POLITIK INTERNASIONAL ( KERJASAMA BILATERAL INDONESIA – CHINA ) Makalah Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh mata kuliah Penelusuran Literatur Ilmiah yang dibimbing oleh dosen Tine Ratna Poerwantika S.IP., M.Si. Oleh : WIENDARA PALAMBANICA SETIAWAN NRP : 132030033 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
27
Embed
Politik Internasional (Kerjasama Bilateral Indonesia - China)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POLITIK INTERNASIONAL ( KERJASAMA BILATERALINDONESIA – CHINA )
MakalahDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh matakuliah Penelusuran Literatur Ilmiah yang dibimbing oleh
dosen Tine Ratna Poerwantika S.IP., M.Si.
Oleh :
WIENDARA PALAMBANICA SETIAWANNRP : 132030033
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG2014
BAB I
PENDAHULUAN
POLITIK INTERNASIONAL
Studi politik internasional sebenarnya adalah
merupakan studi kebijakan politik luar negeri dimana
kebjiakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan
yang merumuskan tujuan, menentukan presiden atau
melakukan tindakan-tindakan tertentu dan tujuan-tujuan
yang diambil untuk mengimplementasikan tujuan-tujuan
tersebut. Studi ini memusatkan perhatian pada usaha-usaha
yang menggambarkan kepentingan-kepentingan tindakan,
elemen-elemen atau unsur-unsur kekuasaan negara-negara
besar.
Studi politik internasional menurut Holsti adalah
studi mengenai pola tindakan Negara terhadap lingkungan
eksternal sebagai reaksi atas respon Negara lain. Selain
mencakup unsur power, kepentingan, dan tindakan, politik
internasional juga mencakup perhatian terhadap system
internasional, deterrence, dan perilaku para pembuat
keputusan dalam situasi konflik. Jadi politik
internasional menggambarkan reaksi dan respon bukan aksi.1
Politik internasional merupakan salah satu wujud
dari interaksi dalam hubungan internasional. Politik
internasional membahas keadaan atau soal-soal politik di
masyarakat internasional dalam arti yang lebih sempit;
1 K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (Bandung: Bina Cipta, 1992), hlm. 26.
yaitu dengan berfokus pada diplomasi dalam hubungan antar
Negara dan kesatuan-kesatuan politik lainnya. Politik
internasional seperti halnya politik domestic terdiri
dari elemen-elemen kerjasama dan konflik, permintaan dan
dukungan, gangguan dan pengaturan. Negara membuat
perbedaan antara kawan dan lawan. Politik internasional
memandang tindakan suatu Negara sebagai respon atas
tindakan Negara lain. Dengan kata lain, politik
internasional adalah proses interaksi antara dua Negara
atau lebih.2
Perbedaan politik internasional dan politik luar
negeri adalah Politik Luar Negeri hanya membahas
bagaimana sebuah negara menanggapi serangkaian tindakan
yang diambil berdasarkan analisis kondisi internasional,
sedangkan politik internasional merupakan aksi-reaksi
tindakan antarnegara. Bidang yang secara khusus membahas
prinsip ‘aksi-reaksi’ ini adalah Politik Internasional
Sebagai suatu disiplin ilmu dalam dunia modern
politik internasional dianggap mulai muncul setelah
terbitnya karya-karya Moseufelly dan kemudian disusun
oleh Sir Belsin Beiken (abad ke-17), David (abad ke-18),
M. Bernard (abad ke-19) dan banyak lagi para penulis
lainnya seperti Hobbs, John Locke, Montesque, Aristoteles
dan lain-lain. Setelah Perang Dunia II di Amerika Serikat
muncul lagi penulis-penulis terkenal seperti Frederich
2 Howard Lentner, Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach, (Ohio: Bill and Howell Co), hlm. 2.
Schumann, William Trvox, Kenneth N. Waltz, Yuan C. Chen,
Hans J. Morgenthau dan lain-lain.
