisang Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol

pisang, natrium bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti yang mesti disiapkan adalah pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang lainnya. Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci dengan air bersih. Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan natrium bisulfit satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan. Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar bumbunya meresap. Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga kematangan merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik bonggol pisang yang dikemas dalam kantong plastik.

II. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI PAKAN Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak. Potensi ini ditentukan oleh dua hal yaitu , 1. Tersedia tidaknya produk sampingan, limbah atau hasil sisa baik yang berasal dari tanaman itu sendiri, maupun dari proses pengolahan hasil utamanya 2. Tersedia tidaknya lahan bagi pengembangan hijauan pakan tanpa mengorbankan produksi tanaman hortikultura Oleh karena itu, dalam merencanakan pengembangan sistem integrasi ini perlu diidentifikasi jenis tanaman hortikultura ber dasarkan kriteria tersebut diatas.

8

A. Markisa

Kerajaan : Plantae Divisi Ordo Famili Genus Spesies : Spermathopyta : Malpighiales : Passifloraceae : Passiflora : P. edulis

Sebagai sumber bahan baku pakan potensi tanaman markisa terdapat pada produk limbah yang dihasilkan dari proses pengola han buah markisa untuk menghasilkan sari markisa. Secara nasional terdapat potensi produksi buah segar sebesar 99.000 tahun , dan seba gian terbesar (99%) dihasilkan oleh tiga wilayah penghasil utama. Kontribusi terbesar disumbang oleh Provinsi Sumatera Barat (53%) diikut i oleh Provinsi Sulawesi Selatan (24%) dan Provinsi Sumatera Utara (23%). Usaha produksi markisa diperkirakan masih akan meningkat pada tahun mendatang dan dipr ediksi akan mencapai 112.000 ton pada tahun 2009. Untuk menghasilkan bahan baku pakan dari buah markisa diperlukan adanya industri yang mengolah buah markisa untuk menghasilkan produk utama berupa sari markisa. Produk limbah hasil pengolah an buah markisa relatif tinggi yaitu mencapai 60% dari berat buah dengan komposisi sekitar 45% merupakan kulit buah dan 15% adalah biji. Berdasarkan komposisi produk tersebut dapat diprediksi potensi limbah yang dap at dihasilka n dari proses pen golahannya. Potensi produksi ini selanjutnya dapat dikonverika n kedalam bahan kering dengan menggunakan tingkat kandungan air sebesar berturut-turut 33% dan 25% pada kulit buah markisa dan biji markisa. Dari aspek nutrisi, kulit buah markisa mengandung bahan organik, energi tercerna, dan protein kasar sebesar berturut-turut 76%, 2809 Kkal/kg dan 18,1%, sedangkan biji markisa mengandung 84% bahan organik, 3026 Kkal/kg en ergi tercerna dan 20,1% protein kasar. Hal ini secara jelas mengindikasikan poten si sebagai sumber energi dan protein bagi ternak ruminansia. Proses pengolahan buah markisa untuk menghasilkan pakan ternak pada dasarnya hanya membutuhkan prosed ur dan teknologi yang relative sederhana. Ada tiga prosedur yang telah diterapkan yaitu proses pengeringan, penggilingan dan pencampuran (blending). Selain itu, untuk meningkatkan mutu nutrisi, terutama kulit buah markisa dapat pula dikombinasikan dengan proses fermentasi sebelum di blending.

