UJI EFEK DAN PERBANDINGAN DAYA ANTI-INFLAMASI PRODUK JAMU PEGAL LINU ® SIDO MUNCUL DAN JAMU PROLINU ® AIR MANCUR PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE LANGFORD dkk. YANG DIMODIFIKASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Anggara Eka Nugraha NIM : 038114130 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI EFEK … · Jamu pegal linu telah dikenal sebagai obat alternatif oleh masyarakat Indonesia untuk menyembuhkan pegal-pegal dan linu seluruh
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UJI EFEK DAN PERBANDINGAN DAYA ANTI-INFLAMASI PRODUK JAMU PEGAL LINU® SIDO MUNCUL DAN JAMU
PROLINU® AIR MANCUR PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE LANGFORD dkk. YANG DIMODIFIKASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Anggara Eka Nugraha
NIM : 038114130
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
$dpsi Bsjudul
UJI EFI]K DAN Pf,RBA]{DINGAN DAYA ANTT-IAIFI,AMASIPRODUK JAMU PEGAL LIAT SIDO MIJNC{JL DAN JAMU
Lampiran 12. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data
persen (%) daya anti-inflamasi uji perlakuan pada hewan
uji beserta hasil uji Scheffe ………………………………... 73
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Jamu pegal linu telah dikenal sebagai obat alternatif oleh masyarakat Indonesia untuk menyembuhkan pegal-pegal dan linu seluruh tubuh. Pegal dan linu merupakan salah satu gejala terjadinya inflamasi. Sehingga jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur diharapkan memiliki efek anti-inflamasi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Metode yang digunakan adalah metode Langford yang telah dimodifikasi, yaitu induksi udema pada kaki hewan uji dengan karagenin 1 % subplantar dengan hewan uji mencit jantan. Mencit dibagi menjadi 8 kelompok secara acak, dua kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif) hanya diberi aquadest secara per oral, kelompok II (kontrol positif) diberi natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB secara per oral. Untuk kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan Jamu Prolinu® Air Mancur masing-masing dibagi dalam 3 peringkat dosis (637; 1274; dan 2548 mg/kg BB). Aktivitas anti-inflamasi pada metode Langford dkk. yang telah dimodifikasi (1972), dievaluasi dengan perubahan bobot kaki mencit yang dinyatakan sebagai persen daya anti-inflamasi. Persen (%) daya anti-inflamasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan Anova Satu Arah, dilanjutkan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 %.
Hasil yang diperoleh adalah persen (%) daya anti-inflamasi (% DA ± SE). Kelompok kontrol negatif 0,661 ± 4,597; kontrol positif 56,25 ± 2,713; Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 637;1274; 2548 mg/kg BB berturut-turut adalah 29,98 ± 7,237; 26,15 ± 6,482; 30,40 ± 6,744; dan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 637; 1274; 2548 mg/kg BB berturut-turut adalah 40,43 ± 9,142; 26,15 ± 9,173; 27,74 ± 5,877. Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur memiliki efek anti-inflamasi. Kelompok perlakuan jamu Prolinu® Air Mancur dosis 637 mg/kg BB memiliki daya anti-inflamasi paling baik.
Kata kunci : Jamu pegal linu, daya anti-inflamasi, metode Langford dkk. yang
dimodifikasi.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Jamu pegal linu has been known as an alternative medicine. People in Indonesia use it to cure ’pegal-pegal and linu’. ’Pegal and linu’ is one of symptoms that happen in inflammation. Jamu Pegal Linu® Sido Muncul and jamu Prolinu® are expected have an anti-inflammatory effect. The study was pure experimental research, arranged in complete randomized-design. Modificated Langford et al.method which induction animal leg-edema by carragheenin 1 % subplantar is used in this study. Male mices divided become 8 groups at randomized. Two of them are control groups that consist of negative control by aquadest and positive control by diclofenac sodium 11,95 mg/kg BW. The others are treatment group for jamu Pegal Linu® Sido Muncul and jamu Prolinu® Air Mancur, each divided 3 level doses (637; 1274; and 2548 mg/kg BW). Anti-inflammatory activity on modificated Langford et. al., method (1972), evaluated by leg-weight change data shown as percentage anti-inflammatory potency. Percentage anti-inflammatory potency afterward was analyzed by One Way Variant Statistics at 95 % confidence and followed by Scheffe-test.
The study result showed that percentage anti-inflammatory potency (% DA ± SE). Negative control group 0,661 ± 4,597; positive control 56,25 ± 2,713; jamu Pegal Linu® Sido Muncul dose 637; 1274; 2548 mg/kg BW continuously are 29,98 ± 7,237; 26,15 ± 6,482; 30,40 ± 6,744; and jamu Prolinu® Air Mancur dose 637; 1274; 2548 mg/kg BW continuously are 40,43 ± 9,142; 26,15 ± 9,173; 27,74 ± 5,877. Jamu Pegal Linu® Sido Muncul and jamu Prolinu® Air Mancur have an anti-inflammatory effect. Jamu Prolinu® Air Mancur dose 637 mg/kg BW has the best anti-inflammatory potency.
Keyword : Jamu pegal linu, anti-inflammatory potency, modificated Langford et
al method.
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat
tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan
atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit.
Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali
ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari
semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat
tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jamu adalah salah satu obat tradisional. Jamu merupakan sebutan
masyarakat Jawa untuk obat yang terbuat dari bahan-bahan alam yang berasal dari
alam yang tidak menggunakan bahan kimia. Jamu sudah dikenal lama sejak jaman
nenek moyang sebelum farmakologi modern masuk ke Indonesia. Oleh karena itu,
banyak resep racikan jamu sudah berumur ratusan tahun dan digunakan secara
turun temurun sampai saat ini. Sampai saat ini kedudukan jamu sebagai salah satu
alternatif pengobatan yang cukup diminati. Ada beberapa bentuk formula jamu
yang siap pakai. Bentuk bubuk merupakan bentuk yang paling umum. Namun
adanya perkembangan teknologi membuat bentuk jamu tidak terkesan tradisonal
lagi. Banyak produsen jamu yang sudah mencetaknya dalam bentuk, pil, kapsul,
kaplet, maupun cair.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Semakin bertambah banyaknya perusahaan jamu yang memproduksi jamu
yang sama tentu tidak terlepas dari persaingan untuk mendapatkan legitimasi dari
masyarakat, disamping untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
bagi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dapat juga menjadi suatu keuntungan
sekaligus suatu kerugian bagi masyarakat. Semakin banyaknya produk yang
sejenis dalam berbagai merk yang beredar di pasaran, masyarakat mempunyai
banyak pilihan. Akan tetapi produk-produk tersebut belum tentu memberikan
efektivitas terapi yang sama.