Ilmu politik merupakan suatu disiplin yang lahir
sebagai ilmu suatu cabang pengetahuan ilmu politik
membahas hubungan dan berbagai prilaku antara yang satu
dengan yang lain yang dibagi dalam :
1. Fungsinya ke dalam negeri (teori ilmu politik,
administrasi negara, hukum negara dan lain-lain)
2. Hubungan geografi ke dalam (pemerintahan daerah,
pemerintahan nasional)
3. Hubungan ke luar negeri atau hubungan internasional
(hukum internasional, politik internasional,
organisasi, administrasi internasional, politik luar
negeri, diplomasi)3
Salah satu masalah yang penting dalam politik
internasional yang berbeda dari pola klasik zaman dahulu
adalah soal manipulasi kepercayaan masyarakat dan
pendapat rakyat oleh para pembuat keputusan. Timbulnya
gerakan massa yang besar-besaran telah mengugurkan
monopoli atas politik luar negeri oleh golongan elit yang
cerdik saja. Massa rakyat dan cara berpikir mereka telah
dipengaruhi oleh proses politik nasional dan
internasional.
3 “Politik Internasional”, https://www.academia.edu/3548244/Politik_Internasional, (diakses pada22 Desember 2014)
dibangun melalui interaksi kedua bangsa sejak sebelum
masehi. Di era modern, pasca kemerdekaan Indonesia
hubungan tersebut meningkat pada level bilateral. Namun
permasalahan diantara keduanya tak dapat terhidarkan saat
terjadi peristiwa G30s/PKI di Indonesia, yang kemudian
berakhir dengan pembekuan hubungan. Namun seiring dengan
kemajuan China, pergantian kepemimpinan di Indonesia
serta adanya kepentingan Indonesia pada faktor ekonomi
maka hubungan kedua negara semakin mengalami
perkembangan.
Kerja sama bilateral Indonesia dan China merupakan
suatu hubungan diplomatik yang bersifat idealis dan
kompetitif. Banyaknya hal yang menguntungkan dari
kerjasama ini, akan menciptakan suatu hubungan bilateral
yang dinamis, bersama dengan persaingan produk Cina yang
menjamur di pasaran Indonesia, membuat komdisi pasar
Indonesia pun, harus segera dapat menyeimbangkan
pendapatan distribusi penyebaran produk China, yang telah
menduduki pasaran tingkat atas pada sistem distribusian.
Namun dibalik persaingan ekonomi, di kedua negara ini,
yakni Indonesia dan China, kedua negara ini begitu banyak
membangun diplomasi di bidang lain, selain di bidang
ekonomi, Indonesia dan China terlibat dalam G-20, dan
termasuk dalam ASEAN plus 3, dan Organisasi perdagangan
WTO.
Ini membuktikan, bahwa Indonesia dan China masih
memiliki hubungan yang berkesinambungan dalam hal
kerjasama politik, yang dimana hubungan ini masih sangat
diperlukan untuk saling mendukung dalam upaya
meningkatkan dukungan intensitas kepercayaan
internasional.
Banyaknya produk China yang menjamur di pasaran
Indonesia, dikarenakan, keahlian para pengusaha dari
China, yang mampu membaca situasi pasar Indonesia, yang
kurang mengembangkan industri kecilnya, yang dinilai
berpotensi menjadi salah satu pengembangan hegemoni baru,
untuk menghasilkan komoditi yang cukup bagus bagi pasaran
ekspor di luar negeri.
Hal ini menjadi sebuah problema tersedendiri yang telah
dimanfaatkan China, untuk membidik pasaran Indonesia,
yang dinilai oleh China, Indonesia masih mengalami
pendapatan ekonomi masyarakatnya. Sehingga sebuah
pencitraan konsumsi pasar baru, diciptakan oleh China,
untuk mencari keuntungan tersendiri dari efek keadaan
Indonesia yang rata-rata penduduknya memiliki income per
kapita yang kecil, dalam statistik perekonomiannya.
Diluar dari permasalahan persaingan bisnis ekonomi,
Indonesia dam China, harus dapat saling memahami, untuk
lebih jauh mengadakan pendekatan ke arah bidang yang
lain.
