BAB II KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN PENCEGAHANNYA II.I. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998) II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi. A. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut: B.1. Risiko Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok: 1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. 2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN PENCEGAHANNYA
II.I. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan
atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan
atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998)
II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,
namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
A. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
B.1. Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya
suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan
bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan
angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk
membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor
kehamilan dibagi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau
banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan
adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang
membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,
2003).
B.2 Batasan Faktor Risiko / Masalah
a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO
(kehamilan yang perlu diwaspadai)
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai
ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.
Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:
Bayi lahir belum cukup umur
Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir
Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).
2. Primi tua
Lama perkawinan ≥ 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
Suami istri tinggal serumah
Suami atau istri tidak sering keluar kota
Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya
pre-eklamsia.
Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).
Pada umur ibu ≥ 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit
pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada
kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan
perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:
Hipertensi / tekanan darah tinggi
Pre-eklamsia
Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir
dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.
Perdarahan setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:
Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur
relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.
Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya
lebih dari 45 tahun
Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin
mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.
Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase
dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang
menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai
selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat
dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir
dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)
3. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan
rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu
anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:
Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu
Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).
4. Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan
persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi.Kehamilan ini bisa
terjadi pada:
Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi:
Persalinan dapat berjalan tidak lancar
Perdarahan pasca persalinan
Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati,
2003).
5. Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal,
biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
penyakit jantung
nefritis
edema umum (anasarka)
anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur
esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)
5. Janin mati dalam rahim
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
Tidak terasa gerakan janin
Perut terasa mengecil
Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila
gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,
kehidupan janin mungkin terancam.
Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:
DJJ tidak terdengar
Hasil tes kehamilan negatif
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke
dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
6. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan
pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:
Janin mengecil
Kulit janin mengkerut
Lahir dengan berat badan rendah
Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
7. Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan
kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
8. Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala
ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui
jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan
alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati
masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani
dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
Bahaya bagi ibu
Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
Infeksi
Ibu syok dan dapat mati
Bahaya bagi janin
Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO
(Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
1. Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut
perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya
yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat
Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut
rahim.
Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka
terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan
adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
Dapat membahayakan ibu:
Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
Ibu dapat meninggal
Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
2. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani
dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-
kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu
diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.
Bahaya yang dapat terjadi:
Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
Bahaya bagi janin:
Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil
Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
II.3 Langkah-langkah Pencegahan
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan
skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama
kehamilan:
1. Satu kali pada triwulan I (K1)
2. Satu kali pada Triwulan II
3. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi
KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang
kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa
kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan
ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan
janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan
rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan
secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas,
suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong
dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan
komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi
untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
Tujuan perawatan antenatal:
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
meupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana
setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).
Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil
Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting
dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan
persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat
dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh
karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara
dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati,
2003).
Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan
Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati
Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis
keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu
untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada
saat persalinan → dengan Kartu Skor Poedji Rachjati.
Manfaat KSPR untuk :
1. Menemukan faktor resiko Bumil
2. Menentukan Kelompok Resiko Bumil
3. Alat pencatat Kondisi Bumil
Setiap ibu hamil mempunyai :
1. Satu Kartu Skor / Buku KIA
2. Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan.(Poedji Rochjati, 2003).
Alat Skrining Ibu Hamil
Kartu Skor “ Poedji Rochjati” ( KSPR)
Kartu skor mempunyai fungsi:
Skrining antenatal / deteksi dini factor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi
Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan
Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi
Pedoman untuk memberikan penyuluhan
Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. (Poedji Rochjati, 2003).
Sistem SKOR
Cara Pemberian SKOR:
1. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal
2. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Untuk tiap faktor risiko
3. Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-
eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003).
Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :
Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati
Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor.
Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun
non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat
menggunakan dan mengisinya. (Poedji Rochjati, 2003).
Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang
(Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI)
Ibu hamil dengan SKOR 6 atau lebih, dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan:
Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003).
Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS)
Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara persalinan
yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat
memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum perswalinan
dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan
persalinan yang dikembangkan oleh soedarto.
Grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah:
1. Daerah Hijau tua menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di rumah
masih bisa dilakukan dengan aman.
2. Daerah hijau muda menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di rimah dapat
dilakukan tetapi harus dengan pengawasan.
3. Daerah kuning menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani tenaga
kesehatan atau harus dirujuk
4. Daerah merah menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di lakukan.
(Poedji Rochjati, 2003).
Halaman Depan KPPS
Halaman Belakang KPPS
(Poedji Rochjati, 2004).
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan
yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-
langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya
merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal
akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dalam perkembangan janin. Ibu hamil
dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap
trisemester, sedangkan trismester terakhir sebanyak dua kali.
Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan, dan kala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
5. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
6. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
7. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
8. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.
9. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal. (Sarwono P, 2002)
Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal. Maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)
Satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu)
Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
Jadwal kunjungan ulang :
1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
Penapisan dan pengobatan anemia
Perencanaan persalinan
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Penapisan preeklampsia, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP
Mengulang perencanaan persalinan
3. Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir
Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
Memantapkan rencana persalinan
Mengenali tanda – tanda persalinan
Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7T” :
(Timbang) berat badan
Ukur (Tekanan) darah
Ukur (Tinggi) fundus uteri
Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan
tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Sarwono P, 2002)
Asuhan Antenatal
1. Anamnesis
Riwayat kehamilan ini Riwayat obstetri lalu Riwayat penyakit Riwayat sosial ekonomi
Usia ibu hamil Hari pertama haid
terakhir, siklus haid Perdarahan per
vagina Keputihan Mual dan muntah Masalah / kelainan
pada kehamilan sekarang
Pemakaian obat – obat (termasuk jamu – jamuan)
Jumlah kehamilan Jumlah persalinan Jumlah persalinan
cukup bulan Jumah persalinan
prematur Jumlah anak hidup Jumlah keguguran Jumlah aborsi Perdarahan pada
kehamilan, persalinan, nifas terdahulu.
Adanta hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu
Berat bayi <2,5 kg atau berat bayi 4 kg
Adanya masalah – masalah selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu
Jantung Tekanan darah tinggi Diabetes Melitus TBC Pernah operasi Alergi obat /
makanan Ginjal Asma Epilepsy Penyakit hati Pernah kecelakaan
Status perkawinan Respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan
Jumlah keluarga di rumah yang membantu
Siapa pembuat keputusan dalam keluarga
Kebiasaan makan dan minum
Kebiasaan merokok, menggunakan obat – obatan dan alkohol
Kehidupan seksual Pekerjaan dan
aktivitas sehari – hari Pilihan tempat untuk
melahirkan Pendidikan Penghasilan
(Sarwono P, 2002)
2. Pemeriksaan
Fisik umum Pemeriksaanluar
Pemeriksaandalam
Laboratorium
Kunjungan pertama: Tekanan darah Suhu badan Nadi Pernafasan Berat badan Tinggi badan Muka : Edema, pucat Mulut & Gigi :
kebersihan, karies, tonsil, paru
Tiroid / gondok Tulang belakang/
punggung : scoliosis Payudara : puting
susu, tumor
Pada setiap kunjungan :
Mengukur tinggi fundus uteri
Palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih 28 minggu)
Auskultrasi detak jantung janin
Pada kunjungan Varises Kondiloma Edema Hemeroid Kelainan lain
Pemeriksaan dengan Spekulum untuk menilai:
Serviks Tanda-tanda infeksi Cairan dari ostium
uteri
Kunjungan pertama:Darah :
Hemoglobin Glukosa VDRL
Urin: Warna,
bau, kejernihan Protein Glukosa Nitrit/LEA
Abdomen : bekas operasi
Ekstermitas : edema, varises, reflesk patella
Costrovertebral Angle Tenderness (CVAT)
Kulit : kebersihan/ penyakit kulitKunjungan berikut:
Tekanan darah Berat badan Edema Masalah dari
kunjungan pertama
Pemeriksaan untuk menilai:
Serviks* Uterus* Adneksa* Bartholin Skene Uretra
*bila usia kehamilan <12 minggu
(Sarwono P, 2002)
Perkusi
Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi
Palpasi
Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai
bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat
lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.
Palpasi perut untuk menetukan :
Besar dan konsistensi rahim,
Bagian-bagian janin, letak, presentasi,
Gerakan janin,
Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his.
Cara palpasi ada bermacam-macam :
Menurut Leopold dengan variasi
Menurut Knebel,
Menurut Budin, dan
Menurut Ahlfeld
Manuver palpasi menurut Leopold:
Leopold I :
pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
konsistensi uterus
Variasi menurut Knebel:
menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas
simfisis
Leopolld II :
menentukan batas samping rahim kana-kiri
menentukan letak punggung janin
pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Variasi menurut Budin:
menentukan batas letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus
Leopold III :
menentukan bagian terbawah janin
apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang
Variasi menurut Ahlfeld:
menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut
Leopold IV:
pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul
Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus,
gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl. (Rustam M,
1998)
Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundlus uteri.Akhirbulan Besar uterus Tinggi fundus uteri
123456789
Lebih besar dari biasaTelur bebekTelur angsaKepala bayiKepala dewasaKepala dewasaKepala dewasaKepala dewasa
Belum teraba (palpalasi)Di belakang simfisis1-2 jari diatas simfisisPertengahan simfisis-pusat2-3 jari di bawah pusatKira-kira setinggi pusat2-3 jari di atas pusatPertengahan pusat-proc. Xyphoideus
10Kepala dewasa
Kepala dewasa
3 jari di bawah Px atau sampai setinggi PxSama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar ke samping
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam
kandungan:
(1) Dihitung dari tunggal haid terakhir
(2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “felling life”(quickening)
(3) Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm
dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
(4) Menurut Ahlfeld :” Ukuran kepala-bokong”= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak
kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.
(5) Rumus Johnson –Tausak:BB =(mD - 12) x 155
Auskultasi
Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obterik) untuk menedengarkan denyut jantung
janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:
(1) dari janin :
djj pada bulan ke 4-5
bising tali pusat
gerakan dan tendangan janin
(2) dari ibu:
bising rahim (uterine souffle)
bising aorta
peristaltic usus
Cara menghitung djj:
setiap menit misalnya 140 kali per menit
dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui teratur tidaknya djj,
contoh:
11 12 11
djj = 4x(11+1213) = 136 permenit teratur
10 14 9
djj = 4x(10+14+9) = 132 permenit tidak teratur
(Rustam M, 1998)
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher (VT)
Rectal toucher (RT)
Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :
(1) Bagian terbawah janin
(2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk. uub, dagu, hidung,
orbita, mulut, dan sebagainya.
(3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber ischii
(4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dan sebagainya
(5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul
Perlvimetri klinik :
Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba
promontorium. Bila teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk
dikeluarkan dan diukur (lihat Gambar 9-5). Akan diperoleh konyugata diagonal, bila
dikurangi 1,5 cm diperoleh konyugata vera (CV)
Indikasi pemeriksaan dalam :
(1) Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan sebelum ditinggalkan
oleh penolong
(2) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan
(3) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD
(4) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju – maju
(5) Jika akan diambil tindakan obstetri operatif
(6) Menentukan nilai skor pelvis
Pada kehamilan triwulan pertama :
Pembesaran rahim dan konsistensinya
Tanda Hegar, tanda Piscaseck, dan tanda Chadwick
Pada kehamilan lanjut dapat dinilai :
Pembukaan serviks: berapa cm atau berapa jari hampir lengkap dan sudah lengkap
Bagian anak paling bawah : kepala, bokong, serta posisinya.
Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge.
Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak
Sacrum cekung atau bentuk lain
Spina ischiadika menonjol atau tidak
Arkus pubis cukup lebar atau tidak
Serviks : effacement, tipis atau tebal
Apakah pada kepala janin ada kaput atau tudak
Dan lain – lain
(Rustam M, 1998)
Pemeriksaan Rontgenologik
Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang diagnostic bila terdapat
keragu – raguan pada pemeriksaan obstetrik. Misalnya, pada wanita yang selalu gemuk
(obesitas), penderita yang tidak tenang (nervous), dan dinding perut yang tegang.
Untuk diagnosa kehamilan positif, boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan dan
akan tampak tulang – tulang janin.
Pemeriksaan rontgenologi dapat pula memberikan informasi tentang keadaan janin
dalam kandungan :
Letak dan posisi janin
Tanda – tanda kematian janin dalam kandungan (KJDK)
Pemeriksaan Laboratorium
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang – kurangnya 2 x
selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya.
Ultrasonografi
Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin,
karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda.
Pada layer dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin. (Rustam M, 1998)
3. Diagnosis
Diagnosis dibuat untuk menentukan hal – hal sebagai berikut :Kategori Gambaran
Kehamilan normal
Kehamilan dengan masalah khusus
Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerja sama penanganannya
Kehamilan dengan kondisi kegawat daruratan yang membutuhkan rujukan segara
Ibu sehatTidak ada riwayat obstetri burukUkuran uterus sama / sesuai usia kehamilanPemeriksaan fisik dan laboratorium normal
Seperti masalah keluarga atau psiko – sosial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dll.
Seperti hipertensi, anemia berat, preeklampsia, pertumbuhan janin terlambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dan kondisi lain – lain yang dapat memburuk selama kehamilan
Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini, atau kondisi – kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi.
4. PenatalaksanaanKategori Gambaran
Kehamilan normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal awal.
Lihat bagian penilaian
2. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan kehamilan.
Tekanan darah – di bawah 140/90 Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama
kehamilan
Edema hanya pada ekstremitas Tinggi fundus – cm atau menggunakan jari – jari
tanggan dapat disamakan dengan usia kehamilan Detak jantung janin 120 sampai 160 setak per menit Gerakan janin + setelah 18-20 minggu hingga
melahirkan
3. Memberikan zat besi (lihat jadwal)4. Memberikan imunisasi TT (lihat jadwal)5. Memberikan konseling Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300
kalori per hari, mgnkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)
Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah Perubahan fisiologi : tambah berat badan,
perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan/atau varises, hubungan suami – istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).
Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan lanjutan kehamilan
Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda – tanda bahaya berikut :
Perdarahan per vaginam, Sakit kepala lebih dari biasa Gangguan penglihatan Pembengkakan pada wajah / tangan Nyeri abdomen (epigastrik) Janin tidak bergerak sebanyak bisanya Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang
bersih dan aman di rumah (untuk tingkat desa) :- Sabun dan air- Handuk dan selimut bersih untuk bayi- Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan- Mendiskusikan praktek – praktek tradisional, posisi
melahirkan, dan harapan – harapan- Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan
selama persalinan di rumah. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit
(ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan
Petunjuk dini : untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk :
- Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya –
biaya perawatan kegawatdaruratan.- Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada
ibu yang mempunyai puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu diajarkan cara mengeluarkan puting susu dengan menggunakan kedua ibu jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.
Kehamilan normal dengan kebutuhan khusus
1. Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas
2. Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan masalah – masalahnya
Ibu hamil dengan masalah kesehatan/komplikasi yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau kerja sama penanganann
1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi. Menolong ibu menentukan pilihan yang tepat untuk
konsultasi (dokter, puskesmas, dokter obgin dsb)2. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat
rujukan.3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan
membawa surat dengan hasil dari rujukan4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi
selama kehamilan5. Memberikan layanan / asuhan antenatal6. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu
melahirkan di rumah : Menyepakati di antara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran (terutama suami dan ibu atau ibu mertua).
Persiapan/pengaturan transportasi untuk ke tempat persalinan dengan aman, terutama pada malam hari atau selama musim hujan.
Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di tempat persalinan yang aman. Apakah ibu hamil dapat menabung cukup uang, atau dapatkah ia meminta dana masyarakat ?
Persiapan asuhan anak jika dibutuhkan selama persalinan
Kegawatdaruratan 1. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di
mana tersedia pelayananan kegawatdaruratan obstetrik yang sesuai.
2. Sambil menunggu transportasi, Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika
perlu berikan pengobatan Mulai memberikan cairan infus (IV)
3. Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya4. Membawa obat dan kebutuhan – kebutuhan lain5. Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu
hamil dan surat rujukan
(Sarwono P, 2002)
Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama
hamil. Keuntungan antenatal care sangat besarkarena dapat mengetahui berbagai resiko
dini komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke
rumahsakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan par-
tograf menurut WHO, sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah
dapat dirujuk ke rumah sakit. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998)
Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian
besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Ida Bagus