Page 1
POLA PIKIR SANTRI
TERHADAP ORIENTASI KARIER
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
AISHA MIRANI WARDANI
NIM. 11114125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
Page 6
vi
MOTTO
ماواث يا بىي إوها إن تك مثقال حبت مه خردل فتكه في صخرة أو في انس
نطيف خبير إن للا أو في الرض يأث بها للا
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.
(QS. Luqman: 16).
Page 7
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini penulis
persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu, Ambar Kusumo Wardono dan Maemonah yang senantiasa
membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, dan
rasa sabar serta memberikan dukungan moral, materil, spiritual, motivasi dan
do‟a yang tiada henti untuk putri-putrinya dalam setiap langkah demi
menggapai cita-cita dan harapan yang indah untuk anak-anaknya.
2. Adikku tercinta Anggita Septia Ningrum, yang telah bersedia membantu dalam
perihal apapun, serta sudah banyak merepotkan.
3. Seluruh keluarga besar alm. Mbah Amat Samsuri terkhusus mbah Juwariyah
dan keluarga besar alm. Mbah Prayit yang selalu mensuport, dan mendo‟akan
dalam segala hal demi terwujudnya cita-cita.
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
بسم للا انرحمه انرحيم
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nati-nantikan
syafaatnya di yaumil qiyamah.
Penyusunan skripsi ini bertujuan guna memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), maka penulis membuat karya
ilmiah dengan bentuk skripsi dengan judul “Pola Pikir Santri Terhadap
Orientasi Karier (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang Tahun 2018)“ Selesainya skripsi ini tidak
semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri melainkan banyak pihak yang terkait
yang telah membantu baik material maupun spiritual, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Page 9
ix
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis dalam
menempuh pendidikan ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Ibu Ulfah Susilowati, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik terimakasih
atas bimbingannya pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi
yang telah membantu memberikan kelancaran dalam proses pembuatan
skripsi.
7. Bapak Kyai Haji Bachrodin selaku Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-
Iman Sumowono yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
8. Para pendidik di Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono yang telah berkenan
menjadi informan, serta seluruh santri yang telah berkenan untuk menjadi
subjek penelitian.
9. Bapak dan Ibu, Ambar Kusumo Wardono dan Maemonah yang senantiasa
membimbing, mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang, dan
rasa sabar serta memberikan dukungan moral, materil, spiritual, motivasi dan
do‟a yang tiada henti untuk putri-putrinya dalam setiap langkah demi
menggapai cita-cita dan harapan yang indah untuk anak-anaknya.
10. Mbok Riyami yang telah membantu merawat saya sedari kecil.
11. Dosen Pembimbing Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si yang telah sabar
membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untuk saya dalam
menempuh pendidikan ini dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Page 10
x
12. Keluarga PPL (Sami, Aripin, Lukman, Irvan, Tina, Hindun, Waled, Afra,
Bella) canda, tawa, kebahagiaan, kesedihan kehangatan pertemanan yang
tulus, sukses buat kita semua.
13. Muhammad Khoironi yang selalu memberikan semangat untuk menjalani
kuliah, dll., sukses selalu untuk kita, semoga selalu di beri kelancaran dan
keberkahan.
14. Dayah, Mbak Laela, Ririn, Dyah Jiddan, Uus, Mele, Ifa, Isna, Umik, Duo
Wulan, Ayu Tyas, Dewi Ina, Kiki, Izza, Ulin Niam, dll. yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu terimakasih sudah bersedia menerima, mendengarkan,
terimakasih telah menjadi penghibur, semoga silaturahim kita akan tetap
baik, semoga keberkahan selalu menyertai kalian, sukses buat kita semua.
15. Rekan KKN posko 50 Ds. Ngrembes Kec. Kemusu Kab. Boyolali terimakasih
sudah menjadi rekan yang baik dan asik selama penugasan yang diberikan
oleh kampus. Sukses selalu untuk kita.
16. Teman-teman mahasiswa pejuang skripsi serta keluarga besar PAI terutama
angkatan 2014 yang tak henti-hentinya saling suport.
17. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
tidak bisa disebut satu persatu.
Tiada balasan yang dapat penulis berikan kecuali do‟a kepada Allah
SWT, semoga amal sholih Bapak, Ibu, teman-teman dan semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini diterima di sisi Allah SWT
dan mendapatkan balasan yang mulia di sisi-Nya Amin.
Page 11
xi
Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis atas
segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya
hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang
tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri
dan para pembaca pada umumnya. Amin ya robbal Alamin.
Salatiga, 10 September 2018
Penulis
Aisha Mirani Wardani
NIM. 11114125
Page 12
xii
ABSTRAK
Wardani Mirani, Aisha. 2018. Pola Pikir Santri Terhadap Orientasi Karier (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang Tahun 2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Hj. Lilik Sriyanti,
M. Si.
Kata Kunci: Pola Pikir; Orientasi Karier; Bimbingan dan Konseling Karier;
Pondok Pesantren
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pikir santri terhadap
orientasi karier. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1)
Bagaimana pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi
karier. 2) Faktor apa yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan remaja. 3)
Motivasi apa yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok
pesantren Al-Iman.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus (case study) dan
bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang
diperoleh dari informan yaitu pengasuh pondok dan para pendidik, dan subjek
dalam penelitian ini adalah santri remaja pada usia 16 sampai 21 tahun yang
hanya melanjutkan pendidikan informal di pondok pesantren Al-Iman.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola pikir santri terhadap orientasi
karier di pondok pesantren Al-Iman menunjukan bahwa adanya: (1) Motivasi
yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman:
tidak dapat meraih cita-cita, faktor ekonomi, tidak ingin merepotkan orang tua,
dorongan dari orang tua, faktor internal, faktor lingkungan masyarakat, mengikuti
teman sebaya, pergaulan juga terjaga, ingin lebih mendalami ilmu agama, adanya
pembekalan keterampilan. (2) Pola pikir yang terbentuk pada santri dalam
menghadapi orientasi karier: Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil, berserah diri
kepada Allah, bekerja sampingan di pabrik, berwirausaha, mencari pengalaman di
perkebunan, mengikuti amanat suami, belum mempunyai orientasi karier. (3)
Faktor yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan remaja: faktor pendidik,
faktor dari masyarakat atau lingkungan tempat tinggal, faktor dari seluruh anggota
keluarga inti maupun keluarga besar, faktor keterampilan santri, bakat, faktor
keyakinan.
Page 13
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ........................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................... v
MOTTO ................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 4
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian...................................................................................... 6
F. Penegasan Istilah ........................................................................................ 7
Page 14
xiv
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Pikir ................................................................................................. 9
B. Orientasi Karir ....................................................................................... 11
1. Pengertian Orientasi Karir ................................................................. 11
2. Perkembangan Karir ......................................................................... 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir ................. 22
4. Hambatan Pengembangan Karir ........................................................ 27
5. Bimbingan dan Konseling Karir ........................................................ 29
C. Pondok Pesantren .................................................................................. 36
1. Ciri-Ciri Umum Pondok Pesantren ................................................... 36
2. Sistem Pengajaran ............................................................................. 39
3. Elemen-Elemen Pondok Pesantren .................................................... 44
4. Peran Pesantren ................................................................................. 46
5. Pondok Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat....................... 49
D. Motivasi ................................................................................................ 53
E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 57
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 58
C. Sumber Data .......................................................................................... 59
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 60
E. Analisis Data ......................................................................................... 62
Page 15
xv
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 64
G. Tahap-tahap Penelitian ................................................................. 65
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data .......................................................................................... 67
1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ........................................... 67
2. Pola Pikir Santri terhadap Orientasi Karier ...................................... 67
a. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di
Pondok Pesantren Al-Iman .......................................................... 78
b. Pola Pikir Santri dalam Menghadapi Orientasi Karier ................. 87
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan
Remaja ................................................................................................... 97
C. Analisis Data ....................................................................................... 104
1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu
di Pondok Pesantren Al-Iman ................................................ 105
2. Pola Pikir yang Terbentuk pada Santri dalam Menghadapi
Orientasi Karier ..................................................................... 112
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di
Kalangan Remaja .................................................................. 120
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 125
B. Saran ........................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 16
xvi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Page 17
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data santri Pondok Pesantren Al-Iman Tahun 2018 .............................. 68
Tabel 4.2 Data pengurus Pondok Pesantren Al-Iman Tahun 2018 ....................... 69
Tabel 4.3 Data santri putra dan wali santri Pondok Pesantren Al-Iman
Tahun 2018 ............................................................................................................ 69
Tabel 4.4 Data santri putri dan wali santri Pondok Pesantren Al-Iman
Tahun 2018 ............................................................................................................ 72
Tabel 4.5 Jadwal kegiatan Pondok Pesantren Al-Iman .......................................... 75
Tabel 4.6 Kurikulum Pondok Pesantren Al-Iman
Tahun Ajaran 1439/1440 ....................................................................................... 76
Tabel 4.7 Jadwal Pelajaran Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al Iman Tahun
Ajaran 1439-1440................................................................................................... 77
Page 18
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Verbatim Wawancara
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Daftar Nilai SKK
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis
Page 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era sekarang ini perkembangan sumber daya manusia sangat
penting bagi kemajuan di masa yang akan datang. Maka dari itu motivasi
untuk mencapai sumber daya yang berkualitas seseorang harus membekali
diri dengan pendidikan dan keterampilan. Dengan adanya motivasi juga
harus disejajarkan dengan pola pikir yang harus bisa mendorong imajinasi
dan kreativitas untuk berkembang. Pola pikir pikir sangat dipengaruhi oleh
faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianut di
lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan
menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi
dirinya.
Bagi kebanyakan orang karier adalah hal yang sangat penting bagi
kehidupan, dengan karier yang sedang digeluti maka akan menunjang
proses dalam kehidupan. Menentukan minat sejak dini merupakan salah
satu alasan dalam pemilihan karier sesorang agar di masa yang akan
datang dapat menekuni karier dengan matang yang melibatkan komitmen
jangka panjang. Maka menyiapkan diri untuk mengambil keputusan
memilih karier sangat dibutuhkan mulai sejak dini atau dari usia remaja.
Page 20
2
Kehidupan di pesantren, terdapat santri yang hanya mengenyam
pendidikan di pesantren, dan ada yang mengenyam pendidikan formal
maupun informal agar mendapat ilmu dunia dan akhirat, agar seimbang
dalam menuntut ilmu. Di pondok pesantren Al-Iman ini, pondok pesantren
yang mengajarkan kitab-kitab dan al-Quran, terdapat santriwan dan
santriwati yang hanya mengenyam pendidikan informal atau hanya
mengikuti pendidikan di pesantren saja. Ketika sudah lulus Madrasah
Aliyah atau SMA mereka di pesantren hanya mengikuti kegiatan
pendidikan informal saja tidak melanjutkan pendidikan formal. Namun
para santriwati di sini diajarkan untuk bewirausaha dengan berdagang di
pasar untuk membantu koperasi pondok al-Iman itu sendiri.
Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era
globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia
yang sangat berkualitas dan multitalent. Peningkatan sumber daya manusia
merupakan salah satu syarat yang sangat mutlak untuk menjadikan suatu
bangsa menjadi lebih berkembang. Salah satu fasilitas untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.
Pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama sangat kuat, sangat
penting dan berhubungan dalam membentuk suatu generasi.
Pengaruh globlalisasi sebenarnya semua harus memiliki
pengetahuan yang lebih tentang teknologi namun apakah santri-santri di
pondok pesantren tersebut sudah memadai. Persaingan di era sekarang ini
Page 21
3
semakin ketat dengan perkembangan teknologi yang belum santri miliki.
Orientasi karier sangat dipengaruhi oleh pengetahuan teknologi.
Peneliti di sini memilih untuk penelitian di pondok pesantren al-
Iman karena pada observasi awal yang telah diadakan, masih banyak
santri-santri yang hanya mengikuti kegiatan pondok yang masih terbatas
dalam ruang lingkup keagamaan dalam kata lain tidak masuk dalam
sekolah formal, motivasinya masih minim mengenai pengembangan
karier, santri yang hanya mengikuti pelajaran kitab tidak terlalu
memikirkan masa depan kariernya karena mereka memiliki dasar rejeki
sudah ada yang mengatur jadi yang perlu dilakukan yang sudah ada di
depan mereka dan sudah pasrah kepada Allah mengenai karier di masa
depan yang akan dijalankan. Hikmah yang dapat mereka ambil dari belajar
kitab adalah hidupnya lebih teratur karena sudah lebih mengerti tentang
Islam dan memiliki pedoman, selain itu juga dapat memutuskan hal-hal
yang baik mengerti mana yang benar dan salah.
Maka dari itu peneliti memberikan alasan mengapa memilih tempat
di pondok pesantren Al-Iman , dari segi santri-santrinya yang hanya
mengenyam ilmu di pondok dan tidak bersekolah di sekolah formal yang
mana sangat diperlukan pada era globalisasi. Bagaimana para santriwan
dan santriwati dapat mengikuti perkembangan zaman di era globalisasi
sekarang ini yang sangat membutuhkan sumber daya manusia yang sangat
berkualitas. Bagaimana para santriwan dan santriwati dapat membangun
Page 22
4
masa depannya, dan bagaimana kreatifitas didapatkan oleh para santriwan
dan santriwati. Bagaimana cara para santriwan dan santriwati ketika sudah
lulus dari pondok harus dapat menghidupi dirinya yang didapatkan
kemampuan sendiri.
Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan anak yang hanya menuntut ilmu di pesantren
terhadap orientasi karier anak didik yang akan dilakukan di masa depan
ketika sudah lulus dari pondok pesantren. Dengan melatar belakangi hal-
hal di atas maka dalam penelitian ini peneliti memberi judul: POLA
PIKIR SANTRI TERHADAP ORIENTASI KARIER (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Al-Iman Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang Tahun 2018).
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada pendidikan santri
yang telah tamat belajar 6-9 tahun namun hanya melanjutkan hanya
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, untuk membangun dan
mengembangkan orientasi karier setelah lulus dari pondok pesantren.
Page 23
5
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, di sini
peneliti menarik kesimpulan tentang rumusan permasalahan yakni:
1 Motivasi apa yang membuat santri lebih memilih menuntut ilmu di
pondok pesantren Al-Iman ?
2 Bagaimana pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi
orientasi karier, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok
pesantren ?
3 Faktor apa yang mempengaruhi orientasi karier dikalangan remaja,
khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren ?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui motivasi santri lebih memilih menuntut ilmu di pondok
pesantren Al-Iman
2. Mengetahui pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi
orientasi karier, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok
pesantren.
3. Mengtahui faktor yang mempengaruhi orientasi karier dikalangan
remaja, khususnya remaja usia 16-21 tahun di pondok pesantren
Page 24
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat dipetik dari perhatian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi ataupun
evaluasi bagi pembimbing maupun pendidikan yang berkewajiban
meningkatkan dalam memberikan pendidikan agama Islam kepada peserta
didik.
2. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pada ranah
pendidikan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sumber daya
manusia di era globalisasi, sebagai berikut:
a. Bagi Pembaca
Di sini peneliti berharap dapat memberikan refernsi baru bagi para
pembaca bahwa sebenarnya mengikuti sekolah informal dan sekolah
formal itu sangat penting dalam era globalisasi seperti sekarang ini.
b. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kesan
baik dan memberikan wawasan baru tentang adanya pembelajaran
pendidikan karakter melalui pendidikan pondok pesantren.
Page 25
7
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan agar mendapatkan
kejelasan tentang judul penelitian, kiranya penulis perlu memberikan
batasan dan penegasan mengenai istilah dalam judul:
1. Pola Pikir
Pola pikir juga dikenal dengan istilah mindset, adalah cara otak dan
akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat
kesimpulan terhadap informasi yang masuk ke indra kita. Pola pikir itu
untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi
keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan
kita. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman
dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Pola pikir yang sudah teruji
dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup (Yunus, 2014:38-
39).
2. Orientasi Karier
Definisi dari orientasi adalah menitik beratkan pandangan.
Sedangkan Karier adalah realitas objektif dan subjektif. Setiap posisi
memerlukan keterampilan-keterampilan, minat-minat, dan nilai-nilai. Dari
uraian tersebut orientasi karier dapat diartikan sebagai suatu pandangan
yang menitikberatkan pada karier atau pekerjaan yang tersedia bagi
Page 26
8
seseorang, rencana untuk mengambil keputusan mengenai keinginan untuk
menekuni suatu pekerjaan.
G. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, maka akan
dikemukakan sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, dan sistematika penulisan.
2. Bab II adalah kajian pustaka, yang berisi tentang landasan teori
penjelasan karier dan penjelasan pondok pesantren, kajian penelitian
terdahulu.
3. Bab III adalah metode penelitian yang meliputi pendekatan dan Jenis
Penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan
data.
4. Bab IV adalah paparan data dan analisis data. analisis dan pembahasan
yang meliputi deskripsi data, analisis data, pembahasan.
5. Bab V adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
Page 27
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pola Pikir
Pola pikir dikenal juga dengan istilah mindset adalah cara otak dan
akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat
kesimpulan terhadap informasi yan masuk melalui indra kita. Pola pikir itu
sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai
yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas
memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan
pegangan bagi dirinya. Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini
kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup (Yunus, 2014: 38).
Pola pikir terbagi antara objektif dan subjektif. Pola pikir objektif
itu berawal dari pertimbangan yang memedulikan semua segi dan semua
pihak yang dengan sendirinya akan menarik partisipasi lingkungan dan
sekaligus juga merupakan pola pikir yang terhormat dimata lingkungan.
Sedangkan pola pikir subjektif yang berawal dari yang menguntungkan
diri pribadi tanpa memperdulikan kepentingan dan hak orang lain (Suit,
2006: 78).
Pola pikir bersifat umum dan spesifik sesuai dengan tuntunan
bidang tertentu. Ungkapan pola pikir bersifat umum, misalnya jadilah kita
sebagai penyebab bukan nasib yang menentukan kita. Artinya setiap
pikiran menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan
Page 28
10
suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar kondisi yang
muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan (Yunus, 2014: 39).
Sumber utama pola pikir seseorang berawal dari orang tua yang
mengasuh dan mendidik. Pola pikir yang diturunkan dari orang tua
berkembang karena pengaruh lingkungan sosial, keluarga dekat, sekolah
teman, bacaan dan media massa. Interaksi antara potensi bawaan dan
pengaruh lingkungan inilah yang membentuk pola pikir dan karakter setiap
orang, kemudian pola pikir inilah yang menentukan perkembangan
kesuksesan seseorang. Kunci dari segala kesuksesan adalah berpikir
positif, kesungguhan, keuletan kesabaran, tidak mudah menyerah dan
fokus pada sasaran yang ingin dicapai (Yunus, 2014: 38-43).
Hal yang sejajar dengan pola pikir yaitu sikap mental dan psikologi
perkembangan. Definisi psikologi perkembangan menrut Desmita (2014:
4) yang mengkaji perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental
manusia sepanjang rentang kehidupannya, mulai dari rasa konsepsi hingga
meninggal dunia. Semantara itu, menurut Kartono (dalam Ahmadi, 2005:
3) psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak
sekolah, masa remaja, sampai periode menjelang dewasa.
Berbeda dengan Encyclopedia International (dalam Ahmadi,
2005: 4) yang mengungkapkan bahwa psikologi perkembangan adalah
suatu cabang dari psikologi yang mengetengahkan pembahasan tentang
perilaku anak. Secara historis titik berat pembahasannya pada
Page 29
11
penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan
menjadi syarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks. Sedangkan,
menurut Monks, dkk (1992: 3-4) psikologi pekermbangan lebih
mempersoalkan faktor-faktor yang umum yang mempengaruhi proses
perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi yang khas itu, dengan
menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.
Dari uraian di atas dapat diartikan psikologi perkembangan
merupakan suatu cabang dari psikologi umum yang membahas tentang
aktivitas mental dan tingkah laku seseorang selama hidupnya.
B. Orientasi Karier
1. Pengertian Orientasi Karier
Beberapa ahli mencoba memaparkan makna istilah karier. Salah
satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Menurut Healy (dalam
Thayeb, 1992: 36) “Karier diciptakan kuncinya adalah pemahaman,
determinasi, dan kemampuan. Setiap orang, kecuali yang cacat berat,
memiliki banyak alternatif. Karier adalah realitas objektif dan subjektif.
Setiap posisi mempunyai kewajiban-kewajiban dan hak-hak, dan pilihan-
pilihan masa depan terbuka atau tertutup. Posisi itu memerlukan
keterampilan-keterampilan, minat-minat, dan nilai-nilai. Pada saat yang
sama, karyawan dalam suatu posisi menghasilkan pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan, dan aspirasi-aspirasi pribadi. Kedua aspek karier itu
penting dalam memahami perilaku seseorang.
Page 30
12
Karier adalah pekerjaan dari hasil pelatihan dan atau pendidikan
yang ingin dilakukan orang dalam waktu lama. Pengertian karier tersebut
diperkuat oleh Collin yang menyatakan, antara lain individual work
histories, sequences of and patterns in occupations and work positions,
and upward progress in an occupation or in life generally. Intinya, karier
merupakan riwayat pekerjaan seseorang, serangkaian dan pola dalam
pekerjaan dan posisi pekerjaan, serta kemajuan dalam pekerjaan atau
dalam kehidupan(Kaswan, 2014: 15).
Selain pengertian di atas, Menurut pandangan Noe ada empat
makna yang berbeda yang dapat diterapkan pada konsep karier; (1) karier
sebagai kemajuan, karier menunjukan kemajuan dan kesuksesan seseorang
yang meningkat atau keatas dalam pekerjaan atau organisasi; (2) karier
sebagai profesi, karier terjadi hanya dalam pekerjaan tertentu dimana
terdapat pola kemajuan yang jelas; (3) karier dapat dianggap sebagai
serangkaian pekerjaan sepanjang hidup, menurut definisi ini setiap orang
memiliki karier; (4) karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait
dengan perannya sepanjang hidup. Karier menggambarkan bagaimana
seseorang mengalami serangkaian pekerjaan dan penugasan dalam sejarah
pekerjaannya (Kaswan, 2014: 15).
Dalam hal ini, Greenhaus (dalam Kaswan, 2014: 15-16)
menyatakan karier adalah pola pengalaman yang terkait dengan pekerjaan,
misalnya: posisi pekerjaan, kewajiban pekerjaan, keputusan dan
Page 31
13
interprestasi subjektif mengenai peristiwa yang berkaitan dengan
pekerjaan dan aktivitas sepanjang rentang masa hidup seseorang.
Sedangkan, menurut Bernardin dan Russel (dalam Kaswan, 2014:
15-16) karier merupakan persepsi pribadi sikap dan perilaku seseorang
yang terkait dengan aktivitas dan pengalaman pekerjaan dalam rentang
hidup seseorang.
Kata karier dapat ditinjau dari sejumlah perspektif yang berbeda.
Dari segi karier objektif, karier merupakan serangkaian posisi yang
diduduki oleh seseorang selama hidupnya. Dari sudut pandang lain, karier
subjektif terdiri atas perasaan kemana yang harus dituju seseorang dalam
kehidupan kerjanya, seperti sikap, nilai, dan harapan seseorang. Kedua
sudut pandang tersebut berfokus pada individu dan berasumsi bahwa orang
memiliki kendali atas nasibnya dan mereka dapat memanfaatkan
kesempatan untuk memaksimalkan kesuksesan dan kepuasan yang berasal
dari karier. oleh karena itu, pengembangan karier amat diperlukan
(Kaswan, 2014: 15-16).
Karier merupakan konsep penting dalam beberapa wilayah praktik.
Dalam bimbingan dan konseling karier, pilihan dan pengembangan karier
dimaknai menurut bagaimana orang bisa sesuai dengan masyarakat dan
memenuhi dirinya dengan memasuki pekerjaan yang tepat dan
mengembangkan pekerjaannya lebih lanjut melalui pekerjaan (Kaswan,
2014: 13).
Page 32
14
Karier pada dasarnya adalah suatu respons yang terhadap
kebutuhan untuk bekerja. Kebutuhan untuk bekerja atau menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa adalah suatu kebutuhan alami dan sosial: umat
manusia secara alami harus mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa dari
orang lain agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, dan
keberadaan masyarakat-masyarakat sebagian karena anggota-anggotanya
yakin bahwa masyarakat memperluas dan menjamin tersedianya barang
dan jasa.
Dari segi ekonomi, tersedianya sumber-sumber termasuk bahan
mentah, modal, teknologi, dan penawaran dan permintaan akan barang dan
jasa tertentu mempengaruhi apa yang dapat dihasilkan dan bagaimana
memproduksinya. Dari segi sosiologis, keberadaan lembaga-lembaga
mempengaruhi sifat pekerjaan dan karier-karier secara langsung dan tidak
langsung. Lembaga-lembaga masyarakat menetapkan peranan-peranan dan
posisi-posisi, dengan demikian membatasi bagaimana seseorang dapat
bertindak dalam suatu karier tertentu. Keluarga adalah lembaga yang pada
umumnya mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakan oleh keturunannya.
Secara psikologis, kemampuan-kemampuan, nilai-nilai, pengalaman-
pengalaman, dan kapasitas seseorang untuk mengetahui dan merenungkan
diri dan dunia, mempengaruhi pekerjaan yang ia akan kerjakan. Yang
paling penting ialah bahwa tanpa adanya tujuan-tujuan, apakah itu
hedonistik, estetik, atau alturuistik, sudah pasti bakat-bakat manusia akan
Page 33
15
terbengkalai. Dan tanpa adanya kesempatan-kesempatan untuk belajar dan
melatihnya, kemampuan-kemampuan itu tidak akan muncul.
Konsep karier berarti keyakinan bahwa terdapat konsistensi dalam
hubungan seseorang dengan pekerjaan selama hidup. Kesinambungan dan
koherensi sepanjang hidup berasal dari fakta-fakta bahwa orang-orang
mencari dan mengulangi yang sudah lazim, bahwa sistem-sistem
pendidikan dan pekerjaan kita mendorong spesialisasi, bahwa banyak
okupasi dan posisi latihan yang memiliki syarat-syarat yang sama:
mengikuti petunjuk-petunjuk tertulis dan lisan, mengikuti daftar waktu
kegiatan, pergi dan pulang kerja, bekerja sama dan menerima saling
ketergantungan. Dari perspektif seperti itu, karier menjadi jalur
pengembangan diri dan mengambil konotasi positif dari vokasi (Thayeb,
1992: 38-39).
Mengekspresikan diri melalui suatu karier adalah suatu usaha yang
menantang, karena menuntut upaya kewaspadaan, dan adaptabilitas yang
terus menerus. Orang-orang dapat memilih kemampuan-kemampuan dan
minat-minat yang mereka bina dan memanfaatkan pada pekerjaan,
sekalipun di sekitarnya memberikan kendala terhadap taraf perkembangan
seperti itu. Orang-orang cacat, korban diskriminasi, atau yang berasal dari
keluarga-keluarga dan masyarakat-masyarakat yang kurang
menguntungkan harus berjuang lebih gigih demi karier-kariernya. Dengan
demikian, karier merefleksikan kapasitas manusia untuk menghadapi dan
Page 34
16
menguasai kesengsaraan dan bukan makin menambah keparahan (Thayeb,
1992: 35).
Sementara itu orientasi yang dimaksudkan adalah pusat perhatian
atau titik berat pandangan (Prayitno dan Amti, 2013:234). Istilah orientasi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam
https://kbbi.web.id/orientasi) didefinisikan sebagai peninjauan untuk
menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan
benar, pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.
Berdasarkan definisi karier dan orientasi tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa orientasi karier memiliki pengertian berupa pandangan
atau perhatian yang terfokus kepada pemilihan karier. Artinya yaitu
orientasi karier kecenderungan seseorang dalam menentukan pilihan karier
yang mendukung dan tersedia baginya.
2. Perkembangan Karier
Perkembangan karier adalah suatu proses yang terikat secara sosial,
artinya perkembangan ini ikut dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan,
kondisi ekonomi, kondisi geografis, suatu kesukuan, status jenis kelamin,
dan status kelompok sosial. Gabungan dari semua hal tersebut akan
mempengaruhi nilai-nilai, sikap pandangan, konstelasi kemampuan yang
dikembangkan dan dimiliki oleh seseorang, segala harapan yang
dipertaruhkan terhadap peranannya dalam dunia kerja, serta
Page 35
17
kemungkinan/kesempatan yang terbuka baginya untuk memegang jabatan
tertentu (Winkel dan Hastuti, 2006: 646).
Teori perkembangan karier menurut Super (dalam Rahma, 2010:
35) teori ini dasarnya bahwa kerja itu perwujudan konsep diri artinya
orang mempunyai konsep diri dan ia berusaha menetapkan konsep diri itu
dengan memilih pekerjaan. Teori perkembangan memandang bahwa
pilihan karier bukanlah peristiwa yang sekali dalam seumur hidup karena
konsep diri orang itu berubah-ubah melalui tahap-tahap kemunduran.
Tahap eksplorasi selanjutnya terbagi atas fase-fase fantasi, tentatif dan
realistik, sedangkan tahap pembentukkan terbagi atas fase uji coba dan
keadaan mantap. Selain hal tersebut pola karier orang tua atau tingkat
pekerjaan yang dicapai ditentukan oleh taraf sosial ekonomi orang tuanya,
kemampuan mental, ciri-ciri kepribadian, minat, nilai-nilai, tersedianya
kesempatan.
Konstruk pengembangan karier dalah mengenai apa yang paling
baik dari pengalaman organisasi dan srangkaian pekerjaan untuk
mengembangkan, memotivasi, dan memelihara pegawai dan investasi
yang personal dalam keterampilan yang perlu mereka lakukan (Kaswan,
2014: 14).
Dasar yang digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase
perkembangan adalah materi dan cara bagaimana mendidik anak pada
masa-masa tertentu. Menurut Comenius (dalam Desmita, 2014: 23)
Page 36
18
membagi fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki
anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di
sekolah. Pembagian fase perkembangan tersebut adalah:
a. 0-6 tahun= sekolah ibu,merupakan masa mengembangkan alat-alat
indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya
di lingkungan rumah tangga.
b. 6-12 tahun= sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak
mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah
rendah.
c. 12-18 tahun= masa mengembangkan daya pikirnya di bawah
pendidikan sekolah menengah.
d. 18-24 tahun= sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa
mengembangkan kemauannya memilih suatu lapangan hidup.
Tugas perkembangan Vokasional menurut Super, tugas
perkembangan vokasional menurut tahap kristalisasi pada umur 14-18
tahun, karakteristik umum suatu periode proses kognitif merumuskan
suatu tujuan karier yang bersifat umum melalui sumber kesadaran,
kemungkinan, minat, nilai-nilai, dan perencanaan untuk memilih pekerjaan
yang disukai. Tugas perkembangan vokasional tahap spesifikasi pada
umur 18-21 tahun, karakteristik umum suatu periode melangkah dari
pilihan pekerjaan tentatif terhadap pilihan pekerjaan yang spesifik. Tugas
perkembangan vokasional tahap implementasi pada umur 21-24 tahun,
karakteristik umum suatu periode melangkah dari pilihan pekerjaan
Page 37
19
tentatif terhadap pilihan pekerjaan yang spesifik. Tugas perkembangan
vokasional tahap stabilisasi pada umur 24-35 tahun, karakteristik umum
suatu periode mempertegas atau memperkuat suatu pilihan karier dengan
pengalaman kerja nyata dan menggunakan bakat dengan menunjukkan
pilihan karier sebagai suatu pilihan yang tepat. Tugas perkembangan
vokasional tahap konsolidasi pada umur 35 lebih tahun, karakteristik
umum suatu periode pemantapan dalam suatu karier dengan promosi
jabatan, status dan kedudukan yang lebih tinggi (dalam Rahma, 2010: 36).
Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 633) mengembangkan
konsep kematangan vokasional (career maturity, vocational maturity),
yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Indikasi yang relevan bagi kematangan vokasional adalah, kemampuan
untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta
kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus
dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri
dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut
pada tahap masing-masing tahap perkembangan vokasional, lebih-lebih
selama masa remaja dan masa dewasa muda.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa konsep diri
merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pekerjaan. Selain
konsep diri, latar belakang karier orang tua dan psikologis juga
mendukung untuk dapat tercapainya suatu pilihan pekerjaan.
Page 38
20
Tahap perkembangan orientasi karier tidak dapat dilepaskan dari
proses perkembangan karier itu sendiri sebagaimana dikemukakan oleh
Super (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 632), meliputi beberapa tahapan
sebagai berikut:
a. Fase pengembangan (Growth)
Dari saat lahir sampai umur lebih kurang umur 15 tahun, anak
mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat,
dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur
gambaran diri (self-concept structure).
b. Fase Eksplorasi (Exploration)
Dari umur 15-24 tahun, orang muda memikirkan berbagai alternatif
jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
c. Fase Pemantapan (Establishment)
Dari umur 25-44 tahun, bercirikan usaha tekun memantapkan diri
melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.
d. Fase Pembinaan (Maintenance)
Dari umur 45-64 tahun, orang yang sudah dewasa menyesuaikan
diri dalam penghayatan jabatannya.
e. Fase Kemunduran (Decline)
Bila orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola
hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.
Proses perkembangan karier Menurut teori Ginzberg (dalam
Rahma, 2010: 37) berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang,
Page 39
21
dan melalui fase-fase perkembangan tertentu mengikuti irama kronologis
manusia meliputi: fase fantasi yang mencakup usia sampai kira-kira
sepuluh atau dua belas tahun ciri utama dari fase ini adalah dalam memilih
pekerjaan anak bersifat sembarangan artinya asal pilih saja. Fase tentatif
mencakup usia lebih kurang 11 sampai 18 tahun, yang memiliki ciri bahwa
pilihan karier orang mengalami perkembangan yaitu timbulnya minat
terhadap apa yang disukai, mampu secara aspiratif terhadap pekerjaan,
nilai kehidupan yang dicita-citakan dan perpaduan di antaranya sehingga
tergambar profil kematangan diri. Fase ini meliputi empat tahap yaitu
minat, kapasitas (kemampuan), nilai, dan transisi. Fase realistis masa anak
mengikuti kuliah atau bekerja, pada fase ini anak melakukan eksplorasi
dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya
dalam kaitannya dengan sebenarnya, pada fase ini pula anak memiliki
kemampuan menilai dan mempertimbangkan dua atau lebih alternatif
pekerjaan secara mantap dalam memilih dan mengambil keputusan tentang
pekerjaan tertentu.
Perbedaan teori ini tentu menimbulkan perbedaan persepsi yang
akan membuat adanya perbedaan pada karakteristik persepsi yang
dihasilkan. Teori yang dihasilkan oleh Super latar belakang karier orang
tua ikut menentukan pemilihan karier anak, selain itu juga ekonomi orang
tua dan mental anak tersebut dan Super menjelaskan secara mendetail
menurut umur yang sudah dikelompok-kelompokkan dalam beberapa
tahap. Berbeda halnya dengan teori yang dijelaskan oleh Ginzberg. Teori
Page 40
22
Ginzberg menjelaskan perkembangan karier anak lebih meluas, meskipun
fase-fasenya tetap sama pada umumnya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karier
Menurut Winkel (dalam Rahma, 2010: 44) faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan karier di antaranya faktor internal dan
eksternal, keduanya saling berinteraksi dan berpengaruh secara positif
terhadap pilihan karier dan perkembangan karier, yang merupakan suatu
proses bercirikan suatu perubahan, yang berlangsung secara bertahap dan
terjadi pergeseran yang berlingkup luas kepada yang spesifik, dan terjadi
akibat interaksi yag positif antara faktor-faktor internal dalam diri individu
dan faktor eksternal di luar individu.
Keberhasilan kerja merupakan keadaan yang diinginkan oleh
semua orang dalam kehidupannya. Keberhasilan kerja untuk tiap-tiap
orang tidaklah sama ukurannya, tetapi secara umum dapat dikatakan,
bahwa seseorang cenderung memperoleh keberhasilan dalam pekerjaannya
apabila pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diinginkannya dan dapat
memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis
(Kartono, 1991: 21-22).
a. Faktor Internal
Beberapa faktor internal menurut Rahma (2010: 44-46)
membentuk keunikan kepribadian individu di antaranya sebagai berikut:
Page 41
23
1) Taraf intelegensi, merupakan kemampuan siswa untuk mencapai
prestasi-prestasi yang memiliki peranan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, untuk melakukan penyesuaian dalam
rangka mencapai tujuan itu, untuk menilai keadaan diri secara kritis dan
objektif.
2) Keterampilan dan kecakapan, dalam menjalankan proses inilah yang
memperlukan keterampilan dan kecakapan. Untuk berhasil dalam
usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu meniru-meniru, karena hanya
melihat banyak orang yang berhasil dalam hidupnya diberbagai macam
bidang.
3) Bakat khusus, merupakan kemampuan yang menonjol yang dimiliki
seseorang dalam suatu bidang kognitif, bidang keterampilan, bidang
kesenian.
4) Minat, merupakan kecenderungan yang menetap pada diri seseorang
untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam berbagai kegiatan dalam bidang tertentu.
5) Motivasi, untuk mencapai keberhasilan kerja perlu adanya motif-motif
sebagai berikut: motif untuk kreatif cenderung mencari sesuatu yang
baru, motif mencari efisiensi mencakup efisiensi kerja dan waktu, motif
mencapai sesuatu untuk bisa mencapai jenjang karier yang lebih tinggi
juga mencari dan menambah keterampilan guna meraih pekerjaan yang
lebih baik, motif bekerja adanya kesadaran bahwa orang harus bekerja
untuk hidup.
Page 42
24
6) Sifat-sifat kepribadian, sifat merupakan ciri-ciri kepribadian yang
memiliki kecenderungan dan memberikan corak pada seseorang.
7) Nilai-nilai kehidupan, merupakan beberapa konsep ideal yang diterima
seseorang dan dijadikan sebagai pedoman atau pegangan hidup. Nilai-
nilai sangat berpengaruh dan membentuk gaya hidup seseorang.
8) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang pekerjaan
dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki
oleh siswa.
9) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri yang dimiliki seseorang seperti tinggi
badan, berat badan, jenis kelamin, dalam bidang pekerjaan tertentu
mempersyaratkan keadaan jasmani berkaitan dengan ciri-ciri fisik
seseorang.
10) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja, jika pekerjaan seseorang sudah
merupakan cita-cita dan tujuan yang sesuai dengan sistem nilainya,
maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh, rajin, tanpa disertai
dengan suatu perasaan yang tertekan, yang sangat berguna bagi
kesuksesan kerjanya (Kartono, 1991: 26-27).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada di
luar diri seseorang yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung
dengan diri seseorang. Perkembangan karier berlangsung di dalam ruang
lingkup pilihan karier, dapat menjadi perubahan pada faktor eksternal
meskipun tidak dalam gradasi yang sama pada masing-masing faktor.
Page 43
25
Faktor eksternal antara lain: status sosial ekonomi keluarga, prestasi
akademik siswa, pendidikan sekolah, lingkungan, tuntutan yang melekat
pada masing-masing jabatan dan pada setiap progam studi atau latihan
(Rahma, 2010: 46).
1) Lingkungan keluarga (rumah), anggota keluarga yang mendorong dan
mendukung kerja seseorang turut membantu secara mental dan spritual
untuk berhasilnya seseorang dalam kariernya.
2) Lingkungan tempat bekerja, situasi kerja sangat mempengaruhi keadaan
diri pekerja tentu saja situasi yang menyenangkan akan mendorong
seseorang untuk bekerja dengan senang dan giat. Sebaliknya, tidak
jarang timbul kekecewaan dan kegagalan yang diderita pekerja karena
terdapat ketegangan di dalam lingkungan kerja. (Kartono, 1991: 27-29).
3) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana orang muda
dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh terhadap
pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga,
yang pada gilirannya menanamkan pada anak-anak
4) Status sosial-ekonomi keluarga yang tingkat pendidikan orang tua,
tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah atau ayah dan ibu,
daerah tempat tinggal, dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi
dalam status sosial-ekonomi keluarganya. Status ini ikut menentukan
tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan
pegangan kunci bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih
sesuai dengan status sosial tertentu.
Page 44
26
5) Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti. Orang
tua dan saudara menyatakan segala harapan mereka serta
mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan
dan pekerjaan.
6) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan
kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya
status sosial jabatan-jabatan, dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak
laki-laki atau anak perempuan.
7) Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan
variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan
sehari-hari. Pandangan dan harapan yang bernada optimis akan
meninggalkan kesan dalam hati yang jauh berbeda dengan kesan yang
timbul bila terdengar keluhan-keluhan (Winkel dan Hastuti, 2006: 653-
655).
Dari uraian di atas faktor faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan karier adalah dari faktor internal yang artinya dari dalam
kepribadian individu itu sendiri dan faktor eksternal yang mempengaruhi
secara langsung maupun tidak langsung dengan diri seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa,
keberhasilan seseorang bukan ditentukan oleh dirinya sendiri, tetapi juga
oleh lingkungannya dimana ia berada. Keberhasilan membutuhkan usaha
yang keras dan kemauan yang kuat. Kegagalan dalam mencapai
Page 45
27
keberhasilan kerja tidak semata-mata disebabkan oleh kepandaian ilmu
tetapi juga disebabkan oleh banyak hal yang lain. Untuk dapat berhasil
dengan baik, seseorang perlu memiliki juga rasa kepercayaan diri sendiri
agar dapat bekerja dengan tekun serta menguatamakan kesibukan yang
bermanfaat. Pekerjaan akan lebih berarti bila dapat melihat dan
menemukan passion-nya. Di samping itu perasaan senang dan bahagia
menolongnya untuk bekerja lebih gairah dan giat untuk mencapai
keberhasilan (Kartono, 1991: 30).
4. Hambatan Pengembangan Karier
Masalah karier adalah masalah yang dialami oleh individu dalam
merencanakan, mengarahkan dan mengambil keputusan mengenai masa
depannya. Masalah karier timbul dari terhambatnya berbagai faktor-faktor,
dapat faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu
ada tidaknya dorongan atau keinginan individu dalam meraih cita-cita dan
minat terhadap suatu pekerjaan dan dari luar yaitu pengetahuan individu
mengenai pekerjaan (Rahma, 2010:47).
Menurut A Mahmud Hana (dalam Rahma, 2010: 48) yang
dimaksud dengan masalah karier adalah masalah yang ditimbulkan dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan keberhasilan dan penyesuaian diri
pada pekerjaan. Masalah karier bisa muncul dari terhambatnya berbagai
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karier. Di antaranya sebagai
berikut: terhambatnya atau kurang jelasnya cita-cita karier individu,
Page 46
28
kurang pengetahuan awa mengenai seluk-beluk atau kondisi suatu
pekerjaan dan masa depan.
Faktor-faktor penyebab timbulnya masalah-masalah
pengembangan karier. Faktor penyebab itu bisa berasal dari individu itu
sendiri maupun dari luar individu. Seorang individu sangat diharapkan
mempunyai pengetahuan mengenai dirinya sendiri terutama
kemampuannya secara mendalam, individu juga dituntut untuk mampu
memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu seorang individu harus aktif
mencari informasi tentang dirinya sendiri. Kebutuhan mengenai informasi
diri ini sangat penting dan berpengaruh dalam pemilihan masa depan dan
pekerjaannya nanti.
Menurut Utoyo dengan mengetahui dirinya sendiri kemampuannya
dan arah kebutuhan-kebutuhannya individu akan berada dalam posisi
untuk mempetimbangkan alternatif-alternatif yang akan datang, dan
mengerti tujuan-tujuan pendidikan, pekerjaan dan kehidupannya (Utoyo,
1989). Sedangkan pemicu yang lain bisa dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
a. Pemicu atau penyebab timbulnya masalah yang termasuk dalam
kelompok primer ialah: a) orang tua yang kurang mendukung dalam
proses pengembangan karier siswa, menurut Mappiare remaja ingin
bebas, menentukan tujuan hidupnya sendiri sementara orang tua masih
tidak melepaskannya sebab belum cukup untuk diberi kebebasan. b)
kondisi sosial ekonomi orang tua.
Page 47
29
b. Pemicu atau penyebab timbulnya masalah yang termasuk dalam
kelompok sekunder ialah: a) masyarakat yang kurang mendukung
proses pemilihan karier siswa, dalam kehidupan bermasyarakat
pandangan masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap anggota
masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat itu terdapat nilai-
nilai yang secara subjektif dibuat dan disetujui. b) pola pergaulan
individu itu sendiri, nilai-nilai yang diberikan oleh kelompok teman ini
merupakan suatu pengaruh yang kuat terhadap sikap dan reaksi seorang
individu (Rahma, 2010: 52-55).
5. Bimbingan dan Konseling Karier
a. Pengertian Bimbingan Karier
Moegidadi (dalam Winkel dan Hastuti, 2006: 29) mengemukakan
pendapat mengenai definisi bimbingan: yaitu bimbingan dapat berarti (1)
suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengetahuan,
pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri; (2) suatu cara
pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami
dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang
dimiliki untuk perkembangan pribadinya; (3) sejenis pelayanan kepada
individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menentukan
tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka
dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan dimana
mereka hidup; (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan
kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan
Page 48
30
pemahaman tentang dirinya dan lingkungan memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari
lingkungan. Selanjutnya, menurut Rochman Natawidjaja (dalam Winkel
dan Hastuti, 2006: 29) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri
dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.
Beberapa ahli mencoba memaparkan makna istilah bimbingan
karier. Salah satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Winkel dan
Hastuti (2006: 114) yang mendefinisikan bimbingan karier ialah
bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam
memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali
diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.
Sementara itu, menurut Yusuf (2008: 11) bimbingan karier yaitu
untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan
pemecahan masalah-masalah karier seperti: pemahaman terhadap jabatan
dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,
pemahaman kondisi lingkungan, perncanaan pengembangan karier,
penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karier yang
dihadapi.
Page 49
31
Bimbingan karier menurut Mattari (dalam Sukardi, 1983: 29)
mengandung konsep yang lebih luas. Bila bimbingan jabatan menekankan
pada keputusan yang sangat menentukan pekerjaan tertentu, bimbingan
karier menitik beratkan kepada perencanaan kepada perencanaan
kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan
lingkungannya agar dia memperoleh pandangan lebih luas mengenai
pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakan dalam
masyarakat.
Sedangkan menurut Super (dalam Sukardi, 1983: 30), mengartikan
vocational guidance (bimbingan karier) sebagai suatu proses membantu
pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri
serta peranannya dalam dunia kerja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier
merupakan upaya untuk membantu individu dalam menentukan pandangan
karier untuk pilihan jabatan, mengenal dunia kerja, mengembangkan masa
depan sesuai yang diharapkan.
Implikasi utama bimbingan dan konseling komprehensif adalah
penerapannya pada berbagai jenis populasi. Bentuk-bentuk tradisional dari
bimbingan vokasional pada umumnya difokuskan pada remaja dan pada
umumnya dilaksanakan di sekolah.
Menurut Thayeb (1992: 21) Bimbingan karier bukanlah sesuatu
yang rutin, tetapi suatu tugas yang mudah dilaksanakan dalam keadaan-
keadaan yang memadai. Walaupun perubahan-perubahan karier bukanlah
Page 50
32
fenomena baru pada umur-umur tiga puluh, empat puluh atau lima puluh,
frekuensinya kian meningkat. Beberapa di antaranya terjadi karena
ketidakpuasan kerja. Ada juga terjadi akibat dari meningkatnya
pengenalan diri dan kesadaran akan pilihan-pilihan. Ada pula yang
berkaitan dengan pengembangan suatu gaya hidup yang membawa
individu ke arah yang berbeda dengan pilihannya semula.
Alasan perlunya layanan informasi di sekolah pertama, revolusi
teknologi yang dewasa ini sedang berlangsung menimbulkan revolusi pula
dalam bidang industri, ekonomi, dan dunia pekerjaan. Sekolah
mempersiapkan tenaga kerja untuk masyarakat. Dunia pekerjaan semakin
luas dan kompleks, sedang pilihan semakin banyak, dan alternatifnya pun
semakin luas. Pemilihan jenis pekerjaan tidak bisa lepas dari masalah
persekolahan. Masing-masing jenis sekolahan secara otomatis
menyalurkan siswanya kepada jenis pekerjaan tertentu, dan sebaiknya ada
pertemuan antara bekal yang diberikan sekolah dengan kemampuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang yang dituju siswa.
Tugas seorang konselor untuk mengumpulkan dan menyampaikan
informasi tertentu ini. Layanan ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa
maupun bagi orang tua siswa dalam rangka pemilihan jurusan studi
lanjutan, ataupun dalam usaha memilih pekerjaan yang tepat (Kartono,
1991: 2-3).
Alasan kedua dari perlunya layanan informasi di sekolah lanjutan
ialah, Alasan pertama bersifat eksternal karena sumber persoalannya
Page 51
33
berasal dari dunia luar dirinya yakni dari lingkungan, maka dasar kedua ini
bersifat intern masalahnya berasal dari dalam diri. Keduanya sama-sama
memberikan pengaruh yang kuat pada pengambilan keputusan (Kartono,
1991: 4).
b. Tujuan Bimbingan Karier
Secara umum tujuan bimbingan karier ialah membantu siswa dalam
pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada
karier dan cara hidup yang akan memberi rasa kepuasan karena sesuai,
serasi dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya. Tujuan bimbingan
karier menurut Yusuf (2008: 15-16) adalah sebagai berikut.
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait
dengan pekerjaan.
2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal
bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan
cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang
dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan
kesejahteraan kerja.
4) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang
Page 52
34
sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi.
5) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderung arah karier.
6) Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan
dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat
dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena
itu, setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam
bidang pekerjaan apa dia mampu, apakah dia berminat terhadap
pekerjaan tersebut.
c. Metode dalam Bimbingan Karier
1 Informasi tentang pribadi
Siswa perlu diberikan informasi tentang pribadinya untuk
mencapai salah satu tujuan dari bimbingan karier yaitu agar siswa
memahami dirinya sendiri. Informasi yang tepat tentang pribadinya yang
ada kaitannya dengan masalah pekerjaan perlu sekali dimiliki, dan juga
dapat membantu siswa dalam mengadakan pengarahan diri secara tepat
pula.
2 Informasi Jabatan (Karier)
Informasi jabatan atau karier adalah berupa salah satu alat untuk
membantu siswa memahami dunia kerja, petugas bimbingan, konselor
sekolah/pendidikan, atau guru-guru memerlukan informasi yang cukup
Page 53
35
memadai guna menyusun dan melaksanakan progam bimbingan karier
(Sukardi, 1983: 38).
d. Karakteristik Anak Usia Remaja
Masa remaja diperinci lagi atas beberapa masa, yaitu: (1) Masa
remaja awal atau masa pra remaja berlangsung hanya dalam waktu yang
relatif singkat ditandai oleh sifat-sifat negatif remaja. (2) Masa remaja
mendewa-dewakan sebagai gejala remaja, proses terbentuknya hidup atau
pandangan hidup atau cita-cita hidup dipandang sebagai penemuan nilai-
nilai hidup di dalam eksplorasi si remaja. (3) Masa remaja Akhir, remaja
dapat menentukan sistem nilai yang diikutinya dapat menentukan
pendirian hidupnya (Ahmadi, 2005: 42-45).
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja
sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja
ditandai dengan sejumlah karakteristik penting menurut Desmita (2014:
37), yaitu:
1) Mencapai hubungan matang dengan teman sebaya.
2) Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita
dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3) Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara
efektif.
4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
Page 54
36
5) Memilih mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
6) Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak.
7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara.
8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.
10) Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas.
C. Pondok Pesantren
1. Ciri-ciri Umum Pondok Pesantren
Menurut Undang-undang Depag RI Pasal I Pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang
menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis
pendidikan lainnya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2007: 2).
Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2003: 1) Pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai
kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.
Pendidikan pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan
kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik
pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap, di lingkungan
Page 55
37
pesantren, disebut dengan istilah pondok. Lembaga pondok pesantren
adalah suatu komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama
sejumlah orang yang dengan komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan
mengikat diri dengan kiyai untuk hidup bersama dengan standard moral
tertentu, membentuk kultur atau budaya tersendiri. Sebuah pondok
pesantren minimal ada kiyai, masjid, asrama, pengajian kitab kuning atau
naskah salaf tentang ilmu-ilmu keislaman. Dalam perkembangan
selanjutnya, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan
tuntutan dinamika masyarakat tersebut, beberapa pondok pesantren
menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah (formal) (Departemen Agama
Republik Indonesia, 2003: 1-2).
Menurut Mastuhu (dalam Mutohar, dkk, 2013: 17) berpendapat
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam (tafaquh
fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai
pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.
Sedangkan menurut Rofiq (dalam Mutohar, dkk, 2013: 17) pondok
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tradisional untuk mempelajari,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.
Pondok pesantren, selain menyelenggarakan fungsi sebagai tempat
untuk mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan ilmu penegetahuan
agama Islam (tafaqquh fid-din), dan juga menjalankan fungsi sebagai
Page 56
38
pusat pengembangan masyarakat dan pusat pemberdayaan sumber daya
manusia. Tafaqquh fid-din dalam pengertian terbatas dapat diartikan
sebagai upaya memperdalam ilmu-ilmu keislaman melalui kitab-kitab
klasik atau modern bahasa Arab (kitab al-Qadimah dan al-„Ashriyyah).
Melalui upaya tafaqquh fid-din inilah lahir ulama dan kyai yang menjadi
pemimpin agama dan pimpinan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih
luas, tafaqquh fid-din tidak hanya berarti mendalami ilmu semata, tetapi
juga mengamalkan dan menyebarluaskan ajaran Islam kepada masyarakat
pada semua lapisannya (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003:
88) .
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pondok
pesantren adalah suatu tempat dimana untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun
2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan paragraf tiga
pasal 26, pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan
menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia,
serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam
(mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi muslim yang memiliki
keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di
masyarakat. Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara
Page 57
39
terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi. Peserta
didik dan/atau pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang
ilmu agama tetapi tidak memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi
pendidik mata pelajaran/kuliah pendidikan agama di semua jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan yang memerlukan, setelah menempuh uji kompetensi
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Departemen Agama
Republik Indonesia, 2007: 16).
Tujuan utama pondok pesantren adalah (1) menyiapkan santri
mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau dikenal dengan
tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan
turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, (2) dakwah menyebarkan
agama Islam, (3) benteng pertahanan umat dalam bidang akhlak, (4)
berupaya meningkatkan perkembangan masyarakat diberbagai sektor
kehidupan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 9).
2. Sistem pengajaran
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan
ulama yang menganut faham Syafi'iyah, merupakan satu-satunya
pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan
utama pengajaran ini ialah untuk untuk mendidik calon-calon ulama. Para
santri yang tinggal di pesantren untuk jangka waktu pendek (misalnya
kurang dari satu tahun) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai
Page 58
40
tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan
keagamaan. Meskipun kebanyakan pesantren telah memasukkan
pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam
pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap
diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren
mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional.
Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat
digolongkan kedalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan shorof (morfologi); 2.
Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika,
dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah Pengajaran kitab-
kitab klasik (Dhofier, 1983: 50).
Sistem pengajaran sistem individual dalam sistem pendidikan
Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian
kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan al-Qur‟an. Metode
utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan
atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok
murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca,
menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam
dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan
membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata
atau buah pikiran yang sulit (Dhofier, 1983: 28).
Selanjutnya dalam kelas musyawarah, sistem pengajarannya
sangat berbeda dari sistem sorogan dan bandongan. Para siswa harus
Page 59
41
mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas
musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam bentuk
tanya-jawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa
Arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk menguji
keterampilannya dalam menyadap sumber-sumber argumentasi dalam
kitab-kitab Islam klasik. Sebelum menghadap kyai, para siswa biasanya
menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan
menunjuk salah seorang juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari
masalah yang disodorkan oleh kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan
diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta untuk
menyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi (Dhofier, 1983: 31).
Madrasah atau sekolah yang diselenggarakan oleh pondok
pesantren menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum di
madrasah atau sekolah lain, yang telah dibakukan oleh Departemen
Agama atau Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga pendidikan
formal lain diselenggarakan oleh pondok pesantren selain madrasah dan
skolah, kurikulu disusun oleh penyelenggara atau pondok pesantren yang
bersangkutan (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 31).
Kurikulum pada pesantren salafiyah disebut manhaj, yang dapat
diartikan sebgai arah pembelajaran tertentu. Manhaj pada pondok
pesantren salafiyah ini berupa funun kitab-kitab yang diajarkan para santri.
Dalam pembelajaran yang diberikan kepada santrinya, pondok pesantren
yang menggunakan manhaj dalam bentuk jenis-jenis kitab tertentu dalam
Page 60
42
cabang ilmu tertentu. Kitab ini harus dipelajari sampai tuntas, sebelum
dapat naik jenjang ke kita lain yang lebih tinggi tingkat kesukarannya
(Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 31-32).
Kompetensi standar bagi tamatan pondok pesantren adalah
kemampuan menguasai (memahami, menghayati, mengamalkan, dan
mengajarakan) isi kitab tertentu yang telah ditetapkan. Kompetensi standar
tersebut Tercermin pada penguasaan kitab-kitab secara graduatif,
berurutan dari yang ringan sampai yang berat,dari yang mudah ke kitab
yang lebih sukar. Kitab yang digunakan disebut dengan kitab kuning (kitab
salaf). Pada umumnya kitab-kitab tersebut dicetak di atas kertas yang
bewarna kuning (Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 32).
Dalam tradisi intelektual Islam, penyebutan istilah kitab karya
ilmiah para ulama itu dibedakan berdasarkan kurun waktu atau format
penulisannya. Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al kutub al-
qadimah), sedangkan kategori kedua disebut kitab-kitab modern (al kutub
al-ashriyyah). Pengajaran kitab-kitab ini, meskipun berjenjang, materi
yang diajarkan kadang-kadang beruang-ulang. Penjenjangan dimaksudkan
untuk pendalaman dan perluasan, sehingga penguasaan santri terhadap
isi/materi menjadi semakin mantap. (Departemen Agama Republik
Indonesia, 2003: 32).
Kurikulum yang berkembang di pesantren selama ini menunjukkan
prinsip yang tetap, yaitu: pertama, kurikulum ditujukan untuk mencetak
ulama dikemudian hari. Di dalamnya terdapat paket mata pelajaran,
Page 61
43
pengalaman, dan kesempatan yang harus ditempuh oleh santri. Kedua,
struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam
segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan
kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan ini bersifat
menyeluruh, menyangkut pembentukan karakter, peningkatan kapasitas,
pemberian kesempatan dan tanggung jawab yang dipandang memadai bagi
lahirnya lulusan yang dapat mengembangnkan diri.
Ketiga, secara keseluruhan kurikulumnya bersifat fleksibel, setiap
santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya, paling
tidak separuh muatan kurikulum dapat dirancang oleh santri sendiri.
Kurikulum yang diterapkan tidak mengarah pada spesialisasi tertentu di
luar penguasaan pengetahuan keagamaan. Menurut Wahid (dalam Nafi‟,
dkk, 2007: 86) sifatnya lebih menekankan pada pembinaan pribadi dengan
sikap hidup yang utuh telah menciptakan tenaga kerja untuk lapangan-
lapangan kerja yang tidak direncanakan sebelumnya. Penyampaian
materinya dikontekstualisasikan dengan kehidupan konkret di sekitarnya.
