BAB I PENDAHULUAN Infeksi saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk , tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah Infeksi saluran nafas akut termasuk pneumonia dan influenza (2,4). Di Indonesia, dari buku SEAMIC Health Statistic 2001, Influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam, sedangkan dari hasil Survei Kesehatann Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah menempati urutan ke- 2 penyebab kematian. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai perluasan bonkiektasis yang terinfeksi. (12) Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dari sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat pertahun. Angka kematian pneumonia komuniti yang dirawat inap berkisar antara 20- 35%. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus non tuberkolosis, sedangkan pada penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi dan 14,6% diantaranya infeksi non tuberkolosis. (10,11) 1
115
Embed
Pneumonia Diklasifikasikan Sebagai Pneumonia Tipikal Dan Pneumonia Atipik Seperti Halnya M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran nafas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik
di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA)
menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk , tersering adalah dalam bentuk pneumonia. Laporan WHO 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah Infeksi saluran
nafas akut termasuk pneumonia dan influenza(2,4). Di Indonesia, dari buku SEAMIC Health Statistic 2001,
Influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam, sedangkan dari hasil Survei
Kesehatann Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran nafas bagian bawah menempati
urutan ke- 2 penyebab kematian. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan
manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai perluasan bonkiektasis yang terinfeksi.(12)
Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dari
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat pertahun. Angka kematian pneumonia komuniti yang dirawat
inap berkisar antara 20- 35%. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus
non tuberkolosis, sedangkan pada penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi dan 14,6% diantaranya infeksi
non tuberkolosis.(10,11)
Dinegara maju seperti Amerika, insidens pneumonia komuniti adalah 12 kasus per 1000 orang
pertahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa, dan angka
kematiannya adalan 15%.(2)
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya. Dinegara maju seperti Amerika, dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan
50%. Mengingat pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pengobatan awal
antibiotik harus diberikan secara empiris.(1,2)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari brokiolus terminalis
yang mencangkup bronkiolus respiratorius dan alvioli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
ganguan pertukaran gas setempat, istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses
infeksi akut yang merupakan penyebabnya yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai
untuk proses non infeksi. Bila proses infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal
1
kembali, namun pada pneumonia narkotikans yang disebabkan antara lain oleh staphylococcus atau kuman
gram negatif terbentuk jaringan parut atau fibrosis. Diagnosis pneumonia harus didasarkan pada pengertian
patogenesis penyakit hingga diagnosis yang dibuat mencangkup bentuk manefestasi, berat proses penyakit
dan etiologi pneumonia, cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi empiris dan pemilihan
antibiotik yang paling sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya.(3,4)
Pneumonia diklasifikasikan sebagai Pneumonia tipikal dan Pneumonia atipik seperti halnya M.
Pneumonia, kemudian ternyata manifestasi dari patogen lain seperti H.influenza, S. aureus, dan bakteri
gram negatif memberikan sindrom klinik yang identik dengan pneumonia oleh Str. Pneumonia dan bakteri
lain dan virusn dapat menimbulkan gambaran yang sama dengan pneumonia oleh M.pneumonia.(1)
Pneumonia juga terbagi mnjadi 2 kelompok utama yaitu pneumonia di rumah perawatan (PN)
yang terjadi > 48 jam setelah dirawat baik di ruang rawat umum ataupun ICU tetapi tidak sedang memakai
ventilator. dan Pneumonia Komunitas (PK)(2001) yang didapat dimasyarakat/ diluar RS , Disamping
kedua bentuk utama ini tedapat pula pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai.(1)
Community acquired pneumonia(CAP) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalani rawat inap di rumah sakit baru-baru ini.CAP adalah tipe pneumonia yang paling
sering.Penyebab paling sering dari CAP berbeda tergantung usia seseorang,tetapi mereka termasuk
Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan Haemophilus influenzae.Di atas semuanya itu ,
Streptococcus pneumoniae adalah penyebab paling umum dari CAP seluruh dunia.Bakteri gram negatif
menyebabkab CAP pada populasi beresiko tertentu.CAP adalah penyebab paling umum keempat kematian
di United Kingdom dan keenam di AS .Suatu istilah yang ketinggalan jaman,walking pneumonia telah
digunakan untuk mendeskripsikan tipe dari Community acquired pneumonia yang lebih tidak ganas(karena
itu fakta bahwa pasien dapat terus berjalan dari pada membutuhkan perawatan rumah sakit). Walking
pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri atipikal.(4,5)
Hospital acquired pneumonia,juga disebut pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang
disebabkan selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur.Penyebabnya,mikrobiologi,perawatan dan prognosis berbeda dari community acquired
pneumonia.Hampir 5% dari pasien yang diakui pada rumah sakit untuk penyebab yang lain sesudahnya
berkembang menjadi pneumonia. Pasien rawat inap mungkin mempunyai banyak faktor resiko untuk
pneumonia,termasuk ventilasi mekanis,malnutrisi berkepanjangan,penyakit dasar jantung dan paru-
paru,penurunan jumlah asm lambung dan gangguan imun.Sebagai tambahan,mikroorganisme seseorang
2
yang terekspos di suatu rumah sakit berbeda dengan yang dirumah. Mikroorganisme di suatu rumah sakit
mungkin termasuk bakteri resisten seperti MRSA,Pseudomonas,Enterobacter,dan Serratia.Karena
individu dengan Hospital acquired pneumonia biasanya memiliki penyakit yang mendasari dan terekspos
dengan bakteri yang lebih berbahaya,cenderung lebih mematikan daripada Community acquired
pneumonia.Ventilator associated pneumonia(VAP) adalah bagian dari hospital acquired pneumonia.VAP
adalah pneumonia yang timbul setelah minimal 48 jam sesudah intubasi dan ventilasi mekanis.(3,4,5)
Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon
imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering
bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae.(11,3)
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa
anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor
iatrogen juga memacu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.(1)
Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai
kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal di atas disebabkan oleh munculnya organisme nosokomial (didapat
dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik.(2)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 SEJARAH
Gejala-gejala dari pneumonia yang digambarkan oleh Hippocrates(c.460 BC-380BC):(4)
Peripneumonia dan pleuritis dapat diamati jika demam akut,dan jika sakit pad salah satu bagian atau
keduanya jika bernapas,jika ada batuk dengan pengeluaran sputum berwarna kemerahan atau kelabu
kehitaman atau juga encer,berbusa dan kemerah-merahan atau memiliki karakter lain yang berbeda dari
keadaan, ketika pneumonia menjadi parah,kasus ini terlalu sulit ditolong,jika dia tidak menyingkirkan,jika
ada sesak dan sedikit jumlah urine dan bau tajam,berkeringat sekitar leher dan kepala,berkeringat
seperti itu keadaan buruk beralih ke mati lemas,rales dan memperoleh siksaan yang sangat dari penyakit
tersebut. Bagaimanapun,Hippocrates sendiri mengarahkan pneumonia sebagai suatu penyakit
“istilah kuno”.Dia juga melaporkan hasil pengaliran empyema melalui pembedahan. Maimonides(1138-
1204 AD) mengamati”dasar gejala-gejala terjadinya pneumonia dan tidak pernah ketinggalan
meninjau,demam akut,pita perekat sakit pada samping(pleuritis), laju nafas pendak,denyut yang bergerigi
dan batuk”(4,5). Gambaran klinik ini sungguh mirip seperti ditemukan dalam buku-buku modern,dan itu
memperluas pemikiran tentang pengetahuan kedokteran bertahun-tahun yang lalu ke dalam abad ke19.
Bakteri pertama kali ditemukan pada jalan nafas pada individu yang meninggal karena pneumonia oleh
Edwin Klebs pada tahun 1875(6). Pertama kali teridentifikasi dua bakteri penyebab streptoccocus pneumonia
dan klebsiella pneumonia yang menemukan Carl Friedlander dan Albert frankel pada tahun 1882 dan
1884,berturut-turut.Friedlander pertama kali memperkenalkan pewarnaan gram pada pemeriksaan dasar
laboratoriummasih digunakan untuk mengidentifikasi dan membagi bakteri. Paper Cristian Gram’s
menguraikan cara ini pada tahun 1884 untuk membantu membedakan antara dua bakteri yang berbeda dan
menunjukan yang dapat menyebabkan pneumonia dapat lebih dari satu mikroorganisme. Sir William
Osler,dikenal sebagai”bapak kedokteran modern” menyadari morbiditi dan mortalitas dari
pneumonia,menggambarkan itu sebagai”kapten dari manusia yang sudah mati”.Bagaimanapun,beberapa
kunci perkembangan pada tahun 1900 mengembangkan hasil untuk pneumonia.Dengan perkembangan dari
penicillin dan antibiotik yang lain,teknik pembedahan modern,dan perawatan intensif dalam abad ke
20,kematian dari pneumonia menurun dengan cepat pada negara berkembang.Vaksinasi pada bayi terhadap
haemophillus influenza type B mulai tahun 1988 dan penurunan yang dramatik pada kasus-kasus
sesudahnya. Vaksinasi terhadap streptoccocus pneumonia pada orang dewasa mulai tahun 1977 dan pada
anak-anak mulai tahun 2000,hasilnya menunjukan penurunan yang sama.(3,4,5)
4
II.2 EPDEMIOLOGI
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh
dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang
terjadi di masyarakat (PK) atau di dalam rumah sakit/ pusat perawatan (pneumonia nosokomial/ PN atau
pneumonia di pusat perawatan/ PPP). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut
di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%(2)
Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dari
sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat pertahun. Angka kematian pneumonia komuniti yang dirawat
inap berkisar antara 20- 35%. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan
penyakit paru utama, 58% diantara penderita rawat jalan adalah kasus infeksi dan 11,6% diantaranya kasus
non tuberkolosis, sedangkan pada penderita rawat inap 58,8% kasus infeksi dan 14,6% diantaranya infeksi
non tuberkolosis.(2)
Dinegara maju seperti Amerika, insidens pneumonia komuniti adalah 12 kasus per 1000 orang
pertahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi pada orang dewasa, dan angka
kematiannya adalan 15%.(2)
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan
hasilnya. Dinegara maju seperti Amerika, dengan cara invasif pun penyebab pneumonia hanya ditemukan
50%. Mengingat pneumonia dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati, maka pengobatan awal
antibiotik harus diberikan secara empiris.(2)
II.3 DEFINISI
Pneumonia adalah keradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstitium.
Secara klinis Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia, radiasi,aspirasi, obat- obatan dan lain- lain.
Pneumonia yang disebabkan oleh penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat- obatan dan lain- lain) (3,4)lazimnya disebut pneumonitis
II.4 ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur
dan protozoa, data dari kepustakaan luar negeri, pneumonia yang didapat di masyarakat (community-
acquired pneumonia atau pneumonia komuniti) banyak disebabkan gram positif , sebaliknya pneumonia
5
yang didapat dirumah sakit ( hosspital- acquired pneumonia atau pneumonia nosokomial) banyak
disebabka bakteri gram negatif, sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.
Meskipun demikian di Indonesia, akhir- akhir ini laporan dari beberapa rumah sakitmenunjukan bahwa
kuman yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram
negatif. (2)
Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
- pemberian intravena dan kurigian nya sering terjadi flebitis (50%) juga dapat terjadi rash, panas
dan nefrotoksik
- dosis 2-3 gram / 24jam dapat di beri tiap 6 jam
~Kanamisin:
- “Anti Stafilokok”
- nefotoksik dan ototoksik
- dosis toltal 10 gram dapat mengurangi kerusakan pada ginjal dan nevus VIII
- Dosis: 1,5 sampai 2 gram / hari dengan dosis maksimal, 14 – 20 gram untuk orang dewasa
~ Basitrasin :
- Pada bayi dan anak kecil lebih rendah toksisitasnya
- I.M / intratekal
3.1.a.7 Komplikasi :
1. Meningitis :
- Dapat bersama abses otak
- Pemeriksaan cairan serebrospinalis : protein tinggi dan glukosa rendah/ N
2. Empiema : 15-40 %
3. Abses paru / Pneumatoceles
4. Pneumotoraks :
- Terutama pada bayi dan anak kecil
- Pengobatan tergantung pada luas daripada pneumotoraks bila perlu dengan “ tube” drainase
- Fistel bronkopleural :
Sering pada penderita dengan penyakit paru sebelumnya
5. Metastase abses : abses pada organ – organ tubuh seperti ginjal, otak, miokardium, endokarditis
bakterial.
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya
semula.(2,4,7)
Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk adalah bercak-bercak yang difus, mengikuti pembagian dan
penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya daerah-daerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi
saluran-saluran nafas yang lebih kecil.(2,4)
25
3.1.a.8 Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan penyakit tersebut,
maka mortalitas bronkopneumonia akibat bakteri pneumococcus selama masa bayi dan masa kanak-kanak
sekarang menjadi kurang dari 1% dan selanjutnya morbiditas yang berlangsung lama juga menjadi rendah.
III.1.b Pneumonia Pneukok
Disebabkan oleh pneumokokus (Sterptokokus pneumonia), yang pertama kali ditemukan oleh Pasteur (9)pada tahun 1881. Tumbuh diperbenihan agar darah dalam waktu 24-48 jam. Ada 75 tipe , akan tetapi
yang virulen hanya 3 tipe. Infeksi yang disebabkan oleh organisme ini merupakan infeksi berat yang cepat
menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan, serta bila tidak segera diobati dengan semestinya akan
berhubungan dengan kesakitan yang berkepanjangan dan mempunyai angka mortalitas tinggi. Terbanyak
pada masa pandemi dari influenza pada tahun 1918 – 1919 dimana banyak kematian oleh karena
pneumonia sterptokok. Biasanya mengenai umur, muda, tua dan debil. Dari group A beta haemolitik
streptokokus piogenes. Insiden dari pneumonia streptokok dan bakteriaemia menurun setelah dipakainya
Pneumonia pneumokok merupakan infeksi paru akut yang dapat berupa pneumonia lobaris atau
bronkopneumonia. Terjadinya beberapa hari setelah infeksi saluran pernafasann bagian atas. Pada
umumnya terjadi pada setiap umur, 30% dari semua penderita berumur di bawah 3 bulan dan 70% berumur
di bawah 1 tahun. Epidemi penyakit ini terjadi di dalam ruang perawatan bayi, biasanya berhubungan
dengan strain-strain organisme patologis spesifik, yang biasanya resisten terhadap berbagai antibiotika.
Bayi akan memperlihatkan penyakit dalam beberapa hari setelah dikolonisasi atau setelah beberapa minggu
kemudian. Infeksi virus pada saluran pernafasan memegang peranan penting dalam memajukan
penyebaran staphylococcus, di antara bayi-bayi dan dalam mengubah kolonisasi menjadi penyakit.
Penderita- penderita dengan hipogamaglobulinemia atau mieloma multipel lebih peka terhadap infeksi ini,
juga pada orang- orang peminum alkohol.(6,10)
Akhir- akhir ini insiden penyakit ini, diseluruh dunia, menurun dengan sangat tajam, hal ini disebabkan :
1. Perbaikan higiene oleh karena standar hidup yang makin membaik
2. pemakaian obat- obat antimikrobial pada radang saluran pernafasan atas sehingga jarang terjadi
perjalaran ke bawah.
3.1.b.1 Gambaran Klinik
26
Sebagian besar dari penderita didahului dengan keradangan saluran pernafasan bagian atas, kemudian
timbul keradangan saluran pernafasan bagian bawah. Serangan biasanya mendadak dengan perasaan
menggigil disusul dengan panas badan (100-106º F), yang tertinggi pada pagi dan sore atau variasi diurnal.
Batuk- batuk terdapat pada 75 % dari penderita. Batuk dengan dahak berwarna merah ( sputa ruva),
kadang- kadang berwarna hijau dan purulen. Batuk darah bisa sedikit atau banyak. Nyeri dada waktu tarik
napas dalam (pleuritik pain). Gejala lain berupa : kedinginan/ menggigil, mialgia terutama pada daerah
lengan dan tungkai. Herpes labialis (fever blister) dijumpai pada 10 % penderita.(7)
3.1.b.2 Patofisiologi
Staphylococcus menghasilkan bermacam-macam toksin dan enzim misalnya hemolisin, lekosidin,
stafilokinase dan koagulase. Koagulase akan mengadakan interaksi dengan suatu faktor plasma untuk
menghasilkan suatu zat aktif yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin dan selanjutnya menyebabkan
pembentukan koagulan.
