ALIEF NURUL MALIK (04) EKA SEPTIANA PRATIWI (10) NURUS SOFIA (25) SEJARAH KELOMPOK 6
PENGERTIAN DEVIDE ET IMPERA
THOMAS STAMFORD RAFFLES
KEDATANGAN RAFFLES KE INDONESIA
POLITIK DEVIDE ET IMPERA RAFFLES
Apasih politik devide et impera
itu?
Politik divede et empera=Politik adu
domba=Politik pecah belah.
adalah kombinasi strategi politik,
militer, dan ekonomi yang bertujuan
mendapatkan dan menjaga
kekuasaan dengan cara memecah
kelompok besar menjadi kelompok-
kelompok kecil yang lebih mudah
ditaklukan. Dalam konteks lain,
politik pecah belah juga berarti
mencegah kelompok-kelompok kecil
untuk bersatu menjadi sebuah
kelompok besar yang lebih kuat.
Siapa sih Thomas Stamford Raffles itu?
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, tgl 6 Juli 1781 dan meninggal di London, Inggris, pada tgl 5 Juli 1826 di usia 44 tahun).Raffles adalah Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang terbesar. Dan Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai pencipta kerajaan terbesar di dunia.
KEDATANGAN RAFFLES KE INDONESIALATAR BELAKANG:1. Sebagai negara Industri, Inggris tidak bisa berdagang di Eropa karena Napoleon Bonarpate menerapkan Continental Stelsel (Blokade perdagangan terhadap Inggris di Eropa Daratan )sehingga Inggris harus mencari daerah Asia untuk memasarkan hasil industrinya seperti India.
2. Tahun 1795 Belanda dikuasai oleh Perancis dengan raja Belanda yakni Louis Bonarpate yang merupakan musuh utama Inggris baik di Eropa maupun Asia ,sehingga membuat bahaya laten bagi kekuasaan Inggris di Asia yang dimana kekuasaan Belanda harus dihancurkan dan dikuasai. Untuk itu raffles melakukan strategi dengan cara menjalin hubungan baik dengan raja-raja di pulau jawa dan sekitarnya. Dengan mengirim surat gelap raffles menawarkan para raja untuk bekerja sama dengan inggris dan mengusir belanda dari indonesia. Usaha raffles tsb berhasil.
KEDATANGAN RAFFLES KE INDONESIA Ketika Jansens memerintah VOC, Belanda
berhasil dikalahkan inggris sehingga Indonesia resmi menjadi jajahan Inggris melalui perjanjian Kapitulasi Tuntang tanggal 11 September 1811 yang berisi Pulau Jawa dan daerah sekitarnya dikuasai oleh Inggris.
Maka untuk mengatur daerah Nusantara,
Gubernur Jenderal Lord Minto di Calcutta, India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakil Gubernur di Jawa dan sekitarnya (Bengkulu, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan). Tugas Raffles adalah mengatur pemerintahan dan meningkatkan perdagangan serta keuangan . Raffles memerintah dari tahun 1811-1816. Karena pada tahun 1816 Indonesia di kembalikan kepada Belanda melalui Konverensi London.
PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES MENERAPKAN POLITIK DEVIDE ET IMPERA
Untuk memperkuat kedudukan dan mempertahankan keberlangsungan kekuasaan inggris di Indonesia maka Raffles juga menerapkan politik devide et impera seperti yang dilakukan daendels sebelumnya. Hal ini dapat di tunjukkan melalui sikap raffles yaitu:1. Mendukung usaha najamudin untuk menurunkan
raja baharudin (raja palembang)2. Mendukung putra mahkota(Sultan
Hamengkubuwono III) dalam memecat sultan sepuh (Sultan Hamengubuwono II)
3. Keraton yogyakarta dibagi menjadi 2 yakni, keraton yogyakarta di pimpin sultan HB III dan Pakualaman di pimpin Pangeran Natakusuma
1. MENDUKUNG USAHA NAJAMUDIN UNTUK MENURUNKAN RAJA BAHARUDIN (RAJA PALEMBANG).
Raja palembang telah banyak berjasa kepada Raffles dalam
mengusir Belanda dari Hindia. Namun setalah berhasil
menduduki Hindia Raffles mulai tidak simpati terhadap raja-
raja yang membantunya bahkan malah memecah belah
(devide et impera)
Politik devide et impera yang di lakukan Raffles untuk
memecah
belah raja baharudin dengan najamudin yakni dengan
mendukung usaha najamudin untuk menurunkan raja
baharudin. Sehingga terjadi perpecahan antara keduanya
karena saling merebut kekuasaan.
2. Mendukung Putra Mahkota (Sultan Hamengubuwono III) dalam memecat Sultan Sepuh (sultan Hamengubuwono II)
politik devide et impera yg dijalankan Raffles Selanjutnya memecah
belah raja raja di kesultanan yogyakarta, yakni dengan cara
mendukung putra mahkota (Sultan HB III) dalam memecat Sultan
HB II. Pada waktu Raffles berkuasa, konflik di lingkungan istana
Kasultanan Yogyakarta nampaknya belum surut. Sultan Sepuh/
sultan HB II yang pernah dipecat oleh Daendels, menyatakan diri
kembali sebagai Sultan Hamengkubuwana II dan Sultan Raja
dikembalikan pada kedudukannya sebagai putera mahkota. Tetapi
nampaknya Sultan Raja tidak puas dengan tindakan ayahandanya
(HB II). Melalui seorang perantara bernama Babah Jien Sing, Sultan
Raja berkirim surat kepada Raffles. Surat itu isinya melaporkan
bahwa di bawah pemerintahan Hamengkubuwana II, Yogyakarta
menjadi kacau.
Dengan membaca isi surat dari Sultan Raja itu, Raffles menyimpulkan bahwa Sultan HB II seorang yang keras dan tidak mungkin diajak kerja sama bahkan bisa jadi akan menjadi duri dalam pemerintahan Raffles di tanah Jawa. Oleh karena itu, Raffles menyerang Keraton Yogyakarta dan memaksa Sultan HB II turun dari tahta. Sultan HB II berhasil diturunkan dan Sultan Raja dikembalikan sebagai Sultan Hamengkubuwana III dengan syarat menandatangani kontrak bersama Inggris.Isi politik kontrak itu antara lain sebagai berikut. Sultan Raja secara resmi ditetapkan sebagai Sultan HB III,
dan Pangeran Natakusuma (saudara Sultan Sepuh) ditetapkan sebagai penguasa tersendiri di wilayah bagian dari Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Paku Alam I.
Sultan HB II dengan puteranya Pangeran Mangkudiningrat diasingkan ke Penang.
Semua harta benda milik Sultan Sepuh selama menjabat sebagai sultan dirampas menjadi milik pemerintah Inggris
3. Keraton yogyakarta dibagi menjadi 2 yakni, keraton yogya di pimpin sultan HB III dan Pakualaman di pimpin Pangeran Natakusuma
pada tanggal 28 Juni 1812 mengangkat HB III dengan salah satu isi politik kontra. Yakni daerah kekuasaan HB III dikurangi karena daerah tersebut diberikan kepada Pangeran Notokusumo yang dianggap berjasa kepada pemerintah Inggris. Pangeran Notokusumo masih merupakan saudara dari Sultan HB III.
Pada tanggal 29 Juni 1812 pangeran Notokusumo dinobatkan oleh Raffles sebagai Pangeran Merdiko dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam I.
Pada tanggal 17 Maret 1813Sesuai kontrak politik Pihak Inggris, maka dibangunlah Istana dengan nama Puro Pakualaman.