Dapat dilihat dari contoh yang diangkat dalam pengajian kitab kuning
yang sering dikonfrimasikan atau dikonfrontasikan dengan peristiwa yang
dialami kalangan santri sendiri. Kurikulum pesantren adalah kehidupan
yang ada dalam pesantren itu sendiri. Penciptaan suasana dialogis antara
aspek teoritis dan pengalaman nyata di masyarakat memasukkan pesantren
ke dalam pergumulan praksis bagi kehidupan para santri. Melalui
pendidikan semacam itu, pesantren memiliki peluang untuk mengetahui
Page 62
44
potensi, kekuatan, kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh pesantren
sendiri. Pada gilirannya, pesantren mencoba melakukan pembenahan atas
kekuarangan yang ada, dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
3. Elemen-elemen Pondok Pesantren
Pondok, masjid, santri pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai
merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa
suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki lima
elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren (Dhofier,
1983: 44).
a. Pondok, sebuah pesantren pada dasarnya adalahsebuah asrama
pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan
belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan
sebutan kyai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam
lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang juga
menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.
b. Masjid, kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan
Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan
Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al-Qubba didirikan dekat
Madinah pada masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar dalam sistem
pesantren. Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara terus
tradisi ini. Para kyai selalu mengajar murid-muridnya di masjid dan
Page 63
45
menganggap masjid sebagai tempat paling tepat untuk menanamkan
disiplin para murid dalam mengerjakan kewajiban sembahyang lima
waktu, memperoleh pengetahuan agama dan kewajiban agama yang
lain.
c. Santri, tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri: 1) Santri mukim
yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di
pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang
memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-
hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda
tentang kitab-kitab dasar dan menengah. 2). Santri kalong yaitu murid-
murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang
biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya
di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri.
d. Kyai, merupakan elemen yang paling essensial dari suatu pesantren. Ia
seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa
pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada
kemampuan pribadi kyainya. Para kyai dengan kelebihan
pengetahuannya dalam Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang
senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, hingga
dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak
terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa
hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk-bentuk
Page 64
46
pakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah atau surban
(Dhofier, 1983: 55-56).
4. Peran Pesantren
Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga
pendidikan. Setelah sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa
pula menjadi lembaga keilmuan , kepelatihan, dan pemberdayaan
masyarakat. Keberhasilan membangun integrasi dengan masyarakat
barulah memberinya mandat sebagai lembaga bimbingan keagamaan dan
simpul budaya (Nafi‟, dkk, 2007: 11).
a. Lembaga pendidikan
Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh pesantren
tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti
luas. Ciri inilah yang menjadikannya tetap dibutuhkan oleh masyarakat.
Tidak semua pesantren menyelenggarakan madrsah, sekolah, dan kursus
seperti yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan diluarnya.
Keteraturan pendidikan di dalamnya terbentuk karena pengajian yang
bahannya diatur sesuai urutan penjenjangan kitab. Penjenjangan itu
ditetapkan secara turun temurun membentuk tradisi kurikuler yang terlihat
dari segi standar-standar isi, kualifikasi pengajar, dan santri lulusannya.
Pesantren menjadikan sosoknya sebagai lembaga pendidikan
umum, dalam artian bukan kejuruan. Jalur kejuruan dipandang sebagai
bukan pilihan yang tepat bagi pesantren. Meningkatnya tuntutan
keekonomian mendorong pesantren membuka jalur kejurusan, yang
Page 65
47
umumnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
menghendaki kesegaraan terserap di lapangan kerja (Nafi‟, dkk, 2007: 12-
14).
b. Lembaga keilmuan
Pola lembaga pendidikan membuka peluang bagi pesantren untuk
menghadirkan diri sebagai lembaga keilmuan. Modusnya adalah kitab-
kitab produk para guru pesantren kemudian dipakai juga di pesantren
lainnya. Luas sempitnya pengakuan atas kitab-kitab itu bisa dipilih dari
banyaknya pesantren yang ikut mempergunakannya (Nafi‟, dkk, 2007: 14-
15).
c. Lembaga pelatihan
Pelatihan awal yang dijalani para santri adalah mengelola
kebutuhan diri santri sendiri. Pada tahap ini kebutuhan pembelajarannya
masih dibimbing oleh santri yang lebih senior sampai si santri mampu
mengurus dirinya sendiri. Jika tahapan ini dapat dikuasai dengan baik,
maka santri akan menjalankan pelatihan berikutnya untuk dapat menjadi
komunitas aktif dalam rombongan belajarnya. Pelatihan-pelatihan itu bisa
berlanjut hingga santri dapat menjadi dirinya sendiri (Nafi‟, dkk, 2007: 16-
17).
d. Lembaga pemberdayaan masyarakat
Kebesaran pesantren akan terwujud bersamaan dengan
meningkatnya kapasitas pengelola pesantren dan jangkauan progamnya di
masyarakat. Karakteristik inilah yang dapat dipakai untuk memahami
Page 66
48
watak pesantren sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat melalui pesantren menjadi menarik, karena
berlangsung dalam ketenangan dan sekaligus kekritisan. Tenang, karena
perubahan gradual sudah menjadi wataknya. Kritis, karena pesantren
sudah terbiasa mempersoalkan segi-segi dasariah dari praktik hidup
disekelilingnya. Faktor pendukung ketenangan dan kekritisan itu adalah
peran pokok pesantren sebagai lembaga pendidikan, yang kemudian
ditopang dengan perannya sebagai lembaga keilmuan. Lembaga
bimbingan keagamaan, dan lembaga pelatihan.
Menurut Ahmad Mahmudi (dalam Nafi‟, dkk, 2007: 17-20) prinsip
yang perlu diperhatikan untuk pemberdayaan masyarakat adalah:
pendekatan untuk meningkatkan kehidupan sosial dengan cara
mengubahnya dan kerjasama untuk perubahan. Dengan perspektif itu,
maka pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pesantren tidak
menggurui, melainkan menemani masyarakat untuk memaknai
tindakannya. Pengetahuan ini akan menjadi bahan bagi masyarakat dan
pesantren untuk membenahi diri.
e. Lembaga bimbingan keagamaan
Pesantren di tempatkan sebagai bagian dari lembaga bimbingan
keagamaan oleh masyarakat pendukungnya. Setidaknya pesantren menjadi
tempat bertanya masyarakat dalam hal keagamaan. Di beberapa daerah,
identifikasi lulusan pesantren pertama kali adalah kemampuannya menjadi
Page 67
49
pendamping masyarakat untuk urusan ritual keagamaan sebelum mandat
lain yang berkaitan dengan keilmuan, dan lain-lain (Nafi‟, dkk, 2007: 20).
f. Simpul budaya
Pesantren berada di tataran pandangan hidup dan penguatan nilai-
nilai luhur menempatkannya ke dalam peran itu, baik yang berada di
daerah pengaruh kerajaan Islam maupun di luarnya. Pesantren selalu kritis
sekaligus membangun relasi harmonis dengan kehidupan di sekelilingnya.
Pesantren hadir sebagai sebuah sub kultur, budaya sandingan, yang bisa
selaras dengan budaya setempat sekaligus tegas menyuarakan prinsip
syariat (Nafi‟, dkk, 2007: 27).
5. Pondok Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat
a. Peranan Pondok Pesantren dalam Pelaksanaan Pengembangan
Masyarakat
Pondok pesantren sangat bisa diharapkan memainkan peranan
pemberdayaan dan transformasi masyarakat secara efektif, di antaranya;
pondok pesantren menjadi saran bagi pengembangan potensi dan
pemberdayaan umat, seperti halnya dalam kependidikan atau dakwah
Islamiyah. peranan mobilisasi masyarakat dalam perkembangan santri,
bahwa pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk menempa akhlak
dan budi pekerti yang baik. Sebagai peranan sumber daya manusia,
pondok pesantren memberikan pelatihan khusus atau diberikan tugas
magang di beberapa tempat yang sesuai dengan pengembangan yang akan
dilakukan di pondok pesantren. Pondok pesantren dilahirkan untuk
Page 68
50
memberikan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat
yang tengah dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui
transformasi nilai yang ditawarkan. Pondok pesantren juga
mengembangkan peranannya dari sekedar lembaga keagamaan dan
pendidikan, menjadi lembaga pengembangan masyarakat.
Penyelenggaraan unit usaha dan pengembangan keterampilan di
pondok pesantren, untuk menunjang santri memiliki keterampilan selain
pendidikan agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan
pendidikan keterampilan perlu diberikan kepada santri sebelum santri itu
terjun ketengah-tengah masyarakat sebenarnya. Guna menunjang
suksesnya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk
pihak pondok pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di
tengah-tengah masyarakat ini merupakan potensi yang dimiliki oleh
pondok pesantren secara historis dan tradisi. Perkenalan atau persentuhan
dunia pondok pesantren dengan berbagai bidang keterampilan dan usaha
pemberdayaan masyarakat sangatlah menguntungkan dan amat strategis
(Departemen Agama Republik Indonesia, 2003: 92-95).
b. Peran Kemasyarakatan Pesantren
Pesantren selain dikenal debagai lembaga pendidikan Islam, juga
menonjol sebagai lembaga sosial keagamaan. Orientasi kemasyarakatan
pesantren secara tradisional sudah wujud jauh sebelum pesantren dikenal
oleh banyak cendekiawan. Bentuk kemasyarakatn tradisional yang
dimaksud seperti pelayanan pengobatan. Selain itu juga berbagai kegiatan
Page 69
51
yang umumnya berbentuk pelayanan konsultasi kerohanian untuk masalah
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, motivasi kegiatan kemasyarakatan
dari pesantren secara tradisional justru untuk kepentingan pesantren
sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan-kegiatan
kemasyarakata tersebut menemukan bentuk motivasinya atas dasar agama
(Oepen, 1988: 149).
c. Pesantren dan Peluangnya di Masa Mendatang
Peluang bagi pesantren untuk merumuskan kembali dalam rangka
memberi makna terhadap keseluruhan gerakan pengembangan
masyarakat. Peluang-peluang tersebut adalah sebagai berikut;
pengalaman bekerja sama dengan pesantren selama ini mengajarkan
pada Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M)
selaku mitra pesantren dalam pengembangan masyarakat perlu
memfasilitasi terumuskannya dimensi etis atau etika pengembangan
yang dilakukan oleh pesantren berdasar nilai-nilai yang dimiliki,
perlunya pengintegrasian progam lembaga-lembaga pengembangan
masyarakat pesantren (BPPM) dengan maysrakat, kontradiksi antara
gagasan demokratisasi dan pikiran community development di
masyarakat dengan kenyataan keseharian yang berlaku di pesantren
juga menjadi pokok pemikiran BPPM ( Balai Pengkajian dan
Pengembangan Masyarakat) (Oepen, 1988: 157-158).
Page 70
52
d. Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Umat
Pesantren dengan karakteristik demikian secara internal
berkewajiban melakukan tugas-tugas kemasyarakatan, dan secara
eksternal telah berupaya membangun jaringan dengan Non
Governmental Organization (NGO). Peran internal dan eksternal
pesantren tersebut, biasanya diaktualisasikan dalam sebuahlembaga
Biro Pengembangan Masyarakat (BPM).
Dalam konteks pengembangan ekonomi umat, pesantren di
samping berperan sebagai agent of social change, sekaligus sebagai
pelopor kebangkitan ekonomi umat. Hal ini terlihat setidaknya bagi
komunitas pesantren dan masyarakat sekitarnya, dengan dibentuknya
Kelompok Wirausaha Bersama (KWUB) antar pesantren maupun antar
pesantren dengan masyarakat, dan pembentukan Forum Komunikasi
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan (FKPEK). Di sisi lain optimalisasi
potensi dan peran pesantren tersebut akan menyebabkan pesantren
dapat memainkan “peran legilasi” dengan cara memberikan masukan-
masukan konstrutif untuk pertimbangan lesgislatif daerah dalam
perumusan dan penyusunan kebijakan publik daerah (Halim, dkk, 2005:
208-209).
D. Motivasi
Motivasi belajar dari bahasa latin yaitu “motif” yang berarti
dorongan dan “asi” yang berati usaha. Secara istilah motivasi merupakan
daya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Bisa juga diartikan
Page 71
53
motivasi sebagai keadaan internal organisme yang mendorong untuk
berbuat sesuatu (Tea, 2009: 204). Bagi santri, motivasi sangat penting
untuk menggerakkan perilaku positif sehingga mampu mengahadapi
segala tuntutan, kesulitan, serta resiko studinya.
Menurut Schunk motivasi adalah suatu proses dipertahankannya
aktivitas yang diarahkan pada pencapaian tujuan (Schunk, 2012:6).
Motivasi juga bertujuan memberikan daya penggerak dan arah bagi
tindakan. Motivasi menuntut dilakukannya aktivitas fisik atau pun mental.
Aktivitas fisik memerlukan usaha, kegigihan, dan tindakan lainnya yang
dapat diamati. Aktivitas mental mencakup berbagai tindakan kognitif
secara perencanaan, penghafalan, pengorganisasian, pemonitoran,
pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, dan penilaian kemajuan.
Aktivitas yang termotivasi, dan juga dipertahankan. Mengawali
pencapaian sebuah tujuan merupakan proses penting dan sering kali sulit,
karena proses ini melibatkan pembentukan sebuah komitmen dan
pelaksanaan langkah pertama (Schunk, 2012: 7).
Sementara itu, menurut Hamzah (2011: 3) motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut Donald (dalam Humalik, 1995: 106), motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Page 72
54
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian
motivasi adalah suatu penggerak yang wajib diadakan agar memicu
semangat seseorang untuk dapat mengejar cita-cita dan keinginan yang
diimpikan.
E. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,
melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis
lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu
penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk
memudahkasn pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang
digunakan dari perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti
yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut
ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa
dengan skripsi ini:
1. Skripsi yang ditulis oleh Afifah, Fakultas Psikologi, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 yang berjudul “Pengaruh
Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan dalam Area
Pekerjaan pada Remaja”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang
penulis teliti terletak pada objek penelitiannya yaitu dalam skripsi ini
objek penelitiannya adalah area pekerja pada remaja. Sedangkan
persamaan skripsi penulis dengan skripsi ini terletak pada fokus
penelitiannya yaitu sama-sama mengkaji orientasi masa depan dalam area
pekerjaan.
Page 73
55
2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa yang ditulis oleh Pajri Amirullah dan Hasbi Ali
Prodi PPKn, FKIP, Universitas Syiah Kuala Aceh 2016 yang berjudul
“Motivasi Santri Melanjutkan Pendidikan ke Pesantren Darussalam
Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan”. Perbedaan jurnal ini
dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada subjek penelitiannya yaitu
dalam skripsi ini subjek penelitiannya adalah motivasi santri. Sedangkan
persamaan skripsi penulis dengan jurnal ini terletak pada fokus
penelitiannya yaitu sama sama mengkaji tentang melanjutkan pendidikan
ke pesantren.
3. Skripsi yang ditulis oleh Dian Febriana, Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
2013 yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier
Para Santri Remaja di Pondok Pesantren Ali Maksum Yogyakarta”.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada
subjek penelitiannya yaitu dalam skripsi ini subjek penelitiannya adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi karier. Sedangkan persamaan
skripsi penulis dengan jurnal ini terletak pada fokus penelitiannya yaitu
sama sama mengakji tentang orientasi karier para santri pondok pesantren.
Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
penulis hanya menemukan dua penelitian dengan fokus yang sama yaitu
sama-sama membahas tentang orientasi karier masa depan. Adapun dua
penelitian lainnya juga memiliki persamaan dengan penelitian penulis
yaitu terletak pada obyek penelitian yang sama-sama mengkaji tentang
Page 74
56
santri di pesantren . Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terdapat
perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada pendekatan
penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif serta obyek
yang dikaji oleh penulis yaitu santri di pondok pesantren dan subjeknya
yaitu orientasi karier masa depan.
Page 75
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Menurut Sugiyono (2017: 9) metode kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metodologi penelitian jenis
studi kasus (case study), yang merupakan salah satu dari sekian teknik
analisis yang dapat digunakan. Jadi keberadaannya bisa digandengkan
dengan teknik lainnya. Studi kasus adalah peneliti perlu mengembangkan
kategori-kategori yang ketat dan cermat untuk mengungkap kasus menjadi
suatu pelajaran berharga bagi usaha reflikasi hasilnya (Satori, dkk, 2017:
205-207).
Laporan penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan mengkaji
permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada
situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan
Page 76
58
permasalahan orientasi karier pada santri. Melalui penelitian deskritif ini
peneliti bermaksud untuk mengetahui. Pola pikir santri tehadap orientasi
karier di pondok pesantren Al-Iman Sumowono.
Penelitian ini mengamati para santri yang hanya mengenyam
pendidikan informal, hanya mengikuti kegiatan pembelajaran di pondok
pesantren. Para santri yang akan diteliti berumur 16-21 tahun berjumlah
kurang lebih 40 orang, yang akan menjadi informan yaitu beberapa orang
di antara para santri yang dapat memberikan informasi dan dapat
berargumentasi yang menjadi santri di pondok pesantren Al-Iman desa
Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di pondok pesantren Al-Iman desa
Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Adapun peneliti
memilih lokasi di pondok pesantren Al-Iman desa Sumowono kecamatan
Sumowono kabupaten Semarang ini karena fenomena di tempat ini belum
pernah diteliti sebelumnya mengenai orientasi karier oleh peneliti sehingga
peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi.
Letak dan keadaan geografis desa Sumowono merupakan
kecamatan paling barat di kabupaten Semarang berbatasan dengan
kabupaten Kendal dan kabupaten Temanggung yang secara geografis
berada di 7° 13' 20" Lintang Selatan dan 110° 19' 16" Bujur Timur.
Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis. Penulis memilih lokasi
ini karena di daerah ini terdapat banyak santri yang hanya mengikuti
Page 77
59
pendidikan informal tidak hanya karena faktor dana, tetapi juga faktor-
faktor tertentu.
C. Sumber Data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017: 225). Kata-kata atau tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan
mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara
langsung tentang pola pikir santri terhadap orientasi karier. Adapun
sumber data primer langsung peneliti dapatkan dari pada santriwan dan
santriwati di pondok pesantren Al-Iman desa Sumowono kecamatan
Sumowono kabupaten Semarang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah merupakan sumber data yang tidak langsusng
memberikan data kepada pengumpul data, data yang didapat dari orang
lain atau dokumen sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya
(Sugiyono, 2017: 225).
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk membuktikan
pernyataan dari santri dan untuk memperkuat hasil wawancara dari
santriwan dan santriwati di pondok pesantren Al-Iman melengkapi
Page 78
60
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan pengasuh
utama pondok pesantren Al-Iman, dan para staf pengajar.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
teknik yaitu:
1. Wawancara
Wawancara menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2017: 231)
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.
Dalam metode ini penulis menggunakan teknik wawancara
dilakukan secara mendalam menggunakan metode wawancara semi-
struktur (Semistructure Interview) dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Teknik
wawancara yang digunakan ini peneliti perlu mendengarkan secara teliti
dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2017:
233).
Wawancara diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan
yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan yaitu para
santri, pengasuh pondok, para staf pengajar di pondok pesantren Al-Iman.
Page 79
61
2. Observasi
Observasi menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2017: 226)
merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian
pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan
pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif
dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
3. Dokumentasi
Menurut Bogdan (dalam dalam Sugiyono, 2017: 240) tradisi
penelitian kualitatif, frase dokumen pribadi digunakan secara luas untuk
merujuk pada narasi orang pertama yang dihasilkan oleh seorang individu
yang menggambarkan tindakan, pengalaman, dan keyakinannya sendiri.
Sejumlah fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan pendidikan keterampilan
seperti bantu-bantu keluarga pengasuh pondok, memasak, berdagang di
pasar, keterampilan pertanian, keterampilan pertukangan sesuai jadwal
yang diterapkan di dalam pondok pesantren Al-Iman desa Sumowono
kecamatan Sumowono kabupaten Semarang.
Dokumen yang dimaksud adalah data pondok pesantren Al-Iman
yang berbentuk catatan baik yang berbentuk catatan dalam kertas maupun
Page 80
62
elektronik seperti agenda pondok, jurnal tahunan, jadwal kegiatan di
pondok pesantren, kurikulum pendidikan di pondok pesantren, tata tertib
di pondok pesantren.
E. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2017: 244) Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang
dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan
pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola
induktif. Analisis data kualitatif bersifat induktif menurut Sugiyono (2017:
245) yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-
ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada prinsipnya
dilakukan secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki
lapangan, memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di
Page 81
63
lapangan. Proses analisis data selama di lapangan, di sini penulis
menggunakan model Milles dan Huberman yang terdiri atas: data
reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification yang
dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya menjadi
jenuh (Satori, dkk, 2017: 218).
a. Reduksi data (Reduction) yaitu Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
b. Penyajian data (data display) yaitu peneliti menyajikan semua data
yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.
teknik penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
c. Verifikasi data yaitu kesimpulan yang dikemukakan, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan kesimpulan yang
d. dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan
didasarkan atas jumlah kriteria tertentu (Moleong, 2009: 324-325). Ada
empat kriteria yang digunakan , yaitu: derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian
(confirmability). Penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria derajat
Page 82
64
kepercayaan (credibility) kriteria ini mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Satori, dkk, 2017: 167).
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah dengan menggunakan triangulasi data. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang
lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2009: 330).
Ada tiga macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu ada
triangulasi dari sumber atau informan, triangulasi dari teknik pengumpulan
data, dan triangulasi waktu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi sumber, adalah mencari data dari sumber yang
beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti perlu melakukan
eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber (Satori,
dkk, 2017: 170).
Penelitian ini, menggunakan triangulasi data yang dilakukan
dengan cara, pengumpulan data dan pengujiannya dilakukan dari pengasuh
pondok, para pengajar, dan santri. Data dari para narasumber tersebut
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, dan mana
yang berbeda, dan mana yang lebih spesifik dari para sumber data tersebut.
Data yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan para sumber
Page 83
65
data tersebut. Triangulasi dengan sumber data, peneliti menggali data dari
pengasuh pondok, melebar ke para pengajar, dan santri.
G. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan
laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan pola pikir santri terhadap orientasi karier di pondok pesantren Al-
Iman desa Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Data
yang telah ada tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang pola
pikir santri terhadap orientasi karier di pondok pesantren Al-Iman desa
Sumowono kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Kemudian
Page 84
66
dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang
diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara
mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga
data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna
data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks
penelitian yang sedang diteliti.
4. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi, kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna
data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
Page 85
67
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis Pondok Pesantren Al-Iman
Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren Al-Iman yang
beralamatkan di Karangwetan RT 01 RW 04 desa Sumowono kecamatan
Sumowono kabupaten Kab. Semarang. Secara geografis pondok pesantren
ini terletak di bagian utara kecamatan Sumowono dengan jarak kurang
lebih satu kilometer dari kantor Kecamatan Sumowono. Adapun batasan-
batasan pondok pesantren Al-Iman sebagai berikut:
a. Sebelah utara : berbatasan dengan desa Bumen
b. Sebelah selatan : berbatasan dengan desa Lanjan.
c. Sebelah timur : berbatasan dengan desa Jubelan
d. Sebelah barat : berbatasan dengan desa Mendongan
Oleh karena itu letak pondok pesantren Al-Iman berada di tengah-
tengah kecamatan Sumowono.
b. Profil Pondok Pesantren Al-Iman
Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1970 M/1340 H dengan
KH. Bahrodin sebagai pengasuh pondok pesantren. Luas tanah pondok
pesantren Al-Iman yaitu kurang lebih 2000m2 dengan bangunan seluas
kurang lebih 1000m2.
Page 86
68
c. Sarana dan Prasarana
Seperti pada umumnya pada pondok pesantren, pondok pesantren
Al-Iman juga memiliki 2 gedung yang letaknya berdekatan dalam satu
komplek, dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang kegiatan belajar
mengajar seperti, 7 ruang belajar, ruang pengurus pondok pesantren,
kamar tidur bagi para santri, perpustakaan, masjid, tempat memasak,
tempat MCK, tempat parkir, dan gudang.
d. Pengurus dan Santri Pesantren Al-Iman
Sebagian besar santri pondok pesantren Al-Iman berasal dari
wilayah kecamatan Bedono dan sebagian lainnya berasal dari kecamatan
Kaloran, kecamatan Sumowono, dan kecamatan Bandungan, kecamatan
Limbangan, kecamatan Ambarawaarawa dan sekitar kecamatan
Kandangan. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah penduduk yang
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, serabutan, dan wirausaha.
Adapun data santri yang terdaftar di Pondok Pesantren Al-Iman dapat
dilihat dalam tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 4.1
Data Santri Pondok Pesantren Al-Iman
Tahun 2018
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 52
2 Perempuan 41
Page 87
69
Jumlah tersebut merupakan data keseluruhan santri di pondok
pesantren Al-Iman secara umum. Adapun untuk membedakan antara santri
biasa dan pengurus, maka dapat dlihat dalam tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Data Pengurus Pondok Pesantren Al-Iman
Tahun 2018
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 16
2 Perempuan 14
Berikut adalah data base santri dan wali santri di pondok pesantren
Al-Iman:
Tabel 4.3
Data santri putra dan wali santri Pondok Pesantren
Al-Iman tahun 2018
NO. NAMA SANTRI WALI SANTRI ALAMAT
1. Abi Arif Rohman Bp. A. Rohman Demak
2. Irkham Bp. Muhlisin Bandungan Kab. Semarang
3. M. Fatih H. Latif Bp. Anshori Sumowono Kab. Semarang
4. M. Wahyu Qodri Bp. Turwito Ambarawa Kab. Semarang
5. Ahmad Busyairi Bp. Muslim Ambarawa Kab. Semarang
Page 88
70
6. Ali Maksum Bp. Silowantoko Bengkulu Utara
7. Miftah Choirul A. Bp. Suyatno Limbangan Kendal
8. Muhamad Fu‟adi Bp. Sumarno Sumowono Kab. Semarang
9. M.Abdul Latif Bp. Sarju (alm) Sumowono Kab. Semarang
10. M. Wifqi Ma‟arif Bp. M. Sahuri Sumowono Kab. Semarang
11. Muh Hasyim Bp. Nurdi Bedono Kab. Semarang
12. Nur Cholis Bp. M. Shodiq Sumowono Kab. Semarang
13. Sofyan Asrof Bp. Ngadi Bedono Kab. Semarang
14. Amin Choirudin Bp. Dediyono Sumowono Kab. Semarang
15. Fatchur N.Rochim Bp. Parsudi Bandungan Kab. Semarang
16. Khoiri Bp. Mujamak Bandungan Kab. Semarang
17. M. Miftachul M. Bp. M. Machsun Kaloran Temanggung
18. M.Yahya A. Najib Bp. Siyono Sumowono Kab. Semarang
19. Mashuri S Bp. Sulimen Bedono Kab. Semarang
20. Yasin Bp. Choerodin Kaloran Temanggung
21. Ahmad Syarif M L Bp. Mahfud Bawen Kab. Semarang
22. Adi Choirul Anam Bp. Sholeh Bandungan Kab. Semarang
23. Azam Masrur Rozi Bp. H. Tauhid Bandungan Kab. Semarang
24. Heru Cakra A. H. Bp. Kemad Bandungan Kab. Semarang
25. Khoerul Mustofa Bp. Salim Sumowono Kab. Semarang
26. M. Izul Maskur Bp. M. Mahsun Kaloran Temanggung
27. M. Sobirin Bp. Siyono. Sumowono Kab. Semarang
28. Mustofa Bisri Bp. Alwi Rois Sumowono Kab. Semarang
29. Nahru Choiri Z. Bp. Ngadian Limbangan Kendal
30. Rafif Ardani Bp. Tri Ananto Bandungan Kab. Semarang
31. A. Khanif Muslih Bp. Nasikin Limbangan Kendal
Page 89
71
32. M. Affan Arrodli Bp. Mundhirin Bandungan Kab. Semarang
33. M. Ulil Albab A. Bp. Ramidi Bandungan Kab. Semarang
34. Miftachul Huda Bp. Supriyono Sumowono Kab. Semarang
35. Muhammad Tarzi Bp. Sulaiman Sumowono Kab. Semarang
36. Mujib Kana Al J. Bp. Mukhit Sumowono Kab. Semarang
37. Rizal Kholis A. Bp. Supriyadi Limbangan Kendal
38. Andri Kurniawan Bp. Nurkholis Kaloran Temanggung
39. Ihwan Zaenal Abidin Bp. Ismail Sumowono Kab. Semarang
40. M. Khahbib
Khasbullah Bp. Pariyono Bandungan Kab. Semarang
41. Danang Alfian Bp. Mujiyanto Kandangan Temanggung
42. Wiji Tri Atmaja Bp. Adi Kusmanto Jambu Kab. Semarang
43. Surahman Ibu Suyatmi Bandungan Kab. Semarang
44. M. Rifqi Afandi Bp. Mustofak Bandungan Kab. Semarang
45. Rizky Choirul Aziz Bp Ngateman Jambu Kab. Semarang
46. Danang Abi Irawan Bp. Suprapto Bandungan Kab. Semarang
47. Arifin Bp. Ngadiono Sumowono Kab. Semarang
48. Abdul Hariyanto Bp. Agus Supriyanto Pedurungan Semarang
49. M. Wisnu Bayu Aji Bp. Fauzan Asmu‟i Jambu Kab. Semarang
50. M. Angga Saputra Bp. Budi Katonsari
51. Anang Makruf Bp. Khumaedi Limbangan Kendal
52. Syukuriah Bp. Yamdin Jambu Kab. Semarang
Page 90
72
Tabel 4.4
Data santri putri dan wali santri Pondok Pesantren
Al-Iman Tahun 2018
NO. NAMA SANTRI WALI SANTRI ALAMAT
1. Dewi Utari Bp. Juliyanto Bedono Kab. Semarang
2. Ika Ilsa Fitria Bp. Sulistiyo Kaloran Temanggung
3. Ita Dewi Ningtyas Bp. Nur Hamim Sumowono Kab. Semarang
4. Nissa Nur Azizah Bp. Estiyo Sumowono Kab. Semarang
5. Nur Afifah Bp. A Nawawi Kaloran Temanggung
6. Nurul Aini Bp. Zainal Arifin Bandungan Kab. Semarang
7. Rahma Khoirunisa Bp. Edi Nur C Kuwarasan Kab. Semarang
8. Rani Kusrini Bp. Sahroni (alm) Bandungsn Kab. Semarang
9. Rena Maharani Bp. Mulanto Limbangan Kendal
10. Siti Suryati Bp. Qoyum Bergas Kidul Kab. Semarang
11. Zuliyawati Bp. H. Riyanto Bandungan Kab. Semarang
12. Chamilatul Chusna Bp. Nur Yaqin Bandungan Kab. Semarang
13. Halimatus Sakdiyah Bp. Juroni Bandungan Kab. Semarang
14. Iin Suryana Bp. Shamsu R. Ambarawa Kab. Semarang
15. Navilatus Sa‟adah Bp. Muslimin Bandungan Kab. Semarang
16. Novi Rahmawati Bp. Nur Rohim Bandungan Kab. Semarang
17. Zulfatul Fauziah Bp. Ahmad Asrori Sumowono Kab. Semarang
18. Fitri Andaryani Bp. Tumari Bandungan Kab. Semarang
19. Kamalia Fathin M Bp. Machfudh Genting Kab. Semarang
20. Kholifatun Nisa Bp. Girin Limbangan Kendal
Page 91
73
21. Mifta Dini Aulia Bp. Sunyoto Ambarawa Kab. Semarang
22. Ani Muhayatun Bp. Widiyanto Bedono Kab. Semarang
23. Anil Ma‟rifah Bp. Muntholip Sumowono Kab. Semarang
24. Ika Nurul Hidayah Bp. Tasrikun Kandangan Temanggung
25. Indah Syarifah Bp. Muslim Ambarawa Kab. Semarang
26. Kuku Wahana Bp. Abdul Basith Bedono Kab. Semarang
27. Nurul Anisah Bp. Ahmad Asrori Sumowono Kab. Semarang
28. Umi Lailatul N. A. Bp. M. Solikhun Mijen Kab. Semarang
29. Vina Rohmatul U. Bp. Mulyono Sumowono Kab. Semarang
30. Azifah Bp. Asromin Bedono Kab. Semarang
31. Kholfi Nafia Bp. Harun Sumowono Kab. Semarang
32. Luluk Zulfiana Bp. Muhromin Limbangan Kendal
33. Rifngatin Khoiroh Bp. Nur Da‟im Bedono Kab. Semarang
34. Rosyida Nur A. Bp. Ahmad Asrori Sumowono Kab. Semarang
35. Uzlifati Rofiqoh Bp. Rohman Kandangan Temanggung
36. Vika Oktaviani Bp. Kaeroni Limb. Kendal
37. Lailatun Nasichah Bp. Budi Praminto Sumowono Kab. Semarang
38. Lulu Zulfa A. Bp. Abdul Q. A. B. Limbangan Kendal
39. Nihayatul Malika Bp. Suharno (alm) Limbangan Kendal
40. Nur Alfiyatur R. Bp. M. Sahuri Sumowono Kab. Semarang
41. Rina Bp. Surawan (alm) Bandungan Kab. Semarang
42. Rizka Rahmaniati Bp. Wahyudi Sumowono Kab. Semarang
43. Revana Salsabila Bp. Mustakim Bandungan Kab. Semarang
44. Sinta Permata N. Bp. Sunanto Jambu Kab. Semarang
45. Lailatun Nadira Bp. Komyanto Jambu Kab. Semarang
46. Yuni Nur R. Bp. Komyanto Jambu Kab. Semarang
Page 92
74
47. Ike Wahyu S. Bp. Lasemin Sumowono Kab. Semarang
48. Vina Lailatul M. Bp. Shodiq S. Jambu Kab. Semarang
49. Isna Amelia Bp. M. Rifa‟i Bandungan Kab. Semarang
50. Faza Futikhatur R. Bp. Faizin Bandungan Kab. Semarang
51. Nadia Rahmawati Bp. Nasikin Limbangan Kendal
52. Astutiningtyas Bp. Triyanto Sumowono Kab. Semarang
53. Lu‟lu‟ Nuraini Bp. M. Dahroji Sumowono Kab. Semarang
54. Verawati Bp. Sujar Bandungan Kab. Semarang
55. Elvi Bp. Jumari Bandungan Kab. Semarang
56. Inez Prastyawati Bp. Eko Yuliyanto Jambu Kab. Semarang
57. Nadin Najwa K. Bp. Nurul Khafidin Bandungan Kab. Semarang
58. Laili Safrina Bp. Munadi Limbangan Kendal
e. Progam Pengajaran dan Pembinaan di Pesantren Al-Iman
Pondok pesantren Al-Iman merupakan pondok pesantren salaf
yang menerapkan sistem pengajaran sistem individual dalam sistem
pendidikan Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam
pengajian kepada murid-murid. Dan metode utama sistem pengajaran di
lingkungan pesantren ini ialah sistem bandongan. Program pembiasaannya
yaitu antara lain, sorogan, bersih-bersih lingkungan pondok, dan sholat
fardhu berjamaah, mengaji kitab kuning, dan mengaji sesuai dengan
kelasnya masing-masing sekolah pondok juga bertaraf-taraf terdapat kelas
Ibtida‟, kelas wustho, dan aliyah pondok, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok
berupa: 1. Nahwu dan shorof (morfologi); 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist;
Page 93
75
5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan etika, dan 8. Cabang-cabang lain
seperti tarikh dan balaghah Pengajaran kitab-kitab klasik
.Pondok pesantren Al-Iman juga menyelenggarakan keterampilan
berupa pertanian, pertukangan, dan berdagang yang dilakukan dengan
praktek secara langsung. Pertanian yang langsung mengolah lahan sawah
milik pondok yang dibimbing oleh pengasuh pondok, keterampilan
pertukangan dibimbing oleh alumni, dan berdagang yang langsung praktek
menjaga toko kebutuhan mengaji di pasar desa. Selain itu juga ada
kegiatan yang dilaksanakan setiap hari kamis malam jumat setelah shalat
asar yaitu dziarah kubur, khitobah, dzibaan, dan mujahadah dalailul
khoirot.
f. Jadwal Pondok Pesantren Al-Iman
Dalam melaksakan kegiatan sehari-hari tentunya perlu adanya
pengaturan waktu yang baku selama 24 jam agar dapat memudahkan para
santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, maka di bawah ini
runtutan jadwal kegiatan pondok pesantren Al-Iman, pembagian
kurikulum pondok pesantren Al-Iman tahun Ajaran 1439/1440, dan jadwal
pelajaran madrasah diniyyah pondok pesantren Al-Iman tahun pelajaran
1438-1439 H, sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Al-Iman
NO. WAKTU KEGIATAN KET.
1. 03: 30 Bangun tidur
Page 94
76
2. 04: 00 Sholat subuh berjamaah
3. 04: 30 Ngaji
4. 05: 30 Piket, persiapan sekolah
5. 06: 45 Sekolah formal
6. 07: 30 Pengajian tafsir jalalain
7. 09: 00 Ekstrakurikuler
8. 13: 30 Sholat dhuhur berjamaah, istirahat,
makan siang
9. 14: 00 Ngaji
10. 15: 30 Sholat asar berjamaah dan ndarus
11. 16: 00 Madrasah sore
12. 17: 00 Belajar bersama
13. 17: 45 Sholat maghrib berjamaah, ngaji
sorogan, sholat isya berjamaah
14. 19: 45 Madrasah malam
15. 22: 00 Makan malam
16. 23: 00 Tidur
Tabel 4.6
Kurikulum Pondok Pesantren Al-Iman Tahun Ajaran 1439/1440
NO. TANGGAL BULAN KET.
1. 15 Syawal Masuk madrasah
2. 24 Syawal Halal Bi Halal
3. 10-12 Dzulhijjah Libur idul adha
4. 14 Muharrom Khaoul
5. 1-6 Rabiul Awal Imtihan nifsu sanah
Page 95
77
6. 7-12 Rabiul Awal Pekan madaris
7. 13-19 Rabiul Awal Libur nifsu sanah
8. 20 Rabiul Awal Masuk madrasah akhir
sanah
9. 1-10 Rajab Kholwat
10. 11 Rajab Khataman
11. 12-15 Rajab Libur Pesantren
12. 16 Rajab Masuk madrasah
13. 4-11 Sya‟ban Itihan akhir sanah
14. 11-14 Sya‟ban Pekan madaris
15. 15 Sya‟ban Pembagian raport
16. 15-30 Sya‟ban Libur akhir sanah
17. 1-21 Ramadhan Pasan
18. 21 Ramadhan Libur panjang
Tabel 4.7
Jadwal Pelajaran Madrasah Diniyyah Pondok Pesantren Al-Iman
Tahun Ajaran 1439-1440 H
NO HARI JAM KELAS
AL
ULAA
1 AL
WUST
HO
2 AL
WUSTHO
3 AL
WUSTHO
I AL
ULYA
II AL
ULYA
III AL
ULYA
1. Sabtu I Akhlak Nahwu Shorof Shorof Nahwu Arudl Tafsir
II Tajwid Tarikh Tauhid Fiqh Tafsir Tafsir
2. Ahad I Al-
Qur‟an
Nahwu I‟lal Akhlak Nahwu Nahwu Mantiq
II Fiqh Bahasa Tarikh Tauhid Tafsir Hadist
Page 96
78
Arab
3. Senin I Nahwu Al-
Qur‟an
Nahwu I‟lal Hadist Nahwu Balaghoh
II Tarikh Akhlak Fiqh Ushul
Fiqh
Tajwid Fiqh
4. Selasa I Al-
Qur‟an
Fiqh Nahwu Nahwu Nahwu Faroidl Fiqh
II Tauhid Khot Tajwid Hadist Ilmu
Tafsir
Tafsir
5. Rabu I Nahwu Nahwu Shorof Nahwu Fiqh Tauhid Tasawwuf
II B. Arab Tajwid Akhlak Tarikh Tauhid Tasawwuf
6. Kamis I Pra-
Ibadah
Al-
Qur‟an
Nahwu Nahwu Shorof Nahwu Hadist
II Khot Tauhid Hadist Hadist Ushul
Fiqh
Mustolah
Hadist
2. Pola Pikir Santri terhadap Orientasi Karier
a. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di
Pondok Pesantren Al-Iman
Hasil yang didapat oleh peneliti ketika mengadakan wawancara
dengan beberapa narasumber, yang menyebabkan santri lebih memilih
menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman, dari hasil penelitian yang
peneliti peroleh bahwa santri yang hanya melanjutkan pendidikan di
pondok pesantren pada usia 16-21 tahun yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu dari faktor ekonomi, faktor keluarga, faktor lingkungan
masyarakat dan faktor kepribadian, sebagai berikut.
Page 97
79
1) Tidak dapat meraih cita-cita
Berikut ini adalah ingin mengejar cita-cita namun terbentur biaya.
Hal ini di kuatkan oleh hasil wawancara RN santriwati pondok pesantren
Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 14.03 WIB di pondok
pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“aku dulu pas ijek jaman-jamane sekolah mbak, aku pengen banget
dadi dokter. Trus pas aku wes gak sekolah kan wes gak enek
harapan. Paleng sok nek mondok, dulu kan aku ngremehke mondok
mbak aku ki mikire ki la mondok ki dadi opo, kan ndewe ra ndue
kerjo, trus pokok e aku pengen mengejar aku pengen dadi dokter
nah ndelalah biaya dadi dokter kan ora sitek. Njuk aku neng kene
ngaji enek kitab tibyan kan tentang dokter-dokter la ndelalah teng
perpustkaan pondok enten nganu ilmu dokter ngunu tapi kan
menurut Nabi riyen wes seneng moco-moco kui njur yo mikir e
enggak jadi dokter buat umat ki bisa jadi dokter bagi keluarga
sendiri lah”.
2) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang menjadi penyebab santri yang hanya
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Berikut ini juga adalah hasil
wawancara dengan MN santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari
Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB di pondok pesantren Al-Iman,
sebagai berikut:
“ya dari dorongan orang tua, terus mboten enten arto damel
neruske. ”.
Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MC santriwan
pondok pesantren Al-Iman, tentang keinginan orang tua dan keinginan
pribadi tidak sinkron, wawancara pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 11.55
WIB di kantor sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
Page 98
80
“ya yang pertama karena masalah biaya. lalu yang kedua, orang
tua kepengennya tidak sesuai dengan minat saya”.
Jadi, faktor yang menjadi penyebab santri hanya melanjutkan
pendidikan di pondok pesantren Al-Iman adalah faktor biaya yang dapat
memberatkan, jika menuntut ilmu di pesantren bersamaan dengan sekolah
formal.
3) Tidak ingin merepotkan orang tua
Hal ini sesuai wawancara dengan santriwati LN di pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Rabu tanggal 08/08/2018 pukul 13.55 WIB
di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
“kasian orang tua mbak (sambil tertawa) biaya, nggeh kan mboten
sekedik to”.
Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MN santriwan
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“nggeh kersane mboten ngrepotke wong tuo, ajeng nerusake teng
pondok mawon”.
4) Dorongan dari orang tua
Faktor kedua yang dapat menjadi penyebab santri hanya
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren adalah faktor keluarga,
seperti dukungan dari orang tua. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara
dengan VK santriwati pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis
05/08/2018 Pukul 13.30 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai
berikut:
Page 99
81
“enggeh mendukung, ajeng kerjo mboten angsal kok. Ken
ngrampungke pondok riyen”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan NL santriwati
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu 08/08/2018 Pukul 13.30 WIB
di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
“mendukung sepenuhnya nek niku, tapi timbangane sekolah ngono
mending ngaji, daripada sekolah tapi rak ngaji, mending ngaji wae
rasah sekolah rapopo, seng penting wes tau SMA”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan MH
santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul
10.30 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”Yang pertama itu keinginan orang tua, disuruh orang tua itu lo
mbak, kalau sekolahnya tidak terlalu mendukung sih mbak, malah
disuruh melanjutkan lagi tapi melanjutkan di pondok pesantren
saja”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan NR santriwan
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.36 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”malah mendukungnya di pondoknya saja daripada sekolah,
karena ya kira-kira yang penting untuk di masyarakat itu ya di
pondok”.
Demikian juga berikut ini adalah paparan dari hasil wawancara
dengan SF santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis
09/08/2018 Pukul 14.25 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai
berikut:
”sangat mendukung, bersyukur malah mbak”.
Page 100
82
Jadi, faktor dukungan keluarga yang menjadi penyebab santri
bersemangat untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren,
agar dapat lebih mendalami ilmu agama dan dapat dijadikan sumber
pegangan, mengerti tentang ilmu agama terutama oleh kedua orang tua.
5) Faktor Internal
Faktor internal yang timbul dari pemikiran santri sendiri yang dapat
menjadi penyebab santri untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok
pesantren. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan NR santriwan
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.36 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“karena kalau mondok dibarengi dengan sekolah umum itu
pemikirannya tidak begitu kuat, jadi pengennya mondok tok. Lebih
mementingkan salah satunya saja”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan LK santriwati
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.48
WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“nggeh mboten nopo-nopo srek teng pondok mawon. pertamane
pengen sekolah, neng nganu nopo njur kon mondok njuk mboten
sios sekolah mawon sisan, sakniki njuk malah terbiasa mpun
mboten kepengen maleh”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan UM
santriwati pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu 08/08/2018 Pukul
13.03 WIB di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
“nggeh pengene ki melanjutkan maleh ngoten lo, tapi kulo ne
mboten purun”.
Page 101
83
Jadi, faktor pribadi atau keinginan dari diri sendiri yang menjadi
penyebab santri untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren.
6) Faktor lingkungan masyarakat
Faktor lingkungan yang mendukung juga dapat menjadi penyebab
santri untuk tetap melanjutkan pendidikan di pondok pesantren salah
satunya adalah lingkungan tempat tinggal yang mayoritas santri. Hal ini
dikuatkan oleh hasil wawancara dengan CH santriwan pondok pesantren
Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.10 WIB di aula pondok
pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“Memang saya di rumah itu berada di lingkungan kalangan santri-
santri, jadinya ya mendukung-mendukung saja”.
7) Mengikuti teman sebaya
Faktor mengikuti teman ini karena termotivasi dengan temannya.
Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan VK santriwati pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.30 WIB di
pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”rencang SMP ne kulo nggeh mriki, njur pengen mriki ngoten”.
8) Pergaulan terjaga
Faktor pergaulan terjaga artinya pergaulannya tidak sembarangan
seperti yang ada di luar pondok pesantren, tidak ada peraturan yang
mengembangkan kepribadian unggah-ungguh seseorang. Hal ini dikuatkan
oleh hasil wawancara dengan LK santriwati pondok pesantren Al-Iman,
Page 102
84
pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.48 WIB di pondok pesantren Al-
Iman, sebagai berikut:
“opo yo, kan nganu, nek teng pondok kan pergaulane kan lebih
ketat keagamaan sedangkan teng luar kan mesti kecampur werno-
werno hanggeh sae teng pondok e mawon”.
9) Mendalami ilmu agama
Hasil penelitian yang peneliti peroleh, bahwa santri yang lebih
memilih menuntut ilmu di pondok pesantren Al-Iman karena adanya
dukungan selain dari orang tua juga terdapat dukungan dari dalam
pondok sendiri untuk mengaji kitab-kitab dengan cara bertaraf-taraf
sesuai kemampuan. Al-Iman adalah pondok salaf yang pengajarannya
menggunakan metode clasiccal atau sorogan dengan bacaan kitab-kitab
seperti kitab tafsir, kelas al-ula menggunakan alala‟, kitab awam. Kelas
al-wustho menggunakan kitab ta‟lim muta‟alim, immriti, jurumiyah,
shorof. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan dengan Bapak
Faqih, sebagai tenaga pengajar di pondok pesantren Al-Iman pada hari
Kamis tanggal 9/082018 Pukul 10.00 WIB di kantor kepala sekolah
MTs Darussalam, sebagai berikut:
“Insyallah ada, kecuali materi yang kita sampaikan tekstual itu
kita selingi dengan materi skill yang dimiliki para santri, malah
langsung ke praktek di antaranya yang bakat ketukang langsung
praktek ada bimbingan dari tukang yang sudah terjun ke
masyarakat terus nanti sebagian santri mengikuti. Yang di sawah
oleh pengasuh utama ikut ke sawah, kemudian yang punya minat
dagang juga sebagian ada yang langsung praktek berjualan di
pasar berikut cara pembukuannya”.
Page 103
85
Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Kyai Bachrodin di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul
13.10 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“ya kalau di pondok itu adanya ngaji, ya ngaji al-Qur‟an dan
kitab-kitab. Di samping sekolahkan nah santri mengaji, ngajinya
dengan cara sorogan dan ada sekolahan pondok tidak sekolah
umum, kalau sekolah pondok juga bertaraf-taraf ada Ibtida‟, ada
wustho, dan aliyah pondok, kita menganjurkan santri-santri agar
bisa, jadi dengan sekolah di pondok juga ada yang sekolah umum
di MTs, MA Candi dan SMK Bawen jadi terserah mau sekolah
dimana saja”.
Berikut ini hasil wawancara dengan santriwati AM di pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 13.13
WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“kitab tafsir, nek seng kelas al-ula seng tasih andap-andapkan
taseh alala‟, kitab awam niko. Nduwure maleh al-wustho nggeh
ta‟lim muta‟alim, immriti, jurumiyah niko nggehan shorof”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan LK santriwati
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu 05/08/2018 Pukul 13.48
WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”prinsipnya karena ingin fokus pada masalah agama saja,
memperbaiki diri sendiri dulu, karena sudah nggak betah sekolah
mbak, daripada diterus-terusin malah tambah bubrah ya mending
keluar sekalian saja”.
Dengan demikian, para santri sudah dibekali ilmu agama yang
sangat lengkap dengan adanya kelas-kelas untuk membagi tiap-tiap
tingkatan kitabnya menjadikan santri lebih paham karena diajarkan mulai
dari dasar, tentang syariat-syariat Islam dari hal yang paling ringan hingga
yang terberat.
Page 104
86
10) Adanya pembekalan keterampilan
Selain dukungan dari orang tua juga terdapat dukungan dari dalam
pondok pesantren sendiri dengan tersedianya fasilitas yang sudah
disediakan seperti adanya keterampilan pertukangan, perdagangan,
pertanian. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan Bapak Kyai
Bachrodin di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal
09/08/2018 pukul 13.10 WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai
berikut:
”iya to, seperti pertukangan ada, pertanian di sawah ya ada, di
sini juga ada perdagangan di pasar jadi perdagangan bisa jualan
bisa mandiri nantinya. Nah yang ingin nukang biar dipertukangan.
Ini to pondok membuat sendiri dengan santri-santrinya lagi
bongkar yang sebelah sana (sambil nunjuk ke arah yang sedang di
renovasi) bongkarin sendiri, nukangin sendiri”.
Demikian hasil wawancara dengan MN santriwan pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB di
pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“kalo kerja kan nggak mesti harus lulus sekolah tinggi-tinggi kan
bisa, seperti jadi tani kan yang penting belajar terus. Di pondok
kan nggeh enten belajar tani, pertukangan kan nggeh enten, nekuni
niku. keterampilan saking pondok, nggeh teng masyarakat saget
digunakke”.
Dukungan adanya keterampilan pertukangan,pertanian,
perdagangan untuk santri-santri yang hanya mengenyam pendidikan di
pondok pesantren sangat bermanfaat untuk dijadikan bekal masa depan
ketika sudah lulus dari pondok pesantren Al-Iman.
Dengan demikian, motivasi penyebab santri untuk tetap
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Al-Iman, disebabkan oleh
Page 105
87
beberapa hal sebagai berikut: (1) Tidak dapat meraih cita-cita; (2) Faktor
ekonomi; (3) Tidak ingin merepotkan orang tua; (4) Dorongan dari orang
tua; (5) Faktor internal; (6) Faktor lingkungan masyarakat; (7) Mengikuti
teman sebaya; (8) Pergaulan terjaga; (9) Mendalami ilmu agama; (10)
Adanya pembekalan keterampilan.
b. Pola Pikir Santri dalam Menghadapi Orientasi Karier
Hasil yang didapat oleh peneliti ketika mengadakan wawancara
dengan beberapa narasumber, yaitu beberapa tenaga pengajar di pondok
pesantren Al-Iman. Para tenaga pengajar dalam membentuk pola pikir
santri dalam menghadapi orientasi karier terbagi dalam beberapa macam,
sebagai berikut.
1) Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil
Pengajar mendidik santrinya mengajarkan untuk berusaha dalam
mendapatkan sesuatu, karena selama ada usaha maka pasti akan ada jalan
untuk mendapatkan rezeki dari Allah. Hal ini didukung oleh hasil
wawancara tentang usaha dengan Ustadz Faqih, sebagai tenaga pengajar di
pondok pesantren Al-Iman pada hari Kamis tanggal 9/08/2018 Pukul 10.00
WIB di kantor kepala sekolah MTs Darussalam, sebagai berikut:
“Kalau di pesantren salaf itu yang ditekankan adalah selama ada
usaha maka kita yakin pasti ada jalan yang namanya rezeki itu
semua minta kepada yang maha kuasa. Santri salaf itu berpedoman
yang penting kita mau berusaha ada istilah yang merupakan sabda
Rasulullah “jadi kalau tangan kita mau bergerak maka Insyallah
Allah menurunkan rezeki dengan pergerakan itu. Cuman memang
tidak ada spesifikasi yang khusus untuk itu makanya membekali
santri kaitannya dengan teori. Santri yang ada yang sudah-sudah
Page 106
88
itu mereka membekali diri dengan langsung praktek dari apa yang
sudah ada tinggal mengikuti”.
Di dalam pondok pesantren diajarkan harus selalu untuk
mujahadah di samping berkewajiban belajar, karena kalau hanya belajar
tanpa dibarengi dengan berdoa atau mujahadah sama saja tidak ada
artinya. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan Bapak Kyai
Bachrodin, sebagai pengasuh utama Pondok Pesantren Al-Iman pada hari
Kamis tanggal 9/082018 Pukul 13.10 WIB di tempat istirahat pengasuh
pondok Al-Iman, sebagai berikut:
“Pokoknya ya harus belajar yang sebetul-betulnya, santri itu yang
penting harus belajar di samping belajar diadakan mujahadah
setiap hari kamis. Jadi di samping kita belajar dan nderes al-
Qur‟an maupun kitab-kitab yang harus dipelajari itu harus ada
mujahadahnya kalau tidak ada mujahadahnya sama saja nol tidak
ada apa-apanya kalau santri memang harus seperti itu beda kalau
dengan anak sekolah. Kalau sekolah pondok juga bertaraf-taraf
ada Ibtida‟, ada wustho, dan aliyah pondok”.
Berikut ini sebagai pernyataan santri santriwati RN, di pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 14.03
WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“Lillahi ta‟alla.. kan hidup sudah digariskan. heeh sih di dalam
hidup memang kita harus berusaha, cuma kan nek aku pribadi kan,
nek aku we rung arep omah dewe. Yo pokokmen sesok yo delok
sesok. Saiki yo saiki neng kene disek wae. Kan jare nek neng
pondok wes seng penting wes mantep ngaji terus nasibpe wes
mantep diserahke mbek seng kuoso jare sok mapan, yo mugo-mugo
wae”.
2) Berserah diri kepada Allah
Sebelum menjalani pendidikan di pondok pesantren sebagian santri
memang memiliki pandangan dan rencana untuk masa depan namun ketika
sudah menjalani kehidupan di pondok pola pikir menjadi berubah, karena
Page 107
89
para tenaga pengajar memberi masukan agar berserah diri kepada Allah.
Sekolah umum sangat berbeda dengan di pondok pesantren, karena di
pondok pesantren santri-santri tidak di ajarkan untuk memikirkan karier di
masa depan. Hal ini didukung oleh paparan dari hasil wawancara dengan
Ustadz Yasin kepala madrasah pondok pesantren Al-Iman pada hari selasa
tanggal 23/08/2018 pukul 13.30 WIB di rumah Ustadz Yasin, sebagai
berikut:
“Kalau di pondok dengan sekolah umum itu berbeda sekali. karna
di sini sudah mendidik dari awal, ngaji dan sekolah jangan hanya
berniat mau menjadi apa. Itu yang sudah dididik sekarang ya
waktunya ngaji dan sekolah niatnya mencari ilmu masalah akan
menjadi apa besok yang menjadikan ya gusti Allah”.
Hal ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara dengan
NL sebagai santriwati di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu
tanggal 08/08/2018 pukul 13.30 WIB di pasar desa Sumowono tempat NL
membantu berjualan, sebagai berikut:
“Kan nek pas sekolah ke pikiranne pengen dadi kui, pengen dadi
kae ngoten lah begitu mlebet teng pesantren ki koyo nggeh saking
omongane-omongane guru niku to, njuk dadi pola pikir e kulo ke
melu-melu maleh. Dadi sesok meh dadi opo yo pikerke sesok, saiki
teko lakoni ngoten niku saiki ke”.
Berikut ini juga paparan dari hasil wawancara dengan santriwati
LK pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 13.48 WIB di pondok
pesantren, sebagai berikut:
“nek pak yasin ke sok sanjang ngene opo, “sak iki ke ojo ngoyak
dunyomu, seng penteng ke teko lakoni ojo sok ngrusohi gaweane
gusti Allah” ngoten niku tekoan. Trus nek cita-citakan tergantung
kaleh Allah niku wau, nek cita-cita ki ndewe mboten saget ngarani
nopo “aku cita-citane dadi ngene menowone gusti Allah ngersakke,
misal aku cita-citane pengen dadi dokter, teko-teko gusti Allah
Page 108
90
ngresakke kulo dadi guru” ngoten kan mboten ngertos, teko opo
seng ono dilakoni”.
Hal ini juga serupa dengan hasil paparan wawancara yang
dituturkan oleh santriwati IN pada hari Rabu tanggal 08/08/2018 pukul
14.10 WIB di pondok pesantren, sebagai berikut:
”Ambokno dewe ki mondok tok ke ojo minder karo wong seng do
sekolah tekan duwur-duwur soale dewe mondok kan Insyallah
saget ngimbangi kaleh seng do sekolah-sekolah ngoten”.
Demikian dari hasil wawancara dengan santriwan MC di pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul 11.55 WIB
di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“rata-rata santri sepertinya nggak ada pandangan seperti itu sih
mbak, maksutnya akan menjadi apa itu tidak ada pandangan.
Karena pas itu pernah mbah yai mengatakan “rasah mikir sesok
arep dadi opo” jadi sudah terngiang seperti menjadi pedoman.
Yang penting ada tapi besok. setiap ngaji dengan mbah yai dikasih
motivasi “sudah tidak usah bingung mikir” nah seperti itu to mbak
jadi akhirnya tidak punya pandangan kedepannya meskipun akan
jadi kepala keluarga besok pasti ada jalannya,rezeki pasti ada
seperti itu, positif thinking-nya”.
Pola pikir yang terbentuk pada santri disebabkan oleh penanaman
motivasi yang menjelaskan tentang menjalankan sesuatu yang sudah ada
sekarang untuk ditekuni, untuk bersikap qona‟ah, menela‟ah kitab yang
sudah dijabarkan penjelasannya dan selalu mujahadah (berdoa), motivasi
yang telah berikan oleh para pendidik di pondok pesantren.
Jadi, pola pikir yang terbentuk pada santri dalam menghadapi
orientasi karier yang telah ditanamkan adalah harus optimis dan berpikir
positif terhadap apa yang telah diusahakan, menjalankan sesuatu dengan
keyakinan bahwa pasti ada jalannya untuk menempuh hidup di masa
Page 109
91
depan, dan usaha harus disertai dengan selalu berdoa. Sehingga ketika
menuntut ilmu di pondok pesantren maka santri harus fokus terhadap
apapun yang sedang dipelajarinya di pondok pesantren, dan di samping itu
juga harus selalu menggali pengetahuan dari kitab yang telah diajarkan
dan membaca Al-Qur‟an.
3) Bekerja sampingan di pabrik
Demikian juga yang ingin bekerja di pabrik kuningan, berikut hasil
paparan wawancara yang sesuai, dengan MH sebagai santriwan pondok
pesantren Al-Iman, pada hari kamis 09/08/2018 pukul 14.36 WIB di aula
pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“kalau nyambi sih tukang mbak, mungkin. Ya bisa kerja di pabrik-
pabrik wilayah bedono kan juga ada pabrik-pabrik milik desa-desa
kan seperti pabrik kuningan untuk kaligrafi. Jadi masuk kerjanya
kan nggak terus menerus seminggu tiga kali empat kali kan bisa
nah yang lain hari bisa nyambi ke kebun”.
4) Berwirausaha
Para santri di pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok
pesantren termotivasi ingin menjadi pedagang atau berwirausaha,
mendirikan usaha sendiri merupakan salah satu harapan santri dalam
merencanakan orientasi karier, karena selama menuntut ilmu di pesantren
mereka diajarkan cara berdagang maka dari itu orientasi karier setelah
keluar dari pondok ingin berdagang/berwirausaha. Hal ini diperkuat oleh
hasil wawancara dengan santriwati LK pada hari Minggu tanggal
05/08/2018 pukul 13.48 WIB di Pondok Pesantren, sebagai berikut:
“pengen mempunyai toko sendiri sih. biar seperti Rasulullah,
berdagang dan berdakwah. pengennya ya tidak kerja tapi
Page 110
92
mengerjakan orang, seperti ngebosi, membuka usaha tidak hanya
untuk kita namun juga untuk orang lain, berguna untuk masyarakat
sekitar”.
Hal berikut ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara
dengan RN santriwati di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu
tanggal 05/08/2018 pukul 14.03 WIB di pondok pesantren Al-Iman,
sebagai berikut:
”Aku pengenne kui mbk yo pengen ndue usaha dewe lah yo
maksute nggawe-gawe opo ngono aku pernah ndue angen-angen
aku ki sok pengen ngedekake opo ngono mbuh butik mbuh toko opo
ngono lo mbak tapi ki pegawene mbakyu ku wae. Meskipun dadi
wong wedok tapi ki yo iso karo ngewangi bojone”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati AM di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul
13.13 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”ingin berwirausaha nggeh saget, online nggeh saget to”
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati VK di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul
13.30 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”pengen dodolan kiyambak”.
Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan santriwati
NL pada hari Kamis tanggal 23/08/2018 pukul 14.35 di pasar desa
Sumowono, sebagai berikut:
“Kalau itu pengennya mempunyai usaha gitu mbak, Cuma kalau
anak lulusan pondok itu diambil manfaatnya,biasanya disuruh
ngajar tpa atau tpq. ya pengennya kalau kerja tidak harus yang
jauh-jauh, kalau bisa ya buka usaha sendiri. Jadi, nanti di samping
kerja nanti bisa mengambil alih bagian rumah, jadi tidak kaya di
Page 111
93
pabrik nantikan berangkatnya pagi pulangnya malam, nanti
kerjaan rumah tetap ibuknya yang ngurus”.
Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan santriwati
santriwati LN di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu tanggal
08/08/2018 pukul 13.55 WIB di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
”ya pernah terlintas sedikit-sedikit tapi ya belum tau besok”.
5) Mencari pengalaman dibidang perkebunan
Terdapat santri di pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok
pesantren ingin mencari pengetahuan di luar jawa untuk dijadikan
pengalaman. Hal ini didukung hasil wawancara dengan MH, sebagai
santriwan di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal
23/08/2018 pukul 13.45 di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“kalau sudah lulus dari pondok ingin memiliki pengalaman kerja
di luar jawa, cari pengalaman kerja di daerah lain lah”.
6) Mengikuti amanat Suami
Terdapat santriwati yang orientasi kariernya menurut dengan suami
saja karena ridho istri terdapat dalam diri suami, jika sudah memiliki
suami. Hal ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara dengan
NL sebagai santriwati di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu
tanggal 08/08/2018 pukul 13.30 WIB di pasar desa Sumowono tempat NL
membantu berjualan, sebagai berikut:
“kalau untuk saat ini mungkin belum ada, belum kepikiran, ya
mungkin besok kalau sudah di rumah mungkin nurut. Kan katanya
kalau istri harus nurut dengan suaminya, nah kalau misal sekarang
sudah ngrancang ingin jadi ini itu nanti kalau sudah punya suami
suaminya tidak setuju atau ditentang kan sama saja dosa, ya sudah
tinggal nurut saja”.
Page 112
94
7) Belum mempunyai orientasi karier
Hasil penelitian yang penelitian peroleh, bahwa terdapat santri
yang belum memiliki orientasi karier,karena pola pikirnya mengalir saja.
hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan santriwan MC di pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul 11.55 WIB
di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“rata-rata santri sepertinya nggak ada pandangan seperti itu sih
mbak, maksutnya akan menjadi apa itu tidak ada pandangan.
Karena pas itu pernah mbah yai mengatakan “rasah mikir sesok
arep dadi opo” jadi sudah terngiang seperti menjadi pedoman.
Yang penting ada tapi besok. setiap ngaji dengan mbah yai dikasih
motivasi “sudah tidak usah bingung mikir” nah seperti itu to mbak
jadi akhirnya tidak punya pandangan kedepannya meskipun akan
jadi kepala keluarga besok pasti ada jalannya,rezeki pasti ada
seperti itu, positif thinking-nya”.
Berikut ini hasil wawancara dengan santriwati NL pada hari Rabu
tanggal 08/08/2018 pukul 13.30 WIB di pasar desa Sumowono tempat NL
membantu berjualan, sebagai berikut:
“nek pandangan pekerjaan e ke nek kulo yakin wae sesok tetep
angsal pekerjaan”.
Bagi santri yang hanya lulus MTs atau Smp rata-rata memang
belum memiliki pandangan karier meskipun sudah berusia 17 tahun keatas,
Hal ini sesuai paparan dari hasil wawancara dengan santriwati LN di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu tanggal 08/08/2018 pukul
13.55 WIB di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
Page 113
95
”belum terfikirkan sampai segitu mbak, jalani apa yang ada dulu
mbak”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan UM santriwati
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu 08/08/2018 Pukul 13.03 WIB
di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
” dereng kelihatan”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan VK santriwati
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 05/08/2018 Pukul 13.30 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“mboten ngertos ngenjeng dados nopo. sak kersane gusti Allah
”.
Demikian juga hasil wawancara dengan MY santriwan pondok
pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.50 WIB di
pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“ya paling ya kalau di sini sedang ada pembangunan ya ditukang,
belum pernah kerja di luar jadi belum ada pengalaman mbak. Jadi
besok kalo di rumah ya belum ada pandangan”.
Rata-rata santri meskipun telah lulus MTs maupun MA yang sudah
berusia 16 tahun keatas tapi belum memiliki orientasi karier, karena belum
adanya pengalaman maupun rencana-rencana yang dijadikan pandangan
karier dan telah tertanam dalam pikiran mereka bahwa segala sesuatu yang
ada sekarang harus dijalani dan ditekuni dengan sebaik mungkin, dan
percaya saja kepada Allah dan percaya pada setiap segala usaha pasti
besok mendapatkan balasan yang terbaik.
Page 114
96
Pandangan karier santri untuk memenuhi kebutuhan hidup dari
hasil penelitian yang peneliti lakukan, sebagian besar para santri pondok
pesantren Al-Iman dilihat dari segi gender untuk perempuan lebih berserah
diri kepada Allah karena berfikiran lebih baik mentaati peraturan agama
walaupun sebagian sudah ada yang memiliki rancangan kedepan tapi
mereka lebih memilih taat kepada syariat-syariat agama. Sedangkan, laki-
laki lebih realistis karena mungkin adanya naluri mempunyai rasa
tanggung jawab setelah menjadi kepala keluarga, karena lebih melihat ke
perspektif sosial yang ada di lingkungannya. Secara umum dalam ruang
lingkup yang luas para santri sebenarnya mereka mempunyai banyak
pandangan karena adanya dorongan keterampilan, pandangan mereka tidak
jauh dari keterampilan-keterampilan yang sudah didapatkan.
Dengan demikian, para santri mempunyai pandangan karier lebih
banyak karena memang sudah didukung dari dalam pondoknya dengan
adanya keterampilan-keterampilan yang menyebabkan keinginannya
banyak. Jadi santri masih bingung saat mereka belum lulus dari pondok
pesantren, dan mungkin dapat mereka simpulkan pada saat mereka sudah
lulus dari pondok. Mereka akan memilih salah satu dari pilihannya itu
karena di lingkungan tempat tinggalnya pasti ada salah satu yang
mendukung kariernya. Maka nanti suatu saat mereka akan mengetahui
orientasi karier yang sudah direncanakannya karena sudah mendapatkan
keterampilan dan hanya tinggal memilih dan mengembangkan
keterampilan dalam lingkungannya yang lebih mendukung.
Page 115
97
Jadi kesimpulan dari orientasi karier santri ada beberapa macam,
sebagagai berikut: 1) Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil; 2) berserah
diri; 3) ingin bekerja sampingan di pabrik 4) berwirausaha ; 5) mencari
pengalaman dibidang perkebunan; 6) mengikuti amanat suami; 7) belum
mempunyai orientasi karier.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan
Remaja
Hasil penelitian yang peneliti peroleh, bahwa santri yang hanya
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren pada usia 16-21 tahun yang
disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal
peneliti dapat menjabarkan seperti taraf intelegensi, keterampilan, bakat,
minat, motivasi dan pengetahuan, dll. Faktor eksternal seperti lingkungan
masyarakat dan pengaruh dari seluruh anggota keluarga inti maupun
keluarga besar.
Faktor eksternal yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan
santri terbagi dalam beberapa macam, sebagai berikut.
1) Faktor pendidik
Faktor keadaan juga mempengaruhi orientasi karier para santri di
pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok pesantren
dianjurkan untuk tidak mencari pekerjaan yang di luar aturan pondok,
karena sebagai alumni pondok pesantren harusnya mengamalkan yang
sudah didapat dari pesantren. Hal ini didukung hasil wawancara dengan
Page 116
98
santriwati LK pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul 13.48 WIB
di pondok pesantren, sebagai berikut:
“nggeh ngaji niku,njur nek misale mpun wangsul kan di kursuske
njur mbuka teng griyo ngoten lho. Dadi mboten keluar masuk
keluar masuk mboten kulo seng medal, neng wong-wong seng
mlebet ngoten”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati AM di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul
13.13 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut
“nggeh, saget ngabdi riyen, tapi nek boyong mboten angsal nek
kok kerjo nopo-nopo kudune mondok maleh nopo rabi niku hehe
(sembari malu-malu) , nek kerjo kan mangkeh kenal dunia luar
maleh mbak”.
Demikian juga berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara
dengan santriwati NL pada hari Kamis tanggal 23/08/2018 pukul 14.35 di
pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
“nggeh mpun bola-bali diomongi to nek misale bali mondok ki
rasah kerjo, nek arep kerjo yo paleng seng taseh iso jogo nek aku
ki cah pondok ngoten niku lo, nek misale mlebet pabrik kan tetep
kudu ngagem celana lanek mpun ngagem celana kan tetep mpun
bedo meneh. Nek kulo ki maksute seng maleh ngoten niku ke mpun
terpengaruh cuman kulo yakin to nek setiap orang tetep enten sisi
positif e kaleh negatif e nah mungkin neng jerone ke iseh ”aku ki
wes tau mondok dadi aku ki raoleh ngisen-ngisenke cuman kan
secara fisik ndeknen ki tetep pakaiane pakaian cah kerjo, tur
meneh keadaan keluargane seng memaksa njuk ndeknen ne ngoten
niku, maksute demi mak‟e pok pak‟ e aku tak kerjo ngoten niku.
Tapi mboten sepenuhnya ilang kan, aku wes tau mondok, mosok yo
aku arep ngene-ngene kulo percoyo tetepan nek rencang-rencang
niku ra klakon ngoten. Terpengaruhe nggeh mungkin niku kan nek
mpun teng ndalem tetep gocekane hp mungkin damel kerjo kan
enten sak niki kan online-online ngoten niku dadi yo enten benere
nggeh enten mbotene”.
2) Faktor masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal
Page 117
99
Faktor lingkungan mempengaruhi seseorang menjadi termotivasi
berminat ingin berkarier menjadi seperti yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya. Hal ini dikuatkan oleh hasil wawancara dengan CH sebagai
santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari kamis 09/08/2018 pukul
14.10 WIB di Aula pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“Kalau tempat tinggal saya rata-rata pekerjaannya sebagai
petani, orang tua dan kakak saya juga petani, sehingga orang tua
saya juga mempunyai toko jual pupuk dan benih seperti itu”.
Berikut ini adalah pemaparan hasil wawancara dengan MH,
sebagai santriwan di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal
23/08/2018 pukul 13.45 di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“biasanya kalau di daerah saya sih keluar jawa sih mbak, kan di
sana sudah ada kenalan orang jadi nanti dimasukkan ke PT sawit
atau pengepul karet kan bisa”.
3) Faktor dari seluruh anggota keluarga inti maupun keluarga besar
Faktor ini sangat mempengaruhi orientasi karier santri, karena
orientasi itu tumbuh dari lingkungan keluarga yang selalu mendidik dan
mengajarkan hal-hal yang dilakukan sehari-sehari, jadi pola pikir juga
mengikuti yang sedang terjadi di lingkungan. Hal ini dikuatkan oleh hasil
wawancara dengan santriwan CH, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018
pukul 14.10 di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”saya kan dilahirkan dari keluarga petani, mungkin saya lebih
memilih jalur yang sama dengan orang tua, ya meneruskan
pertanian saja. Tapi itu nanti taninya multi, jadi berdasarkan
sesuai perkembangan zaman. yang pertama mungkin saya bisa
praktekan ya pertanian karena di sini juga dipelajari, yang kedua
mungkin pertukangan bisa. Karena sekarang kan banyak yang
bangun kalau di desa itu mbak, karena jaman modern banyak yang
Page 118
100
rumahnya direnovasi nah mungkin nanti dari sini ikut latihan
pertukangan mungkin nanti dimasyarakat bisa diterapkan gitu.
petani yang mengandalkan multifungsi, seperti nanti sawah diberi
kandang bawahnya diberi kolam lele, nanti kan jadi bisa membuat
pupuk sendiri, lalu lelenya dapat hasil sendiri, lalu sapi perahnya
dapat dijadikan sampingan pekerjaan”.
Berikut ini adalah paparan dari hasil wawancara dengan NL,
sebagai santriwati di pondok pesantren Al-Iman pada hari Rabu tanggal
08/08/2018 pukul 13.30 WIB di Pasar desa Sumowono tempat NL
membantu berjualan, sebagai berikut:
“pandangane ke malah mboten pareng kerjo jane ki, dadi nek
misal e wangsul yo paleng ngko ewang-ewang neng omah opo yo,
tani opo nopo ngoten, nggeh ngewangi mak e nggeh saget njait
ngoten niku, mak e nggeh mpun jait dadi mboten terlalu mikir arep
kerjo seng nandi-nandi nek misale saget njait ditekuni niku mpun
enten mesinne ngoten, dadi turene mak e niku “wes rasah kerjo
sesok ajar njait wae neruske we‟e mak e ngoten”.
Hal ini juga serupa dengan paparan dari wawancara dengan MC,
sebagai santriwan di pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal
09/08/2018 pukul 11.55 WIB di ruang sekretariat pondok pesantren Al-
Iman, sebagai berikut:
“lingkungan sekitar saya kerjanya di pabrik dekat juga dengan
pekebunan , ada yang kerja serabutan, kalau bapak saya bekerja
serabutan apa yang bisa dilakuin ya ditekuni. Kalau ibu saya guru
tk di dekat rumah saya meskipun daerah saya itu sedikit pelosok ya
tetap dijalani saja kan kasihan kalau tidak ada yang mau mengajar
anak-anak kecil di daerah saya”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwan MC di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul
11.55 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
Page 119
101
“kalau aku pengen menjadi guru malah menjadi guru RA heheh..
terus kan orang tua tidak suka “guru agama atau apa gitu” nah
seperti itu”.
Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MN santriwan
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
”kalau saya mungkin nerusin perjuangan orang tua, penjual bakso
disambi di perkebunan kan bisa”.
Faktor internal yang menjadi pengaruh orientasi karier pada santri,
karena faktor ini tumbuh dari dalam diri seseorang itu sendiri. Faktor
internal yang mempengaruhi orientasi karier di kalangan santri pondok
pesantren Al-Iman terbagi dalam beberapa macam, sebagai berikut.
4) Faktor keterampilan yang dimiliki santri
Bekerja di bagian pertanian dan pertukangan merupakan salah satu
harapan santri dalam merencanakan orientasi karier, karena selama
menuntut ilmu di pesantren mereka diajarkan cara bertani dan bertukang,
maka dari itu orientasi karier setelah keluar dari pondok ingin mendalami
pertanian. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan SA santriwan
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 14.25 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“mungkin petani karena di rumah banyak yang petani, tapi di sini
kadang mbangun kadang ke sawah kalau mau.”.
Page 120
102
Berikut adalah hasil paparan wawancara yang sesuai, dengan NR
sebagai santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari kamis 09/08/2018
pukul 14.36 WIB di aula pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“ingin menjadi petani”.
Hal ini juga sesuai dengan paparan dari wawancara dengan, dengan
MH sebagai santriwan pondok pesantren Al-Iman, pada hari kamis
09/08/2018 pukul 10.30 WIB di aula pondok pesantren Al-Iman, sebagai
berikut:
“tani sama pertukangan juga bisa, kan rata-rata orang desa sih mbak.
kan di rumah bertani to mbak, jadi mungkin menjadi petani yang sukses
minimal bisa memakmurkan keluarga sendirilah”.
Bekerja di bagian pertukangan merupakan salah satu harapan santri
dalam merencanakan orientasi karier, karena selama menuntut ilmu di
pesantren mereka diajarkan cara bertani maka dari itu orientasi karier
setelah keluar dari pondok ingin mendalami pertukangan. Hal ini diperkuat
oleh hasil wawancara dengan MN santriwan pondok pesantren Al-Iman,
pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB di pondok pesantren Al-
Iman, sebagai berikut:
“bakate nggeh nukang niku, seng ajeng dikembangkan nggeh
nukang. Dadi tukang bangunan”.
5) Mengembangkan bakat
Hal berikut ini menurut bakat para santri pondok pesantren Al-
Iman, hal ini didukung hasil wawancara dengan MC, sebagai santriwan di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis tanggal 09/08/2018 pukul
Page 121
103
11.55 WIB di ruang sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai
berikut:
”yang pengen dikembangkan secara umum ya mbak, dari semua
yang sudah saya lakukan di sini itu sepertinya saya punya bakat
mengajar, seperti bakat penyampaian materi terutama kepada
anak-anak kecil kan lebih asik. Tapi setengah tidak didukung
walaupun pedidikan tapi tidak sepenuhnya di dukung”.
6) Faktor keyakinan
Para santri di pondok pesantren Al-Iman setelah lulus dari pondok
pesantren ingin mengamalkan nilai kehidupan seperti membagikan ilmu
yang telah didapatkan dari pondok pesantren. Hal ini didukung hasil
wawancara dengan santriwati NL pada hari Kamis tanggal 23/08/2018
pukul 14.35 di pasar desa Sumowono, sebagai berikut:
“kalau itu pengennya mempunyai usaha gitu mbak, Cuma kalau
anak lulusan pondok itu diambil manfaatnya,biasanya disuruh
ngajar tpa atau tpq. Pokoknya yang banyak manfaatnya”.
Berikut adalah paparan dari hasil wawancara dengan VK santriwati
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Rabu, 08/08/2018 Pukul 14.10
WIB di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“paleng nggeh teng griyo nganu mulang madrasah ngoten pengen
ngajar teng TPA. niku seng mpun dadi pandangane kulo, agar
dapat mengamalkan apa yang telah saya dapat di pondok”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan santriwati AM di
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Minggu tanggal 05/08/2018 pukul
13.13 WIB di sekretariat pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“nggeh guru TPQ”.
Page 122
104
Berikut ini juga adalah hasil wawancara dengan MN santriwan
pondok pesantren Al-Iman, pada hari Kamis 09/08/2018 Pukul 13.35 WIB
di pondok pesantren Al-Iman, sebagai berikut:
“ya mungkin mengembangkan ngaji dulu mbak kayaknya, kan di
rumah ada TPQ kan sudah ,mengajar anak-anak TPA, kan
sebenarnya sudah disuruh untuk ngajar, untuk membantu
mengajar, udah banyak, kan waktunya sekarang masih di pondok
nah sedangkan pulang pun jarang atau cuma sebentar”.
Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi karier santri-santri
di pondok pesantren Al-Iman terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor
eksternal dan faktor internal Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu:
Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu: (1) Faktor pendidik; (2)
Masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal; (3) Pengaruh dari
keluarga besar maupun inti. Sedangkan dari faktor internal terbagi
menjadi beberapa macam yaitu: (1) faktor keterampilan yang dimiliki
santri; (2) Mengembangkan bakat; (3) Faktor keyakinan.
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh penulis ketika
melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Iman melalui metode
wawancara, metode observasi di lapangan dan pada informasi yaitu santri,
dan pengasuh utama dan para tenaga pengajar maka penulis dapat
menganalisis hal-hal apa saja yang terkait dengan pola pikir santri terhadap
orientasi karier (studi kasus santri pondok pesantren Al-Iman Sumowono).
Kemudian setelah penulis melakukan wawancara langsung dengan
beberapa santri, pengasuh utama dan para tenaga pengajar di pondok
Page 123
105
pesantren Al-Iman Sumowono, maka penulis menemukan beberapa hal
sebagai berikut ini.
1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu di
Pondok Pesantren Al-Iman
Hasil penelitian yang dapat peneliti dapatkan bahwa pola pikir
yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier pada usia
16-21 tahun di pondok pesantren Al-Iman Sumowono rata-rata motivasi
santri yang menyebabkan memilih menuntut ilmu di pondok pesantren
adalah di sebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: (1) tidak dapat
meraih cita-cita; (2) faktor ekonomi; (3) tidak ingin merepotkan orang tua;
(4) dorongan dari orang tua; (5) faktor internal; (6) faktor lingkungan
masyarakat; (7) mengikuti teman sebaya; (8) pergaulan terjaga; (9) ingin
mendalami ilmu agama; (10) adanya pembekalan keterampilan.
1) Tidak dapat meraih cita-cita
Menurut Kurniawati (dalam Sidik, 2013: 24) pendidikan
merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa
setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk
selalu berkembang di dalamnya, pendidikan tidak akan ada habisnya.
Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.
Kita dididik menjadi orang yang berguna baik bagi negara, nusa dan
bangsa. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan
Page 124
106
keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal),
dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan Informal
adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari
dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati. Proses
pendidikan ini berlangsung seumur hidup. Sehingga peranan keluarga itu
sangat penting bagi anak terutama orang tua. Orang tua mendidik anaknya
dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang diberikan orang tua tidak
ada habisnya dan terhitung nilainya. Orang tua mengajarkan kepada kita
hal-hal yang baik misalnya, bagaimana kita bersikap sopan-santun
terhadap orang lain, menghormati sesama, dan berbagi dengan mereka
yang kekurangan.
Menurut Setyawan (dalam Sidik, 2013: 24) pada masa sekarang ini
pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, pendidikan memegang
peranan penting. Pada saat orang–orang berlomba untuk mengenyam
pendidikan setinggi mungkin, tetapi di sisi lain ada sebagian masyarakat
yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari tingkat
dasar maupun sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu ada juga
anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar
namun pada akhirnya putus sekolah juga.
Yang mempengaruhi pendidikan anak yang timbul dari faktor
eksternal menurut Setiani (dalam Sidik, 2013: 24) merupakan faktor paling
besar pengaruhnya adalah faktor ekonomi. Biaya pendidikan yang cukup
mahal dirasakan tidak mampu untuk mereka menyekolahkan anak-
Page 125
107
anaknya, berbagai bantuan beasiswa seperti BOS dan BSM pun belum
cukup membantu.
2) Faktor ekonomi
Status sosial-ekonomi keluarga yang tingkat pendidikan orang tua,
tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah dan ibu, daerah
tempat tinggal, dan suku bangsa. Anak-anak berpartisipasi dalam status
sosial-ekonomi keluarganya. Status ini ikut menentukan tingkat
pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci
bagi beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status
sosial tertentu (Rahma, 2010: 46). Teori tersebut mendukung hasil
wawancara dengan MC sebagai berikut:
“ya yang pertama karena masalah biaya. lalu yang kedua, orang
tua kepengennya tidak sesuai dengan minat saya”.
3) Tidak ingin merepotkan orang tua
Menurut Ali (2008: 118) cara orang tua mengasuh atau mendidik
anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, orang tua
yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat
mendorong kelancaran perkembangan anak. Namun orang tua yang sering
mengeluarkan kata-kata “jangan” tanpa disertai dengan penjelasan yang
rasional akan menghambat perkembangan anak.
Hal tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Hurlock
(1990: 203) orang tua memiliki nilai budaya yang terbaik dalam
memperlakukan anaknya yaitu dengan cara demokratis, karena pola ini
Page 126
108
orang tua memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap
aktifitas dan kebutuhan anak. Terutamayang berhubungan dengan studi
dan pergaulan, baik itu dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.
4) Dorongan dari orang tua
Sebagai pihak yang memiliki hubungan paling dekat dengan anak,
orang tua sepantasnya selalu mendampingi anak dalam belajar. Menurut
Revaldi (2010: 57) orang tua dituntut agar memperhatikan dan mengawasi
perkembangan belajar anak sehingga dapat mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang diperoleh anak. Agar anak selalu bersemangat dalam
belajar dan meraih prestasi, orang tua perlu memberi dorongan dan
motivasi kepada anak. orang tua dapat memotivasi anak dengan berbagai
cara agar mereka bergairah dalam belajar. Dorongan atau perhatian yang
diberikan orang tua kepada anak menjadi suatu penyemangat bagi anak
sehingga ia merasa bahwa kehidupannya sangat berharga. Oleh sebab itu,
anak akan berupaya untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam
belajar dan meraih prestasi sehingga membuat kedua orang tuanya senang
terhadap dirinya. Beberapa ahli pendidikan Islam menyebutkan bahwa
peran dan tanggung jawab orang tua tidak hanya sebatas mempersiapkan
pendidikan yang baik bagi anak. Akan tetapi orang tua bertanggung jawab
untuk menyiapkan masa depan yang baik bagi anak melalui proses
pemberian bimbingan dan pengajaran islami.
Teori tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh
Sudiyono (2009: 190) pendidikan terhadap anak meliputi berbagai segi
Page 127
109
kehidupan anak. Oleh sebab itu, sebagai orang tua yang baik dan sesuai
dengan tuntunan Islam, sudah sepantasnya orang tualah yang mendidik
dan mengawasi tumbuh kembang anak hingga mencapai masa dewasa.
5) Faktor internal
Faktor yang mendorong anak untuk lebih memilih melanjutkan
pendidikan di pondok pesantren dari segi faktor internal menurut Setiani
(dalam Sidik, 2013: 24) merupakan faktor yang datangnya berasal dari diri
anak itu sendiri, seperti anak yang malas berangkat sekolah karena tidak
memiliki minat dalam pendidikan.
Teori tersebut sesuai hasil wawancara dengan santriwati UM,
sebagai berikut:
“nggeh pengene ki melanjutkan maleh ngoten lo, tapi kulo ne
mboten purun”.
6) Faktor lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat terdapat beragam persepsi, yang sejalan
dengan pikiran maupun tidak. Beragamnya berbagai culture di masyarakat
juga mengakibatkan adanya motivasi agar bisa seperti yang ada di
masyarakat tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhib (2016: 25)
yang menjelaskan Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Hal ini didukung hasil
wawancara dengan santriwan CH sebagai berikut:
“Memang saya di rumah itu berada di lingkungan kalangan santri-
santri, jadinya ya mendukung-mendukung saja”.
Page 128
110
Hasil wawancara tersebut telah menjelaskan bahwa santriwan CH
telah mengikuti jejak yang ada di lingkungan sekitarnya.
7) Mengikuti teman sebaya
Menurut Hurlock (dalam Enung Fatimah, 2006: 145) kelompok
teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar
untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya.
Bersama kelompok teman sebaya remaja belajar untuk saling menghargai,
bertoleransi, dan bertanggung jawab. Dapat disimpulkan bahwa kelompok
sebaya merupakan lingkungan sosial tempat berinteraksi dimana
anggotanya memiliki kesamaan usia, selain itu anggotanya juga memiliki
persamaan sekolah, hobi, minat, status sosial, ekonomi, dan sebagainya.
Teori tersebut mendukung hasil wawancara yang dinyatakan oleh
santriwati VK, sebagai berikut:
”rencang SMP ne kulo nggeh mriki, njur pengen mriki ngoten”.
8) Pergaulan terjaga
Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan
yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia
yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sangat langka, jika ada
orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah
manusia.
Page 129
111
Seperti halnya diungkapkan dalam Q.S Al-Hujurat yaitu:
أكرمكم يا أيها انىاس إوا خهقىاكم مه ركر وأوثى وجعهىاكم شعىبا وقبائم نتعارفىا إن
عىذ أتقاكم إن للا ﴾٣١ ﴿ عهيم خبير للا
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
9) Mendalami ilmu agama
Santri yang ingin mendalami ilmu agama karena kemauan yang
timbul dari dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Muhib (2016:
25) yang menjabarkan motivasi ini terbagi menjadi jasmaniah dan
rohaniah. Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Hal ini
mendukung hasil wawancara dengan santriwati LK sebagai berikut:
”prinsipnya karena ingin fokus pada masalah agama saja,
memperbaiki diri sendiri dulu, karena sudah nggak betah sekolah
mbak, daripada diterus-terusin malah tambah bubrah ya mending
keluar sekalian saja”.
Hasil wawancara tersebut termasuk pada motivasi rohaniah yang
berdasar pada kemauan. Hal ini juga didukung oleh motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Page 130
112
10) Adanya pembekalan keterampilan
Pondok pesantren Al-Iman santri-santrinya telah dibekali dengan
keterampilan-keterampilan yang diupayakan dapat menjadi bekal ketika
mereka lulus dari pondok pesantren. Hal ini sejalan dengan penelitian
Muhib (2016: 25) yang menjabarkan teori motif-motif yang dipelajari,
maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Hal ini
didukung oleh wawancara dengan santreiwan MN sebagai berikut:
“kalo kerja kan nggak mesti harus lulus sekolah tinggi-tinggi kan
bisa, seperti jadi tani kan yang penting belajar terus. Di pondok
kan nggeh enten belajar tani, pertukangan kan nggeh enten, nekuni
niku. keterampilan saking pondok, nggeh teng masyarakat saget
digunakke”.
Hasil wawancara tersebut dapat menimbulkan motif yang dipelajari
pada santri karena di pondok pesantren Al-Iman sudah diberi bekal
keterampilan maka dapat dipelajari dan di jadikan motivasi.
2. Pola Pikir yang Terbentuk pada Santri dalam Menghadapi Orientasi
Karier
Hasil penelitian yang dapat peneliti dapatkan bahwa pola pikir
yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier pada usia
16-21 tahun di pondok pesantren Al-Iman Sumowono di sebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor pendidikan dan nilai-nilai yang dianut di
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yunus (2014: 38) bahwa
pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan nilai-nilai
yang dianut di lingkungannya, pengalaman. Meskipun demikian, setiap
Page 131
113
orang orang bebas memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang
akan dijadikan pegangan bagi dirinya.
Selain nilai-nilai yang dianut di lingkungan, terdapat pengaruh dari
pola pikir bersifat umum dan spesifik sesuai dengan tuntunan bidang
tertentu. Ungkapan pola pikir bersifat umum, misalnya jadilah kita sebagai
penyebab bukan nasib yang menentukan kita. Artinya setiap pikiran
menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat.
1) Keyakinan setiap usaha pasti ada hasil
Di dalam al-Qur‟an telah dijelaskan bahwa Allah akan membalas
perbuatan seseorang sekecil apapun itu, Allah ta‟ala berfirman:
ماواث أو في الرض ه خردل فتكه في صخرة أو في انس يا بىي إوها إن تك مثقال حبت م
نطيف خبير﴿٣١﴾ إن للا يأث بها للا
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman:
16).
Juga serupa dengan ayat,
ا يري ﴾٧﴿ ة خيرا يري فمه يعمم مثقال رر ة شر ﴾٨ ﴿ ومه يعمم مثقال رر
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya (7) Dan barangsiapa yang
Page 132
114
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula (8)”. (QS. Az Zalzalah: 7-8).
Ayat tersebut mendukung hasil temuan dari hasil wawancara
dengan ustadz Faqih sebagai berikut:
“Kalau di pesantren salaf itu yang ditekankan adalah selama ada
usaha maka kita yakin pasti ada jalan yang namanya rezeki itu
semua minta kepada yang maha kuasa. Santri salaf itu berpedoman
yang penting kita mau berusaha ada istilah yang merupakan sabda
Rasulullah “jadi kalau tangan kita mau bergerak maka Insyallah
Allah menurunkan rezeki dengan pergerakan itu. Cuman memang
tidak ada spesifikasi yang khusus untuk itu makanya membekali
santri kaitannya dengan teori. Santri yang ada yang sudah-sudah
itu mereka membekali diri dengan langsung praktek dari apa yang
sudah ada tinggal mengikuti”.
Hal ini sesuai paparan hasil wawancara dengan santriwati RN
sebagai berikut:
“Lillahi ta‟alla.. kan hidup sudah digariskan. heeh sih di dalam
hidup memang kita harus berusaha, cuma kan nek aku pribadi kan,
nek aku we rung arep omah dewe. Yo pokokmen sesok yo delok
sesok. Saiki yo saiki neng kene disek wae. Kan jare nek neng
pondok wes seng penting wes mantep ngaji terus nasibpe wes
mantep diserahke mbek seng kuoso jare sok mapan, yo mugo-mugo
wae”.
2) Berserah diri
Pola pikir bersifat umum dan spesifik sesuai dengan tuntunan
bidang tertentu. Ungkapan pola pikir bersifat umum, misalnya jadilah kita
sebagai penyebab bukan nasib yang menentukan kita. Artinya setiap
pikiran menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan
suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar kondisi yang
muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan (Yunus, 2014: 39). Teori ini
Page 133
115
mendukung hasil temuan dari hasil wawancara dengan ustadz Yasin
sebagai berikut:
“Kalau di pondok dengan sekolah umum itu berbeda sekali. karna
di sini sudah mendidik dari awal, ngaji dan sekolah jangan hanya
berniat mau menjadi apa. Itu yang sudah dididik sekarang ya
waktunya ngaji dan sekolah niatnya mencari ilmu masalah akan
menjadi apa besok yang menjadikan ya gusti Allah”.
Paparan tersebut menjelaskan bahwa setiap pikiran menjadi penyebab, dan
setiap kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat.
Menurut Yunus ( 2014: 38-43) sumber utama pola pikir seseorang
berawal dari orang tua yang mengasuh dan mendidik. Pola pikir yang
diturunkan dari orang tua berkembang karena pengaruh lingkungan sosial,
keluarga dekat, sekolah teman, bacaan dan media massa. Interaksi antara
potensi bawaan dan pengaruh lingkungan inilah yang membentuk pola
pikir dan karakter setiap orang, kemudian pola pikir inilah yang
menentukan perkembangan kesuksesan seseorang. Teori ini mendukung
hasil temuan dari hasil wawancara dengan santriwati NL sebagai berikut:
“Kan nek pas sekolah ke pikiranne pengen dadi kui, pengen dadi
kae ngoten lah begitu mlebet teng pesantren ki koyo nggeh saking
melu-melu maleh. Dadi sesok meh dadi opo yo pikerke sesok, saiki
teko lakoni ngoten niku saiki ke”.
Hasil wawancara dengann santriwati NL menjelaskan agar berserah
diri kepada Allah. Allah ta‟ala berfirman:
م ك ى ت و ي ذ ب اع ف ه ر ك م ل ع ا ج ر ي ي ن إ و ض ر ال اث و او م ب انس ي غ لل و
ىن ﴿ ٣ ٢١ ﴾ ه م ع ت ا م م ع اف غ ك ب ب ا ر م و ي ه ع
“Dan milik Allah lah seluruh rahasia langit dan bumi, dan kepada-
Nya segala urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan
Page 134
116
bertawakkallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa
yang kamu kerjakan”. (Q.S Hud: 123)
Melihat teori dan hasil lapangan maka hasil penelitian beberapa
temuan di atas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar santri memiliki
rasa berserah diri, sesuatu yang sedang dijalani sekarang harus ditekuni
sebaik mungkin masalah setelah lulus dapat bekarier itu biar Allah yang
menentukan, dan itu yang menyebabkan santri-santri tidak begitu ingin
merencanakan tentang karier. Dan asupan motivasi dari para pengajar
sangatlah berperan penting bagi santri agar lebih fokus menuntut ilmu
ketika berada di pondok pesantren.
3) Bekerja sampingan di pabrik
Faktor ini merujuk pada pengetahuan yang telah dikemukakan oleh
Rahma (2010: 44-46), pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki tentang
bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja
yang dimiliki oleh siswa. Teori tersebut mendukung hasil wawancara
dengan santriwan MH sebagai berikut:
“Ya bisa kerja di pabrik-pabrik wilayah bedono kan juga ada
pabrik-pabrik milik desa-desa kan seperti pabrik kuningan untuk
kaligrafi. Jadi masuk kerjanya kan nggak terus menerus seminggu
tiga kali empat kali kan bisa nah yang lain hari bisa nyambi ke
kebun”.
Hal ini disejalan dengan teori Kaswan (2014: 15) yang
mendefinisikan karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait
Page 135
117
dengan perannya sepanjang hidup. Karier menggambarkan bagaimana
seseorang mengalami serangkaian pekerjaan dan penugasan dalam sejarah
pekerjaannya.
4) Berwirausaha
Berwirausaha merujuk kepada teori keterampilan dan kecakapan
menurut Rahma (2010: 44-46), karena dalam menjalankan proses inilah
yang memperlukan keterampilan dan kecakapan. Untuk berhasil dalam
usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu meniru-meniru, karena hanya
melihat banyak orang yang berhasil dalam hidupnya diberbagai macam
bidang. Teori ini sejalan dengan Greenhaus (dalam Kaswan, 2014: 15-16)
yang menyatakan karier adalah pola pengalaman yang terkait dengan
pekerjaan, misalnya: posisi pekerjaan, kewajiban pekerjaan, keputusan dan
interprestasi subjektif mengenai peristiwa yang berkaitan dengan
pekerjaan dan aktivitas sepanjang rentang masa hidup seseorang.
Berwirausaha merupakan pola pengalaman yang dimiliki oleh
santri-santri karena di pondok pesantren telah diajarkan mengenai
keterampilan berdagang tersebut.
5) Mencari pengalaman di perkebunan
perkembangan karier Menurut teori Ginzberg (dalam Rahma,
2010: 37) berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang, dan
melalui fase-fase perkembangan tertentu mengikuti irama kronologis
manusia meliputi Fase tentatif mencakup usia lebih kurang 11 sampai 18
tahun, yang memiliki ciri bahwa pilihan karier orang mengalami
Page 136
118
perkembangan yaitu timbulnya minat terhadap apa yang disukai, mampu
secara aspiratif terhadap pekerjaan, nilai kehidupan yang dicita-citakan
dan perpaduan di antaranya sehingga tergambar profil kematangan diri.
Teori tersebut didukung oleh teori Kaswan (2014: 15) yang
mendefinisikan karier sebagai serangkaian pengalaman yang terkait
dengan perannya sepanjang hidup.
6) Mengikuti amanat suami
Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan
suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya
karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur
nikmat klik https://muslim.or.id/9109-taati-suamimu-surga-bagimu.html
di akses pada tanggal 10 September 2018. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang
lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada
suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para
suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata,
“hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani).
7) Belum mempunyai orientasi karier
Rata-rata santri meskipun telah lulus MTs maupun MA yang sudah
berusia 16 tahun keatas tapi belum memiliki orientasi karier, karena belum
adanya pengalaman maupun rencana-rencana yang dijadikan pandangan
karier dan telah tertanam dalam pikiran mereka bahwa segala sesuatu yang
Page 137
119
ada sekarang harus dijalani dan ditekuni dengan sebaik mungkin, dan
percaya saja kepada Allah dan percaya pada setiap segala usaha pasti
besok mendapatkan balasan yang terbaik. Secara umum dalam ruang
lingkup yang luas para santri sebenarnya mereka mempunyai banyak
pandangan karena adanya dorongan keterampilan, pandangan mereka
tidak jauh dari keterampilan-keterampilan yang sudah didapatkan.
Menurut Comenius (dalam Desmita, 2014: 23) fase perkembangan
berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia
dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah pada usia 18-24 tahun
adalah sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa
mengembangkan kemauannya memilih suatu lapangan hidup. Teori ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Super (dalam Winkel dan
Hastuti, 2006: 632) tahap perkembangan orientasi karier tidak dapat
dilepaskan dari proses perkembangan karier itu sendiri, pada Fase
Eksplorasi (Exploration) dari umur 15-24 tahun, orang muda memikirkan
berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang
mengikat. Teori ini mendukung hasil temuan dari hasil wawancara dengan
santriwan MY sebagai berikut:
“ya paling ya kalau di sini sedang ada pembangunan ya ditukang,
belum pernah kerja di luar jadi belum ada pengalaman mbak. Jadi
besok kalo di rumah ya belum ada pandangan”.
Dengan demikian, para santri mempunyai pandangan karier lebih
banyak karena memang sudah didukung dari dalam pondoknya dengan
adanya keterampilan-keterampilan yang menyebabkan keinginannya
Page 138
120
banyak. Jadi santri masih bingung saat mereka belum lulus dari pondok
pesantren, dan mungkin dapat mereka simpulkan pada saat mereka sudah
lulus dari pondok. Mereka akan memilih salah satu dari pilihannya itu
karena di lingkungan tempat tinggalnya pasti ada salah satu yang
mendukung kariernya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan
Remaja
Hasil penelitian yang dapat peneliti dapatkan bahwa pola pikir
yang terbentuk pada santri dalam menghadapi orientasi karier pada usia
16-21 tahun di pondok pesantren Al-Iman Sumowono disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
terbagi menjadi tiga yaitu: Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu: (1)
Faktor pendidik; (2) Masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal;
(3) Pengaruh dari keluarga besar maupun inti. Sedangkan dari faktor
internal terbagi menjadi beberapa macam yaitu: (1) faktor keterampilan
yang dimiliki santri; (2) Mengembangkan bakat; (3) Faktor keyakinan.
Sebelum mendapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
orientasi karier santri yang lebih rinci, peneliti perlu menggali orientasi
karier santri dengan adanya bimbingan karier agar mendapat jawaban dari
narasumber yang lebih rinci dan detail. Hal ini terbukti dengan temuan
banyaknya pernyataan yang menyebabkan adanya pilihan orientasi karier
menurut pandangan dalam diri mereka.
Page 139
121
Menurut Yusuf (2008: 11) bimbingan karier yaitu untuk
membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan
masalah-masalah karier seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-
tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi
lingkungan, perncanaan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karier yang dihadapi. Teori ini sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Super (dalam Sukardi, 1983: 30),
yang mengartikan vocational guidance (bimbingan karier) sebagai suatu
proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan
gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja.
Berikut ini pengertian faktor eksternal menurut Rahma (2010: 46)
Faktor eksternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada di luar diri
seseorang yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung dengan diri
seseorang. Dalam penelitian ini terdapat tiga faktor eksternal yaitu: Faktor
eksternal terbagi menjadi tiga yaitu. (1) Faktor pendidik. (2) Masyarakat
atau lingkungan sekitar tempat tinggal. (3) Pengaruh dari keluarga besar
maupun inti.
1) Faktor pendidik
Dasar hakiki diperlukannya pendidikan bagi peserta didik adalah
karena manusia adalah makhluk susila yang dapat dibina dan diarahkan
untuk mencapai derajat kesusilaan. Peserta didik menurut sifatnya dapat
dididik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang
Page 140
122
memungkinkan untuk diberikan pendidikan (Sayuti). Teori tersebut
didukung oleh teori Rahma (2010: 46) Pendidikan sekolah, yaitu
pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf
petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang
terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan-jabatan,
dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau anak perempuan .
2) Masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal
Faktor masyarakat sekitar tempat tinggal ikut berpengaruh pada
orientasi karier remaja dalam membentuk pola pikir. Faktor masyarakat
menurut Winkel dan Hastuti (2006: 653-655) Lingkungan sosial-budaya
dimana orang muda dibesarkan. Lingkungan ini luas sekali dan
berpengaruh terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh
oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkan pada anak-anak.
Teori ini juga mendukung teori yang menyatakan pergaulan dengan
teman-teman sebaya (Winkel dan Hastuti 2006: 653-655), yaitu beraneka
pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam
pergaulan sehari-hari.
3) Pengaruh dari keluarga besar maupun inti
Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti
menurut Winkel dan Hastuti (2006: 653-655) orang tua dan saudara
menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan
dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan. Teori tersebut
Page 141
123
mendukung hasil temuan yang telah didapatkan di lapangan, didukung
oleh hasil wawancara dengan santriwan CH sebagai berikut:
”saya kan dilahirkan dari keluarga petani, mungkin saya lebih
memilih jalur yang sama dengan orang tua, ya meneruskan
pertanian saja.
Lahir dari keluarga yang mempunyai latar belakang sebagai petani
maka orientasi karier pada santri CH dapat memilih sebagai petani.
4) Faktor keterampilan yang dimiliki santri
Faktor keterampilan tersebut merupakan penjabaran dari teori
minat terhadap suatu hal yang telah biasa di lakukan. Hal ini di dukung
oleh teori minat, yang telah di kemukakan oleh Rahma (2010: 44-46)
minat merupakan kecenderungan yang menetap pada diri seseorang untuk
merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam berbagai kegiatan dalam bidang tertentu.
Keterampilan dan kecakapan menurut Rahma (2010: 44-46), dalam
menjalankan proses inilah yang memperlukan keterampilan dan
kecakapan. Untuk berhasil dalam usaha, kerja, atau kehidupan, tidak perlu
meniru-meniru, karena hanya melihat banyak orang yang berhasil dalam
hidupnya diberbagai macam bidang.
5) Mengembangkan bakat
Menurut Rahma (2010: 44-46) Bakat khusus, merupakan
kemampuan yang menonjol yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang
Page 142
124
kognitif, bidang keterampilan, bidang kesenian. Teori ini mendukung hasil
wawancara dengan santriwan MC sebagai berikut:
”yang pengen dikembangkan secara umum ya mbak, dari semua
yang sudah saya lakukan di sini itu sepertinya saya punya bakat
mengajar, seperti bakat penyampaian materi terutama kepada
anak-anak kecil kan lebih asik. Tapi setengah tidak didukung
walaupun pedidikan tapi tidak sepenuhnya didukung”.
6) Faktor keyakinan
Menurut Rahma (2010: 44-46) Nilai-nilai kehidupan, merupakan
beberapa konsep ideal yang diterima seseorang dan dijadikan sebagai
pedoman atau pegangan hidup. Nilai-nilai sangat berpengaruh dan
membentuk gaya hidup seseorang. Hal ini didukung oleh hasil wawancara
dengan santriwati VK sebagai berikut:
“paleng nggeh teng griyo nganu mulang madrasah ngoten pengen
ngajar teng TPA. niku seng mpun dadi pandangane kulo, agar
dapat mengamalkan apa yang telah saya dapat di pondok”.
Nilai-nilai tentang kehidupan dan ilmu-ilmu yang telah mereka
terima ketika di pesantren dapat dibagikan dengan orang-orang di sekitar
mereka sebagai ladang sedekah untuk dirinya sendiri.
Page 143
125
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu pada
rumusan masalah yang telah ditetapkan serta berdasarkan analisis data
yang diuraikan secara deskriptif pada BAB IV, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Motivasi yang Membuat Santri Lebih Memilih Menuntut Ilmu Di
Pondok Pesantren Al-Iman
Dengan demikian, motivasi penyebab santri untuk tetap
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Al-Iman, di sebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut: (1) tidak dapat meraih cita-cita; (2) faktor
ekonomi; (3) tidak ingin merepotkan orang tua; (4) dorongan dari orang
tua; (5) faktor internal; (6) faktor lingkungan masyarakat; (7) mengikuti
teman sebaya; (8) pergaulan juga terjaga; (9) ingin lebih mendalami ilmu
agama; (10) adanya pembekalan keterampilan.
2. Pola Pikir Yang Terbentuk Pada Santri Dalam Menghadapi Orientasi
Karier
Pola pikir yang membentuk orientasi karier santri-santri di pondok
pesantren Al-Iman bermacam-macam pilihannya sebagai bentuk alternatif
pilihan karier, namun belum memiliki keputusan untuk menentukan karier.
Jadi, orientasi karier santri ada beberapa macam, sebagagai berikut: 1)
keyakinan setiap usaha pasti ada hasil; 2) berserah diri; 3) bekerja
Page 144
126
sampingan di pabrik; 4) berwirausaha; 5) mencari pengalaman di bidang
perkebunan; 6) mengikuti amanat suami; 7) belum ada orientasi karier.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karier di Kalangan
Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi karier santri-santri di
pondok pesantren Al-Iman terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu:
Faktor eksternal terbagi menjadi tiga yaitu: (1) faktor pendidik; (2)
masyarakat atau lingkungan sekitar tempat tinggal; (3) pengaruh dari
keluarga besar maupun inti. Sedangkan dari faktor internal terbagi
menjadi beberapa macam yaitu: (1) faktor keterampilan yang dimiliki
santri; (2) bakat; (3) faktor keyakinan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, maka dapat penulis
kemukakan saran kepada:
1. Santri di Pondok Pesantren Al-Iman
a. Lebih banyak memperdalam keterampilan, minat dan bakat agar
dapat berguna di masa depan terutama setelah lulus dari pondok
pesantren Al-Iman.
b. Lebih banyak mempelajari dan memahami hal-hal tentang cara
membentuk pandangan masa depan, seperti karier.
Page 145
127
2. Para Pengajar di Pondok Pesantren Al-Iman
a. Lebih realistis untuk menghadapi masa depan agar dapat membekali
para santri-santrinya dalam memberi pandangan untuk masa depan.
b. Mengadakan praktek keterampilan lebih terbuka, jadi para santri
dapat mengeksplorasi kegiatan di luar pondok, namun tetap bisa
menuntut ilmu di pondok agar para santri yang sudah berusia diatas
20 tahun dapat memiliki pengalaman.
Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya, terimakasih atas semua pihak yang
telah membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Page 146
DAFTAR PUSTAKA
Afifah. 2011. Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Orientasi Masa Depan
dalam Area Pekerjaan pada Remaja. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. ESQ: Emotional Spiritual Question berdasarkan 6
Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Widya Persada
Ahmadi, Abu., dan Sholeh Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Almasdi, dan Suit Yusuf. 2006. Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber
Daya Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Amirullah, Pajri., dan Hasbi Ali. 2016. Motivasi Santri Melanjutkan Pendidikan
ke Pesantren Darussalam Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh
Selatan. Jurnal. Aceh: Universitas Syiah Kuala Aceh.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2003. Tentang Pondok Pesantren dan
Madrasah Diniyah. Jakarta.
_________. 2007. Undang-Undang No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama Dan Pendidikan Keagamaan. Jakarta.
Desmita, 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Page 147
Dhofier, Zamakhsyari. 1983. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai.
Febriana, Dian. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Karir Para
Santri Remaja di Pondok Pesantren Ali Maksum Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Halim, A. dkk. 2005. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Hamzah. 2011.Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Humalik, Oemar. 1995.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara.
Kartono, Kartini. 1991. Menyiapkan dan Memandu Karir. Jakarta Utara: CV.
Rajawali.
Komariah, Aan., dan Satori, Djam‟an. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Marinhu, Muhammad Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir.
Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, J. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Monks, FJ. dkk. 1992. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mutohar, Ahmad. 2013. Modernisasi Pendidikan Islam & Pesantren. Jember:
Stain Jember Press.
Page 148
Nafi‟, M. Dian. dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: ITD.
Nasir, Ridlwan. 2005 Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Oepen, Manfred. dkk. 1987. Dinamika Pesantren Kumpulan Makalah Seminar
Internasional “The Role of Pesantren in Education an Community
Development in Indonesia”. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan
Pesantren dan Masyarakat (P3M).
“Orientasi”. 2018. Diakses dari https://id.wiktionary.org/wiki/orientasi. pada
tanggal 29 Agustus 2018 .
Prayitno., dan Amti Erman. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
Rahma, Ulifa. 2010. Bimbingan Karir Siswa. Malang: Uin-Maliki Press.
Revaldi, Aischa. 2010. Memilih Sekolah Untuk Anak. Jakarta: Inti Medina.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Schunk H. Dale, dkk. 2012. Motivasi dalam Pendidikan, Teori, Penelitian dan
Aplikasi. Cetakan ke-I. Jakarta Barat: PT Indeks.
Sidik, Sahabudin. dkk. 2013. Motivasi Menentukan Dan Meraih Cita-Cita Bagi
Remaja. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Volume 2 (No. 1): 24.
Sudiyono, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Page 149
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
________. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Cet. ke-20. Bandung: Alfabeta.
________. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
________. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Tea, Taufik. 2009. Inspiring Teaching, Mendidik Penuh Inspirasi. Jakarta: Gema
Insani.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan
Agama Dan Pendidikan Keagamaan.
Uno, Hamzah B, 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara).
Winkel, W.S dan Hastuti Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Yunus, M. S.B. 2014. Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa
Batas. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.
Page 150
Yusuf, Syamsu. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zurinal Z, Dr. Hj., Wahdi Sayuti, S.Ag. 2006. Ilmu Pendidikan Pengantar &
Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta : Lembaga Peneliti
Uin Jakarta Dan Uin Jakarta Press.
Page 151
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Page 152
CATATAN LAPANGAN
NO Tanggal Kegiatan
1 17 Juli 2018 Melakukan observasi pertama.
2 02 s.d 29 Agustus Menyerahkan surat ijin penelitian dari kampus
3 05 Agustus 2018 Mencari daftar santri yang dibutuhkan.
4 05 Agustus 2018
Pukul 13.13 s.d
15.35
Wawancara dengan santriwati AM, VK, LK,
RN. Wawancara dilakukan di pondok pesantren
Al-Iman dan melakukan observasi.
5 08 Agustus 2018
Pukul 13.03 s.d
14.30
Wawancara dengan santriwati UM, NL, LN, IN
dan warga tetangga pondok pesantren Al-Iman.
Wawancara dilakukan di pasar desa
Sumowono.
6 09 Agustus 2018
Pukul 10.30 s.d
15.50
Wawancara dengan santriwan MH, MC, MN,
MY, CH, FS, NR, pengasuh utama Bapak Kyai
Bachrodin dan tenaga pengajar Bapak Nur
Faqih. Wawancara dilakukan di pondok
pesantren Al-Iman.
7 23 Agustus 2018
Pukul 12.45 s.d
Wawancara dengan pengasuh utama Bapak
Kyai Bachrodin, tenaga pengajar Bapak Yasin,
Page 153
15.10 santriwan MH, MN, dan santriwati NL, VK,
LK. Wawancara dilakukan di pondok pesantren
Al-Iman dan di pasar desa Sumowono.
8 12 September 2018 Meminta surat bukti benar-benar telah melakukan
penelitian di pondok pesantren Al-Iman Desa
Sumowono Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang.
Page 154
PEDOMAN WAWANCARA
A. Daftar pertanyaan wawancara dengan santri
1. Motivasi apa yang membuat anda ingin belajar di pondok pesantren ?
apa karena disuruh orang tua atau karena keinginan sendiri ?
2. Apa yang menjadi prinsip hidup anda sehingga mau melanjutkan
pendidikan di pondok pesantren saja,dan tidak bersekolah di sekolah
formal ?
3. Apakah orang tua anda mendukung ketika anda hanya akan menempuh
pembelajaran di pesantren saja ?
4. Motivasi apa yang dapat anda ambil dari ustad dan ustdzah anda ketika
pembelajaran, sehingga anda yakin mencari ilmu di pesantren ?
5. Pengetahuan apa saja yang dapat diambil ketika belajar di pesantren ini
?
6. Apa yang anda cita-citakan sesungguhnya yang benar-benar ingin anda
capai ?
7. Kira-kira bakat atau kecenderungan apa yang anda miliki dan ingin
anda tekuni di dunia kerja ?
8. Bagaimana pandangan pekerjaan anda setelah mencari ilmu dari sini ?
9. Ingin menjadi apa setelah lulus dari pondok nanti ? jarak dekat ingin
menjadi apa ?
10. ingin memiliki penghasilan berapa ?
11. Dari mondok ini sudah mendapat bekal belum untuk bekerja ?
Page 155
12. Contoh apa yang ingin diterapkan ketika sudah lulus dari pondok
pesantren ?
13. Setelah lulus mau mengembangkan apa yang sudah di dapat dari sini
misalnya?
B. Daftar pertanyaan wawancara dengan pengurus pondok pesantren
Al-Iman
1. Untuk santri dan santriwati yang hanya mengenyam pendidikan pondok
setelah lulus dari MA atau MTS, apakah ada praktik-praktik atau teori
yang dapat membentuk karier untuk masa depannya ?
2. Pendidikan apa yang diterapkan dipondok ini agar para santri dan
santriwati disini usia sekolah yang hanya mondok dapat mengejar
karier yang dicita-citakannya ?
3. Jika hanya belajar kitab dan al-Quran saja, bagaimana orientasi masa
depan untuk dapat menghidupi dirinya, setelah lulus dari sini ?
4. Motivasi atau nasihat apa yang diberikan untuk santri yang dapat
membentuk pola pikir santri agar dapat membangun masa depan
mereka ketika sudah lulus dari pondok ?
5. Kira-kira usaha apa yang dapat membentuk karier santri dan santriwati
dimasa depan ketika sudah lulus dari pondok ?
6. apakah ada bidang untuk minat bakat siswa yang dapat menunjang
masa depannya ketika telah lulus dari pondok ? dalam arti kayak ada
ekstrakurikuler menjait walaupun dia juga bisa mengajar ngaji tapi dia
juga bisa bisnis menjait, apakah ada pelatihan-pelatihan untuk
mengembangkan bakat misalnya kayak tadi menjait, otomotif, tata boga
dll, jadi santri-santri tidak berpacu pada keagamaan saja tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari jadikan untuk aplikasi dimasyarakat juga
didapatkannya.
Page 156
7. Kreatifitas apa saja yang dapat membentuk karier santri ?
8. Bagaimana pengembangan karier santri untuk orientasi masa depan ?
9. Sudah berapa tahun pondok ini berdiri ?
10. Sudah berapa tahun meluluskan santri-santri pondok ?
11. Adakah alumni dari sini yang sudah sukses ?
12. Apakah masih ada hubungan dengan alumni-alumni pesantren atau
masih bersilaturahmi ?
13. Kemudian rata-rata alumni itu bekerja sebagai apa ? apakah ada yang
ikut mendirikan pondok juga ? atau menjadi pengajar ?
C. Daftar pertanyaan wawancara dengan tetangga sekitar pondok
1. Jika sedang ada acara rutinan misal yasinan RT, apakah dari santri
pondok ada yang mewakili untuk menghadiri acara tersebut ?