Salah satu produk jamu yang paling banyak diminati di pasaran adalah
jamu pegal linu. Jamu pegal linu diproduksi dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang
berkhasiat antara lain sebagai obat pegal linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar
peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh
badan.
Inflamasi merupakan respon bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami
cedera atau mati. Inflamasi biasanya disertai gejala-gejala yang menimbulkan rasa
tidak nyaman yaitu kemerahan (rubor), panas meningkat (calor), pembengkakan
(tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi (functio laesa) (Price dan Wilson,
1992).
Senyawa-senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat anti-inflamasi antara
lain : senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan
minyak atsiri, senyawa golongan asam fenol, dan tanin (Duweijua dan Zetlin,
1993). Komponen penyusun dari pegal linu mengandung beberapa dari senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
diatas seperti minyak atsiri dan flavonoid. Sehingga diharapkan jamu pegal linu
dapat memberikan efek anti-inflamasi
Metode Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi merupakan metode
skrining awal untuk uji efek anti-inflamasi. Alasan menggunakan metode ini
adalah metode ini memiliki kevalidan yang cukup baik, sederhana dalam proses
perlakuan, pengamatan, pengukuran, instrumen yang digunakan, hingga
pengolahan datanya.
Atas dasar pernyataan diatas, peneliti tertarik untuk menguji efek dan
membandingkan daya anti-inflamasi dari jamu Pegal Linu produksi oleh PT Sido
Muncul, Semarang yang selanjutnya disebut jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan
jamu Prolinu produksi PT Air Mancur, Solo yang selanjutnya disebut jamu
Prolinu® Air Mancur yang beredar di pasaran dengan menggunakan metode
Langford dkk yang telah dimodifikasi. Penelitian ini menjadi penting karena
penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efektivitas terapi secara
farmakologi dari produk jamu pegal linu jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu
Prolinu® Air Mancur berdasarkan hasil pengamatan penulis di 12 toko jamu yang
berada di wilayah Kota Madya Yogyakarta. Diharapkan dari penelitian ini
menjadi langkah awal agar produk-produk jamu pegal linu tersebut dapat naik
kejenjang yang lebih tinggi nantinya yaitu menjadi obat herbal terstandar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, terlihat beberapa
permasalahan yang perlu diteliti. Permasalahan tersebut adalah:
a. Apakah jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur
mempunyai efek anti-inflamasi?
b. Apakah dosis terapi yang tercantum dalam masing-masing kemasan produk
jamu pegal linu merupakan dosis yang terbaik?
c. Manakah dari kedua produk jamu pegal linu yang memiliki daya anti-
inflamasi paling baik?
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam
kefarmasian, terutama dalam bidang farmakologi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi mengenai efek dan
perbandingan daya anti-inflamasi dari jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu
Prolinu® Air Mancur yang beredar di masyarakat berdasarkan hasil uji praklinis
(farmakologi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
D. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai daya anti-inflamasi dari bahan tumbuhan dan bahan
kimia sudah banyak dilakukan. Tetapi penelitian mengenai uji efek dan
perbandingan daya anti-inflamasi dengan menggunakan produk-produk jamu
pegal linu sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Untuk membuktikan bahwa jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu®
Air Mancur mempunyai efek anti inflamasi.
b. Untuk mengetahui dosis terbaik dari jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu
Prolinu® Air Mancur.
c. Untuk membandingkan daya anti-inflamasi dari kedua produk jamu pegal
linu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional/jamu
Keberadaan dan manfaat obat tradisional menggunakan jamu telah
dikukuhkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, melalui Undang-
Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan sebagai berikut :
bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. (Anonim, 2005)
Bila dibandingkan obat-obat modern, obat tradisional memiliki beberapa
kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan
dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman
memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-
penyakit metabolik dan degeneratif (Katno dan Pramono, 2007).
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
(termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal).
Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang
lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis, belum dilakukan uji
klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme. Menyadari akan hal
ini maka pada upaya pengembangan obat tradisional ditempuh berbagai cara
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk obat
tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu
kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai ke
produk fitofarmaka, tentu melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan
uji klinik) hingga bisa menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut
(Katno dan Pramono, 2007).
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia nomor: HK.00.05.4-2411 Tahun 2004 tentang ketentuan
pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat bahan
alam Indonesia dikelompokkan berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim
penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, secara berjenjang menjadi: jamu;
obat herbal terstandar; dan fitofarmaka. Dimana pengertian jamu adalah obat
tradisional Indonesia; obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah di standarisasi dan fitofarmaka adalah sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi
(Anonim, 2005).
Jamu adalah obat tradisional yang biasanya dibuat dalam bentuk sediaan
serbuk seduhan, pil, kapsul dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan menurut pengalaman. Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara
5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah
digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk
tujuan kesehatan tertentu (Handayani dan Suharmiati, 2002)
Senyawa-senyawa yang dapat berkhasiat sebagai obat anti-inflamasi antara
lain : senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan alkaloid, senyawa golongan
minyak atsiri, senyawa golongan asam fenol, dan tanin (Duweijua dan Zetlin,
1993).
Jamu pegal linu adalah salah satu jamu yang cukup dikenal dan sering
digunakan dimasyarakat akhir-akhir ini. Biasanya berkhasiat menghilangkan
pegal linu, nyeri otot dan tulang, memperlancar peredaran darah, memperkuat
daya tahan tubuh, dan menghilangkan sakit seluruh badan (Winarno dan Sundari,
1996).
B. Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman
cairan, zat-zat yang terlarut, dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial pada daerah cedera atau nekrosis (Price dan Wilson, 1992). Menurut
Bellanti (1993), inflamasi dapat dipandang sebagai satu seri peristiwa kompleks
yang berkembang bila tubuh mendapat injuri secara mekanik atau agen kimia atau
oleh proses penghancuran diri (autoimun).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Inflamasi secara umum dibagi dalam 3 fase, yakni : inflamasi akut, respon
imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap
cedera jaringan; hal tersebut terjadi melalui mekanisme pelepasan mediator kimia
dan pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun. Respon imun
terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk
merespon organisme asing yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut
serta kronis. Akibat dari respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan,
sebab organisme penyerang difagositosis atau dinetralisir, sebaliknya akibat
tersebut juga dapat merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian
dari proses cedera yang mendasarinya. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya
sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut seperti interferon,
PDGF (platelet-derived growth factor) serta interleukin-1,2,3. Salah satu kondisi
yang paling penting yang melibatkan mediator-mediator ini ialah artritis
reumatoid, dimana inflamasi kronis menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang
dan tulang rawan yang bisa menjurus kepada ketidakmampuan untuk bergerak
dimana terjadi perubahan-perubahan sistemik yang bisa memperpendek umur
(Katzung, 2001).
Gejala reaksi radang yang dapat diamati :
1. Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul,
maka arteriol yang menyuplai daerah tersebut. Dengan demikian lebih banyak
darah yang mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat terisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
penuh dengan darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah lokal karena peradangaan akut (Price dan Wilson,
1992).
2. Kalor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan
akut. Sebenarnya, panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi
pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370 C,
yaitu suhu dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas
dari sekelilingnya, sebab darah (pada suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke
permukaan daerah yang terkena lebih banyak daripada yang disalurkan ke
daerah normal (Price dan Wilson, 1992).
3. Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan ditimbulkan melalui berbagai
cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu
seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Selain itu,
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa saki (Price dan
Wilson, 1992).
4. Tumor atau pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel
dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan
sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Sel-sel darah putih,
atau leukosit meninggalkan aliran darah, dan tertimbun sebagai bagian ari
eksudat (Price dan Wilson, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Fungsio laesa atau perubahan fungsi adalah reaksi peradangan dimana terdapat
nyeri disertai sirkulasi abnormal, dan lingkungan kimiawi lokal yang
abnormal, berfungsi secara abnormal (Price dan Wilson, 1992).
Gejala-gejala ini merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang
terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, gangguan
keluarnya plasma darah (eksudasi) ke dalam ruang ekstra sel akibat meningkatnya
ketelapan kapiler dan perangsangan reseptor nyeri. Reaksi ini dapat disebabkan
oleh pembebasan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin,
kinin) (Mutschler, 1986).
Penyebab inflamasi banyak sekali dan beraneka ragam, dan penting sekali
untuk diketahui bahwa inflamasi dan infeksi itu tidak sinonim. Yang dimaksud
dengan infeksi adalah adanya mikroorganisme hidup dalam jaringan. Infeksi ini
hanya merupakan salah satu penyebab dari inflamasi. Inflamasi dapat terjadi
dengan mudah pada keadaan steril sempurna, seperti sewaktu sebagian jaringan
mati karena hilangnya suplai darah (Price dan Wilson, 1992). Pengaruh yang
sifatnya merusak sel sering juga disebut noksi. Noksi dapat berupa noksi kimia
(obat-obatan), noksi fisika (panas atau dingin yang berlebihan, radiasi, benturan),
serta infeksi dengan mikroorganisme atau parasit (Mutschler, 1986).
Prostaglandin merupakan mediator yang paling penting dalam proses
inflamasi. Prostaglandin tidak disimpan secara intraselute, prostaglandin
merupakan hasil pemecahan dari asam arakhidonat oleh enzim fosfolipase sebagai
respon terhadap berbagai rangsangan (Wilmana, 1995).
3. Neraca analitik Metler Toledo Tipe AB 204, Switzerland.
4. Spuit injeksi subplantar (0,1-1,0 ml)
5. Alat pemberi peroral berupa jarum suntik (0,1-1,0 ml) yang ujungnya diberi
bola kecil dengan lubang ditengahnya, sehingga tidak melukai hewan uji.
G. Tata Cara Penelitian
1. Penyiapan Bahan Uji
a. Pemilihan produk jamu pegal linu
Pemilihan produk jamu pegal linu diperoleh dengan melakukan
pengamatan di 12 toko jamu yang ada di wilayah Kota Madya Yogyakarta.
Pengamatan ini bertujuan untuk mencari informasi mengenai produk jamu
pegal linu yang diminati oleh masyarakat. Dari pengamatan tersebut akan
dipilih 2 produk jamu yang diminati masyarakat.
b. Pembuatan jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur.
Masing-masing produk jamu sebanyak 10 g diseduh dengan air hangat
hingga 100 ml sehingga dieroleh konsentrasi 100 mg/ml.
c. Pembuatan larutan karagenin
Menurut Williamson, Okpako, dan Evans (1996), 0,05 ml larutan
karagenin 1 % yang dilarutkan dalam 0,9 % NaCl fisiologis digunakan sebagai
bahan pembuat radang pada mencit. Larutan karagenin 1 % dibuat dengan
cara melarutkan 100 mg karagenin ke dalam NaCl fisiologis 0,9 % hingga
volume 10 ml. Perhitungan dosis karagenin dengan mengasumsikan volume
pemberian 0,05 ml dan bobot badan mencit 20 g adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dosis karagenin = kg
mlmgx02,0
10/10005,0
= 25 mg/kg BB
d. Pembuatan larutan natrium diklofenak
Larutan diklofenak dibuat dengan cara menimbang 12,50 mg natrium
diklofenak serbuk kemudian ditambah aquadest sampai volumenya 25 ml,
sehingga diperoleh konsentrasi 0,5 mg/ml.
2. Orientasi dan Penetapan Dosis
a. Penetapan dosis jamu Pegal Linu®Sido Muncul dan jamu Prolinu®Air Mancur.
Dosis jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu®Air Mancur
yang digunakan adalah 637; 1274; dan 2548 mg/kg BB. Dosis ini diperoleh
berdasarkan perhitungan:
1) Dosis 1274 mg/kg BB
Merupakan dosis dari 1 bungkus produk jamu pegal linu (jamu Pegal
Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur) yang memiliki berat
bersih 7 g :
Konversi ke orang 70 kg = mg 9800 g 9,8 g 75070
==×
Konversi ke mencit 20 g = 0,0026 x 9800 mg = 25,48 mg
Jadi dosis jamu pegal linu untuk mencit adalah :
mg 48,2520
1000× = 1274 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2) Dosis 637 mg/kg BB
Merupakan dosis dari setengah bungkus jamu pegal linu dengan berat
bersih 3,5 g:
Konversi ke orang 70 kg = mg 4900 g 4,9 g 5,35070
==×
Konversi ke mencit 20 g = 0,0026 x 4900 mg = 12,74 mg
Jadi dosis jamu pegal linu untuk mencit adalah :
mg 74,1220
1000× = 637 mg/kg BB
3) Dosis 2548 mg/kg BB
Merupakan dosis dari 2 bungkus jamu pegal linu dengan berat bersih 14 g:
Konversi ke orang 70 kg = mg 19600 g 19,6 g 145070
==×
Konversi ke mencit 20 g = 0,0026 x 19600 mg = 50,96 mg
Jadi dosis jamu pegal linu untuk mencit adalah :
mg 96,5020
1000× = 2548 mg/kg BB
b. Penetapan dosis suspensi karagenin
Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson et al
(1996) yaitu dengan kadar 1 % yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 % fisiologis
yang disuntikkan secara subplantar pada terlapak kaki mencit jantan sebesar
0,05 ml sehingga diperoleh dosis larutan karagenin sebesar 25 mg/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
c. Penetapan dosis natrium diklofenak
Dosis natrium diklofenak yang digunakan sebagai dosis orientasi
adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kg BB. Dosis ini diperoleh berdasarkan
penelitian Handani (2002) dengan cara perhitungan:
1) Dosis I
Manusia 70 kg = 75 mg/kg BB
Konversi ke mencit 20 g = BB kg 70
BB kg / mg 75 x 0,0026 = 0,195 mg/20g BB
= 9,75 mg/kg BB
2) Dosis II
Manusia 70 kg = 83,039 mg/kg BB
Konversi ke mencit 20 g=BB kg 70
BB mg/kg 83,039 x 0,0026 = 0,216 mg/20gBB
= 10,795 mg/kg BB
3) Dosis III
Manusia 70 kg = 91,923 mg/kg BB
Konversi ke mencit 20 g =BB kg 70
BB mg/kg 91,923 x 0,0026 = 0,239 mg/20g BB
= 11,95 mg/kg BB
d. Penetapan selang waktu pemotongan kaki
Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok, kemudian kaki
kirinya disuntik dengan karagenin 1 % sebanyak 0,05 ml sedangkan kaki
kanan sebagai kontrol, mendapat perlakuan sham injection tanpa karagenin.
Tiap kelompok dikurbankan pada selang waktu tertentu (1, 2, 3, dan 4 jam)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
setelah penyuntikan karagenin. Setelah dikurbankan, kedua kaki belakangnya
dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Waktu pemotongan kaki
ditentukan pada saat kaki mengalami peningkatan udema yang berarti.
e. Penetapan dosis natrium diklofenak
Sembilan hewan uji dibagi dalam tiga kelompok. Tiap kelompok diberi
natrium diklofenak secara peroral dengan dosis tertentu (9,75 mg/kg BB;
10,795 mg/kg BB; dan 11,95 mg/kg BB) 15 menit sebelum disuntik dengan
karagenin 1 %. T jam setelah disuntik karagenin, hewan uji dikurbankan dan
kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Dosis
natrium diklofenak ditentukan pada saat kaki mengalami penurunan udema
yang berarti. T jam adalah waktu pemotongan kaki hasil orientasi.
f. Penetapan selang waktu pemberian natrium diklofenak
Dua belas hewan uji dibagi dalam empat kelompok. Tiap kelompok
diberi natrium diklofenak secara peroral dengan dosis hasil orientasi pada
selang waktu tertentu (15, 30, 45, dan 60 menit) sebelum disuntik dengan
karagenin 1 %. T jam setelah penyuntikan karagenin, hewan uji dikurbankan
dan kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang.
Waktu pemberian natrium diklofenak ditentukan pada saat kaki mengalami
penurunan udema yang berarti.
3. Perlakuan pada Hewan Uji
Sejumlah mencit dibagi menjadi 8 kelompok secara acak, tiap
kelompok terdiri dari 6 hewan uji.
Kelompok I : kontrol (-), diberi aquadest 25 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kelompok II : kontrol (+), diberi natrium diklofenak dengan dosis sesuai
hasil penetapan
Kelompok III : diberi jamu Pegal Linu® Sido Muncul dengan dosis
637 mg/kg BB.
Kelompok IV : diberi jamu Pegal Linu® Sido Muncul dengan dosis
1274 mg/kg BB.
Kelompok V : diberi jamu Pegal Linu® Sido Muncul dengan dosis
2548 mg/kg BB.
Kelompok VI : diberi jamu Prolinu® Air Mancur dengan dosis
637 mg/kg BB.
Kelompok VII : diberi jamu Prolinu® Air Mancur dengan dosis
1274 mg/kg BB.
Kelompok VIII: diberi jamu Prolinu® Air Mancur dengan dosis
2548 mg/kg BB.
Mencit dalam setiap kelompok uji akan diberi sediaan jamu dengan
dosis yang telah ditetapkan secara p.o. Setelah t menit, masing-masing
kelompok akan diberi praperlakuan berupa penyuntikan telapak kaki kiri
belakang dengan 0,05 ml karagenin 1 % dan telapak kaki kanan belakang
disuntik dengan spuit tanpa suspensi. Tunggu sampai T waktu setelah itu
mencit dikurbankan dan kakinya dipotong pada sendi torsocrural kemudian
ditimbang dan dicari selisih bobot kakinya. T adalah waktu hasil orientsi
selang waktu pemotongan kaki dan t adalah waktu hasil orientasi selang waktu
pemberian natrium diklofenak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4. Perhitungan Respon Daya Anti-Inflamasi
Aktivitas anti-inflamasi pada metode Langford dkk yang telah
dimodifikasi (1972), dievaluasi dengan perubahan bobot kaki mencit yang
dinyatakan sebagai persen daya anti-inflamasi yang dirumuskan sebagai
berikut :
Persen (%) respon anti-inflamasi = %100xU
DU −
Dimana U : harga rata-rata berat kaki kelompok karagenin dikurangi
rata-rata berat kaki normal (tanpa perlakuan)
D : harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dikurangi
rata-rata berat kaki normal (tanpa perlakuan)
5. Perhitungan Potensi Relatif Daya Anti-Inflamasi
Potensi Relatif = %100xDiklofenak Natrium Inflamasi-Anti Daya
iSediaan Uj Inflamasi- Anti Daya
H. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan
analisis varian (Anava) 1 arah taraf kepercayaan 95 %. Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada kelompok perlakuan. Analisis
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna
atau tidak bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemilihan Produk Jamu Pegal Linu
Pemilihan produk-produk jamu pegal linu dilakukan di toko-toko jamu
yang berada di Kota Madya Yogyakarta, Yogyakarta. Pengamatan ini dilakukan
untuk mengetahui produk-produk jamu pegal linu yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Dasar dari pengamatan ini adalah 2 produk jamu pegal linu yang
laris atau diminati oleh masyarakat sekitar.
Pengamatan dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada penjual
jamu di 12 toko-toko jamu di Kodya Yogyakarta. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepada penjual antara lain : produk jamu pegal linu apa saja
yang dijual di toko jamu tersebut dan produk jamu pegal linu mana yang laris atau
diminati oleh pengunjung / pembeli. Dari hasil wawancara tersebut dipilih 2
produk jamu, yaitu jamu Pegal Linu produksi PT Sido Muncul, Semarang yang
selanjutnya disebut denga jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu
produksi PT Air Mancur, Solo yang selanjutnya disebut jamu Prolinu® Air
Mancur. Kedua produk jamu pegal linu inilah yang akan diuji efek dan
perbandingan daya anti-inflamasinya dalam penelitian ini.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
B. Hasil Orientasi Percobaan
Orientasi percobaan dilakukan bertujuan untuk menguji apakah metode
yang digunakan memiliki kevalidan yang dapat diterima. Ada tiga orientasi
percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu orientasi selang waktu
pemotongan kaki, orientasi dosis natrium diklofenak, dan orientasi selang waktu
pemberian natrium diklofenak.
1. Orientasi selang waktu pemotongan kaki
Orientasi waktu pemotongan kaki ini bertujuan untuk mengetahui selang
waktu yang tepat saat karagenin menimbulkan udema yang paling besar pada
telapak kaki mencit. Orientasi selang waktu yang digunakan adalah 1, 2, 3, dan 4
jam setelah injeksi suspensi karagenin 1 % pada telapak kaki kiri mencit secara
subplantar.
Data bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 % dalam selang
waktu tertentu dapat dilihat pada lampiran 4, sedangkan rata-rata bobot udema
kaki mencit pada masing-masing kelompok tersaji pada gambar 4.
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
1 2 3 4
Waktu (jam)
Rat
a-ra
ta B
obot
Ude
ma
(g)
Gambar 4. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1 % pada rentang waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi data. Hasil analisis
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p > 0,05, maka analisis
dapat dilanjutkan dengan uji Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan.
Uji Anava satu arah memiliki p < 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan antar
kelompok. Untuk melihat apakah perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara
statistik maka dilakukan uji Scheffe.
Hasil analisis lengkap bobot udema kaki mencit pada orientasi selang
waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1 % dapat dilihat pada lampiran
9 dan rangkuman rata-rata bobot udema dan uji Scheffe orientasi selang waktu
pemotongan kaki mencit dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemotongan kaki dan hasil uji Scheffe
Hasil uji Scheffe terhadap kelompok
Kel
X ± SE (gram)
n 1 2 3 4
1 0,0523 ± 0,005 3 - tb tb b
2 0,0436 ± 0,001 3 tb - b b
3 0,0662 ± 0,006 3 tb b - tb
4 0,0759 ± 0,002 3 b b tb -
Keterangan : 1 : pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1 % 2 : pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1 % 3 : pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1 % 4 : pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1 % X : rata-rata bobot udema SE : Standart Error tb : berbeda tidak bermakna b : berbeda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Dari data bobot udema yang telah disajikan, terlihat bahwa secara
statistik kelompok 4 (pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1 %)
berbeda bermakna terhadap kelompok 1 dan kelompok 2, tetapi berbeda tidak
bermakna terhadap kelompok 3, artinya jika kaki mencit dipotong pada 3 atau 4
jam setelah injeksi karagenin 1 % maka bobot udemanya dapat dikatakan sama.
Berdasarkan dari grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah injeksi
karagenin 1 % pada rentang waktu tertentu ternyata kelompok 4 memiliki
kenaikan bobot udema yang paling besar. Terjadinya kenaikan bobot udema
paling besar pada kelompok 4 dapat diartikan bahwa karagenin telah berefek
menimbulkan inflamasi maksimal pada 4 jam setelah injeksi karagenin 1 %. Hal
inilah yang menjadi dasar pemilihan selang waktu pemotongan kaki mencit pada
penelitian ini.
2. Orientasi dosis natrium diklofenak
Orientasi ini bertujuan untuk menetukan dosis natrium diklofenak yang
paling efektif dalam menurunkan bobot udema pada kaki mencit. Penetapan dosis
efektif natrium diklofenak ini dilakukan berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya oleh Handani (2002). Dosis orientasi natrium diklofenak
yang digunakan adalah 9,75; 10,795; dan 11,95 mg/kg BB.
Data bobot udema kaki mencit orientasi pemberian natrium diklofenak
dalam tiga peringkat dosis dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan rata-rata
bobot udema kaki mencit untuk setiap dosis natrium diklofenak tersaji pada
gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
Rat
a-ra
ta B
obot
Ude
ma
(g)
9,75 10,795 11,95
Dosis (mg/kg BB)
Gambar 5. Grafik batang rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi
karagenin 1 % setelah pemberian natrium diklofenak dalam 3 peringkat dosis.
Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi data. Hasil analisis
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, maka analisis dapat dilanjutkan
dengan uji Anava Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan.
Hasil analisis lengkap bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis
efektif natrium diklofenak dapat dilihat pada lampiran 10 dan rangkuman rata-rata
bobot udema pada orientasi dosis natrium diklofenak dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel III. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi dosis efektif natrium diklofenak
Dosis natrium diklofenak
(mg/kg BB) Rata-rata bobot udema kaki mencit ± SE
(gram) 9,75 0,0467 ± 0,012
10,795 0,0537 ± 0,005 11,95 0,0347± 0,014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berdasarkan hasil uji Anava satu arah ternyata tidak ada perbedaan
udema antar kelompok perlakuan dalam berbagai variasi dosis natrium
diklofenak. Karena tidak ada perbedaan tersebut maka tidak perlu dilakukan uji
Scheffe. Oleh sebab itu, dosis natrium diklofenak yang akan digunakan dapat
dipilih diantara ketiganya. Berdasarkan grafik rata-rata bobot udema akibat
pemberian karagenin 1 % dalam berbagai variasi dosis natrium diklofenak
ternyata dosis 11,95 mg/kg BB yang paling efektif dalam menurunkan bobot
udema pada kaki mencit (gambar 5). Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan
dosis 11,95 mg/kg BB sebagai dosis natrium diklofenak yang digunakan dalam
penelitian ini.
3. Orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak
Orientasi ini bertujuan untuk menentukan waktu yang tepat pemberian
natrium diklofenak dosis efektif yang dapat memberikan penurunan bobot udema
yang berarti. Data bobot udema kaki mencit setelah pemberian natrium diklofenak
dengan dosis efektif 11,95 mg/kg BB dalam rentang waktu tertentu dapat dilihat
pada lampiran 6, sedangkan rata-rata bobot udema kaki mencit pada masing-
masing kelompok tersaji pada gambar 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
15 30 45 60
Waktu (menit)
Rat
a-ra
ta B
obot
Ude
ma
(g)
Gambar 6. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu.
Data bobot udema yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi data. Hasil analisis
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, maka analisis dapat dilanjutkan
dengan uji Anava Satu Arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan. Untuk
melihat apakah perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara statistik maka
dilakukan uji Scheffe.
Hasil analisis lengkap bobot udema kaki mencit pada orientasi selang
waktu pemberian natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kgBB sebelum injeksi
karagenin dapat dilihat pada lampiran 11 dan rangkuman rata-rata bobot udema
dan uji Scheffe orientasi selang waktu pemotongan pemberian natrium diklofenak
dapat dilihat pada tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel IV. Rangkuman rata-rata bobot udema kaki mencit pada orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB dan uji Scheffe.
Hasil uji Scheffe terhadap kelompok
Kel
X ± SE (gram)
n 1 2 3 4
1 0,0482 ± 0,001 3 - tb b b
2 0,0423 ± 0,004 3 tb - b b
3 0,0253 ± 0,004 3 b b - b
4 0,0665 ± 0,003 3 b b b -
Keterangan : 1 : pemberian natrium diklofenak 15 menit sebelum injeksi karagenin 1 % 2 : pemberian natrium diklofenak 30 menit sebelum injeksi karagenin 1 % 3 : pemberian natrium diklofenak 45 menit sebelum injeksi karagenin 1 % 4 : pemberian natrium diklofenak 60 menit sebelum injeksi karagenin 1 % X : rata-rata bobot udema SE : Standart Error tb : berbeda tidak bermakna b : berbeda bermakna
Dari tabel III terlihat bahwa antar kelompok rata-rata bobot udema ada
yang berbeda bermakna dan ada yang berbeda tidak bermakna. Kelompok
pemberian natrium diklofenak dengan selang waktu 15 menit sebelum injeksi
karagenin 1 % (kelompok 1) berbeda tidak bermakna dengan kelompok
pemberian natrium diklofenak dengan selang waktu 30 menit sebelum injeksi
karagenin 1 % (kelompok 2). Hal ini berarti jika natrium diklofenak diberikan 15
atau 30 menit sebelum injeksi karagenin 1 % maka penurunan bobot udema kaki
mencit dapat dikatakan sama. Bila kelompok pemberian natrium diklofenak 15
dan 30 menit sebelum injeksi karagenin 1 % (kelompok 1 dan 2) dibandingkan
dengan kelompok pemberian natrium diklofenak 45 dan 60 menit sebelum injeksi
karagenin 1 % (kelompok 3 dan 4) maka penurunan bobot udema kaki mencit
berbeda bermakna. Ini berarti pemberian natrium diklofenak 15 dan 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
sebelum injeksi karagenin 1 % memiliki penurunan bobot udema kaki mencit
yang berbeda dengan pemberian natrium diklofenak 30 dan 45 menit sebelum
injeksi karagenin. Dilihat dari grafik rata-rata bobot udema kaki mencit setelah
pemberian natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu, bobot
udema kaki mencit mengalami penurunan yang paling berarti pada kelompok
3). Hal inilah yang menjadi dasar pemilihan selang waktu pemberian natrium
diklofenak 45 menit sebelum injeksi karagenin 1 % sebagai selang waktu
pemberian natrium diklofenak pada penelitian ini.
C. Perlakuan pada Hewan Uji
Penelitian uji efek dan pembuktian daya anti-inflamasi produk jamu
Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur pada mencit jantan ini
bertujuan untuk membuktikan adanya efek anti-inflamasi dan membandingkan
daya anti-inflamasi dari kedua produk jamu pegal linu tersebut serta untuk
mengetahui dosis optimalnya. Untuk efek anti-inflamasi ditandai dengan
penurunan bobot udema kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% secara
subplantar akibat pemberian produk jamu pegal linu.
Metode yang digunakan adalah metode induksi udema pada telapak kaki
mencit. Data yang diperoleh berupa bobot kaki mencit setelah injeksi karagenin
1 % dikurangi dengan bobot kaki mencit yang diberi perlakuan produk jamu pegal
linu secara peroral sebelum diinjeksi karagenin 1 %. Kemudian data tersebut
digunakan untuk mencari besar persen daya anti-inflamasi dengan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Langford dkk (1972) yang telah dimodifikasi. Data persen daya anti-inflamasi
yang diperoleh, kemudian digunakan untuk mencari potensi relatif dari produk
jamu pegal linu terhadap kontrol positif natrium diklofenak. Skema kerja dapat
dilihat pada lampiran 3. Alasan penggunaan metode ini adalah metode ini
memiliki kevalidan yang cukup baik, sederhana dalam proses perlakuan,
pengamatan, pengukuran, instrumen yang digunakan, hingga pengolahan datanya.
Alasan pemilihan karagenin 1 % digunakan sebagai zat penginduksi
udema pada kaki mencit karena karagenin merupakan salah satu zat iritan atau
menginduksi udema yang sering digunakan untuk memprediksi efektivitas
potensial terapeutik dari obat-obat anti-inflamasi, baik dari golongan steroid
maupun nonsteroid. Selain itu karagenin juga tidak menimbulkan kerusakan pada
jaringan, tidak menimbulkan bekas serta memberikan respon yang lebih peka
terhadap anti-inflamasi dibandingkan senyawa lain. Udema yang ditimbulkan oleh
karagenin menunjukkan respon dua fase. Fase awal diperantarai melalui pelepasan
histamin, serotonin, dan bradikinin sedangkan fase akhir berhubungan dengan
pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang menghasilkan radikal bebas, seperti
hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil (Suleyman dkk, 2004).
Kontrol negatif yang digunakan adalah aquadest karena sediaan jamu
pegal linu dibuat dengan menambahkan aquadest pada sediaan serbuk jamunya.
Adanya kontrol negatif ini diperlukan untuk mengetahui apakah aquadest
memiliki pengaruh terhadap aktivitas anti-inflamasi baik dari sediaan jamu
maupun kontrol positif natrium diklofenak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Untuk kontrol positifnya digunakan natrium dikofenak, karena natrium
diklofenak memiliki aktivitas yang besar sebagai anti-inflamasi dan memiliki efek
samping yang kurang keras dibandingkan obat anti-inflamasi non steroid yang
lain. Natrium diklofenak adalah penghambat siklooksigenase yang relatif
nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat. Dimana
jalur siklooksigenase dari metabolisme arakhidonat menghasilkan prostaglandin-
prostaglandin, yang mempunyai efek pada pembuluh darah, ujung-ujung saraf,
dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi. Obat ini memiliki sifat-sifat anti-
inflamasi, analgesik, dan antipiretik yang biasa (Katzung, 2002).
Adanya perbedaan persen (%) daya anti-inflamasi antar kelompok
perlakuan akan terlihat jelas pada gambar 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
0
10
20
30
40
50
60
Per
sen
(%) D
aya
Ant
i-Inf
lam
asi
1 2 3 4 5 6 7 8Kelompok
Gambar 7. Grafik batang rata-rata persen (%) daya anti-inflamasi jamu Pegal Linu Sido Muncul® dan jamu Prolinu® Air Mancur dalam 3 peringkat dosis beserta kontrolnya.
Keterangan : 1 : kelompok kontrol negatif karagenin 1% 2 : kelompok kontrol positif Natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB 3 : kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 637 mg/kg BB 4 : kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 1274 mg/kg BB 5 : kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 2548 mg/kg BB 6 : kelompok perlakuan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 637 mg/kg BB 7 : kelompok perlakuan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 1274 mg/kg BB 8 : kelompok perlakuan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 2548 mg/kg BB
Data persen (%) daya anti-inflamasi yang diperoleh selanjutnya diuji
dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi data. Hasil
analisis menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, maka analisis dapat
dilanjutkan dengan uji Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Untuk melihat apakah perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara statistik
maka dilakukan uji Scheffe.
Data persen (%) daya anti-inflamasi kelompok perlakuan serta contoh
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 8. Hasil analisis
lengkap persen (%) daya anti-inflamasi dapat dirangkum pada tabel berikut :
Tabel V. Rangkuman rata-rata persen (%) daya anti-inflamasi setelah perlakuan produk jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur dalam 3 peringkat dosis beserta kontrolnya dan hasil uji Scheffe.
Hasil Uji Scheffe terhadap kelompok
Potensi Relatif
Kel
% DA ± SE 1 2 3 4 5 6 7 8
1 0,661± 4,597 - b tb tb tb b tb tb 1,175
2 56,25 ± 2,713 b - tb tb tb tb tb tb 100
3 29,98 ± 7,237 tb tb - tb tb tb tb tb 53,3
4 26,15 ± 6,482 tb tb tb - tb tb tb tb 46,44
5 30,40 ± 6,744 tb tb tb tb - tb tb tb 54,04
6 40,43 ± 9,142 b tb tb tb tb - tb tb 71,88
7 26,15 ± 9,173 tb tb tb tb tb tb - tb 46,49
8 27,74 ± 5,877 tb tb tb tb tb tb tb - 49,31 Keterangan : 1 : kelompok kontrol negatif karagenin 1% 2 : kelompok kontrol positif Na-diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB 3 : kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 637 mg/kg BB 4 : kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 1274 mg/kg BB 5 : kelompok perlakuan Jamu Pegal Linu® Sido Muncul dosis 2548 mg/kg BB 6 : kelompok perlakuan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 637 mg/kg BB 7 : kelompok perlakuan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 1274 mg/kg BB 8 : kelompok perlakuan Jamu Prolinu® Air Mancur dosis 2548 mg/kg BB b : berbeda bermakna tb : berbeda tidak bermakna SE : Standart Error %DA : persen (%) daya anti-inflamasi
Dari data hasil perhitungan persen (%) daya anti-inflamasi menunjukkan
bahwa persen daya anti-inflamasi paling tinggi dicapai oleh kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kontrol positif natrium diklofenak dosis 11,95 mg/kg BB yaitu sebesar 56,25 %,
kemudian diikuti oleh jamu Prolinu® Air Mancur dosis 637 mg/kg BB; jamu
Pegal Linu® Sido Muncul dosis 2548 mg/kg BB; jamu Pegal Linu® Sido Muncul
Produk jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan produk jamu Prolinu® Air
Mancur memiliki efek anti-inflamasi, walaupun tidak sekuat natrium diklofenak.
Hal ini sesuai dengan yang diindikasikan dalam kemasan bahwa jamu Pegal
Linu® Sido Muncul dapat mengobati lelah, pegal linu, nyeri pada otot-otot dan
tulang-tulang diseluruh tubuh; dan jamu Prolinu® Air Mancur dapat
menghilangkan pegal linu, letih dan lesu; mengobati sakit pinggang dan encok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Jamu Pegal Linu® Sido Muncul memiliki efek anti-inflamasi karena
adanya komponen penyusun di dalamnya yang bertanggungjawab terhadap efek
anti-inflamasi antara lain Retrofracti Fructus (buah cabai Jawa) yang memiliki
kandungan piperin yang berkhasiat sebagai antipiretik, analgesik, anti-inflamasi,
dan menekan susunan saraf pusat, Zingeberis aromaticae Rhizoma (rimpang
lempuyang wangi) yang memiliki kandungan minyak atsiri dan flavonoid khasiat
sebagai obat radang dan encok, dan Cyperi Rhizoma (rimpang teki) yang memiliki
khasiat analgesik dan anti-inflamasi, karena kandungan dari Cypery Rhizoma
antara lain minyak atsiri, alkaloida, glikosida, flavonoida. Flavonoida dalam
Zingeberis aromaticae Rhizoma dan Cypery Rhizoma berfungsi sebagai anti-
inflamasi. Flavonoid memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan manusia,
menurut hasil penelitian flavonoid digunakan sebagai anti-virus, anti-alergi, anti-
platelet, anti-inflamasi, anti-tumor dan aktivitas antioksidan. Mekanisme
flavonoid sebagai anti-inflamasi yaitu menghambat aktivitas siklooksigenase dan
lipoksigenase, enzim utama yang memproduksi eicosanoid (prostaglandin,
leukotrien, dan tromboksan) dan penangkapan radikal bebas. Secara spesifik,
flavonoid menghambat produksi radikal bebas, enzim lisosomal (yang
menyebabkan kerusakan jaringan), dan menghambat fosfolipase A2 sehingga tidak
terjadi pengubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat dan kemudian aktivitas
siklooksigenase maupun lipoksigenase untuk menghasilkan eicosanoid terhambat
(Schulman, 2002). Inflamasi merupakan proses yang diakibatkan radikal bebas
dan juga proses yang memproduksi radikal bebas (Miller, 1996). Inflamasi yang
disebabkan oleh induksi karagenin menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
peroksida, superoksida, dan radikal hidroksil dari pelepasan prostaglandin dan
neutrofil (Suleyman dkk, 2004). Antioksidan merupakan senyawa yang
melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan efek spesies oksigen reaktif,
seperti oksigen singlet, superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil dan
peroksinitrit. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan tergantung pada struktur
molekul mereka. Posisi gugus hidroksil dan bentuk lainnya pada struktur kimia
flavonoid sangat penting untuk aktivitas antioksidan dan radical scavenging
(Buhler dan Miranda, 2000).
Untuk jamu Prolinu® Air Mancur komponen penyusunnya yang
bertanggungjawab terhadap daya anti-inflamasi antara lain Retrofracti Fructus
(buah cabai Jawa) yang memiliki kandungan piperin yang berkhasiat sebagai
antipiretik, analgesik, anti-inflamasi, dan menekan susunan saraf pusat,
Zingeberis aromaticae Rhizoma (rimpang lempuyang wangi) yang memiliki
kandungan minyak atsiri dan flavonoid khasiat sebagai obat radang dan encok dan
Zingeberis Rhizoma (rimpang jahe) yang memiliki kandungan minyak atsiri dan
flavonoid. Mekanisme flavonoid sebagai anti-inflamasi yaitu menghambat
aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase, enzim utama yang memproduksi
eicosanoid (prostaglandin, leukotrien, dan tromboksan) dan penangkapan radikal
bebas. Untuk Zingeberis Rhizoma, penelitian secara in-vitro menunjukkan bahwa
ekstrak dalam air panas menghambat aktivitas siklooksigenase dan lipooksigenase
dalam asam arakhidonat sehingga menyebabkan penurunan jumlah prostaglandin
dan leukotriens. Penelitian secara in-vivo menunjukkan bahwa ekstrak Zingeberis
Rhizoma secara oral menurunkan edema pada tangan tikus. Potensi ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sebanding dengan asam asetilsalisilat. Senyawa (6)-shagaol menghambat induksi
karagenin penyebab edema pada tangan tikus dengan menghambat aktivitas
siklooksigenase (Anonim, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian ini produk jamu Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu
Prolinu® Air Mancur memiliki efek anti-inflamasi
2. Dosis yang memberikan daya anti-inflamasi yang paling baik dari jamu Pegal
Linu® Sido Muncul adalah dosis 2548 mg/kg BB (dosis untuk 2 bungkus) dan
untuk produk jamu Prolinu® Air Mancur adalah dosis 637 mg/kg BB (dosis
untuk setengah bungkus).
3. Dari kedua produk jamu pegal linu yang diuji dalam penelitian ini yang
memiliki daya anti-inflamasi yang paling baik adalah jamu Prolinu® Air
Mancur dengan dosis 637 mg/kg BB.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji praklinik lanjutan seperti uji toksisitas produk jamu Pegal
Linu® Sido Muncul dan produk jamu Prolinu® Air Mancur.
2. Perlu dilakukan perbandingan uji daya anti-inflamasi antara jamu racikan
sendiri dengan komponen bahan penyusun yang sama pada produk jamu Pegal
Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur dengan produk jamu
Pegal Linu® Sido Muncul dan jamu Prolinu® Air Mancur itu sendiri.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 80-84, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, 51-54, 103-106, 118-121,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, 92-95, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, 42-45, 48-51, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2001, The Merck Index; An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biologicals, 3106, Merck & Co., Inc., Whitehouse Station, New Jersey. Anonim, 2005, Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, http://www.pom.go.id/public/ hukum_perundangan / pdf/KRITCARA%20PENDAFT.OT.pdf., diakses pada tanggal 3 Februari 2007.
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the study of Infammation
and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson, and K. Brune, Inflammation: Mechanism and Their Impact of Therapy, p 19-21, Birkhauser Verlag Basel, Rotterdam.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Handani, S., 2003, Efek Anti-Inflamasi rebusan Herba Ketepen (Hedyotis corymbosa (C.) Lamk.) Pada mencit Betina, Skripsi, fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Handayani, L dan Suharmiati, 2002, Meracik Obat Tradisional Secara Rasional,
http://www.tempo.co.id/medika/ arsip/ 102002/ pus-2.htm, diakses pada tanggal 3 Februari 2007
Katno, dan Pramono, S., 2007, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional, http://www.litbang.depkes.go.id/bpto /kemanan_ TO.pdf. , diakses pada tanggal 14 maret 2007
Katzung, B.G., 2002, Basic and Clinical Pharmacology, 474-482, diterjemahkan
oleh Bagian Farmakologi Kedokteran UNAIR, 8thEdition, Buku 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Method for
Evaluation of Analgesic / Anti-Inflammatory Activity, Journal of Pharmaceutical Sciences, 61 (January), 75-77.
Miller, A. L., 1996, Antioxidant Flavonoids: Structure, Function and Clinical
Usage, 105, Thorne Reseach, Inc. Mutschler, E., 1986, Arzneimittelwirkungen, 17-20, 193 – 199, diterjemahkan oleh
M.B, Widianto, M. B. dan Ranti, A. S., Penerbit ITB Bandung. Pramono, S., 1993, Tantangan Dinamika Obat Alam Dan Peran Apoteker Dalam
Buletin ISFI, Yogyakarta, Hlm : 9-10Taylor, W.J.R., 2004, Antimalarial DrugEvaluations,http://digilib.litbang.depkes.go.id/xml.php?id=jkpkbppk-gdl-grey-1995-wjr-1367-antimalari, diakses tanggal 25 April 2006.
Price, S. A., and Wilson, L. M, 1992, Phatophisiology, Clinical Concepts of
Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah dan Caroline Wijaya (1995), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi IV, 35-37, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Homogeneous Subsets
SELISIH
Scheffea
3 .0346673 .0466673 .053733
.178
DOSIS11.9509.75010.795Sig.
N 1
Subsetfor alpha
= .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 11. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data orientasi selang waktu pemberian natrium diklofenak dosis efektif beserta uji Scheffe.
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets SELISIH
Scheffea
3 .0253003 .0422673 .0481673 .066500
1.000 .678 1.000
WAKTU45.0030.0015.0060.00Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 12. Hasil Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95 % data persen (%) daya anti-inflamasi uji perlakuan pada hewan uji beserta hasil uji Scheffe.