9

Proses pengeringan merupakan fa ktor kritis u ntuk kulit buah dan biji markisa, karena kandungan air yan g relatif tinggi saat di hasilkan dari pabrik yaitu berkisar antara 25-33%. Pengeringan h arus segera dilakukan untuk menghindari kerusakan bahan (pelapukan) yang akan mengakibatkan rendahnya palatabilitas bahan bila diberikan kepada ternak. Pengalaman empiris menunjukan b ahwa pengeringan menggunakan energi matahari membutuhk an waktu sekitar 2-4 hari untuk mendapatkan ba han dengan kadar air sekitar 1 0-12% denan biaya (tenaga kerja) a ntara Rp 10,0Rp.15,0 per kg bahan kering. Namun, cara ini memiliki kelemahan yaitu ketergantungan kepada cua c a yang sering sulit dip rediksi. Cua c a yang tid ak kondusif akan membutuhk an waktu pengeringan lebih lama dengan kon sekuensi meningkatnya jumlah kerusakan ba han serta biaya tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk p engolahan dalam skala industri penggunaan alat pengering yang menggunakan bahan ba kar lain (so lar, listrik) menjadi altern atif. Proses pen ggilingan membutuhk an mesin penggiling agar efisien. Ukuran partikel hasil pen ggilingan dapat dimodifikasi se suai dengan kebutuan. Untuk bahan kulit buah markisa ukuran partikel hasil gilinga n dapat bervariasi dari bentuk tepung ( diameter saringan 1-1, 5 mm atau bentuk remahan (diameter saringan sekitar 5mm). Apabila penggunaan kulit buah ma rkisa diperuntukan bagi pembuatan konsentrat atau pakan komplit dalam bentuk pelet sebaiknya proses penggiling an diarahka n untuk menghasilkan bentuk tepung agar mendapatkan kond isi pelet yang baik. Namun, apabila penggunaannya untuk pakan komplit dalam bentuk mesh, maka disarankan dalam bentuk remaha n, karena proses ini relatif lebih murah. Proses penggilingan biji markisa me mbutuhkan bahan lain seba gai bahan pengisi (filler) yang tujuannya adalah untuk menyerap minyak (lemak) yang kelu ar dari endosperm biji saat digiling, sehingg a alat penggiling dapat berfungsi se caranormal. Dari pengalam an diperole h rasio biji / f iller yang optimal ber kisara antara 1/5-7. Proses fe rmentasi menggunakan Aspergillus niger setelah penggilingan telah dicoba dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kulit buah markisa. Akan tetapi, walaupun proses ini mampu meningkatkan kandungan protein kasar, namun tidak men ghasilkan respon yang lebih baik pada kambing dibandingkan dengan tanpa fermentasi.

10

B. Nanas

Kerajaan

: Plantae (tidak termasuk) Monocots (tidak termasuk) Commelinids

Ordo Famili Upafamili Genus Spesies

: Poales : Bromeliaceae : Bromelioideae : Ananas : A. comosus

Produksi buah nenas secara nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun dan sebagian besar disumbang oleh lima wilayah utama penghasil nenas (Tab el 4). Pot ensi tanaman nenas sebagai sumber pakan ternak dimungkinkan, apabila terdapat industri yang a kan mengolahan buah nenas menjadi produk hasil olahan seperti sari nenas. Tingkat rendemen sekitar 15%, atau dihasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging buah se besar 85%. Walaupun tidak seluruh produksi tan aman nenas digunakan untuk memenuh i kebutuhan pabrik pengolah yang ada, secara pote nsi terdapat sekitar 596 ribu ton pe r tahun limbah segar n enas yang dapa t dimanfaatkan seba gai bahan baku pakan ternak. Bila dikonversika n kedalam bahan kering dengan kadar air 24 %, maka te rdapat potensi seb esar 143 rib u ton per ta hun limbah nenas kering. Teknologi p engolahan limbah nenas untuk men ghasilkan b ahan pakan ternak pada dasarnya serupa dengan pengolahan markisa seperti sebelumnya dipaparkan

Limbahnenas mengandung air d alam jumlah besar, sehingga membutuhkan pengeringan secar a intensif dan cepat untuk menghindari kerusakan bahan. Namun, limbah nenas da pat pula diproses menggunakan teknologi fermentasi untuk menghasilkan pro duk silase limbah nenas. Hal ini dimungkinkan karena kandungan air sebesar 75% sesuai bagi proses pembuatan silase (McDONALD, 1981).Teknologi in i dapat mengatasi masalah cepatnya limbah men galami kerusakan apabila tidak segera dikeringkan. Dengan demikian pengolahan limbah menj adi silase dapat menghindari proses pen ggilingan maupun pengeringan, kar ena silase limbah dapat langsung digunakan sebagai pakan dasar. Hal ini dengan sendirinya berpotensi untuk mengurangi biaya pengolah an secara signifikan, walaupun untuk mengolah limbah kedalam b entuk silase juga me mbutuhkan

