SINDROM OVARIUM POLIKISTIK (POLYCYSTIC OVARY SYNDROME) I. PENDAHULUAN Sindrom ovarium polikistik (PCOS) dikenal juga dengan nama Stein- Leventhal Syndrome, merupakan kelainan kompleks endokrin dan metabolik yang ditandai dengan adanya anovulasi kronik dan atau hiperandrogenisme yang diakibatkan oleh kelainan dari fungsi ovarium dan bukan oleh sebab lain. Sindrom ovarium polikistik dapat menyebabkan manifestasi klinis, seperti pembesaran ovarium polikistik, amenorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas. Selain itu, PCOS juga disertai oleh perubahan metabolik berupa gangguan toleransi glukosa, hiperinsulinemia dan resistensi insulin. 1,2 Pada tahun 1935, Stein dan Leventhal menggambarkan adanya penderita amenorea dan infertil dan disertai dengan pembesaran ovarium berikut sejumlah kista kecil di dalamnya. Pada awal tahun 1980-an, beberapa kasus seperti itu diketahui memiliki kaitan dengan hiperinsulinemia dan gangguan toleransi glukosa. 3,4 Sindrom ini merupakan kelainan endokrin utama pada wanita usia reproduksi dan diperkirakan mengenai 5- 10% populasi. Diperkirakan 5 juta wanita di Amerika mengidap sindrom ini. Gejala sindrom ini begitu tersembunyi bahkan cenderung diabaikan oleh banyak 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SINDROM OVARIUM POLIKISTIK
(POLYCYSTIC OVARY SYNDROME)
I. PENDAHULUAN
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) dikenal juga dengan nama Stein-
Leventhal Syndrome, merupakan kelainan kompleks endokrin dan metabolik yang
ditandai dengan adanya anovulasi kronik dan atau hiperandrogenisme yang
diakibatkan oleh kelainan dari fungsi ovarium dan bukan oleh sebab lain. Sindrom
ovarium polikistik dapat menyebabkan manifestasi klinis, seperti pembesaran
ovarium polikistik, amenorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas. Selain
itu, PCOS juga disertai oleh perubahan metabolik berupa gangguan toleransi
glukosa, hiperinsulinemia dan resistensi insulin. 1,2
Pada tahun 1935, Stein dan Leventhal menggambarkan adanya penderita
amenorea dan infertil dan disertai dengan pembesaran ovarium berikut sejumlah
kista kecil di dalamnya. Pada awal tahun 1980-an, beberapa kasus seperti itu
diketahui memiliki kaitan dengan hiperinsulinemia dan gangguan toleransi
glukosa. 3,4
Sindrom ini merupakan kelainan endokrin utama pada wanita usia
reproduksi dan diperkirakan mengenai 5- 10% populasi. Diperkirakan 5 juta
wanita di Amerika mengidap sindrom ini. Gejala sindrom ini begitu tersembunyi
bahkan cenderung diabaikan oleh banyak wanita sehingga banyak yang pada
akhirnya tidak terdiagnosis dan timbul sebagai infertilitas, kista ovarium yang
berulang, penyakit diabetes mellitus atau penyakit jantung kronik. Berkaitan
dengan penemuan tersebut, perhatian terhadap PCOS sekarang dipusatkan pada
masalah hiperandrogenisme, hiperinsulinemia, abnormalitas kadar lemak darah
dan obesitas yang memberikan dampak yang lebih luas terhadap kesehatan. 2,4
II. ANATOMI OVARIUM
Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium.
Ovarium terletak pada bagian belakang ligamentum latum. Sebagian besar
1
ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan
mesovarium. Mesovarium ini berfungsi sebagai penggantung ovarium. 5
Gambar 1. Anatomi ovarium.
Melalui hilus ovarii, pembuluh- pembuluh darah dan saraf masuk dan keluar
ovarium. Suplai darah ke ovarium melalui sepasang arteri ovarium yang berasal
dari aorta desendens. Drainase vena ovarium sinistra menuju ke vena renalis
sinistra, dan vena ovarium dekstra bermuara langsung ke dalam vena kava
inferior. 5
Persarafan kedua ovarium berjalan bersama pembuluh darah melalui
ligamentum suspensorium ovarii, memasuki ovarium melalui hilus ovarii.