2. Kadang apakah meminta tolong santri pondok untuk membetulkan
rumah ?
3. Apakah anak sering srawung dengan masyarakat sekitar ?
Page 157
VERBATIM WAWANCARA
Informan : Bapak Kyai Bachrodin
Jabatan : Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-Iman
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Agustus 2018
Tempat : Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono
Pukul : 13.10
Informan : MB
Keterangan : 1. MB adalah Pengasuh Utama Pondok Pesantren Al-Iman
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Person Tanja Jawab Kode
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
mulai tahun berapa pondok pesantren ini didirikan
?
“berdirinya pondok Al-Iman tahun 70, dulu
namanya ”Bustanul Thalibin” tapi lalu di ganti
menjadi “Al-Iman”.
kenapa diganti menjadi Al-Iman ?
“ya biar tetap imannya, kalau Bustanul Thalibin
kan cuma kebonane nggolek ilmu. Diganti biar
santri-santri itu imannya tetap”.
Sejarah Pondok
Peneliti
Informan
disini kan banyak niku mbah santri yang hanya
menuntut ilmu di pondok saja, tidak di sambi
dengan sekolah umum apakah ada praktik yang
dapat membentuk karier untuk masa depan santri-
santri tersebut mbah ?
“iya to, seperti pertukangan ada, pertanian di
sawah ya ada, disini juga ada perdagangan di
pasar jadi perdagangan bisa jualan bisa mandiri
nantinya. Nah yang ingin nukang biar di
pertukangan. Ini to pondok membuat sendiri
keterampilan di
pondok pesantren
Page 158
dengan santri-santrinya lagi bongkar yang sebelah
sana (sambil nunjuk ke arah yang sedang di
renovasi) bongkarin sendiri, nukangin sendiri.
Sebenarnya, di pondok sudah ada koperasi tapi
juga mau mendirikan koperasi pondok di warung
pasar tapi dengan pak bupatinya belum dikasih
kan bisa jadi besar koperasinya begitu”.
Peneliti
Informan
pendidikan apa yang diterapkan agar santriwan
dan santriwati dapat mengejar karier yang dicita-
citakannya ?
“ya kalau di pondok itu adanya ngaji, ya ngaji al-
Qur‟an dan kitab-kitab. Disamping sekolahkan
nah santri mengaji, ngajinya dengan cara sorogan
dan ada sekolahan pondok tidak sekolah umum,
kita menganjurkan santri-santri agar bisa, jadi
dengan sekolah di pondok juga ada yang sekolah
umum di Mts, MA Candi dan SMK Bawen jadi
terserah mau sekolah dimana saja”.
pendidikan yang
diterapkan
Peneliti
Informan
Motivasi atau nasehat untuk santri, yang dapat
membentuk pola pikir santri agar santri dapat
membangun masa depannya masing-masing ?
“Pokoknya ya harus belajar yang sebetul-betulnya,
santri itu yang penting harus belajar disamping
belajar diadakan mujahadah setiap hari kamis. Jadi
disamping kita belajar dan nderes al-Qur‟an
maupun kitab-kitab yang harus dipelajari itu harus
ada mujahadahnya kalau tidak ada mujahadahnya
sama saja nol tidak ada apa-apanya kalau santri
memang harus seperti itu beda kalau dengan anak
sekolah. Kalau sekolah pondok juga bertaraf-taraf
ada Ibtida‟, ada wustho, dan aliyah pondok”.
Kewajiban
mujahadah
Peneliti
santri yang hanya menuntut ilmu di pondok diberi
masukan atau nasehat apa agar dapat
mengembangkan karier untuk orientasi masa
depan ?
Pembekalan
keterampilan
Page 159
Informan
“ya itu, di adakan keterampilan pertukangan,
pertanian, perdagangan untuk masa depannya.
Yang pulang belum tentu menjadi semua, kadang
ada juga orang tani pertanian, pertukangan
alhamdulillah bisa nukang, lalu di ajari
perdagangan penjual di pasar. Lalu tiap malam
jumat diadakan khitobah, pidato kali aja besok
menjadi pendakwah dapat menyampaikan dakwah
disamping dakwah agama bisa disampaikan
penjelasan untuk masa depan misalnya. kamu
jurusannya apa ?
Peneliti
Informan
PAI mbah
“Kamu juga harus bisa itu menyampaikan materi
(dakwah) jadi meskipin sudah kuliah nanti bisa
saja masa depannya berbeda dengan jurusannya,
jadi harus dipelajari semuanya tidak hanya itu,
apapun dipelajari entah nanti yang akan apa yang
di praktekkan, kadang yang di pelajari berbeda
dengan masa depannya makanya kalau bisa di
pelajari semua. Makanya kalau tarbiyah juga
harus bisa memberi penjelasan, harus bisa pidato,
namanya tarbiyah itu memberi penjelasan-
penjelasan. Memberi penjelasan tidak hanya satu
jadi semua di pelajari. Jadi disini juga tidak hanya
mengajarkan ngaji, tapi juga pertanian itu seperti
ini, pertanian dengan sosial, kesehatan, lalu ilmu
tata negara, harus dimengerti. Ilmu sosial, ilmu
politik dan ilmu perjuangan. Jadi nanti apa yang
ditekuni tapi untuk menerangkan harus bisa itu
jadi tidak hanya yang ditekuni apa, namun semua
ilmu harus bisa. Misalnya ngatur PKK harus bisa
itu, itu ilmu perjuangan, ilmu pertanian nanem
cabai di pot itu sudah termasuk pertanian. Lima
fungsi menurut pak dirman: nasionalis, perjuangan
agamis, kemasyarakatan, hidup harus
bermasyarakat dimanapun. Orang Indonesia
masyarakatnya bermacam-macam suku kadang
dimana-mana ada muhammadiyah, NU biarkan
saja tapi pokoknya pedomannya dalam
Motivasi
Page 160
kemasyarakatan harus rukun”.
Peneliti
Informan
motivasi yang ditekankan untuk santri ?
“harus ditekankan memang, yang pertama harus
nderes dengan belajar. Harus dipahami, jadi orang
ngaji itu setelahnya harus muni (berbicara).
sekolah kui kudu iso muni, nek wes iso muni lagi
dipahami, diyakini, dilakoni. Yakin atau belum
kalau sudah yakin baru dijalankan. Ngaji dengan
sekolah itu maknanya sama belajar hanya saja
kalau ngaji hanya khusus untuk agama kalau
sekolah itu umum begitu. Harus tekun juga, kuliah
kalau tidak tekun, tidak bakal sampai (tekan). Di
dasari dengan tekun mesti tekan, tapi kalau tidak
ditekuni ora tekan, memakai imdab imdab itu
teken, harus teken, tekun, tekan. Meskipun orang
itu buta tapi memakai teken (tongkat) mlaku bisa
sampai, nah kamu juga harus teken belajar itu
pakai kitabnya apa bukunya apa itu yang ditekuni.
Kalau tidak punya teken tidak bisa, tekenne
dicekeli seng tenanan di tekuni tenan Insyallah
bisa sampai. Tapi kalau tidak ada tekennya,
tekenne opo ? belajar bukunya kalau sekolah itu
tekennya buku, kalau ngaji tekennya apa ? kitab.
Angger teken, ditekuni, Insyallah tekan. Kamu
kalau ada teken tapi tidak di tekuni tidak di
pelajari ya sama saja tidak sampai. la iya itu,
Angger teken, ditekuni, Insyallah tekan cita-
citamu. Jadi harus punya cita-cita. Nah itu harus
ditekuni “cita-cita sehingga memelukan gunung”.
Pembekalan
motivasi
Peneliti
Informan
Apakah masih ada hubungan dengan alumni-
alumni pesantren atau masih bersilaturahmi ?
“Masih, karena diadakan pertemuan sebulan sekali
untuk alumni. Untuk rabu legi itu untuk alumni
putri. Lalu untuk alumni putra itu hari ahad
pahing”.
Silaturahmi
Page 161
Peneliti
Informan
Lalu bagaimana kondisi kehidupan para alumni
“Ya sederhana, yang penting cukup, rejekinya
yang penting cukup. Tidak masalah kaya, kalau
kaya belum pasti cukup, tapi kalau cukup
Insyallah sugeh. Kalau cukup itu semua bisa
meratani, seperti rukun tetangga, kemasyarakatan,
undangan itu namanya cukup. Tapi kalau kaya
hanya kaya saja terkadang tidak mengaji, yang
pokok itu cukup seperti ibadah bisa, rukun
tetangga bisa seperti itu namanya cukup.
Terkadang kaya tapi ya tidak bisa mengaji itu
namanya tidak cukup”.
Motiivasi agar
Qona‟ah
VERBATIM WAWANCARA
Page 162
Informan : Choeri (CH)
Jabatan : Santri, Lulusan SMK Muhammadiyah Sumowono
Hari/Tanggal : Kamis, 09/08/2018
Tempat : Aula Pondok Pesantren Al-Iman
Pukul : 14.10 WIB
Informan : CH
Keterangan : 1. CH adalah Santriwan, Lulusan MA Al-bidayah Candi
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Person Tanya Jawab Kode
Peneliti
Informan
Motivasi apa yang membuat sampeyan mondok
disini ?
Karena disini banyak pelajaran yang membahas
tentang ilmu fiqh dan ilmu alat yang meliputi
maksud, i‟rab, nahwu, dan dorongan dari diri
sendiri.
Motivasi
masuk pondok
pesantren
Peneliti
Informan
bagaimana tanggapan orang tua anda ketika anda
ingin masuk pondok, apakah mendukung ?
Alhamdulillah, mendukung. Memang saya
dirumah itu berada di lingkungan kalangan santri-
santri, jadinya ya mendukung-mendukung saja.
Dukungan
orang tua
Peneliti
lalu apa yang menjadi prinsip hidupnya sampeyan
sehingga mau nyambi menuntut ilmu di pondok
pertama, hidup kan tidak hanya sekali ya mbak,
Prinsip hidup
Page 163
Informan kan maksutnya ada kehidupan yang lebih kekal
besok, disaat mengerti seperti itu saya cukup
prihatin karena pergaulan terlalu bebas artinya
minum-minuman keras sudah marak di desa, jadi
dalam menghadapi era globalisasi itu harus di
dampingi dengan ilmu pengetahuan syariat Islam.
Peneliti
Informan
apakah orang tua mendukung ketika anda hanya
meneruskan di pondok saja, tidak melanjutkan di
pendidikan formal ?
awalnya tidak mendukung, sebab kakak saya
sudah di pondok lama juga. Ya rencananya kakak
saya biarkan mondok yang lama lalu nanti biar
adiknya sekolah yang tinggi sambil mondok, tapi
saya juga masih kasihan dengan orang tua jane
SMK ya tidak begitu niat, karena dari pergaulan
di smk tidak begitu baik.
Kendala di
pondok
Peneliti
Informan
kan sampeyan sudah berkali-kali mengikuti kelas
dalam pelajaran, nah apakah ada motivasi yang
dipetik dari ustad/ustadzah disini atau belum ?
Motivasi yang dapat saya ambil itu mengenai
kesopanan, dapat bersikap sopan kepada yang
lebih tua, lalu kalau ada pembahasan yang belum
paham tinggal tanya tidak usah malu-malu.
Faktor
pendidik
Peneliti
Informan
lalu pengetahuan apa saja yang telah anda ambil
saat mondok di pesantren ini ?
yang pertama ya ilmu fiqh mbak berdasarkan
ahlussunnah wal jama‟ah, ilmu alat seperti ilmu
Ilmu dari
Pondok
Page 164
nahwu, shorof, ilmu tassawuf, balaghoh.
Peneliti
Informan
terus misalnya disini ada kelas keterampilan
seperti komputer atau otomotif, untuk
mengembangkan minat dan bakat apakah
sampeyan setuju ?
ya setuju mbak, soalnya menghadapi jaman era
modernisasi tidak cukup hanya memakai ilmu
agama saja, jadi biar nanti imtab dan iptek agar
nanti menguasai standar, kan sekarang jaman
semakin modern jadi perlu penambahan seperti itu
jadi tidak hanya belajar masalah agama saja tapi
ya dunia bisa di pelajari seperti itu.
Kelas
keterampilan
Peneliti
Informan
apa cita-cita yang sebenarnya dalam diri
sampeyan, dan ingin anda capai ?
cita-cita saya nggak terlalu spesial sih mbak,
cuma menurut saya lebih menjadi orang yang
lebih bermanfaat di masyarakat dari pada
mengedepankan masalah profesi.
Cita-cita santri
Peneliti
lalu kira-kira bakat khusus apa yang sebenarnya
sampeyan miliki dan benar-benar ingin di
kembangkan ?
saya kan di lahirkan dari keluarga petani,
mungkin saya lebih memilih jalur yang sama
dengan orang tua, ya meneruskan pertanian saja.
Bakat
Page 165
Informan Tapi itu nanti taninya multi, jadi berdasarkan
sesuai perkembangan zaman.
Peneliti
Informan
bagaimana karier anda jika sudah menjadi kepala
keluarga kan biasanya menjadi tulang punggung,
lalu bagaimana karier anda ?
mencukupi keluarga dengan memanfaatkan hasil
bumi seperti pertanian itu, dari hasil petani sayur
maka nanti Insyallah bisa untuk mencukupi
kebutuhan keluarga.
Orientasi
Karier
Page 166
VERBATIM WAWANCARA
Informan : Miftah Choirul Anwar (MC)
Jabatan : Santri Senior/Tenaga Pengajar, lulus dari MA Al-bidayah Candi
Hari/Tanggal : Kamis, 09/08/2018
Tempat : Ruang Sekretariat pondok pesantren Al-Iman
Pukul : 11.55 WIB
Informan : MC
Keterangan : 1. MC adalah Santriwan, Lulusan MA Al-bidayah Candi
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Person Tanja Jawab Kode
Peneliti
Informan
motivasi apa yang membuat anda ingin belajar di pondok
pesantren ?
awal-awalnya pengen mondok itu gara-gara pas kecil
sering diajak orang tua untuk bertemu guru di pondoknya,
lalu pengen di panggil “kang” awalnya seperti anak-anak
pondok pada umumnya. Terus semakin lama-lama jiwa
nasionalisme-nya itu keluar nah kepengen mengeluarkan
nama pondok ini gitu. Semakin lama-lama juga ingin
memperlihatkan nama pondok ini karena biasanya alumni
pondok sini itu dikenal sebagai ringan tangan dalam segala
hal.
Motivasi
masuk pondok
Peneliti
Informan
apa yang menjadi prinsip hidup anda sehingga anda mau
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren ?
ya intinya gini mbak, kalau kita mengejar agama maka
dunianya akan mengikuti dengan sendirinya. Nah
prinsipnya seperti itu.
Motivasi
melanjutkan di
pondok
Page 167
Peneliti
Informan
lalu kenapa tidak meneruskan di sekolah umum ?
ya yang pertama karena masalah biaya. lalu yang kedua,
orang tua kepengennya tidak sesuai dengan minat saya.
Kendala faktor
ekonomi
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
sudah mendaftar di universitas ?
lalu orang tua bilang “kok jurusannya seperti itu, menjadi
guru saja”.
lalu dianjurkan untuk mondok saja seperti itu ?
tadinya kan di pondok sampai MA, pas sudah kuliah masih
mondok disini. 5 hari kuliah terus jum‟at, sabtu, ahad
disini. Lalu akhirnya orang tua menanyakan “jurusane kok
koyo ngono, mbok ganti seng guru”, kalau aku pengen
menjadi guru malah menjadi guru RA heheh.. terus kan
orang tua tidak suka “guru agama atau apa gitu” nah
seperti itu.
Faktor
keluarga
Peneliti
Informan
apakah orang tua mendukung jika hanya menuntut ilmu di
pondok pesantren ?
ya lebih mendukung daripada sekolah saja.
`dukungan
orang tua
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
tapi masih ingatkah mengenai motivasi yang diberikan dari
ustad atau ustadzah disini ?
masih sih mbak, banyak. Kadang-kadangkan kebanyakan
itu kesimpulannya positif thinking dan mengenai optimis.
tentang hal apa ?
kebanyakan ya tentang prinsip hidup, lalu masalah
keluarga, pokoknya untuk lebih berpikir mengenai positif
thinking dan mengenai optimis itu saja.
sehingga anda yakin mencari ilmu di pondok saja ?
iya.
Faktor
pendidik
Peneliti lalu kecenderungan apa yang dimiliki yang benar-benar Faktor
Page 168
Informan
ditekuni di dunia kerja ?
rata-rata santri sepertinya nggak ada pandangan seperti itu
sih mbak, maksutnya akan menjadi apa itu tidak ada
pandangan. Karena pas itu pernah mbah yai mengatakan
“rasah mikir sesok arep dadi opo” jadi sudah terngiang
seperti menjadi pedoman. Yang penting ada tapi besok
pendidik
Peneliti
Informan
lalu anda kan mesti nanti akan menjadi kepala keluarga
gitu, lalu jika tidak meneruskan pendidikan di sekolah
formal, bagaimana pandangan karier anda ?
pas awal-awal bingung sih mbak besok mau jadi apa ya,
lalu di motivasi oleh-oleh orang-orang rumah yang sudah
pada sukses “yang kuliah saja sulit mencari kerja apalagi
yang tidak kuliah” lalu saya kan punya semangat kuliah,
terus pada saat sudah putus kuliah bingung mau ngapain
ya, besok anak istri mau di kasih makan apa, kan setiap
ngaji dengan mbah yai dikasih motivasi “sudah tidak usah
bingung mikir” nah seperti itu to mbak jadi akhirnya tidak
punya pandangan kedepannya meskipun akan jadi kepala
keluarga besok pasti ada jalannya,rezeki pasti ada seperti
itu, positif thinking-nya.
Berserah diri
Peneliti
Informan
lalu disinikan memang pondok salaf yang belajar kitab
saja, apakah itu dapat membangun masa depan anda yang
tentag pekerjaan ?
santri kan tidak di ajari untuk kedepannya mau bagaimana
begitu,, tapi diajari untuk beradaptasi kan mbak, ya jadi
besok kedepannya gimana gitu jadinya begitu ya intinya
sudah ada jalannya. Kadang itu alumni-alumni balik ke
pondok untuk belajar dengan adek kelasnya. Contohnya
ada alumni membuka jasa pembuatan undangan, akhirnya
balik kepondok lagi tanya-tanya dengan yang lebih paham
lalu nanti balik lagi. Terkesan menjaga silaturahmi dengan
adek-adek kelasnya, jadi infonya balik ke pondok lagi.
Tidak ada rencana khusus untuk kedepannya mau menjadi
apa, sambil berjalan sambil tanya-tanya dengan adaptasi.
Faktor
pendidik
Page 169
VERBATIM WAWANCARA
Informan : Mashuri Suyanto (MH)
Jabatan : Santriwan, Lulus smp-sekolah putusan SMK
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Agustus 2018
Tempat : Ruang Sekretariat pondok pesantren Al-Iman
Pukul : 10.30 WIB
Informan : MH
Keterangan : 1. Santriwan, Lulus smp-sekolah putusan SMK
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Person Tanja Jawab Kode
Peneliti
Informan
motivasi apa yang membuat anda itu masuk pondok ?
apa ya mbak, nggak ada motivasi sih. Yang pertama itu
keinginan orang tua, disuruh orang tua itu lo mbak
Motivasi masuk
pondok
Peneliti
Informan
kan jane sekolah SMK bareng mondok, la kenapa kok
lebih memilih menuntut ilmu di pondok ?
yang ingin belajar agama aja to mbak, dari kecil nggak
ada yang ngajari pendidikan agama.
Mendalami ilmu
agam
Peneliti
Informan
apa yang menjadi prinsip atau pegangan anda sehingga
mau elanjutkan pendidikan di pondok pesantren saja ?
prinsipnya karena ingin fokus pada masalah agama saja,
memperbaiki diri sendiri dulu.
Ingin
mendalami
agama
Peneliti
Informan
Peneliti
la kalau alasannya berhenti sekolah itu apa mas ?
ya karena sudah nggak betah aja mbak, daripada diterus-
terusin malah tambah bubrah ya mending keluar sekalian
saja.
lalu apakah orang tua anda mendukung ketika sampeyan
Dukungan orang
tua
Page 170
Informan
niku hanya belajar di pondok, sedangkan sudah smk kelas
2, kan jane eman-eman ngoten ?
kalau sekolahnya tidak terlalu mendukung sih mbak,
malah di suruh melanjutkan lagi tapi melanjutkan di
pondok pesantren saja.
Peneliti
Informan
lalu pengetahuan apa saja yang telah ada ambil dari
pondok pesantren ? pengetahuan agama atau tentang
keterampilan ?
pengetahuan agama sih banyak ya mbak, kalau untuk
keterampilan tukang ada, listrik juga lumayan. Banyak
sih mbak kalau untuk keterampilan tapi untuk ilmu agama
ya sedikit-sedikit.
Pengetahuan
dari pondok
pesantren
Peneliti
Informan
terus kalau disini itu ada kelas keterampilan untuk
mengembangkan minat dan bakat contoh komputer atau
otomotif , apakah sampeyan niku setuju ?
setuju sih mbak, alasannya karena menambah
keterampilan.
Keterampilan
Peneliti
Informan
apa yang anda cita-citakan sesungguhnya yang benar-
benar ingin anda capai ?
sekarang cita-citanya jadi orang aja (sambil senyum-
senyum) ya jadi orang yang bener aja.
Belum ada
orientasi karir
Peneliti
Informan
la kalau untuk pengetahuan dari sini yang ingin
dikembangkan di rumah gitu, setelah lulus dari pondok ?
belum ada pandangan sih mbak,
Belum ada
orientasi karir
Peneliti
kecenderungan/keterampilan yang anda miliki dan ingin
anda kembangkan di dunia kerja ? yang benar-benar anda
Belum ada
orientasi karir
Page 171
Informan
miliki dan anda tekuni di dunia kerja ?
kalau pandangan kedepan belum ada sih mbak.
Peneliti
Informan
kira-kira keterampilan apa yang anda dapat praktekan di
rumah, yang akan dijadikan pekerjaan anda ?
tani sama pertukangan juga bisa, kan rata-rata orang desa
sih mbak.
Faktor
lingkungan
sekitar
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
ketika sudah lulus dari pondok ini anda ingin menjadi apa
?
kalau setelah lulus pondok ini mau mencari pengalaman
dulu diluar. Cari pengalaman-pengalaman kerja gitu.
dados nopo wae ngoten ?
biasanya kalau luar jawa kan sales, terus bekerja di
kebun. Yang ingin mencoba saja.
Ingin mencari
pengalam
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
bagaimana jika keinginan anda yang bekerja diluar jawa
itu tidak di dukung oleh orang tua ?
kalau tidak didukung oleh orang tua ya gagal to mbak
atau mungkin cari yang lain ?
ya mungkin mencari yang lain kan doa orang tua kan bisa
terkabul, harus nurut sama orang tua saja.
Faktor keluarga
Peneliti
Informan
ingin menjadi apa setelah lulus dari pondok nanti ? jarak
dekat ingin menjadi apa ? misal dalam jangka waktu 1
atau 2 tahun sampai 5 tahun ? kan disini sudah ada
keterampilan-keterampilan lalu ingin mengembangkan
yang apa ?
menekuni tani mbak, yang mesti tani niku. biasanya kalau
di daerah saya sih keluar jawa sih mbak, kan disana sudah
ada kenalan orang jadi nanti di masukkan ke PT sawit
Lingkungan
masyarakt
sekitar tempat
tinggal
Page 172
atau pengepul karet kan bisa. (lingkungan)
Peneliti
Informan
nanti setelah menikah pasti kan kebutuhannya tambah
banyak, untuk menghidupi istri dan anak. Lalu kira-kira
pandangan apa yang dapat dikerjakan ?
kalau saya di kebun sih mbak penghasilan bisa 1 bulan
sekali, penghasilannya sudah lumayan lah mbak. Kalau
punya saya Cengkeh dan kopi.
Orientasi
penghasilan
Peneliti
Informan
bisa menyambi pekerjaan seperti apa menurut anda ?
yang dari sini bisa dikembangkan ?
kalau nyambi sih tukang mbak, mungkin. Ya bisa kerja di
pabrik-pabrik wilayah bedono kan juga ada pabrik-pabrik
milik desa-desa kan seperti pabrik kuningan untuk
kaligrafi. Jadi masuk kerjanya kan nggak terus menerus
seminggu tiga kali empat kali kan bisa nah yang lain hari
bisa nyambi ke kebun.
Orientasi karir
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
lalu untuk kebutuhan seperti kendaraan apakah penting,
apakah ingin memiliki sendiri ?
kendaraan sangat penting mbak untuk sekarang ini,
setidaknya per orang kan memiliki motor sendiri. Kalau
keinginan ya pasti ingin memiliki sendiri. Kalau dari hasil
sendiri kan bisa lebih enak, dari pada di beliin oleh orang
tua.
lalu contoh awal dari usaha itu apa ?
kalau usaha awal ya nabung dulu sih mbak dari kerja
serabutan, nabung buat beli kendaraan kalau udah ya baru
nyari kerjaan yang netap.
Kebutuhan
Page 173
Peneliti
Informan
kalau untuk kebutuhan sehari-hari seperti jajan sendiri,
atau untuk keperluan mendadak, kalau misalnya sudah
lulus dari sini kan pasti nggak minta dari orang tua, lalu
bagaimana cara memenuhi kebutuhan itu ?
mungkin kalau ada acara mendadak, kalau sudah kerja ya
mungkin bisa ambil dari tabungan sendiri, kalau
perharinya kan bisa di atur sendiri pengeluarannya
berapa,
Kebutuhan
hidup
Peneliti
Informan
itu untuk jangka pendek satu tahun dua tahun
iya, kalau jangka panjangnya kan di rumah sudah ada
Orientasi karir
jangka panjang
Peneliti
Informan
brati setelah ini harus mempunyai pandangan harus
menjadi apa gitu, lalu contoh apa yang ingin diterapkan
ketika sudah lulus dari pondok pesantren, setelah dari sini
mau mengembangkan jadi apa yang sudah dapat dari
sini?
ya mungkin mengembangkan ngaji dulu mbak kayaknya,
kan dirumah ada TPQ kan sudah ,mengajar anak-anak
TPA, kan sebenarnya sudah di suruh untuk ngajar, untuk
membantu mengajar, udah banyak, kan waktunya
sekarang masih di pondok nah sedangkan pulang pun
jarang atau cuma sebentar. Kalau pulang sebulan sekali
toh itu kalau ada waktu sempet, kadang libur aja tidak
pulang. Disini juga sedang ada banyak kerjaan seperti
nukang dan membuat dekorasi itu untuk pengajian atau
yang lain-lain.
Faktor
keyakinan
Page 174
VERBATIM WAWANCARA
Informan : Nurul Anisa (NL)
Jabatan : Santriwati, lulus dari MA Al-bidayah Candi
Hari/Tanggal : Rabu, 8 Agustus 2018
Tempat : Pasar desa Sumowono
Pukul : 13.30 WIB
Informan : NL
Keterangan : 1. NL adalah Santriwati, Lulusan MA Al-bidayah Candi
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Person Tanja Jawab Kode
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
pertama-tama motivasi apa yang membuat sampeyan
ingin belajar di pondok ?
motivasine nopo yo mbak yo, nek maune ki ra karepku
dewe og. Mau ne ke dikon corone kan wong tuo ne mikir
mungkin “lho cah gede og raiso ngaji” lha njuk di
pondokke
berarti dikon pertamane ?
maune kan “setahun jajal nek ra krasan muliho, tapi
nek setahun wes krasan karepmu arep mondok neh opo
ora, terserah” njur bar setaun niku tawani “arep bali
pora, yowes ndue niat dewe” selot ngroso bodho ngono
lah njur purun ngaji tekan saiki.
Motivasi masuk
pondok
Peneliti
Informan
apa sih yang menjadi prinsip sampeyan dadine purun
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, tidak
bersekolah di sekolah umum ?
yo intine pengen dadi menungso seng apek neh, nek
Alasan
melanjutkan
pendidikan di
pondok pesantren
Page 175
misale arep ngoyak sekolah e terus kan ngko nek ngaji
ne malah raiso la ngoten niku lho kadang-kadang seng
marai mikire kepengen sekolah.
Peneliti
Informan
kok mboten di barengi kaleh sekolah umum ?
nek seng mboten pareng kui ki mergane adekku kan 3 to
mbak, lha ngko nek mbakyune kudu ngene ngko adine
yo kudu melu ngoten, dadi saiki lebih ke ngalah sek
wae. Dadi sesok nek enten seng arep neruske men adek-
adek e wae dadine mbakyune keri rapopo.
Alasan tidak
melanjutkan
sekolah formal
Peneliti
Informan
apakah orang tua anda mendukung jika sampeyan niku
hanya meneruskan mencari ilmu di pondok pesantren ?
mendukung sepenuhnya nek niku, tapi timbangane
sekolah ngono mending ngaji, daripada sekolah tapi rak
ngaji, mending ngaji wae rasah sekolah rapopo, seng
penting wes tau SMA. (sambil disambil melayani
pembeli)
Dukungan orang
tua
Peneliti
Informan
dalam artian nopo mawon ?
misal nek ajeng ngaos niku ke teko ya yo “yo kono teko
mangkat”. Neng mpun nate njaluk sekolah yo mboten
pareng. Neng saiki kan mpun gede dadi ne nek arep
njaluk, mungkin muni kan meh rampung la pengen
pindah nopo pripun ngono mpun mboten dituruti.
Contoh dukungan
orang tua
Peneliti
Informan
hla trus pripun ?
nggeh kon neng kene sak rampunge, nek meh wangsul
yo lek wangsul wae nek sakniki.
Contoh lain dari
dukungan orang
tua
Peneliti niki kan enten progam seng 7 tahun niku, lanjuk pean
kurang pirang tahun maleh ?
Orientasi setelah
lulus madrasah
Page 176
Informan
niki Insyallah nek ngaos e seng progam 7 tahun ki garek
iki, tinggal tahun ini. Dadi tahun ngenjeng nek mpun
rampung nggeh paleng mengabdi.
pondok
Peneliti
Informan
trus biasane nek teng kelas niku kan ustad ustadzah e
maringi motivasi ngoten, la biasane niku tentang nopo?
nek niku ki nganu kadang-kadang ki iso ngepas karo
opo seng dirasakke sehari-hari ngoten lho mbak, misal
e nek sesama santri kan kadang-kadang enten cekcok
ngoten niku lha paleng ngko dikei motivasi, neng ngko
iso pas misale “ojo dumeh” tapi kan ngko seng
nglakoni tetep kroso “oh iyo aku ngene”, la ngoten niku
lho maksute. Dadi ke motivasi ne mboten terlalu kathah
cuman langsung iso dirasakke. Misal ke “yo ngaji kudu
tekan mati, ngaji ke rano wisse ngene-ngene” pok pie
nah njur ngko dikei motivasi tenitang misal e “yo nek
wong nggolek ilmu ki ora bakal sesuk ki ora ndue rejeki
pok pie” lhah ngoten niku lho dadikan ngajine lueh
tenang nah ngoten niku lho. Dadi selain ngaji ndewe
opo yo ndue impian seng iso di nganu nek wes iso metu
seko pondok ngono lho.
Motivasi pendidik
Peneliti
Informan
iso dibayangke ngoten, dadine ndue pandangan ngoten.
Trus pengetahuan apa saja yang dapat diambil ketika
belajar di pondok ?
nek pengetahuan e yo otomatis tetep berkaitan dengan
keagamaan nggeh, kadang ilmu fiqh, njur mangkeh
tajiwd e nek pas moco qur‟an barang tetep bedo to nek
kaleh seng mboten ngaos. Njur selain ilmu agama
nggeh kadang-kadang enten ilmu pengetahuan liane to
nggeh kadang-kadang sejarah nggeh mlebet. Nek sak
Pengetahuan yang
telah di ambil di
pondok pesantren
Page 177
niki kan enten ustad-ustad e seng taseh nem dadine
kaleh brosing ngoten niku lho, dadine nek ngajar kaleh
di selingi nopo nek kaleh cah sekolah, nggeh mangkeh
kadang-kadang caran menyampaikan kaleh di campuri
tentang ipa opo ips di kaitkan kaleh pembelajarane.
Peneliti
Informan
apakah anda setuju, jika terdapat kelas keterampilan di
pondok untuk mengembangkan minat dan bakat ?
setuju banget, nek cah putra no duko. Nek cah putri ki
misal e njait po nopo ngoten, kan njur saget nambah
keterampilan ndamel syal pok nopo ngoten. Kan njur
disela-sela waktu kan njur enten waktu kosong e nah
dadi di waktu kosong ki njur enten kegiatan ngoten lo
mboten njur mung gogokan mung opo ngoten. Malah
stuju jane kulo.
Adanya kelas
keterampilan
Peneliti
Informan
nek mondok tok niki ndak saget damel pegangan masa
depan mu untuk mencari pekerjaan ngoten ?
nggeh nek mondok-mondok tok, nggeh yo Insyallah
saget lah kan nek mondok kan mboten njur ora ngaji tok
ngoten lho dadi kadang awak dewe iso ngambil
pelajaran di luar ngaji misale pas karo koncone
kumpul-kumpul, njuk ngko koncone ngene siji ngene siji
ngene. Sesok ngadepi wong seng kongono alah wes
biasa neng pondok ngono. Trus kados teng peken ngeten
niki kan njuk diwarai dodol njuk sesok kan neng omah
yo iso. Enten seng dijak i teng saben sesok isonan. Lah
ngoten niku dadi mondok ki mboten kok ngaji kitab tok
mbendino njur deres mbendino kan mboten ngoten,
nggeh enten kegiatan ngeten niki seng sesok saget gawe
pengalaman nek mpun teng ngomah ngoten.
Setelah lulus
pondok dapat di
gunakan untuk
mencari pekerjaan
Page 178
Peneliti
Informan
brati teng mriki niku mpun enten keterampilane nggeh,
trus apa yang sampeyan cita-citakan yang ingin benar-
benar di gapai ?
nek jane waune ke nganu mbak, pengen nek mboten
ngajar ki kaleh pengene dadi dokter riyen tapi, nek sak
niki mbuh sesok arep dadi opo yo sak kersane ngoten
pikirane njuran. Kan nek pas sekolah ke pikiranne
pengen dadi kui, pengen dadi kae ngoten lah begitu
mlebet teng pesantren ki koyo nggeh saking omongane-
omongane guru niku to, njuk dadi pola pikir e kulo ke
melu-melu maleh. Dadi sesok meh dadi opo yo pikerke
sesok, saiki teko lakoni ngoten niku saiki ke.
Berserah diri
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
dadi kados koyo qona‟ah ngoten. Lanek seng
kepinginane dados nopo ngoten, enten banget seng
ingin dicapai ?
mboten si nak sak niki mpunnan nek yo saiki ke pengene
seng tak olehke teng pondok saget tak manfaatke
ngenjeng teng omah ngoten niku tok.
saget diamalke ngoten ngoten nggeh.
nggeh, dadikan pie yo koyo dene nek kulo wes oleh kok
eman-eman men nek nganu kulo dewe seng iso
ngrasakke hasile, lha dadike nek iso yo kui mau sesok
nek iso yo mugo-mugo manfaat ngoten lah.
Cita-cita yang
ingin di capai
Peneliti
Informan
lalu kira-kira bakat atau kecenderungan apa yang anda
miliki ?
nek kulo ki opo yo, nek jare konco-konco ki nganu nek
teng seni niku mboten rodo ketok. Jane nek tak tekuni
mungkin tapi kan saiki njur wes males ketanggok
Page 179
werno-werno niku. Dadi nek pengen yo teko utek dewe
ngono tangane.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
kan turene pean wau pengen ngajar, kira-kira dapat
dijadikan untuk masa depan e sampeyan nopo mboten ?
pengen menjadi pengajar nopo mboten ?
nek saiki mboten lah, isen namatke rencang-rencang do
ngajar ngoten niku to. Wingi ki sempat enten tawaran
ken ngajar teng tk kaleh teng sd cuman wes isin ndisek
rasido, minder.
nganu yae kurang pelatihanne yae. Nek teng pondok
ngoten enten mimpin yasinan tapi dijadwal ngoten ?
nggeh enten.
nggeh niku damel latian to mbak jane.
hanggeh jane, tapi nek ngomong kaleh cah pondok njuk
kaleh rencang umum ke to mbak rasane bedo mbak, kan
riyen pas MA mpun pernah to di warai nek pas pramuka
nek ndukung koncone seng neng ngarep yo iso, tapi nek
kulo teng ngarep dereng iso malah wagu ngno kagok
arep ngomong opo
Kendala orientasi
karir
Peneliti
Informan
Peneliti
nggeh nek pertamane nggeh kados ngoten niku to, tapi
sui-sui nggeh mboten. Lalu selanjutnya mbak,
bagaimana pandangan pekerjaan anda setelah mencari
ilmu disini ?
nek pandangan pekerjaan e ke nek kulo yakin wae sesok
tetep angsal pekerjaan
bakale angsal pekerjaan seng penak
nggeh mugi-mugi seng penak (lalu melayani pembeli
Berserah diri
Page 180
Informan
lagi), pripun yo pandangane ke malah mboten pareng
kerjo jane ki, dadi nek misal e wangsul yo paleng ngko
ewang-ewang neng omah opo yo, tani opo nopo ngoten,
nggeh ngewangi mak e nggeh saget njait ngoten niku,
mak e nggeh mpun jait dadi mboten terlalu mikir arep
kerjo
seng nandi-nandi nek misale saget njait ditekuni niku
mpun enten mesinne ngoten, dadi turene mak e niku
“wes rasah kerjo sesok ajar njait wae neruske we‟e mak
e ngoten.
Peneliti
Informan
kan enten rencange njenengan seng misal kerja nopo
diluar ngoten mboten angsal to kaleh pondok e, gara-
garane ndak terpengaruh dunia luar, la niku sampean
mengambil hikmah dari kata-katane ustadte njenengan
tentang niku ?
nggeh mpun bola-bali di omongi to nek misale bali
mondok ki rasah kerjo, nek arep kerjo yo paleng seng
taseh iso jogo nek aku ki cah pondok ngoten niku lo, nek
misale mlebet pabrik kan tetep kudu ngagem celana
lanek mpun ngagem celana kan tetep mpun bedo meneh.
Nek kulo ki maksute seng maleh ngoten niku ke mpun
terpengaruh cuman kulo yakin to nek setiap orang tetep
enten sisi positif e kaleh negatif e nah mungkin neng
jerone ke iseh ”aku ki wes tau mondok dadi aku ki
raoleh ngisen-ngisenke cuman kan secara fisik ndeknen
ki tetep pakaiane pakaian cah kerjo, tur meneh keadaan
keluargane seng memaksa njuk ndeknen ne ngoten niku,
maksute demi mak‟e pok pak‟ e aku tak kerjo ngoten
niku. Tapi mboten sepenuhnya ilang kan, aku wes tau
Faktor pendidik
Page 181
mondok, mosok yo aku arep ngene-ngene kulo percoyo
tetepan nek rencang-rencang niku ra klakon ngoten.
Terpengaruhe nggeh mungkin niku kan nek mpun teng
ndalem tetep gocekane hp mungkin damel kerjo kan
enten sak niki kan online-online ngoten niku dadi yo
enten benere nggeh enten mbotene.
Peneliti
Informan
apa yang kamu harapkan dari mencari ilmu di pondok ?
ingin mendapatkan apa ?
biar bisa mendapat ilmu yang bermanfaat, lalu
kedepannya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari
yang kemaren-kemaren.
Peneliti
Informan
brati cita-citanya seperti itu, kalau untuk cita-cita jangka
panjang ?
kalau untuk saat ini mungkin belum ada, belum
kepikiran, ya mungkin besok kalau sudah di rumah
mungkin nurut. Kan katanya kalau istri harus nurut
dengan suaminya, nah kalau misal sekarang sudah
ngrancang ingin jadi ini itu nanti kalau sudah punya
suami suaminya tidak setuju atau ditentang kan sama
saja dosa, ya sudah tinggal nurut saja.
Ingin menurut
saja dengan suami
Peneliti
Informan
lalu ingin menjadi apa setelah lulus dari pondok untuk
jarak dekat ini.
wanita solehah, mendapat jodoh, sekarang pikirannya
sudah tidak akan kerja, sekolah,yang penting setelah
pulang dari mondok itu dapat suami katanya biar tidak
biying
lalu kalau langsung menikah kan juga pasti langsung
Ingin segera
mempunyai jodoh
Page 182
Peneliti
Informan
membutuhkan biaya, la dari mana mendapatkannya gitu
?
kalau sebelum menikahkan biaya di tanggung orang tua,
heheh setelah menikah ya mencari rezeki bersama,
membuka usaha bersama, entah ke sawah atau nanti
suami mempunyai usaha apa seperti itu, jadi seperti
merintis usaha bareng mulai dari awal
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
kan kalau sudah lulus kita kan sudah 20 tahun keatas,
lalu misalnya meminta saku orang tua terus kan nggak
enak istilahnya lalu bagaimana upaya anda untuk
memenuhi kebutuhan hidup sendiri, misal untuk jajan
sendiri, misal untuk make up atau perawatan seperti itu
maksutnya kalau sekarang gitu atau setelah keluar dari
pondok ?, yaitu kalau misalnya saking kepepet kok
misalnya setelah lulus pondok belum langsung
mendapat suami gitu ya maksimal ya kerja membantu
orang tua, lalu kok misalnya belum punya uang ya make
up nya tinggal dulu nggak usah make up an. iya harus
bisa memilih yang penting-penting dulu, yang primer,
tersier, sekunder.
lalu misalnya kalau ada dua hal yang harus berbarengan
dan kepepet dan tidak bisa ditinggalkan seperti itu
pas nggak punya uang seperti itu mbak, ya kepepetnya
minta orang tua, jadi orang tua itu nggak bakal pengen
melihat anaknya gimana-gimana seperti itu nggak tegel,
cuman yaitu yang nrima ya nggak enak orang sudah
besar kok masih minta.
Kebutuhan hidup
Page 183
Peneliti
Informan
lalu setelah ini kan ingin menikah, nah biaya menikah
perlu atau tidak, lalu bagaimana jika langsung
mempunyai anak bagaimana cara menghidupinya ?
kalau untuk menikah kan pasti tetap ada biayanya to,
nah kalau anak pondok biasanya punya tabungan seperti
itu, biasanya menyisihkan uang entah itu untuk apa tapi
memang suatu saat memang ada gunanya gitu to, lalu
kalau masalah biaya yang besar kan tetap sudah di
pikirkan oleh yang ada di rumah, jadi kalau misalnya
ada, ya ngundang-ngundang temannya, kalau tidak ya
yang peting secukupnya saja yang penting mengambil
baiknya saja. Tapi untuk anak kalau belum bisa mencari
penghasilan ya jangan sampe punya dulu. Minimal ya
persiapan dulu sebelumnya punya anak, kan kalau sudah
punya anak kan tetap langsung kebutuhannya banyak
jadinya ya ngumpul-ngumpulin dulu kalau belum
mempunyai uang yang agak cukup, tidak usah terburu-
buru.
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
lalu untuk penghasilan ingin memiliki penghasilan
berapa, misal untuk sebulan ?
kalau pengen ya jelas pengennya yang banyak, ya
pengennya cukup syukur-syukur sisa mbak
cukup itu untuk apa saja ?
gini ya cukup, misal untuk beli beras ya uangnya cukup,
mau beli bedak cukup, terus kalau misal sedang banyak
undangan itu ya cukup, ya seperti itu pengennya tidak
terlalu katah. Yang penting kalau pas butuh ya ada, jadi
tidak harus utang-utang uang.
Penghasilan
Page 184
Peneliti
Informan
lalu bagaimana keyakinan anda terhadap apa yang ingin
di capai ? yakin bagaimana untuk mendapatkannya ?
ya yakin, ya Insyallah ya yakin, masalahnya pikirannya
anak pondok dengan anak sekolah-sekolah umum itu
berbeda meskipun sedikit, kalau anak sekolah
pengennya ini itu. Tapi kalau anak pondok itu mikirnya
Allah yang maha Melihat yang lebih tau jadi kita mau
ngelakuin apa saja itu boleh dalam angan-angan cuman
tidak terlalu berharap atas apa yang kita inginkan, misal
nanti kecewanya ya mbak kadang-kadagng aku inginnya
seperti ini sudah dalam angan-angan dari kemarin-
kemarin ternyata hasilnya berbeda. Jadi semua ya nurut
maunya Allah seperti apa, jadi setiap pertanyaan kalau
sedang dirumah misalnya “mbak kamu ki kenapa to kok
mondok saja, mbok kerja kasihan itu orang tuanya
memberi uang terus” ya tidak apa-apa sekarang mondok
besok kalau memang di ijinkan ya pasti Allah memberi
jalan ada rezeki.
Faktor keyakinan
Peneliti
Informan
lalu berarti pandangannya anda ingin membuka usaha
membuat roti
ya kalau selain roti ya apa yang lain, bisa melanjutkan
menjaitnya ibuk saya.
Faktor
Lingkungan
keluarga
Peneliti
Informan
lalu tadi kan ingin memiliki hasil berapa kan yang
penting cukup lalu bagaimana cara meraihnya ?
yang penting itu harus banyak bersyukurnya kalau itu,
kalau mempunyai penghasilan yang cukup harus banyak
bersyukurnya. Kan pengalaman buruh dengan pegawai.
Buruh gajinya sedikit tapikan bisa bersyukur terus jadi
Banyak bersyukur
Page 185
bisa seneng terus bisa beli ya Alhamdulillah kalau tidak
bisa ya beli yang lain yang cukup uangnya, tapi kan
pegawai-pegawai yang gajinya besar kan biasanya
pengennya lebih besar maksutnya tidak seperti yang
gajinya kecil seperti itu, jadi gaji berapa pun kalau tidak
di syukuri ya tetap tidak cukup-cukup ya memang harus
banyak bersyukurnya saja.
Peneliti
Informan
jadi untuk kategori cukup itu bisa dilihat dari
pandangannya sendiri-sendiri gitu ya ?
iya, misal seperti yang gajinya besar pun kalau lihat
yang bawahnya tetap Alhamdulillah punya gaji segini
dari pada yang lain. Kalau yang kecil ya tidak mandang
yang lebih keatas, jadi bersyukurnya Alhamdulillah saya
mendapat pekerjaan terus bisa mendapat uang dari pada
yang nganggur tidak bisa mendapatkan uang harusnya
seperti itu.
Banyak bersyukur
Peneliti
Informan
iya, lalu dari mondok ini kalian sudah mendapatkan
bekal apa untuk bekerja ? kalau cowok kan sudah ada
seperti bertukang atau bertani lalu kalau cewek kan
berdagang kan misal hanya ini-ini saja mbak nisa mbak
luluk mbak ika mbak lutfi dan mbak ika yang di
koperasi.
sebetulnya sih sudah di modali banyak, kalau mau
punya laundryan sudah pada bisa nyuci sendiri-sendiri
setiap hari, bisa memasak, momong ya sudah pada bisa,
tapi yang penting sudah di bekali bisa ngomong dalam
artian bisa gampang berbaur dengan orang itukan
sebagai modal dasar kalau orang pendiem tetep susah
untuk mencari kerja jadi kalau berani bertanya ya kan
Bekal santri
Page 186
sama aja berani ngomongnya, tapi kalau diam saja di
rumah tetap ada yang ikut memperhatikan
Peneliti
Informan
lalu contoh apa yang dapat diterapkan ketika sudah lulus
dari pondok pesantren ?
yang ada di masyarakat itu yang ingin menerapkan cara
kekeluargaannya, kan kalau di pondok tetep jadi satu
maksutnya deket ya tinggal deket gitu. Tapi kalau di
masyarakat ya pengennya tinggal seperti itu di
selesaikan bersama-sama kalau misal ada masalah
secara musyawarah.
lalu yang lain, nilai-nilai yang dapat diterapkan atau
keterampilannya ?
paling pengennya mulai dari diri sendiri dulu, solat
jamaahnya bisa istiqomah, solat malamnya, ndarus al-
Qur‟an tidak ditinggalkan kan pasti kalau sudah di
rumah pasti sibuk sendiri, jadi ngurusin diri sendiri dulu
lalu nanti kalau sudah bisa ngajak dari sedikit-sedikit
dari satu-satu.
Penerapan
keterampilan
Page 187
VERBATIM WAWANCARA
Informan : Rosida Nur Atika (RN)
Jabatan : Santri, Lulusan MA Al-bidayah Candi
Hari/Tanggal : Minggu, 05/08/2018
Tempat : Pondok Pesantren Al-Iman
Pukul : 14.03 WIB
Informan : RN
Keterangan : 1. RN adalah Santriwan, Lulusan MA Al-bidayah Candi
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Person Tanja Jawab Kode
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
langsung pertanyaan mawon nggeh mbak, motivasi apa
yang membuat sampeyan ingin belajar disini ?
motivasi saya hanya satu, saya pengen membahagiakan
kedua orang tua saya.
teng mriki disuruh atau keinginan sendiri ?
dulu ki pernah dikon, mpun mangkat njuk mboten kraos,
trus seiring berjalannya waktu ki mikir dewe neng omah
ki yo podo wae arek ngopo, njur balek omah boyong,
terus nembe setaun langsung mbalek mondok mriki maleh,
njuk krasan. nek teng pesantren nggak ada kemauan kan
podo wae to mbak.
Motivasi masuk
pondok
Page 188
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
nggeh sih, apa manfaat mondok untuk sampean ?
pie yo, pokokmen ki wes ayem lah mbak nek mpun teng
pondok, nek aku pribadi.
ayem dalam hal nopo ngoten ?
mergane kan nek neng pondok kan wes dilatih yo ono
pidato yo wis dilatih dadine ngko nek neng omah ono
kegiatan koyok pengajian ngono kan kadang sok di
dadekke mc, po kon dadi panitia po kon qiro‟ ngono
mbarang kan iso. Mesti seng diandelke kan seko cah
pondok.
Manfaat di
pondok
Peneliti
Informan
nek menurute sampeyan mondok ki untuk siapa ? untuk
sampeyan, opo untuk orang tua ngoten, dadiki gen orang
tua ne seneng opo pie ?
oyo hoo, pertama untuk diri sendiri ndisek maksute kan
pengen memperbaiki diri ndisik to, pie yo, yo saya sendiri
ke merasa pokok e ke yo mahluk paleng hina lah trus
ingin memperbaiki diri. Penting kan nek awak e dewe wes
apek kan njur koyo orang tua katut dadi apek.
Kegunaan
mengenyam
pendidikan di
pondok
Peneliti
Informan
apa saja yang telah dipelajari dipondok ?
Fiqh, terus pasolatan, nahwu, shorof, i‟lal,faro‟it, banyak
sekali.
Pendidikan di
pondok
Peneliti
Informan
nek tentang keterampilane ngoten ? misal dagang nopo-
nopo ngoten ?
dagang kulo nggeh pernah njogo teng koperasi, pertanian
nggeh angger enten waktu selo ngoten niku cok ngewangi
abah teng saben, matun onclang.
Keterampilan di
pondok
Page 189
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
trus sampeyan kan hanya mondok teng mriki, nek misal
teng mriki enten kelas keterampilan ngoten sampeyan
setuju nopo mboten, damel mengembangkan minat dan
bakat, contohe seperti kelas komputer, menjait, otomotif.
setuju banget, malah pengen mbak ono ngono-ngono kui.
Kan podo wae nek mboten sekolah kan bisa dibilang
waktune lebih banyak untuk istirahat to. Aku ke nganu bar
lulus MA mak e akon kon kursus to mbak, ndelalah seng
arep dikursusi ki malah wonge kerjo.
teng sumowono mriki nggeh an ? kursus nopo mbak ?
nggeh, kursus bordir. Mak e ngekon ngen iso bordir
ngono.
Keterampilan
dengan
dukungan orang
tua
Peneliti
Informan
menurut sampeyan kegunaan belajar kitab niku untuk
nopo ?
untuk memahami, mempermudah ndewe... di al-Qur‟an ki
wes ono sandangane cuma ki men ngerti alesane nopo kok
diwoco ngono, yo men ngerti artine mbarang.
Manfaat belajar
kitab
Peneliti
Informan
la nopo motivasine sampeyan kok mboten neruske kuliah
nopo ?
pie yo mbak yo, pas mbien lulus e MA to kan di tawani
pak‟e “arep neruske sekolah opo arep neruske ngaji”.
Pernah terlintas arep neruske kuliah trus sambi ngaji kan
rencange kathah to seng kados ngoten tapi ke orang tua
kon mileh salah satu. Aku memberatkan ngaji, lakan aku
mikire sekolah gawe bekal teng dunyo yo mbak yo, podo
dene nggolek pekerjaan yo nggolek pengalaman juga sih.
Tapi kan nek ngaji kan, tur neh belum melihat sok ki neng
akhirat kepie dadine kan ngko mikire nek raiso opo-opo
Dukungan
orang tua
Page 190
urung ngrasani, nek neng dunyo kan paling yo ngene ngko
ngoleh kerjo ngko bar kerjo gajian. Tapi kan nek neng
akhirat kita belum tau, nek ngaji kan yo ra ketang setitik
pie yo, yo ngerti sitek-sitek lah.
Peneliti
Informan
trus kepentingan atau hikmah apa yang dapat diambil jika
hanya belajar dari kitab untuk cita-cita, dan masa depan
kariermu ?
banyak hikmah, terutama aku paleng suka nek ngaji
nganu mbak, ngaji hadist. Mergane ngko seng diceritakan
kan dari sejarah, truskan biasane kan menceritakan yo
perilakune kanjeng Rasul gek pas ada masalah karo Siti
Aisyah, gek pas Siti Aisyah entuk musibah kan di
ceritakan kan kita mesti iso mengambil hikmah seko
hadist, kan mesti diceritakan alesane. Trus enek dewi
sopo ngono kui ki di fitnah, la cara menghadapi fitnah e
kui ngene-ngene ngono lho mbak dadine ki iso gawe
contoh/patokan kan malah cerita seko Rasul-Rasul kui.
Hikmah belajar
kitab
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
bagaimana sampeyan niku mengolah masa depan mu,
coro dene di kembangkene ki pie ngono lho. Jika hanya
belajar dari kitab-kitab saja tidak diimbangi dengan
keterampilan ?
Lillahi ta‟alla.. kan hidup sudah digariskan.
iya sih, tapikan nek kita rak berusaha kan yo tetep ngono-
ngono wae kan ?
heeh sih di dalam hidup memang kita harus berusaha,
cuma kan nek aku pribadi kan, nek aku we rung arep
omah dewe. Yo pokokmen sesok yo delok sesok. Saiki yo
saiki neng kene disek wae. Kan jare nek neng pondok wes
Berserah diri
Page 191
seng penting wes mantep ngaji terus nasibpe wes mantep
diserahke mbek seng kuoso jare sok mapan, yo mugo-
mugo wae.
Peneliti
Informan
trus lanek prinsipe sampeyan, sehingga sampeyan ki ingin
melanjutkan pendidikan di pondok saja, mboten teng
sekolah umum ? disek ki pie arahane seko wong tuo kok
mung pengen mondok tok ora karo sekolah ngono?
pie yo, aku ki pernah menemukan sesuatu, ndelalah aku
kan gek noto lemari to mbak trus ki mamakku ki ndue
koyo buku pribadi ngono kuilo, lakan nek diary mesti
ditanggali to mbak yo aku rasopan sih lancang juga, yo
intine mak e curhat opo ki anak-anak e kon mondok
rasane ki wes abot pisah karo anak e cuma kan anak-anak
e pengen dadi wong seng apek. Njur ket kui kan aku mikir
yo jebulane rasane yo podolah anak e adoh koh makne we
wes pie ngono yo mbak, njuk bar kui ki pas kiriman ki
nganu, pas aku ijek MA ndelalah kan nek MA gek nakal-
nakal e to mbak la njur mak e ki ngirim tapi ki ra ketemu
aku, njuk ngekek‟i surat intine ki anak-anak e mak‟e seng
iso bahagiake mak e, nek anak-anak e mak e raiso ngaji ki
njuk se arep dadi cekelane mak e ki sopo ngono.
Ingin
membahagiakan
orang tua
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
apa yang sampeyan cita-citakan sesungguhnya yang
benar-benar ingin anda capai ?
cita-cita tentang opo ? karier ? asline ?
nggeh, pandangane saiki, pie sih nek sampean mung
mondok tok ora di barengi karo sekolah umum mau lo.
aku dulu pas ijek jaman-jamane sekolah mbak, aku
pengen banget dadi dokter. Trus pas aku wes gak sekolah
Kendala faktor
ekonomi
Page 192
kan wes gak enek harapan. Paleng sok nek mondok, dulu
kan aku ngremehke mondok mbak aku ki mikire ki la
mondok ki dadi opo, kan ndewe ra ndue kerjo, trus pokok
e aku pengen mengejar aku pengen dadi dokter nah
ndelalah biaya dadi dokter kan ora sitek. Njuk aku neng
kene ngaji enek kitab tibyan kan tentang dokter-dokter la
ndelalah teng perpustkaan pondok enten nganu ilmu
dokter ngunu tapi kan menurut Nabi riyen wes seneng
moco-moco kui njur yo mikir e enggak jadi dokter buat
umat ki bisa jadi dokter bagi keluarga sendiri lah.
Peneliti
Informan
la misal nek koyo saiki, mpun mboten sekolah ngeten trus
pandangane ke depan ingin dados nopo ?
aku ki yo kui pengen ngedekake yo mboh toko, yo mbuh
apa ngono. Pengen buka usaha dewe lah. Meskipun dadi
wong wedok tapi ki yo iso karo ngewangi bojone.
Ingin
berwirausaha
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
trus kira-kira bakat khusus apa yang ingin anda
kembangkan ?
aku malah kui pengen ngembangke bakat musik
nggeh rebana niku o, dados vokal
aku rebana i malah nyekel terbang, tapi nek pas cah putra
enek halangan ngono kae, ngko kan terbangan nggak ada
cah putra kadang aku kon nyekel bass bisa, tapi nek neng
omah aku kon ngevocal i kan neng larangan kan yo enek
rebananan to mbak mesti kon vokal.
Bakat
Page 193
DOKUMENTASI
Mencari data santriwan dan santriwati yang hanya lulus MTs dan MA
Jadwal Pelajaran Madrasah Pondok Pesantren Al-Iman Sumowono
Wawancara dengan santriwati VK dan AM
Page 194
Wawancara dengan santri wati LK dan RN
Wawancara dengan santriwati LN dan IN
Wawancara dengan Ustadz Faqih dan Bapak Kyai Bachrodin
Page 195
Wawancara dengan santriwan MH dan CH
Wawancara dengan Santriwan MC dan NC
Wawancara dengan Santriwan MN dengan MY
Page 196
Wawancara di toko milik pondok pesantren Al-Iman dan Bapak Kyai Bachrodin
sedang mengelola hasil pertanian dengan para santriwati
Page 206
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Aisha Mirani Wardani
2. NIM : 111-14-125
3. Tempat/ tanggal lahir : Kab. Semarang, 09 Juni 1996
4. Alamat : Ds. Nyampuran RT 03 RW 01
Kec. Sumowono Kab. Semarang
5. No WA : 085741414752
6. Alamat Email : [email protected]
7. Riwayat Pendidikan :
a. TK Pertiwi Lanjan Tahun 2000 – 2002
b. SDN 01 Sumowono Tahun 2002 – 2008
c. SMP Al-Irsyad Al-Islamiyyah Pekalongan Tahun 2008 – 2011
d. MAN Salatiga Tahun 2011 – 2014
e. IAIN Salatiga Tahun 2014 – 2018