Berikut ini adalah bebarapa konsep/teori yang mendukung
area studi HI Politik Internasional dalam kasus Hubungan
Bilateral Indonesia-China :
Konsep Hubungan Bilateral
Hubungan Bilateral berdasarkan pendapat yang dikemukakan
oleh Plano dan Olton :
Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara di
dunia ini pada dasarnya tidak terlepas dari
kepentingan nasional masing-masing negara.
Kepentingan nasional merupakan unsur yang sangat
vital mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara,
kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer dan
kesejahteraan ekonomi. (Plane, 1990, 7)4
Melalui adanya kerjasama internasional negara-negara
berusaha untuk memecahkan permasalahan ekonomi, sosial
dan politik. Terdapat dua tipe di dalam kerja sama
internasional. Tipe pertama, terkait kondisi di
lingkungan internasional sehingga dibutuhkan pengaturan
khusus sehingga tidak akan menimbul kan ancaman pada
negara-negara yang terlibat. Tipe kedua, mencakup keadaan
ekonomi, sosial dan politik tertentu yang dianggap
membawa konsekuensi luas terhadap system internasional
sehingga dipersepsikan sebagai masalah internasional
bersama. (Coplin,15 1992, 263)5
Secara general hubungan bilateral mengandung arti
sebagai konsep interaksi hubungan kerjasama antar dua4 “Konsep Hubungan Bilateral”, www.portal-hi.net/index.php/teori-teori-realisme/72-konsep-hubungan-bilateral, (diakses pada 21 Desember 2014)5 Ibid.
negara yang saling menguntungkan. Berdasarkan letak
geografis yang saling berjauhan, tidak lagi menjadi
hambatan bagi kedua negara. Karena semakin tinggi tingkat
ketergantungan kedua negara, maka semakin kecilnya
hambatan kedua negara untuk melakukan hubungan termasuk
letak geografis. Hubungan bilateral akan terjalin sesuai
dengan tujuan spesifik serta bidang- bidang khusus yang
menjadi tolak ukur bagi suatu negara dengan negara lain.
Di dalam hubungan tersebut sangat ditentukan oleh hasil
interaksi kedua negara dalam berbagai bidang.
Konsep Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional sangat penting untuk
menjelaskan dan memahami perilaku internasional. Konsep
kepentingan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan
perilaku luar negeri suaru Negara.
Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional
sebagai upaya untuk mengejar power, dimana power adalah
segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara
kontrol suatu Negara terhadap Negara lain. Hubungan
kekuasaan atau pengendalian ini dapat melalui teknik
pemaksaan atau kerjasama. Karena itu kekuasaan dan
kepentingan nasional dianggap sebagai sarana dan
sekaligus tujuan dari tindakan suaru Negara untuk
bertahan hidup dalam politik internasional.
Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai
tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang
mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu Negara
dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan
nasional suatu Negara secara khas merupakan unsur-unsur
yang membentuk kebutuhan Negara yang paling vital,
seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan
ekonomi.6
Konsep Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau
rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan
Negara dalam menghadapi Negara lain atau unit politik
internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai
tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam
terminology kepentingan nasional.7 Kebijakan luar negeri
yang dijalankan oleh pemerintah suatu Negara memang
bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat
yang diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu
bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa
pada waktu itu.8 Untuk memenuhi kepentingan nasionalnya
itu, Negara-negara maupun actor dari Negara tersebut
melakukan berbagai macam kerjasama di antaranya adalah
kerjasama bilateral, trilateral, regional, dan
multilateral.
Konsep Kerjasama
6 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 35.7 Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, (Bandung: Abardin, 1999), hlm. 5.8 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metedologi, (Jakarta:LP3ES, 1994), hlm. 184.
Dalam hubungan internasional dikenal apa yang
dinamakan kerjasama internasional. Dalam suatu kerjasama
internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional
dari berbagai Negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi
didalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah
sisi lain dari konflik internasional yang juga merupakan
salah satu aspek dalam hubungan internasional. Isu utama
dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada
sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui
kerjasama dapat didukung konsepsi dari kepentingan
tindakan yang unilateral dan kompetitif.
Dengan kata lain, kerjasama internasional dapat
terbentuk karena kehidupan internasional meliputi
berbagai bidang, seperti ideology, politik, ekonomi,
sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan
keamanan. Hal tersebut memunculkan kepentingan yang
beraneka ragam sehingga megakibatkan berbagai masalah
sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai masalah
tersebut maka beberapa Negara membentuk suatu kerjasama
internasional.9
Teori Diplomasi
Teori diplomatik dari golongan sistem feodal dan
militer yaitu : The Warrior Of Heroic Theory (teori prajurit
atau pahlawan). Teori ini cenderung condong pada politik
kekuatan dan sangat sensitif yang menyangkut gengsi
nasional, dan merasa mempunyai hak-hak yang lebih tinggi
9 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 33-34
dan kemegahan. Kebijakan-kebijakannya diatur dan disusun
dari segi militer. Dasar pokok teori ini adalah percaya
akan negosiasi untuk mencapai kemenangan, tetapi apabila
kemenangannya dipungkiri berarti kekalahan. Strategi
negosiasi adalah untuk menghancurkan pihak lawan,
menduduki posisi yang dianggap strategis, melemahkan
musuh agar tidak dapat menyerang dan menghindari setiap
kesempatan untuk bersatu dengan sekutunya.
Dari semua faktor-faktor yang mendatangkan kekuatan suatu
negara atau bangsa, kualitas diplomasi juga adalah
merupakan faktor yang sangat penting walaupun sifatnya
tidak stabil. Kualitas diplomasi dari suatu negara atau
bangsa mengkombinasikan semua faktor-faktor yang
mendatangkan kekuatan tersebut ke dalam satu kesatuan dan
mengarahkan sehingga menjadi berbobot dan mebangkitkan
kemampuan untuk memberikan nafas kekuatan suatu bangsa.
Sikap suatu politik luar negeri dari suatu bangsa yang
dilaksanakan oleh para diplomatnya adalah keuatan
nasional di masa damai atau masa perang, taktik dan
strategi militer yang dibuat pemimpinnya adalah kekuatan
nasional. Hal ini dilakukan oleh para dilpomat suatu
negara merupakan seni membawa kekuatan unsur-unsur
nasionalnya semaksimal mungkin di dalam situasi
internasional.
Diplomasi adalah otak dari kekuatan nasional
sedangkan moral nasional adalah jiwanya. Jika daya
pandangannya kabur, kekuasannya tidak sempurna dan
penggulatan tekadnya lemah semua keuntungan letak
geografis swasembada pangan, bahan-bahan mentah dari
hasil industri pembenahan suatu keuatan militer tidak
dimainkan atau didiplomasikan secara tepat maka diplomasi
akan mengalami kegagalan dan tentunya menurunkan derajat
negara tersebut di mata dunia internasional. Diplomasi
yang berkulaitas tinggi akan membawa tujuan-tujuan dan
cara-cara kebijaksanaan luar negeri ke dalam keharmonisan
dengan sumber-sumber kekuatan nasional yang tersedia.
