BAB IPENDAHULUAN
I.ILatar BelakangKemajuan sektor industri di Indonesia meningkat
dari tahun ke tahun. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan
taraf ekonomi negara. Dengan majunya industri, maka terbukanya
lapangan kerja bagi masyarakat, daerah di sekitar perindustrian
juga turut berkembang dalambidang sarana transportasi, komunikasi,
perdagangan dan bidang lain. Semua hal ini akan mendorong taraf
ekonomi dan sosial masyarakat. Di lain pihak, kemajuan ekonomi
merangsang timbulnya industri baru yang mempunyai ruang lingkup
yang lebih luas.Meskipun perkembangan industri yang pesat dapat
meningkatkan taraf hidup, tetapiberbagai dampak negatif juga bisa
terjadi pada masyarakat. Karena proses di dalam industri jelas
memerlukan kegiatan tenaga kerja yang mengelola bahan
baku/material, mesin, peralatan, dan proses lainnya yang dilakukan
di tempat kerja, untuk menghasilkan suatu produk yang bermanfaat
bagi masyarakat. Setiap aktifitas yang melibatkan manusia, mesin
dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya
dengan tingkat resiko yang berbeda-beda yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya
sumber-sumber bahaya seperti ; faktor fisik, kimia, biologik,
psikososial, ergonomi, dan kecelakaan kerja.Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan
non kesehatan kesehatan di Indonesia belum tercatat dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara
lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya.Mengingat semua risiko bisa
terjadi pada pekerja khususnya pekerja industri, K3 sangat
berpengaruh terhadap perlindungan tenaga kerja baik dalam sektor
industri formal dan informal. Sektor informal dan formal dibedakan
karena tidak adanya hubungan kerja atau kontrak kerja yang jelas.
Pada umumnya sifat pekerjaan informal hanya berdasarkan perintah
dan perolehan upah. Hubungan yang ada hanya sebatas majikan dan
buruh (tenaga kerja), dengan minimnya perlindungan K3. Sehingga
perlu dilakukannya kunjungan plant survey ke industri informal
untuk mengetahui dan menganalisis potensi bahaya dan penyakit yang
timbul akibat kerja serta memberikan saran untuk pencegahannya.
I.2 PermasalahanBerdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas adalah bahaya potensial apa saja
yang dapat ditimbulkan dari setiap alur produksi yang dapat dialami
para karyawan.
I.3 Tujuan PenelitianI.3.1 Tujuan UmumMengetahui bahaya
potensial yang mungkin dialami para karyawan dan penyakit akibat
kerja.
I.3.2 Tujuan KhususA. Mengetahui keadaan umum perusahaan, alur
produksi, keadaan sanitasi dan bahaya potensial yang dapat terjadi
di industri rumahanB. Mengidentifikasi dan menganalisis hazard yang
terdapat di industri rumahan, berupa fisik, kimia, biologi,
ergonomi, psikologiC. .Mengetahui cara pencegahan setiap bahaya
potensial yang ada D. Memberikan saran bagi perusahaan untuk
melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan
Kerja.
I.4 ManfaatI.4.1 Bagi Dokter MudaA. Meningkatkan pengetahuan
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penyakit Akibat Kerja
serta pencegahannya B. Mengaplikasikan ilmu mengenai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja C. Melatih mahasiswa/i keahlian untuk
berkomunikasi yang baik dengan masyarakat dalam suatu
komunitas.I.4.2.Bagi PerusahaanA. Mengurangi terjadinya penyakit
akibat kerja B. Meningkatkan produktivitas karena terjaminnya
kesehatan para tenaga kerja. C. Dapat mengurangi beban perusahaan
yang nantinya digunakan sebagai pembiayaan kesehatan para tenaga
kerja.
BAB IIHASIL KUNJUNGANII.1. Profil PerusahaanPerusahaan textile
pembuatan kaos pesanan merupakan , yang diprakasai oleh
Dra.Hj.Endang Hening Wahyuni, M.Si. Bertempat di Jl. Raya bogor,
Gg. Veteran, Susukan, Jakarta Timur, merupakan salah satu
perusahaan yang memproduksi pakaian.Perusahaan ini merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang produksi pakaian baik kaos,
jacket, sweter, celana, dll. Perusahaan ini terletak di atas tanah
pekarangan kurang lebih 400m dengan jumlah karyawan 25 orang.
Perusahaan ini merupakan perusahaan rumahan (home industry) yang
sedang berkembang, semua proses produksi pada saat ini dilakukan
secara manual dan hanya beberapa yang dilakukan dengan mesin.
Perusahaan ini hanya aktif memproduksi pakaian berdasarkan
permintaan konsumen. Rata-rata produksi mencapai +/- 100 pakaian
per hari, apabila permintaan pasar meningkat, target produksi juga
akan ditingkatkan.Kegiatan produksi dilaksanakan oleh 25 orang
karyawan dengan waktu bekerja dimulai pukul 08.00-17.00 WIB yang
berlangsung selama 7 hari dan kadang disesuaikan dengan target
produksi.Perusahaan ini belum mempunyai tunjangan kesehatan bagi
karyawan. Namun perusahan ini memberikan pelayanan kesehatan berupa
pemeriksaan kesehatan rutin setiap bulannya.II.2. Alur
produksiAdapun alur produksi dari Perusahaan textile pembuatan kaos
pesanan adalah sebagai berikut :
A. Penyimpanan bahanAlur produksi dimulai dengan penyimpanan
bahan. bahan dalam jumlah yang telah ditentukan selanjutnya bahan
yang telah datang disimpan di gudang penyimpanan. Di dalam gudang
terasa panas dengan ventilasi yang kurang.B. Pembuatan polaAlur
kedua adalah pembuatan pola. Model pola berupa cetakan pakaian yang
diajukan oleh konsumen yang akan dibuatkan pola dan modelnya, dan
nantinya akan di polakan ke bahan. Proses pembuatan pola dilakukan
oleh 1 orang pekerja. pembuatan pola bahan dikerjakan dengan pensil
dan penggaris secara manual sesuai model pakaian yang akan
diproduksi. Kegiatan ini dilakukan dengan posisi berdiri. C.
Pemotongan BahanAlur ketiga adalah cutting dan marker. Proses
cutting dilakukan secara manual menggunakan gunting dan sebagian
menggunakan mesin cutting, dimana alat cukup tajam dan pekerja
melakukan proses ini dengan cepat dan repetitif. Pekerja tidak
dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti masker ataupun sarung
tangan. Kegiatan ini dilakukan dengan posisi berdiri. D.
Pengobrasan Alur ke empat adalah pengobrasan. Pada tahap ini
pekerja hanya 1 orang, terdapat empat mesin yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan pengobrasan. Posisi pekerja duduk pada tempat
seadanya.E. Proses PenjahitanProses penjahitan dilakukan dengan
menggunakan mesin jahit biasa. Pada proses assembling dilakukan
penjahitan untuk menyatukan pakaian dengan komponen lainnya.
Penjahit bekerja dengan posisi duduk membungkuk dengan kursi tanpa
sandaran. Untuk mengatur kesesuaian antara tinggi meja dan kursi
agar menghasilkan posisi yang ergonomis, terdapat alat pengatur
ketinggian pada meja jahit dan kursi yang terlalu pendek disambung
dibagian terbawah kaki kursi. Pekerja menggunakan seragam berupa
kain berbahan katun yang cukup menyerap keringat, ditambah penutup
kepala, apron dan masker, mesin jahit juga dilengkapi dengan needle
gate untuk melindungi tangan dari tusukan jarum.
F. Pembuatan lubang dan pemasangan kancingProses ini dimana
terdapat 2 pekerja dengan meja yang sangat berdekatan, posisi
pekerja duduk berdampingan.G. Penjahitan kantong Pada alur ke tujuh
terdapat 4 pekerja yang menempati ruangan dengan mesin yang
berjumlah 7 buah. H. Pembentukan logoPada alur ini perkerja hanya 1
orang, dengan proses pembentukan logo proses pembordiran dapat
dilakukan dengan mesin sehingga proses menjadi lebih cepat.I.
Pembordiran Pada tahap ini pekerja terdapat 2 orang dengan posisi
bekerja berdiri. Mesin besar terdapat 2 buah yang dapat menampung
20 potong sekali pengerjaan pembordiranJ. Proses Pengepakan Pakaian
yang telah jadi kemudian dilipat dan dimasukkan kedalam polybag,
kemudian pakaian yang telah dibungkus dimasukkan kedalam diikat
dengan tali raffia per 20 potong.
Gambar 1 Alur produksi
BAB IIITINJAUAN PUSTAKAIII.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) atau Occupational Health
and Safety (OHS) adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat
kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan
pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja, manusia serta
karya dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan
kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan
peraturan perundangan dan standar yang berlaku (Departemen
Kesehatan,2008).III.1.1. Gambaran UmumA. Keamanan KerjaKeamanan
kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya
suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non-material.
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat materil diantaranya
sebagai berikut : Baju kerja Helm Kaca mata Sarung tangan Sepatu
Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat non-material adalah :
Buku penunjuk penggunaan alat. Rambu-rambu dan isyarat bahaya.
Himbauan-himbauan. Petugas Keamanan.
B. Kesehatan KerjaKesehatan kerja adalah bagian dari ilmu
kesehatan sebagai unsur-unsur yang menunjang terhadap adanya
jiwa-raga dan lingkungan kerja yang sehat. Kesehatan kerja meliputi
kesehatan jasmani dan kesehatan rohani. Kesehatan rohani dan
jasmani saling berkaitan, terutama kesehatan rohani akan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan kesehatan jasmani sangat
dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan (environmental).1)
Unsur-unsur penunjang kesehatan jasmani ditempat kerja adalah
sebagai berikut. Adanya makanan dan minumn yang bergizi. Adanya
sarana dan peralatan olah raga. Adanya waktu istirahat. Adanya
asuransi kesehatan bagi karyawan. Adanya sarana kesehatan atau
kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Adanya buku
panduan mengenai K3. Adanya transportasi untuk kesehatan (mobil
ambulan).2) Unsur-unsur penunjang kesehatan rohani ditempat kerja
adalah sebagai berikut. Adanya sarana dan prasarana ibadah. Adanya
penyuluhan kerohanian rutin. Adanya tabloid atau majalah tentang
kerohaniaan. Adanya tatalaku di tempat kerja. Adanya kantin dan
tempat istirahat yang terkonsentrasi.3) Unsur-unsur penunjang
kesehatan lingkungan kerja di tempat kerja adalah : Adanya sarana
prasarana dan peralatan bersihan, kesehatan, dan ketertiban. Adanya
tempat sampah yang memadai. Adanya WC (Water Closed) yang memadai.
Adanya air yang memenuhi kebutuhan. Ventilasi udara yang cukup.
Masuknya sinar matahari ke ruang kerja. Adanya lingkungan alami.
Adanya kipas angina atau Air Conditioner (AC) Adanya jadwal piket
kebersihan. Adanya pekerja kebersihan.C. Keselamatan
KerjaPengertian keselamatan kerja tidak dapat didefinisikan secara
etimologis sebagaimana secara ilmu-ilmu yang lain. Keselamatan
kerja hanya dideskripsikan sebagai keadaan dimana seseorang merasa
aman dan sehat dalam melaksanakan tugasnya. Masing-masing aman dan
sehat disini mencakup keamanan dari terjadinya kecelakaan dan sehat
dariberbagai faktor penyakit yang muncul dalam proses kerja.Dengan
demikian, keselamatan kerja adalah sebagai ilmu pengetahuan yang
penerapannya sebagai unsur-unsur penunjang seorang karyawan agar
selamat saat sedang bekerja dan setelah mengerjakan pekerjaannya.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah
dijelaskan di atas. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan
kesehatan kerja. Teliti dalam bekerja. Melaksanakan prosedur kerja
dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.III.1.2. Tujuan
K3Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat
dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut :1.
Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat.2. Agar sumber-sumber produksi
dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.III.2.
Kecelakaan KerjaKecelakaan (accident) adalah suatu kejadianyang tak
diinginkan, datangnya tiba-tiba dan tidak terduga yang menyebabkan
kerugian pada manusia (luka, cacat, sakit, meninggal), perusahaan
(kerusakan properti, terhentinya proses produksi), masyarakat
(rusaknya sarana, prasarana publik) dan lingkungan (polusi,
ekosistem rusak) (Buchari, 2007).Insiden adalah suatu kejadian yang
tak diinginkan yangbila kondisinya sedikit berbeda bisa
mengakibatkan luka pada manusia, rusaknya harta benda dan
terhentinya proses (Buchari, 2007).III.2.1. Faktor Terjadinya
KecelakaanMengetahui akar penyebab terjadinya kecelakaan jauh lebih
penting dari pada mengetahui besarnya kecelakaan. Terdapat berbagai
macam faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.
Tidak adanya, tidak standar, atau tidak terpenuhinya program K3
dapat menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, faktor manusia,
faktor pekerjaan, tindakan dan keadaan yang tidak standar dapat
pula menjadi penyebab terjadinya kecelakaan.
Tabel 1. Faktor-Faktor Terjadinya KecelakaanIII.2.2. Klasifikasi
berdasarkan TraumaIII.2.2.1. Trauma TajamA. DefinisiTrauma atau
perlukaan adalah gangguan kontinuitas dari jaringan tubuh seperti
kulit, membran mukosa, dan sebagainya.B. Jenis Trauma Mekanik :
benda tumpul, benda tajam Fisika : Suhu, listrik dan petir,
perubahan tekanan udara, akustik, radiasi Kimia : Asam kuat, basa
kuatC. Trauma benda tajam Ciri-ciri: tepi luka rata, sudut luka
tajam, rambut ikut terpotong, jembatan jaringan (-), memar/lecet di
sekitarnya (-) Klasifikasi: Luka Iris (Incisied Wound) Luka Tusuk
(Stab Wound) Luka Bacok (Chop Wound)
III.3. Penyakit Akibat Kerja (PAK)/Penyakit Akibat Hubungan
Kerja (PAHK)III.3.1. DefinisiPenyakit Akibat Kerja (PAK) atau
Occupational Diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981)
yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total.Cacat
Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota
tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total
adalah keadaan tenaga kerja tiadak mampu bekerja sama sekali untuk
selama-lamanya.Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Work Related
Diseases) yaitu penyakit yang dicetuskan, dipermudah atau
diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak
langsung oleh pekerjaan dan biasanya penyebabnya adalah berbagai
jenis faktor (Departemen Tenaga Kerja. 1999).III.3.2. Faktor-Faktor
Penyebab PAKIII.3.2.1. GetaranGetaran adalah gerakan bolak-balik
suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan,
sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang
ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia
(Kep.MENLHNo: KEP 49/MENLH/11/1996). Dalam kesehatan kerja, getaran
yang terjadi secara mekanis dan secara umum terbagi atas getaran
seluruh badan dan getaran tangan-lengan.Besaran getaran dinyatakan
dalam akar rata-rata kuadrat percepatan dalam satuan meter per
detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan sebagai putaran
per detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang
0,5-4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000 Hz (Harrington dan Gill, 2005).
Vibrasi atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau
getaran mekanis misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh
sebab itu dapat dibedakan dalam 2 bentuk : Vibrasi karena getaran
udara yang pengaruh utamanya pada akustik. Vibrasi karena getaran
mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi alat-alat tubuh dan
berpengaruh terhadap alat-alat tubuh. (Gabroel, 1996) melalui
sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak, sentuhan ini
melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh
tubuh (whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan
bentuk yang terlazim di dalam pekerjaan.Getaran seluruh tubuh dapat
menimbulkan efek tergantung kepada jaringan manusia, seperti :
(Harrington dan Gill, 2005) 3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan
perut) 20-30 Hz untuk bagian kepala 100-150 Hz untuk tulang
belakang Getaran tangan lengan biasanya dialami oleh tenaga kerja
yang diperkerjakan pada operator gergaji rantai, tukang semprot,
potong rumput, gerinda, dan penempa palu.Menurut buku K3 Sucofindo
tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :1. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan
(Vibration white finger )White finger atau disebut juga dead hand
disease/traumatic vasospastic /Sindrom Raynauds adalah sebuah
kondisi di mana pembuluh-pembuluh nadi terkecil yang membawa darah
ke ujung-ujung jari tangan atau kaki terhambat sehingga akan
terjadi spasme ketika terpapar kondisi dingin atau sebuah gangguan
emosional. Pada akhirnya ujung-ujung jari tangan atau kaki menjadi
biru akibat darah kehilangan oksigen. Gejalagejalanya adalah tangan
dan kaki berubah warna. Kebanyakan tipe, pertama kali berubah
menjadi warna putih, kemungkinan diikuti oleh sebuah tahap di mana
tangan dapat menjadi sangat kebiru-biruan dan kemudian pada tahap
akhir menjadi kemerah-merahan. Kondisi ini disebut Tiga Warna
Perancis yang sesuai dengan perubahan warna pada white finger yaitu
putih, biru, dan merah.2. Hand Vibration Arm Syndrome (HVAS)HAVS
adalah kumpulan gejala vaskuler, neurologik dan muskuloskeletal
yang mengenai jari, tangan dan lengan yang disebabkan oleh
pengunaan alat-alat yang menggetarkan tangan, khususnya bor
(drill), gerinda, bor listrik, gergaji, dan alat pembuat lubang
pada beton (jackhammers). Efek getaran yang dtimbulkan tergantung
dari besarnya getaran, lama penggunaan dan frekuensinya. Semakin
lama pekerja menggunakan alat-alat tersebut dan semakin cepat
getarannya maka makin tinggi risiko terkena HAVS. Gejala-gejalanya
berupa Fenomena RaynaudGejala vaskuler yang dikenal sebagai
fenomena Raynaud (atau vibration white finger/VWF) yang terjadi
akibat adanya spasme pembuluh darah. Gejala sensorineural Gejala
berupa rasa baal dan/atau kesemutan pada satu atau lebih jari.
Gejala mulai dari ringan dan hanya berefek pada ujung jari yang
sifatnya hilang timbul. Pada kasus yang berat, baal dapat mengenai
sepanjang seluruh jariIII.3.2.2. Kebisingan Kebisingan merupakan
"suara yang tak dikehendaki yang dapat mengganggu tidur serta
aktivitas lain, dapat mengakibatkan gangguan pendengaran bahkan
bisa mengakibatkan kehilangan pendengaran. Menurut Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 menyebutkan bahwa
kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang berada
pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.Sumber
bising utama dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok :1. Bising
interior: berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin
gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin,
komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara2.
Bising eksterior: berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel,
transportasi.Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan,
tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam
satuan desibel disingkat dB.
Tabel 1. Tingkat KebisinganPengaruh kebisingan terhadap manusia
tergantung pada karakteristik fisik, waktu berlangsung dan waktu
kejadian. Ada beberapa gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan
diantaranya gangguan pendengaran. Pendengaran manusia merupakan
salah satu indera yang berhubungan dengan komunikasi audio/suara.
Alat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai
fonoreseptor yang mampu merespon suara pada kisaran 0-140 dB tanpa
menimbulkan rasa sakit.
Tabel 2. Durasi Mendengar Berdasarkan Tingkatan BisingKebisingan
dapat dikendalikan dengan menepatkan peredam pada sumber getaran.
penempatan penghalang pada jalan transmisi, dan proteksi dengan
sumbat atau tutup telinga.III.3.2.3. PanasPanas atau suhu yang
tinggi merupakan salah satu dari agen fisik yang dapat menyebabkan
PAK. Suhu tubuh manusia yang diraba/rasakan tidak hanya didapat
dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan.
Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya
terhadap suhu tubuh. Heat stress (tekanan panas) merupakan batasan
kemampuan penerimaan panas yang diterima metabolisme tubuh akibat
melakukan pekerjaan, faktor lingkungan (temperatur udara,
kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan
pakaian yang digunakan. Gangguan yang tampak secara klinis akibat
gangguan tekanan panas terbagi diatas 4 : 1. Millaria Rubra (Heat
Rash)Sering ditemukan pada militer atau pekerja fisik lainnya yang
tinggal didaerah iklim panas. Akan tampak bintik papulovesikal
kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini
terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi
retensi keringat disertai reaksi peradangan.2. Kejang Panas (Heat
Cramps)Terjadi kejang otot yang timbul secara mendadak, terjadi
setempat atau menyeluruh terutama pada otot-otot ekstremitas dan
abdomen. Penyebab utamanya adalah karena defisiensi garam. Kejang
otot yang berat dalam udara panas menyebabkan keringat diproduksi
banyak. Bersama dengan keluarnya keringat, hilang sejumlah air dan
garam. 3. Kelelahan Panas (Heat Exhaustion)Kelelahan panas timbul
sebagai akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan
defisiensi garam. Untuk menurunkan panas, aliran darah perifer akan
bertambah yang akan meningkatkan produksi keringat. Timbunan darah
perifer menyebabkan darah yang dipompa dari jantung ke organ-organ
lain terganggu sehingga timbul gangguan. Hal ini dapat diperparah
bila kurang minum, banyak berkeringat, muntah-muntah, diare atau
penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran air berlebihan.4.
Sengatan Panas (Heat Stroke)Heat stroke merupakan suatu darurat
medik dengan angka kematian yang tinggi. Pada heat exhaustion,
mekanisme pengatur suhu bekerja berlebihan tetapi masih berfungsi,
sedangkan pada heat stroke, mekanisme pengatur suhu tubuh sudah
tidak berfungsi lagi dan terhambatnya proses evaporasi secara
total.III.3.2.4. ErgonomiErgonomi adalah suatu cabang ilmu yang
secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem
kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman.Menurut Mulyono (2005) ada
beberapa aspek dalam penerapan ergonomik yang perlu diperhatikan,
antara lain : Faktor ManusiaPenataan dalam sistem kerja menuntut
faktor manusia sebagai pelaku/pengguna menjadi titik sentralnya.
Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design
(HCD) atau perancangan berpusat pada manusia. Perancangan dengan
prinsip HCD, berdasarkan pada karakter-karakter manusia yang akan
berinteraksi dengan produknya (Aria Gusti, 2011).Ada beberapa
faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja
dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu faktor dari dalam (internal
factors) dan faktor dari luar (external factor). Tergolong dalam
faktor dari dalam (internalfactors) ini adalah yang berasal dari
dalam diri manusia seperti : umur, jenis kelamin, kekuatan otot,
bentuk dan ukuran tubuh, dll. Sedangkan faktor dari luar (external
factor) yang dapat mempengaruhi kerja atau berasal dari luar
manusia, seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi
dan adat istiadat, dll. Faktor AnthropometriAnthropometri yaitu
pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk
beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
Antropometri digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu
sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya. Ukuran
alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan
demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan guna menjamin
adanya sistem kerja yang baik. Jika alat-alat tersebut tidak
sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman dan akan lebih
lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan kerja atau
gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan
cara yang tidak alamiah. Faktor Sikap Tubuh dalam BekerjaHubungan
tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja
akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja,
selain SOP (Standard Operating Procedures) yang terdapat pada
setiap jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam
bekerja, seperti menjangkau barang yang melebihi jangkauan
tangannya harus dihindarkan. Faktor Manusia dan MesinPenggunaan
teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan suatu
hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin
sebagai sarana kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini
menjadi sangat erat sehingga merupakan satu kesatuan. Secara
ergonomis, hubungan antara manusia dengan mesin haruslah merupakan
suatu hubungan yang selaras, serasi dan sesuai. Faktor
Pengorganisasian KerjaPengorganisasian kerja terutama menyangkut
waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya yang dapat
menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja. Jam kerja
selama 8 (delapan) jam/hari diusahakan sedapat mungkin tidak
terlampaui, apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group
kerja baru atau perbanyakkan kerja shift. Untuk pekerjaan lembur
sebaiknya ditiadakan, karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatkan angka kecelakaan kerja dan
sakit. Faktor Pengendalian Lingkungan KerjaLingkungan kerja yang
manusiawi merupakan faktor pendorong bagi kegairahan dan efisiensi
kerja. Sebaliknya, lingkungan kerja yang buruk (yang melebihi
toleransi manusia untuk menghadapinya), akan menurunkan
produktivitas kerja, menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan
kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja merasa tidak
aman dan nyaman.III.3.2.5. Lingkungan BerdebuPajanan debu yang
berlebihan dan terus menerus akan dapat menyebabkan reaksi alergi
pada pekerja yang memiliki sensitivitas terhadap debu yang dapat
menyebabkan rhinitis alergi yang disebut juga hay fever yang
memiliki gejala hidung tersumbat, gatal, meler dan bersin-bersin
(Buchari, 2007).
Tabel 3. Batas Paparan Debu
III.3.2.7. Musculoskeletal Disorder (MSDs)Musculoskeletal
disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan
oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus
menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.Secara garis besar
keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi 2 :1. Keluhan sementara
(reversible) Keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima
beban statis namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
bila pembebanan dihentikan.2. Keluhan menetap (persistent)Keluhan
otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja dihentikan,
namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Musculoskeletal disorder mempengaruhi semua kelompok usia dan
sering menyebabkan cacat, gangguan, dan merugikan. Terdiri dari
berbagai penyakit yang berbeda yang menyebabkan rasa sakit atau
ketidaknyamanan pada tulang, sendi, otot, atau struktur di
sekitarnya, dan mereka dapat akut atau kronis, fokal, atau
meluasFaktor penyebab musculoskeletal disorder menurut Peter Vi
(2001) adalah : 1. Peregangan otot yang berlebihan
(over-exertion)Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya
dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut
pengerahan yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong,
menarik, menahan beban yang berat.2. Aktivitas berulangPekerjaan
yang dilakukan secara terus menerus. Seperti mencangkul, membelah
kayu, angkat-angkut dan sebagainya.3. Sikap kerja tidak
alamiahSikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi ilmiah, misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk dan sebagainya.4. Faktor
penyebab sekunder Tekanan: Terjadinya tekanan langsung pada
jaringan otot yang lunak Getaran: Getaran dengan frekuensi yang
tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis
ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat dan akan timbul rasa nyeri otot. Mikroklimat:
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga pergerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak disertai dengan menurunnya kekuatan otot.5.
Penyebab kombinasi Umur: Prevalensi sebagian besar gangguan
tersebut meningkat dengan usia. Jenis kelamin: Prevalensi sebagian
besar gangguan tersebut meningkat dan lebih menonjol pada wanita
dibandingkan pria (3:1) Kebiasaan merokok: Semakin lama dan semakin
tinggi tingkat frekuensi merokok, semakin tinggi pula keluhan otot
yang dirasakan. Kesegaran jasmani: Tingkat kesegaran tubuh yang
rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Kekuatan
fisik Ukuran tubuh (antropometri)Berikut adalah beberapa contoh
penyakit MDS :A. Low Back Pain (LBP)Low back pain adalah suatu
sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan
merupakan work related musculoskeletal disorders. Penyebab yang
paling umum adalah regangan otot atau postur tubuh yang tidak
tepat. Bentuk aktivitas dengan posisi kerja yang berbeda, jumlah
otot yang dilibatkan dan tenaga yang diperlukan juga berbeda.
Bekerja posisi berdiri dan posisi duduk melibatkan jumlah kontraksi
otot yang berbeda. Bekerja posisi berdiri statis dan lama lebih
banyak melibatkan intensitas kontraksi otot dibandingkan posisi
duduk atau berdiri setengah duduk dan relaksasi.Klasifikasi LBP
terbagi menjadi 2 yaitu LBP akut yang terjadi kurang dari 2 minggu
dan LBP kronik yang terjadi selama 3 bulan.Biasanya pasien sembuh
rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai episode nyeri
berulang. Sebanyak 80% pasien mengalami keterbatasan dalam derajat
tertentu selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami
disabilitas berat.B. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)Carpal Tunnel
Syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah
pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan
kelelahan otot tangan. CTS lebih sering pada wanita, puncaknya pada
usia 42 tahun (40-60 tahun). Risiko untuk menderita CTS sekitar 10%
pada populasi dewasa. Gejala-gejala yang mungkin timbul : Rasa baal
dan kesemutan yang hilang timbul di daerah yang dipersarafi nervus
medianus. Nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan
ke bahu atau turun ke telapak tangan. Kelemahan di tangan dan
cenderung menjatuhkan barang yang dipegang. Gejala biasanya timbul
bilateral, perlahan-lahan dan makin progresif. CTS lebih sering
mengenai tangan yang dominanC. Varises Varises terdiri atas vena
yang mengembang dan berkelok, telangiektasia, atau vena retikuler
yang halus. Varises terbagi dua, yaitu primer dan sekunder. Varises
primer disebabkan oleh kelainan intrinsik dinding vena pada sistem
vena superfisial, sedangkan varises sekunder berhubungan dengan
insufisiensi vena pada sistem vena profunda. Pasien dengan varises
dapat mengeluh nyeri pada tungkai bawah, terutama di daerah betis.
Nyeri tersebut bersifat tumpul, seperti dipukul rasa nyeri itu
tidak berhubungan dengan besarnya varises, malah lebih berat
sewaktu stadium awal. Nyeri yang dirasakan bertambah setelah pasien
berdiri untuk jangka waktu yang panjang dan berkurang bila
berbaring sambil tungkai ditinggikan. Selain itu, pasien juga
mengadu tungkai terasa berat, pegal atau gatal. Namun begitu,
pasien mungkin tidak bergejala tetapi mengeluh penampilan kosmetik
yang buruk, terutama di kalangan wanita.
BAB IVPEMBAHASANHasil kunjungan K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) ke CV. Imam Jaya Collection seperti yang telah tercantum
pada Bab II, didapatkan beberapa bahaya potensial (hazard) yang
dapat timbul akibat pekerjaan di home industry tersebut, antara
lain:IV.I Alur ProduksiIV.I.I Penyimpanan bahan
Gambar IV.1. Alur penyimpanan bahan
A. PAK/PAHK1. Aspek ErgonomiAnalisisPada alur produksi ini
bahaya potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek
ergonomi, yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). LBP (low back pain) merupakan
suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah
dan merupakan work related musculoskeletal disorders. Posisi yang
tidak ergonomi akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris
(melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam
pekerjaan. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan
menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah
mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot
sekitar pinggang atau punggung bawah. Dalam kesehariannya posisi
pekerja membungkuk dan memindahkan barang serta memerlukan
pengerahan tenaga yang besar dan pekerjaan yang sama dilakukan
terus menerus. Hal ini juga menyebabkan keluhan otot akibat posisi
yang tidak sesuai dan kontraksi otot yang berlebihan akibat
pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan
yang panjang. Seorang perkerja dengan posisi membungkuk membutuhkan
ketahanan otot yang lebih besar, hal ini menyebabkan pembebanan
yang lebih besar pada tulang belakang memicu rasa nyeri. Posisi
membungkuk lebih dari 30o dengan total bekerja lebih dari 4 jam per
hari dan posisi bekerja dengan membungkuk lebih dari 40o lebih dari
4 jam per hari.2. SaranUntuk mencegah timbulnya PAK berupa LBP pada
alur pemanenan, disarankan: 1. Pergantian shift setiap 4 jam.
Posisi pekerja juga harus menyeimbangkan tubuhnya yaitu dengan
membuka lebar kaki sebanding dengan bahu, hal ini untuk kenyamanan
dan agar pekerja tidak mudah lelah. 2. Perlu diberikan waktu
istirahat yang cukup agar konsentrasi pekerja tidak turun sehingga
pekerja bias merelaksasikan otot-otot yang bekerja. Pekerja
diberitahu untuk berganti-ganti posisi (relaksasi 1 jam/x).
B. Kecelakaan kerja1. Terpleset (Jatuh) Analisis Kecelakaan
kerja yang dapat terjadi pada bagian penyimpanan bahan adalah
terpleset tangga saat melewati tangga karena sudut tangga 60. Saran
Pekerja yang mengambil bahan harus seimbang antara kemampuan fisik
sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan. Bahan yang disusun
tidak boleh terlalu tinggi dan tertata dengan rapi sesuai dengan
jangkauan pekerja, pemilik disarankan untuk merubah tangga menjadi
permanen dengan mengubah sudut anak tangga tidak lebih dari
45.IV.I.II Pembuatan pola
Gambar IV.2. Pembuatan polaA. PAK/PAHK1. Aspek
fisikaAnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial (hazard) yang
mungkin timbul adalah dari aspek fisika, yaitu jendela yang sempit
dengan pencahayaan dari lampu neon yang memproduksi suhu tinggi
sehingga menimbulkan hawa panas di dalam ruangan. Selain itu
pijakan lantai pada bagian pemolaan berbahan triplek dengan pondasi
sekiranya, hal ini dapat membahayakan pekerja karena sewaktu-waktu
papan triplek dapat pecah/ retak, dan pekerja dapat terprosok masuk
kedalamnya.SaranPekerja yang membuat pola disarankan untuk membuka
jendela yang terletak diatap ruangan agar terdapat sirkulasi udara
menggantikan hawa panas, bagi pemilik perusahaan disarankan untuk
mengganti lampu penerangan dengan lampu TL dan mengganti lantai
dengan bahan yang permanen.
2. Aspek ErgonomiAnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi, yaitu
posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat menimbulkan Low
Back Pain (LBP). LBP (low back pain) merupakan suatu sindroma nyeri
yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan merupakan work
related musculoskeletal disorders. Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya beban
kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang
sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan
selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau
punggung bawah. Dalam kesehariannya posisi pekerja berdiri dan
membungkuk serta memerlukan usaha untuk menjangkau pola untuk
dijadikan model serta pekerjaan yang sama dilakukan terus menerus.
Hal ini juga menyebabkan keluhan otot akibat posisi yang tidak
sesuai dan kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban
kerja yang terlalu sering dengan durasi pembebanan yang panjang.
Seorang perkerja dengan posisi membungkuk membutuhkan ketahanan
otot yang lebih besar, hal ini menyebabkan pembebanan yang lebih
besar pada tulang belakang memicu rasa nyeri. Posisi berdiri dan
membungkuk dengan total bekerja lebih dari 4 jam per
hari.SaranUntuk mencegah timbulnya PAK berupa LBP pada alur
pemolaan, disarankan: 1. Pekerja yang membuat pola disarankan untuk
menempatkan pola lebih dekat dengan jangkauan 2.Pergantian shift
setiap 4 jam. Posisi pekerja juga harus menyeimbangkan tubuhnya
yaitu dengan membuka lebar kaki sebanding dengan bahu, hal ini
untuk kenyamanan dan agar pekerja tidak mudah lelah. 3. Perlu
diberikan waktu istirahat yang cukup agar konsentrasi pekerja tidak
turun sehingga pekerja bias merelaksasikan otot-otot yang bekerja.
Pekerja diberitahu untuk berganti-ganti posisi (relaksasi 1
jam/x).
IV.I.III Pemotongan bahan
Gambar IV.3. Pemotongan bahanA. PAK/PAHK1. Aspek
fisikaAnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial (hazard) yang
mungkin timbul adalah dari aspek fisika, yaitu jendela yang sempit
dengan pencahayaan dari lampu neon yang memproduksi suhu tinggi
sehingga menimbulkan hawa panas di dalam ruangan. Selain itu
pijakan lantai pada bagian pemolaan berbahan triplek dengan pondasi
sekiranya, hal ini dapat membahayakan pekerja karena sewaktu-waktu
papan triplek dapat pecah/ retak, dan pekerja dapat terprosok masuk
kedalamnya.SaranPekerja yang membuat pola disarankan untuk membuka
jendela yang terletak diatap ruangan agar terdapat sirkulasi udara
menggantikan hawa panas, bagi pemilik perusahaan disarankan untuk
mengganti lampu penerangan dengan lampu TL dan mengganti lantai
dengan bahan yang permanen.
2. Aspek ErgonomiAnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi, yaitu
posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat menimbulkan Low
Back Pain (LBP). LBP (low back pain) merupakan suatu sindroma nyeri
yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan merupakan work
related musculoskeletal disorders. Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya beban
kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang
sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan
selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau
punggung bawah. Dalam kesehariannya posisi pekerja berdiri dan
membungkuk serta memerlukan usaha untuk menjangkau pola untuk
dijadikan model serta pekerjaan yang sama dilakukan terus menerus.
Hal ini juga menyebabkan keluhan otot akibat posisi yang tidak
sesuai dan kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban
kerja yang terlalu sering dengan durasi pembebanan yang panjang.
Seorang perkerja dengan posisi membungkuk membutuhkan ketahanan
otot yang lebih besar, hal ini menyebabkan pembebanan yang lebih
besar pada tulang belakang memicu rasa nyeri. Posisi berdiri dan
membungkuk dengan total bekerja lebih dari 4 jam per hari. Selain
dari LBP dapat terjadi Varises pada dsaerah kaki karena posisi
pekerja yang berdiri terus menerus. SaranUntuk mencegah timbulnya
PAK berupa LBP pada alur pemotongan pola, disarankan: 1. Pekerja
yang memotong pola disarankan untuk menempatkan bahan dan pola
dekat dengan tempat kerja 2.Pergantian shift setiap 4 jam. Posisi
pekerja juga harus menyeimbangkan tubuhnya yaitu dengan membuka
lebar kaki sebanding dengan bahu, hal ini untuk kenyamanan dan agar
pekerja tidak mudah lelah. 3. Perlu diberikan waktu istirahat yang
cukup agar konsentrasi pekerja tidak turun sehingga pekerja bias
merelaksasikan otot-otot yang bekerja. Pekerja diberitahu untuk
berganti-ganti posisi (relaksasi 1 jam/x). Pekerja dapat diberikan
tempat duduk agar tidak berdiri terlalu lama.
3. Aspek biologi AnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek biologi yaitu adanya
sampah dan barang tidak terpakai yang berada ditempat kerja dan
dikatakan sampah dan barang tidak terpakai diambil tiap 1 bulan
sekali, hal ini dapat menimbulkan penyakit infeksi seperti ISPA
ataupun diare jika pekerja tidak mencuci tangan. Hawa yang panas
dapat menimbulkan keringat pada pekerja yang jika pekerja tidak
membersihkannya dapat terjadi jamur pada tubuh (tinea). SaranUntuk
mencegah timbulnya PAK berupa penyakit infeksi, pekerja dapat
diedukasikan dan di minta untuk memisahkan sampah organic dan
samapah non organic, dan membuang sampah organik setiap hari. Bagi
pemilik dapat disarankan untuk memiliki penampungan sampah
tersendiri untuk memisahkan sampah organic dan non organic dan
barang-barang yang sudah tidak terpakai. Pemilik dapat memanfaatkan
untuk daur ulang. B. Kecelakaan kerja1. Terbentur dinding Analisis
Kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada bagian pemotongan pola
adalah terbentur tangga saat melewati pintu karena tinggi tembok
yang dilewati kurang dari 150 cm. Saran Pekerja yang mengambil
bahan yang telah dipola harus memperhatikan dinding yang
dilewati.2. Terpotong AnalisisKecelakaan kerja yang dapat terjadi
pada bagian pemotongan pola adalah terpotong karena pekerja
langsung melakukan proses pemotongan tanpa sarung tangan. Saran
Pekerja disarankan untuk menggunakan sarung tangan khusus dan
selalu memperhatikan proses pemotongan.3. Tersetrum
AnalisisKecelakaan kerja yang dapat terjadi pada bagian pemotongan
pola adalah tersetrum karena letak kabel- kabel listrik yang
berantakan tanpa pengaman. Saran Pekerja disarankan untuk
menggunakan alas kaki berbahan karet dan merapihkan susnan
kabel-kabel yang ada. Bagi pemilik dapat diberikan pengaman pada
kabel dan merapihkan kabel yang ada.
IV.I.IV Pengobrasan
Gambar IV.4. Pengobrasan
A. PAK/PAHK1. Aspek fisika AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek fisika,
yaitu jendela yang sempit dengan pencahayaan dari lampu neon yang
memproduksi suhu tinggi sehingga menimbulkan hawa panas di dalam
ruangan. Selain itu pijakan lantai pada bagian pemolaan berbahan
triplek dengan pondasi sekiranya, hal ini dapat membahayakan
pekerja karena sewaktu-waktu papan triplek dapat pecah/ retak, dan
pekerja dapat terprosok masuk kedalamnya. SaranPekerja yang
mengobras disarankan untuk membuka jendela yang terletak disamping
ruangan agar terdapat sirkulasi udara menggantikan hawa panas, bagi
pemilik perusahaan disarankan untuk mengganti lampu penerangan
dengan lampu TL dan mengganti lantai dengan bahan yang
permanen.
4. Aspek Ergonomi AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi,
yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya beban
kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang
sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan
selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau
punggung bawah. Dalam kesehariannya posisi pekerja duduk tegak
dengan bangku seadanya Hal ini juga menyebabkan keluhan otot akibat
posisi yang tidak sesuai dan kontraksi otot yang berlebihan akibat
pemberian beban kerja yang terlalu sering. SaranUntuk mencegah
timbulnya PAK berupa LBP, pekerja yang mengobras bahan disarankan
untuk menempatkan bahan dan pola dekat dengan tempat kerja, perlu
diberikan waktu istirahat yang cukup agar konsentrasi pekerja tidak
turun sehingga pekerja bias merelaksasikan otot-otot yang bekerja.
Pekerja diberitahu untuk berganti-ganti posisi (relaksasi 1
jam/x).
5. Aspek biologi AnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek biologi yaitu adanya
sampah dan barang tidak terpakai yang berada ditempat kerja dan
dikatakan sampah dan barang tidak terpakai diambil tiap 1 bulan
sekali, hal ini dapat menimbulkan penyakit infeksi seperti ISPA
ataupun diare jika pekerja tidak mencuci tangan. Hawa yang panas
dapat menimbulkan keringat pada pekerja yang jika pekerja tidak
membersihkannya dapat terjadi jamur pada tubuh (tinea). SaranUntuk
mencegah timbulnya PAK berupa penyakit infeksi, pekerja dapat
diedukasikan dan di minta untuk memisahkan sampah organic dan
samapah non organic, dan membuang sampah organik setiap hari. Bagi
pemilik dapat disarankan untuk memiliki penampungan sampah
tersendiri untuk memisahkan sampah organic dan non organic dan
barang-barang yang sudah tidak terpakai. Pemilik dapat memanfaatkan
untuk daur ulang. B. Kecelakaan kerja1. Terpleset tangga Analisis
Kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada bagian pengobrasan adalah
terpleset tangga saat melewati ruangan. Saran Pekerja yang
mengambil bahan yang telah dipola harus memperhatikan tangga yang
dilewati. Pemilik dapat merubah sudut tangga, atau mengganti tangga
dengan bahan permanen.
2. Tertusuk AnalisisKecelakaan kerja yang dapat terjadi pada
bagian pengobrasan adalah tertusuk karena pekerja langsung
melakukan proses pemotongan tanpa sarung tangan, atau pengaman, dan
tidak memakai alas kaki dimana banyak jarum dan benda-benda tajam
bertebaran. Saran Pekerja disarankan untuk menggunakan sarung
tangan khusus dan selalu memperhatikan proses pengobrasan, dan
menggunakan alas kaki.3. Tersetrum AnalisisKecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada bagian pemotongan pola adalah tersetrum karena
letak kabel- kabel listrik yang berantakan tanpa pengaman. Saran
Pekerja disarankan untuk menggunakan alas kaki berbahan karet dan
merapihkan susnan kabel-kabel yang ada. Bagi pemilik dapat
diberikan pengaman pada kabel dan merapihkan kabel yang ada.
IV.I.V Penjahitan
GAmbaGambar. IV.5. Penjahitan bahan
A. PAK/PAHK1. Aspek fisika AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek fisika,
yaitu jendela yang sempit dengan pencahayaan dari lampu neon yang
memproduksi suhu tinggi sehingga menimbulkan hawa panas di dalam
ruangan. Selain itu pijakan lantai pada bagian pemolaan berbahan
triplek dengan pondasi sekiranya, hal ini dapat membahayakan
pekerja karena sewaktu-waktu papan triplek dapat pecah/ retak, dan
pekerja dapat terprosok masuk kedalamnya. SaranPekerja yang
menjahit disarankan untuk membuka jendela yang terletak disamping
ruangan agar terdapat sirkulasi udara menggantikan hawa panas, bagi
pemilik perusahaan disarankan untuk mengganti lampu penerangan
dengan lampu TL dan mengganti lantai dengan bahan yang
permanen.
2. Aspek Ergonomi AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi,
yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan.. Dalam kesehariannya
posisi pekerja duduk tegak dengan bangku seadanya. SaranUntuk
mencegah timbulnya PAK berupa LBP, pekerja yang menjahit bahan
disarankan untuk menempatkan bahan dan pola dekat dengan tempat
kerja, perlu diberikan waktu istirahat yang cukup agar konsentrasi
pekerja tidak turun sehingga pekerja bias merelaksasikan otot-otot
yang bekerja. Pekerja diberitahu untuk berganti-ganti posisi
(relaksasi 1 jam/x).
3. Aspek biologi AnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek biologi yaitu adanya
sampah dan barang tidak terpakai yang berada ditempat kerja dan
dikatakan sampah dan barang tidak terpakai diambil tiap 1 bulan
sekali, selain itu terdapat pekerja yang merokok, hal ini dapat
menimbulkan penyakit infeksi seperti ISPA dan sampah dapat
menyebabkan diare jika pekerja tidak mencuci tangan sebelum makan.
Hawa yang panas dapat menimbulkan keringat pada pekerja yang jika
pekerja tidak membersihkannya dapat terjadi jamur pada tubuh
(tinea). SaranUntuk mencegah timbulnya PAK berupa penyakit infeksi,
pekerja dapat diedukasikan dan di minta untuk memisahkan sampah
organic dan samapah non organic, dan membuang sampah organik setiap
hari, Pekerja dapat berhenti merokok didalam ruangan dan melakukan
pola hidup bersih dengan mencuci tangan sebelum makan. Bagi pemilik
dapat disarankan untuk memiliki penampungan sampah tersendiri untuk
memisahkan sampah organic dan non organic dan barang-barang yang
sudah tidak terpakai. Pemilik dapat memanfaatkan untuk daur
ulang.
B. Kecelakaan kerja1. Terpleset tangga Analisis Kecelakaan kerja
yang dapat terjadi pada bagian penjahitan adalah terpleset tangga
saat melewati ruangan. Saran Pekerja yang menjahit bahan harus
memperhatikan tangga yang dilewati. Pemilik dapat merubah sudut
tangga, atau mengganti tangga dengan bahan permanen.
2. Tertusuk AnalisisKecelakaan kerja yang dapat terjadi pada
bagian pengobrasan adalah tertusuk karena pekerja langsung
melakukan proses pemotongan tanpa sarung tangan, atau pengaman, dan
tidak memakai alas kaki dimana banyak jarum dan benda-benda tajam
bertebaran. Saran Pekerja disarankan untuk menggunakan sarung
tangan khusus dan selalu memperhatikan proses pengobrasan, dan
menggunakan alas kaki.
IV.I. VI Pembuatan lubang dan pemasangan kancing
Gambar IV.I.VI. Pemasangan Kancing
A. PAK/PAHK1. Aspek fisika AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek fisika,
yaitu tidak adanya jendela dengan pencahayaan dari lampu neon yang
memproduksi suhu tinggi sehingga menimbulkan hawa panas di dalam
ruangan. Ukuran yang terlalu sempit berukuran 2X2 meter untuk 2
orang menyebabkan susahnya mobilitas dan lokasi yang berdampingan
dengan toilet menyebabkan hawa tidak terasa enak.
SaranPemilik disarankan untuk menempatkan kipas angin agar
terdapat sirkulasi udara menggantikan hawa panas dan mengganti
lampu penerangan dengan lampu TL.
2. Aspek Ergonomi AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi,
yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan.. Dalam kesehariannya
posisi pekerja duduk tegak dengan bangku seadanya. SaranUntuk
mencegah timbulnya PAK berupa LBP, pekerja yang menjahit bahan
disarankan untuk menempatkan bahan dan pola dekat dengan tempat
kerja, perlu diberikan waktu istirahat yang cukup agar konsentrasi
pekerja tidak turun sehingga pekerja bias merelaksasikan otot-otot
yang bekerja. Pekerja diberitahu untuk berganti-ganti posisi
(relaksasi 1 jam/x).
3. Aspek biologi AnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek biologi yaitu lokasi
berada disebelah toilet dapat menyebabkan penyakit infeksi seperti
diare jika pekerja tidak mencuci tangan sebelum makan. Hawa yang
panas dapat menimbulkan keringat pada pekerja yang jika pekerja
tidak membersihkannya dapat terjadi jamur pada tubuh (tinea).
SaranUntuk mencegah timbulnya PAK berupa penyakit infeksi, pekerja
dapat diedukasikan melakukan pola hidup bersih dengan mencuci
tangan sebelum makan. Bagi pemilik dapat disarankan untuk
memindahkan lokasi pekerja ke tempat yang lebih luas dan tidak
bersebelahan dengan toilet.B. Kecelakaan kerja1. Tertusuk
AnalisisKecelakaan kerja yang dapat terjadi pada bagian pelubangan
kancing adalah tertusuk karena pekerja langsung melakukan proses
pelubangan tanpa sarung tangan, atau pengaman, dan tidak memakai
alas kaki dimana banyak jarum dan benda-benda tajam bertebaran.
Saran Pekerja disarankan untuk menggunakan sarung tangan khusus dan
selalu memperhatikan proses penlubangan, dan menggunakan alas
kaki.
VI.I.VII Penjahitan kantong
A. PAK/PAHK1. Aspek fisika AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek fisika,
yaitu adanya jendela namun terhalang tembok dengan pencahayaan dari
lampu neon yang memproduksi suhu tinggi sehingga menimbulkan hawa
panas di dalam ruangan. Banyaknya barang yang berantakan
menyebabkan susahya mobilisasi.
SaranPemilik disarankan untuk menempatkan kipas angin agar
terdapat sirkulasi udara menggantikan hawa panas dan mengganti
lampu penerangan dengan lampu TL. Pekerja dapat diedukasikan untuk
merapikan barang.
2. Aspek Ergonomi AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi,
yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan.. Dalam kesehariannya
posisi pekerja duduk tegak dengan bangku seadanya. SaranUntuk
mencegah timbulnya PAK berupa LBP, pekerja yang menjahit bahan
disarankan untuk menempatkan bahan dan pola dekat dengan tempat
kerja, perlu diberikan waktu istirahat yang cukup agar konsentrasi
pekerja tidak turun sehingga pekerja bias merelaksasikan otot-otot
yang bekerja. Pekerja diberitahu untuk berganti-ganti posisi
(relaksasi 1 jam/x).
3. Aspek biologi AnalisisPada alur produksi ini bahaya potensial
(hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek biologi yaitu
pekerja yang merokok didalam ruangan dan hawa yang panas dapat
menimbulkan keringat pada pekerja yang jika pekerja tidak
membersihkannya dapat terjadi jamur pada tubuh (tinea). Selain itu
banyaknya tumpukan sampah bercampur bahan sisa produksi dapat
menyebabkan munculnya bakteri. SaranUntuk mencegah timbulnya PAK
berupa penyakit infeksi, pekerja dapat diedukasikan melakukan pola
hidup bersih dengan berhenti merokok dalam ruangan dan membuang
sampah pada tempatnya, membersihkan keringat sesering mungkin pada
tubuh. Bagi pemilik dapat disarankan untuk membuat tempat
pembuangan yang layak.B. Kecelakaan kerja1. Tertusuk
AnalisisKecelakaan kerja yang dapat terjadi pada bagian pembuatan
kantong adalah tertusuk karena pekerja langsung melakukan proses
pembuatan kantong tanpa sarung tangan, atau pengaman, dan tidak
memakai alas kaki dimana banyak jarum dan benda-benda tajam
bertebaran. Saran Pekerja disarankan untuk menggunakan sarung
tangan khusus dan selalu memperhatikan proses penlubangan, dan
menggunakan alas kaki.2. Terptotng AnalisisKecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada bagian pembuatan kantong adalah terpotong karena
pekerja langsung melakukan proses pembuatan kantong tanpa sarung
tangan, atau pengaman, dan tidak memakai alas kaki dimana banyak
jarum dan benda-benda tajam bertebaran. Saran Pekerja disarankan
untuk menggunakan sarung tangan khusus dan selalu memperhatikan
proses pelubangan, dan menggunakan alas kaki.
VI.I.VIII Pembentukan desain logo
A. Kecelakaan kerja1. Tersandung AnalisisKecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada bagian pembuatan desain logo adalah tersandung
karena adanya dinding pendek dibagian pintu. Saran Pekerja
disarankan untuk memperhatikan jalan saat sedang melewati
pintu.
VI.I.IX Pembordiran
A. PAK/PAHK1. Aspek fisika AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek fisika,
yaitu suara bising yang dihasilkan dari mesin pembordiran, sehingga
dapat menyebabkan tuli akibat bising (noise induced hearing loss).
IHL adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang terus menerus.
SaranPekerja pada bagian pembordidran disarankan untuk
menggunakan APD yaitu ear muff atau ear plug. Pemilik disarankan
untuk menyediakan APD
2. Aspek Ergonomi AnalisisPada alur produksi ini bahaya
potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek ergonomi,
yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). Posisi yang tidak ergonomi akan
menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada
otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan.. Dalam kesehariannya
posisi pekerjaberdiri terus menerus.. SaranUntuk mencegah timbulnya
PAK berupa LBP, pekerja yang pembordiran disarankan untuk duduk dan
perlu diberikan waktu istirahat yang cukup agar konsentrasi pekerja
tidak turun sehingga pekerja bias merelaksasikan otot-otot yang
bekerja. Pekerja diberitahu untuk berganti-ganti posisi (relaksasi
1 jam/x). Pemilik perusahaan dapat menyediakan tempat duduk.
B. Kecelakaan kerja1. Tertusuk AnalisisKecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada bagian pembuatan kantong adalah tertusuk karena
pekerja langsung melakukan proses pembuatan kantong tanpa sarung
tangan, atau pengaman, dan tidak memakai alas kaki dimana banyak
jarum dan benda-benda tajam bertebaran. Saran Pekerja disarankan
untuk menggunakan sarung tangan khusus dan selalu memperhatikan
proses penlubangan, dan menggunakan alas kaki.
VI.I.X Pengepakan
A. PAK/PAHK1. Aspek ErgonomiAnalisisPada alur produksi ini
bahaya potensial (hazard) yang mungkin timbul adalah dari aspek
ergonomi, yaitu posisi pekerja yang tidak ergonomis sehingga dapat
menimbulkan Low Back Pain (LBP). LBP (low back pain) merupakan
suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah
dan merupakan work related musculoskeletal disorders. Posisi yang
tidak ergonomi akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris
(melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam
pekerjaan. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan
menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah
mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot
sekitar pinggang atau punggung bawah. Dalam kesehariannya posisi
pekerja membungkuk dan memindahkan barang serta memerlukan
pengerahan tenaga yang besar dan pekerjaan yang sama dilakukan
terus menerus. Hal ini juga menyebabkan keluhan otot akibat posisi
yang tidak sesuai dan kontraksi otot yang berlebihan akibat
pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan
yang panjang. Seorang perkerja dengan posisi membungkuk membutuhkan
ketahanan otot yang lebih besar, hal ini menyebabkan pembebanan
yang lebih besar pada tulang belakang memicu rasa nyeri. Posisi
membungkuk lebih dari 30o dengan total bekerja lebih dari 4 jam per
hari dan posisi bekerja dengan membungkuk lebih dari 40o lebih dari
4 jam per hari.2. SaranUntuk mencegah timbulnya PAK berupa LBP pada
alur pemanenan, disarankan: 1. Pergantian shift setiap 4 jam.
Posisi pekerja juga harus menyeimbangkan tubuhnya yaitu dengan
membuka lebar kaki sebanding dengan bahu, hal ini untuk kenyamanan
dan agar pekerja tidak mudah lelah. 2. Perlu diberikan waktu
istirahat yang cukup agar konsentrasi pekerja tidak turun sehingga
pekerja bias merelaksasikan otot-otot yang bekerja. Pekerja
diberitahu untuk berganti-ganti posisi (relaksasi 1 jam/x).
BAB VPENUTUP
V.1 Kesimpulan Setelah melakukan plant survey maka dapat
disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam hal
penerapan K3 terhadap tenaga kerja.
Bahaya potensial (hazard) yang terdapat di perusahaan tersebut
antara lain: faktor fisik (suhu panas, kelembaban, debu) faktor
biologi (tikus,serangga) faktor ergonomi ( pada pemotongan kain
posisi pegawai bediri terlalu lama)
Jenis potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi adalah
trauma tajam (luka iris) pada proses pemotongan kain dan tertusuk
jarum pada saat proses penjahitan bahan, pelubangan dan pemasangan
kancing. Perusahaan tidak mempunyai peraturan yang tegas dan jelas
untuk mencegah potensi kecelakaan kerja. Seperti tidak diwajibkan
pemakaian alat pelindung diri seperti sarung tangan.
V.2 Saran Berdasarkan analisis mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di perusahaan, masih ditemukan beberapa
kekurangan dalam menerapkan K3 tersebut, oleh karena itu terdapat
beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang membangun
guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan para pekerja.
Disarankan agar menetapkan standard operational prosedur (SOP)
untuk melindungi kesehatan dan keselamatan anggota kerja, yaitu: a.
Pada tahap pemotongan bahan pegawai diwajibkan memakai alat
pelindung diri, yaitu sarung tangan untuk melindungi tangan dari
risiko bahaya kerja luka iris dan masker untuk melindungi ogan
pernapasan dari debu bersumber dari bahan kain yang akan dipotong.
Diberikan tempat duduk yang ergonomis agar tidak menimbulkan low
back pain karena berdiri terlalu lama.b. Pada tahap penjahitan
pegawai diwajibkan memakai alat pelindung diri, yaitu sarung tangan
untuk melindungi tangan dari risiko potensi bahaya kerja tertusuk
jarum, dan memakai masker untuk melindungi organ pernapasan dari
debu pada bahan, dan ruangan kerja. Ventilasi udara diperbaiki agar
lebih layak dan diperbanyak agar ada sirkulasi udara sehingga suhu
tidak terlalu panas c. Pada tahap design border, pegawai diwajibkan
memakai alat pelindung diri yaitu kacamata yang bertujuan untuk
melindungi mata dari pantulan cahaya sinar computer, mengganti
tempat duduk yang ergonomi.d. Adanya petugas kebersihan yang khusus
membersihkan pabrik, atau adanya jadwal piket kebesihan oleh
pegawai yang rutin, agar terpelihara dan terjaga kebersihan gedung
pabrik.e. Pemeriksaan prakerja dan berkala untuk mengetahui ada
atau tidaknya PAK/PAHK. f. Memberikan perlindungan kesehatan kepada
pekerja berupa asuransi kesehatan
9