BUDAYA ORGANISASI Mega Rizki Qintara 1208210067 Universitas Pancasila
BUDAYA ORGANISASI
Mega Rizki Qintara
1208210067Universitas Pancasila
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001) :Budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
Menurut Robbins (1996) :Budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
Menurut Schein (1992) :Budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
SUMBER – SUMBER BUDAYA ORGANISASI
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang
dikutip oleh Munandar (2001)
Pengaruh umum dari luar yang luas : Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat :Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi :Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
Menurut Robin,fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
CIRI – CIRI BUDAYA ORGANISASI
Inovasi dan pengambilan
Keagresifan
Kemantapan
Perhatian terhadap detail
Orientasi hasil
Orientasi orang
Orientasi tim
Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, Bukannya individu.
Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Keterkaitan dengan agresivitas karyawan.
BASIC ASSUMPTION
VALUE
ARTIFAK
TINGKATAN BUDAYA
TINGKATAN BUDAYA (LANJUTAN)
Artifak
Ciri-cirinya : Terdapat pada permukaan.
Dapat dilihat, dapat didengar, dapat dirasakan
Mudah diamati Sulit diuraikan Merupakan simbol-simbol
yang ambigu Sulit diklasifikasikan
value
Ciri-cirinya : Semua kelompok merefleksikan
nilai-nilai asli. Pemimpin yang mempengaruhi
kelompok Dimulai dengan nilai yang
terbagikan, kemudian menjadi asumsi yang terbagikan
Pengesahan sosial berlangsung dengan pembelajaran bersama
Dimulai oleh pendiri organisasi dan pemimpin, kemudian terasimilasi.
Basic Assumtion
Muncul sebagai penyelesaian masalah yang diulangi terus menerus.
Dugaan yang menjadi kenyataan
Untuk belajar sesuatu yang baru membutuhkan pembangkitan, pengujian ulang,
pemecahan bingkai
Budaya diartikan sebagai apa yang kita perhatikan, apa arti benda-benda, reaksi
emosional, tindakan apa, saat kapan.
Manusia membutuhkan stabilitas kognitif. Dengan berlaku sesuai dengan asumsi dasar
ini, maka orang akan merasa dunianya stabil dan dapat diprediksi.
TINGKATAN BUDAYA (LANJUTAN)
BUDAYA SEBAGAI SUATU BEBAN
Hambatan terhadap perubahankonsistensi perilaku merupakan suatu aset untuk organisasi bila organisasi menghadapi suatu lingkungan yang mantap. Namun konsistensi ini dapat membebani organisasi dan menimbulkan kesulitan ketika menghadapi perubahan-perubahan lingkungan
Hambatan terhadap keanekaragamanbudaya yang kuat menimbulkan tekanan/tuntutan yang tinggi kepada karyawan untuk menyesuaikan diri membatasi rentang nilai dan gaya yang dapat diterima
Hambatan terhadap merger dan akuisisisecara historis, faktor utama yang diperhatikan pihak manajemen dalam meutuskan merger atau akuisisi dikaitkan dengan keuntungan finansial dan atau sinergi produk. Akhir-akhir ini, kecocokan budaya menjadi hal yang primer ketika organisasi akan memutuskan merger atau akuisisi
Proses penciptaan budaya terjadi dalam 3(tiga) cara :
Para pendiri hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang berpikir dan merasakan cara yang mereka gunakan
Mendoktrinasi dan mensosialisasikan cara berpikir mereka (pendiri)
Perilaku pendiri menjadi model yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasikan diri dengan mereka, kemudian menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan asumsi mereka.
Tiga kekuatan yang memainkan peran penting dalam mempertahankan budaya :1.Proses seleksi2.Tindakan manajemen puncak3.Metoda sosialisasi (proses adaptasi karyawan pada budaya organisasi) :- prearrival stage (tahap prakedatangan) : periode pembelajaran dimana proses sosialisasi dilakukan sebelum karyawan baru bergabung dalam organisasi- encounter stage (tahap perjumpaan) : proses sosialisasi dimana karyawan baru melihat bagaimana budaya organsasi yang sesungguhnya, gap (kesenjangan) yang terjadi, dan kenyataan yang ada- metamorphosis stage (tahap metamorfosis) : proses sosialisasi dimana karyawan baru berubah dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan, kelompok kerja, dan organisasi
MENJAGA BUDAYA AGAR TETAP HIDUP