Persarafan tersebut lewat plexus ovarium, plexus hipogastrik dan plexus aorta. 5
Ovarium terdiri atas dua bagian, bagian luar disebut korteks, dan bagian
dalam disebut medula. Korteks mengandung epitel germinal yang merupakan
selapis sel berbentuk kubus dan folikel- folikel primordial. Bagian medula terdiri
dari jaringan stroma dan hilus. 5
2
Gambar 2. Bagian ovarium.
Sel- sel folikel terletak di jaringan ikat yang longgar di korteks ovarium dan
dapat dibagi menjadi dua tipe fungsional, yaitu nongrowing atau folikel
primordial dan growing. Bayi perempuan yang baru dilahirkan memiliki kurang
lebih 1.000.000 folikel primordial, saat menarche tinggal 400 ribu hingga pada
saat mencapai umur 45 tahun hanya tinggal sekitar 1.000 folikel, yang sampai
waktu pascamenopause praktis akan lenyap. Berdasarkan tahapan
pertumbuhannya, sel- sel folikel dibedakan atas folikel primer, folikel sekunder,
folikel tersier, folikel de Graaf, dan folikel atresia. 5-6
III. FUNGSI OVARIUM
Dalam endokrinologi reproduksi wanita, ovarium memiliki dua fungsi
utama, yaitu: 6,8
1. Fungsi proliferatif (generatif), yaitu sebagai sumber ovum selama masa
reproduksi. Di ovarium terjadi proses folikulogenesis, peristiwa ovulasi,
dan pembentukan korpus luteum.
2. Fungsi sekretorik (vegetatif), yaitu tempat pembentukan dan pengeluaran
hormon steroid (estrogen, progesteron, dan androgen).
Ovarium membentuk hormon steroid estrogen, progesteron dan sedikit
androgen. Secara enzimatik sebenarnya tidak ada perbedaan antara ovarium
3
dengan organ lainnya dalam hal pembentukan hormon steroid. Perbedaan
hanyalah bahwa ovarium berada di bawah kendali sistem hipotalamus-hipofisis.
Pembentukan androgen baru dianggap penting bilamana sel- sel penghasil
androgen menjadi patologis atau terjadinya gangguan enzimatik. 6,8
Berikut ini beberapa fungsi dari hormon steroid ovarium: 6,8
1. Estrogen
Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1), dan
estriol (E3). Secara biologis yang paling aktif adalah estradiol. Khasiat
biologis utama dari estrogen adalah adalah sebagai perangsang sintesis DNA
melalui RNA, pembentuk messenger RNA, sehingga terjadi peningkatan
sintesis protein.
Di endometrium, estradiol memicu proliferasi endometrium dan
memperkuat kontraksi otot uterus. Di ovarium, estradiol memicu sintesis
selain reseptor FSH di dalam sel- sel granula, juga reseptor LH di sel- sel
teka. Selain itu, estradiol juga mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan
mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapat menembus
selubung ovum (proses kapasitasi).
2. Progesteron
Progesteron terutama dibentuk di dalam folikel dan plasenta. Selama fase
folikuler kadar progesteron plasma sekitar 1ng/ml; sedangkan fase luteal 10-
20 ng/ml. Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan,
sehingga merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua
khasiat progesteron terjadi karena ada pengaruh estradiol sebelumnya, karena
estradiol mensintesis reseptor untuk progesteron.
Di endometrium, progesteron menyebabkan perubahan sekretorik.
Perubahan ini mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus haid normal.
Bilamana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium, maka akan
terjadi degenerasi endometrium, sehingga tidak cocok lagi untuk menerima
nidasi.
3. Androgen
4
Androgen adalah hormon steroid yang dihasilkan ovarium dalam jumlah
yang sedikit. Hormon ini dibentuk terutama di dalam sel- sel stroma.
Hormon ini berkhasiat mengacu pertumbuhan dan pembentukan sifat kelamin
laki- laki. Androgen yang terbentuk pada seorang wanita merupakan
pembakal untuk pembentukan estrogen.
IV. MEKANISME OVULASI
Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi harus ada kerjasama antara