Diplomasi akan membuka jalan bagi sumber-sumber kekuatan
nasioanal yang terpendam dan mengolah sepenuhnya ke dalam
kenyataan politik.10
10 “Politik Internasional”, https://www.academia.edu/3548244/Politik_Internasional, (diakses pada22 Desember 2014)
stabilitas kawasan, Indonesia dan China telah sepakat
memperluas dan meningkatkan bentuk latihan militer
bersama. Sejak dibentuk Forum Konsultasi Pertahanan
Indonesia-China pada tahun 2007, TNI dan Angkatan
Bersenjata China (People’ s Liberation Army/PLA) telah banyak
melakukan latihan bersama antara Komando Pasukan Khusus
Angkatan Darat (Kopasus TNI AD) dan Pasukan Khusus PLA
yang memiliki sandi “Sharp Knife”. Demi memperkokoh
profesionalisme dan memperkuat diplomasi pertahanan
sebagai pendukung hubungan bilateral Indonesia dan China,
maka kedua negara juga telah sepakat menambah jumlah
perwira untuk belajar di masing-masing lembaga pendidikan
militer di dua negara, kerjasama simulator Sukhoi Su-27,
memantapkan pembentukan forum “navy to navy talk”, serta
peningkatan daya mampu yang diberikan China melalui
kursus bahasa Mandarin pada para perwira TNI. Selain itu
di tahun 2013, telah dilakukan latihan bersama untuk tiga
angkatan dengan melibatkan fokus “airbone”, dan latihan
maritim antara angkatan laut kedua Negara.12
602603.html, (diakses pada 24 Dsember 2014)12 DEPHAN. 2013. “Indonesia-China Perluas Bentuk Latihan Militer Bersama”, http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementer ian/kementerian-pertahanan/2281-pertahanan-dan- keamanan/12128-indonesia-china-perluas-bentuk- latihan-militer-bersama.html, (diakses pada 24 Desember 2014)
masyarakat semakin meningkat menyambut keikutsertaan
Indonesia dalam ACFTA. Para kritikus yang kontra dengan
kesepakatan perdagangan bebas tersebut melihat potensi
tumbangnya industry domestik di Indonesia yang akan
kesulitan menghadapi tantangan dari membanjirnya impor
produk murah dari China. Terbukti dengan adanya data
statistik Kementrian Perdagangan RI, menunjukkan surplus
untuk Indonesia pada peningkatan jumlah total perdagangan
Indonesia dan China yang meningkat cukup drastis dari 8,7
miliar dollar AS pada tahun 2004 menjadi 26,8 miliar
dollar pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2008,
Indonesia mencatat defisit sebesar 3,6 miliar AS. 13
Kekhawatiran yang ditimbulkan dari kerjasama ACFTA
juga akan memberi dampak negatif pada kelangsungan
industri lokal, khususnya industri mikro, kecil dan
menengah yang saat ini pun masih belum stabil. Mereka
menganggap bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini
belum dapat menaikkan daya saing industri mikro, kecil
dan menengah di tengah dunia industri internasional. Apa
lagi dengan adanya kebijakan baru dibukanya pasar bebas
ACFTA menjadi ketakutan tersendiri bagi industri mikro,
kecil dan menengah yang dapat semakin terpuruk.14
13 Chandra, Alexander C. 2010. “Dilema Indonesia dalam ACFTA”, http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/18/0235 2497/Dilema.Indonesia.dalam.ACFTA, (diakses pada 24 Desember 2014)
14 H Mintaroem, Karjadi (Dekan FE Unair). 2010. “Analisa Ekonomi: ACFTA,
Kurangnya pemahaman dan pembelajaran banyak pihak
terkait dampak buruk implementasi kerjasama perdagangan
ACFTA, juga menjadi faktor semakin meluapnya produk impor
dari China di pasar dalam negeri. Kemenperin hanya
menentukan 30% kebijakan untuk mengembangkan industri dan
70% untuk instalasi lain . Apa lagi dengan minimnya
pasokan energi dan tingginya tingkat suku bunga bank
menjadi alasan utama penghambat daya saing industri dalam
negeri. Daya saing Indonesia yang lemah berpotensi
memperbesar resiko deindustrialisasi, melihat persentase
pertumbuhan ekonomi sebelum era reformasi sekitar 7% dan
industri pengolahan dapat tumbuh hingga 14%. Sedangkan
saat ini dengan pertumbuhan 6,5%, industri pengolahan
hanya tumbuh kurang dari 2%.15
Rendahnya daya saing Indonesia diperparah dengan
tidak adanya desain industri yang komprehensif serta
upaya maksimal untuk menekan biaya produksi yang tinggi.
