POLA KOMUNIKASI RELAWAN DENGAN ANAK PEMULUNG DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA KOMUNITAS SEKOLAH BERSAMA LAPAK PEMULUNG PEJATEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh : AHMAD ZULFIKAR NIM 1111051000070 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M
126
Embed
POLA KOMUNIKASI RELAWAN DENGAN ANAK PEMULUNG DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35328/1/AHMAD... · Sedangkan pola komunikasi yang diterapkan dalam ... Al-Ghina
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POLA KOMUNIKASI RELAWAN DENGAN ANAK PEMULUNG
DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN PADA KOMUNITAS
SEKOLAH BERSAMA LAPAK PEMULUNG PEJATEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
AHMAD ZULFIKAR
NIM 1111051000070
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Ahmad Zulfikar
“Pola Komunikasi Relawan dan Anak Pemulung dalam Pembinaan
Keagamaan Pada Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung Pejaten”.
Komunitas Sekolah Bersama adalah ruang belajar gratis di kawasan
pemulung yang memberikan pembinaan keagamaan kepada anak-anak pemulung.
Dalam pembinaan keagamaan tersebut terjadi proses komunikasi yang diharapkan
bisa merubah sikap dan perilaku mereka. Diperlukan pola dan metode dalam
penyampaian komunikasi yang tepat bagi relawan dalam membina anak
pemulung. Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan relawan terhadap anak-
anak pemulung ini menarik untuk dikaji.
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian adalah
Bagaimana proses pembinaan keagamaan anak pemulung di Komunitas Sekolah
Bersama Pejaten? dan Bagaimana pola komunikasi yang diterapkan para relawan
terhadap anak-anak pemulung dalam pembinaan keagamaan di Komunitas
Sekolah Bersama Pejaten?
Agar penelitian ini dapat terarah dan reliable maka teori yang menjadi
acuan peneliti ialah teori pola komunikasi yang digagas oleh Onong Uchjana
Efendi yang menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis pola komunikasi yakni pola
komunikasi pribadi terdiri dari komunikasi intrapribadi dan antarpribadi, pola
komunikasi kelompok, dan pola komunikasi massa.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan penelitian
kualitatif, dengan paradigma konstruktivis, jenis metode penelitian field research
(studi lapangan) dan menggunakan descriptive qualitatif case study methode. Dan
data didapat dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, studi
kepustakaan, dan studi rekaman arsip.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan proses pembinaan di Komunitas
Sekolah Bersama dilakukan dalam bentuk kelas belajar, materi yang diajarkan
adalah Akidah, Fiqih, Hadist, Doa-doa harian, Praktek Wudhu, Praktek Sholat,
dan Belajar Mengaji. Sedangkan pola komunikasi yang diterapkan dalam
pembinaan keagamaan di Komunitas Sekolah Bersama adalah pola komunikasi
intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok. Relawan dalam
melakukan proses pembinaan keagamaan menggunakan ketiga pola tersebut
secara bergantian dan saling mendukung. Dengan menggunakan ketiga pola
tersebut relawan dapat berinteraksi secara langsung (face to face) dengan anak-
anak pemulung.
Dengan demikian pola komunikasi sangat penting untuk relawan dalam
pembinaan kegamaan karena relawan dapat memperhatikan anak-anak pemulung
dengan baik. Dapat mengontrol dan mengetahui pemahaman anak-anak
pemulung. Dan pola komunikasi ini juga penting diterapkan agar rasa percaya diri
anak pemulung jhm7semakin meningkat sehingga ia termotivasi untuk belajar
lebih giat.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan
semesta alam. Sebab hanya dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pola Komunikasi Relawan dan Anak Pemulung dalam
Pembinaan Keagamaan Pada Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung
Pejaten”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh
para pengikutnya. Amiin
Dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari berbagi pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya, juga bantuan dan masukkan
yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan kali ini penulis dengan tulus
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris jurusan komunikasi penyiaran islam.
3. Kalsum Minangsih, MA selaku dosen Pembimbing Akademik KPI C 2011
yang telah membantu mengarahkan penulis untuk mengikuti proses
kegiatan akademik.
iii
4. Ade Masturi, MA selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk membantu, mengarahkan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan
berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Segenap Relawan Komunitas Sekolah Bersama Jakarta yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak
membantu dalam penulisan skripsi ini.
8. Kepada ayahanda tercinta Saepul Rahman, dan ibunda tersayang Sopiah,
selalu memberikan kepercayaan anakmu ini untuk memilih. Hampir setiap
nafas yang kau hembuskan hanya untuk berdoa agar semua putra-putramu
kelak bahagia, dan ini persembahan awalku bahwa memenuhi harapanmu
adalah tujuan utamaku, semoga pintu rahmah dan rahimNya senantiasa
menemani setiap derap langkahmu Amiin.
9. Adik-adikku tercinta si kembar Basrul Hafi, Makhlul Syami, dan si
Bungsu Fajrin Rahman. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya yang
kerap diberikan kepada penulis.
iv
10. Al-Ghina Aghniya yang selalu memberi semangat dan motivasi dalam
hidupku ini.
11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2011, khususnya KPI C yang
saling membantu dan memberikan dukungan agar kita bisa sukses sama-
sama.
12. Sahabat-sahabat terbaiku, Akhdan, Satria, Sharon, Robi, dan Ariesian
terima kasih telah banyak meramaikan sepinya duniaku. Semoga
persahabatan kita tidak berhenti sampai disini. Dan terima kasih pula atas
dukungan, motivasi dan doanya hingga akhirnya penulis terpacu untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini.
13. Sahabat-sahabat KKN LENTERA Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Bogor 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah mendukung serta
memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis miliki dalam
menyajikan skripsi ini, mudah-mudahan dapat memberikan nilai manfaat
khususnya bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian, sehingga apa yang
penulis lakukan ini dapat menjadi suatu amalan kebaikan dalam bidang dakwah di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun sebagai amalan di sisi Allah
makna menjadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha
mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi
yang tengah diteliti.6
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian kualitatif ini adalah penedektan yang
datanya tidak menggunakan data statistik, namun lebih dalam bentuk
narasi atau gambar-gambar.7 Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif, pada penelitian ini digambarkan sebuah fenomena
lapangan melalui pengamatan langsung dan dilakukan wawancara pada
subjek yang telah ditentukan. Kemudian dianalisis untuk mendapatkan
hasil untuk mendapatkan tujuan penelitian.
6 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 11. 7 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV.
Teruna Grafica, 2005), cet. Ke-3 h.16.
8
Sedangkan menurut Bogdan dan Guba yang dikutip oleh uhar,
penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8
Alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan ini karena
hasil penelitian ingin diketahui secara menyeluruh, mendalam, faktual,
sistematis, dan akurat agar tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah
dapat terpecahkan.
3. Metode Penelitian
Metode ialah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis.9 Pada penelitian ini, penelitian
kualitatif menggunakan metode penelitian riset lapangan (field research).
Salah satu jenis penelitian riset lapangan ini, peneliti menggunakan
metode studi kasus (case study). Penggunaan metode studi kasus ini
dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif, tentang latar belakang
masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat
ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa
adanya (given). Adapun subjek penelitian dapat berupa individu,
kelompok, institusi atau masyarakat.10
8 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014), h. 181.
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), h. 41.
10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Askara,
2013), h. 112.
9
Studi kasus lebih dikehendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa
kontemporer, bila peristiwa yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi.
Kekuatan yang unik dalam studi kasus adalah kemampuannya untuk
berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis bukti-dokumentasi,
peralatan, wawancara, dan observasi. Lebih dari itu, dalam beberapa
situasi seperti observasi partisipan, manipulasi informal juga dapat
terjadi.11
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini ialah para relawan dan anak-anak
pemulung di Sekolah Bersama.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini ialah pola komunikasi relawan dalam
pembinaan keagamaan anak didik di komunitas Sekolah Bersama.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Terkait dengan subjek penelitian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini akan dilaksanakan di Komunitas Sekolah Bersama
Lapak Pemulung Pejaten. Adapun waktu penelitian terhitung mulai
tanggal 10 Oktober 2016 hingga tanggal 04 Desember 2016.
6. Teknik Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
11 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012) h. 12.
10
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang
memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial,
sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi
jelas.12
Observasi atau pengamatan yang dilakukan penulis adalah
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
Dalam hal ini penulis mengamati bagaimana proses pola komunikasi
yang dilakukan relawan dengan anak pemulung dalam pembinaan
keagamaan yang dilakukan di Komunitas Sekolah Bersama Pejaten.
Observasi dilakukan pada saat relawan memberikan materi
pembinaan keagamaan, dan juga ketika relawan berkomunikasi
kepada anak-anak pemulung. Pengamatan berupa bagaimana cara
relawan mengatasi permasalahan agama anak-anak pemulung, strategi
apa yang relawan gunakan dan bagaimana pola komunikasi antara
relawan dan anak pemulung.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan
12 Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 31.
11
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe
yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.13
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara agar setiap pertanyaan terarah. Adapun pertanyaan dalam
wawancara yang dilakukan yaitu terkait dengan pola komunikasi
yang dilakukan dalam pembinaan keagamaan. Bagaimana komunikasi
imterpersonal, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi kelompok
terjadi
Adapun informan yang diwawancarai ialah:
1) Mintarsih (ketua Komunitas Sekolah bersama)
2) Reny Nur Aini (Humas Sekolah Bersama)
3) Lutful Hakim (Penanggung Jawab Kelas Ragunan)
4) Hadi Irfani (Relawan Sekolah Bersama Bidang Agama)
5) Jihan (Relawan Sekolah Bersama)
6) Anggi (Relawan Sekolah Bersama)
7) Terry Kinanti (Anak Binaan Sekolah Bersama)
8) Zahra Aulia Putri (Anak Binaan Sekolah Bersama)
9) Bunga Ilyasandra (Anak Binaan Sekolah Bersama)
10) Dea Maharani (Anak Binaan Sekolah Bersama)
11) Sutriyah (Anak Binaan Sekolah Bersama)
