Page 1 of 18 Populisme Trump adalah semakin meluasnya proteksi selektif Amerika Serikat Oleh: riza V. Tjahjadi Simak, nih: [E]very decision on trade, on taxes, on immigration, on foreign affairs will be made to benefit American workers and American families. We must protect our borders from the ravages of other countries making our products, stealing our companies and destroying our jobs. (APPLAUSE) Protection will lead to great prosperity and strength. I will fight for you with every breath in my body and I will never ever let you down. (APPLAUSE) America will start winning again, winning like never before. (APPLAUSE) We will bring back our jobs. We will bring back our borders. We will bring back our wealth. And we will bring back our dreams. (APPLAUSE) We will build new roads and highways and bridges and airports and tunnels and railways all across our wonderful nation. We will get our people off of welfare and back to work, rebuilding our country with American hands and American labor. (APPLAUSE) We will follow two simple rules; buy American and hire American. and so on
18
Embed
Populisme trump adalah semakin meluasnya proteksi selektif amerika serikat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1 of 18
Populisme Trump adalah semakin meluasnya proteksi
selektif Amerika Serikat
Oleh: riza V. Tjahjadi
Simak, nih:
[E]very decision on trade, on taxes, on immigration, on foreign affairs will be made to benefit
American workers and American families. We must protect our borders from the ravages of
other countries making our products, stealing our companies and destroying our jobs.
(APPLAUSE)
Protection will lead to great prosperity and strength. I will fight for you with every breath in
my body and I will never ever let you down.
(APPLAUSE)
America will start winning again, winning like never before.
(APPLAUSE)
We will bring back our jobs. We will bring back our borders. We will bring back our wealth.
And we will bring back our dreams.
(APPLAUSE)
We will build new roads and highways and bridges and airports and tunnels and railways all
across our wonderful nation. We will get our people off of welfare and back to work,
rebuilding our country with American hands and American labor.
(APPLAUSE)
We will follow two simple rules; buy American and hire American.
and so on
Page 2 of 18
Itu adalah petikan pidato Donald Trump dalam pelantikannya sebagai presiden Amerika
Serikat 20 Januari silam.
Angin populisme yang dihembuskan Trump selama kampanyenya sebagai calon presiden
seakan memupus teori sepeda. Muncul istilah baru yaitu populisme, yang pada pokoknya
pemerintah berhubungan langsung dengan rakyatnya tanpa (terlampau) indahkan lembaga-
lembaga politik tetapi tidak aspiratif yang dapat akibatkan hubungan pemerintah dan
rakyatnya tidak mulus-lancar.
Tetapi di balik - apa yang disebut dengan - populisme akan jalan beriringan adalah adanya
kemunculan kembali motif proteksionisme dalam perdagangan yang mengabaikan ujaran:
"Kayuhlah terus pedal sepedamu. Jangan berhenti, karena jika anda berhenti mengayuh
pedal sepeda, maka anda akan jatuh." Jatuh... Dan jika itu terjadi maka yang muncul adalah
proteksionisme, karena liberalisasi perdagangan barang dan jasa harus terus berlangsung,
sebagaimana yang dipraktekkan pemerintah Amerika menganut teori kayuh sepedanya Fred
Bergsten (1973). Nyatanya?
Negosiasi dalam WTO malah mandeg, mati suri sejak tahun 2003 pada negosiasi Putaran
Doha hingga akhirnya diupayakan untuk hidup kembali pada era Presiden SBY, dengan
konferensi di Bali tahun 2013. Nyatanya, figur WTO tidak menakutkan lagi... Justru karena
banyak negara sudah menikmati era liberalisasi perdagangan, dan jasa, maka terasa
Page 3 of 18
menyentak ketika Presiden Amrik Donald Trump memaklumatkan pengutamaan keuntungan
maupun manfaat langsung bagi orang Amerika, dan negaranya - dengan yang istilah yang
diklaim banyak analis sebagai pendekatan populisme.
Faisal Basri pada peringatan HUT Indemo 17 tahun dan Peristiwa Malari 1974 memaparkan
ia bahkan memakai pendekatan kaidah Pendulum untuk mengilustrasikan mimpi
populismenyaTrump dengan perlindungan (secara langsung) bagi Amerika Serikat. Tidak
ada bumper atau pengganjal dalam hal pendekatan proteksionismenya Trump. Pendulum
untuk menyeimbangkan gerak ke kanan atau ke kiri, karena jika gerakan terlalu menjauh
maka akhirnya akan muncul keseimbangan bak gerak bandul. Itu pendekatan sah saja
Faisal Basri mengemukakan teori pendulum. Karena ia tidak mengaitkan gerak
proteksionisme Trump dengan teori sepedanya Fred Bergsten (1973).
Liberalisasi - proteksionis terbatas
Liberalisasi perdagangan itu nyaris omong kosong, karena nyatanya model yang dibangun
dengan tangan-tangan yang kasat mata (visible hands) ini sebagaimana kata Dunkley dalam
bukunya yang saya sunting (Tjahjadi, 2001) mengurai cakupan dari kelanjutan dari
proteksionis selektif.
Pandangan dari kelompok-kelompok tersebut tentang Putaran Uruguay dan perdagangan
bebas sangat banyak dan bervariasi, tetapi termasuk kepedulian bahwa: rejim tarif baru
akan meneruskan proteksi selektif untuk Dunia Pertama sedangkan pembukaan Dunia
Kedua dan Ketiga untuk TNC Barat yang mengusulkan ‘reformasi’ pertanian akan memberi
sedikit peluang ekspor untuk Dunia Ketiga tetapi akan meningkatkan ketergantungan impor
pangan bagi banyak negara; subsidi baru, anti-damping dan ketentuan TRIM akan sangat
mengurangi kemampuan pemerintah untuk menggunakan kebijakan industri yang
konstruktif; restrukturisasi industri akan memberi pengaruh buruk pada perempuan dan
banyak kelompok sosial yang lemah, sehingga akan sangat meningkatkan ketidak adilan
Page 4 of 18
yang telah ada; TRIPs akan sangat
menguntungkan TNC Dunia Pertama dan
memberdayakan mereka untuk
mengeksploitasi secara tidak adil
sumberdaya dan pengetahuan dasar
tradisional masyarakat Dunia Ketiga, GATT
akan memfasilitasi pembanjiran negara-
negara Dunia Ketiga dengan jasa komersil
bergaya Barat; ketentuan harmonisasi akan
menurunkan standar tenaga kerja,
lingkungan dan hak asasi manusia menjadi
yang paling rendah; sistem WTO yang baru
akan bersifat rahasia, tidak demokrasi,
birokrasi, pro-Barat dan didominasi oleh
orang-orang dengan sudut pandang
ekonomi yang sempit. Lebih umumnya,
dikhawatirkan bahwa perdagangan bebas
dan investasi akan meningkatkan gaya
materialistik dari pembangunan,
memberdayakan TNC untuk mendominasi
dunia, mempercepat swastanisasi dan
‘marketisasi’, menguruskan pemerintah
nasional, menghancurkan masyarakat,
menghalangi pilihan pembangunan alternatif,
memfasilitasi monopoli dari pandangan
dunia tertentu dan membanjiri masyarakat
tradisional dengan budaya hedonistik dari
Barat.Pada sisi lain, lebih luas daripada
sekadar cakupan perdagngan, maka terlihat
juga bahwa pandangan Fukuyama sudah
semakin tidak populer dengan (teori) akhir
dari sejarah (End of History, 1990). Kasus
911 atau penghancuran menara kembar di
New York oleh Alqaeda adalah salah satu
perontok tesis Francis Fukuyama.
Maksudnya, dalam konteks ini ialah
munculnya kembali nilai-nilai yang
dikelompokkan sebagai ideologis. Populisme
akankah berbenturan dengan (kelompok
pengusung) ideologis? Itu akan tampak
dengan berjalannya waktu.
Tangerang 28 Januari 2017
---
Page 5 of 18
Page 6 of 18
Lampiran
Situasi proses liberalisasi perdagangan dan jasa, terkait dengan resistensi soal pangan dan
pertanian; cikal-bakal mandegnya negosiasi di WTO.
Page 7 of 18
Simaklah:
Andalkan Perdagangan Bebas Bagi Ketahanan Pangan Global,
Bumerang..!
oleh: Riza V. Tjahjadi
<><><><><><><><><><><><><><><><>
Pencantuman perdagangan sebagai unsur kunci (Komitmen 4) dalam Deklarasi Roma
2002 mengenai Ketahanan pangan merupakan salah satu puncak kontroversi dalam
Page 8 of 18
masyarakat dunia. Perdagangan bebas versus ketahanan pangan, maupun liberalisasi
perdagangan sebagai instrumen bagi tercapainya ketahanan pangan merupakan hal yang
tidak masuk logika etis bagi ornop/ masyarakat madani bagi masyarakat dunia. Hal ini sudah
tampak pada arena, dan auranya sejak Agustus tahun silam dalam persiapan hingga dalam
Pertemuan Puncak Pangan Dunia Lima Tahun Kemudian (World Food Summit: 5yl)
Organisasi pangan Dunia (FAO) di Roma Italia pada awal Juni 2002. Tentangan ini hingga
kini masih berlanjut diwacanai di berbagai penjuru, sementara di Indonesia proses
sosialisasi Deklarasi Roma 2002 tengah berlangsung pula.
Bagi publik di Indonesia tentangan itu rasanya muncul dadakan, bagaikan mengisi ruang
yang semula tampak kosong dalam tatapan masyarakat dunia. Nah, ini dia... tema baru:
perdagangan bebas akan meruyak ketahanan pangan. Marilah, kita advokasikan..! Hal
nyaris serupa terpapar pula dalam arena menjelang Pertemuan Puncak Pembangunan
Berkelanjutan Dunia (WSSD) minggu mendatang di Johannesburg Afrika Selatan,
kendatipun rumusannya berbeda, yaitu Partnership.
Sebenarnya, bagi kita jika mau kritis dan jeli menelusuri ke belakang - lantaran kita belum
cukup intens bergabung dalam gerakan sosial global - maka tentangan itu bukanlah hal
yang baru. Kenapa?
Perdagangan bebas, yang diasumsikan akan menggasak masyarakat yang belum maju,
akan semakin tersisih dalam pemanfaat arus globalisasi, karenanya perlu diantisipasi
dengan ketahanan yang paling memadai bagi keberlanjutan masyarakat tersebut.
Ketahanan yang paling pokok itu ialah pangan. Sementara bagi penganut paham
perdagangan bebas, maka kebutuhan akan ketahan pangan dapat diselesaikan dengan
semakin berperannya perdagangan bebas mendunia. Karena kunci ketahanan pangan yang
dapat diperluas partisipasinya bagi para pemain yang berpengaruh, ialah dengan
melakukan reformasi pasar: agar dapat memajukan unsur ketersediaan dengan distribusi
yang stabil.
Lembaran sejarah beberapa tahun silam, sebenarnya sudah mencatat, bahwa para
penganut perdagangan bebas sudah mendesakkan urgensinya perdagangan, bagi
kemajuan dunia, termasuk juga pemenuhan ketahanan pangan - dengan konsep self
reliance. Ada ekspor sehingga menghasilkan devisa negara, maka pangan dapat dibeli dari
mana pun.
Page 9 of 18
Jocelyn Cajiuat (2001) mencatat: "Semenjak dimulainya negosiasi dalam Putaran
Uruguay dari GATT pada tahun 1986 masyarakat madani telah menentang pemerintah
(Filipina) guna menyetujui bersama dengan Kelompok Cairns untuk mencakup pula
pertanian ke dalam GATT. Dewasa ini asumsi dan solusi dari badan-badan internasional
(FAO, WTO, Bank Dunia) ialah memastikan ketahanan pangan melalui reformasi pasar dan
liberalisasi perdagangan. Hal ini perlu dilakukan tinjauan kritis dan penjelasan yang terinci."
Kekuatiran ini, terbukti, yaitu alam perdagangan bebas menjadi andalan, dalam arena
internasional manapun. Artinya, pandangan bahwa perdagangan bebas akan mampu
mengatasi segala-galanya – meskipun suka dan tidak suka semakin kentara pada negara-
negara di dunia ini - sudah menjadi hitam-putih persetujuan warga dunia.
Khusus di Indonesia pernah cukup banter diwartakan pada awal dekade 1990-an konsep
on-trend self sufficiency yang dipromosikan oleh Bulog. Maknanya, ada kelebihan beras
diekspor, dan bila terjadi kekurangan maka dilakukan impor beras. Konsep ini nyaris paralel
dengan konsep self-reliance dari penganut paham perdagangan bebas.
Selang beberapa tahun kemudian, dunia mencatat bahwa kelaparan di dunia harus
dapat dipangkas separuhnya pada tahun 2015. Tak pelak instrumen penting sebagai
pemangkas kelaparan dunia adalah perdagangan - yang tentu saja berpaham bebas. Ini,
misalnya tertuang dalam Deklarasi Roma tahun 1996.
Mungkin saja secara nakal dapat dipertanyakan, liberalisasi perdagangan yang masih
balita belum mampukah menjadi instrumen utama bagi upaya terpangkasnya kelaparan di
dunia. Namun apa yang terjadi lima tahun kemudian setelah pertemuan puncak pangan?
Penjajakan mengenai situasi ketahanan pangan dunia yang dilakukan oleh badan-badan
internasional, jika dikombinasikan, mengindikasikan, bahwa lebih dari 800 juta jiwa (792 juta
jiwa di negara berkembang, dan 34 juta jiwa di negara maju) masih menderita kekurangan
Page 10 of 18
gizi dalam periode 1996 hingga 1998. Mayoritas mereka yang kekurangan gizi itu terdapat di
Asia dan Pasifik (515,2 juta jiwa). Negara-negara seperti Korea Utara mencapai lebih dari