1 POLA PENANAMAN AKHLAK KARIMAH PADA REMAJA KARANG TARUNA KATAR_S DI DUKUH SEPAT, DESA SURU, KECAMATAN SOOKO, KABUPATEN PONOROGO OLEH: AMINUDDIN MA’RUF NIM : 210312166 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
POLA PENANAMAN AKHLAK KARIMAH PADA REMAJA
KARANG TARUNA KATAR_S DI DUKUH SEPAT, DESA
SURU, KECAMATAN SOOKO, KABUPATEN PONOROGO
OLEH:
AMINUDDIN MA’RUF
NIM : 210312166
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2017
2
ABSTRAK
Ma’ruf, Aminuddin. 2017. Pola Penanaman Akhlak Karimah pada Remaja
Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan Sooko
Ponorogo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.
Pembimbing Umar Sidiq, M. Ag.
Kata Kunci: Pola Penanaman, Akhlak Karimah, Remaja Karang Taruna
Akhlak karimah merupakan pondasi penentu maju mundurnya peradaban
suatu bangsa sehingga menanamkan akhlaq karimah merupakan tonggak penting
dalam kehidupan. Sebuah kumpulan masyarakat Remaja di dukuh sepat desa Suru
kecamatan sooko ponorogo, memiliki pola penanaman akhlak yang sesuai dengan
kondisi masyarakat. Pola tersebut dapat diterima masyarakat dengan baik
sehingga tercipta kehidupan yang diharapkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pola yang dilakukan untuk
menanamkan akhlaq karimah pada perkumpulan remaja Karang Taruna Katar_S
di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan Sooko Ponorogo, faktor pendukung dan
penghambat untuk menciptakan akhlaq karimah pada kumpulan remaja Karang
Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan Sooko Ponorogo serta
hasil yang dicapai melalui pola penanaman akhlaq karimah pada perkumpulan
remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan Sooko
Ponorogo
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi.
Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan pengambilan
kesimpulan atau verifikasi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa a. Pola penanaman akhlaq
karimah pada perkumpulan remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa
Suru Kecamatan Sooko Ponorogo dilaksanakan melalui seperangkat peraturan
yang berisi Panca Darma, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Melalui
seperangkat peraturan tersebut ditanamkan akhlaq karimah dalam bentuk
pembinaan, pembiasaan dan sanksi terhadap pelanggaran yang diterapkan pada
kegiatan-kegiatan di dalam perkumpulan. b. Faktor yang mendukung
penanaman akhlaq karimah di dalam perkumpulan adalah lingkungan yang
memiliki anggota muslim secara keseluruhan, tradisional, adanya pedoman
perkumpulan. Factor yang menghambat penanaman akhlaq karimah yaitu: faktor
internal yaitu kendala dari dalam perkumpulan bahwa intensitas keajekan
pembinaan sering terganggu karena kesibukan pengurus sedang faktor
eksternalnya yaitu tantangan pergaulan dan tantangan kemajuan teknologi. (c)
Hasil yang dicapai dari pola penanaman akhlaq karimah adalah tertanam
kebiasaan keagamaan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan tertanam
kebiasaan etika dan sopan santun sebagai kepribadian dalam interaksi kehidupan
bermasyarakat
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang dialami oleh
manusia sekarang ini, selain memiliki dampak positif tidak sedikit pula
dampak negatif yang ditimbulkan terhadap sikap hidup dan perilaku. Baik
sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan
sosial. Dampak yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas
kemajuan tersebut, ditandai dengan adanya berbagai kecenderungan terhadap
nilai material.
Kecenderungan tersebut mengakibatkan manusia terlampau mengejar
materi, sehingga kurang menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya
berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlaq manusia. Timbullah
permasalahan utama yang selalu menjadi tantangan manusia dalam sepanjang
sejarahnya yaitu pembentukan akhlaq karimah (attitude), yang mana hal
tersebut sebagai jembatan pembangunan moral.
Menurut Suwito, sejarah bangsa-bangsa, baik yang diabadikan dalam
Al Qur‟an seperti kaum „Ad, Samud, Madyan, dan Saba maupun yang didapat
dalam buku-buku sejarah, menunjukkan bahwa suatu bangsa akan kokoh
apabila akhlaqnya kokoh dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh apabila
akhlaqnya rusak. Nabi Muhammad SAW. yang diyakini oleh umat Islam
sebagai pembawa risalah Tuhan yang terakhir, sudah sejak awal abad ke-7
4
Masehi secara tegas telah menyatakan bahwa tugas utamanya adalah sebagai
penyempurna akhlaq manusia. 1
Dalam Al-Qur‟an terdapat pula pernyataan bahwa, ia adalah seorang
yang berakhlaq agung (QS al-Qalam [68]:4).2
( ٤ ) ي ل لعلى
Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Karena itu ia patut dijadikan sebagai contoh (QS al-Ahzab [33]:21). 3
ر ا ر ل م لل ي رج ا لمن لل و ل ي ا ل
) ٢١ : أ ز ب ( لل
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sesuai catatan sejarah, umat Islam binaan Nabi Muhammad Saw.
pernah mengalami masa keemasan dan masa kemunduran. Menurut
pandangan Suwito, masa keemasan umat Islam terjadi antara tahun 650-1250
M. Oleh para ahli sejarah, masa ini disebut periode klasik dalam sejarah
perkembangan Islam. Umat Islam pada periode ini bisa disebut sebagai super
power yang berkuasa di sebagian besar negara-negara di tiga benua: Asia,
Afrika, dan Eropa. Pada periode ini menghasilkan pula para ahli di berbagai
bidang ilmu di antaranya Imam Malik, Syafi‟i, Ibn Hanbal, Al-Kindi, Ibn
Maskawaih, Ibn Sina dan lainnya. Selain kuat di bidang pemikiran (rasio),
1 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih (Yogyakarta:Belukar, 2004), 21.
2 Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya
Departemen Agama RI (Semarang: Karya Toha Putra, 1995), 960. 3 Ibid., 670.
5
tokoh-tokoh ini dikenal kuat di bidang rasa, sehingga tidak dapat diragukan
bahwa mereka juga tergolong orang yang memiliki ketinggian akhlak.
Akan tetapi, sesudah masa ini umat Islam dilanda perpecahan dan
kejumudan yang akhirnya membawa kemunduran. Selain daerah-daerah yang
tadinya berada di bawah kekuasaan umat Islam menjadi jajahan Barat, pada
masa ini tidak ditemukan lagi tokoh-tokoh ilmu pengetahuan seperti masa
sebelumnya. Walaupun pada awal abad XIX Masehi umat Islam mulai bangkit
kembali, tetapi sampai kini mereka masih banyak didominasi Barat. 4
Hingga kini nilai-nilai kebenaran sosial dalam masyarakat telah
bergeser. Berbagai budaya yang masuk khususnya ke Indonesia mencetak
pemikiran hedonis dan kapitalis yang berorientasi pada azas kebebasan
sebagai hak asasi yang dijunjung tinggi. Berbagai peristiwa amoral terjadi di
masyarakat tanpa memandang golongan masyarakat modern atau tradisional,
desa atau kota, tetapi yang dapat dipastikan semua masyarakat beragama dan
mayoritas muslim. Peristiwa tersebut telah menjadi berita yang tersiar setiap
saat di berbagai media masa. Hal ini sudah semestinya menjadi sorotan untuk
mendapat perhatian dan pemikiran sehingga terjadi pembenahan. Dengan
demikian, pola penanaman akhlaq karimah yang tepat terhadap masyarakat
Muslim merupakan alternatif yang dinilai penting dan mendesak.
Hal ini menjadi perhatian penulis untuk meneliti suatu remaja karang
taruna Katar_S di dukuh sepat desa Suru Kec. Sooko Ponorogo. Perkumpulan
tersebut memiliki keistimewaan tersendiri dalam menanamkan dan menjaga
4 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih (Yogyakarta:Belukar, 2004), 22.
6
akhlaq anggotanya sehingga tercipta kehidupan masyarakat Muslim yang
berakhlaq karimah. Keistimewaan yang dimiliki salah satunya yaitu adanya
seperangkat peraturan berupa Panca Darma dan AD/ART kumpulan, yang di
dalamnya terdapat pengarahan akhlaq karimah pada masyarakat Muslim.
Maka berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan tersebut dengan judul “Pola Penanaman Akhlaq Karimah pada
Remaja Karang Taruna di Desa Suru Setri Kecamatan Sooko Ponorogo.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pola penanaman akhlaq karimah yang
meneliti, kegiatan kemasyarakatan pada perkumpulan masyarakat dalam
penanaman akhlaq karimah pada Remaja Karang Taruna di Dukuh Sepat Desa
Suru Kecamatan Sooko Ponorogo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola penanaman akhlak karimah pada perkumpulan remaja
Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan Sooko
Ponorogo?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penanaman akhlak karimah
pada perkumpulan remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa
Suru Kecamatan Sooko Ponorogo?
