1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita hanya dengan melihat genital fisiknya manusia dapat mengetahui dengan jelas identitas gendernya sebagai pria atau wanita. Identitas gender (gender identity) adalah kesadaran terhadap diri sendiri sebagai laki-laki atau perempuan yang telah tertanam sejak dini. Pengertian gender yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan distinction dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Hal ini yang membedakan diri individu perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita hanya dengan melihat genital
fisiknya manusia dapat mengetahui dengan jelas identitas gendernya sebagai pria
atau wanita. Identitas gender (gender identity) adalah kesadaran terhadap diri
sendiri sebagai laki-laki atau perempuan yang telah tertanam sejak dini.
Pengertian gender yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat
dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa
gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan distinction
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki
dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam buku Sex and Gender
yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan
budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Hal ini yang membedakan diri individu
perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan.
Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa.1
Namun terdapat sekelompok manusia yang merasa genital fisiknya salah,
dikarenakan sekelompok manusia tersebut merasa sebagai anggota jenis kelamin
yang berlawanan dengan genital fisiknya, seperti ketika seorang pria merasa
terperangkap dalam tubuh wanita. Sehingga transeksual menjadi identitas gender,
yaitu kesadaran mental yang dimiliki sesesorang tentang jenis kelaminnya,
1 Sarwono, Sarlito Wirawan, 2005.Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan(cetakan ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Hal 8-9
2
tentang apakah dirinya pria atau wanita. Trans seksual memiliki identitas gender
yang berlawanan dengan jenis kelamin seseorang yang dimiliki genital fisiknya.2
Banyaknya kasus penyimpangan identitas gender bukanlah menjadi hal
yang tabu lagi dalam masyarakat seperti kelainan dalam diri pria yang disebut
kaum homoseksual (gay) adanya ketertarikan antara individu pria dengan individu
pria, begitupun dengan kaum lesbian yang menyukai sesama jenis perempuan,
ketertarikan dalam hubungan sesama jenis sudah menjadi penyimpangan identitas
gender antara pria dan wanita. Seorang dokter Hongaria bernama Karoly Maria
Benkert yang telah mengubah namanya menjadi Kertbeny pada tahun 1848
pertama kalinya menemukan istilah “homoseksual” pada tahun 1869. Seperti yang
dikutip oleh Colin Spencer dalam buku “Histoire de I’homosexualité: De
I’antiquité à nos jours” dengan judul buku edisi bahasa Indonesianya, “Sejarah
Homoseksualitas: dari Zaman Kuno hingga Sekarang”, mengatakan bahwa:
“Selain hasrat laki-laki dan perempuan yang normal, alam dengan segenap kekuasaannya telah memberi beberapa orang lelaki dan perempuan-perempuan tertentu suatu hasrat homoseksual, dengan demikian menempatkan mereka dalam perbudakan seksual yang secara fisik dan psikis menjadikan mereka tidak berdaya, meskipun besar keinginan untuk ereksi secara normal. Hasrat yang lebih dahulu (sebelumnya) menciptakan rasa ngeri yang nyata dari jenis seks lawannya.” 3
Istilah homoseksual dapat diterapkan pada laki-laki maupun perempuan,
karena istilah ini secara umum ditujukan untuk kesamaan jenis kelamin.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Atkinson, Atkinson, Smith dan Bern (2000)
yang dikutip oleh Koeswinarno mengatakan bahwa,
2 SigitIrawan, 2008. Skripsi :FenomenaHomoseksual (Gay) ditinjau Dari Proses Komunikasi Dan Eksistensinya Di Bandung. Unikom Bandung
3 Stokes, Jane. 2006. How To Do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: PT.BentangPustaka. Hal : 346
3
“Individu dianggap homoseksual apabila mereka secara seksual tertarik terutama kepada individu berjenis kelamin sama.”.4
Disini dapat dilihat bahwa homoseksual berbeda dengan homoseksualitas
dalam pengartiannya. Perilaku homoseksual, dan lesbian merupakan kegiatan
seksual dengan sesama jenisnya yang ditujukan kepada individu yang memiliki
ketertarikan secara perasaan ataupun secara erotis dengan melakukan hubungan
fisik ataupun tanpa melakukan hubungan fisik.
Dalam melihat persoalan ini bukanlah menjadi perbincangan yang terus
berlarut karena kaum homoseksual mencoba membuka dirinya untuk bisa eksis
kedalam lingkungan masyarakat seperti ngamen, ludruk, atau berprofesi pada
dunia kecantikan dan kosmetik. Melihat dari berbagai profesi yang mereka
jalankan, telah memberikan persfektif yang positif dalam lingkungan masyarakat,
sehingga kaum homoseksual dapat mudah membangun sosialitasnya.
Karakteristik manusia dalam upaya membangun sosial mempunyai
perbedaan masing-masing untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya sehingga
keberadaanya dapat diterima, karena itu perlunya pondasi sehingga peran
komunikasi menjadi jembatan interaksi antara satu individu ke individu lainnya.
Seperti yang dikutip Jalaludin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”,
interaksi sosial harus didahului oleh kontak komunikasi, sehingga untuk
mengaktualisasikan ekistensinya kaum gay dibutuhkan keterampilan komunikasi
karena dalam berkomunikasi sesuatu hal yang penting yang dilakukan oleh setiap
manusia dalam menjalani kehidupannya, proses komunikasi dilakukan dengan
menggunakan media atau pun secara tatap muka (face to face) sehingga akan
4 Koeswinarno, 2004. Hidup Sebagai Waria, Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara. Hal : 35
4
terjalin interaksi dimana informasi atau pesan-pesan yang disampaikan akan
kembali menimbulkan efek.
Seperti yang dikutip Deddy Mulyana dalam buku suatu pengantar
komunikasi, yang di kemukakan oleh Carl I. Hovland bahwa komunikasi adalah
proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Fungsi
komunikasi yaitu untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
keberlansungan hidup, untuk memperoleh kebahagian hidup, dan terhindar dari
tekanan dan ketegangan.5
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita
semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai dengan cara
yang kompleks. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka
melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang
membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, perhatian yang mendukung
diterimanya pengertian, sikap dan peraaan yang sama. Diterimanya pengertian
yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi.
Pertanyaan besar kemudian mucul sebagai bentuk efek dari aroganisme
yang individualis, untuk berada dalam masyarakat perlu adanya eksistensi, yang
berarti keberadaan diri sosialnya dapat diakui. Sebagai bentuk eksistensi kaum
homoseksualitas khususnya komunitas Gay di kota Cilegon mencoba mengadopsi
pola interaksi mereka dengan cara pribadinya masing-masing, dalam hal ini
5 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal : 62
5
bahasa merupakan bagian dari komunikasi yang mereka gunakan untuk
berinteraksi dengan sesama kaum gay, dan masyarakat pada umumnya.
Bahasa komunitas gay digunakan untuk berkomunikasi yaitu bahasa gaul
prokem khusus kaum gay, sama halnya yang digunakan oleh artis lawakan betawi
Debby Sahertian memberikan pengapresisian lewat lawakannya serta membuat
kamus gaul “Edisi Litonga Ketigana” yang menggunakan bahasa gaul prokem
dengan gaya bahasa komunikasi pada umumnya, bahasa “Prokem berasal dari
kata preman, yang kemudian disisipi -ok menjadi pr(ok)eman dan kemudian agar
singkat dan mudah dibaca, dihilangkanlah suku kata terakhir, yaitu man, sehingga
menjadi prokem”.
Sehingga dalam hal ini peranan bahasa tidak luput dari komunikasi, karena
bahasa merupakan hasil dari sebuah kreatifitas, sehingga untuk mencapai
komunikasi yang efektif terjadi apabila individu mencapai pemahaman bersama,
merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir
dengan cara baru. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan
menambah produktifitas baik secara individu. Namun peran komunikasi ditunjang
dengan arus pola komunikasi, karena tanpa adanya pola komunikasi yang
terstruktur penyampaian pesan pun tidak akan tersampaikan dengan baik.
Pengertian pola Interaksi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan
dari satu orang ke orang lain.
Gay melakukan suatu pola interaksi untuk bisa di akui dan menjalin
hubungan yang baik dan bisa eksis dalam ruang lingkup sesama gay maupun
masyarakat kota Cilegon pada umumnya. Pola interaksi yang dilakukan gay
6
dengan menggunakan bahasa verbal dan nonverbal. Dalam buku suatu
“Pengantar Ilmu Komunikasi” menurut definisinya bahwa komunikasi dengan
menggunakan bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan
dan maksud kita dengan menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai
aspek realitas individual. Sedangkan komunikasi yang menggunakan bahasa
nonverbal yaitu komunikasi dengan menggunakan isyarat-isyarat seperti gerak
tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk
berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata.
Permasalahan yang timbul kemudian menunjukan bahwa tidak semua
orang mengetahui pola interaksi yang dilakukan oleh gay, sehingga esensi dari
pesan yang disampaikan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipahami. Pemahaman
pola interaksi, seperti halnya penggunaan bahasa, dapat memberikan pemahaman
yang lebih dalam memaknai apa yang menjadi isi pola interaksi di antara gay.
Pola interaksi yang ditunjukan tersebut akan memberikan kesempatan bagi
peneliti untuk lebih dapat memberikan wacana yang lebih dalam mengenai
keberadaan gay.
Kesempatan penelitian ini dalam mengangkat permasalahan pola interaksi
gay, akan memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat tentang
keberadaan gay yang senantiasa ada sebagai bagian dari sosialitas juga. Hal ini
penting untuk dapat dipahami, karena dari komunikasi yang dilakukan tersebut
akan memberikan pemahaman mengenai hal-hal yang dijadikan sebagai alasan
eksistensi gay tersebut. Lantas permasalahan yang timbul kemudian merujuk pada
ketidak pahaman masyarakat dalam mengartikan pola interaksi gay, karena pola
7
interaksi ini hanya tumbuh dan berkembang dalam sosialitas mereka semata,
tetapi bukan berarti pola interaksi tersebut tidak dapat dipahami. Pemahaman yang
lebih baik mengenai pola interaksi tersebut, akan memberikan wacana yang baru
dalam memaknai keberadaan gay sebagai bagain dari masyarakat itu sendiri.
Kemunculan gay dikota Cilegon pada dasarnya tidak selalu menimbulkan
pandangan yang negatif yang beranggapan bahwa gay kerap kali berperilaku tidak
senonoh dan menjajakan dirinya untuk membiayai kehidupannya karena
diskriminasi terhadap kelompok seperti mereka, sehingga memaksa mereka untuk
bekerja dengan jalan tersebut.
Dalam pandangan positif masyarakat bisa melihat banyak gay yang
bekerja dengan halal seperti menjadi perias di salon-salon ataupun bekerja di
dunia hiburan sebagai seorang figuran dalam sinetron-sinetron di layar televisi
untuk menghibur kita dan banyak dari mereka juga yang mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial untuk membantu sesama manusia walaupun kadang banyak
cercaan serta hinaan yang mereka dapatkan.
Tidak hanya itu saja adapun gay yang didaulat oleh lembaga Family
Health International-Aksi Stop AIDS (FHI/ASA) tertentu untuk meng-kampanye-
kan tentang bahaya penularan penyakit HIV/AIDS terutama bagi mereka para
LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender) yang bekerja sebagai seorang PSK
yang selalu berganti-ganti pasangan.6
Namun eksistesi Gay di Indonesia khusunya di kota Cilegon sendiri masih
belum diakui oleh Negara, hanya saja beberapa pihak seperti LSM, ORSOS serta
badan HAM menganggap gay merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM)
6 http://srikandisejati.wordpress.com/kegiatan/
8
dengan landasan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi
Manusia, yang keberadaanya harus diperhatikan layaknya manusia ciptaan Tuhan.
Keterbukaan gay dalam lingkungan masyarakat menjadi tolak ukur untuk tetap
eksis, untuk mengubah berbagai stigma buruk yang selama ini dipandang sebelah
mata, menjadikan dorongan kepada hal yang lebih baik sebagai bentuk eksistensi
diri mereka. 7
Peneliti mengambil gay sebagai objek penelitian ini, karena gay
merupakan bagian dari masyarakat yang terasingkan, namun banyak orang yang
kurang memperhatikan dan mengannggap bahwasannya kaum gay merupakan
kaum marginal yang dianggap menyimpang dari koridor masyarakat pada
umumnya. Banyaknya gay di Kota Cilegon menjadi salah satu objek yang
menarik untuk dikaji karena dilihat dari latar belakang masalah yang ada, karena
gay bukanlah sesuatu yang harus ditakuti melainkan harus kita akui
keberadaannya sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Maka penulis dalam
penelitiannya akan memberikan uraian mengenai pola interaksi komunitas gay
yang mewakili interaksi yang ada dan terjalin sebagai upaya untuk bisa
mengeksistensikan dirinya dalam berbagai bentuk apresiasi.
Maka peneliti menilai bahwa penelitian gay ini merupakan hal yang
menarik untuk diteliti, karena dapat mengetahui pola interaksi yang mereka
gunkan dalam lingkungan masyarakat yang belum kita ketahui. Penelitian ini akan
memberikan wacana baru bagi masyarakat dalam memandang gay sebagai bagian
langsung dari masyarakat, karena pemahaman yang lebih baik mengenai pola
7 http://srikandisejati.wordpress.com/kegiatan- (Diunduhpada 06 April 2013- Jam 17.40 WIB
9
interaksi tersebut memberikan kesempatan yang lebih baik untuk lebih mengenal
dan memahami gay dan keberadaannya. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul
yaitu: Pola Interaksi Komunitas Gay di Kota Cilegon
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka telah
ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
Bagaimana Pola Komunikasi Komunitas Gay Di Kota Cilegon?
1.3 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kebiasaan gay dilingkungan masyarakat kota Cilegon ?
2. Bagaimana pertukaran informasi gay dilingkungan masyarakat kota
Cilegon ?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kebiasaan gay dilingkungan masyarakat kota Cilegon.
2. Untuk mengkaji pertukaran informasi gay dilingkungan masyarakat kota
Cilegon.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis
10
Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan
pengembangan ilmiah terutama bagi ilmu komunikasi khususnya mengenai pola
interkasi gay.
1.5.2 Kegunaan Praktis
1. Untuk Peneliti
Kegunaan penelitian bagi penulis yakni, memberikan pengetahuan
mengenai osialisasi dan interaksi dikalangan gay dilingkungan mayarakat kota
Cilegon khususnya dalam pola interkasi dan juga sebagai bentuk eksistensi diri.
enelitian ini memberikan wawasan baru bagi penulis dengan pengaplikasian nyata
mengenai penerapan pola interkasi. Penelitian ini juga memberikan wacana akan
wawasan penulis terhadap penerapan ilmu - ilmu komunikasi secara umum dalam
memahami permasalahan sosial.
2. Untuk Masyarakat
Kegunaan ini bagi masyarakat umum yakni, ingin memberikan informasi
serta penguraian tentang pola interaksi yang biasa digunakan para gay untuk
berinteraksi sebagai wujud eksistensinya dikalangan masyarakat kota Cilegon.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pola pikir yang
objektif dari sosialitas terhadap keberadaan kaum gay di kota Cilegon. Penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi, sehingga kita dapat
menempatkan penilaian terhadap kaum gay pada posisi yang seharusnya dengan
melihat dari kacamata kita sebagai masyarakat Kota Cilegon.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
11
2.1 Pola Interaksi
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak akan bisa lepas dari
proses komunikasi, baik verbal maupun non verbal, disadari maupun tidak
disadari. Dalam proses komunikasi/interaksi tersebut, masing-masing individu,
masing-masing tempat tidak sama. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan
lambang yang mengandung arti/makna. Arti ini perlu dipahami bersama oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi.8
Komunikasi juga bisa didefinisikan sebagai hubungan kontak antar dan
antara individu maupun kelompok, dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak
sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannnya.9
Dalam bukunya Managing Organizational Behavior, John R.
Schemerhon10 menyatakan bahwa :
“Komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.”
Komunikasi selain merupakan kegiatan pengoperan dan penerimaan
lambang atau keinginan mengubah pendapat orang lain, juga merupakan suatu
usaha untuk mengadakan hubungan sosial. Hal ini dilakukan dengan jalan
komunikasi yang serasi.
Dalam sistem sosial komunikasi berfungsi sebagai berikut :11
8 Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, Binacipta Bandung, 1985, hal. 1.9 A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara
Jakarta, 1993, hal. 1.10 A. W. Widjaja, Op cit, hal. 8.
1. Pola Interkasi Formal berkaitan dengan kegiatan gay yang lebih bersifat
resmi
2. Pola interkasi informal adalah interaksi yang terjadi antar gay dalam
berbagai kegiatan sehari-hari.
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah
mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan
menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan
mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengkataan apabila
muncul. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide,
konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada
sesamanya secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun penerima
komunikasi.
2.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang digunakan di
dalam komunitas gay. Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi
dengan orang lain. Komunikasi interpersonal juga sering disebut sebagai
komunikasi diadik. Komunikasi diadik15 merupakan komunikasi antarpribadi yang
berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang
menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Dalam
15 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1993, hal.62.
17
bukunya yang berjudul Manajemen, William F. Glueck16 menyatakan bahwa
komunikasi interpersonal adalah:
“Interpersonal communications, yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 (dua) orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.”
Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang individu dan individu lain dimana lambang-lambang
pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa17. Jarang sekali
orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini menurut Onong18
disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol) beserta (content) – yakni
pikiran atau perasaan- yang dibawanya menjadi totalitas pesan yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai media primer atau lambang yang paling banyak digunakan
dalam komunikasi, bahasa memerankan banyak fungsi komunikatif.
Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi
sudah jelas, mengingat hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran
seseorang kepada orang lain, baik gesture, gambar, warna, dan media primer lain
kesulitan buat menerjemahkannya.
Perbedaan latar belakang kadang menimbulkan konflik baik antar individu
maupun individu dengan masyarakat. Namun apabila ditemukan suatu
pemahaman dan jalinan komunikasi yang baik, maka konflik tersebut dapat
16 A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara Jakarta, 1993, hal.8.
17 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta,2007, hal.2.18 Onong Uchjana, 2001, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung : Remaja
Rosdakarya, hal.11.
18
dihindari. Konsep jalinan hubungan (relationship) sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Jalinan hubungan merupakan seperangkat harapan yang
ada pada partisipan yang dengan itu mereka menunjukkan perilaku tertentu di
dalam berkomunikasi. Jalinan hubungan antar individu hampir senantiasa melatar
belakangi pola-pola interaksi di antara partisipan dalam komunikasi
interpersonal.19
Dalam proses komunikasi, komunikasi interpersonal efektivitasnya paling
tinggi karena komunikasinya timbal balik dan terkonsentrasi. Komunikator
mengetahui pasti apakah komunikannya itu menanggapi dengan positif atau
negatif, berhasil atau tidak. Pentingnya situasi seperti ini bagi komunikator adalah
karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya dan yang
penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilakunya. Dengan
demikian komunikator dapat mengarahkan ke suatu tujuan sebagaimana ia
inginkan.
Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication
Book20 menerangkan bahwa :
”Komunikasi Interpersoanl merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Kita bisa berkomunikasi secara verbal (lisan dan terrtulis) dan non verbal (tanpa kata).
19 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta,2007, hal.3.20 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung,
1993, hal. 59-60.
19
Hubungan dalam komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap.
Kita menumbuhkan keakraban secara bertahap, melalui langkah atau tahap.
Kelima tahap ini adalah kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan, dan
pemutusan tahap-tahap ini menggambarkan hubungan seperti apa adanya. Tahap-
tahap ini tidak mengevaluasi atau menguraikan bagaimana seharusnya hubungan
itu berlangsung.21 Tahap-tahap itu antara lain :
1. Kontak
Pada tahap pertama gay membuat kontak. Ada beberapa macam persepsi
alat indra (melihat, mendengar, dan membaui seseorang). Menurut
beberapa riset selama tahap inilah dalam empat menit pertama interaksi
awal. Pada tahap ini penampilan fisik begitu penting karena dimensi fisik
paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitas-
kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan
dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika anda menyukai orang ini
dan ingin melanjutkan hubungan maka akan beranjak ke tahap kedua.
2. Keterlibatan
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika gay
mengikatkan diri nya untuk mengenal masyarakat atau gay yang lainnya
dan juga mengungkapkan diri nya sendiri. Jika ini adalah hubungan yang
romantik, maka ini disebut tahap kencan.
3. Keakraban
Pada tahap keakraban, gay mengikat diri lebih jauh dengan masyarakat
atau dengan sesama gay. Hubungan dalam keakraban disebut sebagai
21 Ibid, hal.233-235.
20
hubungan primer (primary relationship), dimana orang menjadi sahabat
baik atau kekasih.
4. Perusakan
Pada tahap perusakan mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah
sepenting apa yang dipikirkan sebelumnya. Hubungan akan semakin jauh.
Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama dan bila bertemu
maka akan berdiam diri, tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Jika tahap
perusakan ini berlanjut maka memasuki tahap pemutusan.
5. Pemutusan
Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua
pihak. Jika bentuk ikatan itu adalah perkawinan, pemutusan hubungan
dilambangkan dengan perceraian, walaupun pemutusan hubungan aktual
dapat berupa hidup berpisah. Adakalanya terjadi peredaan, kadang-kadang
ketegangan dan keresahan makin meningkat, saling tuduh dan
permusuhan.
Pentingnya komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi dialogis adalah bentuk
komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang
terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis
nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian
bersama (mutual understanding) dan empati.
21
Walaupun demikian derajat keakraban dalam komunikasi interpersonal
dialogis pada situasi tertentu bisa berbeda. Komunikasi horizontal selalu
menimbulkan derajat keakraban yang lebih tinggi ketimbang komunikasi vertikal.
Yang dimaksudkan horizontal adalah komunikasi antara orang-orang yang
memiliki kesamaan dalam apa yang disebut Wilbur Schramm, frame of reference
(kerangka referensi) yang kadang-kadang dinamakan juga field of experience
(bidang pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai kesamaan dalam
frame of reference/field of experience itu adalah mereka yang sama atau hampir
sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi atau pekerjaan, agama, bangsa, hobi,
ideologi, dan lain sebagainya.22
Komunikasi interpersonal yang terjadi antara gay satu dengan gay lainya
bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik dan maksimal. Artinya, setiap
individu yang terlibat didalamnya membutuhkan komunikasi interpersonal yang
baik untuk membina suatu hubungan yang harmonis. Menurut Joseph A.Devito,
komunikasi interpersonal yang efektif dimulai dengan lima kualitas umum yang
perlu dipertimbangkan, yaitu :23
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka pada orang yang diajak berinteraksi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
22 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1993, hal. 61.
23 Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.259.
22
disembunyikan. Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis dan tanggap merupakan peserta percakapan yang menjemukan.
Kita ingin setiap orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Aspek ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan hati dan
pikiran. Terbuka dalam arti ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang kita lontarkan adalah milik kita dan kita bertanggungjawab
atasnya.
2. Empati
Henry Backrack, dalam Devito mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang
lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Pengertian empati itu akan membuat seseorang
lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Langkah pertama dalam
mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai,
menafsirkan dan mengkritik. Bukan karena reaksi ini salah, tetapi
seringkali menghambat pemahaman. Langkah kedua, semakin banyak
anda mengenal seseorang-keinginannya, pengalamannya, kemampuannya,
ketakutannya, dan sebagainya, maka anda akan mampu melihat apa yang
dilihat dan dirasakan orang itu.
3. Sikap mendukung
Sikap mendukung adalah pandangan yang mendukung, membantu
bersamasama. Sebuah bentuk hubungan interpersonal yang efektif adalah
23
sebuah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness).
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung.
4. Sikap positif
Sikap positif mengacu pada dua aspek komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif mengisyaratkan
perasaan ini ke orang lain dan selanjutnya merefleksikan perasaan positif
ini. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang positif. Tidak ada hal yang lebih
menyenangkan ketimbang berkomunikasi dengan orang yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap
situasi interaksi.
5. Kesetaraan
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidak-setaraan salah seorang
lebih pandai, lebih kaya, atau lebih cantik. Tidak pernah ada dua orang
yang benarbenar setara dalam segala hal. Komunikasi interpersonal akan
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan diam-
diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.
24
Komunikasi interpersonal berperan dalam mentransfer pesan/informasi
dari seseorang kepada orang lain berupa ide, fakta, pemikiran serta perasaan. Oleh
karena itu, komunikasi interpersonal merupakan suatu jembatan bagi setiap
individu, dimana mereka dapat bebas berbagi rasa, pengetahuan serta mempererat
hubungan antara sesama individu pada masyarakat dilingkungannya sehingga
tidak akan timbul suatu pemaksaan kehendak antara pihak satu dengan yang
lainnya. Jadi komunikasi interpersonal selalu menimbulkan saling pengertian atau
saling mempengaruhi antara seseorang dengan orang lain. Dari semua komponen
tindak komunikasi yang paling penting adalah diri (self)24. Siapa anda dan
bagaimana anda mempersepsikan diri sendiri dan orang lain akan mempengaruhi
komunikasi anda dan tanggapan anda terhadap komunikasi orang lain. Kesadaran
diri menempati prioritas paling tinggi, kita semua ingin mengenal diri sendiri
secara lebih baik karena kita mengendalikan pikiran dan perilaku kita sebagian
besar sampai batas kita memahami diri sendiri sebatas kita menyadari siapa diri
kita.
Kesadaran diri merupakan landasan bagi semua bentuk dan fungsi
komunikasi. Ini dapat dijelaskan melalui Jendela Johari (Johari Window)25, dibagi
menjadi empat daerah kuadran pokok, yang masing-masing berisi diri (self) yang
berbeda. Empat kuadran pokok itu adalah :
1. Daerah terbuka (open self), berisikan semua informasi, perilaku, sikap,
perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui
24 Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.56.
25 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication;Konteks-Konteks Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1996, hal.13.
25
oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Besarnya daerah terbuka juga
berbeda-beda dari satu orang ke orang lain. Sebagian orang cenderung
mengungkapkan keinginan dan perasaan mereka yang paling dalam.
Lainnya lebih suka berdiam diri baik dalam hal yang penting maupun
tidak penting.
2. Daerah buta (blind self), berisikan informasi tentang diri kita yang
diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Sebagian
orang mempunyai daerah buta yang luas dan tampaknya tidak menyadari
berbagai kekeliruan yang dibuatnya.
3. Daerah gelap (unknown self), adalah bagian dari diri kita yang tidak
diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah
informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput
dari perhatian.
4. Daerah tertutup (hidden self), mengandung semua hal yang anda ketahui
tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi anda simpan hanya untuk
anda sendiri. Ini adalah daerah tempat anda merahasiakan segala sesuatu
tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Pada ujung-ujung ekstrim,
terdapat mereka yang terlalu terbuka (overdiscloser) dan mereka yang
terlalu tertutup (underdiscloser). Mereka yang terlalu terbuka
menceritakan segalanya dan mereka yang terlalu tertutup tidak mau
mengatakan apa-apa.
2.3 Komunikasi Kelompok Kecil
26
Dalam komunitas gay di Kota Cilegon, komunikasi interpersonal dapat
dikatakan sukses apabila dalam interaksi sosial didalamnya terdapat aturan-aturan
dan harapan-harapan yang mengatur hubungan mereka. Sejalan dengan
perkembangan hubungan antar gay, mereka juga mengembangkan sejenis
masyarakat miniatur dan suatu sistem sosial kelompok kecil yang dilengkapi
dengan harapan dan aturan yang berlaku didalamnya.
Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang
masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai
derajat organisasi tertentu diantara mereka26. Pada umumnya kelompok
mengembangkan norma atau peraturan mengenai perilaku yang diinginkan.
Norma adalah aturan, implisit maupun eksplisit mengenai perilaku. Terlepas dari
apakah peraturan itu dinyatakan secara eksplisit maupun implisit, peraturan itu
merupakan kekuatan yang mengatur perilaku para anggotanya27. Norma ini
berlaku bagi anggota perorangan maupun kelompok secara keseluruhan dan
tentunya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya. Norma
muncul dalam sejumlah tingkat sosial dan kadang norma di setiap masyarakat itu
berbeda. Dalam suatu budaya tertentu, beberapa norma berlaku bagi semua
anggota budaya itu dan norma-norma lainnya berlaku hanya bagi sebagian
anggotanya. Di dalam sebuah norma terdapat sebuah peranan. Peranan secara
sederhana merupakan seperangkat norma yang berlaku bagi subkelas tertentu
dalam masyarakat28. Komunitas gay khususnya di Kota Cilegon secara tidak
26Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.303.27 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication;Konteks-Konteks
Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1996, hal.3.28 Ibid, hal.6.
27
langsung juga terbentuk sebuah peranan yang dimiliki oleh setiap individunya.
Kualitas hubungan akan efektif jika setiap individu memahami akan perannya
dalam sistem sosial tersebut.
2.4. Jaringan atau Pola Interkasi
Dalam sebuah kelompok kecil seperti halnya pada komunitas Gay di Kota
Cilegon terdapat sebuah jaringan komunikasi yang dapat membentuk pola-pola
interaksi. Yang dimaksud jaringan di sini adalah saluran yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dengan
dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang
dimilikinya akan mengembangkan pola interkasi yang menggabungkan beberapa
struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan
sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam
mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi
ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh
organisasi sebagai sarana organisasi29.
Townsend30 berbicara mengenai jaringan komunikasi yang merupakan pola
interaksi manusia. Berikut merupakan lima jaringan komunikasi :
1. Jaringan roda, struktur roda mempunyai pemimpin yang jelas, yaitu yang
posisinya dipusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim
dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang
29 Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.344.30 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication;Konteks-Konteks
Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1996, hal.90-91.
28
anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus
disampaikan melalui pemimpinnya.
2. Jaringan rantai, keadaan terpusat. Orang yang paling ujung hanya dapat
berkomunikasi dengan satu orang saja. Orang yang ditengah lebih
berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada diposisi lain.
3. Jaringan Y, struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan
struktur roda, tetapi lebih tersentraliasasi dibanding dengan pola lainnya.
Pemimpin jelas tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua.
Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang
lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu
orang lainnya.
4. Jaringan lingkaran, struktur ini tidak memiliki pemimpin yang jelas yaitu
yang posisinya dipusat. Semua memiliki wewenang dan kekuatan yang
sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi
dengan dua anggota lain disisinya.
5. Jaringan semua saluran, struktur semua saluran hampir sama dengan
struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya
juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.
Akan tetapi, dalam struktur semua saluran setiap anggota bisa
berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan
adanya partisipasi anggota secara optimum. Oleh karena itu, banyak
kelompok kecil memilih struktur ini.
29
Komunitas gay di Kota cilegon masuk ke dalam kategori kelompok kecil
dimana mereka tidak terikat oleh adanya struktur. Mereka berkumpul berdasarkan
kesamaan status saja yaitu sebagai gay. Maka, pola atau jaringan interkasi yang
cocok adalah jaringan semua saluran, dimana jaringan ini memnugkinan setiap
gay di kota Cilegon memiliki kekuatan yang sama untuk saling berkomunikasi
dan mempengaruhi.
2.5 Tinjauan Mengenai Gay
Berdasarkan hasil sebuah riset ilmiah, setiap individu mempunyai potensi
menjadi seorang homoseksual. Namun tingkatannya berbeda satu sama
lainnya.Sebagian besar dari kita mungkin akan terkejut ketika ternyata, dari salah
satu penelitian yang dilakukan hampir semuanya mengacu bahwa gen ternyata
berperan sangat penting dalam orientasi seksual seseorang.31
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selama berada dalam kandungan,
ketika bayi terpapar testosteron (hormon pria), lebih banyak, maka jari manis akan
tumbuh lebih cepat. Dari dasar penelitian inilah, maka salah satu peneliti lain
(yang juga tidak pernah disebutkan namanya, dan dibahas dalam nymags.com)
memiliki hipotesis. Ia berpendapat bahwa panjang relatif jari manis dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah seseorang memiliki
kecenderungan menjadi gay atau tidak.32
Dalam sebuah situs internet dilihat dari jenisnya, penyebab homoseksual
dapat dibagi dalam beberapa kategori.
31 http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/07/29/apakah-ada-orang-terlahir-sebagai-gay/ DI akses pada tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.36
32 http://lifestyle.fajar.co.id/read/95434/93/iklan/index.php/ Diakses pada hariRabu tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.37
30
1. Biogenik, yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kelainan di otak atau
kelainan genetik. Biasanya homoseks yang disebabkan oleh faktor ini
dapat dilihat sejak ia masih kecil. Seorang pria akan terlihat lebih feminim,
lebih suka bergaul dengan wanita daripada pria, perasaannyapun
cenderung lebih sensitif.
2. Psikogenetik, yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kesalahan dalam
pola asuh atau pengalaman dalam hidupnya yang mempengaruhi orientasi
seksualnya di kemudian hari. Biasanya homoseks dengan faktor ini terjadi
ketika ia menginjak masa remaja atau dewasa. Seperti terjadinya kasus
sodomi pada anak di bawah umur.
3. Sosiogenetik, yaitu orientasi seksual yang dipengaruhi oleh faktor sosial-
budaya.Pada masa ini ketika seseorang mengalami keadaan yang memicu
(seperti: pergaulan sejenis, lingkungan yang abnorman, dan sebagainya)
maka dia akan segera mengalami perilaku homoseks secara perlahan.33
Homoseks telah dapat dipahami sebagai manifestasi seksualitas manusia
yang pada dasarnya adalah suatu kontinum dengan berbagai gradasi kelabu.
Kontinum seksualitas manusia menurut Kinsey dibagi 7 gradasi, mulai dari angka
0 sampai dengan angka 6.34
Tabel 2.2
Tabel Tingkatan Orientasi Seksual Skala Kinsey
33 http://gayindonesiaforum.com/informasi/memahami-orientasi-seksual-dan-homoseksualitas-secara-lebih-t422.html/ Diakses pada hariRabu tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.37
34 http://lipsus.kompas.com/aff2012/read/2009/11/09/0848226/memahami.seksualitas.diri/ Diakses pada hariRabu tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.37