Bronkopneumonia akibat organisme ini bersifat unilateral atau lebih menonjol pada satu sisi dibandingkan
dengan sisi yang lain. Ditandai dengan daerah-daerah luas yang mengalami nekrosis perdarahan serta
daerah-daerah pembentukan rongga-rongga yang tidak beraturan. Permukaan pleura biasanya diselubungi
oleh lapisan eksudat fibropurulen tebal, sehingga menimbulkan abses yang mengandung koloni
staphylococcus, lekosit, eritrosit dan debris nekrosis. Bila abses ini pecah maka dapat terbentuk trombus-
trombus sepsis pada daerah-daerah yang mengalami kerusakan dan peradangan luas(11)
3.1.b.3 Tanda- tanda fisik
Tampak sangat sakit, berkeringat, menggigil, panas tinggi dan nyeri dada sehingga penderita memfiksir
hemitoraks yang sakit. Takikardi dan takipnoe. Pergerakan pernafasan hemitoraks yang sakit tertinggal,
fremitus raba meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi redup, pernafasan bronkial, ronki basah halus,
abdomen terutama pada konsoidasi dari lobus bawah, perlu dibedakan dengan kolestitis dan pleuritis akut
akibat perforasi.
3.1.b.4 Laboratorium
27
Gram stain of sputum with gram positive diplococci- Streptococcus pneumoniae (Pneumococcus):Note relationship with neutrophils. MCC of typical, community acquired pneumonia
Pemeriksaan sputum banyak terdapat sel PMN dan bakteri gram positif, diplokokus berbentuk lancet.
Jumlah leukosit meningkat (10000-30000/mm3), tapi 20% dari penderita tidak terdapat leukositosis. Bila
total leukosit lebih kecil dari 3000/mm3 pertanda prognose yang jelek. Hitung jenis “shift to the left”. LED
selalu naik. Bilirubin D/I naik oleh karena pemecahan dari sel darah merah yang terkumpul dalam alveoli
dan disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia(1)
.31.b.5 Gambaran Radiologi (Rontgen)
Terdapat bayangan kesuraman yang homogen pada satu lobus atau lebih
Ro : terdapat satu atau dua focal asca dari pneumonitis
Image in a 49-year-old patient with pneumococcal pneumonia. This chest CT shows a left upper lobe opacity extending to the periphery
Lab : Leuko naik dengan jumlah PMN yang matur dan imatur yang lebih besar
Pengecatan gram pada sputum : - gram pos koken
- PMN leukosit
28
3.1.b .6 Pengobatan
Obat pilihan masih Penisilin 300.000-600.000 U Pen.Proc,1-2 kali/hari selama 7-10 hari atau 300.00 U
aqueous penisilin 2-4 kali/hari. Tidak ada bukti yang cukup bahwa dosis tinggi penisilin dapat
mempercepat kesembuhan. Penisilin oral 4 dd 250 mg, juga dapat dipakai eritromicin, kloramfenikol,
tetrasiklin, linkomisin, ampisilin, sefalotin. Oksegen via kateter nasal atau masker pada penderita dengan
pneumonia yang luas disertai sianosis. Observasi tekanan darah, respirasi dan denyut jantung> Hipotensi
merupakan tanda- tanda dari hipoksia berat dan bakterimia atau penyebaran dari kuma ke meningen.
Hati- hati, pemakaian vasopressor oleh karena dapat menambah vasokonstriksi, dengan akibat penurunan
dari vaskularisasi koroner dan otak. Pda septik syok dapat di beri kortikosteroid dalam dosis besar ( sama
dengan 2500 mg cortison/ hari) diberikan penetral dalam waktu pendek selama 3-5 hari. Bila dari biakan
didapatkan staphylococcus positif maka methicilin dihentikan, kemudian diberikan penisilin G dengan
dosis 25.000 – 50.000 unit/kgBB/6 jam secara intravena. Cefuroxime diberikan sebagai obat tunggal
efektif untuk bronkopneumonia dengan dosis 75 mg/kgBB/hari. pada anaerobik sterptokokus yang resisten
membutuhkan 3-6 juta U/hari. Obat pilihan untuk kuman ini adalah Klindamisin
Selain itu bisa pula dilakukan drainase pus yang terkumpul, pemberian oksigen disertai posisi penderita
setengah miring untuk mengurangi sianosis dan kecemasan. Bila paru sudah mulai mengembang, maka
pipa-pipa drainase bisa dilepaskan. Hal ini dikarenakan pipa-pipa tersebut tidak boleh berada di dalam
rongga toraks lebih dari 5 – 7 hari(4)
3.1.b.7 Prognosa
Angka kesembuhan penderita mengalami kemajuan besar dengan penatalaksanaan sekarang, angka
mortalitas berkisar dari 10 – 30% dan bervariasi dengan lamanya sakit yang dialami sebelum penderita
dirawat, umur penderita, pengobatan yang memadai serta adanya penyakit yang menyertai. Semua
penderita dengan hasil biakan staphylococcus yang positif sebaiknya harus diuji terhadap kemungkinan
fibrosis kistik dan terhadap penyakit defisiensi imunologis. Bila yang terkena hanya 1 lobus maka
mortilitas 1 %, bila ada bakteremia, leukopenia atau mengenai 2 sampai 3 lobus mortalitas naik menjadi 10
%. Mortalitas juga meningkat pada umur tua dan pada trimester III dari kehamilan (9)
31.b.8 Komplikasi
o Empiema :
Relatif jarang sebagai komplikasi pneumonia pneumokok. Dpat ditentukan dengan pemeriksaan
fisik dibantu dengan pemeriksaan rontgen/ lateral decubitus. Diagnosa pasti dengan torakosintase.
29
o Efusi Pleural :
- 5% ri pneumonia pneumokok
- pada pembenihan biasa steril
- dapat diabsorbsi tanpa residu
o Super Infection :
- Dengan bakteri gram negatif atau stafilokok
- Diketahui dari perjalanan penyakit diman setelah diobati dengan obat antibiotika penderita
menjadi sembuh dengan panas badan yang menurun tapi kemudian terjadi kenaikan dari suhu
badan, disertai batuk- batuk dan tanda- tanda perluasan dari pneumonia.
o Perikarditis :
-“ Precordial chest pain “, panas badan yang menetap dan hipotensi harus diingat kemungkinan
perikarditis
- “perikardial friction rub” (+)
o Abses Paru :
- Sering terjadi pada pneumonia pneumokok tipe 3
- Prolonged antibiotik terapi (2-4 minggu)
o Atelektasis :
- Panas badan yang persisten dan dispnea yang sedikit meningkat kemungkinan atelektasis
- Perlu penghisapan dari trakea dan bila perlu bronkoskopi untuk membersihkan saluran napas dan
mucus plaque, kadang- kadang perlu diberikan bronkodilator dan obat mengencerkan sputum per
aerosol.
o Resolusi yang terlambat :
- Infiltrat tetap selama 4-6 minggu tanpa adanya penyakit lain seperti bronkiektasis, obstruksi
neoplasma atau pulmonary super infaetion
- Terutama pada orang tua, malnutrition, alkohol dan pada beberapa penderita dengan bronkitis
kronis, emfisema dan fibrosis
- Perlu pemeriksaan bronkoskopi dan sitologi sputum
o Endokarditis
- Bakterimia dapat merusak katup, Chordae tendinea dan papillary mucle
- Dapat terjadi bersama- sama pneumonia pneumokok
- Pemgobatan : 3 juta U penisilin/hari selama 4 minggu
o Meningitis :
30
- Tiap penderita pneumonia pneumokok dengan gejala disorientasi, somnolen harus dilakukan
lumbal punksi untuk mengevaluasi kemungkinan meningitis pneumokok
- Pengobatan : Penisilin
i.v. 10.000000 U/ hari
i.v 1.000.000 2-3 jam
intratekal :10.000 U (1-3 kali)/ 12 jam. Kortikosteroid untuk mencegah akumulasi dari eksudasi
keradangan yang tebal yang dapat menyebabkan blok dari cairan serebrospinalis
o Gangren :
- Akibat sepsis pneumokok, terjadi gangren dari jari tangan/ kaki
- Pada beberapa kasus bersamaan dengan DIC
o Artritis
o Nefritis
Sangat jarang tetapi biula ada hematuri setelah pneumonia pneumokok, maka ini disebabkan oleh
“Diffuse” nephritis simulating poststreptococcal glomerulonephritis”. Pneumokok dapat dikultur
dari urine.
III.1.c Streptococcus hemolyticus
Streptococcus grup A paling sering mengakibatkan infeksi traktus respiratorius bagian atas, tapi kadang
juga dapat menimbulkan infeksi ke daerah-daerah lain tubuh termasuk traktus respiratorius bagian bawah.
Penyakit ini paling sering ditemukan pada anak berumur 3 – 5 tahun dan jarang dijumpai pada bayi-bayi.
Penyakit ini sering timbul dengan dipermudah oleh adanya infeksi-infeksi virus terutama eksantema-
eksantema dan influenza epidemis.(8)
3.1.c. 1 Patofisiologi
Infeksi traktus respiratorius akibat bakteri ini menimbulkan terjadinya trakeitis, bronkiolitis yang
selanjutnya menjadi bronkopneumonia. Lesi-lesi terjadi pada mukosa trakeobronkial menjadi nekrosis
disertai dengan pembentukan ulkus-ulkus yang tidak beraturan dan adanya sejumlah besar eksudat, edema
dan perdarahan yang terisolasi. Proses ini kemudian menyebar luas ke sekat-sekat antar alveolus dan
pembuluh-pembuluh limfonodi, yang selanjutnya secara limfogen menyebar ke mediastinum dan hilus dan
mencapai permukaan pleura dan menjadi pleuritis. Eksudat ini kandungan fibrinnya lebih sedikit bila
dibanding dengan eksudat yang diakibatkan oleh pneumococcus.(8)
3.1.c..2 Gambaran Klinis
31
Gejala-gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan bronkopneumonia oleh pneumococcus. Awalnya
terjadi secara tiba-tiba yang ditandai demam tinggi, menggigil, tanda-tanda kesukaran bernafas serta
kadang-kadang adanya kelemahan badan.(8)
3.1.c.3 Diagnosis
Adanya lekositosis seperti pada kasus pneumococcus. Selain itu ditegakkan dari kenaikan titer
antistreptolisin serum. Biakan bakteri ini positif didapatkan dari hapusan tenggorok, sekresi nasofaring,
tapi yang lebih positif lagi ditemukannya bakteri ini dalam cairan pleura, darah atau dari cairan aspirasi
paru.
Pada gambaran radiologis didapatkan bronkopneumonia difus yang disertai efusi pleura yang luas, kaang
bisa terlihat suatu adenopati di daerah hilus paru-paru.(7,8)
3.1.c.4 Penatalaksanaan
Obat pilihan yang diberikan adalah penisilin G dengan dosis 100.000 unit/kgBB/hari. Awal pemberiannya
secara parenteral, kemudian disempurnakan dengan pemberian oral selama 2 – 3 minggu setelah terlihat
adanya kemajuan klinis. Cefuroxime bisa diberikan sebelum kultur bakteri dilakukan dengan dosis 75
mg/kgBB/hari, ini merupakan terapi yang efektif dan sebaiknya dilanjutkan selama 10 hari.
Bila pada penderita sudah terjadi empiema, maka harus dilakukan torasentesis untuk tujuan penegakan
diagnosa dan mengeluarkan cairan supaya paru-paru dapat kembali mengembang secara optimal.(7,8)
3.1.c.5 Prognosis
Angka mortalitas dan morbiditas menurun setelah pengobatan dengan antibiotika yang sesuai segera
diberikan. Selebihnya penyebaran penyakit selanjutnya jarang terjadi.(8)
Bakteri Gram Negatif
III.2.a Haemophilus influenzae
Infeksi yang serius akibat bakteri patogen ini lebih banyak ditemukan pada anak-anak dan sangat
berhubungan dengan adanya riwayat meningitis, otitis media, infeksi traktus respiratorius dan epiglotitis.
Organisme patogen yang sering ditemukan adalah Haemophilus influenzae tipe b dan termasuk bakteri
gram negatif.(8)
32
3.2.a.1 Patofisiologi
Penyebaran dari infeksi di tempat lain adalah secara hematogen. Daerah yang terinfeksi memperlihatkan
adanya reaksi peradangan dengan sel-sel lekosit polimorfonuklear ataupun sel-sel limfosit disertai dengan
penghancuran sel-sel epitel bronkiolus secara meluas. Peradangan ini selanjutnya menimbulkan edema
yang disertai dengan perdarahan.(6,7,8)
3.2.a.2 Gambaran Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan gambaran klinis yang diakibatkan oleh
pneumococcus. Batuk hampir selalu dijumpai tapi mungkin tidak produktif. Pada penderita di sini juga
dijumpai adanya demam serta tanda kesukaran bernafas.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan suara redup yang terlokalisasi saat perkusi serta adanya suara
pernafasan yang tubuler saat auskultasi.(6,7,8)
3.2.a.3 Diagnosis
Image in a 50-year-old patient with Haemophilus influenzaepneumonia. The chest CT shows a very dense round area of consolidation adjacent to the pleura in the left lower lobe.
Adanya biakan bakteri ini yang memberikan arti positif. Kultur didapatkan dari darah, cairan pleura
maupun dari aspirasi paru yang memperlihatkan adanya lekositosis sedang disertai dengan limfopenia
relatif. Selain itu bisa pula dengan pemeriksaan elektroforesis imunologis berlawanan (counter
immunoelectrophoresis) pada sekresi-sekresi trakea, darah, air kemih dan cairan pleura untuk menegakkan
diagnosis lebih dini.(6,8)
3.2.a.4 Penatalaksanaan
33
Obat antibiotika pilihan adalah kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kgBB/hari. Pemberian kloramfenikol
ini dikatakan efektif karena obat sangat aktif mengatasi hasil produksi bakteri ini yaitu berupa beta
laktamase dan tidak menimbulkan efek pada cairan serebrospinal serta memberikan efek bakterisidal yang
lebih bagus dibanding dengan ampicillin atau cefomandole.
3.2.a..5 Prognosis
Bila respon awal terhadap pengobatan baik maka diharapkan bakteri penyebab akan melemah dan tidak
mampu lagi menyebar terlalu jauh. Namun apabila terdapat penyakit penyerta seperti bakteremia, empiema
maka hal tersebut akan memperburuk prognosisnya.(8)
3.2.a.6 Diagnosis
Ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis dengan gambaran adanya infiltrasi pada lobus paru dan pleura-
pleura yang menonjol. Kultur bakteri yang positif didapatkan dari darah, pus di trakea serta hasil aspirasi
paru.
3.2.a.7 Penatalaksanaan
Penggunaan antibiotik baru berupa sefalosporin generasi ketiga sangat dianjurkan karena obat ini terbukti
efektif dalam melawan bakteri ini. Kanamisin merupakan obat pilihan yang digunakan pada neonatus.
dosis yang digunakan 15 – 20 mg/kgBB/hari secara intramuskuler setiap 8 jam selama minimal 10 – 14
hari. Terapi yang diperpanjang diindikasikan untuk penyebaran infeksi pada kavitas paru.
Bila sudah terdapat empiema, drainase perlu dilakukan untuk fungsi pengembangan parunya.(6,8)
3.2.a.8 Diet
o Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
IV.2.b Klebsiela(FRIEDLANDER’S) Pneumonia
Pada tahun 1882 Friedlander menemukan kuman tersebutyang berbentuk pleomorfik, berkapsul, batang
gram negatif dan tumbuh cepat pada media biasa secara aerobik. 1886 Escheric menemukan Aerogenes
34
yang sifat- sifatnya (antigen) sama dengan kuman yang dijumpai oleh Friedlander sehingga kuman tersebut
digolongkan dalam grup Klebsiela Aerobakter.
4.2.b.1 Gambaran Klinik
Merupakan 2% dar keseluruhan penderita dengan pneumonia bakterialyang dirawat di rumah sakit.
Timbulnya mendadak dengan panas badan, batuk- batukdan nyeri dada. Pda sebagian kecil dari penderita
batuk produktif dengan riak yang kental seperti gelatinda berwarna merah. Banyak penderita mengeluarkan
riak kental, berwarna hijau, purulen dan kadang- kadangdenga strip darah atau dengan batuk darah profus
Organisme ini termasuk gram negatif yang ditemukan pada traktus respiratorius dan traktus gastrointestinal
pada beberapa anak sehat. Organisme ini jarang menimbulkan infeksi pada anak-anak. Infeksi akibat
Klebsiella pneumoniae ini bisa timbul sebagai kasus sporadis pada neonatus. Banyak bayi mengandung
organisme ini dalam nasofaring mereka tanpa memperlihatkan adanya tanda-tanda sakit klinis hanya
sesekali saja seorang bayi mengalami sakit berat. Bahan-bahan yang menyebarkan infeksi sehingga
menularkan adalah peralatan yang dipakai di dalam ruang pemeliharaan bayi dan alat pelembab udara
sebagai sumber-sumber utama infeksi nosokomial dengan organisme tersebut(8,9)
4.2.b.2 Patofisologi
Infeksi nosokomial yang timbul dari aspirasi orofaringeal. Nakteri ini memasuki alveoli melalui peralatan
yang dipakai dengan kecenderungan merusak dinding alveolar. Daerah yang terinfeksi benar-benar
mengalami nekrosis disertai dengan adanya sejumlah pus yang banyak dan bahkan jaringan setempat sudah
fibrosis.
4.2.b.3 Tanda Fisik ;
Keadaan pasien akibat infeksi Klebsiella pneumoniae ini adalah kekakuan yang multipel pada onset yang
mendadak, demam, batuk yang produktif, nyeri pleuritis dan kelemahan yang tiba-tiba, serta dapat terjadi
hemoptisis. Tampak sakit, sesak berat, takipnea, sianosis, hipotensi. Tanda klasik dari konsolidasi
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya suara redup saat perkusi dan adanya ronki basah kasar saat
auskultasi akibat banyaknya sekresi pus pada kavitas paru.(4)
4.2.b.4 Diagnosis
Ditegakkan dengan pemeriksaan radiologis dengan gambaran adanya infiltrasi pada lobus paru dan pleura-
pleura yang menonjol. Kultur bakteri yang positif didapatkan dari darah, pus di trakea serta hasil aspirasi
paru.(4)
35
4.2.b.5 Laboratorium :
o Gram : PMN
o Leukosit bervariasi (N/)
Pneumonia lebih sering pada kuman dengan predileksi lobus bawahdan segmen posterior dari lobus atas
Gambaran radiologis : Konsolidasi masif dengan fisura interlobaris yang terdorong ke luar 25 – 50 %
tampak 1 atau lebih abses yang tidak jelas pada pemeriksaan fisik atau rontgen
Terapi :
- Harus segera dan intensif oleh karena mortalitas meningkat 20 %
- In vitro peka dengan : Streptomisin (2 gr), Tetrasiklin (2gr), Kloramfenikol (2 gr)
- Sefalosporin dengan gentamisin dapat juga dipakai, tetapidata efektivitas belum jelas
- Hipoksia dan hipotensi, sering : ~ Berikan oksigen
~ Koreksi anemia
- Pengenceran dahak + bronkodilator
4.2.b.6 Diet
o Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
IV.2.c PNEUMONIA KOMUNITI
Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat. Di dunia, pneumonia komuniti ini
erupakan masalah kesehatan karena angka kematian yang tinggi.(2)
4.2.c.1 Etiologi
Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komuniti banyak disebabkan kuman gram positif dan dapat
pula kuman atipik. Akan tetapi di indonesia laporan akhir-akhir ini dari beberapa kota meunjukkan bahwa
kebanyakan kuman yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri
gram negatif.(8)
36
Bedasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya,
Malang, Makassar) dengan cara pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda
didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut:
K. Pneumoniac 45,18%
S. Pneumoniac 14,04%
S. Viridans 9,21%
A.aureus 9%
Pseudomonas Aeruginosa 8,56%
B hemolitik 7,89%
Enterobacter 5,26%
Pseudomonas spp 0,9%
4.2.c.2 Diagnosis
Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan fisik, foto toraks dan
laboratorium . diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraksn terdapat infiltrat
progresif ditambah dengan dua atau lebih gejala di bawah ini:
Batuk-batuk bertambah berat
Perubahan karakteristik dahak / purulen
Suhu tubuh lebih dari sama dengan 37,5 derajat celsius (oral) / riwayat demam
Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi dan ronki
Leukosit lebih dari sama dengan 10.000 atau kurang dari 4500
4.2.c..3 Penilaian derajat keparahan penyakit
Penialaian derajat keparahan penyakit pneumonia komuniti dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT) seperti tabel 1. dibawah
ini:
37
Tabel 1. Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Karakteristik penderita Jumlah poin
Faktor demografi:
Usia: - laki-laki
- Perempuan
Perawatan di rumah
Penyakit penyerta:
- Keganasan
- Penyakit hati
- Gagal jantung kongestif
- Penyakit cerebrovaskular
- Penyakit ginjal
Pemeriksaan fisik
- Perubahan status mental
- Pernapasan ≥ 30 kali / menit
- Tekanan darah sitolik ≤ 90 mmHg
- Suhu tubuh < 35ºC atau ≥40ºC
- Nadi ≥ 125 kali / menit
Hasil laboratorium / Radiologi
- Analisis gas darah arteri: pH 7,35
- BUN > 30 mg / dL
- Natrium <130 mEq / liter
- Glukosa 250 mg / dL
- Hematokrit < 30%
- PO² ≤ 60 mmHg
- Efusi pleura
Umur (tahun
(tahun) -10
+10
+30
+20
+10
+10
+10
+20
+20
+20
+15
+30
+20
+20
+10
+10
+10
+10
38
Menurut American Thoracic Society (ATS), kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih
kriteria dibawah ini(2,7)
Kriteria minor:
Frekuensi napas lebih dari 30 / menit
PaO2 / FiO2 kurang dari 250 mmHg
Gambaran rontgen paru menunjukkan kelainan bilateral
Gambaran rontgen paru melibatkan lebih dari 2 lobus
Tekanan sistolik kurang dari 90mmHg
Tekanan diastolik kurang dari 60 mmHg
Kriteria mayor:
Membutuhkan ventilasi mekanik
Infiltrat bertambah lebih dari 50%
Membutuhkan vasopressor lebih dari 4 jam (syok septik)
Serum kreatin lebih dari 2 mg / dl atu peningkatan lebih dari 2 mg / dl, pada penderita riwayat
penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis
Berdasar kesepakatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) 2003, kriteria yang dipakai untuk
indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah:
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang dari 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
kriteria dibawah ini.
Frekuensi nafas lebih dari 30 / menit
PaO2 / FiO2 kurang dari 250 mmHg
Gambaran rontgen paru menunjukkan kelainan bilateral
Gambaran rontgen paru melibatkan 2 lobus
Tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg
Tekanan diastolik kurang dari 60 mmHg
3. Pneumonia pada penggunaan NAPZA
39
Updating dari British Thoracic Society (BTS) tahun 2004, membuat skor berdasar data parameter
yang menyangkut kesadaran (Confusion: Defined as a Mental Test Scoren of 8 or Less, or New
Disorientation in Person, Place or Time), frekuensi pernapasan (Respiratory rate more than 30 /
mins), tekanan darah (Blood Pressure, SBP less than 90 mmHg or DBP less than 60 mmHg) dan
usia (Age more than 65 years) yang dikenal dengan CRB-65 score dimana masing-masing
gambaran diatas diberi skor 1 point sebagai pedoman menentukan penderita pneumonia menjalani
rawat inap. Apanila jumlah point sebesar 0: penderita cukup menjalani rawat jalan, jumlah point
sebesar 1 atau 2: dipertimbangkan untuk menjalani rawat inap, sedang apabila jumlah point sebesar
3 atau 4: harus segera menjalani rawat inap.(6)
.
Kriteria perawatan Intensif
Penderita yang memerlukan perawatan di Ruang Rawat Intensif adalah penderita yang mempunyai paling
sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu (membutuhkan ventilasi mekanik dan membutuhkan vasopressor
lebih dari 4 jam [syok septik] atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (PaO2 / FiO2 kurang dari 250 mmHg,
gambaran rontgen paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg).
Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi utuk perawatan Ruang Rawat Intensif.(4,8)
IV. 3 Diagnosis pneumonia atipik
a. Gejalanya adalah tanda infeksi saluran nafas yaitu demam, batuk on produktif dan gejala
sistematik berupa nyeri kepala dan mialgia.
b. Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah tersebar, konsolodasi jarang terjadi
c. Gambaran radiologis menunjukkan infiltrat intertisial
d. Laboratorium menunjukkan leukositsis ringan dan pengecatan gram, biakan dahak atau darah
tidak ditemukan bakteri
e. Laboratorium untuk menemukan bakteri atipik:
Isolasi bukan sensivitinya sangat rendah
Deteksi antigen enzyme immunoassayys (EIA)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Uji serologi:
- Cold agglutinin
- Uji fiksasi komplemen merupaan standar untuk diagnosis M. Pneumoniae
40
- Micro Immunofluorescence (MIF), stancar seologi untuk C. Pneumoniae
- Antigen dari urin untuk Lagionella
Gambaran klinis pneumonia atipik tidak sama dengan pneumonia tipik (bakterial). Untuk membantu /
mempermudah gambaran perbedaan gejala klinis dan tipik dapat dilihat pada tabel 2., meskipun tidak
selalu dijumpai gejala-gejala sebagaimana berikut dibawah ini:
Tabel 2. Perbedaan gambaran klinis pneumonia tipik dan atipikal
Tanda dan gejala Pneumonia
bakterial (tipik)
Penumonia non bakterial (atipikal)
Onset
Suhu
Batuk
Dahak
Gejala lain
Gejala di luar paru
Pewarnaan gram
Radiologi
Laboratorium
Gangguan fungsi hati
Akut
Tinggi menggigit
Produktif
Purulen
Jarang
Lebih jarang
Kokus gram (+)/(-)
Konsolidasi lobar
Lebih tinggi
Jarang
Gradual
Kurang tinggi
Non produktif
Mukoid
Nyeri kepala, mialgia, sakit tenggorokan
Sering
Flora normal atau spesifik
”Patchy”
Lekosit normal kadang rendah
Sering meningkat
4.3.1 Penatalaksanaan
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu memperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis
baik dan tidak ada indikasi rawat inap, penderita dapat diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya
faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan resiko infeksi dengan mikroorganisme patogen
yang tertentu / spesifik misalnya S. Pneumoniae yang resisten penisilin. Yang termasuk dalam faktor
modifikasi adalah(11)
Pneumokokus resisten terhadap penisilin
41
- Umur lebih dari 65 tahun
- Memakai obat-obatan golongan b laktam selama tiga bulan terakhir
- Pecandu alkohol
- Penyakit gangguan kekebalan
- Penyakit penyerta yang multipel
- Kuman etentrik gram negatif
- Penghuni rumah jompo
- Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
- Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
- Riwayar pengobatan antibiotik
Pseudomonas aeruginosa
- Bronkiektasis
- Pengobatan korktikosteroid lebih dari 10 mg / hari
- Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari pada bulan terakhir