13 Lexy J. Moleong , Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), h. 186.
12
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-
data mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan
dengan objek penelitian. Terkait dengan masalah yang diteliti, maka
dokumen yang dikumpulkan adalah bahan-bahan tertulis yang berasal
dari buku-buku, surat keputusan, laporan kerja, web-site dan media
massa.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang
dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.14
Pertama adalah reduksi data, peneliti mencoba memilah data yang
relevan dengan pola komunikasi relawan dalam membina keagamaan
anak pemulung.kedua adalah penyajian data setelah data mengenai pola
komunikasi relawan dalam membina keagamaan anak pemulung
diperoleh, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi,
visual gambar, tabel dan sebagainya. Ketiga adalah penyimpulan atas apa
yang disajikan.
14 Robert K Yin, Studi Kasus Desain & Metode, h. 210.
13
F. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan adanya tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan sebagai rujukan
pengerjaan skripsi yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. Adanya tinjauan pustaka ini juga guna menghindari adanya
bentuk kesamaan penelitian ataupun plagiat. Adapun tinjauan pustaka sebagai
berikut:
1. Pola Komunikasi Volunteer dan Anak Didik dalam Membina Akhlak di
Komunitas Kandank Jurank Doank Ciputat, oleh: Abdul Hamid
108051000045 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013. Pada skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Penulis membahas pola komunikasi
Volunteer dalam membina akhlak di Komunitas Kandank Jurank Doank
Ciputat dengan menggunakan pola roda dan bintang serta menerpkan
komunikasi dua arah yang bersifat informatif dan persuasif.
2. Pola Komunikasi Tutor terhadap Anak Jalanan dalam Pembinaan Ibadah
di Yayasan Bina Insani Mandiri Depok, oleh: Indah Dwi Fujiani
1110051000085. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014. Pada penelitian ini penulis membahas pola
komunikasi tutor dengan anak jalanan dalam pembinaan ibadah. Bentuk
14
komunikasi yang digunakan dalam pembinaan ibadah adalah komunikasi
antarpribadi dan komunikasi kelompok.
3. Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung dengan Pembimbing dalam
Upaya Pembinaan Keagamaan di Yayasan Media Amal Islami (YMAI)
Lebak Bulus Jakarta Selatan, oleh: Finti Fatimah Nur Saidah
109051000201. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2014. Fokus pada penelitian ini untuk mengetahui
bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan dan bentuk pola komunikasi
yang terjadi antara pembimbing dan anak-anak pemulung.
Perbedaan dari ketiga penelitian di atas dengan yang akan peneliti
lakukan adalah dapat dilihat dari subjek, objek dan lokasi penelitian. Subjek
yang diambil oleh peneliti sendiri adalah Relawan, subjek pendukungnya
adalah Anak Pemulung dan Objeknya adalah pola komunikasi dalam
pembinaan keagamaan, dan yang akan menjadi sasaran penelitian adalah
Komunitas Sekolah Bersama Lapak Pemulung Pejaten.
G. Sistematika Penulisan
Teknik dari penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang telah di
susun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press, 2011.
Bab I yaitu Pendahuluan merupakan penjelasan dari latar belakang
masalah penelitian skripsi ini. Didalamnya juga dijelaskan batasan dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
15
metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
sistematika penelitian.
Bab II berisi tentang: pertama ruang lingkup komunikasi yang terdiri
dari pengertian pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, bentuk-bentuk dan
media komunikasi, teknik komunikasi, dan jenis-jenis pola komunikasi.
Kedua pengertian relawan, ketiga pembinaan ibadah.
Bab III gambaran umum Komunitas Sekolah Bersama, memuat
tentang profil Komunitas Sekolah Bersama yang terdiri dari latar belakang,
Visi Misi, struktur Organisasi dan Program-program Komunitas Sekolah
Bersama.
Bab IV temuan lapangan dan analisis data, berisi tentang pola
komunikasi relawan dalam membina ibadah, bentuk dan media komunikasi
yang digunakan dalam membina ibadah, program-program yang dilaksanakan
dalam membina akhlak, faktor pendukung, penghambat, dan solusi dalam
membina ibadah.
Bab V penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan
pola komunikasi relawan dalam membina ibadah anak pemulung di
komunitas Sekolah Bersama
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi merupakan penggabungan dua suku kata pola dan
komunikasi keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kita harus
memahami terlebih dahulu, arti dari kedua suku kata ini apa itu pola dan apa
itu komunikasi ini menjadi penting agar kita dapat lebih mudah memahami
pengertian dari pola komunikasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pola
memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap
dimana pola itu sendiri bisa dikatakan sebagai contoh atau cetakan.1
Sedangkan kata pola yang terdapat dalam Kamus Ilmiah Populer memiliki
arti model, contoh atau pedoman (rancangan).2
Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk
menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di
dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.3
Sedangkan pengertian komunikasi secara etimologis atau menurut asal
katanya, berasal dari bahasa latin communicatio, kata ini berasal dari
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996), h. 885. 2Puis A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), h. 605. 3Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004). h. 9.
17
katacommunis yang berarti “sama”. Dalam arti kata sama makna, yaitu sama
makna mengenai suatu hal.4
Sedangkan secara terminologis berarti “proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain”.5
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam Kamus Komunikasi,
komunikasi berarti “proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang
bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi,
kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang dilakukan seseorang
kepada orang lain, baik secara tatap muka maupun tak langsung melalui
media, dengan tujuan mengubah sikap pandangan atau perilaku”.6
Menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Roudhonah
mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses dimana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka”.7
Menurut James Komunikasi ialah “perbuatan atau proses
penyampaian suatu gagasan dan informasi dari seseorang kepada orang
lain”.8 Menurut Gunadi komunikasi adalah “proses kegiatan manusia yang di
ungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyi-
4Onong Uchajana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
cet Ke-6, h. 3. 5 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 4. 6 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. Ke-
1, h. 60. 7 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press), h. 21. 8 James G. Robbin, Komunikasi Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), h. 1.
18
bunyian, dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh
orang lain”.9
Menurut Widjaja komunikasi adalah “hubungan kontak antara
manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari
disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu
sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan sebagai hubungan atau dapat
diartikan bahwa komunikasi adalah saling tukar menukar pikiran atau
pendapat”.10
Komunikasi yang baik dan efektif tentunya memiliki ciri-ciri
tersendiri. Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, yang dikutip oleh
Jalaludin rakhmat, dalam bukunya ‘psikolog komunikasi’ ia menguraikan
ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif dapat dilihat dari beberapa hal
diantaranya:
a. Pengertian yaitu komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan
yang disampaikan kepada komunikan.
b. Kesenangan yaitu menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap yaitu dapat mengubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
d. Hubungan sosial yang baik yaitu menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
9 Gunadi, Himpunan IstilahKomunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia,
1998), cet. Ke-1, h. 69. 10 Widjaja, Ilmu Komunikasi PengantarStudi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). H. 26.
19
e. Tindakan yaitu membuat komunikasi melakukan suatu tindakan yang
sesuai dengan pesan yang diinginkan.11
Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi memiliki keterkaitan yang
kuat, serangkaian dua kata yang memiliki keterkaitan makna yang mana dari
keduanya saling mendukung.
Pola komunikasi yaitu bentuk, rancangan atau gambaran dari proses
komunikasi antara satu orang dengan orang lainnya agar dapat berjalan lancar
dan efektif dengan tujuan mengubah sikap,pendapat dan prilaku komunikan
atau seseorang yang diajak berkomunikasi. Baik secara langsung (face to
face) atau melalui media, atau antar individu maupun kelompok.
2. Macam-macam Pola Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Efendi dalam bukunya “Ilmu Teori dan
Filsafat Komunikasi”, menjelaskan bahwa pola komunikasi terbagi menjadi
tiga pola komunikasi yakni komunikasi pribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa.12
1. Komunikasi Pribadi
Komunikasi pribadi atau personal communication adalah
komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai
cet. Ke-15, h. 13-15. 12Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti), h. 53.
20
komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari
dua jenis, yakni:
a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri,
yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa
proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf.13
Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil
keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan terlebih
dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir). Dalam
proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang
diajukan oleh komunikator.14
Menurut Ronald L. Applbaum dikutip oleh Onong Uchjana
Efendy mendefinisikan bahwa “komunikasi intrapribadi sebagai
komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita sendiri dan kegiatan-
kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita.15 Jika seseorang mampu melakukan
komunikasi ini dengan baik itu berarti seseorang tersebut telah mampu
mengenal dirinya sendiri maka dapat dikatakan ia telah menjadi
manusia yang seutuhnya.
13 Sasa Djurasa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h.
39. 14 Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar Maju,
1992), cet. Ke-1, h. 4. 15Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h. 58.
21
b. Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi)
Komunikasi antarpribadi merupakan proses sosial di mana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri
dalam bukunya “komunikasi antarpribadi”, bahwa komunikasi
antarpribadi merupakan “pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan
umpan balik yang langsung”.16
Komunikasi antarpersonal adalah “komunikasi yang proses
terjadinya melibatkan dua belah pihak atau lebih yaitu komunikator dan
komunikan. Dibandingkan dengan komunikasi lain ini dianggap yang
paling efektif karena komunikasi terjadi secara langsung atau bertatap
muka sehingga pesan yang disampaikan dapat langsung
didiskusikan”.17
2. Komunikasi Kelompok
Pada dasarnya kelompok adalah bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari kehidupan manusia, karena melalui kelompok manusia
dapat berbagi dan bertukar informasi, pengalaman dan pengetahuan antara
anggota kelompok satu dengan yang lainnya. Kelompok merupakan suatu
unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu setelah mengadakan
interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu
16 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: Citar Aditya Bakti, 1991), h. 12. 17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 60.
22
sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang
khas bagi kelompok itu.18
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul
bersama-sama dalam bentuk kelompok.19 Komunikasi kelompok ini
mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap
pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak
yang lebih besar dan tatap muka. Kedua, komunikasi berlangsung kontinue
dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang
disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak
tertentu.20
Menurut Homans seperti yang dikutip oleh Stewart L kelompok
adalah “sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali
melewati jangka waktu dan dengan jumlah orang yang cukup kecil
sehingga setiap orang dapat berkomunikasi tanpa melewati orang ketiga,
melainkan secara tatap muka”.21
Menurut Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson komunikasi kelompok
adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-
individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai
bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah
nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh.22
Menurut Shaw seperti yang dikutip oleh Arni Muhammad,
komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang dapat
mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama
lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu
sama lain dan berkomunikasi tatap muka.23
Sedangkan menurut Michel Burgon dan Michel Ruffiner seperti
yang dikutip oleh Sasa Djurasa, Komunikasi kelompok adalah interaksi
tatap muka dari tiga individu atau lebih, guna memperoleh maksud atau
tujuan yang diinginkan seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.24 Komunikasi
Kelompok dapat diklasifikasi kedalam dua macam, yaitu:
a. Kelompok kecil
Kelompok kecil (small group) adalah “kelompok komunikan
yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan verbal, dengan kata lain komunikator dapat melakukan
komunikasi antarpribadi dengan salah satu anggota”.25
22 Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson, Komunikasi Kelompok Proses Diskusi dan
Penerapannya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h. 8. 23 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 182 24 Sasa Djuarsa Sendjaja, Modul Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004),
cet. Ke-8, h. 3.3. 25 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), h.55.
24
Umpan balik yang diterima dalam komunikasi kelompok kecil
ini biasanya bersifat rasional, serta diantara anggota yang terkait dapat
menjaga perasaan masing-masing dan norma-norma yang ada.26
b. Kelompok Besar
Kelompok besar (large group) situasi yang ada sangat berbeda
dengan situasi yang terjadi didalam kelompok kecil. Dalam hal ini
komunikasi antarpribadi yang terjadi sangat kecil kemungkinannya. Hal
ini terjadi karena begitu banyaknya individu yang berkumpul, seperti
halnya yang terjadi pada tabligh akbar, kampanye, sehingga pertukaran
informasi tersebut sulit berjalan. Dalam hal memberikan tanggapan
kepada komunikator, maka tanggapannya bersifat emosional.27
Dari kedua bagian komunikasi kelompok dapat disimpulkan
bahwa komunikasi kelompok kecil, memungkinkan terjadinya
komunikasi antarpribadi karena dalam komunikasi kelompok kecil
jumlah anggota kelompoknya sedikit dan cenderung terjadi komunikasi
langsung (face to face). Sedangkan komunikasi kelompok besar,
komunikasi antarpribadi yang terjadi sangat kecil kemungkinannya
karena begitu banyaknya individu yang berkumpul.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah Komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media
26 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 128. 27 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya,
2007), h.55-56.
25
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.28 Media yang digunakan dalam komunikasi massa
antara lain adalah media cetak yakni koran dan majalah, dan media
elektronik yakni radio, televisi, film dan yang terbaru adalah internet.
Sedangkan karakteristik komunikasi massa menurut Riswandi dalam
bukunya Ilmu Komunikasi terdiri dari 11 karakteristik29, yaitu:
1) Komunikator Terlembaga, seperti media cetak dan elektronik. Pesam
yang disampaikan oleh media cetak dan elektronik membutuhkan
proses yang panjang dan juga peralatan-peralatan yang canggih.
2) Pesan yang disampaikan ditujukan untuk khalayak luas dan bersifat
umum.
3) Komunikannya bersifat heterogen, anonim, tersebar dan tidak
mengenal batas geografis dan kultural.
4) Pola penyampaian pesan media massa berjalan secara cepat dan
mampu menjangkau khalayak luas.
5) Penyampaian pesan cenderung satu arah.
6) Kegiatan komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan
terorganisir.
7) Pesan yang disampaikan berlangsung secara berkala.
8) Isi pesan yang disampaikan melalui media massa mencakup berbagai
aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial budaya dan
keamanan baik yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan.
28Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
h.188 29Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta: PT Graha Ilmu, 2009), h.105-108.
26
9) Media mengutamakan unsur ini daripada hubungan.
10) Media massa menimbulkan keserempakan, komunikan menerima
pesan yang sama di waktu yang bersamaan.
11) Kemampuan alat indra yang terbatas, apabila ada komunikanÇ yang
memiliki pendengaran atau penglihatan kurang baik maka pesan tidak
dapat diterima.
B. Analisis Proses Interaksi Kelompok Kecil
Sebagian besar karya asli yang membahas komunikasi kelompok kecil
berasal dari ilmu psikologi sosial. Teori klasik yang dinamakan “analisis
proses interaksi” yang memberikan pengaruh besar pada teori komunikasi
kelompok. Teori ini membahas jenis-jenis pesan yang disampaikan orang
dalam kelompok dan bagaimana pesan itu mempengaruhi peran dan
kepribadian kelompok.
Menurut Robert F. Bales mengenai analisis proses interaksi yang
dikutip oleh Raudhonah, bahwa kelompok kecil adalah
Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu
pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan
atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara,
sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat
memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan.30
Robert Bales menyusun teori mengenai analisis proses interaksi
(Interaction process analysis) yang saat ini sudah menjadi karya klasik.
30Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press 2007) cet. I, h. 128.
27
Dengan menggunakan hasil risetnya selama bertahun-tahun sebagai fondasi,
Bales menyusun teori mengenai komunikasi kelompok kecil untuk
menjelaskan jenis-jenis pesan yang saling dipertukarkan orang dalam
kelompok, bagaimana pesan-pesan itu membentuk peran dan kepribadian
anggota kelompok, dan bagaimana pesan tersebut mempengaruhi karakter
atau sifat kelompok secara keseluruhan.
Gambar 2.1.Kategori Analisis Proses Interaksi
Sumber: Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss (2005).
Theories of Human Communication.
a = masalah komunikasi.
b = masalah evaluasi.
a = masalah komunikasi.
b = masalah evaluasi.
c = masalah pengawasan.
d = masalah keputusan.
e = masalah pengurangan ketegangan.
1. Tampak bersahabat
2. Dramatisasi
3. Kesepakatan
4. Memberikan saran
5. Memberikan pendapat
6. Memberikan informasi
7. Meminta informasi
8. Meminta pendapat
9. Meminta saran
10. pertentangan
11. Menunjukkan ketegangan
12. Tampak tidak bersahabat
Tindakan
Positif
Jawaban
Pertanyaan
Tindakan
Negatif
a b c d e f
28
f = masalah reintegrasi.31
Menurut Bales, analisis proses interaksi terdiri atas enam kategori yaitu:
1. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan cukup
informasi, maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah
komunikasi”.
2. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling memberikan
pendapat maka kelompok bersangkutan akan mengalami “masalah
evaluasi”.
3. Jika masing-masing anggota kelompok tidak saling bertanya dan
memberikan saran, maka kelompok akan mengalami “masalah
pengawasan”.
4. Jika masing-masing kelompok tidak bisa mencapai kesepakatan maka
mereka akan mendapatkan “masalah keputusan”.
5. Jika tidak terdapat cukup dramatisasi maka akan muncul “masalah
ketegangan”.
6. Jika anggota kelompok tidak ramah dan bersahabat maka akan terdapat
“masalah reintegrasi”, yang berarti kelompok itu tidak mampu
membangun kembali suatu “perasaan kita” atau kesatuan (cohesiveness)
dalam kelompok bersangkutan.32
Kategori "dramatisasi" (dramatizing) berperan penting dalam teori ini.
Dramatisasi berarti melepaskan ketegangan dengan cara menyampaikan cerita
31 Morissan, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 335.
32 Morissan, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 336.
29
dan membagi pengalaman dengan orang lain. Cerita dan pengalaman tidak
perlu selalu berhubungan secara langsung dengan tugas kelompok
bersangkutan. Borman, yang mendapatkan idenya dari Bales, percaya bahwa
bentuk komunikasi ini penting tidak hanya untuk mengurangi ketegangan
tetapi juga untuk memengaruhi kualitas diskusi dalam kelompok secara
umum.33
C. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan Keagamaan terdiri dari dua unsur suku kata yaitu
“pembinaan” dan “keagamaan”. Yang pertama adalah pembinaan, kata
pembinaan setelah ditambah awalan pem dan akhiran an mempunyai arti
proses, cara penyempurnaan, pembahuruan, usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih
baik dari sebelumnya.34
Sedangkan kata kedua yakni “keagamaan” memiliki awalan ke dan
akhiran an, kata agama sendiri berasal dari bahasa sansakerta yang terdiri dari
dua unsur suku kata yaitu a dan gam, a diartikan dengan tidak dan gam
diartikan dengan pergi yang berarti agama itu menurut bahasa sansekerta
adalah tidak pergi atau tetap ditempat, di warisi turun temurun.35
33 Morissan, Teori Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. Ke-
1, h. 337. 34Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 3:
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2005), h.152 35Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Cet. 5: Jakarta : UI Press,
1985), h. 9.
30
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama memiliki
makna ajaran, sistem yang mengatur tata keinginan (kepercayaan) dan
keperibadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.36
Pengertian lain mengenai agama menurut Ali Negoro yang dikutip
oleh Aflatun Muchtar dalam bukunya Tunduk Kepada Allah – Fungsi dan
Peran Agama dalam Kehidupan Manusia bahwa “Agama itu adalah suatu
keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang dirasa oleh manusia sebagai
kekuatan gaib yang mempengaruhi segala yang ada, serta mula jadi segala-
galanya dalam alam ini”.37
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pembinaan
keagamaan adalah usaha yang dilakukan untuk memberikan pemahaman
mengenai tata keimanan (kepercayaan) dan keperibadatan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kata keagamaan mengandung arti segala hal baik berupa kegiatan-
kegiatan pendidikan, pembinaan ataupun bimbingan yang berhubungan
dengan agama. Sehingga dapat dipahami bahwa pembinaan keagamaan
merupakan suatu proses kegiatan untuk mempelajari hal-hal yang baru atau
memperkaya hal-hal yang dimiliki dengan tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan kecakapan hidup yang berhubungan dengan agama.
36Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4:
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 12. 37Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan
Manusia (Jakarta : Khazanah Baru, 2001), h. 10.
31
2. Tujuan dan Fungsi Pembinaan Keagamaan
Pada dasarnya setiap agama memiliki ajaran dan cara membahasakan
diri yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian secara
umum dapat dikatakan bahwa setiap agama pada dasarnya ingin menciptakan
kebahagiaan bagi pengikutnya. Karena itulah agama sering disebut sebagai
“jalan” (the way).
Tujuan pembinaan keagamaan menurut Hasan Langulung yang
dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa
tujuan pembinaan agama harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari
agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman,
kemudian fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual
termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang
lebih sempurna, dan terakhir fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-
aturan yang menhubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat.38
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan pembinaan keagamaan antara lain
adalah :
1. Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam
2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan
3. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir
secara logis dan membimbing proses pemikirannya
38Abidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 46.
32
4. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana
yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan dengan
baik39
Armai Arief mengutip pendapat Atoumy Al Syaibani tentang
pembinaan keagamaan mencakup tiga hal yaitu :
1) Tujuan Individual
Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam
mewujudkan perubahan yang dicapai pada tingkah laku dan
aktifitasnya.
2) Tujuan Sosial
Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum.
3) Tujuan Profesional
Tujuan ini berkaitan dengan pembinaan dan pengajaran sebagai
sebuah ilmu.40
Menurut Zakiyah Drajat, ada beberapa fungsi agama dalam kehidupan
manusia41 :
1) Memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi
bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,
39 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kencana, 2006), cet. Ke-1 h. 82. 40 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), cet. Ke-1 h. 25-26. 41Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), cet. Ke-5 h. 36.
33
ataupun berhubungan dengan Tuhan. Bagi orang yang tingkah
lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam
menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang, tidak melanggar
hukum dan peraturan masyarakat dimana ia tinggal. Tidak akan mau
mengambil hak orang lain yang jelas-jelas bukan haknya.
2) Penolong dalam menghadapi segala kesukaran. Jika orang yang
beragama mengalami kesukaran, maka dia akan menghadapinya
dengan tabah dan tenang serta tidak merasa putus asa. Karena ia
berkeyakinan bahwa kesukaran yang dihadapi sebagai cobaan Tuhan
kepada hambanya yang beriman. Tetapi, jika ia orang yang tidak
beragama, maka ia akan menghadapi masalah itu dengan panik dan
bingung bahkan putus asa.
3) Menentramkan batin. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah
agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi setalah
menjalankan perintah agama ia mendapatkan ketenangan hati bahkan
agama dapat meberi jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang
gelisah.
3. Metode Pembinaan Keagamaan
Berbagai cara ditempuh oleh seorang pembina dalam menyampaikan
pembinaan keagamaan. Agar proses pembinaan berjalan dengan lancar, maka
perlu dipilih cara yang tepat dalam menyampaikan materi pembinaan.
Pembinaan keagamaan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan Pendidikan
Agama Islam. Oleh sebab itu, metode yang dipakai dalam pembinaan
34
keagamaan tidak jauh berbeda dengan metode Pendidikan Agama Islam. Di
antara metode-metode yang dipakai ialah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap kelas.42 Guru menerangkan atau menjelaskan apa yang
akan disampaikan dengan lisan di depan murid. Metode ceramah
merupakan metode yang sudah lama dipakai dalam proses pembelajaran.
Oleh sebab itu metode ini digolongkan sebagai metode tradisional.
Dalam prakteknya, metode ini sering dibarengi dengan metode tanya
jawab.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekurangan pada metode ceramah.43 Cara yang
ditempuh biasanya guru mengajukan pertanyaan kepada murid tentang
bahan pelajaran yang telah diajarkan. Guru mengahrapkan jawaban yang
diberikan siswa tepat berdasarkan fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan biasanya bukan hanya sebatas dari guru dan murid menjawab,
akan tetapi pertanyaan itu biasa muncul dari murid kemudian guru
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid tersebut. Ada kalanya
jawaban itu juga bisa bersal dari murid yang lain dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut.