7
3. Apa hasil yang dicapai melalui pola penanaman akhlak karimah pada
perkumpulan remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru
Kecamatan Sooko Ponorogo ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian diatas, maka
tujuan penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan pola penanaman akhlak karimah pada perkumpulan
remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan
Sooko Ponorogo.
2. Mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat terhadap pola
penanaman akhlak karimah pada perkumpulan remaja Karang Taruna
Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru Kecamatan Sooko Ponorogo.
3. Mendiskripsikan hasil yang dicapai dalam penanaman akhlak karimah
pada perkumpulan remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa
Suru Kecamatan Sooko Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bahwa kegiatan
kemasyarakatan Islami pada remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh
Sepat Desa Suru Kec. Sooko Ponorogo merupakan pola penanaman akhlaq
karimah yang dapat diterapkan pada masyarakat muslim tradisional di
tempat lain yang memiliki kemiripan dalam situasi sosialnya.
8
2. Praktis
a. Tokoh Agama; penelitian ini sebagai rujukan tambahan pertimbangan
tokoh agama dalam meningkatkan akhlak karimah dalam pergaulan
sosial masyarakat muslim di Dukuh Sepat desa Suru Kec. Sooko
Ponorogo melalui pola penanaman akhlaq tersebut.
b. Perkumpulan Remaja Karang Taruna: penelitian ini sebagai rujukan
pertimbangan tambahan dalam pengemasan penyelenggaraan kegiatan
kemasyarakatan bagi Perkumpulan Remaja Karang Taruna Katar_S di
Dukuh Sepat Desa Suru Kec. Sooko Ponorogo dalam penanaman
akhlak karimah pada masyarakat setempat.
c. Peneliti; penelitian ini sebagai pembelajaran dan penambahan
wawasan peneliti mengenai pola penanaman akhlak karimah pada
masyarakat .
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang
bersifat induktif. “Berangkat dari pengamatan yang mendetail konkrit
pada empirical social reality atau kejadian – kejadian yang konkrit.”5
Menurut K. Yin, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok
bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why,
bila penelitian hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bila mana fokus
5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta, 2012, 32.
9
penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam
konteks kehidupan nyata.6
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif selalu identik dengan peran serta dari peneliti
itu sendiri. Dengan peran serta peneliti tersebut, peneliti diharapkan dapat
mengetahui secara langsung aktifitas dan kegiatan yang sedang terjadi.
Pengamatan berperan serta pada dasarnya mengadakan
pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin pada hal yang sekecil-
kecilnya. Pengamatan berperan serta merupakan penelitian yang bercirikan
interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan
subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu, data dalam bentuk
catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa
gangguan.7
Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan
sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan atau pengamat penuh.8
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Dukuh Sepat desa Suru Kecamatan
Sooko Ponorogo pada perkumpulan Karang Taruna , hal ini didasarkan
pada beberapa pertimbangan :
6 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),1.
7Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakata: PT. Rineka Cipta,
2008), 106.
8Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: Jurusan Tarbiyah STAIN
Ponorogo, 2015), 43.
10
a. Karena di desa tersebut memiliki perkumpulan masyarakat yang
ternyata sudah berdiri sejak nenek moyang terdahulu di mana tidak
semua desa memiliki perkumpulam masyarakat yang serupa.
b. Desa Suru Kecamatan Sooko Ponorogo merupakan desa yang
mayoritas masyarakatnya Muslim.
c. Karena desa Suru Kecamatan Sooko Ponorogo. merupakan desa yang
memiliki pola hubungan sosial tradisional yang senantiasa bergotong
royong dalam segala hal.
4. Data dan Sumber Data
Menurut Sugiono dalam penelitian kualitatif ini, “yang menjadi
instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.” 9 Oleh karena itu
peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Menurut Sugiono, validasi terhadap peneliti sebagai instrument
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, analisis data, menfsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.10
9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Alfabeta, 2012, 305.
10
Ibid., 305.
11
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling dan snow ball. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang yang paling
tahu apa yang kita harapkan atau mungkin sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan menjelajahi situasi sosial yang diteliti.
Snow ball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal
ini dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu
memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain yang dapat
digunakan sebagai sumber data.11
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer (sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data), dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta
(participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan
dokumentasi. Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman, menyatakan
bahwa “ the fundamental methods relied on by qualitative researchers for
gathering information are, participation in the setting, direct observation,
in-depth interviewing, document review”.12 Teknik pengumpulan data
tersebut di atas, ialah:
11
Ibid., 300.
12
Ibid., 309.
