POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR (Studi Korelasi antara Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo) Fachrudin Rahmat Bintoro Tanti Hermawati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract This study aims to investigate the influence of interpersonal communication patterns of parents , achievement motivation and academic achievement among children in V - VI grade students of State Elementary School Parangjoro 01 Sukoharjo . The method used in this study is the correlation method for mngetahui relationship of two or more variables using test hypotheses or predictions . Research analysis technique used was chi square . Data collection techniques used in this research is the primary data is data obtained from questionnaires distributed students This type of research uses explanatory, the study describes causal relationships between variables research with hypothesis testing. The population in this study is a Class V - VI State Primary School Parangjoro 01 Sukoharjo primary data by coding sheet ( coding sheet) . This data collection is done by recording , select and encode the data required in accordance with the object of further studies to restock literature data. Results of the study can be seen from the table correlations obtained by variable patterns of interpersonal communication with the family of achievement motivation and methods of the two sides (sig [2-tailed]) of the output value is greater than the probability of 0.05 propabilitas Sig or (0.000 <0.05), then Ho rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that family interpersonal communication patterns have a significant relationship with achievement motivation, achievement motivation variable and academic achievement of output sig. 0,003 less than propabilitas Sig or (0.003 <0.05), then Ho is rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that achievement motivation has a significant relationship with student achievement, the variable patterns of interpersonal communication with family and academic achievement sig. amounted to 0,021 smaller than propabilitas Sig or (0.021 <0.05), then the family interpersonal communication patterns have a significant relationship with student achievement.
22
Embed
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, · PDF fileberkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KELUARGA, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR
(Studi Korelasi antara Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga, Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI
Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo)
Fachrudin Rahmat Bintoro
Tanti Hermawati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This study aims to investigate the influence of interpersonal communication patterns of parents , achievement motivation and academic achievement among children in V - VI grade students of State Elementary School Parangjoro 01 Sukoharjo . The method used in this study is the correlation method for mngetahui relationship of two or more variables using test hypotheses or predictions . Research analysis technique used was chi square . Data collection techniques used in this research is the primary data is data obtained from questionnaires distributed students
This type of research uses explanatory, the study describes causal relationships between variables research with hypothesis testing. The population in this study is a Class V - VI State Primary School Parangjoro 01 Sukoharjo primary data by coding sheet ( coding sheet) . This data collection is done by recording , select and encode the data required in accordance with the object of further studies to restock literature data.
Results of the study can be seen from the table correlations obtained by variable patterns of interpersonal communication with the family of achievement motivation and methods of the two sides (sig [2-tailed]) of the output value is greater than the probability of 0.05 propabilitas Sig or (0.000 <0.05), then Ho rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that family interpersonal communication patterns have a significant relationship with achievement motivation, achievement motivation variable and academic achievement of output sig. 0,003 less than propabilitas Sig or (0.003 <0.05), then Ho is rejected and Ha accepted, meaning significantly. Proved that achievement motivation has a significant relationship with student achievement, the variable patterns of interpersonal communication with family and academic achievement sig. amounted to 0,021 smaller than propabilitas Sig or (0.021 <0.05), then the family interpersonal communication patterns have a significant relationship with student achievement.
Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai pesan dapat ayah, ibu,
orang tua, anak, suami, isteri, mertua, kakek, nenek. Begitupun sebagai penerima
pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, nasihat, petunjuk,
pengarahan, meminta bantuan.Pembicaraan ringan pada suku primitive yang
bertujuan untuk menunjukkan rasa suka atau tidak suka, atau yang tidak
menjelaskan sebuah peristiwa, serta komentar atas sesuatu yang sudah jelas
merupakan kajian baru. Menurut Malinowski, menyebutkan tipe baru ini dengan
istilah phatic communion. Phatic communion didefinisikan sebagai “a type of
speech in which in which ties of union are created of word”.1 Phatic communion
mempunyai fungsi social, yang dapat digunakan dalam suasana ramah tamah dan
dalam ikatan personal antar perserta komunikasi.
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk
berkembang sesuai dengan harapan masyarakat, remaja perlu untuk memiliki nilai
yang tepat bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Anak juga merupakan cikal
bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset
bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan
anak sekarang.Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula
kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak
tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.
Menilik dari pentingnya peran anak dimasa mendatang, menurut Ali
bahwa lingkungan keluarga sangat mempengaruhi bagi pengembangan
kepribadian anak dalam hal ini orang tua harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak.
1. B. Malinowski, 1993, "The Problem of Meaning in Primitive Languages," in The Meaning of
Meaning. London, C. K. Ogden and I. A. Richards, Eds. London: K. Paul, Trend, Trubner, pp. 296-336. Hlm 315.
2
Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi,
seimbang, dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi baik dalam
memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi percaya diri.
Pendapat lain tentang peran dan tugas orang tua adalah sebagai berikut,
”Komunikasi ibu dan ayah dalam keluarga sangat menentukan pembentukan
pribadi anak-anak di dalam dan di luar rumah. Selanjutnya dikatakan bahwa
seorang ayah umumnya berfungsi sebagai dasar hukum bagi putra-putrinya,
sedangkan seorang ibu berfungsi sebagai landasan moral bagi hukum itu sendiri”.2
Terkait dengan motivasi berprestasi, menurut Sprinthall & Sprinthall
dalam Woolfolk, siswa yang bermotivasi untuk belajar adalah sisiwa yang
cenderung untuk menemukan aktifitas akademi yang berarti dan bermanfaat, serta
berusaha untuk mendapatkan manfaat yang diharapakan dari aktifitas-aktifitas
akademi tersebut. Selanjutnya terkait hasil penelitian Sprinthall & Sprinthall,
menyatakan bahwa anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Anak dengan motivasi belajar
tinggi memiliki ciri-ciri seperti tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi
kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang
bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, senang mencari dan
memecahkan soal-soal.3
Dilihat dari sisi motivasi berprestasi, terlihat betapa pentingnya motivator
dalam diri siswa. Komunikasi interpersonal orang tua terhadap anak memiliki
kedudukan yang strategis dalam proses belajar siswa di rumah. Prestasi anak didik
dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan salah satunya
adalah pola komunikasi orang tua, namun tidak boleh mengsampingkan
kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, faktor yang sangat
menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk
berprestasi.Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi
prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang
2. Alif Gunawan. 2013. Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan. Vol 1, No. 3,
Oktober 2013, ISNN: 2302-4119. Hlm 21. 3. Woolfolk, A.E, 2004, Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.Grawhill.
Hlm 34.
3
dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung
agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal
adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Motivasi
merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.4
Pendapat Sudono yang mengemukakan bahwa untuk memotivasi anak
agar gairah belajarnya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka
dan membuat mereka merasa berguna. Hal ini dapat terwujud jika orang tua
mampu membina hubungan yang baik melalui komunikasi yang intensif dan
diwarnai suasana santai dengan saling berbagi, saling mendengarkan dan
mengungkapkan isi hati.Sebaliknya jika orang tua tidak mampu mempertahankan
kesinambungan komunikasi yang intensif dengan anak, maka motivasi belajarpun
dapat terhambat.Komunikasi merupakan hal yang dilakukan oleh setiap orang
dalam kehidupan, terkadang dianggap sederhana, namun untuk mencapai tujuan
komunikasi yang efektif tidak semudah yang kita bayangkan.5
Interaksi dalam hal ini intensitas komunikasi keluarga sangat mendukung
tingkat pendidikan dalam membimbing anak agar berprestasi. Menurut Wirawan,
definisi prestasi belajar adalah hasil yang di capai seseorang dalam usaha
belajarnya sebagaimana di cantumkan dalam nilai rapor.6 Selanjutnya menurut
Surya mengatakan prestasi belajar adalah seluruh hasil yang telah di capai
(achievement) yang di peroleh melalui proses belajar akademik (academic
achievement).7
Prestasi bejalar menurut Tjundjing adalah suatu istilah yang menunjukkan
tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diajarkan yang
diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan
baik. Sebuah data dari dinas pendidikan yang dirilis oleh harian Kompas tanggal
22 Juli 2005 menunjukkan sekitar 27 % anak-anak di seluruh Indonesia putus
4. Wasti Sumanta. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.. Hlm 203. 5. Sudono. 2000. Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas. Hlm 3. 6. Murjono, 2001.Pengaruh persepsi siswa terhadap tugas guru tehadap prestasi belajar bidang
studi matematika. Jurnal Anima, Indonesia Psichological 15, 246-254. Hlm 253-254. 7. Ibid. Hlm 253-254.
4
sekolah sebelum lulus sekolah menengah (SMU). Beberapa laporan panel dan
komisi nasional yang mengkaji pendidikan umum di Indonesia setuju bahwa
prestasi sekolah anak-anak berada di bawah standar.Alasan utama yang
dikemukakan banyak diantara mereka kurang memiliki motivasi belajar di
sekolah.8
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini:
1. Adakah hubungan antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan
motivasi berprestasi di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar di Sekolah
Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?
2. Adakah hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar anak-anak di
Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?
3. Adakah hubungan antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan
prestasi belajar di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar di Sekolah
Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola komunikasi interpersonal
keluarga dengan motivasi berprestasi di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah
Dasar di Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar dengan prestasi belajar
anak di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar Negeri Parangjoro 01
Sukoharjo.
3. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola komunikasi interpersonal
keluarga dengan prestasi belajar di Kalangan Siswa Kelas V-VI Sekolah Dasar
Negeri Parangjoro 01 Sukoharjo.
8. Hodijah , 2010. Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dengan
Motivasi Belajar Anak.Jurnal Psychology. Universitas Gunadarma. . Hlm 4.
5
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Komunikasi
Penelitian yang bertujuan hendak mencari penjelasan mengenai
hubungan antar gejala haruslah mempunyai landasan suatu teori atau kerangka
teori tertentu. Apabila hendak diteliti pengaruh atau efek media, hal tersebut
bias dijelaskan melalui berbagai teori komunikasi yang antara lain ialah : teori
peluru (bullet teori) yang sering juga disebut dengan teori jarum suntik
(hyperdermic theory), teori pengaruh terbatas yang moderat dan sebagainya.9
Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun
tidak langsung (melalui media).10
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa ? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat
atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what
effect?).11
Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah: a)
Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan
kepada pihak lain, b) Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan
disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain, c) Saluran (channel) adalah
media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi
antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan
getaran nada/suara, d) Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang
menerima pesan dari pihak lain, e) Umpan balik (feedback) adalah tanggapan
dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya, f) Aturan yang
disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan
dijalankan ("Protokol").12
9. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.. Hlm 19. 10. Effendi, Unong Uchana, 1999, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja
Komunikasi Fatis (Phatic)adalah komunikasi yang bertujuan untuk
menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Pada
umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang dilakukan
secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh
individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai
potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan.13
Komunikasi fatis digunakan untuk menyatakan dua belas fungsi, yaitu
untuk memecahkan kesenyapan, untuk memulai percakapan, untuk melakukan
basa-basi, untuk melakukan gosip, untuk menjaga agar percakapan tetap
berlangsung, untuk mengungkapkan solidaritas, untuk menciptakan harmoni,
untuk menciptakan perasaan nyaman, untuk mengungkapkan empati, untuk
mengungkapkan persahabatan,untuk mengungkapkan penghormatan, dan
untuk mengungkapkan kesantunan.14
Komunikasi fatis merupakan lembaga sosial (Phatic communication
as a social institution) yang dalam pelembagaannya memiliki dua tipe, yaitu
standarisasi (standardization) dan konvensionalisasi (conventionalization).
Standarisasi berarti bahwa dalam komunikasi fatis interpretasi yang terjadi
dalam makna yang terungkap dan dipahami tanpa ada unsur konvensional.
Sedangkan Konvensionalisasi yaitu komunikasi fatis yang dilakukan dengan
ekspresi yang bersifat konvensional, seperti penggunaan kata hai dan halo.
Dari paparan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
komunikasi fatis itu dilakukan secara verbal dan nonverbal, yakni mencakup
lisan, tulisan dan isyarat tubuh.15
13. Sasa Djuarsa, 2004, Teori Komunikasi, Bandung: Rosda. Hlm 6. 14. Ibid. Hlm 6. 15. Jumanto, 2005, Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa Inggris.Jakarta : Bumi
Aksara.. Hlm 7.
7
3. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi
dengan komponen lainnya.16 Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau
pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan
cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas
terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.
a. Authotarian (Cenderung bersikap bermusuhan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan / memeritah anak untuk melakukan sesuatu tanpa
kompromi), bersikap kaku (keras), cenderung emosional dan bersikap
menolak.
b. Permissive (Cenderung berprilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptance orang tua tinggi, namun kontrolnya
rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya. Sedang anak bersikap impulsif serta agresif, kurang
memiliki rasa percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya
dan prestasinya rendah.
c. Authoritative (Cenderung terhindar dari kegelisahan dan kekacauan)
Dalam hal ini acceptance orang tua dan kontrolnya tingg, bersikap
responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik dan buruk. Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik
jika antara komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan
sportif untuk saling menerima satu sama lain.
4. Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya
Hasil uji validitas data motivasi berprestasi untuk item No. 1. Item
dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451. Dari
perhitungan diatas, r hitung (0,751> r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451, maka
dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak digunakan.
Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid kecuali butir
No. 5 (0,353), No. 9 (0,213), dan No. 10 (0,391).
Hasil uji validitas data prestasi belajar untuk item No. 1. Item
dikatakan valid bila r hitung > r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451. Dari
perhitungan diatas, r hitung (0,782> r tabel (α = 0,05; 15) = 0,451, maka
dapat dikatakan item valid. Untuk item yang valid dapat digunakan
17
sebagai instrumen penelitian dan yang tidak valid, tidak digunakan.
Selanjutnya dari perhitungan seluruh butir pernyataan valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan yaitu uji reliabilitas internal.
Dengan cara menganalisis data satu kali hasil pengetesan. Batasan uji
reliabilitas dilihat dengan koefisien alfa > 0,75 (Handoko, 2009). Hasil
olah data dengan SPSS versi 17.0, untuk variabel pola komunikasi
interpersonal keluarga diperoleh nilai croncach’s alpha sebesar 0,762>
0,75 dengan demikian semua butir angket dinyatakan reliabel. Variabel
motivasi berprestasi diperoleh nilai croncach’s alpha sebesar 0,756> 0,75
dinyatakan reliabel. Selanjutnya Variabel motivasi berprestasi diperoleh
nilai croncach’s alpha sebesar 0,784 > 0,75 dinyatakan reliabel.
2. Analisis Data
Penelitian ingin mengetahui hubungan yang signifikan antara kategori
yang diteliti, hubungan antar variabel dapat dijelaskan .
a. Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga dengan motivasi
berprestasi
Tabulasi hubungan pola komunikasi interpersonal keluarga dengan
motivasi berprestasi menunjukkan hasil correlation nilai yang diperoleh
untuk pola komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi
berprestasisebesar 0,500 berarti terdapat hubungan yang sedang antara
pola komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi
berprestasi.Sedangkan dari tabel correlations diperoleh variabel pola
komunikasi interpersonal keluarga dengan motivasi berprestasi dengan
metode dua sisi (sig [2-tailed]) dari output nilai sig. Sebesar 0,000,
kemudian dibanding dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas
0,05 lebih besar dari propabilitas Sig atau (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya signifikan. Terbukti bahwa pola komunikasi
interpersonal keluarga mempunyai hubungan secara signifikan dengan
motivasi berprestasi.
18
b. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar
Tabulasi hubungan motivasi berprestasi dengan prestasi
belajarmenunjukkan hasil correlation nilai yang diperoleh untuk
motivasi berprestasi dengan prestasi belajarsebesar 0,405 berarti terdapat
hubungan yang sedang antara motivasi berprestasi dengan prestasi
belajar.Sedangkan dari tabel correlations diperoleh variabel motivasi
berprestasi dengan prestasi belajar dengan metode dua sisi (sig [2-tailed])
dari output nilai sig. sebesar 0,003, kemudian dibanding dengan
probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari
propabilitas Sig atau (0,003 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. Terbukti bahwa motivasi berprestasi mempunyai
hubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.
Hasil perhitungan ini dapat diinterprestasikan bahwa ada korelasi
positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi
belajar, adapun tingkat hubungan variable termasuk dalam kategori yang
sedang (0,400 - 0,599).
c. Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga dengan Prestasi
Belajar
Tabulasi hubungan pola komunikasi interpersonal keluarga
dengan prestasi belajar menunjukkan hasil correlation nilai yang
diperoleh untuk pola komunikasi interpersonal keluarga dengan prestasi
belajarsebesar 0,375 berarti terdapat hubungan yang rendah antara pola
komunikasi interpersonal keluarga dengan prestasi belajar.Sedangkan
dari tabel correlations diperoleh variabel pola komunikasi interpersonal
keluarga dengan prestasi belajar dengan metode dua sisi (sig [2-tailed])
dari output nilai sig. sebesar 0,021, kemudian dibanding dengan
probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari
propabilitas Sig atau (0,021 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan. Terbukti bahwa pola komunikasi interpersonal
keluargamempunyai hubungan secara signifikan dengan prestasi belajar.
Hasil perhitungan ini dapat diinterprestasikan bahwa ada korelasi
positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi
19
belajar, adapun tingkat hubungan variable termasuk dalam kategori yang
rendah (0,200 - 0,399).
Kesimpulan
Setelah menyajikan data dan menganalisis serta menginterpretasikan
dengan melihat hubungan masing-masing variabel, pada bab ini, penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Ada hubungan signifikan antara pola komunikasi interpersonal keluarga
dengan motivasi berprestasi.
2. Ada hubungan signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.
3. Ada hubungan signifikan antara pola komunikasi interpersonal keluarga
dengan prestasi belajar.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran-
saransebagai berikut:
1. Untuk menciptakan intensitas komunikasi yang mendalam, orang tua dapat
memperhatikan aspek-aspek intensitas komunikasi seperti keterbukaan,
pengertian, kejujuran, kepercayaan serta dukungan untuk menciptakan
intensitas komunikasi yang mendalam antara orang tua dan anak
sehinggaselalu tercipta hubungan harmonis antara keduanya.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat faktor-faktor lain yang
menentukan motivasi belajar. Dengan demikian dinilai perlu untuk disarankan
kepada peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
motivasi belajar diluar faktor intensitas komunikasi, seperti faktor sekolah,
budaya, dan juga individu itu sendiri.
20
Daftar Pustaka
Alif Gunawan. (2013). Komunikasi Interpersonal dan Fasilitas Kesehatan. Vol 1, No. 3, Oktober 2013, ISNN: 2302-4119.
B. Malinowski, (1993), "[The Problem of Meaning in Primitive Languages," in The Meaning of Meaning]. London, C. K. Ogden and I. A. Richards, Eds. London: K. Paul, Trend, Trubner, pp. 296-336
Cecep Darmawan, (2007), Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global”dalam Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam kehidupan Keluarga Sekolah dan Masyarakat, Bandung : Jurusan PKK FPTK UPI.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orangtua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, Unong Uchana, (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
_______________, (2000). Komunikasi Modern. Bandung : Alumni. Jallaudin Rahmat. (2006). TV sudah menjadi The First God. Tabloid Detik, No.
028/th ke-17. Jumanto, (2005), Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur Jati Bahasa
Inggris.Jakarta : Bumi Aksara. _______, (2014), Phatic Communication: How English Native Speakers Create
Ties of Union, American Journal of Linguistics2014, 3(1): 9-16 DOI: 10.5923/j.linguistics.20140301.02.
Murjono, (2001).Pengaruh persepsi siswa terhadap tugas guru tehadap prestasi belajar bidang studi matematika. Jurnal Anima, Indonesia Psichological 15, 246-254
Oemar Hamalik (2008). Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. Onong Uchjana Effendi. (1993). Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bhakti. Sasa Djuarsa, (2004), Teori Komunikasi, Bandung: Rosda Seregar, Ashadi, (1992), Pers. Diktat Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu
Developmental approach ed.5. New York: Mc. Grawhill. Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat, (2014), Lima Tanda
Komunikasi Efektif, http://nichanghan2.multiply.com/journal/item/20/psikologi_komunikasi-jalaludin_rahmat, diakses: 15 Desember 2014.
Sudono. (2000). Keluarga Kunci Sukses Anak, cet.I. Jakarta: Kompas Sugiyono.(2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Aneka Karya Sumadi Suryabrata. (2000). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Rajawali Press. UPI Liliweri, Alo. (2007). Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti Woolfolk, A.E, (2004), Educational Psychology 9th ed. United State of America:
Mc.Grawhill
21
Yuli Setyowati. (2005). Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Emosi Anak Pada Keluarga Jawa). Jurnal Komunikasi. VOLUME 2, NOMOR 1,JUNI 2005: 67-78 Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta.