-
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN UBI JALAR UNGU (Ipomaea batatas Poiret) AKIBAT
PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK ORGANO KOMPLEKS
SKRIPSI
OLEH :
POPI YULIA NINGSIH
BP 11.10.002.5421.103
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
FAKULTAS PERTANIAN
PAYAKUMBUH
2015
-
vii
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN UBI JALAR UNGU (Ipomaea batatas Poiret) AKIBAT
PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK ORGANO KOMPLEKS
OLEH :
POPI YULIA NINGSIH
BP 11.10.002.5421.103
SKRIPSI
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
FAKULTAS PERTANIAN
PAYAKUMBUH
2015
-
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN UBI JALAR UNGU (Ipomaea batatas Poiret) AKIBAT
PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK ORGANO KOMPLEKS
OLEH:
POPI YULIA NINGSIH
BP : 11.10.002.5421.103
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Yustitia Akbar, MP Ir. Rahmawati, MP
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Pertanian Agroteknologi
Drs. Rizalman Boestami, MP Ir. Rahmawati, MP
-
vii
Skripsi ini Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Sidang
Panitia Ujian
Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Barat
Tanggal 8 Maret 2015
No Nama Jabatan Tanda Tangan
1 Drs. Rizalman Boestami, MP Ketua
2 Ir. Rahmawati, MP Sekretaris
3 Ir. Yustitia Akbar, MP Anggota
4 Ir. Yuliesi Purnawati, MP Anggota
5 Dr. Ir. Yusnaweti, MP Anggota
-
vii
Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga
hidup
takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski
terasa
berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila
semuanya
terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan.
Kupersembahkan karya kecil ini Kepada Allah SWT Tuhanku yang
senantiasa membimbingku. Rasullullah Muhammad SAW yang telah
membukakan jalan bagi ilmu pengetahuan. Seterusnya untuk
cahaya
hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu
setia
mendampingi, saat kulemah tak berdaya Papa dan Mama yang
selalu
memanjatkan doa kepada putri sulungnya ini dalam setiap
sujudnya,
serta bapak dosenku teristimewa yang mendorong semangat
sehingga
termotivasi untuk melanjutkan studiku.
Keluarga Besar Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat,
Bapak Drs Rizalman Boestami, MP. Kedua Dosen Pembimbing Ir.
Yustitia Akbar, MP dan Ir. Rahmawati,, MP. Seluruh Dosen,
Jajaran Akademik dan Rekan-Rekan Mahasiswa.
Tanpa Bapak/Ibu semua, aku bukan apa-apa..
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang
akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih
bermakna,
karena tragedi terbesar dalam hidup bukanlah kematian tapi hidup
tanpa
tujuan. Teruslah bermimpi untuk sebuah tujuan, pastinya juga
harus
diimbangi dengan tindakan nyata, agar mimpi dan juga angan,
tidak
hanya menjadi sebuah bayangan semu.
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka
apabila
engkau telah sesuai dengan pekerjaan yang satu, kerjakanlah
pekerjaan yang lain dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada
Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap
(Q.S Alam Nasyrah, 94 :6-8)
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
wataala, karena
berkat rahmat-Nya penuis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Respon
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomaea
batatas
Poiret) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Organo Komplek
ini
tentunya berbekal pada kesungguhan usaha, keyakinan dan yang
terpenting adalah
berkat taufik, hidayah dan inayah dari Allah SWT.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini,penulis mengucapkan
terima
kasih kepada ibu Ir. Yustitia Akbar, MP dan Ir. Rahmawati, MP
selaku
Pembimbing I dan II yang telah memberi petunjuk, saran dan
bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk
kemajuan
ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu pertanian khususnya.
Payakumbuh, Februari 2015 P.Y
vi
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
............................................................................
vi
DAFTAR ISI
...........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL
...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN
..........................................................................
ix
ABSTRAK
...............................................................................................
x
I.PENDAHULUAN
.................................................................................
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
..................................................................
4
III. BAHAN DAN METODE
.......................................................... ......
11
3.1 Tempat dan Waktu
......................................................................
11
3.2 Bahan dan Alat
.............................................................................
11
3.3 Rancangan Percobaan
...................................................................
11
3.4 Pelaksanaan
..................................................................................
12
3.5 Pengamatan
..................................................................................
14
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
.......................................................... 16
4.1 PanjangBatangdan Jumlah Cabang Tanaman
(buah)................. ... 16
4.2 Jumlah Umbi per Rumpun dan Diameter Umbi .............
............. 18
4.3 Berat Umbi per Rumpun, per Petak, dan per Hektar
.................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
.......................................................... 22
5.1 Kesimpulan
...................................................................................
22
5.2 Saran
.............................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................
25
LAMPIRAN
...........................................................................................
27
-
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Panjang batang dan jumlah cabang tanaman ubi jalar ungu pada
beberapa dosis pupuk Organo-Kompleks umur 5 mst ................
16
2. Jumlah umbi per rumpun dan diameter umbi tanaman ubi jalar
Ungu pada beberapa dosis pupuk Organo-Kompleks umur 16 mst
......... 18
3. Berat umbi per rumpun, berat umbi per petak dan hasil (t/ha)
tanaman ubi jalar ungu pada beberapa dosis pupuk Organo Kompleks
umur 16
mst........................................................................
............................... 20
-
vii
DAFTAR LAMIRAN
Lampiran Halaman
1. Denah Penelitian Di Lapangan menurut RAK
............................ 27
2. Tata Letak Tanaman dalam Satu Petak Percobaan
..................... 28
3. Kandungan Hara Organo-Kompleks
........................................... 29
4. Sidik Ragam Pengamatan
........................................................... 30
ix
-
vii
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN UBI JALAR UNGU (Ipomaea batatas Poiret) AKIBAT
PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS PUPUK ORGANO KOMPLEKS
ABSTRAK
Penelitian tentang Respon pertumbuhan dan produksi tanaman ubi
jalar
(Ipomaea batatas Poiret) akibat pemberian beberapa dosis pupuk
Organo
Kompleks telah dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Sumatera Barat Kota Payakumbuh dengan jenis tanah
Inceptisol
pada ketinggian lebih kurang 514 m diatas permukaan laut.
Penelitian ini dimulai
dari bulan September 2014 sampai dengan Januari 2015. Tujuan
penelitian ini
untuk mendapatkan dosis pupuk Organo Kompleks yang tepat untuk
pertumbuhan
dan produksi tanaman ubi jalar ungu.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok
(RAK), dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok. Data hasil pengamatan
dirata-
ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf
nyata 5 % bila F
hitung besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncans
New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 %. Dosis pupuk
organo kompleks yang
digunakan adalah 0 ton/ha, 5 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha dan 20
ton/ha.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan
bahwa pemberian dosis pupuk Organo Kompleks dosis 15 ton per
hektar dan 20
ton per hektar dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman ubi jalar
ungu.
-
1
I. PENDAHULUAN
Ubi jalar ungu (Ipomaea batatasPoiret) merupakan tanaman
yang
merambat yang sangat banyak variasinya. Variasi ini meliputi
warna batang dan
umbi serta bentuk daunnya. Warna batang ubi jalar ada yang
kuning, hijau, dan,
ungu. Sedang warna umbi nya ada yang putih, kuning, orange,
ungu, dan
kemerahan. Bentuk daunnya ada yang menyerupai tangan dan seperti
jantung
dengan warna hijau atau ungu. Menurut (Hasbullah, 2010), ubi
jalar ungu dapat
diolah, yaitu tepung ubi jalar, keripik ubi jalar, kue ubi
jalar, dan manisan kering
ubi jalar.
Setiap 100 g ubi jalar ungu mengandung energi 123 kkal, protein
1,8 g,
lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg,
besi 0,7 mg,
vitamin A 7.700 SI, dan vitamin B1 0,009 mg. Selain itu, ubi
jalar ungu juga
mengandung lisin, Cu, Mg, K, Zn, rata-rata 20% . (Danarti dan
Najiyati, 2000).
Prospek usaha ubi jalar ungu cukup cerah bila dikelola secara
intensif.
Permintaan dalam negeri dan peluang ekspor cenderung meningkat.
Di luar
negeri, khususnya di negara-negara maju, ubi jalar ungu
dijadikan makanan
mewah dan bahan baku aneka industri, seperti tekstil, lem,
kosmetik, dan sirup. Di
Jepang dijadikan makanan tradisional yang bertaraf Internasional
seperti setaraf
dengan pizza atau hamburger. Sehingga aneka makan olahan dari
ubi jalar ungu
banyak dijual ditoko-toko sampai direstoran bertaraf
Internasional, sedangkan
dinegara Amerika Serikat dijadikan sebagai pengganti kentang
(Suparman, 2007).
