1. Pneumothorax A. Definisi Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang di dalam rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh : a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan memasuki kavum pleura.Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax.Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya,udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax. b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut disbanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi,tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral.Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax .
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. Pneumothorax A.Definisi
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga pleura. Pada kondisi
normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang di dalam
rongga dada.
Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan
memasuki kavum pleura.Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax.Apabila
kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan
dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya,udara semakin lama semakin banyak
sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension
pneumothorax.
b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura
dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,maka udara
cenderung lebih melewati lubang tersebut disbanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada
saat inspirasi,tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura
lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral.Saat ekspirasi, tekanan rongga dada
meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open pneumothorax.
B.Klasifikasi/jenis Klasifikasi Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks spontan Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya
suatu penyebab. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi kedalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebabnya atau tanpa penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki muda
(usia 20-40 tahun)yang sehat dengan postur tinggi dan astenikus. Timbul akibat ruptur bulla
kecil(12 cm) subpleural, terutama di bagian puncak paru. Insidensi pria : wanita = 5:1
Manifestasi klinik : nyeri dada pleuritik, ipsilateral(nyeri tajam, seperti tersayat atau tertusuk)
yang terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan, dyspnoe, dapat juga ‘silent’(tidak
menunjukkan gejala pada 5-10% kasus)
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh
riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya(tanpa adanya trauma). Umumnya
terjadi pada orang dewasa < 60 tahun. Insidensi pria : wanita = 3 : 1 Tidak dipengaruhi oleh
aktivitas fisik berat, sering terjadi saat istirahat. Tersering pada pasien bronkitis dan
emfisema yang mengalami ruptur emfisema subpleura atau bulla. Penyakit dasar lain :
Tuberkulosis paru, asma bronkial, pneumonia,abses paru atau Ca paru. fibrosis kistik,
penyakit paru obstruktik kronis (PPOK) dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik
trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru. Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena jejas
kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotraumas.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi
dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis ini pun masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental Adalah suatu pneumotoraks yang
terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan
tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsy pleura.
Diagnosis : dicurigai pada pasien yang mengalami dyspnoe yang
memburuk setelah prosedur medic, pada Ro didapatkan “deep sulcus”
Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)Adalah suatu pneumotoraks
yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada
pengobatan tuberculosis sebelum ditemukannya antibiotik, maupun untuk menilai
permukaan paru.
Gambar pneumothorax traumatik
Berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple/Close Pneumothorax) Pada tipe ini,pleura dalam keadaan
tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan
dunia luar.Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif,namun lambat laun berubah
menjadi negative karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru
belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di
dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di
rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan
antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka
terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan
perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan
menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi
mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi
dinding dada yang terluka (sucking wound).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax) Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura
yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang
bersifat seperti katup(check valve). Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus
serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu
ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam rongga
pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam
rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas.
Menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (< 50%
volume paru).
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (> 50% volume
paru)
C.Etiologi1. Trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma
tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Trauma pada bagian ini
juga sering disertai dengan cedera pada tempat lain misalnya abdomen, kepala, dan ekstremitas
sehingga merupakan cedera majemuk. Kelainan yang sering timbul secara umum pada setiap trauma
thorax baik tajam maupun tumpul yaitu:
a. Kulit : dan jaringan lunak : luka, memar, dan emfisema subkutis
b. Tulang : fraktur costa, sternum, pernapasan paradoksal.
Fraktur iga yang sering menyebabkan kelainan ‘Flail chest’ adalah fraktur iga segmental.
c. Pleura : Pneumothorax, hemothorax, hemopneumothorax,kilothorax, serothorax
d. Jaringan paru : traumatic wet lug
e. Mediastinum : pneumomediastinum, robekan esofagus, robekan bronkus
f. Jantung : hemoperikardium, luka jantung.
2. Penyakit paru sebelumnya : peningkatan insidensi pneumothorax dengan penyakit paru yang mendasari seperti emfisema, fibrosis kistik, atau penyakit paru intersisial,TBC3. Spontan : biasanya akibat rupture blep pleura yang kecil4. Iatrogenik : akibat biopsy paru, aspirasi dada, operasi thorax5. penggunaan obat-obatan kortikosteroid yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menjadi lemah serta meningkatkan produksi surfaktan(menurunkan tegangan permukaan paru) sehingga menyebabkan pleura rapuh dan gampang pecah.6. pengaruh hormonal (pada wanita yang menstruasi)
D. Factor Resiko Faktor resiko pada pneumothorax spontan primer :
- Riwayat merokok sering sudah terdapat emfisema paru dengan tekanan udara intrapulmonal yang tinggi sehingga jaringan paru menipis dan teregang(termasuk alveolus dan pleura) kemudian jaringan paru lebih rentan robek
- Riwayat keluarga
- Postur tubuh tinggi, kurus, khususnya pada laki-laki usia 23-30an mungkin karena lebih rentan terhadap trauma, laki-laki banyak yang merokok.
E. Epidemiologi Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan diperkirakan 9 per 100.000 orang per tahun mengalami pneumothorax dan menunjukkan bahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1(2) , dan lebih banyak terdapat pada hemitoraks kanan, sementara pneumotoraks bilateral sebanyak 2 % dan semua pneumotoraks spontan. Adapun insiden pneumotoraks ventil diperkirakan sebesar 3-5% dari selurub kasus pneumotoraks spontan. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding non perokok. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah pneumotoraks spontan, terutama dijumpai pada penderita laki-laki dengan badan kurus dan tinggi, berumur 20-40 tahun.
F.Patofisiologi
General Patofisiologi
Normalnya tekanan di dalam rongga pleura adalah negative selama siklus pernapasan. Gangguan dapat terjadi :
- Ketika terdapat hubungan antara alveolus atau ruangan intrapulmoner dan rongga pleura udara akan mengalir ke rongga pleura hingga tidak ada perbedaan tekanan lagi.
- Ketika adanya hubungan antara udara atmosfer dan rongga pleura yang melewati dinding dada, udara akan masuk ke rongga pleura sampai gradient tekanan hilang atau hubungan tersebut di tutup.
- Tekanan negative yang berkurang menyebabkan reqoil paru yang sakit berkurang (dari - berubah menuju +, tapi belum mencapai +)
- Tekanan positif yang tinggi yang menyebabkan terjadinya efek mendorong seperti pergeseran pembuluh darah dan jantung, penurunan cardiac output penurunan venous return hipotensi syok
Akibat yang ditimbulkan dari keadaan diatas adalah kapasitas vital yang berkurang dan PaO2 yang berkurang.
Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O ; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan
intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O. Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada
cavum pleura menyebabkan tekanan negative pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu
proses respirasi.
Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis. Apabila
dinding alveolus dan pleura viceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan
udara masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang,
disertai pengembangan cavum pleurayang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang,
seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan intra alveolar menjadi negatif
sehingga udara luar masuk. Pada pneumotorak spontan,paru-paru kolaps, udara inspirasi ini bocor
masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negative. Pada saat inspirasi akan terjadi
hiperekspansi cavum pleura yang berakibat tertekannya mediastinum ke sisi yang sehat. Pada saat
ekspirasi mediastinum kembali lagi ke posisi semula.Proses yang terjadi inidikenal dengan
mediastinal flutter .Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi
sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.Terjadinya
hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock dikenal dengan simple
pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan
lingkungan luar dikenal dengan closedpneumotorak .Pada saat ekspirasi, udara juga tidak
dipompakan balik ksecara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna.
Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, nhiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi
menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura
karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat,dan
obstruksi jalan napas. Akibatnya timbulah gejala pre-shock atau shock karena penekanan vena cava. Kejadian
ini dikenal dengan tension pneumotorak. Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura
dengan lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas
pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit
pada saat inspirasi udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang
Karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan
mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal yang sehat. Terjadilah
mediastinal flutter. Bilamana open pneumotorak komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum
pleura mendesak mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan
paru karena luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke
paru yang ehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena
penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak .
Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengancepat, takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris
statis & dinamis
Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera : large-bore needle insertion(sela iga II, lineamid-klavikula)
2. WSD
E 2.c. Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dadasehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra
toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai
sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanismeventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atauorgan intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)
J. Komplikasi - Tension pneumothorax
- Hidropneumothorax : cairan pada pneumothorax
- Infeksi sekunder akibat pungsi thorax darurat atau akibat dari pemasangan WSD dapat berupa empyema, abses paru
K. Pencegahan - Pada penderita PPOM, berikan pengobatan sebaik-baiknya, terutama bila penderita
batuk. Pemberian bronkodilator, antitusif ringan sering dilakukan dan penderita dianjurkan kalau batuk jangan keras-keras. Penderita juga tidak diperbolehkan menganngkat barang berat atau mengejan terlalu kuat
- Penderita tuberculosis paru harus diobati dengan baik sampai tuntas. Lebih baik lagi bila penderita tuberculosis masih dalam tahap lesi minimal, sehingga penyembuhan dapat sempurna tanpa meninggalkan cacat yang berarti
L. Prognosis Secara umum kalau dilakukan terapi yang efektif prognosisnya bonam, kecuali kalo penderita menjadi perokok berat(factor resiko pneumothorax spontan) juga kalo terapi Tb/penyakit dasarnya gak sempurna.PNT spontan hampir seluruhnya mengalami kekambuhan.Kekambuhan jarang terjadi pada PNT yang dilakukan thorakotomi terbuka(hanya 1-5%)
Tambahan
Tindakan Aspirasi sederhana dengan jarum dan tube thorakostomi
Aspirasi sederhana merupakan terapi awal bila luas pneumothorax > 15 % hemithorax, rawat jalan,
relative mudah, lebih murah. Tetapi terdapat kelemahan, bila gagal harus dilakukan thoracostomy tube. Jika
terjadi rekurensi juga perlu dilakukan thoracostomy tube.
Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan
antara rongga pleura denganu dara luar dengan cara:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk ronggapleura, dengan demikian tekanan udara
yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi negatif karenamengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dadasampai ke dalam rongga pleura,
kemudian infus set yangtelah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkanke botol yang berisi air.
Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infusset yang
berada di dalam botol.
2) Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiridari gabungan jarum dan kanula. Setelah
jarum ditusukkanpada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembuske rongga pleura, jarum
dicabut dan kanula tetap ditinggal.Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infusset. Pipa
infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yangberisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan
tampakgelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yangberada di dalam botol.
3) Pipa water sealed drainage (WSD) Pipa khusus (torakskateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura
denganperantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit.Pemasukan troakar dapat dilakukan
melalui celah yang telahdibuatdengan bantuan insisi kulit di sela iga ke5-6 pada linea midaksilaris atau
pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di
garismidklavikula(ada di IPD, tapi kalo kata dr.anthony dan dr.harry WSD ditusuknya di ICS 5 atau 6.
Kenapa? Mungkin karena fungsi WSD gak cuma untuk mengeluarkan udara tapi juga mengeluarkan
cairan jadi letak daerah aspirasinya rendah). Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera
dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih
tertinggaldi rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD
dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2
cm di bawah permukaan air supaya gelembung udaradapat dengan mudah keluar melalui perbedaan
tekanan tersebut. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap
positif.Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan
tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura
sudah negative kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan ujicoba terlebih dahulu dengan cara
pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif
maka pipa belum bias dicabut.
Untuk melihat masih ada udara atau nggak di rongga pleura lihat gelembung udara yang
keluar di botol, kalo setelah 1-2 hari gak tampak gelembung udara keluar, pipa
dijepit/klem selama 2 hari. Kalo dalam 2 hari ini gak sesak kembali, klem dibuka. Kalo
setelah klem dibuka gak keluar gelembung udara baru, maka selang itu dapat dikeluarkan
dan mulai beri terapi konservatif seperti pada pneumothorax tertutup(anjurkan banyak
istirahat dan obati penyakit yang mendasarinya). Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien
dalam keadaan ekspirasi maksimal.
Penatalaksanaan WSD(Water Seal Drainage)/ Thoracostomy tube
*Kalo kata anak-anak di grup pneumothorax, thoracostomy itu tindakannya. Dan tindakan thoracostomy itu
menggunakan tabung yang disebut WSD .
WSD adalah Suatu system drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura ( rongga pleura).
TUJUANNYA: Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothorax. Terdiri dari botol
dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke
dalam botol.
Air steril dimasukkan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya
udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru.
Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura
keluar.
Drainage tergantung dari mekanisme pernapasan dan gravitasi.
Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernapasan :
- Inspirasi akan meningkat
- Ekspirasi akan menurun
2. WSD dengan 2 botol
Digunakan 2 botol : 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke 2 water seal. Botol 1
dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol
1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Cairan drainage dari rongga pleura masuk
ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2. Prinsip kerjasama dengan system 1
botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar
melalui selang masuk ke WSD. Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothorax, hemopneumothorax,
efusi pleura.
3. WSD dengan 3 botol
Sama dengan system 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Paling
aman untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke 3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD.
Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan.
Botol ke 3 memiliki 3 selang :
- Tube pendek di atas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
- Tube tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer
- Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
Hemotoraks, efusi pleura
Pneumotoraks ( > 25 % )
Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :
- Infeksi pada tempat pemasangan
- Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
Komplikasi WSD :
- Primer : penetrasi ke organ mayor karena aplikasi trokar yang tidak tepat
- Sekunder : pleural infection empyema
Pleurodesis
Injeksi pleurodesis agent(spt tetrasiklin, doksisiklin, moksisiklin atau talcum venetum/talk) ke dalam rongga
pleura. Bahan terbaik untuk mengurangi rekurensi adalah talk.
Goal :
- Mencegah rekurensi pada pneumothorax
- Mengurangi inflamasi pada pleura dan perlengketan
Indikasi :
- Adanya kebocoran udara & pneumothorax berulang
- Pneumothorax bilateral
- Adanya bullae
- Disfungsi paru, yang tidak bias dioperasi
Metode :
Melalui tabung thorakoskopi(chest tube) atau surgical. Injeksi local anestesi intrapleura, 200-400 mg
lidocaine. Agent dicampur dalam 60-100 ml saline. Injeksi ke rongga pleura. Klem tabung 1-2 jam. Drainage
kembali. Observasi dengan foto Ro, jika udara di rongga pleura telah terabsorbsi, cabut chest tube. Jika
pneumothorax masih ada, ulangi kembali.
Thoracoskopy
Tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga thorax dengan alat bantu thorakoskop. Dahulu, tindakan
ini dilakukan untuk memotong adhesi pleura(pneumolisis) dan menghasilkan pneumothorax artificial pada
pasien Tuberkulosis paru oleh karena belum ada antibiotic. Thorakoskopi yang dipandu dengan video
(Video Assisted Thoracoscopy Surgery = VATS) memberikan kenyamanan dan keamanan bagi operator
dan pasien, sangat efektif untuk penanganan PNT spontan primer dan mencegah rekurensi. Selain itu dapat
juga digunakan untuk reseksi bulla/bleb dan pleurodesis.
Dilakukan bila :
Tindakan aspirasi maupun WSD gagal
Paru tidak mengembang setelah pemasangan tube thorakoskomi
Terjadinya fistula bronkopleura
Timbulnya kembali pneumothorax setelah tindakan pleurodesis
Pada pasien yang berkaitan dengan pekerjaannya agar tidak mudah kambuh kembali seperti pada pilot dan
penyelam
Tindakan bedah/Thorakotomi
- Tindakan pembedahan ini indikasinya hamper sama dengan thorakoskopi, dilakukan jika thorakoskopi gagal
atau jika bleb /bulla terdapat di apex paru(efektif untuk reseksi bleb/bulla di apex)
- Dengan pembukaan dinding thorax melalui operasi. Dicari lubang yang menyebabkan pneumothorax dan
dijahit
- Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat
mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortikasi
- Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fistel dari paru yang rusak,
sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali
- Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis. Dengan melakukan penjahitan setelah masing-masing pleura dikerok
atau lapisan yang tebal dibuang, selanjutnya kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.
Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya :
- terhadap proses TB paru diberi OAT
- terhadap bronchitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotic(bila ada tanda-tanda infeksi) dan
simptomatis(bronkodilator, antitusif, dll) .
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi
insidensi komplikasi, seperti emfisema.
Rehabilitasi :
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit
dasarnya.
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batu kalau bersin terlalu keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan ringan.
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk dan sesak napas.
CONTOH-CONTOH GAMBAR
1. Pneumothorax pada paru kanan dengan kolaps total dan konfirmasi dengan CT scan
2. Kolaps total paru kanan pada pneumothorax spontan atau pada pneumothorax tertutup yang ,mengalami kolaps total sebongkah gumpalan padat yang radio opaque di hilus paru
3. Tension pneumothorax (saat ekspirasi) dengan pergeseran mediastinum ke hemithorax kontralateral