Walaupun Indonesia tergolong negara kaya akan sumber daya
alamnya, namun industri di dalam negeri masih tidak
efisien. Belum lagi likuiditas berlebih di pasar keuangan
tidak disertai dengan intermediasi yang cukup. Selain itu
besarnya jumlah penduduk juga tidak diimbangi dengan
berkah atau bencana bagi Indonesia?”, http://economy.okezone.com/read/2010/02/23/279/3 06269/large, (diakses pada 24 Desember 2014)
15 Retraubun, Alex S.W (Wakil Menteri Perindustrian). 2013. “Lalai Dampak Buruk ACFTA,Indonesia Kebanjiran Produk China” http://www.kemenperin.go.id/artikel/3817/Lalai-Dampak-Buruk-ACFT A,-Indonesia-Kebanjiran-Produk-China, (diakses pada 24 Desember 2014)
produktivitas yang masih rendah.16
Pasang Surut Hubungan Indonesia dan China
Hubungan persahabatan antara Indonesia dan China
berlangsung sejak lama. Namun melihat kedekatan hubungan
kedua negara pada masa-masa sekarang, masih saja ada
sejumlah masyarakat Indonesia yang menilai China sebagai
suatu negara yang tertutup dan belum mengalami reformasi
seperti pada era Mao Zedong. Bahkan tidak sedikit pula
masyarakat Indonesia yang menganggap China tidak jauh
berbeda dengan Korea Utara. Sedangkan, masyarakat China
juga rata-rata tidak banyak tahu mengenai Indonesia.
Menanggapi pandangan-pandangan tentang kekurangan
dibalik keeratan hubungan Indonesia dan China, Duta Besar
RI untuk China, Imron Cotan, menjelaskan bahwa sejak
dilakukan normalisasi pada tahun 1990, hubungan kedua
negara semakin mengalami peningkatan. Bahkan pasca
penandatanganan deklarasi kemitraan strategis tahun 2005,
China semakin memandang bahwa Indonesia bukan hanya
sebagai sahabat namun juga mitra strategis yang memiliki
peran penting yang bukan hanya pada lingkup hubungan
bilateral tetapi juga lebih luas dalam kerjasama kawasan.
Selain itu, demi mempererat hubungan kedua negara maka
semakin banyak upaya yang dilakukan, mulai dari
16
pendekatan antar pimpinan keduanegara, antar pengusaha
bahkan hingga antar anggota masyarakat. Salah satu bukti
peningkatan tersebut, yakni adanya peningkatan pesat
hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia-China pada
tahun-tahun terakhir. Tahun 2009 nilai perdagangan
Indonesia-China mencapai US$ 22,5 milyar, tahun 2010
menjadi US$ 42,5 milyar, dan tahun 2011 meningkat lagi
menjadi US$ 60,5 milyar.17
Di tengah pasang surut hubungan Indonesia dan China
namun juga sekaligus seiring dengan semakin eratnya
hubungan kedua negara, masih ada pula masyarakat
Indonesia yang menganggap China sebagai ancaman, baik
dari sisi keamanan maupun ideologis. Sedangkan di China,
juga terdapat pula pandangan yang melihat bahwa Indonesia
masih seperti di tahun 1960an, dimana pada saat itu marak
terjadi diskriminasi rasial pada etnis China. Dengan
adanya stigma negatif tersebut, Imron Cotan,
mengungkapkan pentingnya memperlihatkan perubahan
paradigma hubungan Indonesia dan China melalui penugasan
seorang duta besar yang bukan berlatar belakang militer
serta lebih banyak melakukan pendekatan dengan jalan
kerjasama hubungan bilateral maupun multilateral, hingga
di bidang pendidikan dapat dilakukan pertukaran pelajar
dan beasiswa pendidikan.18
17 Aris Heru Utama, 2012. “Menghapus Salah Paham Indonesia-China”, dalam http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/30/menghap us-salah-paham-indonesia-china-466925.html, (diakses pada 24 Desember 2014)18 Loc. Cit., Utomo, Aris Heru. 2012