12
1) Observasi (pengamatan)
Sanafiah Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi
“Observasi partisipasi (participant observation), observasi yang
secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert
observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation).”13 “Spradley, dalam Susan Stainback membagi
observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu passive participation,
moderate participation, active participation, dan complete
participation”.14
Dalam penelitian ini menggunakan observasi:
a. Observasi partisipasi jenis moderate participation: means that the
researcher maintains a balance between being insider and being
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti
menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam
pengumpulan data ikut observasi partisipasi dalam beberapa
kegiatan, tetapi tidak semuanya.
b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation dan covert observation) peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.
Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
13
Ibid., 310.
14
Ibid., 310.
13
tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c. Observasi yang tak berstruktur (unstructured observation) yaitu
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah
baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Data yang dapat dicari dalam metode observasi yaitu seperti:
1. Observasi awal yang bersifat alami, yaitu aktivitas pertama yang
dilakukan peneliti untuk terjun ke lokasi penelitian tanpa
membawa paradigma apa pun. Tujuan observasi awal adalah
memperoleh gambaran umum yang bersifat deskriptif. Oleh
karena itu, data yang ditemukan masih bersifat global, tidak
diinterpretasi, ditambah atau dikurangi oleh pemahaman peneliti.
2. Observasi yang terfokus. Setelah observasi awal dilakukan,
peneliti sudah memiliki modal pertama, yakni data awal yang
dapat diarahkan pada penentuan fokus penelitian. Peneliti telah
merumuskan permasalahan yang sistematis dan terfokus.
3. Observasi yang terpilih dan terpilah. Observasi terakhir yang lebih
terfokus. Dalam langkah ketiga ini, peneliti melakukan observasi
didasarkan pada pemilihan dan pemilahan data yang hendak
dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian.
14
2) Wawancara (interview)
Esterberg dalam karya Sugiono mendefinisikan interview
sebagai berikut: ”a meeting of two persons to exchange information
and idea through question and responses, resulting in communication
and joint construction of meaning about a particular topic”. 15
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian
ini menggunakan beberapa macam wawancara seperti yang
dikemukakan oleh Esterberg dalam karya Sugiono yaitu;
a. Wawancara terstruktur, dalam wawancara pengumpul data telah
menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternative jawabannyapun telah disiapkan
b. Wawancara semi terstruktur, dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, di mana fihak yang diajak wawancara
dimintai pendapat, dan ide-idenya.
c. Wawancara tak berstruktur, wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
15
Ibid., 317.
15
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Adapun informan pada wawancara ini terdiri dari:
1. Ketua Karang Taruna Katar_S, untuk mengetahui secara global
terkait pola penanaman akhlak karimah yang diterapkan di Remaja
Karang Taruna Katar_S ini.
2. Pengurus, untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pola
penanaman akhlak karimah yang diterapkan kepada para Remaja
Karang Taruna Katar_S. Pengurus sebagai pelaku utama dalam
menerapkan pola penanaman akhlak karimah kepada para Remaja
Karang Taruna Katar_S.
3. Anggota, untuk mengetahui bagaimana dampak dari penerapan
pola penanaman akhlak karimah.
Berangkat dari beberapa teknik wawancara di atas, maka
dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan wawancara
terbuka dengan menggunakan wawancara terstruktur dan tak
terstruktur.
3) Dokumentasi
Menurut pandangan Sugiono, “Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu.”16Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
16
Ibid., 329.
16
Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi
tertulis tentang gambaran umum kegiatan-kegiatan Karang Taruna
Katar_S terkait dengan akhlak karimah di Dukuh Sepat Desa Suru
Kecamatan Sooko Ponorogo
4) Triangulasi
Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak.17
6. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiono, analisis data adalah suatu proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting mana yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.18
Menurut Sugiono, analisis data kualitatif adalah bersifat induktif
yaitu “Suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.” 19
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,
17
Ibid., 330. 18
Ibid., 330. 19
Ibid., 335.
17
selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya
dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak
berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata
hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
Analisis data dalam penelian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data.
a. Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum
peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil
studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk
menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini
masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk
dan selama di lapangan.
b. Analisis selama di lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Dalam karya Sugiono, Miles dan Huberman,
mengemukakan bahwa”Aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
18
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.”20 Aktifitas dalam
analisis data yaitu :
1) Data reduction (reduksi data), yaitu peoses berfikir sensitif yang
memerluan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan
yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2) Data display (penyajian data), bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flouchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984), menyatakan “The most
frequent form of display data for qualitative research data in the
past has been narrative tex”.21 Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Dalam melakukan display data, selain
dengan teks yang naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network
(jejaring kerja) dan chart.
3) Conclusion drawing/verification, langkah ketiga dalam analisis
data penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
20
Ibid., 337. 21
Ibid., 341
19
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal
(berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang
dicapai) dan validitas eksternal (berkenaan dengan akurasi apakah hasil
penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana
sampel tersebut diambil). Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data
dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan
peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal,
tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi
fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil
proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Menurut
penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda,
dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang
seperti semula. Jadi uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi:
a. Uji kredibilitas; uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data
hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi
20
(pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu), diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negative, dan member check.
b. Pengujian transferability; nilai transfer ini berkenaan dengan
pertanyaan, sehingga hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan
dalam situasi lain. Menurut Sanafiah Faisal, “Bila pembaca laporan
penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya,
“semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan
(transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar
transferabilitas”22
c. Pengujian dependability; dalam penelitian kuantitatif, dependability
disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang
lain dapat mengulangi/mereplikasi penelitian tersebut. Uji
dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang
independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian.
d. Pengujian konfirmability; menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability.
22
Ibid., 376.
21
8. Tahapan-tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan
ditambah dengan tahap terakhir yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Tahap pralapangan
Ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
tahapan ini, yang meliputi: Menyusun rancangan penelitian, memilih
lokasi penelitian, mengurus perizinan penelitian, menjajaki dan menilai
lokasi penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan
perlengkapan penelitian.23
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian,
yaitu (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri (2) memasuki
lapangan dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data.
c. Tahap Analisis Data
Meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data
d. Tahap Penulisan Hasil Laporan Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
Di dalam penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas,
yang terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan,
halaman pengesahan, halaman pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, daftar lampiran, arti lambing dan singkatan, abstrak.
23
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008), 84-87
22
Dalam pembahasan skripsi penulis membagi dalam bagian-bagian, tiap
bagian terdiri bab-bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang saling
berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan sistematis.
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II merupakan kajian teori. Bab ini sebagai landasan teoritis yang
menjelaskan tentang pola penanaman akhlak karimah, pengertian
pola, pengertian penanaman, pengertian akhlak, beberapa hal yang
berkaitan dengan akhlaq, prinsip-prinsip akhlaq, ruang lingkup
akhlaq, penggolongan akhlaq, manfaat akhlaq yang mulia/akhlaq
karimah, pengertian karimah.
Bab III Membahas tentang temuan penelitian yang meliputi paparan data
umum dan paparan data khusus .
Bab IV Analisis hasil penelitian, bab ini menganalisis tentang pola yang
dilakukan untuk menanamkan akhlaq karimah pada perkumpulan
remaja Karang Taruna Katar_S di Dukuh Sepat Desa Suru
Kecamatan Sooko Ponorogo, serta analisa tentang faktor pendukung
dan penghambat .
Bab V Penutup, bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran. Setelah
lima bab ini, kemudian diikuti dengan daftar pustaka, lampiran-
lampiran, daftar riwayat hidup.
23
BAB II
KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL
PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori
1. Pola Penanaman
a. Pola
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “Pola adalah bentuk
atau model (atau, lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai
untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari
sesuatu.”24
Jadi pola merupakan suatu model atau bentuk peraturan, yang
bisa dipakai untuk menghasilkan sesuatu. Bila ditilik dari kata pola
penanaman, maka dapat disimpulkan bahwa pola merupakan suatu
bentuk peraturan yang bisa dipakai untuk melaksanakan suatu kegiatan
menanam.
b. Penanaman
Kata penanaman menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah
proses, cara, perbuatan menanam, menanamkan. Pola tanam yaitu cara,
usaha, sistem menanam.25
Jadi dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pola penanaman akhlaq adalah suatu model atau
bentuk peraturan yang bisa dipakai dalam proses menanamkan akhlaq.
24
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Methode Akhlak Edisi Ke Tiga (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), 884. 25
Ibid., 1134. 21
24
2. Akhlak Karimah
a. Pengertian Akhlak
Menurut Zahrudin dan Sinaga, secara etimologis kata akhlak
berasal dari bahasa Arab jamak dari bentuk mufradnya khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.26
Menurut
pandangan Ilyas berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.
Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan
khalq (penciptaan).27
Secara terminologis (ishthilah) menurut Imam al-Ghazali
dalam karya Ilyas, “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”28
Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk
atau mulia dan tercela.“Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber
akhlaq adalah al-Qur‟an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau
pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.”29
Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan
yang istimewa dan sangat penting. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan
Rasulullah Saw. yang menempatkan penyempurnaan akhlak yang
26
Zahrudin Hasanudin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Raja Grafindo Persada,