Makalah Penatalaksanaan Fisioterapi pada Raynaud’s Disease Disusun oleh, Restu Cahya Iswoyo P 2722 6010 063 DIV FISIOTERAPI
Makalah
Penatalaksanaan Fisioterapi pada
Raynaud’s Disease
Disusun oleh,
Restu Cahya Iswoyo
P 2722 6010 063
DIV FISIOTERAPI
JURUSAN FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2012
Penyakit Raynaud adalah penyakit langka yang mempengaruhi arteri.
Terjadi Vasospasme, yang merupakan penyempitan pembuluh darah singga
mempengaruhi sirkulasi pasokan darah ke kulit. Vasospasme pada arteri
mengurangi aliran darah ke jari tangan dan kaki dan menyebabkan ektremitas
tubuh kehilangan perasaan dan menjadi mati rasa.
Raynaud’s Disease menunjukan pucat paroxysmal atau sianosis jari tangan
atau kaki dan kadang-kadang ujung hidung dan talinga (bagian-bagian akral)
disebabkan oleh vasospasme berat pada wanita muda yang sehat (Cotran Robbins
dan Kumar, 1995).
Menurut Sylvia A.Price dan Lorraine M.Wilson, 1992 Raynaud’s syndrome
adalah keadaan vasospatik yang disebabkan oleh vasospasme dari arterial dan
arteriola kecil kulit dan subkutan.
Menurut Colema SS dan Anson BJ, 196. Kondisi-kondisi vasospastik antara
lain:
1. Raynaud’s Phenomenon
Kondisi pucat pada jari-jari tangan atau kaki yang terjadi dengan atau
tanpa disertai cyanosis karena rangsangan suhu dingin.
2. Raynaud’s Disease disebut juga Primary Raynaud’s
Timbul ketika Raynaud’s Phenemenon terjadi yang tanpa disertai
adanya penyakit causative. Sering terjadi pada wanita muda jika kasus
memberat akan timbul gangrene atau perubahan atropic yang hanya terbatas
pada kulit bagian distal jari-jari kaki atau tangan.
3. Raynauds Syndrome disebut juga Secondary Raynaud’s
Timbul ketika Raynaud’s Phenomenon disertai dengan penyakit lain
seperti :
a. Connective Tisue Dsorders seperti Lupus Erythematous,
Scleroderma, Arthritis, dan lain-lain.
b. Neorologic Disorders
c. Penyumbatan Arterial Disorders
d. Blood Dyscrasias
e. Carpal Tunnel Syndrome
A. Klasifikasi
1. Primary Raynaud’s / Raynaud’s disease
Primary Raynaud’s / Raynaud’s disease dimana penyebabnya tidak
diketahui (idiopatik). Dianggap yang lebih sering terjadi, kondisi ringan.
Tidak ada penyakit yang mendasari terkait dengan klasifikasi primer.
Sekitar 75% dari semua kasus didiagnosis terjadi pada wanita antara 15 dan
40 tahun.
2. Secondary Raynaud / Raynaud phenomenon
Secondary Raynaud / Raynaud phenomenon dimana penyebabnya
diketahui. Jarang terjadi, tetapi dianggap lebih serius dibandingkan priary
Raynaud’s. Hal ini terkait dengan penyakit yang mendasarinya, yang paling
umum, salah satu penyakit jaringan ikat.
B. Faktor Predisposisi
1. Merokok.
2. Bekerja dengan mesin yang menimbulkan getaran sehingga jari-jari
dapat menjadi kejang. Hal ini akibat kurangnya intermiten suplai
darah ke jari-jari.
3. Tekanan Emosional/Stres.
4. Paparan dingin.
C. Tanda dan Gejala
Orang dengan Raynaud (primer atau sekunder) memiliki serangan dalam
respon terhadap stres dingin atau emosional. Serangan dapat mempengaruhi jari
tangan dan kaki, dan jarang sekali pada hidung, telinga, puting, atau bibir. Bagian
tubuh yang terkena biasanya akan memiliki dua atau lebih perubahan sebagai
berikut:
1. Tampak pucat karena kurangnya aliran darah.
2. Tampak kebiruan karena kekurangan oksigen.
3. Terasa kaku, dingin, atau menyakitkan.
4. Memerah dan berdenyut-denyut dan gatal saat darah kembali ke
daerah yang terkena.
D. Patofisiologi
Raynaud’s Disease sering terjadi pada kebanyakan wanita muda yang hidup
diiklim yang dingin. Raynaud’s disease juga ditandai oleh perubahan fisik dari
warna kulit yang dicetuskan oleh rangsangan dingin atau emosi.
Ketika tangan atau kaki terangsang dingin atau emosi maka mula-mula akan
terjadi Fase Pucat yang disebabkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi ini terjadi
karena spasme pada pembuluh darah. Akibat dari spasme pembuluh darah maka
kaki atau tangan tidak dapat menerima aliran darah yang cukup dan bahkan tidak
cukup untuk menjaga nutrisi yang cukup.
Pada kasus yang parah, maka pembuluh darah itu terus menerus menyempit
selama bertahun-tahun, sehingga nutrisi sangat tidak tercukupi atau berkurang
yang kemungkinan besar akan menyebabkan iskemik pada jaringan dan jari-jari
tangan atau kaki dapat menyebabkan ganggren. Tapi pada kasus yang lebih jinak,
hanya terjadi sumbatan sementara pada pembuluh darah pada sebagian jaringan.
Pembuluh-pembuluh darah juga tidak dapat mengalir mengalir ke tangan atau
kaki, begitupun nutrisinya juga sangat tidak mencukupi.
Disini juga akan terjadi iskemik pada jaringan, tetapi iskmik tersebut hanya
berlangsung beberapa menit dan akan terjadi Hyperemia Re-aktif. Setelah
Hyperemia Re-aktif akan terjadi Fase Sianotik. Dimana fase ini terjadi mobilitas
bahan-bahan metabolic abnormal yang mampu memperberat atau menambah rasa
sakit, dimana rasa sakit tadi semakin lama akan terus bertambah sakit. Setelah
Fase Sianotik terjadi Fase Rubor. Fase ini terjadi akibat dilatasi pembuluh darah
pada tangan atau kaki dan mungkin juga diakibatkan Hyperemia Re-aktif yang
mampu menimbulkan warna merah yang sangat pada tangan atau kaki. Kadang-
kadang juga mampu menimbulkan perasaan baal atau kesukaran dalam
pergerakan motorik halus dan suatu sensasi dingin.
Predisposing Factors
Age - between 15 and 40 years old. Gender- Women are mostly affectedClimate- winter
Precipitating Factors
SmokingWorking with vibrating machineryEmotional distressExposure to the coldWomen affected more often than men
Terpapar dingin
Stress
Kontraksi arteri digiti yang mengalami spasme
Sumbatan pada arteri
Iskemik pada jaringan(Blanching of the digits, burning, throbbing pain, swelling of the area)
Hipoksia pada jaringan
Necrosis
Ulserasi
Gangrene
Autoimmune disorder (sclera, collagen disease,
frost bite)
Positive anti nucleated
Obstructive type
Reduced blood flow
Stimuli
cold Nicotine,caffeine & stress
Sympathetic
Vasopastic
vasospasm Increase vasomotor tone
Episodic constriction of arteries and arterioles
Tissue hypoxia
Whitish discoloration of digits Arteries dilate
Complete stoppage of arterial spasm
cyanosis
hyperemia
ruborNutritional Impairment
Arthritis sclerodactylyt
Chronic paronychia
Gangrene ( limited to the skin of the tips of digits)
ulcerations
secondary type (phgenomenon)
Numbness and tingling of the fingers
Intrinsic vascular wall hyperactivity
Primary type (disease)
E. Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Raynaud’s disease yang kronis hanya mampu dilakukan dengan
tindakan Simpatektomi seperti telah dijelaskan sebelumnya. Pada Raynaud’s
disease yang akut dengan penanganan fisioterapis antara lain :
1. Ultra Sound
Terapi ultra sound merupakan teknologi yang menggunakan
gelombang suara sehingga menghasilkan energi mekanik. Frekuensi yang
sering digunakan Ultra Sound adalah 0,7 MHz – 3 Mhz dengan intensitas
kurang lebih 2 W/cm2.
Efek ultra sound antara lain :
a. Mengurangi nyeri.
Pengurangan nyeri dapat terjadi karena perbaikan sirkulasi
darah, dimana dalam perbaikan sirkulasi darah perifer sebagai
konsekuensi adanya pengaruh panas didalam jaringan. Serta
pengurangan derajat keasaman karena stimulasi serabut afferen.
b. Meningkatkan permiabilitas jaringan.
Dari efek vibrasi menyebabkan cairan jaringan mampu
menembus membran sel sehingga mampu merubah konsentrasi ion
dan mempermudah rangsangan sel. Didalam sel kandungan
protoplasma meningkat sehingga proses pertukaran cairan secara
fisiologis terpacu.
c. Relaksasi otot (meningkatkan ektensibilitas jaringan
penyambung).
Diperoleh dari penurunan sensitvitas muscle spindle terhadap
stretch reflek oleh pengaruh thermal.
d. Pengaruh mekanik
Gelombang UltraSound Therapy menimbulkan adanya
peregangan dan pemampatan dalam jaringan sehingga terjadi variasi
tekanan dan timbul pengaruh mekanik. Mampu menyebabkan
peningkatan permiabilitas dari jaringan otot dan meningkatkan proses
metabolisme.
Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi : Kelainan pada jaringan tulang, sendi dan otot,
Keadaan post traumatic seperti kontusio, distorsi, luxation, serta
fraktur, Keadaan Rheumatoid Arthritis pada stadium tak aktif seperti
Arthritis, Bursitis, kapsulitis, tendonitis, Kelainan penyakit pada
sirkulasi darah seperti neuopathie phantom pain, HNP, Raynaud’s
disease, Buergers disease, suddeck dystrophy, serta odema.
Kontraindikasi :Absolud seperti mata, jantung, uterus pada
wnaita hamil, serta testis. Relatif seperti post laminectomy, hilangnya
sensibilitas, endhorprothese, tumor, post traumatic, tromboplhebitis
dan varises, septis inflammation, serta Diabetes Mellitus.
Penatalaksanaan ultra sound pada Raynaud’s disease :
Area yang akan diobati dibersihkan dengan alcohol. Cek apakah
tranduser sudah mengeluarkan arus dengan meneteskan sedikit air
keatas tranduser. Kemudian pada daerah yang akan diobati diberikan
medium tertentu. Intensitas yang digunakan tergantung luas area yang
akan diobati. Apabila area kecil maka yang sering digunakan
intensitasnya kurang lebih 2 W/cm2. Waktu 1cm2 / menit. Frekuensi
kurang lebih 2 –3 kali perminggu. Tranduser yang digunakan era kecil
atau besar tergantung luas area yang diobati. Setelah selesai tranduser
dibersihkan dengan alkhohol.
2. Infra Red
Sinar infra red merupakan gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 7700 – 4 juta Amstrong.
Klasifikasi sinar infra red :
a. Berdasarkan panjang gelombang : Gelombang panjang / non
penetrating ( panjang gelombang 12.000 – 150 ribu A0, daya
penetrasi sampai lapisan superficial epidermis yaitu 0,5 mm)
dan gelombang pendek / penetrating (panjang gelombang 7700
– 12.000 A0, daya penetrasi lebih dalam yaitu sampai jaringan
subkutan pada pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung-
ujung saraf dan jaringan lain dibawah kulit.
b. Berdasarkan type : Type A (panjang gelombang 780 – 1500
mm, penetrasi dalam), Type B (panjang gelombang 1500 – 3000
mm, penetrasi dangkal), Type C (panjang gelombang 3000 –
kurang lebih 10.ribu mm, penetrasi dangkal).
Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi : kondisi peradangan setelah subakut (seperti kontusio,
muscle strain – sprain, trauma sinovitis), arthritis (seperti RA, OA,
myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis), gangguan sirkulasi darah
(tromboangitis obliterans, tromboplebitis, Raynauld Disease),
penyakit kulit (seperti folli kulitis, furuncolosi, wound), serta
persiapan massage dan exercise.
Kontraindikasi : daerah dengan insufesiensi pada darah,
gangguan sensibilitas pada kulit, adanya kecenderungan terjadinya
pendarahan.
Efek Infra Red :
a. Efek Fisiologis : meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi
pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh saraf sensorik, pengaruh
terhadap jaringan otot, destruksi jaringan, menaikkan temperatur
tubuh, mengaktifkan kerja kelenjar keringat.
b. Efek terapeutik : relief of pain, muscle relaksasi, meningkatkan
suplai darah, menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme.
Penatalaksanaan infra red pada Raynaud’s disease
Alat yang akan digunakan dipanaskan selama 5 menit terlebih
dahulu. Kemudian daerah yang akan diobati dibersihkan dengan air
sabun dan dikeringkan dengan handuk. Kemudian pilih apakah
dengan menggunakan sinar Infra red luminous (jarak 35-45 cm,) atau
dengan IR non-luminous (jarak 45-60 cm). Waktu yang digunakan 10
- 30 menit, tetapi tetap disesuaikan dengan jenis penyakitnya.
3. Paraffin bath atau wax bath atau rendaman paraffin.
Parafin biasa ditambah parafin oil kemudian dipanaskan sampai cair
atau meleleh kurang lebih 550 C. Penanganan ini terdiri dari beberapa cara
antara lain : rendaman anggota yang diobati kedalam paraffin yang telah
meleleh, menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan pada parafin yang
meleleh kemudian dioleskan pada anggota yang diobati, paraffin pack.
Area yang diobati akan menjadi kemerah-merahan (erytema), lemas
(supel), dan berkeringat. Hal ini memungkinkan untuk diberikan massage,
stretching dan terapi manipulasi yang lunak.
Toleransi pasien berkisar antara 47,80 C – 540 C, sehingga sebelum
digunakan temperatur paraffin diturunkan hingga kurang lebih 470 C
Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi : paska trauma, bengkak atau kekakuan, pasca fraktur, sprain
atau strain, arthritis kronis,.
Kontraindikasi : luka terbuka, gangguan sensibilitas kulit.
4. LASER (Light Amplification by Stimulated Emission and Radiation).
Merupakan teknologi berupa sinar yang dilipatgandakan melalui emisi
radiasi dari perangsangan substansi khusus, dimana setiap benda
memancarkan emisi pada gelombnag yang berbeda. Untuk tujuan terapik
dalam bidang fisioterapi, emisi yang banyak digunakan adalah emisi dari He
dan Neon, atau campuran dari keduanya yang mempunyai spectrum 6,328
A0, serta Infra Red Laser dengan panjang gelombang 9040 A0.
Klasifikasi LASER menurut FDA (Food And Drug Administration)
yaitu :
a. Kelas 1 : LASER tidak merusak.
b. Kelas 2 : Merusak setelah 1000 detik kontak.
c. Kelas 3 : Merusak mata pada radiasi langsung.
d. Kelas 4 : Merusak mata dan kulit baik pada radiasi langsung. maupun
langsung.
Klasifikasi LASER yang lain adalah berdasarkan kekuatannya
(power)
a. Hot LASER, adalah LASER dengan kekuatan tinggi, satuan powernya
dalam Watt, efek utamanya adalah panas.
b. Cold LASER adalah LASER kekuatan rendah, efek utamanya adalah
efek non-thermal.
Efek Biologis terhadap jaringan tubuh manusia antara lain :
a. Efek Biostimulasi
Apabila stimulus LASER bersifat ringan ditujukan pada suatu
sel maka akan mempengaruhi plasma sel yang berarti pula merubah
ketegangan membran sel tersebut. Perubahan tegangan sel tadi
merupakan suatu frekuensi oscilasi pada membran sel sehingga
mempengaruhi pembebasan ion Calsium (Ca+) yang merangsang
prostaglandin dan zat-zat algogenic lainnya untuk menghambat proses
peradangan, sehinggga dapat berfungsi menormalisir jaringan yang
cedera melalui reaksi radang.
b. Laser sebagai katalisator
Stimulasi LASER yang tinggi akan merangsang mitochondria
sel, sehingga sintesa ATP dan ADP akan meningkat serta memacu
Ferric sulphide system (dalam mitochondria) yang akan diikuti
peningkatan aktivitas sel-sel macrophage, sel schwan, fibrocytes
lainnya. Dari perubahan aktivitas tersebut secara keseluruhan akan
memberikan efek terapeutik yang sesuai dengan tujuan terapi yang
dikehendaki.
c. Efek Biostimulasi
LASER mampu membebaskan enzim-enzim endorphins dan
aktifnya kembali sel-sel macrophage serta mampu mengurangi
pengeluaran nociceptor sebagai kelanjutan dari perbaikan system
microvaskuler. Tujuan LASER ini antara lain : vasodilatasi khususnya
pada level microvaskuler, peningkatan aktivitas enzim akibat super
dilatasi lokal pada kapiler dan membuat normalisasi keseimbangan
intra dan ekstra seluler, stimulasi mekanisme pertahanan yang akan
menyebabkan peningkatan aktivitas anti bacterial (stimulasi
macrophage), stimulasi fibroblast untuk penyembuhan proses
peradangan pada jaringan lunak akibat trauma, stimulasi suppressor
T-Cell pada saat produksi antibody yang tidak seimbang dapat
menormalisir komplek imun, peningkatan energi sel intrinsik
bertujuan untuk menjaga sel dari keadaan patologis yang
mengakibatkan menajdi nekrotik, pelepasan semua aktivitas
perusakan menjadikan keadaan symptom bertambah buruk.
Penatalaksanaan fisioterapi :
Pada area yang akan diobati dibersihkan dahulu dengan alkhohol,
kemudian area tersebut diukur misal area tersebut berukur 4 cm2 maka area
tersebut dibagi menjadi 4 section yang masing-masing mempunyai luas 1
cm2 dan penempatan atau aplikasi probe harus tegak lurus dengan area yang
diobati sehingga memberikan nilai absorbsi yang besar. Setelah parameter
atau pengukuran atau aplikasi ditentukan berdasarkan pembagian section
tadi, maka probe dapat ditempatkan sedikit kontak dengan kulit atau
diberikan jarak dengan kulit sekitar 15 mm diatas permukaan kulit, namun
probe tetap tegak lurus dengan area yang diobati.
Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi : Kerusakan Kulit (dermatological disorder), penyakit atau
kondisi reumatoid, terutama rheumatoid pada jaringan lunak, gangguan atau
kelainan post traumatic, gangguan sirkulasi, kelainan-kelainan yang
merupakan indikasi terapi melalui trigger point.
Kontraindikasi : penyinaran langsung pada mata, sekurang-kurangnya
4 – 6 bulan setelah pemberian radioterapi, kelenjar endokrin, epilepsy,
demam, tumor, dan kehamilan.
F. Daftar Pustaka
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/raynaudsdisease.html
Robbins, Kumar, Cotran, “ Rocket Companion To Phatologic Basis Of
Disease”, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Edisi 5, 1995.
Sjamsuhidayat R, Wim De Jong, “Buku Ajar Ilmu Bedah” , Edisi Revisi,
Jakarta: EGC, 1998.