Page 1
POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK
AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI
DESA BANYUSRI WONOSEGORO
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Suci Pitaloka
NIM 23010150001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
Page 3
iii
POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK
AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI
DESA BANYUSRI WONOSEGORO
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Suci Pitaloka
NIM 23010150001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
Page 4
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kepada : Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi:
Nama : Suci Pitaloka
NIM : 23010-15-0001
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM MENDIDIK
AKHLAQUL KARIMAH ANAK USIA 7-12 DI DESA
BANYUSRI
Dengan ini kami mohon skripsi tersebut segera dimunaqosyahkan. Demikian agar
menjadi perhatian
Wassalamualaikum Wr. Wb
Boyolali, 24 Agustus 2019
Pembimbing
Dr. Wahyudhiana, M.Pd.
NIP.19550320 198203 1 001
Page 6
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN
DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Suci Pitaloka
Nim : 23010150001
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam Skripsi dikutip atau di rujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN
Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi
Boyolali, 22 Agustus 2019
Yang mengetahui
Suci Pitaloka
NIM. 23010150001
Page 7
vii
(MOTTO)
ـ أيہا ٱلريي ءاهىا قى ا أفسكن وأه ليكن از ا وقىدها ٱلاس ي
ها أهسهن ويف علىى ها ل يع صىى ٱلل شداد
ـ ٮ كة غلظ و ٱل حجازة علي ہا هل
ي ؤ هسوى ٦
Artinya : “hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-
malaikat-malaikat yang kasar, diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At-Tahrim,66:6).
Page 8
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap
mempunyai peran dalam hidup:
1. Teruntuk kedua orang tua ku tercinta Bapak. Hudi dan Ibu. Sundari,
terimakasih atas bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, kesabaran dan
doa yang tiada henti dilantuntukan untuk ku. Semoga Allah Swt.
Memberikan kesehatan dan kelancaran di setiap urusannya. Dan teruntuk
keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan
skripsi ini saya ucapkan terimakasih banyak.
2. Adik Muhammad Agil Saputra yang selalu memberikan canda tawa dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Doa dan harapan, agar adikku
menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, da n sukses dunia
akhiran Amiin.
3. Teman-teman seperjuanganku angakatan 2015, dan teman lainya di IAIN
Salatiga, sukses untuk kita semua teman.
4. Teman-teman PPL SMP Negeri 1 Salatiga, posko KKN 74 Wonosegoro
semangat kawan.
5. Teruntuk kalian sahabat-sahabatkku (Mutiara, Ainul,Devi, mb.Heny dan
wisma Najma), anak-anak suwungku (Riva, Mega, Dian, Wifaq), dan
untuk mentor ku Mas.Fuad semua teman-teman yang tidak bisa aku sebut
satu persatu, terimakasih tiada tara untuk kalian yang menghiburku disaat
aku terpuruk, disaat aku senang dan sedih.
Page 9
ix
6. Teruntuk patner kerja saya di SD N 2 Banyusri dan Murid-murid saya
terimakasih atas dukungan, atas doanya atas pengertiannya, semoga Allah
Swt membalas segala kebaikan yang telah kalian beri kepada saya
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt, serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesemprunaan skripsi ini. semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pembaca pada umumnya
dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan di dunia pendidikan. Amin ya
rabbal’alamin.
Page 10
x
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirahim,
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur alhamdulillah, dengan hati yang tulus dan pikiran yang jenih,
terucurahkan kepada kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA ASUH ORANG TUA PETANI
DALAM MENDIDIK AKHLAQUL KARIMAH ANAK USIA 7-12 TAHUN DI
DESA BANYUSRI”
Skripsi ini disusun guna memenuhi dan melengkapi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Fakultas tarbiyah dan Ilmu keguruan
IAIN Salatiga Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini mendapat bentuan moril maupun materil
dari berbagai banyak pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimasih kepada :
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag
2. Dekan FTIK IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag.
3. Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. SI.
4. Pembimbing skripsi yang telah membimbing Bapak Dr. Wahyudhiana,
M.Pd. dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Guntur cahyono, M.Pd.
Page 11
xi
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,
serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan S1.
7. Semua pihak yang terlibat dengan ikhlas memberikan bantuan dalam
penyusunan skripsi ini.
Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdo`a
kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah
SWT dengan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca
pada umumnya. Amin.
Boyolali, 23 Agustus 2019
Penulis
Suci Pitaloka
NIM.23010150001
Page 12
xii
ABSTRAK
Pitaloka, Suci. 2019.“Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul
Karimah Anak Usia 7-12 Tahun di Desa Banyusri” Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Pembimbing: Dr. Wahyudiana.M.M,Pd.
Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Petani, Pendidikan Anak, Akhlaqul
Karimah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh orang tua petani
dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana Pola
Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul Karimah Anak Usia 7-12
Tahun di Desa Banyusri. 2) Faktor yang menentukan pola asuh orang tua petani
dalam mendidik akhlaqul karimah di Desa Banyusri.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data-data yang ada
di dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi, yang kemudian dilakukan analisis data dengan cara mendiskripsikan
data dari informasi yang didapat.
Pola asuh orang tua petani di desa banyusri ini dalam mendidik akhlaqul
karimah anak adalah dengan menggunakan pola asuh tipe Authoritative atau
demokratis. Orang tua memberikan bimbingan yang tegas dalam mendidik anak
agar anak tetap belajar dan berkembang dalam pendidikan sehingga anak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai anak dan peserta didik serta dengan
memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat menggali potensi yang dimiliki
dan mendapatkan haknya sebagai seorang anak. Faktor yang menentukan pola
asuh orang tua petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di
Desa Banyusri. Faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor pendukung dan
faktor penghambat. Faktor penghambat antara lain kondisi keluarga, faktor
pendidikan, faktor ekonomi. Faktor pendukung anatara lain, lingkungan dan
keluarga, dimana lingkungan lah yang sangat membantu dalam pembentuklan
akhlaqur karimah anak, lingkungan yang baik akan menciptakan perilaku yang
baik juga untuk anak, daktor keluarga perhatian orang tua dan hasih sayang orang
tua.
Page 13
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................ ii
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Bekalang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ............................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
A. Pola Asuh Orang Tua .................................................................. 14
1. Pengertian Pola Asuh ............................................................. 15
2. Macam-macam Pola Asuh ..................................................... 16
3. Faktor yang Menentukan Pola Asuh ....................................... 20
4. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Islam ....................... 27
B. Petani ......................................................................................... 31
C. Pendidikan Akhlaqul Karimah .................................................... 32
1. Pengertian Pendidikan ........................................................... 32
Page 14
xiv
2. Macam-macam Tujuan Pendidikan......................................... 35
3. Pengertian Akhlaqul Karimah ................................................ 36
4. Pokok-pokok Akhlaqul Karimah ............................................ 37
5. Macam-macam Akhlaqul Karimah ......................................... 38
D. Anak Usia 7-12 Tahun ................................................................. 46
1. Pengertian Anak .................................................................... 46
2. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah ............................. 47
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak ............. 49
E. Kajian Pustaka ............................................................................. 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis Penelitian ......................................................... 54
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 56
C. Sumber Data...................................................................................... 56
D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 61
E. Analisis Data ..................................................................................... 61
F. Pengecekan Keabsahan ..................................................................... 63
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
1. Paparan Data Penelitian .................................................................... 64
1. Profil Desa Banyusri .................................................................... 65
2. Paparan data Proses Pola Asuh Orang Tua ................................... 72
a. Pola Asuh Orang Tua ............................................................ 72
b. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Anak ............................. 77
2. Analis Data Penelitian ...................................................................... 82
1. Pola Asuh Orang Tua .................................................................. 83
2. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Anak ................................... 86
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan ...................................................................................... 87
b. Saran ................................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 91
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. jumlah Penduduk .......................................................................... 64
Tabel 1.2. Berdasarkan Agama...................................................................... 64
Tabel 1.3. Penduduk Desa Banyusri .............................................................. 65
Tabel 1.4. Tingkat Pendidikan....................................................................... 67
Tabel 1.5. Mata Pencarian ............................................................................. 68
Tabel 1.6. Jenis Kesenian ............................................................................. 69
Tabel 1.7. Data Perdusun di Desa Banyusri ................................................... 69
Page 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Moh. (Sochib, 2010:2) dalam bukunya Pola Asuh Orang
Tua, pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Dengan demikian, keluarga merupakan salah satu
lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam
pencapaian tujuan pendidikan.
Melihat adanya beberapa masalah mengenai dunia pendidikan pada
tanggal pada tanggal 18 januari 2019 lalu provinsi Jawa Timur
mengegerkan masyarakat Indonesia dengan masalah yang ada.
Tepatnya di kabupaten Kediri. Masalah ini terjadi ketika jam istirahat
berlangsung beberapa siswa sedang bermain sepak bola, siswa Sekolah
Dasar (SD) dikroyok teman sekelasnya, seorang siswa di dikroyok
teman sekelasnya sendiri saat bermain sepak bola, diduga aksi ini
lantaran pelaku tidak terima dengan gol bunuh diri yang dilakukan
korban saat bermain sepak bola dihalaman sekolahnya, akibatnya
korban yang masih duduk di kelas 5 SD ini mengalami luka di bagian
tangan dan kepala, korban dikroyok oleh tiga orang teman sekelasny,
korban yang mengalami luka-luka dirawat di ruang ICU Rumah sakit
Bayangkara Kediri dan kemudian dirujuk ke RSUD Dr.sutomo
Surabaya, dengan adanya peristiwa seperti itu lembaga perlindungan
anak dan pendidikan kota kediri jawa timur mendatangi sekolah
Page 17
2
tersebut, mereka datang untuk mencari tahu duduk permasalahannya.
(https://yout.be/8Dbs- DgQPK4, di akses jam 09:22 20 mei 2019).
Berdasarkan pengamatan penulis di Desa ini anak-anaknya
memiliki gejala-gelaja yang mengarah pada sikap kekerasan
dikarenakan kurangnya pengawasan dari orang tua, di Usia mereka
yang masih membutuhkan perhatian ekstra dari orang tua tapi pada
kenyataannya yang mereka kurangnya perhatian, pengawasan dari
orang tua juga sangat penting diera saat ini anak-anak usia dini sudah
dibekali dengan Gadget yang dimana mereka leluasa membuka situs-
situs yang seharusnya tidak boleh ditonton oleh usia mereka,
seharusnya ada pengarahan terhadap anak tentang dampak negatif dari
penggunakan Gadget ini.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga berlangsung di dalam
rumah tempat di mana anggota keluarga tinggal. Baik anggota
keluarga seperti Bapak, Ibu, maupun anak memiliki peran masing-
masing dalam berlangsungnya pendidikan di lingkungan keluarga
hingga tercapai tujuan pendidikan. Peran tersebut yaitu peran sebagai
pendidik dan peran sebagai peserta didik.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan informal yang
menempatkan bapak dan ibu (orang tua) sebagai pendidik
(Fatchurrahman, 2006:7). Jadi, sudah menjadi kodrat bahwa orang tua
merupakan pendidik yang utama dan berperan penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.
Page 18
3
Jika pendidikan dilakukan oleh orang dewasa yang
memberikan bantuan berupa pengajaran dan didikan kepada peserta
didik, maka pendidikakn di lingkungan keluarga dilakukan oleh orang
tua kepada anaknya. Orang tua berperan sebagai peserta didik, namun
peran tersebut tidak hanya menjadikan anak sebagai objek pendidikan
saja, akan tetapi memerankan anak sebagai subjek pendidikan agar
anak senantiasa berperan aktif dalam kegiatan pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua.
Pendidikan di dalam rumah merupakan pendidikan awal dan
utama yang diterima oleh seorang anak sejak dilahirkan. Karena anak
mulai belajar berbagai macam hal terutama nilai-nilai, keyakinan,
akhlak, dan bersosialisasi. Anak belajar dari kedua orang tuanya, dan
mereka menirukan seperti apa yang dilakukan oleh orang tuanya
(Helmawati, 2014:48). Jadi, pendidikan di dalam rumah bertujuan
untuk membentuk akhlaq dalam diri anak itu sendiri, karena perilaku
anak dapat terbentuk oleh perilaku yang diajarkan orang tuanya dan
selain itu, pendidikan di dalam rumah juga memberikan pengaruh
yang besar terhadap keberhasilan pendidikan anak di sekolah.
Orang tua juga sangat memberikan peran dalam proses
pendidikan anak baik dalam keluarga maupun sekolah, karena hal ini
mencerminkan keterlibatan orang tua sebagai pendidik terhadap anak
didik, sehingga pendidikan anak berada di tangan kedua orang
tuanya (Conny, 2002:8).
Page 19
4
Orang tua diharapkan dapat memiliki pola asuh yang ideal bagi
anak, yang bertujuan mengoptimalkan perkembangan anak dan yang
paling utama pola asuh yang diterapkan bertujuan menanamkan nilai-
nilai agama pada anak, sehingga dapt mencegah dan menhindari segala
bentuk dan perilaku menyimpang pada anak dikemudian hari. Betapa
besarnya tanggungjawab orang tua dihadapan Allah SWT terhadap
pendidikan anak, seperti yang difirmankan Allah : (Kementrian agama
,2009: 561).
ـ أيہا ٱلذين ءامنىا قى ا أنفسكم وأ ه ليكم نار ا وقىدها ٱلناس و ٱل حجارة ي
ما أمزهم ويف علىن ما يؤ مزون )٦( شداد ل يع صىن ٱللـ ٮ كة غلظ علي ہا مل
Artinya : “hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-
malaikat-malaikat yang kasar, diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At-Tahrim,66:6).
Era globalisasi seperti saat ini, membentuk akhlak yang baik pada
anak dirasakan sangat penting, yaitu untuk membentengi diri anak
dari perbuatan yang menyimpang. Penanaman akhlak pada anak-anak
memang dirasa sangat perlu, karena ketika dewasa nanti nilai-nilai
agama yang telah terta nam dalam diri anak, dengan sendirinya anak
membantu dalam menghadapi semua hal yang tidak sesuai dengan
ajaran agama.
Adanya beberapa masalah yang dialami oleh seorang anak yang
tidak mendapat pendidikan secara penuh di dalam rumah dikarenakan
Page 20
5
kondisi orangtua yang memiliki kesibukan terutama dipengaruhi oleh
pekerjaan atau profesi dari orang tua dan cara mengasuh orang tua
yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Pekerjaan yang mentuntut
banyak waktu, banyak tenaga, sehingga kebanyakan dari orang tua
lupa akan pentingnya pendidikan anak di rumah. Pengetahuan yang
kurang serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi kendala bagi
orang tua untuk memberikan pola asuh yang tepat dalam mendidik
anak.
Pekerjaan sebagai Petani di sawah inilah sebagai mata
pencariaan utama di Dusun Ngawen, Desa Banyusri Kecamatan
Wonosegoro, bukan hanya orang tua yang bekerja sebagai petani
namun juga pekerjaan lainnya seperti, Guru, wiraswasta, pedagang,
pegawai pabrik dan pekerjaan lainnya.
Pekerjaan ini mereka pilih kareka hanya profesi inilah lah
diterima dengan latar belakang pendidikan mereka yang hanya
tamanan sekolah dasar, namun walaupun begitu para orang tua tani
tetap survive dan berjuang untuk menyekolahkan anak-anak
mereka.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
mengangkatnya sebagai bahan untuk menyusun skripsi dengan
judul “POLA ASUH ORANG TUA PETANI DALAM
MENDIDIK AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK USIA 7-12
TAHUN DI DESA BANYUSRI WONOSEGORO”.
Page 21
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
dikemukakan suatu fokus penelitian dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pola asuh orang tua petani dalam mendidik akhlakul
karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri Wonosegoro?
2. Apa faktor yang menentukan pola asuh orang tua petani dalam
mendidik akhlakul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri
Wonosegoro?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memberikan gambaran konkrit serta arahan yang
jelas dalam pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan
yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua petani dalam
mendidik akhlakul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa
Banyusri Wonosegoro?
2. Untuk mengetahui apa faktor yang menentukan pola asuh orang
tua petani dalam mendidik akhlakul karimah anak usia 7-12 tahun
di Desa Banyusri Wonosegoro?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu
sebagai sarana memperluas khazanah pengetahuan tentang
Page 22
7
pendidikan pada umumnya dan pola asuh orang tua terhadap anak
pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang tua, untuk dapat memberikan gambaran,
pemahaman dan masukan bagi orang tua dalam mengasuh
anak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak serta
dapat meningkatkan pengajaran dan pendidikan bagi anak.
Bagi Peneliti, untuk dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang pola asuh orang tua terhadap anak dan untuk
bekal peneliti di dunia pendidikan dan kemasyarakatan.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah persepsi dalam penggunaan kata pada
judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok
antara lain adalah
1. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh menurut Shanti (dalam Muallifah, 2009: 43)
merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Lebih
jelasnya yaitu bagaimana sikap atau perilaku orang tua saat
berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menerapkan aturan,
mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih
sayang, serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
sehingga dijadikan contoh atau penutan bagi anaknya. Pola asuh
Page 23
8
orang tua dalam keruaga ada empat yaitu: otoriter, demokratis,
pesimis dan pemanjaan.
2. Petani
Petani (Erizal, Penelitian Utama pada kelti Ekonomi dan
Manajemen Agribisnis Pusat peenelitian analisis kebijakan,
Pertanian. Diterbitkan: sinar Tani, Edisi 4-11 No. 3144, 2006)
memiliki kata dasar “tani” yang berarti orang yang
pekerjaannya bercocok taman. Bertani atau petani adalah
mata pencarian dalam bentuk bercocok tanam, yang
pengusahannya mengambil hasil dari alam dan tanah tanpa
usaha menyuburkan kembali tanah dan sebagainya untuk
keperlukan pengambilan pada kemudian hari.
Page 24
9
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya petani
adalah orang yang bercocok tanam, dan mengambil hasil dari
alam, macam-macam cocok tanam petani antara lain adalah
petani sayuran, petani padi, petani kacang-kacangan dan lain-
lainnya.
3. Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 adalah sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki
pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta
akhlak mulia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 263)
Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-
nilai dan kebudayaan yang ada dalam masyarakat (Roqib,
2009:15-16).
Page 25
10
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat
menyimpulkan pengertian pendidikan yaitu usaha seseorang
untuk melakukan pembelajaran dan pengajaran dengan
mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang
sekaligus pembinaan kepribadian seseorang agar memiliki
pengetahuan yang lebih serta kemampuannya dalam
menghadapi lingkungan sekitarnya.
4. Akhlakul karimah
(Subrono, 1989: 29) Akhlak berasal dari bahasa arab
“khuluqun” yang berarti budi pekerti, tingkah laku dan tabiat.
Menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang
baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia,
dan menentukan tujuan akhir. Akhlak dibedakan menjadi dua
yaitu : akhlak kepada allah dan akhlak kepada makhluk allah.
Akhlakul karimah atau akhlak mulia yaitu sikap yang baik
sesuai ajaran agama islam. Seseorang yang memiliki akhlakul
karimah maka akan disenangi banyak orang. Akhlak dibedakan
menjadi dua yaitu : akhlak kepada allah dan akhlak kepada
makhluk allah. (syarifah Habibah, Akhlak dan Etika Islam,
Jurnal Pesona Dasar Vol. 1 No.4 2015. Hlm 73).
5. Anak usia 7-12 tahun
Anak adalah manusia yang masih kecil (Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa, 2005:41). Individu yang
Page 26
11
membutuhkan bimbingan, didikan, ajaran dan asuhan oleh
orang tua agar dapat membentuk pribadi seutuhnya dan dapat
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang
batasan usianya tidak selalu sama diberbagai negara.
(Ensiklopedia, 2004: 4) Indonesia, sering dipakai batasan usia
anak dari 0-12 tahun,dalam kelompok anak di indonesia akan
termasuk bayi, anak balita, dan anak usia sekolah, ada tiga
proses perkembanagan anak: Perkembangan kognitif,
Perkembangan Psikolososial, dan Perkembangan Moral.
Dari beberapa uraian pengertian-pengertian di atas dapat
ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan Pola Asuh
Orang Tua petani dalam Mendidik Anak di Dusun Ngawen
Banyusri Wonosegoro adalah cara orang tua yang berprofesi
sebagai petani dalam mendidik dan mengasuh anaknya
sehingga anak dapat memiliki pengetahuan yang lebih serta
kemampuannya dalam menghadapi lingkungan sekitarnya dari
orang tuanya.
F. Sistematika Penulisan.
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti akan membagi dalam
beberapa bab. Dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi
ini dapat tersusun dengan baik dan dapat memenuhi standar
Page 27
12
penulisan sebagai karya ilmiah. Adapun sistematika pembagian bab
adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan Menjelaskan secara umum tentang arah
dan maksud penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pola
asuh orang tua petani tehadap pendidikan anak, sehingga pembaca
dapat mengetahui latar belakang, fokus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka menjelaskan mengenai teori-teori yang
relevan dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di lapangan
mengenai pola asuh orang tua pengrajin bambu terhadap
pendidikan anak, yaitu teori tentang pola asuh orang tua, macam-
macam pola asuh orang tua, faktor yang menentukan pola asuh, upaya
pola asuh orang tua, penjelasan tentang pengrajin bambu, pengertian
pendidikan, komponen- komponen pendidikan, dan tanggung
jawab orang tua terhadap pendidikan anak. Dengan teori tersebut
pembaca dapat mengetahui pengertian yang berkaitan dengan pola
asuh orang tua pengrajin bambu dalam mendidik anak.
BAB III Pembahasan menjelaskan tentang uraian data dan temuan
yang diperolah dari hasil dalam penelitian yang dilakukan di lapangan
melalui observasi, wawancara atau interview, dan dokumen berupa
gambar tentang pola asuh orang tua petani dalam mendidik anak di
dusun Ngawen, Banyusri, Wonosegoro.
Page 28
13
BAB IV Bab ini memuat tentang gagasan penelitian, posisi
temuan/ teori terhadap teori dan temuan-temuan yang dilakukan
sebelumnya, serta penjelasan dari temuan atau teori yang diungkap
dari lapangan mengenai pola asuh orang tua petani dalam mendidik
anak di Dusun Ngawen, Banyusri, Wonosrgoro.
BAB V bab penutup ini memuat temuan pokok atau kesimpulan
dari beberapa bab terdahulu berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga akan memeberikan tindak lanjut
serta mengemukakan saran-sarann yang berkaitan dengan pola asuh
petani dalam mendidik anak.
Page 29
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. POLA ASUH ORANG TUA
Keluarga dimulai dengan pria dan wanita yang secara resmi
dinyatakan sah sebagai suami istri. Pasangan tersebut bertambah peran
sebagai orang tua setelah ada anak yang lahir. Anak merupakan pelengkap
dan titipan yang harus dijaga serta dididik oleh orang tua. Keluarga
merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.
Orang tua adalah penanggung jawab bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang
tua setiap orang tua memiliki pola yang berbeda-beda dalam menunjukkan
keperdulian serta tanggungjawabnya dalm memenuhi kebutuhan anak baik
secara jasmani maupun rohani, semua itu tercermin dalm pola asuh yang
ditunujukkan setiap orang tua kepada anaknya, melalui pola asuh yang
baik diharapkan anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang baik sesuai
dengan harapan orang tuanya. Tugas-tugas orang tua terhadap anak akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengertian Pola Asuh
Menurut Tim penyusun Kamus Pusat dan Bahasa, (1988: 54),
Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang
tepat. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, membimbing (membantu: melatih dan
Page 30
15
sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) datu
badan atau lembaga.
Shochib (2007:16) pola asuh adalah upaya orang tua yang
diaktualisasikan dalam penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial
internal dan eksternal, pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan
anak-anaknya, suasana psikologis, sosio-budaya, perilaku yang
ditampilkan saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak, kontrol
terhdap perilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral sebagai
dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak.
Pola asuh menurut Djamarah (2015: 51) adalah suatu upaya orang
tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing
anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh menurut Hurlock
(2005: 44) adalah interaksi aturan, norma, tata nilai yang berlaku pada
masyrakat dalam mendidik dan merawat anak-anaknya.
Papalia Baumrid (2009: 410) pola asuh orang tua adalah pola
perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari
waktu ke waktu dan dapat dirasakan oleh anak dan bisa memberi efek
negatif maupun positif. Poerwadarminta (2007: 14) adalah gambaran
tatacara atau perbuatan yang dilakukan orang tua (ibu/bapak atau
wali), dalam menjaga, mendidik serta merawat anaknya. Disamping
lingkungan sosial yang dimiliki oleh seorang anak, pola asuh akan
turut menentukan terbentuknya sikap dan watak anak dalam menjalani
hidupnya.
Page 31
16
Jadi, Berdasarkan beberapa pengertian tentang pola asuh orang tua
diatas dapat dinyatakan bahwa pola asuh adalah pola perilaku, tatacara,
dan perbuatan yang diterapkan orang tua baik ayah, ibu ataupun wali
yang menjaga dan mendidik, merawat anak secara konsisten yang bisa
memberikan efek negatif maupun positif, serta pola asuh juga dapat
membantu anak untuk mengemban dirinya.
2. Macam-macam Pola Asuh
Menurut Illahi (2013 : 135) pola asuh yang digunakan menentukan
potensi dan karakter seoranng anak. (Hamzah 2006: 70), pola asuh
yang terapkan setiap orang tua mempunyai ciri masing-masing ada tiga
gaya umum dalam menjalankan peran sebagai orang tua Otoriter,
Permisif dan otoritatif.
Terdapat beberapa macam teori pola asuh yang dapat dijadikan
acuan bagi orang tua. Kajian pendekatakan tentang pola asuh orang tua
sering menggunakan teori yang dikemukakan oleh Baumrind.
Berdasarkan hasil penelitian Diana Baumrind adalam Tulisan Jane
Brooks (2011: 112), terdapat tiga macam pola asuh yaitu :
authoritarian, authoritative dan permissive.
a. Authoritarian (otoriter)
Desmita (2012: 144) Pola asuh Otoriter adalah pola asuh yang
bersifat membatasi menuntut atau memaksakan anak untuk
mengikuti semua keinginan orang tua. Ciri-ciri pola asuh otoriter
yaitu :
Page 32
17
1) Menetapkan batas-batas yang tegas.
2) Menegakkan aturan berperilaku tanpa mempertimbangkan
kebutuhan anak.
3) Tidak memberi peluang untuk mengungkapkan pendapat.
4) Jarang menampilkan kehangan emosional.
5) Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika
anak ingin belaku kreatif cenderung kurang menghargai
pemikiran dan perasaan anak.
Persoalan yang terjadi dalam pola asuh otoriter yaitu ditandai
dengan hubungan orang tua dengan anak tidak hangat (Illahi, 2013:
136).
b. Authoritative/demokratis (berwenang)
Yaitu jenis pola asuh orang tua yang berwenang menerapkan
kontrol tegas atas perilaku anak, tetapi juga menekankan
kemandirian dan individualitas anak.Meski orang tua memiliki
standar yang jelas saatini dan dimasa depan atas perilaku anak,
orang tua bersifat rasional,fleksibel dan memerhatikan kebutuhan
serta kesukaan anak. Anak menjadi mandiri dan percayadiri dan
mengeksplorasi dunia mereka dengan senang dan puas.
Ciri-ciri pola asuh berwenang yaitu:
1) Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan
secara seimbang.
Page 33
18
2) Saling melengkapi satu sama lain,orang tua yang
menerima dan melibatkan anak dalam mengambil
keputusan yang terkait dengan keluarga.
3) Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan mengharuskan
anak- anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan
sosial sesuai usia dan kemampuan mereka, tetapi mereka
tetap memberikan kehangatan, bimbingan, dan komunikasi
4) Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan
larangan yang diberikan oleh orang tua kepada anak.
5) Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa
membatasi potensi yang dimiliki, namun tetap
membimbing dan mengarahkan anak-anaknya. (Muallifah,
2009: 47).
c. Permissive (permisif)
Yaitu jenis pola asuh orang tua yang permisif yang membuat
sedikit batasan bagi anak. Mereka menerima sifat impulsif anak,
memberikan kebebasan sebesar-besarnya meski masih menjaga
keamanan. Mereka terlihat dingin dan tidak terlibat. Orang tua
permisif kadang membiarkan perilaku yang membuat mereka
marah, tetapi mereka tidak merasa nyaman untuk mengekspresikan
kemarahannya. Kemudian mereka melepaskan amarah itu dengan
tiba-tiba dan cenderung melukai anak lebih dari yang mereka kira.
Page 34
19
Anak mereka cenderung tidak mandiri dan tidak memiliki kontrol
diri dan digolongkan sebagai sosok yang tidak dewasa.
Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu:
1) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas
mungkin.
2) Tidak menuntut anak untuk belajar bertanggung jawab.
3) Anak diberi hak yang sama dengan orang dewasa, dan
diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur
dirisendiri.
4) Tidak banyak mengatur dan mengontrol, sehingga anak
tidak diberi kesempatan untuk mandiridan mengatur diri
sendiri dan diberikan kewenangan untuk mengontrol dirinya
sendiri (Muallifah, 2009: 48).
Selain dari tiga pola asuh diatas, ada satu macam pola asuh
yaitu tipe laisses (Djamarah, 2004: 26). Kata laisses faire berasal
dari Bahasa Prancis yang memiliki arti membiarkan. Dalam istilah
pendidikan, laissez faire adalah suatu sistem dimana si pendidik
menganut kebijakan non interference (tidak ikut campur). Yang
dimaksud dengan pola asuh laisses fire (penelantaran) adalah pola
asuh orang tua yang mendidik anak secara bebas, bebas melakukan
apa saja yang dikehendakinya (Mansur, 2005: 354-356). Orang tua
menelantarkan anak secara psikis, kurang memperhatikan
pertimbangan si anak, anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa
Page 35
20
mengawasi anak, dan orang tua lebih memperioritaskan
kepentingannya sendiri karena kesibukan (pekerjaan). Orang tua
seperti ini cenderung kurang perhatian dan acuh tak acuh terhadap
anaknya. Anak dengan pola asuh ini paling potensial terlibat dalam
kenakalan remaja seperti penggunakan narkoba, merokok diusia
dini dan tindak kriminal lainnya. Selain itu juga bersifat implsive
dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas
atau kegiatan tertentu.
Macam-macam pola asuh dapat disimpulkan bahwa ada empat
macam pola asuh, yaitu pola asuh authoritarim (otoriter), pola asuh
autoritative (demokrasi), pola asuh permissive (permisif), dan pola
asuh laissezn faire (penelantaran).
3. Faktor yang menentukan pola asuh
Menurut Casmini, Faktor yang mendukung terlaksanya pola asuh
dengan baik bukan hanya tergantung dengan jenis pola asuh yang
tetapkan oleh orang tua, tetapi juga tergantung pada karakteristik
keluarga, anak dan jenis pola asuh yang diterapkan. (Muallifah, 2009:
64).
Adapun beberapa karakterisktik sebagai berikut : (Muallifah, 2009:
64-67).
a. Karakteristik Keluarga dan Anak
Dalam keluarga dan anak, ada beberapa karakteristik, yaitu:
1) Karakteristik Struktur Keluarga
Page 36
21
Hal-hal yang berkaitan dengan struktur keluarga
adalah etnis keluarga dan pendidikan (lingkungan
pergaulan sosialdan etnis). Pola asuh tidak hanya
dipengaruhi oleh situasi keluarga, tetapi juga
lingkungan disekitar, situasi perawatan anak, situasi
sekolah, juga konflik yang terjadi dilingkungan sekitar.
2) Karakteristik Struktur Anak
Ketika ingin memperlakukan jenis pola asuh,
yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu
memperhatikan karakteristik anak, diantaranya adalah
karakter anak, bagaimana perilaku sosial dan
keterampilan kognitif anak. Karena, ketigahal tersebut
dalam diri anak berbeda antara anak laki-laki dan
perempuan, dan berbeda pada masing- masing anak.
Menurut hasil penelitian, anak perempuan lebih
menunjukkan kemampuan sosial dan kemampuan
bahasany adari pada laki-laki, karena laki-laki lebih
menguasai dibidang hitung atau matematika.
3) Karakteristik Budaya Keluarga
Karakteristik kultur keluarga didefinisikan pada
kemampuan berbahasa, sedangkan indikator dalam
karakteristik kultur keluarga adalah reading
Page 37
22
behavior, home language,dutch anguage, mastery, and
culture participation.
4) Karakteristik Situasi Keluarga
Penelitian tentang “komposisi keluarga”
menunjukkan anak dalam keluarga satu orang tua
(singleparent) akan mengalami problem perilaku dan
emosional yang frekuensinya lebih dari pada anak
dalam keluarga yang orang tuanya lengkap, karena
keluarga yang hanya satu orang tua akan mengalami
ketegangan, disebabkan akan mengalami kesulitan
keuangan, problem kesehatan, serta perubahan karena
perceraian yang berpengaruh terhadap orang tua dalam
pengasuhan anak dan interaksi keluarga.
b. Karakteristik Pola Asuh
Dalam karakteristik pola asuh, beberapa hal yang perlu
diketahuiyaitu:
1) Perilaku Pola Asuh Anak
Perilaku pola asuh orang tua sangatlah variatif,
tergantung pada ideologi dan keinginan orang tua. Namun
tidak seharusnya orang tua menerapkan tipe pengasuhan
ekstren pada suatu model. Bagaimana cara orang tua
berkomunikasi terhadap anak dengan yang lain, monitor
orang tua, penerapan disiplin terhadap anak, kepercayaan
Page 38
23
orang tua, dukungan, dan pemberian kebebasan pada anak
tidak ekstrem. Misalnya, orang tua selalu menerapkan
anak harus patuh terhadap semua peraturan yang
diinginkan oleh orang tua. Perilaku pola asuh yang
disosialisasikan dalam keluarga dan sekolahakan
menentukan kompetensi perkembangan anak (sosial,
kognitif, emosi, religius, dsb).
1) Interaksi orang tua-anak
Interaksi orang tua-anak tidak hanya ditentukan
oleh kuantitas pertemuan antara orang tua dan anak,
tetapi juga sangat ditentukan oleh kuaitas dalam
interaksi tersebut. Dapat menyangkut tentang
bagaimana orang tua mampu memahami karakteristik
anak, tipe pola asuh yang diterapkan sesuai dengan
anak-anaknya. Sehingga dalam interaksi, anak tidak
merasa tertekan dan tersiksa karena mengeluh bentuk
pola asuh yang diterapkan oleh orangtua tidak sesuai
dengan dirinya.
2) Kompetensi Orang Tua dalam Pola Asuh Anak
Kompetensi pengasuhan anak bukan
merupakan faktor yang statis, namun dinamis. Karena,
tergantung dengan kemampuan orang tua untuk dapat
mengkoneksikan dengan perkembangan dan
Page 39
24
pertumbuhan anak. Kompetensi tersebut meliputi
kompetensi dalam tugas orang tua untuk memajukan
kerjasama, terpenuhinya kelekatan, dan lingkungan
dalam pelaksanaan tugas anak. Kompetensi pengasuhan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik orang tua.
Selain beberapa karakteristik di atas yang dapat
menentukan pola asuh, ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak.
Berdasarkan penelitian yang peneliti temukan di lapangan,
faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap
anak yaitu:
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi dapat mempengaruhi pola asuh orang
tua terhadap anak, terlebih ekonomi orang tua yang rendah.
Hal tersebut dapat terjadi karena dapat menghambat orang
tua dalam memberikan asuhan terhadap anak dan tentunya
akan berpengaruh terhadap emosional orang tua dalam
mengasuh anak.
b. Faktor Profesi Orang Tua
Profesi orang tua juga memberikan pengaruh yang
besar dalam menentukan pola asuhnya. Orang tua yang
disibukkan dengan profesinya dan tidak dapat membagi
waktu untuk mengasuh anaknya akan lebih cenderung
Page 40
25
bersifa tindifferent (penelantar). Sedangkan orang tua yang
memiliki kesibukan dengan profesinya namun dapat
membagi waktu untuk dapat mengasuh anaknya akan
bersifat otoritatif dan otoriter.
2) Upaya pola asuh orang tua
Yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam
menerapkan pola asuh yang diberikan terhadap anak yaitu
(Muallifah, 2009: 67-68):
a. Mampu menyesuaikan dan memahami kondisi anak.
Karena setiap anak berbeda-beda antara anak yang
pertama, kedua dan yang terakhir pasti memiliki
karakter yang berbeda. Oleh karena itu dalam
penerapan model pola asuh dapat berbeda sesuai
dengan kondisi anak.
b. Dalam sisi lain, orang tua menyamartakan penerapan
model pola asuh kepada semua anaknya. Agar anak
tidak menuai pertentangan, keluh kesah dan
kekecewaan dikarenakan mendapatkan perlakuan
model pola asuh yang berbeda.
c. Jangan membedakan masing-masing anak dalam
perlakukan, serta jangan terlalu menunjukkan kelebihan
salah satu anak di depan anak yang lainnya yang
dimaksudkan untuk meremehkan anak yang lain. Hal
Page 41
26
tersebut dapat membuat anak menjadi putus asa dan
down dengan potensi yang dimilikinya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Satyah Tati Imam
Sayono (1983) sebagaimana dikutip oleh Thoha (1996:
113) menyebutkan. Bahwa sikap orang tua yang
melindungi anak secara berlebihan menyebabkan sikap
anak tidak ada motivasi untuk belajar. Pasif dan seringkali
menjururus kesikap neuritik, kurang rasa harga diri, dan
tidak ada kesanggupan untuk merencanakan sesuatu.
Dengan demikian pola asuh yang bersifat permitif dan
otoriter tidak menguntukan lagi bagi perkembangan
kepribadian anak maupun terhadap kemajuan belajarnya.
Selain itu juga dipengaruhi karena kesibukan sebagai
akibat orang tua bekerja. Maka dari itu, upaya pola asuh
sebagai cara mendidik anak yang baik adalah dengan
menggunakan pola asuh demokratis, tetapi tetap
mempertahankan prinsip-prinsip yang universal dan
absolut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumadi
Suryabrata (1984) sebagaimana dikutip oleh Thoha (1996:
114) memberikan beberapa petunjuk dalam menghadapi
anak antara lain:
Page 42
27
a) Jangan berdiri di depan anak, tetapi berdiri di samping
anak.
b) Jangan menunjukkan otoritas, tetapi tunjukkan
simpati.
c) Usahakan mendapat kepercayaan dari anak dan
berikan bimbingan.
d) Hadapi anak dengan bijaksana.
4. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Islam
Pola pengasuhan anak dalam Islam dikenal dengan istilah
“hadanah” menurut para ahli fiqh “hadanah” adalah melakukan
pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, laki-laki ataupun
perempuan yang sudah besar, namun belum tamyiz, menyediakan
sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang
menjadikan merukanya, mendidik jasmani, rohani serta akalnya agar
mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan tanggung jawabnya
(Chabib Thoha, 1996: 111).
Anak adalah amanah Allah yang percayakan kepada hamba-Nya.
Setiap hamba yang dipercaya untuk menerima amanah-Nya, memiliki
tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan itu.
Anak bukanlah miniatur orang dewasa salah besar bila kita
memperlakukan anak seperti kita memperlakukan orang dewasa. Anak
merupakan makhluk yang sedang mengalami perkembangan fisik dan
sikologis secara cukup pesat. Setiap tahapan perkembangan anak
Page 43
28
membutuhkan metode pendekatan yang berbeda-beda. Anak adalah
pribadi yang khas yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Mereka
ingin diperlakukan secara khas oleh orang dewasa dan disekitarnya.
Anak adalah makhluk yang memiliki eksisensi, sehingga ia selalu ingin
diakui keberadaanya (Santrok, 2002: 85). Salah satu tanggung jawab
yang harus diberikan orang tua atas anak yang diamanahkan kepada
mereka adalah pola asuh yang tepat untuk membantu membetuk
karakter anak. Hal ini sesuai dengan konsep Islam yang tercantum
dalam hadits riwayat Abu Harairah Rasulullah SAW bersabda: “
barang siapa tidak mengasihi (anaknya), maka ia tidak akan dikasihi
(anaknya)”. Dalam konteks yang luas, hadits tersebut dapat diartikan
bahwa apabila kita menginginkan anak yang berkarakter pengasih,
maka harus dimulai dari orang tua yang selalu mengasihi dan
menyayangi anaknya. (Prasetyaningrum, 2012: 47-48).
Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi orang
yang berkepribadian baik, siap mental yang sehat serta akhlaq yang
terpuji. Orang tua juga sebagai pembentuk pribadi yang pertama dalam
kehidupan anak dan menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Secara umum tanggung jawab dan mengasuh anak merupukan
tugas orang tua, dalam firman allah SWT. (Kementrian Agama: 2009:
561)
Page 44
29
ا وقىدها الناس يا أيها ال ذين آمنىا قىا أنفسكم وأهليكم نار
ما أمزهم والحجارة عليها ملئكة غلظ شداد ل يعصىن للا
ويفعلىن ما يؤمزون
Artinya :“hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-
malaikat-malaikat yang kasar, diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At-Tahrim, 66: 6).
Dalam ayat diatas terdapat kewajiban yang harus dipikul orang tua
yakni orang tua berfungsi sebagai pendidik anak dan sebagai pelindung
dan pemelihara keluarga. Tugas orang tua iailah mendidik
keturunannya. Dalam relasi anak dengan orang tua secara qodrati
mencakup atas unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak
dan mendewasakannya.adanya kemungkinan untuk dapat dididik pada
diri anak, maka orang tua menjadi wadah pertama dan paling utama
yang mampu dan berhak menolong keturunannya, serta mendidik
anak-anaknya. (Kartini, Kartono, 2006: 63).
Jadi, pola asuh orang tua merupakan keseluruhan interaksi antara
orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulis
anaknya dengan merubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai
yang dianggap paling tepat agar anak lebih mandiri, tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Page 45
30
Mengingat akan pentingnya peran orang tua dalm mengasuh anak,
maka untuk mewujudkan semua itu bukanlah hal yang mudah
mengingat banyak sekali faktor yang dapat mengakibatkan ketidak
berhasilan pola asuh orang tua terhadap anak.
Menurut Syamil (2011: 418), didalam Islam ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mendidik anak yaitu metode teladan
sebagaimana dalam al-Qur’an dengan tegas menekankan pentingnya
teladan. Seperti dalam surah Al-Ahzab ayat 21 bahwa Allah menyuruh
kita mempelajari keteladanan Rasulullah Saw, firman Allah yang
berbunyi : (Kementrian Agama, 2009:421)
أسىة حسة لوي كاى يسجى للا لقد كاى لكن في زسىل للا
ا كثيس واليىم الخ س وذكس للا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS,
Al-Ahzab 21)
Dalam ayat diatas bahwa teladan yang dapat diberikan yaitu
akhlaq yang terpuji seperti sifat dermawan, berani, amanah dan
menghormati orang lain. Hal itu semua didapat oleh anak dari orang
tuanya dengan melihat secara langsung.
Nasihat atau memberikan pengertian sangatlah penting bagi
perkembangan anak karena hal itu dapt menjadikan anak memahami
dirinya dengan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Page 46
31
Sebagaimana dalam surat al-Lukman Aayat 13 bahwasanya orang tua
harus memperlakukan tindakan dengan mencegah perbuatan tersebut,
agar tidak diulang kembali. Firman Allah SWT yang berbunyi:
(Kementrian Agama, 2009:413)
إى وإذ قال لقواى لبه وهى يعظه يا بي ل تشسك بالل
سك لظلن عظين الش
artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar".” (Qs. Al-Lukman ayat
13).
Sesuai ayat diatas bahwa sebagai orang tua saat memberikan
pengertian terhadap apa yang dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan seharusnya benar-benar diterapkan dan jangan sampai orang
tua melanggarnya dan anak melihatnya.
B. Petani
Petani merupakan seseorang yang mengelola atau bercocok tanam
dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan
memperoleh kehidupan dan mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam
arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, perternakan, perikanan, dan
pemungutan hasil laut (Shinta, 2011: 40).
Page 47
32
Petani sering digambarkan sebagai individu yang bekerja disektor
pertanian, penghasilannya sebagian besar berasal dari sektor pertanian.
Pemberdayaan para petani ini cukup rumit, hal ini berdasarkan pada
karakteristik petani yang kompleks, serta permasalahannya juga sangat
rumit. (O.M Anwas, 2014: 127).
Erizal (2006) dalam karyanya megemukakan bahwa Petani
memiliki kata dasar “tani” yang berarti orang yang pekerjaannya
bercocok taman. Bertani atau petani adalah mata pencarian dalam
bentuk bercocok tanam, yang pengusahannya mengambil hasil dari
alam dan tanah tanpa usaha menyuburkan kembali tanah dan
sebagainya untuk keperlukan pengambilan pada kemudian hari.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya petani adalah
orang yang bercocok tanam, dan mengambil hasil dari alam, macam-
macam cocok tanam petani antara lain adalah petani sayuran, petani
padi, petani kacang-kacangan dan lain-lainnya.
C. Pendidikan Akhlaqul Karimah
1. Pengertian Pendidikan
Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dalam
bahasa Arab adalah tarbiyah, dengan kata kerja rabba, kaya
pengajaran dalam bahasa Arab adalah ta’lim dengan kata kerja
Allama. Pendidikan dan pengajaran disebut tarbiyah wa ta’lim,
sedangkan pendidikan islam adalah tarbiyah islamiyah. Kata rabba
(mendidik) sudah digunakan sejak zaman Nabi Muhammada SAW.
Page 48
33
Sedangkan kata ta’lim dengan kata kerjanya allama juga sudah
digunakan pada zaman Nabi, baik dalam al-Qur’an, hadist atau
pemakaian sehari-hari (Zakiyah Darajat, 2006: 25.)
Menurut Sudirman N.,dkk., Pendidikan diartikan sebagai
usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental. (Hasbullah, 2012: 01).
Menurut KI Hadjar Dewantara pendidikan merupakan kunci
pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan dilakukan melalui usaha
menuntun segenap kekuatan kodrat yang dimiliki anak, baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Rohman. 2013: 05).
Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang
belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatanm yang
dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan
dakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh, melatih
ketrampilan berbuat, memberikan motivasi, dan menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan
pribadi muslim itu telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian
sekarang. Orang Arab Mekah yang tadinya menyembah berhala,
musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan
Nabi mengislamkan mereka, lalu tigkah laku mereka berubah menjadi
menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah
Page 49
34
lembut, dan hormat pada orang lain. Mereka telah berkepribadian
muslim sebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dengan
itu berarti Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu
kepribadian muslim sekaligus Nabi Muhammad Saw adalah seorang
pendidik yang berhasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentu
manusia, kita rumuskan dengan pendidikan Islam. Ciri ialah
perubahan sikap dan tingkah laku sesuai petunjuk ajaran Islam. Untuk
itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup
yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian secara umum
dapat dikatakan pendidikan islam adalah pembentukan kepribadian
muslim. (Darajat, 2006: 27).
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, bagi
peranannya dimasa yang akan datang. (Hamalik, 2010: 14).
Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari
kegelapan, kebodohan dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas
pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang
memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan dunia
tempat mereka hidup. (Abdullah, 2007: 21-23).
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mentransfer ilmu
pengetahuan yang dilakukan secra bertahap sehingga terdapat
perubahan terhadap apa yang diberikan.
2. Macam-macam Tujuan Pendidikan
Page 50
35
Tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu:
a. Tujuan umum pendidikan adalah tujuan yang pada akhirnya akan
dicapai oleh pendidik terhadap peserta didik. Tujuan umum
pendidikan sering disebut juga dengan istilah tujuan akhir
pendidikan atau tujuan total atau tujuan lengkap.
b. Tujuan khusus pendidikan adalah tujuan yang merupakan
pengkhususan dari tujuan umum pendidikan.
c. Tujuan seketika atau insidental adalah tujuan pendidikan yang
bersifat seketika sesuai dengan momen tertentu. Misalnya
memberi tahu cara bertelpon, cara makan ditempat umum, dan
lain-lain.
d. Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya berlaku sementara
saja, sehingga kalau sudah tercapai tujuan yang diinginkan maka
tujuan sementara ini kemungkinan ditinggalkan. Tujuan
semesntra ini seolah-olah merupakan tempat beristirahat.
e. Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang mempunyai hubungan
dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerohanian
pada bidang etika, keagamaan, estetika, dan sikap sosial dari
orang tua.
Tujuan perantara atau intermedier adalah tujuan yang hampir
sama dengn tujuan sementara, akan tetapi khusus mengenai
pelaksanaan teknis dari tugas-tugas belajar. Misalnya belajar
membaca, belajar menulis seolah-olah terlepas dari tujuan akhir,
Page 51
36
sehingga seakan-akan cara belajar mengeja tidak terikat kepada
pandangan hidup tertentu. Padahal sebetulnya hubungannya sanagt
erat dengan tujuan akhir. (Arif Rohman. 2013:05).
3. Pengertian Akhlaqul Karimah
Secara etimologis (lughatan) akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk
jamak dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan.
Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan
khalaq (pencipta) (Yunahar Ilyas, 2016: 01).
Sedangkan secara terminoligis, salah satu definisi akhlak menurut
Ibrahim Anis dalam (Yunahar Ilyas, 2016: 02). Yaitu akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.
Sahabat Abu Bakar mengakui sendiri akan keagungan akhlak
Rasul. Seraya ia mengatakan: Abu Bakar berkata kepada Rasul,
sungguh aku telah malang melintang mengelilingi arab dan saya
dengar sendiri kehebatannya, sejauh ini pula saya belum pernah
melihat dan mendengarkan seorangpun yang seperti tuan, siapakah
yang mengajari tuan akhlak yang luhur ini? Rasul menjawab: saya
dididik alhlak oleh Tuhanku, maka aku menjadi saleh. (Miftahur
Huda. 2009: 22). Hadis ini mengisyaratkan bahwa sebenarnya
manusia telah memiliki potensi perilaku moral, hanya saja masih
Page 52
37
perlu disempurnakan dengan kehadiran Muhammad Saw sebagai
utusan Allah beliau membawa misi penyempurnaan akhlak manusia
melalui wahyu (Abdul Mustaqim, 2005: 103).
4. Pokok-pokok Akhlaqul Karimah
a. Akhlaqul Karimah kepada Allah SWT
Pada prinsipnya adalah penghambaan diri secara total
kepada Allah SWT. Adapun perbuatan yang termasuk Akhlaqul
Karimah kepada Allah SWT antara lain:
1) Mengenali-Nya dengan baiik dan benar
2) Membernarkan segala firman-Nya
3) Menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya
4) Senantiasa mengingat-Nya, Allah SWT berfirman: (Kementrian
agama )
ا ا كثيس ذكس يا أيها الريي آهىا اذكسوا للا
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya”. (Qs. Al-Ahzab ayat 41).
5) Mencintai-Nya (Firdaus, 2007: 57)
b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia
Pada dasarnya bertolak pada keluhuran budi dalam
menempatkan diri dan menempatkan orang lain pada posisi yang
tepat. Adapun perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada
manusia antara lain:
1) Mengikuti jejak Rasulullah Saw
Page 53
38
2) Menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul Saw
3) Menghormati para Ulama.
4) Menaati Ulil Amri (Firdaus, 2007: 61-63).
c. Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain
Pada prinsipnya adalah menempatkan makhluk lain itu
sesui dengan posisinya masing-masing. Adapun perbuatan-
perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah terhadap mahluk lain
antara lain:
1) Menghormati keberadaan malaikat.
2) Menghargai keberadaan jin.
3) Mewaspadai keberadaan iblis.
4) Menyayangi binatang.
5. Macam-macam Akhlaqul Karimah
a. Berbakti kepada orang tua
Kasih sayang merupakan kebutuhan asasi bagi manusia.
Diantara karunia dan anugrah Allah SWT yang sangat besar
terhadap manusia adalah bahwa Allah menjadikan rasa kasih
sayang sebagai insting-insting pada disetiap orang tua (Syantut,
2007: 86). Kedua orang tua adalah yang berjasa dalam kehidupan
setiap anak. Tanpa mereka, tak mungkin seorang anak lahir
kedunia. Orang tualah yang telah mengasuh dan merawat dari
kecil hingga dewasa. Karena kasih sayang dan cinta tuluslah yang
membuat seorang anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
Page 54
39
Mereka juga memberi kebaikan tanpa meminta balasan. Mereka
tidak pernah menghitung berapa banyak uang yang diberikan
kepada seorang anak untuk keperluan sandang dan pangan.
Di dalam kebaktian kepada orang tua, ada seribu satu
keberkahan hidup. Bahkan, kesuksesan dan kemuliaan kehidupan
anak sangat bergantung pada kebaktian mereka kepada orang
tuannya. Perintah berbakti kepada kedua orang tua adalah salah
satu perintah yang bersifat univiersal, yakni berlaku bagi seluruh
umat manusia pada semua zaman (El Shuta, 2012: 125). Para ahli
tafsir berkata, Allah SWT. Menghubungkan antara ibadah kepada
Allah dan berbakti kepada kedua orang tua, karena untuk
menegasakan besarnya hak kedua orang tua kepada anaknya
(Yaasir, 2003: 103).
Penetapan Islam atas kewajiban anak untuk berbakti
kepada orang tua, sesungguhnya adalah wujud nyata dari
penghargaan Islam atas mualia dan tingginya kedudukan kedua
oranng tua di hadapan Allah dan manusia. Berbakti kepada kedua
orang tua adalah salah satu perbuatan yang mulia. Bahkan
Rasulullah Saw. Dengan tegas menyatakan bahwa berbakti kepada
kedua orang tua itu pahalanya sama dengan Jihad Fisabillah (El
Sutha. 2009: 05).
Berbakti kepada kedua orang tua akan mendapat
kemuliaan, keberkahan, dan kesuksesan di dunia. Keridhoan Allah
Page 55
40
tergantung orang tua dan murka Allah tergantung murka orang
tua. Ridho orang tua adalah cara untuk mengetuk pintu rahmat
Allah Swt, walau sesunggunya pintu rahmat itu selalu terbuka
untuk hamba-hambanya (Saleh. 2011: 84 ).
Dengan demikian, untuk memperoleh kehidupan yang
bahagia di dunia dan di akhirat maka harus berbaktu kepada orang
tua yaitu dengan selalu menjaga dan memeliharanya.
b. Menghormati guru
Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada
murid. Tugas pendidik dalam islam secara umum adalah
mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi
anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun eafektif
(Ahmad Tafsir, 2008: 74). Hubungan antara guru dan murid
bukanlah hubungan yang didasarkan pada untung-rugi, dalam arti
ekonomi.
Penghargaan Islam terhadap guru sangat tinggi, yaitu
meletakkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi
dan Rasul. Hal itu terjadi karena guru selalu terkait dengan ilmu
pengetahuan. Ada penyebab khas mengapa orang Islam
menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu
semuanya bersumber dari Tuhan (Ahmad Tafsir, 2011: 76).
Kedudukannya dihargai dengan tinggi bila mau mengamalkan
ilmunya yaitu dengan cara mengajarkan kepada orang lain.
Page 56
41
Dengan demikian, sebagai murid selalu menghormati guru.
Karena gurulah yang dapat mengantarkan seseorang kepada
kesuksesan.
c. Memaafkan kesalahan orang lain
Akhlak ini termasuk salah satu akhlaqul karimah yang
sangat penting. Orang yang memberi maaf adalah orang yang kuat,
kaya batin, dan berjiwa lapang (Toto, Tasmara. 2001: 32.)
sebenarnya tindakan memaafkan sebenarnya memilki satu pesan
penting, yaitu niat untuk berdamai baik untuk orang lain maupun
diri sendiri. Memeaafkan mengandung makna menerima kejadian
yang negatif yang harus dimaafkan dan sebagai bagian antara satu
dengan yang lain. Untuk kemudian melupakan peristiwa tersebut
agar tidak ada lagi perasaan ingin menyakiti. Memaafkan
mengandung makna universal yang setiap orang mengalami hal ini.
Memaafkan tidak hanya memberikan pengaruh pada
kenyamanan dalam bersosialisasi dengan orang lain, tetapi juga
kesehatan tubuh. Menurut penelitian terakhir, para ilmuan Amerika
membuktikan bahwa mereka mampu memaafkan memiliki tingkat
kesehatan yang lebih tinggi, baik jiwa maupun raga (Rusdi. 2011:
66). Beberapa dampak positif dari sifat memaafkan bagi kesehatan
antara lain:
1) Dapat menyehatkan pikiran
2) Membuat otot menjadi elastis dan kuat
Page 57
42
3) Menstabilkan tekanan darah
4) Menghilangkan sakit hati
5) Menyehatkan tulang leher dan punggung
Menurut David Norris menyembuhkan lima langkah untuk
menjadi pribadi pemaaf, yaitu:
1) Memperteguhkan niat untuk memaafkan
2) Secara akurat memeriksa kembali pelanggaran (kesalahan)
orang yang akan dimaafkan
3) Memaknai kembali luka batin akibat kesalahan
4) Membina kembali relasi yang terputus
5) Mengintegrasikan kembali berbagai retak psikis yang dialami
akibat luka batin (Rusdi. 2011: 167).
Menurut Timothy Wibowo ia mengemukakan beberapa
alasan yang menghalangi seseorang memberi kata maaf ketika
bersalah, antara lain:
1) Memberi kata maaf dipahami sebagai sikap menyetujui
perbuatan yang dilakukan orang lain.
2) Memaafkan diidentikan dengan kesediaan menerima kembali
orang yang telah berbuat salah dalam kehidupan kita.
3) Memaafkan diyakini dapt menurunkan gengsi.
4) Jika memaafkan, ada kemungkinan hati kita akan sakit lagi.
Page 58
43
5) Perasaan ingin memberikan hukuman kepada orang yang
berbuat salah dengan cara tidak memaafkan (Rusdi. 2011:
176-177).
Dengan demikian, orang yang memaafkan akan merasa
lebih baik, tidak hanya secara batiniah, tetapi juga jasmaniah.
d. Jujur
Benar atau jujur adalah golongan akhlak mahmudah.
Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai
sikap terpuji (honoroble, respectable, creditable, dan maqamam
mahmuda) (Toto, Tasmara. 2001: 190). Jujur merupakan induk
dari sifat-sifat yang baik yang akan membawa kepada kebaikan.
Selain itu, kejujuran merupakan sendi-sendi dalam kehidupan
sehingga seseorang tidak akan mengalami kehancuran. Tanpa
kebenaran tidak mungkin akan terjalin kehidupan yang sejahtera.
Orang yang memiliki perilaku jujur akan senantiasa memiliki
tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
Sementara orang yang tidak jujur adalah orang yang
menipu dirinya sendiri dengan menghancurkan moral yang
dimilikinya. Orang tersebut juga telah membunuh suara hatinya
sehingga akar batinnya pun sangat rapuh. Orang yang tidak jujur
memiliki beberapa alasan seperti: kondisi ekonomi keluarga,
sebagian wanita (ibu) disibukkan oleh pekerjaan, tidak adanya
ayah di rumah dalam waktu yang lama, dan melimpahkan
Page 59
44
tanggung jawab pendidikan sosial kepada sekolah (Murshafi,
2009: 115).
Macam-macam kejujurran yaitu:
1) Kejujuran pada diri sendiri, yaitu kesungguhan yang
amat sangat untuk meningkatkan dan mengembangkan
misi dan bentuk keberadaanya (mode of existence)
untuk memberikan yang baik bagi orang lain.
2) Kejujuran terhadap Allah berarti berbuat dan
memberikan segala-galanya atau beribadah hanya
untuk Allah (Murshafi, 2009: 191-201).
Dengan demikian, orang yang jujur adalah orang yang
bertindak dan berkata apa adanya tanpa ada yang dikurangi. Sikap
yang di tunjukkan jauh dari kepura-puraan.
e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar
Al-Qur’an membimbing manusia untuk tidak memperolok-
olok, mengejek, atau merendahkan harga diri orang lain.
Dilarangnya juga seorang muslim untuk menaruh rasa curiga,
apalagi dendam dan benci. Kemudian ditanamkan pula cara
menghormati, membeimbing, dan menghargai orang lain baik
kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Ketika ada
semacam rasa kesal atau sesuatu yang tidak disenangi, segeralah
beristigfar sejukkan hati dengan kata-kata yang baik.
Page 60
45
Menjalin hubungan baik dengan orang lain merupakan
fitrah manusia. Yaitu, sebuah kondisi yang hanya dapat hidup
selama setiap individu mau membagi cinta kasihnya kepada
sesama (Toto Tasmara. 2001: 170). karena baginya, kehadiran
orang lain merupakan fitrah yang akan membawa dirinya kepada
ketentraman.
f. Sabar
Kata sabar makna habs, yang berarti menahan. Sabar
berarti melarang dan menahan. Secara istilah sabar adalah
menahan diri dari berputus asa, meredam amarah, mencegah lisan
untuk mengeluh, serta menahan anggota badan dari berbuat
kemungkaran (Soebachman, 2014: 65). Dalam hal ini berarti
menahan hati agar tidak gusar dan menahan dari segala macam
nafsu dan amarah.
Sabar termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan
diri seseorang dari melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab
itu, sabar menjadi kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan
kelurusannya (Soebachman, 2014: 65). Sabar termasuk inti dari
akhlaqul karimah karena didasari sifat dan sikap dasar iffah
(menjaga kehormatan diri) (Soebachman. 2012: 27). Rasulullah
menegaskan bahwa kesabaran adalah ibarat iman kepada tubuh
kita (El-Sutha, 2009: 04). Kesabaran merupakan puncak segala
kebaikan dan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan hidup.
Page 61
46
D. ANAK Usia 7-12 Tahun
1. Pengertian Anak
Ensiklopedia Nasional Indonesia (2004:04), anak dapat
dikatakan sebagai manusia muda yang batasan usianya tidak selalu
sama diberbagai Negara. Di Indonesia, sering dipakai sebagai batasan
usua dari 0-12 tahun. Maka dengan demikian, dalam kelompok anak
di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, dan anak usia sekolah.
Tori tabulasi J. Locke menyatakan, bahwa anak laksana kertas
putih yang diatasnya dapat dilukis apa saja menurut kehendak orang
tua, laksana lilin lembut yang bisa dibentuk apa saja menurut
keinginan para bembentuknya (Zulkifli L. 2001: 13.)
Menurut Zakiah Darajat masa perkembangan anak meliputi
fase pertama 0-2 tahun (masa bayi), fase kedua 3-5 tahun (masa
kanak-kanak), fase ketiga 6-12 tahun (masa sekolah), dan fase
keempat 13-23 tahun adalah masa remaja. (Kartini Kartono, 2007:
38-39).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak adalah manusia yang
masih kecil, dan belum dapat dikatakan dewasa. Batasan anak di
Indonesia adalah usia 0-12 tahun.
2. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah
Page 62
47
Usia 7-12 tahun (Usia Sekolah) adalah tahapan perpindahan
dari berfikir pra operasional menjadi operasional konkret yang terjadi
disekitarnya. (Abu Bakar, 2005: 43)
Tugas perkembangan anak usia 7-12 tahun (masa kanak-
kanak akhir/ usia sekolah) menurut Havinghurst dalam bukunya
Elizabeth B. (1994: 10), antara lain:
a. Membangun sikap dan perilaku sehat mengenai diri sendiri
sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
b. Mengembangkan hati nurani, memahami moral (akhlak), tata
tertib dan tingkatan nilai.
c. Belajar menyesuaikan dengan teman-temannya.
d. Mencapai kebebasan pribadi.
e. Mengembangkan pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari.
f. Mulai mengembangkan peran sosial wanita atau pria yang tepat.
Pada periode anak-anak terakhir (Usia Sekolah) ada tiga
proses perkembangan yaitu:
1) Perkembangan kognitif
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berfikir
operasiona. Anak sudah mampu menggunakan konsep
matematis, mampu mengklasifikasi, dapat berfikir reversible
(berfikir matang).
Page 63
48
Pada periode ini anak juga mampu menyatakan
hubungan keterkaitan anatara satu hal dengan hal lain,
mampu melihat hubungan serial berdasarkan beberapa fakta.
Hal yang paling utama pada masa periode anak-anak akhir
yaitu mereka masih terpaku pada hal-hal yang bersifat
konkrit.
2) Perkembangan psikososial
Konflik psikososial pada tahap ini dalam rentang
kehidupan adalah perkembangan produktifitas vs interioritas.
Konflik yang muncul pada masa periode ini adalah antara
keaktifan anak menghasilkan sesuatu dengan perasaan
rendah diri yang diakibatkan dari ketidak mampuan mereka
menghasilkan sebuah karya berdasarkan keinginan dan
kebutuhan mereka.
3) Perkembangan moral
Pada periode ini perkembangan moral individu berada
pada sub tahap dua, yaitu tahap yang berorientasi pada
individualisme dan tujuan. Pada tahap ini pemikiran moral
anak didasarkan pada reward dan minat pribadi (Elizabeth B,
1994: 15).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak
Page 64
49
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan anak itu
melalui beberapa fase (tingkatan), (Jalaludidin, 2007: 67). yaitu
diantaranya:
a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke
Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.
Kehidupan masa ini masih banyak dipengarhi kehidupan fantasi,
sehingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunkan
konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang
masuk akal.
b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga
ke usia (masa usia) edolesense. Pada masa ini, ide ke Tujanan
anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan
kepada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-
lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa
lainnya. Segala bentuk tindakan (amal) keagamaan mereka ikuti
dan pelajari dengan penuh minat.
c. The Induvidual Stage (tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang
paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.
Page 65
50
E. Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang telah
peneliti melakukan terkait tentang Pola Asuh Orang Tua Petani dalam
Mendidik Akhlaqul Karimah anak usia 7-12 Tahun, diakui bahwa
pengamatan yang dilakukan belum ada penulisan yang mengkaji hal
ini baik dalam bentuk kajian, skirpsi dan hal serupa, terutama di
IAIN Salatiga.
Shovia (IAIN Salatiga Tahun 2019). Dengan Judul penelitian
“HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DENGAN PERILAKU
SOSIAL SISWA KELAS XI SMA N 2 SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2018/2019”. Penelitian ini menjelaskan tentang
hubungan pola asuh orang tua dan pendidikan islam dalam keluarga
dengan memfokuskan pada perilaku sosial siswa kelas XI SMA N 2
Salatiga.
Ma’fiyatul Insiyah (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
2017). Dengan judul “PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK USIA DINI DI KELAS A1
RA DWP UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA”. Peneliti ini
menjelaskan tentang peran orang tua dalam membentuk kepribadian
anak usia dini.
Winarti (UIN syarif Hidayahtullah 2011). Dengan judul
“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Akhlak
Page 66
51
Anak 7-12 Tahun Di ketapang Tangerang”. Penelitian ini
menjelaskan tentang pengaruh pola asuh terhadap pembentukan
akhlak anak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis
teliti adalah terletak pada pengaruh pola asuh orang tua, pendidikan
dan juga lokasi penelitian.
Penelitian ini mengkaji dan meneliti tentang bagaimana pola
asuh orang tua dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12
tahun di desa Banyusri. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian yang diatas adalah obyeknya lokasi dan judulnya, pokok
penelitian yang khas dari pola asuh orang tua petani dalam mendidik
anak yang mengajarkan akhlaqul karimah dan tanggungjawab.
Page 67
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut Moleong (2009: 6), penelitian kualitatif didasarkan pada
upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk
dengan kata-kata, gambanran holistik dan rumit. Definisi ini lebih melihat
perspektif emik dalam penelitian yaitu memandang sesuatu upaya
membangun pandangan subjek penelitian yang rinci, dibantu dengan kata-
kata, gambaran holistik dan rumit.
Menurut Setyosari dalam buku (Agustinova, 2015: 9.). Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode obsevasi,
wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpulan data lainnya
untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subjek.
Tujuan pendekatan deskriptif ini adalah untuk mendeskripsikan
apa-apa yang saat ini berlaku. Dimana didalamnya terdapat upaya untuk
mendeskriptifkan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang saat ini sedang terjadi atau belum ada. Dengan kata
lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitanya antara variabel-variabel
yang ada. Penelitian ini tidak menguji pada hipotesa atau tidak
menggunakan hipotesa, melainkan hanya menggunakan deskripsi
informasi apa yang ada sesuai dengan variabel-variabel yang sudah
diamaati dan diteliti (Moleong, 2009: 6),
Page 68
53
Dengan itu Penulis ingin menggambarkan (Mendiskripsikan)
seluruh kegiatan Pola Asuh Orang tua Petani dalam mendidik Akhlaqul
Karih anak Usia 7-12 tahun di Desa Banyusri Wonosegoro. Diskripsi yang
penulis sajikan ini didasarkan atas data yang dikumpulkan dari lapangan
yakni menggabarkan dan menjelaskan tentang bagai Pola asuh Orang Tua
yang notamennya berprofesi sebagai seorang Petani.
Jadi. Penelitian kualitatif jenis studi kasus ini digunakan beberapa
teknik penggumpulan data sepeti wawancara, observasi, dan studi
dokumenter, tetapi semuanya difokuskan kearah hanya mendapatkan suatu
kesimpulan saja. Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang yang
dapat diamati
Data-data yang harus dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari
dua sumber yaitu sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
lapangan baik melalui wawancara dengan pihak-pihak
informan. Metode pengambilan data primer ini dilakukan
dengan wawancara langsung terhadap orang tua, dan anak di
Desa Banyusri Wonosegoro.
2. Data sekunder
Sumber data sekunder ini dapat berupa dokumen-dokumen
yang berkaitan disetiap penelitian berdasarkan tahap sasaran
Page 69
54
penelitian. Dengan mengambil rekaman dan foto. Sumber data
sekunder pada penelitian ini adalah sumber pendukung yang
berupa tulisan dan penelitian yang berkaitan langsung dengan
pokok pembahasan yang akan diteliti. Data sekunder yang
diperoleh dari literatur-literatur keperpustakaan seperti buku,
jurnal dan lain-lain. Terutama tentang buku yang ada kaitanya
dengan pembahasan ini yaitu buku-buku mengenai Pola asuh
orang tua, Akhlaqul Karimah dan Perkembangan anak Usia 7-
12 tahun (Usia Sekolah).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan.
Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi di sebuah Desa yang bernama
Desa Banyusri Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Peneliti
memilih lokasi ini karena peneliti tertarik dan ingin mengatahui bagaimana
Pola Asuh orang tua yang sebagian besar pekerjaannya adalah bertani.
C. Sumber Data
Arikunto,(2006: 224) menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek
darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam
mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P yaitu:
1. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya
mengenai variable yang diteliti.
2. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari
segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip,
Page 70
55
angka, gambar, dokumen-dokumen, simbol-simbol, dan lain
sebagainya.
3. Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang
berhubungan dengan penelitian.
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2009: 157), sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk mendapatkan
data dan informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan
secara purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan
sebelumnya. Pada penelitian ini sumber data premiernya diperoleh
langsung melalui wawancara kepada Orang Tua dan Anak di Desa
Banyusri.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
(Sugiyono, 2017: 308).
Dalam penelitian ini ada beberapa metode yang digunakan dalam
pengumpulan data, yaitu:
Page 71
56
1. Observasi
observasi adalah pengamatan terhadap seuatu objek yang
diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
melihat semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman,
pembau, perasa) untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan
dalam penelitian. Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan
alat rekam elektronik. MicMilan dan Schumaher, dalam
(Agustivano, 2015: 37.) . pada pengertian ini, kegiatan observasi
digunakan hanya untuk mengamati pola perilaku manusia pada
situasi tertentu untuk mendapatkan informasi tentang fenomena
yang menarik. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil
observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek perbuatan,
kejadia atau peristiwa, waktu dan perasaan.
Observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati,
kapan dan dimanapun tempatnya.
b. observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sitematis, tentang apa yang akan
diobservasikan. Pada obsevasi ini peneliti atau
pengamat harus mampu mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
Page 72
57
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2009: 317). Menurut johnson dalam buku (Agustivano.2015: 33).
Pada pengertian ini dapat diketahui bahwa kegiatan wawancara
melibatkan dua pihak yakni interviewer atau orang yang
melaksanakan kegiatan wawancara dan juga intervuewee atau
pihak yang diwawancarai. Sebelum wawancara merupakan proses
komunikasi yang sanagat menentukan dalam proses penelitian.
Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam,
karena mampu menggali pemikiran atau dapat secara detail.
Wawancara juga dapat dikatakan sebagai alat re-cheking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh.
Pada dasarnya ada dua macam wawancara, yaitu:
a. Wawancara Berstruktur (Tertutup)
Wawancara berstruktur adalah pengumpulan data
dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan.
b. Wawancara Tak Berstruktur (Terbuka/bebas)
Teknik pengumpulan data dengan wawancara tak
berstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan
hanya mendasar pada pedoman, atau pokok-pokok, atau
Page 73
58
akan ditanyakan pada saat wawancara dilakukan
(Soewadji. 2012: 154-155).
Berdasarkan keterangan diatas peneliti akan menggunakan
teknik wawancara berstruktur karena dengan menggunakan teknik
tersebut akan lebih mudah karena menggunakan daftar pertanyaan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi atau doukumenter atau dokumen adalah
catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu
yang lalu (W Gulo, 2002: 123). Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan contohnya catatan harian, sejarah
kehidupan, biografi. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa patung, gambar,
film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif (Sugiyono, 2016: 240). Dilakukan dengan cara
mengumpulkan dan mempelajari data-data yang ada, yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian ini melalui buku-buku,
jurnal, internet, dan media lainya. Yang berhubungan dengan
pokok pembahasan.
Page 74
59
Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang diperlukan
adalah dokumentasi kegiatan, struktural, dan lain-lain. Dokumen
ini berfungsi pemudah dalam penyusunan hasil akhir penelitian dan
bersifat kevalidasian data.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.
Dalam hal ini Nasution menyatakan “Analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
“grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan
data (Sugiyono, 2016: 245).
Analisis data dalam penelitian ini adalah mewujudkan data untuk
mencari gambar tentang fenomena yang ada didalam objek penelitian.
Sehingga nanti dalam menganalisis data yang digunakan adalah denfan
cara mengarah terhadap data wawancra yang merangkum semua hasil.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Agustivano, (2015: 43.)Pengecekan keabsahan data atau ke ke
validitasan data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh ke mana ketetapan dan ke cermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukunya. Validitas adalah suatu ukuran yang
Page 75
60
menunjukkan tingkat kesahihan suatu test. Validitas juga dapat dikatakan
sebagai derajat ketetapan antara data yang terdapat dilapangan dan data
yang dilaporkan oleh peneliti.
Agar data disajikan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid,
maka untuk menguji validasi data tersebut penulis menggunakan teknik
trangulasi dalam pengecekan keabsahan data. Triangulasi adalah teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. (Sugiyono, 2017: 335).
Triangulasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : (Agustivano.
2015: 47-50.)
a. Triangulasi Sumber Data (Data Triangulation)
Triangulasi sumber data adalah untuk menguji kredibitas
data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Data dari berbagai sumbet tersebut,
nantinya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan
yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-
sumber itu, tidak bisa dirata-ratakan seperti penelitian
kuantitatif.
b. Triangulasi Penelian (Multiple Researchers)
Triangulasi peneliti dilakukan dengan cara menggunakan
lebih dari satu orang peneliti dalam pengumpulan dan analisis
data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan
mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.
Page 76
61
triangulasi peneliti ini dimaksudkan antara lain untuk
menghindari potensi bias individu pada penelitian tunggal.
c. Triangulasi Teori (Theory Triangulation)
Triangulasi teori adalah penggunaan sejumlah perspektif
atau teori dalam menafsir seperangkat data. Dalam membahas
permasalahan yang sedang di kaji, hendaknya peneliti tidak
menggunakan satu perspektif teori.
d. Triangulasi Metode (Methodological Triangulation)
Pengecekan keabsahan data mengunakan triangulasi adalah
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,
misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dan dokumentasi. Jika menghasilkan data yang berbeda-beda, bisa jadi
semua benar, karena sudut pandang yang berbeda-beda maka peneliti
harus melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang
bersangkutan atau yang lainya, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar.
Page 77
62
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
G. Paparan Data Penelitian
1. Profi Desa Banyusri Kecamatan wonosegoro
Desa Banyusri adalah sebuah Desa yang terletak di ujung Utara
dari wilayah Kecamatan Wonosegoro, Kapan dan oleh siapa nama
“Banyusri” diberikan kepada Desa ini, sampai saat ini belum ada satu
orangpun masyarakat Desa Banyusri dan sekitarnya yang bisa
menceritakannya. Tetapi jika dilihat dari kata “Banyusri” terdiri dari
dua suku kata yaitu “Banyu” dan “Sri”, Banyu dalam kamus Bahasa
Jawa bisa diartikan “Air” dan “Luas” memang benar Desa Banyusri
letak Geografis Luas tetapi untuk ketersediaan air di Desa Banysri
sangat-sangat kurang untuk penggarapan sawah sebagai pengairan pun
tidak mencukupi,Ladang Desa Banyusri terkenal dengan “sawah tadah
hujan” artinya sawah yang hanya bisa ditanami saat musim penghujan
telah tiba. “Sri” dapat diartikan pertama/Petani, Desa Banyusri
sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, di
lihat dari keterangan diatas mungkin kata “Banyusri” tepat untuk nama
Desa Banyusri yang sekarang.
a. Letak Geografis
Desa Banyusri merupakan salah satu dari 18 Desa wilayah
Kecamatan Wonosegoro, yang terletak 5 Km ke arah Utara dari
Page 78
63
Kecamatan Wonosegoro, Desa Banyusri mempunyai luas wilayah
427 Hektar. Adapun batas-batas wilayah Desa Banyusri :
1. Sebelah Utara : Desa Bojong
2. Sebelah Timur : Desa Lemah Ireng
3. Sebelah Selatan : Desa Wonosegoro
4. Sebelah Barat : Desa Gosono
Iklim desa Banyusri, sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal ini
berpengaruh terhadap pola tanam yang ada di Desa Banyusri
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
b. Visi Desa Banyusri Wonosegoro
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan
masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan
desa. Penyusunan Visi Desa Banyusri ini dilakukan dengan
pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan di Desa Banyusri seperti Pemerintah Desa, BPD,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan masyarakat desa pada
umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan
kerja wilayah pembangunan di Kecamatan. Maka dengan
pertimbangan di atas Visi Desa Banyusri adalah :
“MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEJAHTERA,
MASYARAKAT YANG DILANDASI IMAN DAN TAQWA”.
c. Misi Desa Banyusri Wonosegoro
Page 79
64
Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan Misi-Misi yang
memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksakan oleh desa agar
tercapainya Visi desa tersebut. Visi berada diatas misi. Pernyataan
Visi kemudian dijabarkan kedalam Misi agar dapat di
operasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan Visi, Misi-
pun dalam penyusunannya menggunakan pendekatan partisipatif
dan pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Banyusri,
sebagaimana proses yang dilakukan maka Misi Desa Banyusri
adalah :
1. Melakukan Pembangunan Fisik Maupun Non Fisik Secara
Berkelanjutan.
2. Melaksanakan Pembinaan Generasi Muda Secara Berkala.
3. Melaksanakan Program Pendidikan Mulai Usia Dini Sampai
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
4. Pembinaan Mental Dan Spiritual Pada Masyarakat.
d. Keadaan Penduduk
Desa Banyusri memiliki jumlah penduduk 4.730 jiwa atau
1.718 KK (Kartu Keluarga) dengan perincian.
Tabel 1.1
Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan jenis Kelamin.
(Sumber Demografi Desa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
2.457 2.273 4.730
Page 80
65
e. Keadaan Penduduk Desa Banyusri berdasarkan Agama yang di
Anutnya.
Masyarakat Desa Banyusri yang berjumlah 4.730 jiwa, 100%
penduduknya beragama Islam, untuk lebih jelasnya sesui dengan
data tabel dibawah ini:
Tabel 1.2.
Penduduk Desa Banyusri berdasarkan Agama
(Sumber Demografi Desa)
NO. Kelompok Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Islam 2.457 2.273 4.730
2. Kristen 0 0 0
3. Katholik 0 0 0
4. Hindu 0 0 0
5. Budha 0 0 0
6. Kong hu cu 0 0 0
7. Kepercayaan 0 0 0
Jumlah 4.730
f. Keadaan Penduduk Berdasarkan dengan Usia.
Desa banyusri ini memiliki 4 dusun dan dapat dilihat dari tabel
usia dan jumlah penduduk. Jumlah jiwa paling banyak di duduki
oleh usia 20-29 tahun.
Page 81
66
Tabel 1.3
Penduduk Desa Banyusri
Adapun klasifikasi kelompok umur pada tahun 2019
(Sumber Demografi Desa Banyusri)
No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa)
1. 0-9 586
2. 10-19 645
3. 20-29 862
4. 30-39 852
5. 40-49 656
6. 50-59 560
7.. 60-69 384
8. 70-(> = 79) 266
Jumlah 4.730
g. Keadaan Sosial Budaya
Dalam aspek sosial budaya, dapat dilihat dari adat istiadat
penduduk Desa Banyusri Wonosegoro. Penduduk Desa Banyusri
ini masih menjunjung tinggi adat dan istiadat seperti kegiatan
gotong royong, bersih kubur (membersihkan makam), peringatan
hari ke-7. 40, 100 dan 1000 hari bagi orang yang sudah meninggal
dan untuk mengenangnya dengan membacakan tahlil dan surat
Yasin, peringatan 3 dan 7 bulanan bagi ibu yang sedang hamil,
Page 82
67
memperingati hari-hari besar seperti Maulid Nabi Muhammad Saw,
Isra’ Mi’raj, dan Nuzulul Qur’an. Selain itu juga ada pengajian
setiap bulannya, pengajian ini berbeda-beda disetiap dusunnya,
namun setiap 3 bulan sekali diadakan pengajian yang diikuti oleh 4
dusun tersebut tempatnya diadakan bergilir di masjid yang ada di
dusunnya.
h. Pembangunan Desa Banyusri Wonosegoro
Desa Banyusri telah melakukan beberapa Pembangunan antara
lain sarana dan prasarana jalan, sarana Olah Raga, sarana Gedung
Pendidikan. Tetapi Pembangunan belum tuntas dan kedepannya
Desa Banyusri akan meningkatkan sarana dan prasarana untuk
menjadikan Desa Banyusri semakin maju. Untuk menunjang
Sumber Daya Manusia Desa Banyusri ada lembaga Pendidikan.
Desa Banyusri memiliki Lembaga Pendidikan formal milik
pemerintah yaitu: SD Negeri 2 unit (SDN Banyusri 01, dan SDN
Banyusri 02). MTs Negeri 1 unit yakni Mts Al-Islam Banyusri. TK
2 unit yakni TK Pertiwi 01 dan 02. Lembaga Pendidikan milik
swasta yaitu: PAUD 1 unit, disetiap dusunnya di Desa Bnyusri ini
memiliki 2 majid dan rata-rata ada 3 mushola di setiap Rtnya.
i. Keadaan Sosial Pendidikan
Berikut ini adalah klasifikasi keadaan penduduk Desa Banyusri
Berdasarkan tingkat pendidikan yang sesuai dengan tabel di bawah
ini
Page 83
68
Tabel 1.4
Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan Tingkat Pendidikan
(Sumber Demografi Desa)
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
1. Tidak / belum sekolah 913
2. Belum Tamat SD / Sederajat 499
3. Taman SD / Sederajat 1.781
4. SLTP / Sederajat 931
5. SLTA / Sederajat 532
6. Diploma I/ II 16
7. Akademik/ Diploma III 17
8. Diploma IV/ Strata 1 40
9. Strata II 1
10. Strata III 0
Jumlah 4.730
j. sosial Ekonomi
Berikut ini adalah klasifikasi keadaan penduduk Desa
Banyusri berdasarkan mata pencaharian sesuai dengan tabel di
bawah ini :
Tabel 1.5
Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan Mata Pencaharian
(Sumber Demografi Desa)
No. Pekerjaan Jumlah
Page 84
69
1. Petani 1.5751
2. Pedagang 44
3. PNS (pegawai Negeri Sipil) 6
4 Karyawan Swasta 1.186
k. Kesenian yang masih ada di masyarakat Desa Banyusri adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.6
Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Kesenian yang Masih
Ada(Sumber Demografi Desa)
No. Jenis Kesenian Status
1. Wayang Aktif
2. Organ tunggal Aktif
3. Dangdut Aktif
l. Data kependudukan Desa Banyusri
Desa Banyusri ini memiliki empat Dusun. Setiap dusun
memiliki 2 blok jadi desa banyusri memiliki delapan blok atas
keseluruhan.
Tabel 1.7
Page 85
70
Penduduk Desa Banyusri Berdasarkan data perdusun
(Sumber Demografi Desa)
No. Nama dusun Jumlah Kepala Keluarga
1. Banyusri 640
2. Ngawen 424
3. Tlepat 329
4 Karangboyo 325
Jumlah 1,718
Dari jumlah KK yang ada di Desa Banyusri ini peneliti
mengambil 3 sempel disetiap Dusunya yang diwawancarai, dan
mereka semua adalah Bapak/Ibu petani yang masih memiliki
anak usia sekolah kisaran 7-12 tahun yang sesuai dengan apa
yang peneliti inginkan.
2. Paparan Data Proses Pola Asuh Orang Tua Petani dalam
Mendidik Akhlaqul Karimah Anak Usia 7-12 Tahun di Desa
Banyusri.
Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik dari hasil
penelitian observasi, maupun dokumentasi, maka peneliti akan
menganalisis temuan yang ada dan menjelaskan hasil penelitian
Page 86
71
tentang Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul
Karimah anak Usia 7-12 Tahun.
Adapun data yang dipaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai
dengan fokus penelitian. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mencoba
untuk membahasnya.
Peneliti melakukan wawancara dengan ibu, bapak orang tua yang
berprofesi sebagai Petani. Peneliti juga melalukan observasi terhadap
anak guna memperoleh informasi yang lebih akurat tentang pola asuh
yang dilakukan orang tua terhadap anaknya.
1. Pola Asuh Orang Tua Petani Dalam mendidik Akhlaqul Karimah
Anak.
Hasil wawancara dengan (JR) yang ditemui pada hari Minggu
28 Juli 2019 pukul 10.23 WIB di Rumah JR
“Pendidikan sing kulo terapke teng anak-anak ki nggeh
pokokmen nak kaleh tiang sopan, nggeh syukur-syukur ki boso
mb nak kaleh tiang sepah, tapi kulo nggeh mboten mekso kudu
boso kromo ngoten wong nggeh kulo niki mboten patiko saget
kromo. Nggeh sing penting niku nak niceluki wong tuo ki
jawabe dalem ora malah opo” . pendidikan yang saya terapkan
ke anak-anak saya ini, tidak yang gimana-gimana yang penting
anak ini sopan ke orang lain dan Orang Tua, kalo bisa ya
menggunakan bahasa jawa kromo, tapi saya juga tidak
mengharuskan soalnya saya sendiri juga tidak terlalu bisa, ya
yang penting ketika di panggil orang tua itu jawab dengan
halus (dhalem) bukan dengan bahasa yang kasar (opo) .
Sesi wawancara ini diambil pada pukul 15.26 pada hari senin
29 juli 2019 bertempat pada rumah Bapak. NH:
“Alhamdulillah mbak anake kulo nurut, nggeh sopan kaleh
tiang niku, diken iwang-iwang bapake nang kebon ki yo gelem,
kadang ki ono bocah di kongkon wong tua ki ra gelem mbak,
sing ngono kwi sing baraiatine wong tuo grentes”.
Page 87
72
Alhamdulillah mbak anak saya ini nurut, sopan kalo sama
Orang Tua, di suruh bantu-bantu dikebun juga mau, kadang ada
anak yang tidak mau bantu orang Tua, itu yang buat hati orang
Tua sakit mbak.
Dari hasil wawancara diatas antara orang tua petani yang
satu dengan yang lainnya mengetani cara orang tua mengasuh
anak dalam hal pendidikan anak hampir serupa, seperti hasil
wawancara dari beberapa orang tua petani yang lain yaitu:
Selanjutnya hasil wawancara oleh (My) yang ditemui di
rumah Ibu. My pada hari Minggu tgl 28 Juli 2019 jam 11.15
“Nggeh biasa mawon mbak, nak mantok sekolah ngoten
niko kudu langsung mantuk terus ken maem, sholat dhuhur nak
saget nggeh tilem siang, tapi nggeh bocah sak niki ki nggeh
bar maem lek dolan ngoten mawon, tapi kulo nggeh rodok
keras mbak, wayahe sholat yo sholat disek ngaji, sinau iku yo
kudu, nak bar sholat bar ngaji, sinau meh dolan opo meh
nonton Tv gak popo mbak, anak nggeh tak ajari piye carane
anak iki isoh reti kahanane wong tuo, yo tak kon ngiwangi
nang sawah mboh ki mok ngirim ngiwangi, maton mbak”.Ya
biasa aja mbak, kalo pulang sekolah harus langsung pulang
makan siang, sholat shuhur, kalo bisa ya tidur siang. Ya tapi
anak sekarang ini susah maunya main. Tapi saya ini agak keras
mbak kalo waktunya makan ngaji sholat dan belajar itu harus,
setelah itu meh main atau nonton Tv tidak apa-apa, anak saya
ajari untuk membantu orang tua, seperti ikut kesawah ngirim
makanan, ikut ngambilin rumput yang menghalangi padi, gitu
mbak.
Ibu. Ap yang di temui dirumah Bp. Rohmat pada hari senin
28 juli 2019 pukul 11.40.
“sing ngajari sinau niku ibue mbak nak aku ki wonge
rodok keras, dadi anak-anak ki cedake ro bue,tapi nak aku ki
yo penteng anak kwi ra neko-neko, ora koyok sing nang Tv-Tv
kwi sing tawuran po gelot-gelot kuwi, anakku loro lanang-
lanang mbak dadi anak yo rodok keras, sing siji SMA sing Siji
SMP kelas 2 iki”. Yang ngajari itu ibuknya mbak, soalnya saya
ini orangnya keras dan anak-anak lebih dekat ke ibu dari pada
saya. Tapi kalo saya itu yang penting anak tidak macam-
Page 88
73
macam seperti di TV itu yang tawuran dan berantem, soalnya
anak saya itu laki-laki semua yang satu SMA yang satunya
SMP kelas 2 ini.
Wawancara oleh ibu.ST dirumah bp. Daldiri Alm. Pada
hari sabtu 10 agustus 2019, pukul 13.00 Wib.
“lah, nak niku sing nyinauni mbak kaleh mase mbak, kulo
kan kerjo teng saben kadang goleh watu, dadi sing ngurusi
nyinauni, sing barai ngaji niku nggeh mbk kaleh mase niku,
nak kulo nggeh ngontrol mawon mbak”. Wah, kalo itu yang
bimbing kakak-kakake mbak, saya kan kerja kadang kesawah
kadang cari batu, jadi yang ngurusi perlengkapan adeknya ya
kakak-kakaknya mbak. Kalo saya itu ya mengontrol saja mbak.
Wawancara dengan Ibu.MY dirumah Bp.NR pada hari
Minggu 04 agustus 2019, 11.25
“kulo luweh ke mengontrol anak mbak, kulo nggeh mboten
nuntut harus pringkat tapi nak mboten sinau kulo nggeh nesu-
nesu, wah wektune ge kerjo yo ra isoh diitung mbak kadang
bar subuh ngono kae wis menyang sawah mbak”. Saya lebih
ke mengontrol anak mbak, saya juga tidak menuntut anak
harus mendapat peringkat disekolah, tapi saya suka marah-
marah kalo anak tidak mau belaja, wah kalo waktu buat kerja
tidak bisa dihitung mbak, kadang sehabis subuh itu saya sudah
pergi ke sawah.
Wawancara oleh ibu N dirumah Bp. Fz Pada hari senin 05
Agustus 2019 pukul 15.00 Wib.
“nggeh dibelajari ngoten mbak, dikontrol, dijami mbk nak
esok larene nggeh belajar teng sekolahan, nak sore larene niku
ngaji ngoten nggeh kaliahan belajaran sopan satun” iya
dibelajari mbak, dikontrol, di beri waktu kalo pagi dia belajar
di sekolahan kalo sore dia melajar ngaji dirumah atau dimasjid,
sama belajar sopan santun, untuk bagaaimana anak membantu
pekerjaan rumah seperti kalo minggu waktunya dia libur saya
beri tugas dia untuk bersih-bersih rumah, atau saya ajak anak
ke kebun buat panen.
Wawancara oleh Ibu SL, dirumah Bp.ST pada hari senin 5
agustus 2019 pada pukul 14.00.
Page 89
74
“Nggeh belajar totokromo mb, anak niku mboten kulo pekso
kudu nduwe rengkeng nang sekolahan, nak dikekang anak malah
ra isoh gae keputusan dewe, bakal dadi manja. Alhamdulillah bare
soko SD bocahe njalok melbu pondok mbak”iya belajar sopan
santun, anak ini tidak saya kekang, harus berprestasi punya
pringkat, kalo dikekang takutnnya anak tidak bisa menganmbil
keputusan sendiri, jadi manja. Alhamdulillah setelah Sd anaknya
penegn masuk Pesantren. “Mboten di tuntut mbak tapi kulo
menekankan anak supoyo belajar, nak anak angsal nilai sae kulo
beri pujian atau beri hadiah ngoten, pendidikan agama kalihan
pendidikan sekolah niku sami penting mbak, mangkane nak sore
ngoten niko anak niku tak ken ngaos teng TPA nopo teng Masjid
ngoten”.Tidak ada tuntutan terhadap anak, hanya saja anak
dibimbing untuk selalu belajar mbak, semisal anak mendapat nilai
bagus saya beri pujian atau kadang beri hadiah gitu mbak,
pendidikan sekolah dan pendidikan agama itu sama pentingnya
mbak maka dari itu kalo sore anak itu saya suruh untuk ngaji ke
TPA kalo tidak ya ke masjid.
Dari hasil wawancara diatas yang didapatkan oleh narasumber
atau orang tua. Para orang tua tidak terlalu mengekang anak, orang
tua lebih mengutamakan pada pendidikan agamanya seperti
mengaharuskan anak untuk mengaji dan sholat lima waktu, orang
tua juga menekankan pada sikap sopan santunya terhadap orang
lain dan pada orang tuanya sendiri.
Wawancara oleh ibu.SS dikediaman Bp. ST pada hari Sabtu 10
Agustus 2019, Pukul 11.23 Wib.
“Nggeh di belajari mbak, mboten mbak kulo nggeh ngawasi
bocahe niku, nak iseh cilik ngenteniki kan nakale taseh batas wajar
saget dikandani omongan ngoten mbak, mboten mbak, nak angel
diken sinau nggeh kulo omongi dan mboten sinau niku akhire isoh
ora munggah kelas, nunggak mbk”. Iya di belajari, tidak mbak
saya itu ngawasi anaknya itu, kalo masih kecilkan nakalnya masih
dibatas wajar bisa dibilangin. Tidak mbak, kalo dia susah belajar
saya beri pengertian kalo tidak mau belajar nanti akhirnya tidak
pandai dan tidak bisa naik kelas.
Page 90
75
Wawancara dengan Bp.AH pada hari Minggu 04 Agusrus
2019, pukul 10.23 Wib. Yang bertempat dirumah Bp. AH.
“kulo leweh seneng ngontrol anak mbak, soale anak nak
dikekang ki malah dodro, aku yo ora nuntuntut kudu rengking 1,
2, atowo 3 mbak, bocah saiki ki sing penteng gelem buka buku wis
apik.” Saya lebih seneng ngontrol anak mbak soalnya anak kalo
dikekang itu malah menjadi-jadi, saya juga tidak nuntut anak
harus mendapat peringkat disekolahan, anak jaman sekarang itu
udah buka buku itu orang tua udah seneng.
Wawancara oleh Ibu.Sk di kediaman Bp. AF pada hari senin
29 juli 2019, 14.00 Wib.
“Yo dibimbing, yo diomongi mbak tak ajarai alon-alon.nak
kulo lebih ke mengontrol anak mbak, ngei reti endi sing salah
endi seng bener” Ya dibimbing gimana mestinya diajarai pelan-
pelan mbak, kalo saya lebih ke mengontrol anak mbak, memberi
tahu mana yang salah dan mana yang benar.
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa orang tua
tidak memberi tuntutan secara penuh terhadap anak. Orang tua
menyeimbangkan antara tuntutan dengan kebebasan, mereka
menyebut dengan istilah “tegas-bebas”. Memberikan untuk
kkebaikan anak, dan memberikan kebebsan untuk menghargai
kemauan serta keinginan anak. Tidak menuntut secara penuh
dikarenakan orang tua memahami kemampuan anak, dan tidak
memaksakan anak harus sesuai dengan keinginan orang tua.
2. Faktor yang menentukan Pola Asuh Orang tua Petani dalam
mendidik Akhlaqul Karimah Unak Usia 7-12 Tahun di Desa
Banyusri.
Ada beberapa faktor yang menentukan pola asuh orang tua
dalam mendidik anak, yaitu faktor yang menghambat dan fator
Page 91
76
yang mendukung terlaksananya pola asuh orang tua terhadap
pendidikan anak.
Faktor yang menghambat proses pola asuh orang tua petani
adalah antara lain kondisi keluarga, faktor ekonomi, faktor
pendidikan, faktor lingkungan dan profesi orang tua. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara sebagai berikut.
Hasil wawancara dengan dengan Ibu. JR pada hari minggu 28
juli jam 10.23 Wib.
“kesulitan nggeh wonten, bocahe niku ngot-ngotan mbak, tapi
kulo niku radi galak nak kaleh anak sing mboten purun sinau. Kalo
kesulitan pasti ada, waktu anak tidak mau belajar, saya itu agak
galak mbak sama anak yang kalo disuruh belajar tidak mau.
Hasil wawancara dengan dengan Ibu. AP pada hari minggu 28
juli jam 11.40 Wib.
“Alhamdulillah mboten mbak”. Alhamdulillah tidak mbak
Hasil wawancara dengan dengan Bp. NH pada hari minggu 29
juli jam 15.26 Wib.
“Alhamdulillah mboten mbak,”. Alhamdulillah tidak mbak
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Sk pada hari Senin 29 juli
jam 14.00 Wib.
“Alhamdulillah mboten, semisal wonten kulo kei pengerten
rien”. Alhamdulillah tidak, semisal ada sya beriti pengertian dulu
gitu mbak.
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.SS pada hari sabtu 10
Agustus jam 11.23 Wib.
“Mboten mbak, nak larene angel sinau kulo kei pengertian
rien, nak mboten purun belajar niku akhire mboten munggah
kelas”.
Page 92
77
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.ST pada hari sabtu 10
Agustus jam 13.09 Wib.
“nak kulo dibantu kakak-kakake mbak, soale kulo sak niki
dados tulang punggung keluarga ngoten”. Kalo saya dibantu sama
kakak-kakaknya buat ngajari adeknya mbak, soalnya sayakan
tulang punggung kelaurga mbak.
Hasil wawancara dengan dengan Bp.AH pada hari Minggu
04 Agustus jam 10.23 Wib.
“Nak enten kesulan niku nggeh wajar mbak, ya dibimbing
kalo ndak bisa nggeh dihukum, dihukum teng priki mboten leh
keras lebih ke hukuman seng ngedidik koyok ken moco astigfar
ping 50 po 100 ngoten nak kulo mbak”. Kalo ada kesulitan itu
wajar mbak , ya dibimbing kalo tidak bisa ya dihukum, disini saya
menghukum dengan cara disuruh baca istigfar 50 kali atao 100 kali
gitu mbak.
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.My pada hari Minggu
04 Agustus 2019 jam 11.25 Wib.
“Kesulitan alhamdulillah tidak mbak”.
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Nr pada hari senin 05
Agustus 2019 jam 15.00 Wib.
“Alhamdulillah tidak mbak. nak kulo jadwal mbak disekolah
dia belajar formal, kalo sore dia ngaji nah situ kulo sisipi
totokromo”. alhamdulillah tidak mbak, kalo saya dijadwal mbak
kalo disekolah dia udah belajar formal sekarang dirumah giliran
saya ngajarin dia agama dan tatakrama.
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Nr pada hari senin 05
Agustus 2019 jam 15.00 Wib.
“Kesulitan niku pasti wonten mbak, tapi alhamdulillah saget
ngatasi kulo, kulo nyuwun tulung kaleh kakak-kakak lan bapake,
ken marai piye apike nak kaleh tiang sepoh ngoten”. Kesulitan
pasti ada mbak. tapi alhamdulillah bisa diatasi, saya minta bantuan
kakak-kakaknya dan bapaknya buat bimbing adeknya.
Page 93
78
Hasil wawancara dengan dengan Ibu.Uk pada hari senin 08
Agustus 2019 jam 10.22 Wib.
“nak pendidikan formal kulo serahke pihak sekolahan tapi
nggeh niku teng grio sinau meleh, nak agamane nggeh kulo ajari
teng grio mbak, ngajine teng masjid ngoten”. Kalo pendidikan
formal saya percayakan pada pihak sekolah tapi dirumah masih
diulang belajar lagi gitu mbak, kalo agama sikap sopan santun saya
didik dirumah, kalo ngaji dimasjid.
Dari hasil wawancara diatas para orang tua tidak memiliki
kesulitan yang berlebih, faktor-faktor yang memperaruhi para
orang tua dalam mendidik anak adalah salah satunya faktor
Ekonomi diamana mata pencarian mereka hanya mengandalka
alam saja.
Sedangkan faktor pendukungnya antara lain berasal dari
perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya yaitu
berupa perhatian terhadap perkembangan pendidikan anak yang
tergolong dalam kompetensi orang tua, memperhatikan potensi
yang dimiliki anak, sikap anak dan perilaku yang ditunjukkan oleh
anak, hubungan ini terjadi ketika orang tua dan anak sedang
menjalin komunikasi.
Begitu juga adanya kegiatan keagaman dai lingkungan sekitar
yaitu berupa Madin (Madrasah Diniyah), TPA dan kegiatan
lainnya di masjid. Tentunya kegiatan keagamaan yang berkaintan
tentang meningkatkan Akhlakul Karimah terhadap anak dan juga
mengajarkan kepada anak tentang tatakrama, sopan dan satun
Page 94
79
terhadap siapaun, terutama terhadap orang tua dan guru.
Selebihnya terhadap seluruh orang dilingkungan sekitar.
Ada beberapa orang tua yang juga dibantu oleh sanak
saudaranya dalam mendindik anaknya. Para orang tua ini juga
mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada Guru dan Para
Ustadz dan ustadzah yang mengajari anak mereka mengaji, bukan
hanya itu para Orang Tua ini juga mempercayakan pendidikan
kepada lingkungan sekitar yang dimana menurut para Orang Tua
Desa Banyusri ini dianggap sangat berperan dalam pendidikan
tatakrama sopan santun anak.
Pemberian Reward kepada anak juga diharapkan anak akan
tergugah semangatnya untuk terus belajar dan terus berprestasi
pada bidang pendidikan. Sehingga upaya pola asuh orang tua
petani dalam meningkatkkan pendidikan anak dapat berjalan sesuai
dengan keinginan orang tua.
Faktor lainya yaitu latar belakang pendidikan orang tua yang
dimana disitu hanya lulusan SD, SMP dan yang paling tinggi
adalah SMA saja, beberapa orang tua yang merasa kesulitan dalam
mendidik dan membimbing anak-anak mereka dibantu oleh
saudara dan kakaknya.
Page 95
80
H. Analisis Data Penelitian
1. Pola Asuh Orang Tua Petani Dalam mendidik Akhlaqul Karimah
Anak.
Dari data wawancara, observasi dan dokumentasi yang peneliti
peroleh dari data lapangan yang ada. Pola asuh orang tua dalam
mendidik anak yaitu pola interaksi anatara orang tua dan anak dengan
cara mengontrol, membimbing dan mendampingi anaknya dalam hal
pendidikan anak. Berdasarkan hasil wawancara, pola asuh orang tua
petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak yaitu tipe pola asuh
Authoritative atau demokratif. Pola asuh Authoritative sendiri yaitu
pola asuh orang tua yang berwenang menerapkan kontrol tegas atas
perilaku anak, tetapi juga menekankan kemandirian dan individualitas
anak (Muallifah, 2009: 47).
Bimbingan yang diberikan orang tua petani terhadap anak yaitu
dengan memberikan bimbingan anak baik dalam hal pendidikan di
rumah, pendidikan di sekolah dan pendidikan di masyarakat dan juga
pendidikan agam Akhlaqul karimah. Bimbingan orang tua dirumah
terhadap anak, selanjutnya bimbingan orang tua dalam pendidikan
masyarakat yaitu cara bertingkah laku yang baik, mengajarkan tentang
tatakrama, sopan santun.
Cara orang tua petani dalam memberikan asuhan terhadap anak-
anaknya yang berbeda-beda, meskipun orang tua menggunakan jenis
pola asuh yang sama yaitu Authoritative atau demokratis. Orang tua
Page 96
81
petani ini tetap memberikan pengawasan, jadi orang tua petani ini tetap
memberikan kontrol dan memberikan bimbingan yang pantas atas
perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada pengekangan
dalam mendidik anak-anak mereka orang tua petani ini mengenal
dengan istilah “tegas-bebas”. Orang tua ini tetap memberikan
peraturan-peraturan yang dikira tidak memberatkan anak, dan orang
tua tetap memberikan kebesan dibawah pengawasan orang tua.
Dengan demikian, pola asuh orang tua petani dalam mendidik
akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa Banyusri adalah
Authoritativeatau demokratis (berwenang). Orang tua memberikan
bimbingan terhadap pendidikan anak dengan memberikan kewenangan
yang tegas agar anak tetap belajar dan berkembang dalam
pendidikannya sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai
anak dan peserta didik serta dengan memberikan kebebasan kepada
anak untuk menggali potensi yang memiliki dan mendapatkan haknya
sebagai anak.
2. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Orang Tua Petani dalam
Mendidik Akhlaqul Karimah anak Usia 7-12 Tahun Usia
Faktor yang menentukan terlaksananya pola asuh orang tua petani
dalam mendidik akhlaqul karimah anak usia 7-12 tahun di Desa
Banyusri, faktor yang menghambat terlaksanya pola asuh Orang tua
petani di Desa Banyusri ini yaitu:
a. Faktor pendidikan
Page 97
82
Faktor pendidikan dapat menentukan pola asuh orang tua dalam
mendidik anak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan
orang tua. Tinggkat pendidikan orang tua ini terdiri dari Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Namun kebanyakan dari orang tua petani
ini mereka rata-rata adalah lulusan SD dan SMP. Sehingga terjadi
hambatan dan kendala dalam rangka memberikan pola asuhnya
terhadap pendidikan anak. Orang tua ini mengalami kesulitan
dalam memberikan bimbingan kepada anaknya, terutama saat anak
membutuhkan bantuan ketika mendapat tugas dari sekolah, biaya
untuk menghadirkan guru les private tidak ada.
b. Faktor keluarga
Faktor keluarga merupakan penentu dalam bimbingan dan
pendidikan pola asuh kelurga. Berdasarkan temuan data yang ada
dilapangan, salah satu informan mengatakan bahwa beliau adalah
orang tua single parent, suami beliau meninggal beberapa tahun
yang lalu ketika anak-anaknya masih membutuhkan biaya yang
besar, beliaulah menjadi tulang punggung untuk keluarga, beliau
tidak memiliki niatan untuk pergi merantau karena anak-anaknya
tidak ada yang mengurus.
Faktor pendukung yang dapat menentukan pola asuh orang tua
petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak antara lain :
a. Faktor Lingkungan
Page 98
83
Faktor lingkungan ini dinilai sangat berperan dalam
pembentukan akhlak anak. Di Desa Banyusri ini lingkungannya
untuk anak-anak baik jauh dari kata tidak baik. Masjid sebagai
pusat pendidikan agama, dimana setiap magrib setelah selesai
sholat anak-anak antusias untuk mengaji, Guru atau ustadz yang
membimbing anak-anak untuk mengaji.
b. Faktor orang tua
Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang menjadi
faktor utama dalam menentukan pola asuh orang tua terhadap
anaknya.
Perhatian terhadap perkembangan pendidikan anak yang
tergolong dalam kompetensi orang tua, memperhatikan potensi
yang dimiliki anak, sikap anak dan perilaku yang ditunjukkan oleh
anak, hubungan ini terjadi ketika orang tua dan anak sedang
menjalin komunikasi.
Pemberian Reward kepada anak juga diharapkan anak akan
tergugah semangatnya untuk terus belajar dan terus berprestasi
pada bidang pendidikan. Sehingga upaya pola asuh orang tua
petani dalam meningkatkkan pendidikan anak dapat berjalan sesuai
dengan keinginan orang tua.
Upaya tersebut dilakukan orang tua petani dengan tujuan agar anak
dapat meningkat, khususnya pendidikan sekolah. Misalnya, dengan
memberikan reward kepada anak apabila anak berhasil membuat
Page 99
84
orang tua bangga dan mendapatkan peringkat disekolah. Reward
tersebut berupa pujian, dorongan semangat agar anak dapat lebih
meningkatkan pendidikannya dengan lebih giat untuk belajar lagi,
selain itu juga dengan membelikan sesuatu barang yang diinginkan
anak dan disukai. Ini akan membuat anak jadi lebih bersemangat
dalam balajar.
Pola asuh orang tua petani dalam mendidik akhlaqul karimah anak
yang menitik fokuskan pada rasa tanggung jawab anak, ketika anak
diajarkan orang tua untuk tetap melakukan tugasnya sebagai peserta
didik dan juga tetap membantu orang tua disawah. Seperti halnya
orang tua petani mengajak anaknya kesawah untuk membantunya
panen, atau sekedar mengantar makanan di sawah.
Page 100
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan data-data yang penulis sajikan dalam laporan skripsi
ini, maka penulis akan memberikan kesimpulan, yaitu:
1. Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul Karimah anak
Usia 7-12 Tahun di Desa Banyusri .
Pola asuh orang tua petani dalam mendidik anak yaitu tipe pola
asuh yang Authoritative atau demokratis. Orang tua memberikan
bimbingan yang tegas terhadap pendidikan anak agar anak tetap belajar
dan berkembang dalam pendidikannya sehingga dapat menjalankan
kewajibannya sebagai seorang anak dan peserta didik serta dengan
memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat menggali potensi
yang memiliki dan mendapatkan haknya sebagai seorang anak.
Memberikan pendidikan yang layak untuk anak, mendampingi
anak ketika anak mendapatkan tugas dari sekolah berupa pekerjaan
rumah, memberikan pendidikan agama seperti mengajari anak
mengaji, mendampingi anak ke Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
Pemberian Reward kepada anak juga diharapkan anak akan tergugah
semangatnya untuk terus belajar dan terus berprestasi pada bidang
pendidikan. Sehingga upaya pola asuh orang tua petani dalam
meningkatkkan pendidikan anak dapat berjalan sesuai dengan
keinginan orang tua.
Page 101
86
2. Faktor yang Menentukan Pola Asuh Orang Tua Petani dalam mendidik
Akhlaqul Karimah anak Usia 7-12 Tahun di Desa Banyusri.
Faktor yang menentukan pola asuh orang tua petani dalam
mendidik anak usi 7-12 tahun di Desa Banyusri yaitu di pengaruhi oleh
beberapa faktor pendukung dan penghambat.
Faktor penghambat akan proses pola asuh orang tua petani antara
lain kondisi keluarga, kondisi pendidikan, faktor ekonomi dan faktor
lingkungan, dan profesi orang tua.
Sedangkan faktor pendukungnya antara lain berasal dari perhatian
dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya yaitu berupa perhatian
terhadap perkembangan pendidikan anak yang tergolong dalam
kompetensi orang tua, memperhatikan potensi yang dimiliki anak,
sikap anak dan perilaku yang ditunjukkan oleh anak, hubungan ini
terjadi ketika orang tua dan anak sedang menjalin komunikasi.
B. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan terkait dengan penulisan skripsi
ini adalah :
1. Bagi orang tua petani hendaknya dapat membagi waktu yang lebih tepat
dalam hal memberikan pola asuh terhadap pendidikan anak. Meskipun
memiliki profesi yang harus dikerjakan demi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, tetapi juga tetap memperhatikan kondisi anak dengan
memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak, serta lebih
meningkatkan bimbingan dan pengasuhan dalam hal akhlaqul karimah
Page 102
87
pada anak. Sehingga bagaimanapun kesibukan dari orang tua,
hendaknya orang tua tetap memberikan asuhan dan pembinaan terhadap
anak. Hendaknya orang tua petani lebih tegas dalam memberikan
bimbingan dan pengawasan terhadap anak yang berkaitan dengan waktu
belajar dan waktu bermain anak. Dan juga seharusnya orang tua lebih
menekankan pada anak akan pendidikan agama yang terbih yaitu
akhlaqul karimah pada anak, di karenakan pembentukan akhlaqul
karimah anak ini harus di didik sejak dini mungkin.
2. Bagi Pembaca pada umumnya, hendaknya penulis skripsi ini dapat
menjadi inspirasi dalam membuat tulisan yang bertakaitan dengan
pembahasan peneliti.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, Bagi pihak-pihak lain yang terkait untuk
meneliti topik ini secara lebih mendalam, maka penulis akan
menyarankan beberapa hal:
a. Peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan waktu penelitian.
Waktu penelitian diharapkan tidak dilakukan pada waktu auditor
sibuk, sehingga dapat meningkatkan jawaban atas informan ini
dapat menghasilkan informasi yang lebih akurat.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan bisa mencari indikator lain sebagai
alat tolak ukur dalam variabel yang akan diteliti nantinya.
Page 103
88
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. Shinta. 2011. ilmu Usaha Tani. Malang: UB Press.
Agustivano. Danu. Eko. 2015. Memahami Meotode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: CALPULIS.
Ahmad Tafsir. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet ke-11
Bandung: Rosdakarya.
Akh. Muwafik Saleh. 2011. Belajar dengan hati Nurani, Jakarta :
Erlangga.
Arif Rohman. 2013. Memahami Ilmu Pendidikan. Cet ke-3. Yogyakart: CV
Aswaja Pressindo.
Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Braja. Abu Bakar.2005. Psikologi Perkembangan Tahapan dan Aspeknya.
Jakarta: Study Press.
Brooks, J. 2011. Alih Bahasa: Rahmat Fajar. The Process of Parenting
(proses-proses pengasuhan. Edisi kedelapan). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Chabib Thoha. 2006. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Djamarah, S. B. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
El Sutha. Saiful. Hadi 2009. Orang Cerdas Gak Gampang di Boongin!
Orang Arif Gak Ngeboongin Orang. Jakarta: Erlangga.
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004. Cet IV. Bekasi: PT. Delta
Pamungkas.
Fatchurrahman. 20016. DemokratisasiPendidikan dalam Al-Qur’an.
Salatiga: Stain Salatiga Press
Erizal. Jamal, Penelitian Utama pada kelti Ekonomi dan Manajemen
Agribisnis Pusat penelitian analisis kebijakan, Pertanian.
Diterbitkan: sinar Tani, Edisi 4-11 No. 3144, 2006. Hlm 3.
Gulo. W .2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Grasido.
Page 104
89
Habibah. Syarifah. Akhlak dan Etika Islam. Jurnal Personal Dasar Vol. 1
No.4 Oktober 2015.
Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Horlock. Elizabeth B 2005. Perkembangan Anak. (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
__________________1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
http://yout.be/8Dbs-DgQPK4, akses jam 09.22 Wib 20 Mei 2019.
Illahi, Muhammad T. 2013. Quantum Parenting (Kiat Sukses Mengasuh
Anak Scara Efektif dan Cerdas). Jogjakarta: Kata Hata.
Jalaludidin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kartono, Kartini.2006. Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta : CV
Rajawali.
Kementrian Agama RI. 2009 Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta Timur:
CV. Darus Sunnah.
______________. 2007. cet ke-6. Psikologi Anak. Bandung: Mandar
Mundur.
Kholid. Ahmad. Syantut 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Speritual
Anak Bandung: Syaamil Cipta Media.
M. Nipan Abdul Halim, Halim. 2000. Menghias diri dengan Akhlak terpuji.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Miftahur Huda. 2009. Identitas pendidikan anak (Tafsir Tematik Qs.
Lukman). Malang. UIN Malang Press.
Moleong. Lexy. J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif: “Edisi Revisi”
Bandung :PT Remaja Rosdakarya Office.
________________. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: “edisi Revisi”.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muallifah. 2009. Psyco Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: Diva press.
Muhammad Ali Murshafi, 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan
Berbakti. Surakarta: Cinta.
Page 105
90
Muhammad Nur Abdul Hafizh, 1999. Mendidik Anak Bersama Rasulullah.
Bandung: Al-Bayan.
Mustaqim. Abdul. 2005. Menjadi orang tua bijak: Solusi kreatif
Menanganip berbagai masalah pada anak. Bandung: PT.Mizan
Pustaka.
O.M Anwas. 2014. pemberdayaan masyarakat di Era Global. ALFABETA
bandung.
Oemar Hamalik, 2010 Pendidikan Guru, Berdasarkan Pendekatan
Kompetisi, Jakarta: Bumi aksara.
Ormrod. Jeane Ellis .2009. Psikologi Pendidikan Membantu siswa Tumbuh
dan Berkembang Jilid 1 Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
Papalia. 2009. Human Development/ pekembangan manusia. Jakarta:
salemba Humanika.
Poerwadarminta, D. 2007. Pola asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetyaningrum, J, 2012. Pola asuh dan karakter dalam perspektif Islam,
Hlm. 47-48. Diambil dari https://publikasiilmiah.ums.ac.id.
Diakses 11 juli 2019 pukul 14.22.
Roqib. Moh. 2009. Ilmu Pedidikan Islam: Pengenbangan Pendidikan
Integratif di Sekolah, Keluarga,, Dan Masyarakat.Yogyakarta:
Lkis
Rusdi. 2011. Rahasia Mamaafkan bagi kesehatan Tubuh. Jogjakarta: Sabil.
Saiful Hadi, El Shuta. 2012. 50 Tiket Murah ke Surga Yang Harus Anda
Ketahui Sebelum Mati.Yogyakarta: Najah.
Semiawan. Conny. 2002. Pendidikan Keluargadalam Era Global. Jakarta:
PT Preharllindo.
Shochib, D. 2007. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Disiplin Diri.
Jakarta: Rineka Cipta.
Shochib. Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua (dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri). Jakarta: Rineka Cipta.
Soebachman. Adiba. A. 2014. 6 Spirit Mahadahsyat. Yogyakarta: Syura
Media Utama.
__________________. 2012. Rahasia 5 kekuatan Sapujagat. Yogyakarta:
Syura Media Utama.
Soewadji. Jusuf. 2012. Pengantar metodologi penelitia. Jakarta:Mitra
Wacana Media.
Page 106
91
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV
Alfabet.
________. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV
Alfabet.
________. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV
Alfabet.
Syamil. 2011. Al-Qur’an terjemah Tafsif perkata. Bandung: PT. Sygma.
Tim Penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus Besar bahasa Indonesia.
Jakarta: balai Pustaka.
TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Toto, Tasmara. 2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transendental Inteligence).
Jakarta: Gema Insani.
Uno. Hamzah B. 2006. Perencanaan Belajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Yaasir, Syalabi. 2003. 25 Penyebab Kesulitan Hidup. Jakarta: Gema Insan
Press.
Abdullah. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an.
Jakarta: Amzah.
Yunahara Ilyas, 2016. Kuliah Akhlaq. Cet ke-7. Yogyakarta: lembaga
pengkajian dan pegalaman islam (LPPI).
Zakiyah Darajat dkk, 2006. Ilmu Pendidikan Islam. jakarta:PT. Bumi
Aksara.
Zulkifli L. 2001. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Firdaus. 2017 Membentuk Pribadi Berakhlakul Karimah secara Psikologis.
Al-Dikra Vol.XI No.1 / Januari. Diakses 25 Juli 2019.
Syantut. K. A. 2007. Darul Bait fi Tarbiyyati At Tifli Al Muslimi Dar Al
Mathbu’at Al Hiaditsah. Melejitkan Potensi moral dan Spiritual.
Penerjemah Akmal Burhanudin. Bandung: Syamil Cipta Media.
Page 107
92
PEDOMAN WAWANCARA
Pola Asuh Orang Tua Petani dalam Mendidik Akhlaqul Karimah
Anak Usia 7-12 tahun di Desa Banyusri.
A. Instrumen wawancara
Tahap 1 pola asuh orang tua
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberi bimbingan terhadap anak
dalam pendidikan?
2. Apakah dalam mendidik anak Bapak/Ibu berkuasa penuh terhanak
anak (otoriter). Atau Bapak/Ibu memberikan kebesan terhadap
anak tetapi tetap mengontrol (demokratis), atau memberi sedikit
batasan kepada anak dan lebih membebaskan keinginan anak
(permitif), atau membebaskan anak secara penuh (penelantaran)?
3. Apakah dalam mendidik anak Bapak/Ibuk memberikan tuntutan?
4. Menurut Bapak/Ibu seberapa pentingnya pendidikan bagi anak?
5. Apakah didalam keluarga Bapak/Ibu pernah mengalami suatu
masalah sehingga menganggu proses pendidikan anak?
6. Bagaimana cara bapak/ibu menggabungkan pola asuh keluarga
dengan ilmu agama (pendidikan akhlaqul karimah)?
7. Berapa banyak waktu yang Bapak/Ibu habiskan atau gunakan
untuk kesawah atau kebun?
8. Apakah terjadi kendala dalam hal membagi waktu antara mengurus
anak dan pekerjaan Bapak/ibu (bertani)?
Page 108
93
9. Menurut Bapak/Ibu, mengapa ajaran Agama termasuk akhlak perlu
diberikan kepada anak?
Page 109
94
Instrumen wawancara
Nama : Jarwati
Usia : 39 tahun
Kode informan : Jr
Hari , tanggal jam : Minggu 28 juli jam 10.23 Wib
Tempat : Rumah Bapak Santoso
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Yang ngajarin itu kakaknya mbak,
saya hanya mengawasi ketika dia
tidak mau belajar saya menegor
gitu
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Kalo saya itu tidak pernah
mengekang anak mbak, saya juga
tidak membiarkan anak, kalo saya
dan bapaknya itu lebih mengotrol
mbak, namanya anak ya harus
dibimbing
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tuntutan harus prestasi di sekolah
gitu? Ya tidak mbak tapi saya
selalu menekankan pada anak-anak
untuk selalu belajar. Kalo anak
mendapatkan nilai bagus di
ulangannya saya beri pujian atau
beri hadiah kecil. Biar semangat
gitu anaknya.
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Ya penting banget mbak, anak kan
celengan orang tua di surga nanti.
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Kesulitan itu pasti ada mbak, kalo
saya itu agak keras orangnya kalo
kalo tidak bisa di bilangin ya saya
hukum.
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Dua-duane kan sama pentingnya
mbak, jadi saya kalo disekolahan
udah diajarin pendidikan formal
dirumah saya suruh dia mengaji
(ikut TPA)
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu Wah susah mbak kalo suruh
Page 110
95
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
ngitung berapa jamnya, ya saya
kalo pagi ngurus anak-anak dulu,
terus beberes rumah ya habis itu
kesawah, kalo musim kemarau gini
enggak kesawah mbak, enggak
nanem apa-apa soale susah air,
gampang mati tanemane.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak, jadi
anak-anak saya sudah tau, kalo
saya dirumah tidak ada makanan
karna saya enggak sempet masak
mereka goreng telor atau masak
mie mbak, saya sudah nyiapin itu.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran
agama itu penting (akhlaqul karimah
)? Dan sejak kapan seharusnya
pembinaan agama bagi anak?
Ya penting sekali mbak, anak itu
titipan dari Allah, anak-anak sholeh
sholehah itukan yang diinginkan
setiap orang tua, ya sedini
mungkin.
Page 111
96
Instrumen wawancara
Nama : Maryatun
Usia : 36 tahun
Kode informan : My
Hari , tanggal jam :Minggu 28 juli jam 11.15 Wib
Tempat : Rumah Bp. Parimen
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Iya lah mbak, anak-anak sayakan
masih kecil
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Saya lebih mengotrol mbak,
takutnya kalo anak dikekang dia
enggak bisa aktif.
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tuntutan?
Tidak mbak,
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Ya penting mbak banget mbak.
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Alhamdulillah tidak mbak.
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Ya begitu mbak, dibelajri terus.
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Kalo saya setelah anak pergi
sekolah mbak, jam 08.00 pagi
kesawah terus jam 10.00an pulang.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alahmdulillah tidak mbak.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran
agama itu penting (akhlaqul karimah
)? Dan sejak kapan seharusnya
pembinaan agama bagi anak?
Ya penting, sejak kecil mbak
Page 113
98
Instrumen wawancara
Nama : Ayuni Prapti
Usia : 34 tahun
Kode informan : AP
Hari , tanggal jam : Minggu 28 Juli 2019, jam 11.40
Tempat : rumah Bp. Rohmat
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya saya belajari dirumah mbak.
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Kalo saya orange agak keras mbak,
tapi ya tidak berkuasa penuh
terhadap anak, ya ngawasilah.
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak, tapi ya kalo bisa dapet
peringkat disekolahan.
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting banget mbak.
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Alhamdulillah tidak mbak, saya
dan bapaknya alhamdullah bisa
bekerja sama
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
kalo saya yang ngajari pelajaran
sekolah, bapaknya yang ngajari
ngaji mbak.
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Kalo saya setelah anak berangkat
sekolah beberes rumah mbk, ya
paling 2 sampai 5 jam sehari mbak.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara
ajaran agama itu penting (akhlaqul
karimah )? Dan sejak kapan
seharusnya pembinaan agama bagi
Penting sekali mbak, saya itu
pengen anak saya nanti yang
mendoakan saya.
Page 115
100
Instrumen wawancara
Nama : Nurhadi
Usia : 42 tahun
Kode informan : NH
Hari , tanggal jam : Senin 29 Juli 2019, 15.26 Wib
Tempat : Rumah Bp.Nur Hadi
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya selayaknya orang tua mbak,
disekolahkan.
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Tidak mbakl saya itu lebih gimana
anaknya saya tidak pernah
mengekang, membatasi, tapi ya itu
harus tau aturan saja
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak, tapi alhamdulillah
anak saya sering mendapat juara
disekolahan.
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali mbak, saya itu tiap
sore nganterin anak ketempat ngaji.
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Alhamdulillah tidak mbak.
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Saya itu tidak mengharuskan anak
boso ke orang tua, tapi ya kalo di
panggil itu bilange dalem bukan
apa.
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Kalo saya pagi kesawah pulang
dhuhur istirahat sebentar ke sawah
lagi pulang asyar ya begitulah
mbak.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara
ajaran agama itu penting (akhlaqul
Penting sekali mbak, anakkan
titipan dari Allah kalo kita tidak
Page 116
101
karimah )? Dan sejak kapan
seharusnya pembinaan agama bagi
anak?
bisa didik yang baik kita juga yang
ditanyai nanti di akhirat.
Page 117
102
Instrumen wawancara
Nama : Siti Khotimah
Usia : 39 tahun
Kode informan : SK
Hari , tanggal jam : Senin, 29 juli 2019, 14.00Wib
Tempat : Rumah Bp. Alfredo
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Bimbingan, ya saya bilangin saya
ajari pelan-pelan.
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Kalo saya itu lebih ke mengontrol
anak mbak, mengawasi dan
memberitahu kalo ada yang salah
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak, takutnya kalo anak
jadi tertekan.
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali.
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Alhambulillah tidak ada, semisal
ada saya beri pengertian dulu.
Memberinya pujian kalo dia
berbuat baik ato mendapat
peringkat dikelas
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Saya beri jadwal kalo pulang
sekolah dia boleh main tapi kalo
asyar harus ngaji dan malem
belajar buat pelajaran disekolah
besok
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Haduh berapa ya mbak ya kira-kira
3-5 jam sehari mbak
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Kendala selalu ada mbak, itu dari
pihak saya sendiri, ya saya hanya
tamatan SMA, dan tidak tau
bagaimana pendidikan anak jaman
sekarang ya kesusahan dalam hal
Page 118
103
itu.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara
ajaran agama itu penting (akhlaqul
karimah )? Dan sejak kapan
seharusnya pembinaan agama bagi
anak?
Penting sekali, ya sejak kecil,
malah ada yang bilang dari usia
kandungan.
Page 119
104
Instrumen wawancara
Nama : susanti
Usia : 32 tahun
Kode informan : SS
Hari , tanggal jam : sabtu, 10 Agustus 2019, Pukul 11.23 Wib
Tempat : Rumah Bp. Sutarnoto
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya dibelajari mbak,
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Tidak mbak sama lebih mengotrol
anak.
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak,
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali mbak,
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Tidak mbak, kalo dia susah belajar
saya beri pengertian kalo tidak mau
belajar nanti akhirnya tidak pandai
tidak bisa naik kelas
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Caranya ya didik mbak, kalo saya
lebih percaya anak itu diles kan,
tapi disini tidak ada yang buka
tempat les, ya tak suruh belajari
adek saya.
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Wah itu tidak bisa diitung mbak, ya
kalo ada pekerjaan ya kesawah,
kalo tidak ya ke kebun nanem cabe,
nanem sawi.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak saya
dibantuk adek saya.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran Penting mbak sejak kecil.
Page 120
105
agama itu penting (akhlaqul karimah
)? Dan sejak kapan seharusnya
pembinaan agama bagi anak?
Page 121
106
Instrumen wawancara
Nama : sutimah
Usia : 39 tahun
Kode informan : ST
Hari , tanggal jam : sabtu, 10 Agustus 2019, pukul 13.00 Wib
Tempat : Rumah Bp. Daldiri Alm.
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Wah itu, yang bimbing yang
belajari itu kakak-kakaknya mbak
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Tidak mbak saya lebih ke
mengotrol saja.
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali mbak,
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Alhamdulillah tidak mbak ya itu
karna saya dibantu kakak-kakaknya
buat ngajari adeknya.
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Ya karna saya tidak berpendidikan
tinggi, pendidikan formal saya
serahkan ke pihak sekolah, kalo
pelajaran agama saya bisa dikit ya
kadang saya yang ngajari kadang
kakak-kakaknya
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Ya gimana ya mbak, saya sebagai
penganti bapaknya, ya waktu saya
bekerja lebih banyak ketimbang
sama anak-anak dirumah
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara Penting sekali mbak, anak-anak
Page 122
107
ajaran agama itu penting (akhlaqul
karimah )? Dan sejak kapan
seharusnya pembinaan agama bagi
anak?
kan nanti yang bakalnya gantiin
kita, yang mendoakan bapak dan
ibunya nanti.
Page 123
108
Instrumen wawancara
Nama : Ahmadi
Usia : 33 tahun
Kode informan : AH
Hari , tanggal jam : Minggu 4 agustus 2019, Pukul 10.23 Wib
Tempat : Rumah bapak. Ahmadi
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya gitu mbak
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Saya lebih ke mengontrol mbak.
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak.
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali mbak itu yang lebih
penting
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Kesulitan ya itu wajar mbak, ya di
bimbing kalo ndak bisa ya dihukum
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Kalo itu ya disip-sisipkan mbak,
pelajaran disekolahkan ya
disisipkan agamanya mbak, tata
krama nya juga, jadi anak itu bisa
bedain mana yang benar dan mana
yang salah.
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Wah itu ya tidak ngitung mbak,
tapi setelah anak berangkat sekolah
saya ke sawah gitu.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran
agama itu penting (akhlaqul karimah
Penting sekali mbk, akhlak kan
perilaku, perilaku anak ya dicontoh
Page 124
109
)? Dan sejak kapan seharusnya
pembinaan agama bagi anak?
dari orang tuanya
Page 125
110
Instrumen wawancara
Nama : Mulyati
Usia : 32 tahun
Kode informan : MY
Hari , tanggal jam : Minggu 04 Agustus 2019, 11.25
Tempat : Bp. Nurroni
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya dibimbing mbak diajari,
dibelajari
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Saya lebih ke mengontrol mbak
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak, saya tidak menuntut
anak berprestasi tapi kalo tidak
belajar ya saya marah.
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali, tiap sore saya suruh
ngaji.
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Kesulitan tidak alhamdulillah
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama
(pendidikan akhlaqul karimah)
Iya itu tadi belajar dan ngaji
7. Berapa banyak waktu yang bapak/
ibu habiskan atau gunakan untuk
kesawah / bekerja di ladang?
Kalo itu setelah ngurusi rumah dan
anak saya langsung kesawah mbak,
kadang ya setelah subuh itu langsung
ke sawah mbak.
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus
anak dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak.
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran
agama itu penting (akhlaqul karimah
Penting sekali mbak.
Page 126
111
)? Dan sejak kapan seharusnya
pembinaan agama bagi anak?
Page 127
112
Instrumen wawancara
Nama : Narmi
Usia : 39 tahun
Kode informan : Nr
Hari , tanggal jam : Senin, 5 Agustus 2019, pukul 15.00 Wib
Tempat : Rumah Bp. Fauzani
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya gitu di belajari mbak.
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Saya memberi batasan pada anak
mbak, ya ngontrol lah.
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali mbak, ya hampir
sama dengan pendidikan formal
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Alhamdulillah tidak mbak
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Di jami mbak kalo disekolah dia
belajar formal kalo sore dia ngaji,
terus tak belajari tatakrama
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Ya setelah beberes rumah mbak,
pulang dhuhur
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alahmdulillah tidak
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara
ajaran agama itu penting (akhlaqul
karimah )? Dan sejak kapan
seharusnya pembinaan agama bagi
Penting sekali ya
Page 129
114
Nama : Sularti
Usia : 29 tahun
Kode informan : SL
Hari , tanggal jam : senin 5 Agustus 2019, Pukul 14.00
Tempat :rumah Bp. Sutarno
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Ya diajari tatakrama, ya seperti itu
mbak
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Saya lebih ke mengontrol anak
mbak, takutnya kalo dikekang anak
jadi takut melangkah sendiri, tapi
saya memberi pengarahan
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Alhamdulillah tidak mbak, iya itu
kalo di tuntut anak jadi tidak bisa
melangkah sendiri, tidak bisa
mengambil keputusan sendiri
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali mbak, ini setelah
lulus SD, dia minta masuk
pesantren alhamdulillah
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Kesulitan pasti ada mbak tapi ya
bisa mengatasi, saya bekerja sama
dengan bapak dan kakaknya, ken
bimbing ngoten
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Ya itu bapak kakak-kakaknya suka
bantu saya.
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Saya setelah beberes rumah mbak
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajara
ajaran agama itu penting (akhlaqul
Penting sekali mbak
Page 130
115
karimah )? Dan sejak kapan
seharusnya pembinaan agama bagi
anak?
Page 131
116
Nama : Umy kulsum
Usia : 35 tahun
Kode informan : Uk
Hari , tanggal jam : Kamis 8 agustus 2019, Pukul 10.22 Wib
Tempat : Rumah Bp. Widodo
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara bapak/ ibu memberi
bimbingan terhadap anak?
Iya dibelajari mbak
2. Apakah dalam mendidik anak
Bapak/ibu berkuasa penuh terhadap
anak (otoriter), atau bapak/ ibu
memberi sedikit batasan kepada anak
dan lebih mengontrol (demokrasi),
atau memberikan sedikit batasan
kepada anak dan lebih membebaskan
keinginan anak (permitif), atau
membebaskan anak secara penuh
(penelantaran)
Kalo saya di kontrol mbak
3. Apakah dalam mendidik anak bapak/
ibu memberi tunututan?
Tidak mbak
4. Menurut bapak/ ibu seberapa penting
pendidikan agama untuk anak
Penting sekali sangat penting
5. Apakah di dalam keluarga bapak/ibu
pernah mengalami kesulitan, dan
bagaimana cara mengatasinya
Iya pernah mbak, ya saya nasehati
mbak
6. Bagaimana cara bapak/ ibu
menggabungkan pola asuh keluarga
dengan pendidikan agama (pendidikan
akhlaqul karimah)
Kalo pendidikan formal didapet di
sekolah, kalo pendidikan akhalaqul
karimah saya didik dirumah sama
ngaji di masjid mbak
7. Berapa banyak waktu yang bapak/ ibu
habiskan atau gunakan untuk kesawah
/ bekerja di ladang?
Wah gx ngitung mbak seteleh
beberes rumah mbak
8. Apakah terjadi kendala dalam hal
membagi waktu antara mengurus anak
dan pekerjaan?
Alhamdulillah tidak mbak
9. Menurut bapak/ibu, mengapa ajaran
agama itu penting (akhlaqul karimah
)? Dan sejak kapan seharusnya
pembinaan agama bagi anak?
Penting sekali mbak, sejak kecil
Page 132
117
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dengan ini penulis mencantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikut:
Nama : Suci Pitaloka
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Boyolali, 19 Januari 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
a. Ayah : Ibu. Sundari
b. Ibu : Bp. Hudi
Alamat : Ds. Ngawen Rt.02/02 Banyusri Kec. Wonosegoro,
Kab. Boyolali
Riwayat Pendidikan
1. TK PERTIWI 1 : Lulus Tahun 2003
2. SD NEGERI 2 Banyusri : Lulus Tahun 2009
3. MTs Al-Islam Banyusri : Lulus Tahun 2012
4. MAN SURUH : Lulus Tahun 2015
5. IAIN SALATIGA : Lulus Tahun 2019
Boyolali, 24 Agustus
2019
Penulis,
Suci Pitaloka
23010150079
Page 135
120
TRANSKRIP DOKUMENTASI
Gambar 1. Kelurahan Desa Banyusri
Gambar 2. Wawancara dengan para Orang tua
Page 138
123
Gambar 3. Dokumentasi dengan anak-anak desa Banyusri