Di Sumatera Barat permintaan akan ubi jalar ungu terus
meningkat,
namun hal ini tidak di imbangi oleh jumlah produksinya. Seperti
daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota, jumlah produksi ubi jalar ungu pada
tahun 2012
sebanyak 13,91 ton. Jumlah produksi ini belum mampu memenuhi
permintaan ubi
jalar ungu di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012 yaitu sebesar
8.365,32 ton
(Badan Pusat Statistik, 2013).
Di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota tanaman ubi
jalar
ungu ini belum banyak dibudidayakan sedangkan permintaan
terhadap komoditi
-
2
ini terus meningkat seiring dengan peningkatan taraf hidup dan
pertambahan
penduduk. Sampai sekarang ini pasokan ubi jalar ungu di kedua
daerah ini masih
didatangkan dari daerah Bukittinggi, Tanah Datar, dan Padang
Panjang.Menurut
Badan Pusat Statistik (2013), data produksi tanaman ubi jalar
ungu untuk daerah
Sumatera Barat pada tahun 2011 adalah 59,674 ton.
Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi ubi jalar ungu
adalah
pada umumnya ubi jalar ungu ditanam pada tanah-tanah pertanian
lahan kering
yang mempunyai kandungan pupuk organik yang rendah. Keadaan ini
akan
berakibat menurunnya produktivitas tanah, dan umbi yang
dihasilkan berukuran
kecil-kecil karena lahan yang digunakan sudah tidak gembur lagi.
Hal ini
disebabkan oleh petani jarang mengembalikan sisa panennya ke
lahan. Hara yang
hilang terangkut oleh panen ubi jalar ungu cukup tinggi, yaitu
105 kg N, 41 kg
P2O5, dan 201 kg K2O/ha. Usaha peningkatan produksi ubi jalar
ungu perlu
dilakukan dengan cara menggunakan varietas unggul, pemupukan
yang efektif
dan tepat guna, perbaikan teknik bercocok tanam, dan penerapan
pola tanam yang
tepat serta penggunaan bahan organik (Sonhaji, 2007).
Unsur-unsur yang dibutuhkan ubi jalar ungu adalah nitrogen
(N),
posphor (P) dan kalium (K). Pada tanaman ubi jalar ungu unsur N
berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif, unsur P berguna untuk dapat
merangsang
pertumbuhan awal bibit tanam. Pospor merangsang pembentukan
bunga, buah dan
biji, bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat umbi
lebih
besar, unsur K berfungsi untuk mengangkut karbohidrat, sebagai
pembentukan
protein, dan menetralkan reaksi sel-sel terutama asam organik
serta membantu
perkembangan akar (Suparman, 2007).
Ubi jalar ungu membutuhkan unsur-unsur di atas untuk
berproduksi
optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu teknologi yang dapat
menyediakan
ketiga unsur tersebut. Salah satu teknologi yang dapat di
gunakan adalah dengan
memberikan pupuk organo-komples kotoran sapi untuk pemupukan
pada tanaman
ubi jalar ungu. Organo-kompleks adalah suatu teknologi pemupukan
yang
mengkombinasikan pupuk organik berupa kompos dan pupuk anorganik
seperti
-
3
Urea, TSP dan KCl sehingga menjadi bentuk yang kompleks. Pupuk
organo-
kompleks berasal dari hasil inkubasi kedua bahan dimaksud selama
lebih kurang
21 hari atau 3 minggu. Pupuk organik yang di gunakan berasal
dari kompos
kotoron sapi dan pupuk anorganik berasal dari pupuk Urea, SP36,
dan KCl
(Agustamar, dkk., 2011).
Kotoran sapi yang di gunakan dalam organo-kompleks adalah
dalam
bentuk kompos. Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan
N, P dan K
yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat mensuplai unsur hara.
Manfaat dari
penggunaan pupuk organo kompleks : (1) menambah kandungan unsur
hara yang
tersedia dan siap diserap oleh tanaman selama periode
pertumbuhan tanaman, (2)
menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang dengan
demikian
akan memperbaiki persentase penyerapan hara oleh tanaman yang
terinkubasi
dalam bentuk pupuk, (3) mencegah kehilangan hara karena bahan
organik
mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi (Agustamar,
Achmad, dan
Sondang, 2011).
Hasil penelitian Agustamar, Achmad dan Sondang (2012) pada
sawah
bermasalah berkadar besi tinggi menyimpulkan bahwa (1) diperoleh
paket
teknologi pemupukan dengan organo-kompleks yaitu dengan
penggunaan 10 t/ha
kompos pupuk kandang ditambahkan dengan 0,75 dosis anorganik
Urea, TSP dan
KCl mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi
metode SRI
sawah bukaan baru, (2) uji lapang organo-kompleks dari pupuk
kandang direspon
secara nyata di lokasi Sitiung Dharmasraya, (3) penggunaan
organo-kompleks
dengan dosis 10 t/ha kompos pupuk kandang + 0,75 dosis
Urea-TSP-KCl (225 kg
Urea+112,5 kg TSP+75 kg KCl/ha) menjadi organo-kompleks
memperbaiki
pertumbuhan (tinggi tanaman), komponen hasil (jumlah
malai/rumpun, jumlah
biji/malai, persentase gabah bernas dan bobot seribu biji) serta
meningkatkan hasil
GKG secara nyata 5,88 t/ha dimana terbaik di lokasi Sitiung
yaitu 6,35 t/ha.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis telah melakukan
penelitian
dengan judul Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi jalar
ungu
(Ipomaea batatas Poiret) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Pupuk
Organo
-
4
Kompleks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis
pupuk organo
kompleks yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman ubi
jalar ungu.
-
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Taksonomi dan Morfologi Ubi Jalar Ungu
Ubi jalar ungu (Ipomea batatas Poiret) merupakan salah satu
jenis
tanaman dikotiledon tahunan, batang tanaman ubi jalar ungu
panjang dan
menjalar serta beruas, bagian tengah batang lateral berbentuk
bengkok dan ruas
terlihat berupa semak. Tipe kultivar yaitu semak, semak
menjalar,ditentukan oleh
panjang ruas dari pada panjang batang, percabangan batang
berbeda-beda
tergantung pada kultivarnya (Sonhaji, 2007). Umbi jalar memiliki
batang atau
tangkai berbentuk bulat dengan diameter 3-10 mm, tidak berkayu
dan bergabus
ditengahnya, beruas-ruas dengan panjang 1-2 cm, warna batang
biasanya hijau tua
hingga keungu-unguan (Suparman, 2007).
Menurut Sarwono (2007), Ubi jalar ungu diklasifikasikan
sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulacea
Famili : Convolvulacea
Genus : Ipomea
Species : Ipomaea batatas Poiret
Ada 2 tipe akar ubi jalar ungu yaitu akar penyerap hara di dalam
tanah
atau umbi akar yang berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara
yang ada dalam
tanah, berfungsi sebagai tempat untuk penimbun sebagian makanan
yang nantinya
akan terbentuk umbi. Kedalaman akar tidak lebih dari 45 cm.
Biasanya sekitar 51
% dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk
akar
lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama
daun masih
tetap aktif (Sonhaji, 2007).
-
6
Umbi jalar memiliki batang berbentuk bulat dengan diameter
batang 3-
10 mm, tidak berkayu gabus ditengahnya, beruas-ruas dengan
panjang 1-2 cm,
warna batang biasanya hijau tua hingga keungu-unguan pada ubi
jalar ungu.
tumbuh cabang lateral yang menjalar berupa batang (Suparman,
2007).
Tanaman ubi jalar ungu mempunyai daun berbentuk bulat sampai
lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk
dalam, sedangkan
bagian ujung daun meruncing. Tangkai daun melekat pada buku-buku
batang
(Suparman, 2007).Selanjutnya, Sonhaji (2007) menyatakan bahwa
helaian daun
berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, namun ada pula
yang bersifat
menjari, bentuk tepi daun bervariasi dari rata, berlekuk dangkal
hingga berlekuk
ke dalam. Daun biasanya berwarna hijau tua atau hijau muda
kekuning-kuningan
Bunga ubi jalar berbentuk mirip terompet tersusun dari lima
helai
daun mahkota, warna mahkota bunga dari pangkalnya ungu dan
berwarna putih
pada bagian ujungnya.Lima helai daun bunga, dan satu tangkai
putik, tangkai
putik berbentuk tabung yang langsung berhubungan dengan
mahkota
bunga.Disekitar tangkai putik terdapat tangkai sari yang berbeda
panjangnya
yaitu 1,5-2 cm. Bagian ujung tangkai sari terdapat tangkai
kepala putik yang
berisi tepung sari,dalam bunga terdapat satu tangkai putik
dengan panjang 2-2,5
cm. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-unguan. Bunga
ubi jalar
mekar pada pagi hari mulai pukul 04.00-11.00. Bila terjadi
penyerbukan buatan,
bunga akan membentuk buah dalam bunga (Suparman, 2007).
Umbi ubi jalar ungu berbentuk bulat hingga lonjong dengan
permukaan
rata hingga tidak rata. Kulit umbi ada yang tipis ada pula yang
tebal dengan
warna yang bervariasi yaitu putih, kuning, ungu, coklat dan
jingga. Warna daging
umbi putih, kuning, orange, ungu, dan cendrung bergetah. Tekstur
daging umbi
mesik dan berair (Danarti dan Najiyanti, 2000).
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar ungu yang sering
dipraktekkan
adalah dengan setek batang atau setek pucuk. Bahan tanaman
(bibit) berupa setek
pucuk atau setek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Bibit berasal
dari varietas atau klon unggul. (b) Bahan tanaman berumur 2
bulan atau lebih. (c)
-
7
Pertumbuhan tanaman yang akan diambil seteknya dalam keadaan
sehat, normal,
tidak terlalu subur. (d) Ukuran panjang setek batang atau setek
pucuk antara 20-25
cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar. (e)
Mengalami masa
penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari (Turmudi,
2005).
Untuk memperoleh tanaman sehat dan hasil tinggi, sebaiknya
menggunakan bibit yang sehat, bebas dari hama dan penyakit serta
dengan
varietas/klon yang mempunyai potensi produksi tinggi. Di dalam
penyediaan bibit
perlu diperhatikan kemurnian dan keseragaman tumbuh dilapangan,
bibit bebas
dari kotoran serta mempunyai daya kecepatan tumbuh yang tinggi
(Setyono,
Suparyono dan Sigit, 1995).
Pemilihan kultivar yang ditanam erat hubungannya dengan
tujuan
pemanfaatannya. Untuk tujuan makanan pokok dan olahan,
diperlukan ubi jalar
ungu yang mempunyai kadar pati tinggi yang umumnya terdapat pada
kultivar
yang mempunyai sifat daging umbi kering. Jenis ubi ungu ini bila
dicampur
dengan bahan pangan lain, tidak mempengaruhi rasa bahan campuran
utama,
sedang untuk tujuan penganan dipilih yang mempunyai rasa manis
dan umumnya
terdapat pada ubi yang berdaging umbi lembek (Onggo, 2008).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar Ungu
Tanaman ubi jalar ungu adalah tanaman tropis dan subtropis yang
dapat
beradaptasi dengan daerah beriklim lebih, memberikan suhu
rata-rata tidak turun
dibawah 20oC dan suhu minimum diatas 15
oC. Untuk budidaya ubi jalar ungu
temperatur antara 15 hingga 33oC diperlukan selama siklus
vegetatif, tanaman ubi
jalar ungu dapat tumbuh subur apa bila iklim panas dan lembab
(Sarwono,2005).
Ubi jalar ungu adalah tanaman hari pendek, yang memerlukan
cahaya
untuk pembangun organ tumbuh yang maksimum. Ubi jalar ungu
menyukai
cahaya, tetapi ada beberapa varietas toleran terhadap naungan 30
50 %, terutama
yang berdaun lebar. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama
dengan hari-
hari pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi
pertumbuhan
-
8
dedaunan. Kelembaban memiliki pengaruh yang menentukan
pertumbuhan ubi
dan produksi (Purwono dan Purnawati, 2007).
Tanaman ubi jalar dapat beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh
karena
daerah penyebaran terletak pada 30 Lintang Utara sampai 30
Lintang Selatan. Di
Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar ungu cocok
ditanam di dataran
rendah hingga ketinggian 500 m dari permukaan laut. Daerah yang
paling ideal
untuk mengembangkan ubi jalar ungu ini adalah daerah bersuhu
antara 21 - 27C,
yang mendapat sinar matahari 11 12 jam/hari, berkelembapan udara
( RH ) 50 -
60%, dengan curah hujan 750 1.500 mm per tahun (Najiyati,
1998).
Tanaman ubi jalar ungu hampir cocok untuk setiap jenis tanah
pertanian
untuk membudidayakannya. Jenis tanah yang paling baik adalah
pasir
berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi
serta
drainasenya baik, dan mempunyai derajat keasaman tanah (pH )
5,5-7,5
(Sonhaji,2007). Selanjutnya, Sarief (1986) menyatakan bahwa
tanaman ubi jalar
ungu menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung
bahan
organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan
umbi
sehingga hasilnya besar-besar. Selain itu ubi jalar ungu
hendaknya ditanam di
tanah yang mudah mengalirkan air, aerasinya baik dan tidak
becek. Keasaman
tanah (pH) yang paling sesuai untuk ubi jalar ungu adalah yang
agak asam sampai
normal (6,0-6,8).
Ubi jalar ungu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di
dataran
rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.100 m (ideal 0-800
m) di atas
perrmukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran
rendah yang
didukung keadaan aklim meliputi suhu udara antara 25-32 o
C dan iklim kering,
tempat terbuka dengan pencahayaan lebih kurang 70%, karena ubi
jalar ungu
termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang,
tiupan angin
sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju
fotosintesa dan
pembentukan umbinya akan lebih cepat. Tanaman ubi jalar ungu
akan dapat
tumbuh baik dengan ketinggian sampai 30 m dpl untuk dataran
rendah. Sementara
suhu yang cocok rata-rata tahunannya 30oC (Suparman, 2007).
-
9
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar ungu dapat
dibagi
dalam tiga fase yaitu : (1) Fase awal umur (0-67) hari meliputi
pertumbuhan daun,
batang dan akar, (2) fase pertengahan umur (67-96) hari meliputi
pertumbuhan
daun, batang dan akar bersamaan dengan awal perkembangan umbi
dan (3) fase
terakhir umur (96-150) hari meliputi pertumbuhan umbi secara
cepat (Purwono
dan Purnawati, 2007).
Ubi jalar ungu memerlukan banyak air pada saat pertumbuhan
vegetatif
aktif sampai dengan pembentukan umbi. guludan pertanaman ubi
jalar sebaiknya
diairi selama 15 30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian
airnya dialirkan
ke saluran pembuangan. Pengairan dilakukan secara kontinu sampai
tanaman ubi
jalar berumur 1 2 bulan. Dan dihentikan 2 minggu sebelum panen
(Ditjentan,
2010).
Pemupukan tanaman ubi jalar ungu merupakan bahagian penting
untuk
pertumbuhan dan produksinya, tanah yang kekurangan hara dapat
dipastikan tidak
mampu menyokong pertumbuhan bahkan umbi akan dihasilkan
kecil-kecil,
Penggunaan pupuk buatan sangat dianjurkan bagi tanah yang sudah
sering
digunakan. Untuk memelihara keseimbangannya diperlukan
penambahan dengan
bahan organik berupa pupuk kandang (Suparman, 2007).
Ubi jalar ungu sangat cocok ditanam pada tanah pasir berlempung.
Pada
tanah jenis ini, biasanya ketersediaan unsur hara rendah,
sehingga pemupukan
tanaman ubi jalar ungu diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
tinggi dan
kualitas yang baik. Adanya pemupukan setiap kali tanam,
berarti
mempertahankan keseimbangan hara dalam tanah (Lingga, 2001).
Unsur hara yang terangkut saat panen cukup tinggi, yaitu 70 kg
N, 20 kg
P2O5, dan 110 kg K2O pada tingkat hasil 15 ton per hektar ubi
basah. Bila batang
dan daun dikembalikan ke dalam tanah, maka kehilangan hara hanya
50 %.
Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat
panen,
menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman
(Agustamar dan Anidarfi, 2009). Selanjutnya dinyatakan bahwa
dosis pupuk
yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman
di daerah setempat.
-
10
Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45 90 kg N per ha
(100 200
kg Urea per ha), 25 kg P2O5per ha (50 kg TSP per ha), dan 50 kg
K2O per ha (100
kg KCl per ha).
Cara pemupukan adalah dengan cara larikan, yaitu dengan
meletakkan
pupuk pada alur yang dalamnya kira-kira 10 cm, dengan jarak
kira-kira 7 cm dari
tengah guludan. Pemberian pupuk yang terlalu dekat ke pangkal
batang berarti
terjadi kontak langsung antara pupuk dengan tanaman sehingga
terjadi ketidak
seimbangan di dalam sel mengakibatkan tanaman mengalami
plasmolisis
(Gardner, Pearce dan Mitchell, 1991).
Faktor lain yang mempengaruhi efisiensi pemupukan adalah waktu
atau
frekuensi pemberian pupuk. Waktu pemberian pupuk diatur untuk
mengurangi
kehilangan karena pencucian, penguapan, dan tererosi serta
menyediakan hara
yang cukup sesuai fase pertumbuhan tanaman. Berdasarkan beberapa
hasil
penelitian, ternyata hasil yang tinggi diperoleh bila pupuk N
dan K diberikan
dalam dua tahap, yaitu 1/3 dosis diberikan 0-3 minggu setelah
tanam dan 2/3 dosis
diberikan pada umur 6-9 minggu. Sedangkan pupuk P diberikan
seluruhnya pada
saat tanam (Agustamar dan Anidarfi, 2009). Dari unsur N dan K,
dipergunakan
oleh batang dan daun yaitu sebesar 50 % berarti terdapat
keseimbangan
pemakaian unsur N dan K antara ubi dan batang serta daun. Dalam
keadaan
demikian, hasil ubi jalar akan tinggi bila pertumbuhan tanaman
baik (BPP, 2010).
Penyulaman perlu dilakukan apabila ada bibit yang tidak tumbuh
atau
terserang hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan 2 minggu
setelah tanam.
Penyulaman yang terlambat akan menghambat pertumbuhan dan
pembentukan
umbinya(Sarwono, 2007)
Menurut (Suparman, 2007), tanaman ubi jalar dapat di siang dua
kali,
yaitu pertama pada umur 2 minggu setelah tanam yang kedua
tergantung keadaan
rumput di sekitar tanaman. Bersamaan penyiangan dapat dilakukan
pembubunan
tanaman, Selanjutnya (Sarwono, 2007) mengatakan untuk
mendapatkan umbi
yang baik dan besar maka tanaman ubi jalar perlu dilakukan
pembalikan batang
-
11
agar batang tidak menjalar kesegala arah dan menghindari
terbentuknya umbi
yang kecil-kecil pada setiap buku.
Suparman (2007) menyatakan bahwa panen ubi jalar ungu dilakukan
bila
umbi sudah tua sesuai deangan umur panen nya. Untuk varietas
genjah dapat
dipanen pada umur 3- 3,5 bulan. Selanjutnya menurut Ditjentan
(2010) umur
panen dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti Varietas,
iklim, kesuburan
tanah. Sedangkan untuk tanaman ubi jalar ungu panen dapat
dilakukan bila umbi
telah mencapai kandungaan tepung yang ditandai deangan rendah
nya kadar serat
dan bila umbi direbus rasanya enak.
Menurut Sonhaji (2007), panen ubi jalar dapat dilakukan dengan
cara : (1)
Memotong pangkal batang, (2) Mengangkat batang yang telah
dipotong keluar
areal, (3) Menggali dan mengeluarkan umbi dari dalam tanah, (4)
Membersihkan
umbi dari kotoran-kotoran dan tanah yang melekat, dan (5)
Sortasi umbi yang
sehat.
2.3.Pupuk Organo Kompleks
Pupuk yang berasal dari bahan organik seperti kotoran ternak,
sisa panen
dan lain-lain. Pupuk organik (pupuk kandang) telah lama
diketahui dan
bermanfaat bagi tanaman. Hal ini telah diketahui berdasarkan
pengalaman bahwa
tanamaan yang tumbuh di sekitar kandang ternak dapat tumbuh
lebih subur.
Kandungan unsur hara dalam kotoran ternak yang penting untuk
tanaman antara
lain nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Ketiga unsur
inilah yang paling
banyak dibutuhkan oleh tanaman. Ketiga jenis unsur ini sangat
penting diberikan
karena masing-masinng memiliki fungsi yang sangat penting bagi
pertumbuhan
tanaman (Naswir, 2008).
Pupuk anorganik adalah senyawa garam mineral yang terbentuk
secara
alami di alam maupun buatan manusia. Pupuk anorganik sifatnya
mudah larut dan
biasanya mengandung unsur hara tertentu dalam persentase yang
tinggi (Kasno,
2009).
-
12
Pemanfaatan pupuk organik secara tunggal saja tidak bisa
mengembalikan kesuburan tanah. Hal ini diakibatkan karena selama
ini tanah
pertanian bergantung pada penggunaan pupuk anorganik.
Pengkombinasian pupuk
organik dan anorganik dapat menurunkan dosis penggunaan pupuk
anorganik.
Sehingga apabila dipakai dalam jangka waktu tertentu akan
mengembalikan tanah
kekondisi semula sehingga tanah tidak membutuhkan pemupukan
anorganik
berlebihan (Hengki, 2012).
Organo kompleks adalah suatu teknologi pemupukan yang
mengkombinasikan pupuk organik dan pupuk anorganik sehingga
menjadi bentuk
yang kompleks. Pupuk organo kompleks berasal dari hasil inkubasi
kedua bahan
tersebut selama lebih kurang 21 hari atau 3 minggu. Pupuk
organik yang
digunakan berasal dari kompos kotoran sapi dan pupuk anorganik
berasal dari
pupuk Urea, SP36, dan KCl (Agustamar,dkk., 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustamar, dkk., (2011),
bahwa
penggunaan organo kompleks yang berasal dari kombinasi pupuk
kandang dan
pupuk anorganik (N, P, dan K) dipastikan memberikan keuntungan
bahwa organo
kompleks asal pupuk kandang ternyata mengandung bahan organik
lebih tinggi.
Disamping itu, meningkatkan nilai pH tanah yang lebih tinggi dan
memberikan
dampak baik pada media tanam, yang akan merangsang pertumbuhan
awal ke
arah lebih nyata. Peran P dan K yang ditunjukan oleh organo
kompleks yang
berasal dari pupuk kandang sapi dan pupuk anorganik dimana
diketahui bahwa
hara P berperan dalam menstimulir akar sedangkan hara K berperan
sebagai
aktivator enzim dalam proses metabolisme pembentukan pati.
Organo kompleks kotoran sapi sangat bermanfaat bagi tanaman
dalam
(1) mendapatkan status ketersediaan hara tanah sebagai dampak
perlakuan
formulasi organo kompleks, (2) mendapatkan kemampuan serapan
hara oleh
tanaman dengan perlakuan formulasi organo kompleks (Agustamar,
dkk., 2011).
-
13
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dalam bentuk percobaan lapangan telah dilaksanakan
di
kebun percobaan Fakultas Pertanian Muhammadiyah Sumatera Barat,
Kelurahan
Tanjung Gadang Koto Nan Ampek, Kecamatan Payakumbuh Barat,
Kota
Payakumbuh dengan jenis tanah Inceptisol pada ketinggian lebih
kurang 514 m
diatas permukaan laut. Percobaan dilaksanakan pada bulan
September 2014
sampai dengan Januari 2015.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kompos pupuk
organo- kompleks, bibit ubi jalar ungu lokal, pestisida.
Sedangkan alat yang
digunakan adalah cangkul, meteran, kored, timbangan dan
lain-lain.
3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
5
perlakuan dan 4 kelompok, sehingga berjumlah 20 petak percobaan
dimana setiap
petak ditetapkan 3 tanaman sebagai sampel pengamatan. Data hasil
pengamatan
dirata-ratakan dan dianalisis secara statistik. Jika F hitung
perlakuan lebih besar
dari F Tabel 5 % maka dilanjutkan dengan Uji Duncans New
Multiple Range
Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%.
Perlakuan yang dilaksanakan adalah pemberian beberapa dosis
organo-
kompleks pada ukuran petak percobaan 2x2 m (4 m2) sebagai
berikut :
A. 0 ton/ha setara dengan 0 kg/petak
B. 5 ton/ha setara dengan 2 kg/petak
C. 10 ton/ha setara dengan 4 kg/petak
D. 15 ton/ha setara dengan 6 kg/petak
E. 20 ton/ha setara dengan 8 kg/petak
-
14
Denah penempatan petak percobaan dilapangan menurut Rancangan
Acak
Kelompok (RAK) terdapat pada Lampiran 1.
3.4.Pelaksanaan
3.4.1. Pengadaan Pupuk Organo Kompleks
Pupuk organo komplek untuk penelitian ini didapatkan di
lumbung
organo- kompleks yang berada didaerah Taram pada kelompok tani
Fadhila.
Lumbung kompos ini merupakan hasil kerja sama kelompok tani
dengan Pusat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Politeknik Pertanian
Negeri
Payakumbuh.
3.4.2. Persiapan Bibit
Bibit tanaman ubi jalar yang digunakan adalah ubi jalar ungu
varitas local
dengan jenis umbi ungu dengan umur panen 4 bulan dan potensi
hasil 15-30
ton/ha. Bibit diambil dari tanaman ubi jalar berumur 2 bulan.
Dipilih bibit yang
sehat dan pertumbuhan normal. Bibit dipotong sepanjang 20 cm dan
dipilih
batang yang mempunyai ruas-ruas rapat dan buku-buku tidak ber
akar, kemudian
sebagian daun dibuang.
3.4.3. Persiapan Lahan
Tanah dibersihkan dari gulma, kemudian dicangkul sedalam 20
cm,
sehingga berbentuk bongkahan kemudian dibiarkan selama 1
minggu.
Selanjutnya, dilakukan pengolahan tanah ke dua dengan
menghancurkan tanah
sampai diperoleh tanah petakan yang gembur, lalu dibuat petakan
percobaan
dengan ukuran 2 m x 2 m, didalam petakan dibuat guludan
penanaman. Jarak
antara petakan dalam kelompok dan antar kelompok 50 cm serta
tinggi petakan
adalah 30 cm.
3.4.4. Pemberian Perlakuan
Pupuk organo kompleks diberikan pada saat penanaman ubi jalar
ungu
dengan cara larikan pada guludan barisan tanam, kemudian
dilakukan penutupan
-
15
dengan tanah. Pemberian organo-kompleks pada masing-masing
petakan dengan
perlakuan yaitu A = 0 ton/ha setara dengan 0 kg/petak; B = 5
ton/ha setara dengan
2kg/petak; C = 10 ton/ha setara dengan 4 kg/petak; D = 15 ton
/ha setara dengan 6
kg/petak; dan E = 20 ton/ha setara dengan 8 kg/petak.
3.4.5. Penanaman Bibit
Penanaman dilakukan pada pagi hari dengan jarak tanaman adalah
30 cm
x 50 cm. Penanaman dilakukan secara miring 60 derjat dengan
bagian ujung setek
diatas dan bagian pangkal ditanam dibawah. Sepertiga bagian
bibit terbenam dan
dua pertiga bagian berada diatas permukaan guludan.
3.4.6. Pemasangan Label dan Ajir
Label dipasang setelah pembuatan petak-petak percobaan sesuai
dengan
denah percobaan di lapangan. Ajir di pasang 1 minggu setelah
tanam dengan jarak
5 cm dari sampel dan ditandai 5 cm dari permukaan tanah untuk
membantu
pengamatan panjang batang.
3.4.7. Pemeliharaan
3.4.7.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan semenjak bibit ditanam sampai 2 minggu
sebelum
panen. Dan bila hari hujan penyiraman tidak dilakukan.
3.4.7.2. Penyisipan
Penyisipan dilakukan 1 minggu setelah tanam terhadap bibit-bibit
yang
mati kemudian diganti dengan bibit yang baru yang telah
disiapkan dalam
polibeg.
3.4.7.2. Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan dilakukan umur tanaman 4 minggu dan 8 minggu
setelah
tanam. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma dengan
cangkul lalu
-
16
tanah digemburkan deangn cangkul bersamaan dengan penyiangan ini
dilakukan
pembubunan.
3.4.8. Panen
Tanaman ubi jalar di panen pada umur 4 bulan dengan ciri-ciri
daun
sudah mulai banyak menguning dan batang sudah mengeras. Panen
dilakukan
dengan cara memang kas batang ubi jalar, kemudian menggali gulu
dan dengan
cangkul lalu umbinya diambil dari dalam tanah.
3.5. Pengamatan
Setiap variabel pengamatan dilakukan terhadap tanaman sampel
yang
diambil secara acak pada setiap petak setelah tanaman berumur
satu minggu.
Masing-masing tanaman sampel diberi tanda dengan ajir.
3.5.1. Panjang batang (cm)
Pengamatan panjang batang dilakukan dengan cara menjulur, mulai
dari
pangkal batang sampai ketitik tumbuh. Diukur 1 kali dalam
seminggu yang
dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam sampai berumur 5 minggu
setelah
tanam.
3.5.2. Jumlah cabang (buah)
Pengamatan dilakukan 2 minggu setelah tanam, selanjutnya
dilakukan 1
kali dalam 1 minggu dengan cara menghitung jumlah cabang yang
terdapat pada
batang ubi jalar ungu.
3.5.3. Jumlah umbi per rumpun (buah)
Perhitungan jumlah umbi dilakukan setelah panen yaitu pada umur
4
bulan setelah tanam dengan menghitung seluruh umbi yang terdapat
pada tanaman
sampel. Pengamatan dilakukan saat panen berlangsung dengan cara
menghitung
seluruh umbi yang terdapat pada rumpun tanaman ubi jalar
ungu.
-
17
3.5.4. Diameter umbi (cm)
Pengamatan diameter umbi hanya dilakukan satu kali setelah panen
yaitu
pada umur 4 bulan setelah tanam dengan menggunakan jangka sorong
pada
bagian umbi yang terbesar pada setiap tanaman sampel, atau
dengan cara
mengukur diameter umbi pada tanaman sampel.
3.5.5. Berat umbi per rumpun (gram)
Berat umbi ubi jalar per rumpun adalah berat umbi sampel per
rumpun
tanaman yang sudah dipanen dengan cara menimbang berat basah
umbi tersebut.
Pengamatan berat umbi dilakukan setelah panen yaitu umur 4 bulan
setelah
tanam. Berat umbi per rumpun ditimbang dengan menggunakan
timbangan pada
setiap sampel tanaman sampel.
3.5.6. Berat umbi per petak (kg)
Berat umbi per petak adalah berat total ubi jalar dalam satu
petak yang
sudah dipanen. Dengan cara menimbang seluruh umbi dalam satu
petak,
Sedangkan berat umbi per hektar di dapat dengan cara konversi
berat umbi per
petak ke berat umbi ke hektar dengan rumus berikut:
Berat umbi per hektar (kg) = 10.000 m2 x Berat umbi per petak
(kg)
Luas petak
-
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Panjang Batang (cm) dan Jumlah Cabang Tanaman (buah)
Hasil pengamatan terhadap panjang batangdan jumlah cabang
tanaman
ubi jalar ungu pada beberapa dosis pupuk organo-kompleks setelah
dianalisis
secara statistik dengan uji F pada taraf 5% dan dilanjutkan
dengan uji DNMRT
pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan hasil sidik
ragam dapat
dilihat pada Lampiran 4a dan 4b.
Tabel 1. Panjang batang dan jumlah cabang tanaman ubi jalar ungu
pada beberapa
dosis pupuk organo-kompleks umur 5 mst.
DosisPupukOrgano-
kompleks PanjangBatang (cm) JumlahCabangTanaman
20 ton/ha 61,17 a 7,67 a
15 ton/ha 59,08 a 7,25 b
10 ton/ha 53,67 b 5,92 c
5 ton/ha 50,67 b 5,50 d
0 ton/ha 33,25 c 4,58 e
KK = 3,83 % KK = 3,23 %
Angka-angka pada kolom di atas yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berbeda
tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 1 dapat dilihat bahwa peningkatan dosis pupuk
organo-kompleks
dari 0 ton per hektar sampai dengan 20 ton per hektar
menunjukkan perbedaan
yang nyata sesamanya tehadap pertumbuhan panjang batang ubi
jalar ungu.
Pemberian pupuk organo-kompleks dengan dosis 20 ton per hektar
menunjukkan
panjang batang tertingg yaitu 61,17 cm dan berbeda tidak nyata
dengan dosis 15
ton per hektar, tetapi berbeda nyata dengan dosis 10ton per
hektar, 5 ton hektar
dan 0 ton per hektar. Sedangkan dosis pupuk organo-kompleks 10
ton per hektar
berbeda tidak nyata dengan dosis 5 ton per hektar, akan tetapi,
berbeda nyata
dengan dosis 0 ton per hektar. Panjang batang terendah diperoleh
pada perlakuan
-
19
dosis 0 ton per hektar yaitu 33,25 cm, sedangkan untuk jumlah
cabang per
tanaman dosis pupuk organo komplek 20 ton per hektar menunjukan
jumlah
cabang terbanyak yaitu 7,67 dan berbeda nyata dengan pemberian
dosis 15 ton per
hektar, 10 ton per hektar, 5 ton per hektar, dan 0 ton per
hektar. Dosis 0 ton per
hektar menunjuk kan jumlah cabang yang paling sedikit yaitu 4,58
cabang.
Panjang batang dan banyaknya jumlah cabang ubi jalar ungu
pada
perlakuan organo-kompleks dengan dosis 20 ton per hektar diduga
erat
hubungannya dengan kandungan pupuk organo-kompleks tersebut,
dimana pupuk
organo-kompleks merupakan pupuk organik yang kaya dengan unsur
hara
nitrogen (N), posfor (P) dan kalium (K) sehingga dengan semakin
banyaknya
diberikan pupuk organo-kompleks ini semakin menambah unsur hara
yang ada
dalam tanah terutama unsur N, P dan K yang sangat dibutuhkan
sekali untuk
pertumbuhan tanaman (Agustamar, Achmad dan Sondang, 2012).
Sesuai dengan
pendapat Gardner, Pearce dan Mitchell (1991) yang menyatakan
bahwa tanaman
itu akan dapat tumbuh dengan baik apabila unsur hara tersebut
dapat terpenuhi,
disamping itu, organo-kompleks merupakan pupuk organik yang
dapat memper
baiki struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur, dan akar
dapat berkembang
dengan baik.
Menurut pendapat Sarief (1986), pupuk organik berperan dalam
memperbaiki media tumbuh tanaman sehingga mampu memperbaiki
peran akar
sebagai media penyerap hara yang bersumber dari tanah. Rendahnya
panjang
tanaman dengan sedikitnya jumlah cabang tanaman pada pemberian 0
ton per
hektar pupuk organo-kompleks disebabkan tidak terpenuhinya hara
yang
dibutuhkan oleh tanaman sehingga pertambahan panjang tanaman dan
jumlah
cabang tanaman menjadi rendah. Menurut Hardjowigeno (1987)
bahwa
pemberian bahan organik dan unsur hara yang tidak mencukpi
bahkan tidak
diberikan, maka pertumbuhan tanaman terutama panjang dan
percabangan
tanaman akan terhambat untuk berkembang.
Selanjutnya, Dwijoseputro (1985) menyatakan bahwa suatu
tanaman
tumbuh dengan baik apa bila seluruh elemen (unsur hara) yang
dibutuhkan nya
-
20
tersedia dengan lengkap dan unsur hara tersebut terdapat dalam
jumlah cukup dan
berimbang untuk diserap oleh tanaman.
4.2. Jumlah Umbi per Rumpun (buah) dan Diameter Umbi (cm)
Hasil pengamatan terhadap jumlah umbi per rumpun dan diameter
umbi
per tanaman pada beberapa dosis pupuk organo-kompleks setelah di
analisis
secara statistika dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji DNMRT
dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah umbi per rumpun dan diameter umbi tanaman ubi
jalar ungu pada
beberapa dosis pupuk organo-kompleks umur 16 mst.
DosisPupukOrgano-
kompleks
JumlahUmbi / Rumpun Diameter Umbi (cm)
20 t/ha 1,83 6,73 a
15 t/ha 2,08 6,46 a
10 t/ha 2,00 6,63 a
5 t/ha 1,33 6,14 a
0 t/ha 1,83 4,66 b
KK = 20,79 % 7,72 %
Angka-angka pada kolom di atas yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berbeda
tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organo-kompleks
dengan
dosis 20 ton per hektar berbeda tidak nyata dengan dosis lebih
rendah 15ton per
hektar, 10 ton per hektar, dan 5 ton per hektar serta 0 ton per
hektar terhadap
jumlah umbi per rumpun, sedangkan untuk diameter umbi dosis 20
ton per hektar,
15 ton per hektar, 10 ton per hektar, 5 ton per hektar berbeda
tidak nyata
sesamanya tetapi berbeda nyata dengan 0 ton per hektar.
Banyaknya jumlah umbi per rumpun dan besarnya diameter umbi
pada
pemberian beberapa dosis pupuk organo-kompleks, erat hubungannya
dengan
pertumbuhan vegetatif tanaman seperti terlihat pada Tabel 1 dan
2 dimana
pertumbuhan panjang dan jumlah cabang meningkat dengan adanya
peningkatan
pupuk organo-kompleks. Dengan banyaknya jumlah cabang maka daun
akan
banyak pula dan fotosintesa akan dapat meningkat dan hasilnya
akan
ditransportasikan ke umbi. Hal ini menurut pendapat Lingga dan
Marsono (2001),
-
21
pertumbuhan vegetatif yang baik akan membantu pembentukan
karbohidrat yang
mencukupi bagi tanaman sehingga akan memperbanyak cadangan
makanan yang
disimpan dalam umbi, dimana unsure hara yang diserap oleh
tanaman dari tanah
akan diangkut kedaun untuk proses fotosintesa dan hasil nya akan
digunakan oleh
tanaman untuk proses metabolism dan sebagian lagi disimpan dalam
bentuk
cadangan makanan.
Terjadinya penambahan diameter umbi tanaman ubi jalar ungu
dengan
peningkatan pemberian dosis pupuk organo-kompleks diduga erat
hubungannya
dengan kandungan organik dari pupuk organo-kompleks tersebut,
dimana pupuk
organo-kompleks merupakan pupuk organik yang kaya dengan unsur
hara
nitrogen (N), posfor (P) dan kalium (K) sehingga dengan semakin
banyaknya
diberikan pupuk organo-kompleks ini semakin menambah unsur hara
yang ada
dalam tanah terutama unsur N, P dan K yang sangat dibutuhkan
sekali untuk
menyokong pertumbuhan tanaman yang akan menghasilkan banyak daun
untuk
melakukan proses fotosintesa. Sesuai dengan pendapat Gardner,
Pearce dan
Mitchell (1991) yang menyatakan bahwa tanaman itu akan dapat
tumbuh dengan
baik apabila unsur hara tersebut dapat terpenuhi, disamping itu,
organo-kompleks
yang merupakan pupuk organik yang dapat berpengaruh pada
diameter umbi
tanaman ubi jalar ungu oleh aktifitas fotosintesa.
Diduga, jumlah umbi per rumpun dan diameter umbi tanaman ubi
jalar
ungu lebih dipengaruhi sifat internal tanaman atau sifat
genetiknya. Artinya, sifat
genetik lebih berperan dibanding sifat lingkungan. Walaupun ada
peningkatan
dosis pupuk organo-kompleks dari 0 ton per hektar hingga 20 ton
per hektar, uji F
memberikan penilaian tidak ada perbedaan (Gardner, Pearce dan
Mitchell (1991).
Rendahnya diameter umbi pada pemberian pupuk organo-kompleks 0
ton
per ha diduga unsur hara tanah kurang tampak perannya sehingga
tidak
mencukupi untuk perkembangan umbi diawal generatif. Menurut
pendapat
Gardner, Pearce dan Mitchell (1991) bahwa tanaman itu akan dapat
tumbuh
dengan baik apa bila unsur hara tersebut dapat terpenuhi.
-
22
Pertumbuhan vegetatif yang baik akan mendorong pertumbuhan akar
yang
baik pula. Dengan berkembangnya akar, maka hara yang tersedia
akan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal. Cukupnya hara, air dan
cahaya akan
mendorong proses fotosintesa dengan optimal dan hasilnya dapat
dibawa ke umbi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2005) bahwa hasil
fotosintesa akan
ditumpuk ke umbi apabila tanaman memasuki fase generatif.
Disamping itu,
fungsi pupuk organo-kompleks adalah memperbaiki sifat fisik dan
biologi tanah,
sehingga akan menciptakan struktur tanah yang gembur. Dengan
demikian, umbi
akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sesuai dengan
pendapat Sarief
(1986) bahwa umbi ubi jalar berkembang dalam tanah apabila tanah
berada dalam
kondisi gembur. Sementara, pemberian pupuk organo-kompleks 0 ton
per hektar
diduga karena tanahnya tidak gembur sehinga umbi susah
berkembang.
4.3. Berat Umbi per Rumpun (g), per Petak (kg) dan per Hektar
(t)
Hasil pengamatan terhadap berat umbi per rumpun, per petak dan
per
hektar tanaman ubi jalar ungu pada ber bagai dosis pupuk
organo-kompleks
setelah dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5%
dan dilanjutkan
dengan uji DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3.
Sedangkan hasil
sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 4e.
Tabel 3. Berat umbi per rumpun, berat umbi per petak dan berat
umbi per hektar
ubi jalar ungu pada beberapa dosis pupuk organo-kompleks umur 16
mst.
DosisPupukOrgano-
kompleks
BeratUmbi /
Rumpun (g)
BeratUmbi /
Petak (kg)
Hasil (t/ha)
20 t/ha 634,17 a 11,42 a 28,54 a
15 t/ha 619,17 a 11,15 a 27,86 a
10 t/ha 479,17 b 9,58 b 23,96 b
5 t/ha 303,33 c 6,67 c 16,68 c
0 t/ha 275,42 c 5,88 c 14,69 c
KK = 10,30 % 9,35 % 9,35 %
Angka-angka pada kolom di atas yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berbeda
tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organo-kompleks
dengan
dosis 20 ton per hektar menunjukkan berat umbi per rumpun, per
petak dan per
hektar tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan dosis 15 ton per
hektar. Tetapi
-
23
berbeda nyata dengan dosis 10 ton per hektar, 5 ton per hektar
dan 0 ton per
hektar. Sedangkan dosis 10ton per hektar berbeda nyata dengan
dosis 5 ton per
hektar dan 0 ton per hektar dan dosis 5 ton per hektar berbeda
tidak nyata dengan
dosis 0 ton per hektar.
Tingginya berat umbi per rumpun, per petak dan berat umbi per
hektar
pada pemberian dosis 15 ton per hektardan 20 ton per hektar
diduga pada dosis 15
ton per hektar dan 20 ton per hektar menunjukkan panjang batang
tanaman dan
jumlah cabang yang tertinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gardner, Pearce dan
Mitchell (1991) bahwa jumlah cabang dan panjang tanaman yang
disebut sebagai
kanopi tanaman mendukung kedudukan daun yang banyak dan
mampu
menghasilkan fotosintat yang banyak pula sehingga inisisasi atau
pengaliran ke
umbi lebih besar dan berdampak pada peningkatan berat umbi. Jika
dilihat pada
pemberian 0 ton per hektar organo-kompleks, ternyata berat umbi
lebih rendah
sebagai akibat pertumbuhan panjangtanamanlebih rendah dan jumlah
cabang lebih
sedikit.
Sejalan dengan pendapat Gardner, Pearce dan Mitchell (1991)
bahwa
tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apa bila unsur hara
tersebut dapat
terpenuhi, disamping itu, organo-kompleks yang merupakan pupuk
organik yang
dapat berpengaruh pada berat umbi tanaman ubi jalar.
Keeratan hubungan dengan pupuk organo-kompleks itu dimana
pupuk
organo-kompleks merupakan pupuk organik yang dilengkapi dengan
N, P, dan K,
berfungsi memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah,
sehingga semakin
banyak diberikan pupuk organo-kompleks tentu akan semakin
menambah unsur
hara dalam tanah terutama unsur N, P dan K yang sangat
dibutuhkan tanaman
untuk pembentukan umbi. Dengan tersedianya unsur hara dalam
tanah, maka
akar tanaman akan dapat menyerap secara optimal untuk
perkembangan umbi.
Hal ini sesuai pendapatAgustamar, dkk., (2012) yang menyatakan
manfaat
kombinasi pupuk organik dan kimia yang terdapat dalam
organo-kompleks adalah
sebagai berikut: (1) menambahkan kandungan hara yang tersedia
dan dapat
digunakan selama peiode pertumbuhan tanaman, (2) menyediakan
semua unsur
-
24
hara dalam jumlah yang seimbang, (3) membantu dalam
mempertahankan
kandungan bahan organik tanah, (4) dapat menyediakan unsur hara
lebih efisien,
(5) tidak menjadikan tanah lebih rusak, dan (6) dapat
memperbaiki struktur tanah
terutama pada zona akar.
Terbentuknya cabang yang banyak pada perlakuan pemberian
pupuk
organo-kompleks 20 ton per hektar dan 15 ton per hektar
berkaitan pula dengan
jumlah hasil fotosintesa di daun yang ditransfer ke bagian organ
tanaman lainnya
seperti batang, daun, cabang dan akar serta umbi tanaman.
Diduga, hasil fosintesa
ini akan ditransfer cukup banyak ke bagian akar sebanding dengan
banyaknya
jumlah cabang tanaman. Hal inisesuaidenganpendapat Gardner,
Pearce dan
Mitchell (1991) bahwa jumlah cabang tanaman mendukung kedudukan
daun yang
banyak dan mampu menghasilkan fotosintat yang banyak pula.
-
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pemberian pupuk organo-kompleks dosis 15 ton per hektar
dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar ungu.
5.2. Saran
Untuk mendapatkan potensi hasil yang lebih tinggi dalam budidaya
ubi
jalar ungu dapat diberikan pupuk organo-kompleks sebanyak 15 ton
per hektar.
-
26
RINGKASAN
Prospek usaha ubi jalar ungu cukup cerah bila dikelola secara
insentif.
Permintaan dalam negeri dan peluang ekspor cenderung meningkat.
Di luar
negeri, khususnya di negara-negara maju, ubi jalar ungu
dijadikan makanan
mewah dan bahan baku aneka industri, seperti industrifermentasi,
tekstil, lem,
kosmetik, dan sirup. Di Jepang dijadikan makanan tradisional
yang bertaraf
Internasional seperti setaraf dengan pizza atau hamburger.
Sehingga aneka makan
olahan dari ubi jalar ungu banyak dijual ditoko-toko sampai
direstoran bertaraf
Internasional, sedangkan di negara Amerika Serikat di jadikan
sebagai pengganti
kentang. Setiap 100 g ubi jalar ungu mengandung energi 123 kkal,
protein 1,8 g,
lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg,
besi 0,7 mg,
vitamin A 7.700 SI, vitamin C 22 mg dan vitamin B1 0,009 mg.
Selain itu, ubi
jalar ungu juga mengandung lisin, Cu, Mg, K, Zn, rata-rata 20% .
Total
kandungan antosianin ubi jalar ungu juga mengandung serat pangan
alami yang
tinggi, prebiotik, kadar Glycemic Index rendah, dan
oligosakarida.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis telah melakukan
penelitian
dengan judul Respon Pertumbuhan danProduksi Tanaman Ubi jalar
ungu
(Ipomea batatas Poiret) Akibat Pemberian Beberapa Dosis Pupuk
Organo
Kompleks.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis
pupuk organo
kompleks yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman ubi
jalar ungu.
Organo kompleks adalah suatu teknologi pemupukan yang
mengkombi
nasikan pupuk organik dan pupuk anorganik sehingga menjadi
bentuk yang
kompleks. Pupuk organo kompleks berasal dari hasil inkubasi
kedua bahan
tersebut selama lebih kurang 21 hari atau 3 minggu. Pupuk
organik yang
digunakan berasal dari kompos kotoran sapi dan pupuk anorganik
bersal dari
pupuk Urea, SP36, dan KCl.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agustamar, dkk., (2011)
bahwa
penggunaan organo kompleks yang berasal dari kombinasi pupuk
kandang dan
pupuk anorganik (N, P, dan K) dipastikan memberikan keuntungan
bahwa organo
-
27
kompleks asal pupuk kandang ternyata mengandung bahan organik
lebih tinggi.
Disamping itu, meningkatkan nilai pH tanah yang lebih tinggi dan
memberikan
dampak baik pada media tanam, yang akan merangsang pertumbuhan
awal ke
arah lebih nyata. Peran P dan K yang ditunjukan oleh organo
kompleks yang
berasal dari pupuk kandang sapi dan pupuk anorganik dimana
diketahui bahwa
hara P berperan dalam menstimulir akar sedangkan hara K berperan
sebagai
aktivator enzim dalam proses metabolisme pembentukan pati.
Penelitian dalam bentuk percobaan lapangan dilaksanakan di
lokasi
kebun percobaan Fakultas Pertanian Muhammadiyah Sumatera Barat,
Kelurahan
Tanjung Gadang Koto Nan Ampek, Kecamatan Payakumbuh Barat,
Kota
Payakumbuh dengan jenis tanah Inceptisol pada ketinggian lebih
kurang 514 m
diatas permukaan laut. Percobaan dilaksanakan pada bulan
September 2014
sampai dengan Januari 2015. Perlakuan yang dilaksanakan adalah
pemberian
beberapa dosis organo- kompleks pada ukuran petak percobaan 2x2
m (4 m2)
sebagai berikut : (A) 0 ton/ha setara dengan 0 kg/petak; (B) 5
ton/ha setara dengan
2 kg/petak; (C) 10 ton/ha setara dengan 4 kg/petak; (D) 15
ton/ha setara dengan 6
kg/petak; dan (E) 20 ton/ha setara dengan 8 kg/petak. Pengamatan
dilakukan
terhadap panjang batang, jumlah cabang, jumlah umbi per rumpun,
diameter
umbi, berat umbi per rumpun, berat umbi per petak dan hasil per
hektar.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Dosis pupuk organo-
kompleks berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
ubi jalar
ungu; dan (2) Pemberian pupuk organo-kompleks dosis 15 t/ha
dapat meningkat
kan pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar ungu.
-
28
DAFTAR PUSTAKA
Agustamar, BS. Achmad, dan Y. Sondang. 2011. Rancangan Formulasi
Organo
Kompleks In-situ Untuk Perakitan Teknologi SRI (The System of
Rice
Intensification) pada Sawah Bukaan Baru. Laporan Penelitian
Hiber Th.
1. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Payakumbuh.
Agustamar, BS. Achmad, dan Y. Sondang. 2012. Rancangan Formulasi
Organo
Kompleks In-situ Untuk Perakitan Teknologi SRI (The System of
Rice
Intensification) pada Sawah Bukaan Baru. Laporan Penelitian
Hiber Th.
2. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Payakumbuh.
Agustamar dan Anidarfi. 2009. Manajemen Usaha Tanaman Pangan.
Buku Ajar.
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam
Angka. Sumatera
Barat, Sarilamak.
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)., 2010. Budidaya Pertanian Ubi
Jalar (Ipomoea
batatas L.).Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan
dan
Teknologi. Jakarta.
Danarti, A dan M. Najiyati. 2000. Teknik budidaya Ubi jalar.
http: //
ceritanurmanadi.Wordpress. com/2012/03/10/pupuk-urea/(diakses 9
Mei
2014).
Ditjentan. 2010. Teknologi Budidaya Ubijalar. Direktorat
Jenderal Pertanian, Jkt.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman
Budidaya. Terjemahan oleh Herawati Susilo, dari Physiology of
Crop
Plants. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal
Hasbullah. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/pupuk_organik
(diakses 9 Mei
2014)
Hengki, Minaldi. 2012. Pemanfaatan Limbah Kotoran Hewan Menjadi
Kompos
untuk Meningkatkan Kualitas Poduksi Tanaman Tembakau
(Nicotiana
tabacum L.).Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Kasno. 2009. Pupuk anorganik dan pengelolaannya.
http://balittanah
.litbang.deptan.go.id (diakses 22 Mei 2014).
Kustiono, Herawati, dan Indarwati. 2012. Kajian Aplikasi
Komposazolla dan
Pupuk Anorganik untuk Meningkatkan Hasil Padi Sawah (Oryza
sativa
L).Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi.
Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura.
Lingga, P., dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk (edisi
revisi).
Penebar Swadaya, Jakarta. 150 hal.
-
29
Najiyati,Sri. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penebar
Swadaya.Jakarta.
Naswir. 2008. Pemanfaatan Urin Sapi yang Difermentasikan Sebagai
Nutrisi
Tanaman. http: //www. Tumontou. Net/ 702/ 07134/ 2006/ 07/ 20,
html 4
(17 Mei 2014).
Onggo, T. M. 2008. Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis
Ubi Jalar
Cilembu Selama Penyimpanan. Fakultas Pertanian UNPAD,
Purwono dan Purnawati.2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul.
Penebar
swadaya. Jakarta. 139 hal.
Sarief, E.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
157 hal
Sarwono, 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya, Jakarta
Sonhaji,A. 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza
Publishing, Bandung
Suparman,2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Mulia Media.
Setyono, Suparyono, dan Sigit. 1995. Usaha Tani Ubi Jalar.
Kanisus Yogyakarta.
Tim Penulis MIK Corp. 2010. Ubi jalar / Ketela Rambat (Ipomia
batatas).Kantor
Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
PemasyarakatanIlmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Crop.
Turmudi E, B. Gonggo M, A. Suhadi. 2005. Kemampuan Tanaman Ubi
Ubian
yang Ditanam pada lahan dengan Cara Pengolahan yang Berbeda
dalam
Menekan Pertumbuhan Alang-Alang. Jurnal Akta AgrosiaVol.8
(1).
-
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Penempatan Petak Percobaan di Lapangan
Menurut
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
I II III IV
B A D E
D C a E C
b
A E B D
C B
d E B
c
E D C A
Keterangan:
I,II,III,IV : Kelompok
A,B,C,D,E : Perlakuan
a : Lebar petak 2 m
b : Panjang Petak 2 m
c : Jarak petak dalam kelompok 0,5 m
d : Jarak antar kelompok 0,5 m
-
31
Lampiran 2. Tata Letak Tanaman dalam Satu Petak Percobaan
a
b
Keterangan :
X : Tanaman Ubi Jalar Ungu
X : Tanaman Sampel
a : Lebar Petakan 2 m
b : Panjang Petakan 2 m
c : Jarak tanaman antar baris 50 cm
d : Jarak tanaman dalam baris 30 cm
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
c
X X X X X X
d
-
32
Lampiran 3. Kandungan Hara Organo-kompleks
1. Bahan Baku Pupuk
Pupuk organo-kompleks berbahan baku kompos pupuk kandang
yang
sudah halus dan pupuk anorganik Urea, TSP dan KCl. Sebagai
sumber kompos
apat pula diganti dengan kompos pupuk kandang lainnya seperti
pupuk kandang
ayam, pupuk kandang kuda, dan kotoran lainnya sederjat.
2. Kandungan Hara PupukOrgano-Kompleks
Hasil analisis laboratorium tanah di Politeknik Petanian
Negeri
Payakumbuh telah memberikan ketetapan kandungan hara pupuk
organo-
kompleks asal pupuk kandang seperti berikut ini: C-organik
sebesar 11,2%,
nitrogen (N) 1,34%, P2O5 0,78%, K2O 0,76%, dan C/N ratio adalah
8,4
(Agustamar, dkk., 2011).
-
33
Lampiran 4. Sidik Ragam Pengamatan
a. SidikRagamPanjangBatang
Sumber Keragaman
db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok 3 43,04444 14,348148 3,68*) 3,49 2,61
Perlakuan 4 1957,522 489,38056 125,51*) 3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 46,8 3,8990741
Total 19
KK = 3,83%, *)
berbeda nyata
b. SidikRagamJumlahCabang
Sumber Keragaman
db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok (K) 3 1,438889 0,4796296 12,05*) 3,49 2,61
Perlakuan (P) 4 25,74444 6,4361111 161,65*) 3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 0,5 0,0398148
Total (T) 19 27,7
KK = 3,23 %, *)
berbeda nyata
c. SidikRagamJumlahUmbi per Rumpun
Sumber Keragaman
db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok (K) 3 0,816667 0,2722222 1,91tn)
3,49 2,61
Perlakuan (P) 4 1,355556 0,3388889 2,38tn)
3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 1,7 0,1425926
Total (T) 19
KK = 20,79 %, tn)
= Berbedatidak nyata
d. SidikRagam Diameter Umbi
Sumber Keragaman
db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok (K) 3 0,477056 0,1590185 0,71tn)
3,49 2,61
Perlakuan (P) 4 11,56389 2,8909722 12,94*) 3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 2,7 0,2234167
Total (T) 19
KK = 7,72 %, tn)
= Berbedatidak nyata, *)
berbeda nyata
-
34
e. SidikRagamBeratUmbi per Rumpun, per Petakdan per Hektar
BeratUmbi per Rumpun
Sumber Keragaman
db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok (K) 3 3061,52778 1020,509259 0,45tn)
3,49 2,61
Perlakuan (P) 4 458502,222 114625,5556 50,52*) 3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 27226,7 2268,888889
Total (T) 19
KK = 10,30 %, tn)
= Berbedatidak nyata, *)
berbeda nyata
Berat Umbi per Petak
Sumber Keragaman Db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok (K) 3 1,472924 0,4909748 0,70tn)
3,49 2,61
Perlakuan (P) 4 103,6932 25,923308 37,09*) 3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 8,4 0,6989359
Total (T) 19
KK = 9,35 %, tn)
= Berbedatidak nyata, *)
berbeda nyata
Berat Umbi per Hektar
Sumber Keragaman Db JK KT F-hitung F-tabel
5% 1%
Kelompok (K) 3 9,205778 3,0685926 0,70tn)
3,49 2,61
Perlakuan (P) 4 648,0827 162,02067 37,09*) 3,26 2,48
Sisa (Galat) 12 52,4 4,3683495
Total (T) 19
KK = 9,35 %, tn)
= Berbedatidak nyata, *)
berbeda nyata
-
35
Lampiran 5. Deskripsi Ubi Jalar Ungu
Dilepas tahun : Diteliti tahun 2014/2015
Asal : Lokal Silimpaung Batu Sangkar
Hasil rata-rata : 27,9 28,5 t/ha pada umur panen 4 bulan
Umur tanaman : 4-6 bulan
Panjang batang : 59-61 cm pada umur 5 minggu
Tipe tumbuh : Kompak semi tegak
Bentuk daun : Besar runcing berlekuk
Warna daun : Hijau keunguan (muda)
Warna tulang daun : Ungu kelam (bagian bawah)
Warna petiole : Ungu terang dengan lingkar ungu pada
bagian pangkal
Panjang petiole : 6,5-9,0 cm
Warna batang : Hijau keunguan
Warna kulit umbi : Ungu cerah
Warna daging umbi : Ungu gelap
Bentuk umbi : Bulat hingga memanjang
Rasa : Sedang dengan kadar gula rendah
Keterangan : Cukup baik ditanam sampai ketinggian 600
m di atas permukaan laut, mampu
beradaptasi pada berbagai jenis lahan
Peneliti : Popi Yulianingsih, Yustitia Akbar dan
Rahmawati