11

biaya, antara lain untuk pembuatan silo dan bahan aditif. Diperlukan analisis efisiensi ekonomis untuk mengetahui proses pengolahan yang paling optimal dalam

memanfaatakn limbah nena s tersebut yang hasilnya akan ditentukan oleh skala produksi. Limbah nenas mengandung serat (NDF) yang relatif tinggi (57,3%), sedangkan protein kasar termasuk rendah yaitu hanya 3,5%. Oleh karena itu, potensi penggunaannya bukan sebagai komponen penyusun konse ntrat, namun lebih sebagai pakan dasa r penyusun ransum. Li mbah nena s yang telah diker ingkan dapat digunakan langsung sebagai pakan dasar, sedangkan bila digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit limbah harus digiling terlebih dahulu. Sebagai pakan dasa r, limbah nenas diharapakan dapat meminimalisisr ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak.

C. Pisang Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut.

III. HORTIKULTUR BUAH SEBAGAI BAHAN BAKAR A. Pisang Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu batterai. Cara pembuatannya pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus, apabila tidak ada alat jus atau blender maka cukup dihancurkan atau di aduk hingga halus kemudian dicampur dengan air secukupnya. Setelah itu di buat sel elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam gelas tersebut. Kemudian dibuat elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan seng disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik.

Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup. Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut dengan benda percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati adalah kalkulator dan jam digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan

12

jam

tersebut

bisa

hidup

normal

seperti

dihubungkan

pakai

batu

batterai

Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan.

13

BAB III KESIMPULAN

Buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Berdasarkan kandungan karbohidrat dan nilai gizinya, buah sukun dapat digunakan sebagai sumber pangan lokal. Hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah. Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan menganekaragamkan jenis produk olahan sukun Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Banyak bagian dari tanaman pisang ini yang memiliki potensi sebagai bahan pangan. Diantaranya bonggol pisang untuk obat dan makanan, cuka dari kulit pisang, roti dari kulit pisang, dendeng jantung pisang dan keripik bonggol pisang. Usaha produksi tanaman hortikultura memiliki potensi beragam dalam hal menghasilkan bahan baku pakan bagi ternak. Potensi ini ditentukan oleh dua hal yaitu , 1. Tersedia tidaknya produk sampingan, limbah atau hasil sisa baik yang berasal dari tanaman itu sendiri, maupun dari proses pengolahan hasil utamanya 2. Tersedia tidaknya lahan bagi pengembangan hijaua n pakan tanpa mengorbankan produksi tanaman hortikultura Tanaman holtikultura yang bias dijadikan pakan diantaraya adalah limbah markisa, limbah nanas dan kulit pisang. Untuk menghasilkan bahan baku pakan dari buah markisa diperlukan adanya industri yang mengolah buah markisa untuk menghasilkan produk utama berupa sari markisa. Proses

14

pengolahan buah markisa untuk menghasilkan pakan ternak pada dasarnya hanya membutuhkan prosedur dan teknologi yang relative sederhana. Ada tiga prosedur yang telah diterapkan yaitu proses pengeringan, penggilingan dan pencampuran (blending). Selain itu, untuk meningkatkan mutu nutrisi, terutama kulit buah ma rkisa dapat pula dikombinasikan dengan proses fermentasi sebelum di blending. Produksi buah nenas secara nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun dan secara potensi terdapat sekitar 596 ribu ton per tahun limbah segar nenas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Bila dikonversikan kedalam bahan kering dengan kadar air 24 %, maka terdapat potensi sebesar 143 ribu ton pertahun limbah nenas kering. Teknologi pengolahan limbah nenas untuk menghasilkan bahan pakan ternak pada dasarnya serupa dengan pengolahan markisa. Sebagai pakan dasar, limbah nenas diharapakan dapat meminimalisisr ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak. Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut. Bagian tanaman pisang lainnya adalah kulit pisang yang ternyata bisa dijadikan pengganti batu batterai melalui tahapan tahapan pengolahan. Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan.

15