42 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet.
Ke-1 h. 233. 43 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Islam, h. 307.
35
3. Metode Demosntrasi
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi yaitu metode
mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana suatu proses
pembentukan tertentu kepada siswa.44 Pada metode demontrasi, titik
tekannya adalah memperagakan tentang jalannya suatu proses tertentu.
Biasanya guru memperagakan terlebih dahulu, kemudian siswa
mengikutinya.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara mengajar atau menyajikan materi
melalui pengajuan masalah yang pemecahannya dilakukan secara
terbuka.45 Dalam sebuah diskusi semua anggota ikut terlibat. Di antara
prinsip-prinsip diskusi antara lain; adanya pemimpin dan anggota, topik
yang diangkat jelas dan menarik, peserta saling memberi dan menerima
serta suasana berjalan tanpa tekanan.
5. Metode mengajar beregu (team teaching)
Metode mengajar beregu (team teaching) ialah sistem mengajar
yang dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah
peserta didik yang memiliki minat, kemampuan atau tingkat kelas yang
44 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat
Pres, 2002), h. 190. 45 Qodri A. Azizy, Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyah,
(Jakarta : Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Dirjen Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI, 2003), h. 11.
36
berbeda.46 Guru dan team teaching menyajikan bahan pelajaran yang
sama, waktu dan tujuan yang sama. Akan tetapi biasanya keterampilan-
keterampilan yang disajikan adakalanya yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
6. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok ditempuh oleh guru apabila dalam
mengahadapi anak didik di kelas dirasa perlu untuk dibagi-bagi dalam
kelompok untuk memecahkan masalah atau untuk menyerahkan suatu
pekerjaan yang perlu diselesaikan secara bersama-sama.47 Pembagian
kelompok dapat dilakukan oleh guru atau anak didik sendiri.
4. Materi Pembinaan Keagamaan
Materi pembinaan keagamaan meliputi berbagai aspek. Namun secara
garis besar dapat dibedakan dalam tiga aspek utama, akidah, syari’ah dan
akhlak. Adapun uraian dari ketiga aspek tersebut secara umum adalah sebagi
berikut:
1. Akidah
Secara etimologi (bahasa) akidah adalah ikatan, sangkutan.
Sedangkan menurut terminologi (istilah) makna akidah adalah iman,
keyakinan.48 Oleh karena itu, akidah ditautkan dengan rukun iman yang
merupakan asas dari seluruh ajaran Islam, yaitu terdiri dari : a) Iman
46 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2005), cet.
Ke-4 h. 285. 47Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Islam, h. 304. 48 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2000), cet. Ke-3 h. 134.
37
Kepada Allah Swt, b) Iman Kepada Malaikat, c) Iman kepada kitab suci,
d) Iman kepada Nabi dan Rasul, e) Iman kepada hari akhir, dan f) Iman
kepada qadha’ dan qadar.
2. Syari’ah
Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata air) yang
harus ditempuh (oleh setiap umat Islam). Sedangkan menurut istilah
makna syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam
kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam
lingkungan hidupnya.49
3. Akhlak
Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap
perilaku, watak, budi pekerti. Akhlak ialah sikap yang menimbulkan
kelakuan baik dan buruk.50 Akhlak manusia terhadap Allah Swt dibahas
dalam ilmu tasawuf sedangkan ilmu yang membahas tentang akhlak
manusia terhadap sesama ciptaan Allah (makhluk) disebut ilmu akhlak
D. Relawan
Kata relawan atau volunteer adalah “orang yang tanpa dibayar
menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan tanggung
jawab yang besar atau terbatas, tanpa atau dengan sedikit latihan khusus,
49 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 135. 50 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, h. 135.
38
tetapi dapat pula dengan latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu,
untuk bekerja sukarela membantu tenaga profesional”.51
Ciri-ciri relawan menurut Omoto & Snynder, yang dikutip oleh
Abidah yaitu :
a. Selalu mencari kesempatan untuk membantu.
b. Komitmen diberikan dalam waktu yang relatif lama.
c. Memerlukan personal cost yang tinggi (waktu, tenaga, dsb)
d. Mereka tidak mengenal orang yang mereka bantu, sehingga orang yang
mereka bantu diatur oleh organisasi dimana mereka aktif didalamnya.
e. Tingkah laku menolong yang dilakukannya bukanlah suatu keharusan.
Relawan dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis52, diantaranya :
1. Relawan Kebijakan
Relawan yang menjadi pengurus organisasi, merumuskan kebijakan-
kebijakan umum organisasi. Untuk ini biasanya dipilih dari dan oleh
anggota organisasi.
2. Relawan Lapangan
Relawan yang langsung melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi di