ANALISIS SIKAP SISWA SMU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DILIHAT DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA SISWA, PRESTASI BELAJAR DAN JENIS KELAMIN SISWA Studi kasus : Siswa kelas II SMU Negeri I Kalasan, Sleman, Yogyakarta SKRIPSI Oleh: IGNASIUS ISWANTO 991324030 POGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileanalisis sikap siswa smu terhadap pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dilihat dari status sosial ekonomi orang tua siswa,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS SIKAP SISWA SMU TERHADAP PELAKSANAAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DILIHAT DARI STATUS
SOSIAL EKONOMI ORANG TUA SISWA, PRESTASI BELAJAR DAN
JENIS KELAMIN SISWA
Studi kasus : Siswa kelas II SMU Negeri I Kalasan, Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Oleh:
IGNASIUS ISWANTO 991324030
POGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“We can do no gret things ;
only small thing with
great love”
(Bunda Teresa)
“The reward of
a thig well done is
to have done it”
(Ralph Waldo Emerson)
“I stand by all the misstatement that I’ve made”
(Dan Quayle)
“The best and most beautiful thing in life can’t be seen, no touched, but are
felt in the heart”
(Helen Keller)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang slalu melimpahkan rahmatnya
Bunda Maria yang slalu membimbingku
Bapak dan Ibu tercinta
Nenek tercinta
Om dan Tante tercinta
Adik dan keponakan – keponakanku tersayang
Kekasihku Khaerunissa Sekarjati
Dan semua orang yang membaca skripsi ini
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2007
Penulis
Ignasius Iswanto
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
ANALISIS SIKAP SISWA SMU TERHADAP PELAKSANAN KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI DILIHAT DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG
TUA SISWA, PRESTASI BELAJAR DAN JENIS KELAMIN SISWA
Studi kasus : Siswa Kelas II SMU N I Kalasan, Sleman, yogyakarta
Ignasius Iswanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2007
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap
pelaksanaan kurikulum Berbasis Kompetensi, apakah ada perbedan sikap siswa terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis kompetensi berdasarkan status sosial ekonomi orang
tua, apakah ada perbedan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi berdasarkan pretasi belajar dan apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi berdasarkan jenis kelamin siswa.
Populasi penelitian ini adalah siswa – siswi kelas II SMU Negeri I Kalasan yang
berjumlah 240 siswa dengan perincian, 101 siswa laki – laki dan 139 siswa perempuan.
Sampel yang diambil berjumlah 60 siswa dengan perincian, 25 siswa laki – laki dan 35
siswa perempuan, dengan metode proportional random sampling. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data yag
digunakan adalah one way ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas II SMU Negeri I Kalasan
bersikap positif terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, tidak ada
perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis kompetensi
berdasarkan status sosial ekonomi orang tua ( F hitung = 2,355 < F tabel = 3,15 ), tidak
ada perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
berdasarkan pretasi belajar ( F hitung = 1,445 < F tabel = 3,15 ), tidak ada perbedaan
sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi berdasarkan jenis
kelamin siswa ( F hitung = 0,049 < F tabel = 3,15 ).
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS’ ATTITUDE TO THE
IMPLEMENTATION OF COMPETENCY BASED CURRICULUM VIEWED
FROM PARENTS SOCIAL ECONOMIC STATUS, STUDENTS’ LEARNING
ACHIEVEMENT, AND STUDENTS’ SEX
A Case Study : Second Grade Students of “SMU N 1 Kalasan”, Sleman, Yogyakarta
Ignasius Iswanto
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2007
This research was aimed to find out : (1) the students’ attitude to the
implementation of competency based curriculum, (2) wether or not there were any
differences of the students’ attitude to the implementation of competency were based
curriculum viewed from the parents social economic status, students’ learning
achievement, and students’ sex.
This research population was the 240 second grade students of “SMU N 1
Kalasan” that consisted of 101 male students and 139 female students. The sample
taken were 60 students consisted of 25 male students and 35 female students, using
proportional random sampling method. The data gathering techniques used were
questionnaire and documentation. The data analysis technique that used was one way
ANOVA.
The research result shows that the second grade students of “SMU N 1”
Kalasan” have a positive attitude to the implementation of competency based
curriculum, and there is no difference attitude to the implementation of competency
based curriculum viewed from the parents social economic status (F count = 2,355 <
F table = 3,15), from students’ learning achievement (F count = 1,445 < F table =
3,15), and students’ sex (F count = 0,049 < F table = 3,15).
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas rahmat
dan karunia-Nya yang telah di limpahkan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“ Analisis Sikap Siswa SMU terhadap Pelaksanaan Kurikulum Berbasis kompetensi
Dilihat dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa, prestasi Belajar Dan Jenis
Kelamin Siswa “ dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah memberi dukungan,
bantuan, dan perhatian kepada penulis, sehingga pada kesempatan ini penulis hendak
menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghormatan kepada :
1. Drs. T. sarkim, M. Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Sanata Dharma.
3. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi
Universitas Sanata Dharma.
4. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A. selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar
membimbing serta memberi masukan dan dorongan kepada penulis.
5. YMV. Mudayen, S.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membantu dan
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. P.A. Rubiyanto. Yang telah membantu dan memberi masukan dalam penulisan
skripsi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Sukisno, S.Pd. selaku kepala sekolah SMU N I Kalasan yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Imam Puspadi, S.Pd. selaku wakasek Humas SMU N I Kalasan yang telah
meluangkan waktunya dan membantu penulis dalam mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan penulis.
9. Segenap Bapak/Ibu guru SMU N I Kalasan yang telah membantu dan memberikan
informasi kepada penulis.
10. Siswa/siswi Kelas II SMU N I Kalasan yang telah meluangkan waktu untuk mengisi
angket dalam penelitian.
11. Bapak/Ibu Dosen Prodi PEK yang telah membagikan ilmunya kepada saya selama
ini, dan dengan sabar membimbing kami selama kuliah.
12. Sekretariat Prodi PEK dan PAK (Mbak Titin, Mbak Aris, Pak Wawiek) yang telah
membantu dalam berbagai macam urusan kuliah sampai saat ini.
13. Kedua Orang tuaku (Al. Sumarno dan Ch. Marminem) atas semua perhatian, doa dan
bimbingan yang diberikan sampai saat ini.
14. Simbah Putri, terima kasih atas semua kasih sayang dan doanya.
15. Om dan Tante (Om Mardi & Tante Titik, Om Bambang & Tante Menik Om, Om Edi
& Tante Bining, Om Budi & Tante Marni, Om Ririn & tante Kining, Om Agiek
& Tante Yanti“ slamat atas Si kembar “) makasih atas motivasi dan dukungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan penting
untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih
menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan
kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Dirjen Pendidikan Dasar dan
menengah Departemen Pendidikan Nasional (2000) mengungkapkan bahwa
salah satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang dikembangkan di
Indonsia adalah kurangnya perhatian pada output. Standar kompetensi apa
yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan
belajar belum mendapat perhatian semestinya.
Dalam menetapkan standar kompetensi pendidikan nasional,komitmen
merupakan kunci keberhasilan dan dalam hal ini keterlibatan masyarakat
mulai dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, lembaga penelitian, organisasi
protesi, universitas, LSM, pengamat pendidikan dan perwakilan peserta didik
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab seluruh
lapisan masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.
Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, yang mendapat perhatian
besar adalah iklim pembelajaran yang kondusif bagi terlaksananya kurikulum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang fleksibel, sesuai dengan potensi sekolah. Kurikulum yang dimaksud
adalah kurikulum 2004 yang disebut sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).
Pada saat ini terjadi perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan
dalam penyusunan kurikulum baru pada jenjang dan satuan pendidikan.
Peraturan perundang-undangan yang baru tentang otonomi daerah telah
membawa implikasi terhadap paradigma pengembangan kurikulum, antisipasi
keadaan masa datang demi mempersiapkan generasi muda yang memiliki
kompetensi yang multidimensional. KBK dikembangkan untuk memberikan
keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan,
ketidakpastian dan kerumitan-kerumitan dalam penghidupan. KBK ditujukan
untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun
identitas budaya bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar. Kurikulum yang diterapkan
sebelum KBK adalah kurikulum 1994. Dimana di dalam kurikulum 1994 guru
lebih aktif dibandingkan dengan siswa, dimana peserta didik dipandang
sebagai kertas putih yang perlu ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan.
Sedangkan pada kurikulum berbasis kompetensi, peserta didik berada dalam
proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian
(Mulyasa, 2002 : 166).
KBK mulai diuji cobakan pada beberapa sekolah mulai tahun ajaran
2003/2004. Karena merupakan sesuatu yang baru, maka masih menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
perbedaan sikap dari komponen-komponen. Siswa sebagai salah satu
komponen pelaksana dalam KBK tentunya memiliki sikap tersendiri berkaitan
dengan KBK. Sikap seseorang sering bersumber pada suatu nilai, yaitu
sesuatu yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi. Seseorang yang bersikap
tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek, berdasarkan
penilaian terhadap obyek itu sebagai hasil yang berguna/berharga baginya atau
tidak (Winkel, 1989 : 16). Demikian juga sikap siswa terhadap pelaksanaan
KBK akan menunjukan bagaimana siswa tersebut dapat menerima atau
menolak pelaksanaan KBK disekolahnya. Sikap siswa terhadap KBK sangat
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan lingkungannya.
Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang (individu)
dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono, 1973 : 100). Seorang
siswa yang orangtuanya mempunyai sosial ekonomi tinggi akan terpenuhi
semua kebutuhannya termasuk kebutuhannya dalam penyediaan sarana belajar
sehingga ia tidak kesulitan dalam menerima pelaksanaan KBK. Prestasi
belajar yang dicapai siswa juga akan berpengaruh pada sikapnya dalam
menerima atau tidak pelaksanaan KBK di sekolah. Siswa yang memiliki
prestasi belajar yang tinggi berarti siswa tersebut dapat menerima penerapan
KBK dan bersikap positif terhadap KBK. Faktor lain yang mempengaruhi
sikap adalah jenis kelamin. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan akan
menimbulkan perbedaan dalam bersikap terhadap suatu obyek (Gilarso,
2002:3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dalam penelitian ini akan mengambil tempat di SMU Negeri 1
Kalasan, dimana sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di Kalasan
dan sudah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, serta memiliki siswa
yang berasal dari status sosial ekonomi yang beragam.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk melihat
bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan KBK. Berdasarkan latar
belakang inilah, maka diambil judul “Analisis Sikap Siswa SMU Terhadap
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dilihat dari Status Sosial
Ekonomi Orang Tua , Prestasi Belajar dan Jenis Kelamin Siswa”.
B. Batasan Masalah
Dalam menganalisis sikap siswa terhadap KBK dapat dilihat dari
banyak faktor, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Berhubung adanya
keterbatasan biaya, waktu, tenaga, dan kemampuan peneliti, maka penelitian
ini dibatasi pada status sosial ekonomi, prestasi belajar dan jenis kelamin
siswa.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas mengenai sikap siswa terhadap
kurikulum berbasis kompetensi maka dapat ditarik suatu permasalahan:
1. Bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan KBK?
2. Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi berdasarkan status sosial ekonomi orang tua?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum
Berbasis Kompetensi berdasarkan prestasi belajar siswa?
4. Apakah ada perbedaan sikap terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi berdasarkan jenis kelamin siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi berdasarkan status sosial
orang tua.
c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi berdasarkan prestasi belajar
siswa.
d. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi berdasarkan jenis kelamin
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan pikiran kepada pihak sekolah mengenai
sikap siswa terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi.
b. Agar dapat menentukan kebijakan yang terkait dengan sikap siswa
terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Bagi siswa
Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan sikap siswa yang positif
terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi.
3. Bagi Mahasiswa
a. Memperkaya pengetahuan tentang sikap siswa terhadap Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
b. Melatih dan mengaplikasikan pengetahuan teoritik kedalam dunia
praktek.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
perpustakaan Sanata Dharma dan menjadi bahan pembanding bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian sejenis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sikap
1. Pengertian Sikap
Definisi sikap menurut Berkowitz seperti dikutip oleh Azwar
(1988:3) secara singkat disebut bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
ialah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Menurut La Pierre yang dikutip oleh Azwar (1988:9-10)
mendefinisikan sikap sebagai, “suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipasi, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap”.
Pengertian sikap menurut Philip Kolter seperti dikutip Iswanto
(skripsi, 2000:10) sebagai berikut “sebuah sikap menggambarkan
penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan emosional
dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu
terhadap obyek atau gagasan”.
2. Karakteristik Sikap
Sesungguhnya sikap dapat dipahami lebih dari sekedar seberapa
positif atau seberapa negatifnya sesuatu. Sikap dapat diungkapkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dipahami dari dimensinya yang lain. Menurut Azwar, karakteristik sifat
(1988:9-10):
a) Sikap memiliki arah artinya, sikap terpilih pada dua arah kesetujuan atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek.
b) Sikap memiliki intensitas artinya, kedalaman dan kekuatan terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin berbeda.
c) Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya kesetujuan atau tidak eksetujuan terhadap suatu obyek spesifik tapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap.
d) Sikap memiliki konsistensi maksudnya, kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya suatu obyek.
e) Spontanitas maksudnya, menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan, sikap dikatakan memiliki spontanitas tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengungkapkannya.
3. Struktur Sikap
Azwar mengatakan (1988:17-20) bahwa struktur sikap terdiri dari
tiga komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif maksudnya komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap, kepercayaan tersebut datang dari apa yang dilihat atau diketahuinya. Berdasarkan apa yang telah dilihatnya itu, kemudian terbentuklah suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Tetapi kadang-kadang kepercayaan dapat terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai obyek yang dihadapinya.
2. Komponen afektif maksudnya, menunjukkan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu reaksi emosional yang merupakan komponen efektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan.
3. Komponen konatif perilaku maksudnya, menunjukkan bagaimana perilaku dan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen ini meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi perilaku pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan yang diucapkan oleh seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
4. Pembentukan Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
Azwar (1988:24-31) adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi yaitu tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sehingga penghayatan akan pengalaman menjadi lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting maksudnya, orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting bagi kita akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
c. Pengaruh kebudayaan maksudnya, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaannyalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.
d. Media massa yaitu media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama artinya, lembaga pendidikan serta agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
f. Pengaruh faktor emosional artinya, kadang-kadang suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula mendapatkan sikap bertahan lama.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
menurut Suharsimi (1990:259-268) :
1) Hal-hal yang ada didalam diri siswa
a. Keadaan dan kondisi tubuh, baik yang dapat dilihat secara nyata dari
luar maupun tidak (seperti jenis kelamin), seseorang akan
terpengaruh dari apa yang ada dalam dirinya tersebut. Bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
mereka bersikap dan berperilaku sangat dilandasi oleh bagaimana
orang tersebut menyadari akan dirinya.
b. Keadaan psikis dan prestasi belajar akan berpengaruh terhadap sikap
dan perilakunya. Apabila siswa kurang teliti, malas, merasa tidak
pandai dan memiliki prestasi belajar yang rendah serta sifat negatif
lainnya akan mengganggu arus komunikasi belajar.
2) Hal-hal yang ada diluar diri siswa
a. Guru merupakan satu diantara beberapa faktor diluar diri siswa yang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa dikelas dan di
lingkungan sekolah.
b. Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-
wakilnya yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi sikap
dan perilaku siswa.
c. Teman-teman merupakan lingkungan yang mempengaruhi siswa
dalam bersikap dan berperilaku. Lingkungan yang positif akan
memberi pengaruh yang positif pada siswa dalam bersikap dan
menerima hal-hal yang baru.
d. Orang tua siswa merupakan sumber lain sebagai salah satu faktor
yang ikut menentukan sikap dan perilaku siswa. Seperti status sosial
ekonomi yang dimiliki orang tua akan mempengaruhi sikap dan
perilaku siswa disekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
e. Jenis Kelamin
Menurut Gilarso (1997:2), perbedaan keadaan fisik dan
psikologi seseorang dapat mempengaruhi perbedaan sikap.
Perkembangan fisiologi dan psikologi laki – laki dan perempuan
mempunyai perkembangan yang berbeda. Dari perbedaan jenis
kelamin tersebut, berbeda pula dalam hal cara berpikir, bersikap,
perhatian, perasaan, bakat- bakatnya, pandangan, dan sebagainya.
Perbedaan inilah yang menjadi alasan penulis untuk menganalisis
perbedaan sikap laki–laki dan perempuan terhadap pelaksanan
KBK.
5. Pengukuran Sikap
Penelitian tentang sikap memerlukan suatu ukuran-ukuran sikap
keobyektifan hasil dari penelitian tergantung dari pada kepekaan dan
kecermatan pengukurnya. Hal yang perlu untuk diperhatikan adalah
masalah metodologi dan instrumennya agar dapat dikembangkan dan
dipengaruhi untuk mengukur sikap. Ada beberapa macam pengukuran
sikap, namun garis besarnya, dibedakan menjadi secara langsung dan
tidak langsung (menurut Partini seperti dikutip Iswanto (skripsi, 2000:18-
20)).
a. Pengukuran sikap secara langsung
Pengukuran sikap secara langsung pada dasarnya menggunakan
sejumlah item yang disusun secara hati-hati, seksama, selektif sesuai
dengan kriteria tertentu. Obyek secara langsung diminta pendapatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tentang sikap terhadap suatu masalah atau hal yang dapat diharapkan
padanya, adapun pengukuran sikap yang sering digunakan adalah :
1) Skala Thruston
Skala ini terdiri dari kumpulan pendapat yang memiliki
rentangan dari hal yang sangat positif ke arah yang sangat negatif
terhadap obyek sikap pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan
kelompok individu-individu yang diminta menentukan pendapatnya
pada suatu rentangan 1 sampai 11, dimana angka satu menunjukkan
pendapatan sikap yang paling positif dan angka 11 menunjukkan
sikap paling negatif. Prosedur untuk membuat sejumlah pernyataan
ini cukup kompleks.
2) Skala Likert
Skala ini menggunakan sejumlah pernyataan untuk mengukur
sikap yang mendasarkan pada rata-rata jawaban pertanyaan yang
telah dirumuskan kemudian dibagikan kepada responden. Kemudian
responden diminta untuk menunjukkan tingkat dimana mereka
setuju atau tidak setuju, diharapkan atau tidak diharapkan, untuk
selanjutnya sikap pernyataan diberi skor guna untuk menunjukkan
sikap responden skor 5 ditentukan kepada responden yang
menjawab sangat setuju, skor 1 diberikan untuk menjawab sangat
tidak setuju.
Menurut Azwar (1988:109), berawal dari sejumlah pernyataan
sikap yang jumlahnya cukup banyak yang tidak diketahui nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
skalanya sepanjang suatu kontinum psikologis, penyusunan skala
sikap bersumsi bahwa, pertama setiap pernyataan sikap yang
dibuatnya dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang
favorable atau pernyataan yang tak favorable. Kedua jawaban yang
diberikan oleh subjek yang mempunyai sikap favorable harus diberi
bobot/nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
subjek yang tidak mempunyai sikap tak favorable.
Sekumpulan pernyataan sikap dikenakan kepada kelompok
subjek yang hendak diukur sikapnya terhadap suatu objek
psikologis. Dalam menjawab pernyataan sikap tersebut subjek
diminta menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap
isi pernyataan dalam 4 macam kategori jawaban, yaitu:
a. Sangat tidak setuju (STS)
b. Tidak setuju (TS)
c. Setuju (S)
d. Sangat setuju (SS)
Tujuan penentuan penilaian skala sikap adalah hendaknya
memberikan bobot tertinggi bagi jawaban yang paling favorable.
Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang
favorable dan respon tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak
favorable.
Dari kategori di atas dapat diringkas dalam suatu pernyataan
dapat berisi hal-hal positif mengenai objek sikap, yaitu yang berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
suatu pernyataan yang mendukung atau yang memihak pada objek
sikap (favorable) disebut pernyataan yang favorable.
Suatu pernyataan sikap dapat pula berisi hal-hal yang negatif
mengenai objek sikap. Hal negatif dalam pernyataan sikap ini sifatnya
tidak memihak atau tidak mendukung terhadap obyek sikap dan
karenanya disebut dengan pernyataan yak tak favorable.
3) Skala Bogardus
Skala ini kuantitatif mengukur tingkat atau jarak skor terhadap
kelompok satu dengan kelompok lainnya. Masing-masing pertanyaan
diberi skor dengan angka paling tinggi dan paling rendah.
4) Skala perbedaan sematik
Responden diminta untuk menentukan sikap terhadap obyek pada
ukuran sangat berbeda, Responden diminta menentukan suatu skala
yang bersifat berlawanan, yaitu positif dan negatif, pasif atau aktif,
baik atau buruk dan sebagainya. Skala ini terkecil atas tujuh ukuran
dan angka di tengah (4), angka ini menunjukkan ukuran yang secara
relatif netral. Skor sikap individu diperoleh dengan menjumlahkan
semua jawaban, skor yang tinggi berarti sikap terhadap obyek positif
sedangkan skor terendah adalah negatif.
b. Pengukuran sikap secara tidak langsung
Dalam pengukuran ini peneliti menggunakan alat-alat tes seperti
gambar-gambar, responden diminta untuk menceritakan apa yang
dilihat dalam gambar, jawaban responden kemudian diberi skor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
B. Kurikulum
Menurut Dr. Boediono, Kepala Balitbang (2002:6), “kurikulum
disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional”. Mutu
pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka, berdemokrasi dan mampu bersaing sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia.
Menurut Nana Sudjana seperti dikutip Iswanto (Skripsi,2000:26)
kurikulum dapat diartikan:
“Program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan tersusun secara sistematis, diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan kompetensi sosial anak didik”. Wester’ new collegiate dictionary menyatakan bahwa: curriculum as a
course of study as in college, the whole body of fered in an educational
institution or by a department there of. (Allan & Linda, 1995: 03)
Ada dua hal yang tersirat dalam pengertian kurikulum, pertama adalah
program atau rencana atau niat/harapan/keinginan. Pada hakekatnya
kurikulum potensial, wujud nyatanya adalah buku kurikulum yang dituangkan
dalam garis-garis besar program pengajaran beserta petunjuk pelaksanaannya.
Kedua, adalah pengalaman belajar atau kegiatan nyata hakekatnya adalah
kurikulum aktual, wujudnya adalah kegiatan nyata pada proses belajar
mengajar berlangsung atau lebih populer disebut proses pengajaran
(instruksion). Oleh sebab itu kurikulum pengajaran tidak bisa dipisahkan
tetapi hanya bisa dibedakan. Kurikulum adalah rencana atau program belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dan pengajaran adalah pelaksana atau operasionalisasi dari rencana dan
program.
C. Kompetensi
Keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional
dan internasional, kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis
kompetensi. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak.
Menurut Mulyasa (2002:38), kompetensi adalah:
“Competency is a knowledge, skills, and abilities of capitalities that a
person achieves, which become part of his or her being to the eNegeri I
Kalasanenthe or she can satisfaktorily perform particular cognitive,
effective, and psychomotor behaviors”.
Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Menurut kamus Bahasa Indonesia kompetensi berarti (kewenangan)
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar
kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.
Menurut W. Mulyasa dikutip dari Cunkolton (2002:38) mengartikan
kompetensi sebagai penguasaan suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang
harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
pelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Untuk itu, kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara pendidik
dengan dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis
kompetensi yang perlu diajarkan kepada peserta didik dan sekolah.
Menurut Boediono, Kepala Balitbang (2002:1) “kompetensi merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan betindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara
konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten,
dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu”.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam
kurikulum sebagai berikut : (1) kompetensi berkenaan dengan kemampuan
siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, (2) kompetensi
menjelaskan penglaman belajar yang dilakui siswa untuk menjadi kompeten,
(3) kompeten merupakan hasil belajar (learning outcome) yang menjelaskan
hal-hal yang dilakukan siswa melalui proses pembelajaran, (4) kehandalan
kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas
dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
D. Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Boediono (2002:1) adalah
Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Menurut Mulyasa (2002:39) Kurikulum berbasis Kompetensi
merupakan :
Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap perangkat kompetensi tertentu. Menurut Depdiknas (2002) kompetensi merupakan pengetahuan dan
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah.
b. Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Depdiknas, 2002 dalam Mulyasa, 2004: 42):
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individu
maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar dan keragaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode bervariasi
4. Sumber belajar bukan saja hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
c. Prinsip-prinsip KBK
Prinsip-prinsip dalam pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Depdikbud, 2002 dalam Mulyasa, 2004:70):
a. Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur: keyakinan dan nilai-nilai yang
dianut masyarakat berpengaruh pada sikap dan arti hidupnya.
b. Penguatan Integritas Nasional: Penguatan integritas nasional dicapai
melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat
Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban bangsa Indonesia
dalam tatanan peradaban dunia yang multikultur dan multibahasa.
c. Keseimbangan antara etika, logika, estetika, dan kinestika:
keseimbangan pengalaman belajar siswa meliputi etika, logika, estika,
dan kinestika sangat dipertimbangkan daam menyusun kurikulum dan
hasil belajar.
d. Kesamaan memperoleh kesempatan: penyediaan tempat yang
memberdayakan semua siswa untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap sangat diutamakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
e. Abad pengetahuan dan teknologi informasi: kemampuan berpikir dan
belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk
mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian.
6. Pengembangan keterampilan hidup: kurikulum perlu memasukkan untuk
ketrampilan hidup agar siswa memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku
adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan.
7. Belajar sepanjang hayat: pendidikan berlanjut sepanjang hidup manusia
untuk mengembangkan, menambah kesadaran, dan selalu belajar
memahami dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang.
8. Berpusat pada anak dengan penilaian berkelanjutan dan komprehensif:
upaya mendirikan siswa untuk belajar, dan menilai diri sendiri sangat
perlu diutamakan agar siswa mampu membangun pengetahuan dan
pemahamannya.
9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan: semua pengalaman dirancang
secara berkesinambungan, pendekatan yang digunakan dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan sisa yang
bervariasi dan mengintegrasi berbagai disiplin ilmu.
KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu
oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa, sehingga pencapaian dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
keberhasilan. KBK menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk
melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Aspek- aspek dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut Boediono (2002:24) Kurikulum Berbasis Kompetensi
mempunyai 5 aspek yaitu Aspek Pemahaman atas tujuan KBK, Aspek
Pemahaman atas materi, Aspek Metode Pembelajaran, Aspek Penilaian
Berbasis Kelas dan Aspek kompetensi dan Hasil Belajar.
a. Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Tujuan pendidikan nasional menurut Mulyasa (2002:21), secara
makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat
otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan dalam
pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu
menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan
memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika,
memiliki nalar, berkemampuan komunikasi sosial, dan berbadan sehat
sehingga menjadi manusia mandiri.
Tujuan utama KBK adalah memandirikan atau memberdayakan
sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Pemberian
wewenang kepada sekolah diharapkan dapat mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipasif. Pemerataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pendidikan tampak pada tumbuhnya partisipsai masyarakat terutama
yang mampu peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi
tanggung jawab pemerintah.
Acuan di atas menjadi sosok manusia Indonesia lulusan dari
jenjang pendidikan menengah umum dan memiliki ciri sebagai berikut :
(1) memiliki keimanan dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa
mulai mapan, (2) memiliki etika (sopan santun dan beradab),
(3) memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum,
kreatif, inisiatif serta memiliki tanggung jawab), (4) kemampuan
berkomunikasi/sosial (tertib, sadar aturan dan perundang-undangan,
dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang
lain, dan dapat berkompromi, (5) dapat mengurus dirinya dengan baik.
b. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran memiliki kedudukan penting, yaitu sebagai
pusat kegiatan pembelajaran dan berfungsi sebagai alat pembelajaran
yang strategis bagi guru dan siswa.
Materi adalah bahan ajaran yang berisi konsep, fakta, prinsip-
prinsip, dan prosedur yang dirancang berdasarkan pendekatan dan
sistematika tertentu untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran
(Werdiningsih, 1998 : 3).
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting
dalam sistem pembelajaran dan memiliki kedudukan penting, yaitu
sebagai pusat kegiatan pembelajaran dan berfungsi sebagai alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pembelajaran yang strategis bagi guru dan siswa (Wilkins melalui
Werdiningsih, 1998 : 34).
Tujuan pengembangan materi adalah untuk mempersiapkan
kelangsungan kegiatan pembelajaran yang selalu diisi dengan bahan-
bahan yang selalu baru, ditampilkan dengan cara baru, dan disiasati
dengan strategi yang baru pula.
Materi pembelajaran memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Sahih,
artinya harus teruji kebenarannya dan kesahihannya, (2) tingkat
kepentingannya, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan,
(3) kebermanfaatan, artinya materi memberikan dasar pengetahuan dan
ketrampilan untuk kejenjang lebih lanjut, (4) layak dipelajari,
(5) menarik minat, (6) Alokasi waktu, artinya waktu perlu ditentukan
dalam perencanaan pembelajaran, (7) sarana dan sumber belajar,
artinya sarana dan sumber belajar membantu siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. (Boediono, 2002: 14-15).
Sedangkan menurut Siahaan (1987 : 81) menguraikan beberapa
prinsip dasar dalam mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan
pendekatan komunikatif. Prinsip-prinsip ini adalah (1) materi harus
terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, (2) Rancangan materi harus
lebih menekankan proses belajar mengajar dan bukan pokok bahasan
(content), dan (3) Materi harus memberikan dorongan kepada
pembelajaran untuk berkomunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Metode pembelajaran
Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun
gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan hal itu
secara lancar dan termotivasi.
Suasana belajar harus diciptakan, siswa harus dilibatkan secara
aktif mengamati, bertanya, dan mempertanyakan, menjelaskan, dan
sebagainya. Tidak membantu siswa terlalu dini, menghargai usaha siswa
walaupun hasilnya belum memuaskan, dan menentang siswa berbuat dan
berpikir merupakan contoh strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa menjadi pembelajar seumur hidup. (Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2002).
d. Penilaian Berbasis Kelas
Menurut Boediono (2002:24) bahwa penyempurnaan kurikulum
merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan. Indikator keberhasilan
pembaharuan kurikulum ditujukan dengan adanya perubahan pada pola
kegiatan belajar mengajarm memilih media pendidikan dan menentukan
pola penilaian yang menentukan hasil.
Pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh
perubahan praktik-praktik pembelajaran di kelas (KBM) yang dengan sendirinya
akan mengubah praktik-praktik penilaian. Selama ini praktik kurang
menggunakan cara dan alat yang lebih bervariasi, penilaian lebih diarahkan pada
penguasaan bahan yang diujikan dalam bentuk tes obyektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan kurikulum 1994 diketahui bahwa
guru mutlak perlu melatihkan siswa untuk :
1. Mengungkapkan pemahamannya dengan kalimat sendiri, baik lisan
maupun tulisan.
2. Menyatakan gagasan khususnya dalam bentuk gambar, grafik, diagram,
atau simbil-simbol lainnya.
3. Mengembangkan keterampilan fungsional sosial, proses, grafik, diagram,
atau simbol-simbol lainnya.
4. Menggunakan lingkungan (alam, sosial, dan budaya) sebagai sumber dan
media belajar.
5. Khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris perlu
menugaskan siswa membuat laporan penelitian, ringkasan atau tulisan.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penilaian berbasis kelas dilakukan untuk
memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan konatif dengan
menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak
resmi dengan berkesinambungan. PBK diharapkan bermanfaat untuk memperoleh
keutuhan gambar (profile) prestasi dan kemajuan belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Hasil PBK berguna untuk:
1) Umpan balik siswa dalam mengetahui kemampuan dan
kekurangannya, sehingga menimbulkan motivasi untuk
memperbaiki hasil belajar.
2) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa
sehingga memungkinkan dilakukan pengayaan dan remidiasi untuk
memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan
kemampuannya.
3) Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya di kelas.
4) Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan
walaupun dengan kecepatan belajar berbeda-beda.
5) Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat
tantang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat
meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.
Penilaian berbasis kelas sebagai komponen kurikulum berbasis
kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Menekankan pada ketercapaiannya kompetensi siswa.
2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcome) dan perbedaan
individual siswa.
3) Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam
penyampaian dan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4) Menggunakan sumber belajar yang meluas (guru, siswa, narasumber,
dan multi media).
5) Menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian kompetensi.
e. Kompetensi dan Hasil Belajar
Menurut Boediono (2002:24) Kompetensi dasar merupakan
pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang harus direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak setelah siswa menyelesaikan satu aspek atau sub aspek
mata pelajaran tertentu. Kompetensi menentukan apa yang harus
dilakukan siswa untuk mengerti, menggunakan, meramalkan,
menjelaskan dan mengapresiasi atau menghargai.
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap
siswa dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.
Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus
dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan
ukuran untuk menilai ketercapaiannya hasil belajar.
Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah
kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian
pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Oleh karena itu, untuk
menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu
kompetensi perlu disusun prosedur penilaian yang biasanya dituangkan
dalam kisi-kisi pengukuran, seperti : (1). Menetapkan aspek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
hendak diukur, (2) alat penilaian, seperti tes prestasi belajar,
pengumpulan dokumen, (3) menentukan teknik pengukurannya, seperti tes
tertulis, lisan, perbuatan. (4) bentuk soal beserta pedoman penyekorannya.
Pengambilan Keputusan Hasil Belajar.
Ada tiga aspek yang dipertimbangkan dalam mencatat atau merekam dan
menentukan hasil belajar siswa yaitu:
a) Kriteria untuk menilai hasil belajar
Kriteria ini diperlukan untuk menentukan pencapaian indikator hasil
belajar yang sedang diukur. Dalam pengembangan kriteria ini untuk
menentukan kualitas respon siswa, perlu menggunakan sejumlah
pertimbangan penting: (1) kriteria harus meluas tetapi tidak memakan
waktu sehingga sulit dilaksanakan, (2) dapat dipahami dengan jelas oleh
siswa, orang tua, dan guru, (3) mencerminkan keadilan tidak
merefleksikan variabel yang bias latar belakang budaya, sosial-ekonomi,
ras, dan gender.
b) Pengambilan keputusan terhadap hasil belajar siswa
Keputusan terhadap suatu hasil belajar bermanfaat untuk membantu
siswa untuk merefleksikan apa yang mereka ketahui, bagaimana mereka
belajar, dan mendorong tanggungjawab mereka belajar. Keputusan
penilaian dapat dibuat oleh guru, sesama siswa atau oleh dirinya sendiri.
Pengambilan keputusan perlu menggunakan pertimbangan yang
berbeda-beda dan membandingkan hasil penilaian. Pengambilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
keputusan harus dapat membimbing pada perbaikan pencapaian hasil
belajar siswa.
c) Jenis-jenis hasil pengambilan keputusan
Keputusan tentang suatu penilaian dibuat dengan skala untuk
keseluruhan indikator pencapaian dan tergambarkan dalam sebuah skor
tunggal yang dirujuk sebagai pertimbangan final. Tes yang digunakan
dalam penilaian beracuan kriteria, adakalanya dirancang untuk
menghasilkan satu angka untuk setiap sasaran dan tidak hanya satu
angka untuk setiap satu pencapaian tujuan.
E. Perbedaan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum 1994
Menurut Setyadi Markus (Kompas, 5 Oktober 2002) “Dalam konsep KBK
ada beberapa hal yang sebenarnya bukanlah hal yang baru, misalnya perlu
menggunakan metode mengajar yang variatif, mengubah metode teacher
oriented menjadi student oriented”. Perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK
adalah sebagai berikut: Kurikulum 1994 mengajar adalah mengisi botol
kosong, maka jalan yang efektif adalah ceramah dan drill soal. Dalam KBK
melatih guru untuk menggunakan berbagai macam metode mengajar dengan
inti bahwa siswalah yang harus berperan lebih banyak.
Menurut Boediono (2002:3) kurikulum 1994 bertujuan memberitahukan
kepada pelaksana pendidikan, terutama guru tentang apa yang harus diajarkan.
Sedangkan KBK memberitahukan kepada guru tentang kompetensi-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kompetensi yang harus dikembangkan oleh siswa, melalui proses
pembelajarannya.
Menurut Mulyasa (2002:166-167) perbedaan KBK dengan Kurikulum 1994:
No. Kurikulum 1994 KBK
1. 2. 3. 4.
Menggunakan pendekatan penguasaaan ilmu pengetahuan alam, yang menekankan pada isi atau materi. Standar akademis yang ditentukan secara seragam bagi setiap peserta didik. Berbasis konten, siswa dipandang sebagai kertas putih yang harus ditulisi. Guru merupakan kurikilum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas.
Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu Standar kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan belajar maupun konteks sosial. Berbasis kompeten, peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkoordinasikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik.
F. Perbedaan dan Karakteristik siswa
Mulyasa (2002:120) mengungkapkan bahwa sedikitnya terdapat lima
perbedaan siswa yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berbasis
kompetensi yaitu: tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat fisik, kebutuhan, dan
perkembangan kognitif.
1. Perbedaan tingkat kecerdasan
Till (1971:326) menggolongkan IQ yaitu: golongan terendah yang memiiki
IQ 0-50 dimana yang memiliki IQ antara 25-50 disebut lemah pikiran atau
cacat mental, golongan yang memiliki IQ antara 50-70 dikenal dengan
golongan Moron atau keterbatasan mental, anak disebut bodoh jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
memiliki IQ antara 70-90, anak yang bisa belajar normal memiliki IQ
antara 90-110, dan anak yang memiliki IQ 110-130 disebut jenius.
Beberapa ahli memberikan batasan kacerdasan atau intelegensi
diantaranya Kendler yang menyatakan bahwa intelegensi adalah
kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar, atau mengintegrasikan
pengalaman-pengalaman baru dan mengadaptasikan situasi-situasi baru.
Sedangkan Binet (1916 dalam Mulyasa 2004:125) menyatakan bahwa
intelegensi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan dengan baik.
Terman (1916 dalam Mulyasa, 2004:125) mendefinisikan intelegensi
sebagai kemampuan untuk berpikir tentang gagasan-gagasan yang abstrak.
Proyek perintis sekolah pembangunan pernah dilaksanakan untuk
melayani perbedaan tingkat kecerdasan dimana program ini menggunakan
modul, dengan sistim maju berkelanjutan. Program inilah yang akan
dikembangkan kembali oleh pemerintah melalui KBK dengan format yang
berbeda.
2. Perbedaan kreativitas
Darley (1986 dalam Mulyasa 2004:128) mengemukakan bahwa kreativitas
sering merupakan proses yang terdiri dari 4 tahap, yaitu : persiapan,
pengeraman, penjelasan, dan pembuktian. Selain itu ada dua kondisi yang
diperlukan untuk pembuatan kreatif, yaitu ketersediaan unsur-unsur yang
bisa dikombinasikan sebagai cara baru, dan adanya tujuan yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3. Perbedaan cacat fisik.
Perbedaan individu dalam hal cacat fisik, antara lain adalah : penglihatan,
pendengaran, kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena
kerusakan otak (Mulyasa, 2002 : 129). Adalagi bentuk perbedaan yang
lain yaitu perbedaan perilaku yang menimbulkan masalah, seperti putus
sekolah dan kenakalan.
4. Perbedaan kebutuhan peserta didik
Kebutuhan setiap peserta didik sebagai manusia harus diperhatikan dalam
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Maslow (1970 dalam
Mulyasa 2004:130) mengkategorikan 5 kebutuhan yaitu kebutuhan fisik
yang meliputi oksigen, makanan, air, perlindungan dan seks. Kebutuhan
selanjutnya yaitu kebutuhan keselamatan atau keamanan. Berikutnya
adalah kebutuhan cinta, pemilikan, dan kebutuhan untuk bergabung
dengan orang lain. Selanjutnya ada kebutuhan mendapatkan penghargaan
dan yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi.
5. Perbedaan perkembangan kognitif
Piaget (1984 dalam Mulyasa 2004:135) mendeskripsikan perkembangan
kognitif atas beberapa tahap yaitu:
a. Tahap-tahap yang berbeda itu membentuk satu sekuensial, yaitu
bahan operasi mental yang progresif.
b. Tahap-tahap itu merupakan suatu urutan yang hirearkhis, membentuk
suatu tatanan operasi mental yang makin mantap dan terpadu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c. Walaupun rangkaian tahap-tahap itu konstan, tahapan pencapaian
bervariasi berkenaan dengan keterbatasan-keterbatasan tertentu.
d. Walaupun faktor-faktor meningkatkan atau menurunkan
perkembangan kognitif, faktor-faktor tersebut tidak mengubah
konsekuensinya.
Piaget juga mengungkapkan 4 tahap pokok pengembangan mental, yaitu :
a. Tahap sensimotor (sejak usia lahir hingga usia 2 tahun).
Anak mengalami kemajuan dalam operasi-operasi refleksi dan
belum mampu membedakan apa yang ada di sekitarnya.
b. Tahap Praoperasional (usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini objek-objek dan peristiwa mulai menerima arti
secara simbolis.
c. Tahap operasi nyata (usia 7 – 11 tahun)
Anak mulai mengatur data ke dalam hubungan-hubungan logis dan
mendapatkan kemudahan dalam memanipulasi data dalam situasi
pemecahan masalah.
d. Tahap operasi formal (usia 11 dan seterusnya)
Tahap ini ditandai oleh perkembangan kegiatan-kegiatan (operasi)
berfikir formal dan abstrak.
Teori Piaget ini sesuai dengan tugas guru dalam memahami bagaimana
peserta didik mengalami perkembangan intelektual dan menetapkan
kegiatan kognitif yang harus ditampilkan pada tahap-tahap fungsi
intelektual yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
G. Status Sosial Ekonomi
Status sosial merupakan kedudukan seseorang (individu) dalam suatu
kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono,1973:100). Soerjono Soekanto
mengatakan kedudukan (status) sosial adalah tempat orang secara umum
dalam masyarakat, sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestigenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya
(Soerjono Soekanto,1982:233).
Status seorang individu dalam masyarakatnya dapat dilihat dari dua
aspek (Soedjono,1973:100) yakni:
1. Aspek Statis
Yaitu kedudukan dan derajad seseorang didalam suatu kelompok
yang dapat dibedakan dengan derajad atau kedudukan individu
lainnya.
2. Aspek Dinamis
Yaitu berhubungan erat dengan peranan sosial tertentu yang
berhubungan dengan pengertian jabatan, fungsi, dan tingkah laku
yang formil serta jasa yang diharapkan fungsi dan jabatan tertentu.
Masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam
kedudukan yaitu:
1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan
anak seorang bangsawan, adalah bangsawan pula; seorang warga kasta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Brahmana di India memperoleh kedudukan demikian karena orang tuanya
tergolong dalam kasta yang bersangkutan.
2. Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh melalui kelahiran
akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja dan ini tergantung bagi
kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuannya.
Kadang-kadang kedudukan ini dibedakan dengan satu macam kedudukan
yaitu assigned status yang merupakan kedudukan yang diberikan
(Soerjono Soekanto,1982:234-235)
Sedangkan ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk
menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Ukuran Kekayaan
Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran: barang siapa
memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.
Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dalam bentuk rumah yang
bersangkutan, berupa mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan
pakaian yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang mahal, dan
sebagainya.
2. Ukuran Kekuasan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar, menempati lapisan tertinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati
mendapat tempat teratas. Aturan ini banyak dijumpai dalam masyarakat
tradisional, biasanya mereka adalah golongan tua atau pernah berjasa pada
masyarakat.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat-masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut
kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif, oleh
karena kemudian ternyata bukan mutu ilmu pegetahuan yang dijadikan
ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal ini
mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar tersebut,
walaupun secara tidak halal (Soerjono Soekanto,1982:231-232).
Tiap-tiap orang atau keluarga akan mempunyai unsur-unsur yang
terkandung dalam konsep status sosial ekonomi. Sedikit banyaknya
unsur-unsur yang dimiliki, baik secara kualitas maupun kuantitas akan
menunjukkan tinggi rendahnya status sosial ekonomi yang dimilikinya.
Melly G. Tan dalam Koentjaraningkrat (1983;53) menyatakan bahwa
konsep kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu pengetahuan masyarakat
mencakup tiga faktor yaitu: tingkat pendidikan, faktor pekerjaan dan faktor
penghasilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1. Tingkat Pendidikan
Dalam Tap MPR RI No IV Tahun 1973 dikatakan bahwa:
pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadiannya dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan
sekolah, keluarga. (GBHN,1973:89).
Sedang, Furdyartanta mengatakan bahwa: “pendidikan adalah proses
yang membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara
berpikir, kecakapan dan perasaan atau sikap mental mereka dan
tanggung jawabnya.(Furdyartanta,1977:23).
Dari batasan-batasan serta pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu
mengembangkan kepribadian dan lebih terbuka dalam menerima nilai-
nilai dan hal-hal yang baru, yang semua itu akhirnya akan memberikan
kesejahteraan pada orang itu sendiri.
Pendidikan diklasifikasikan menjadi (Soelaiman Joesoef,1981:21):
1) Pendidikan formal, merupakan pendidikan sekolah. Pendidikan
sekolah merupakan sistem pendidikan yang mengkhususkan diri
pada penyelenggaraan pendidikan generasi muda (dari usia 5 atau 6
tahun sampai sekitar 24 tahun). Secara sistematis, berencana
berurutan dengan tujuan pendidikan yang jelas untuk setiap tingkatan
dan dilaksanakan dalam situasi belajar yang secara khusus bercirikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
adanya interaksi langsung antara pendidik dan anak didik serta
dengan sarana dan fasilitas yang direncanakan.
2) Pendidikan informal, yaitu proses pendidikan yang diperoleh dari
pengalaman sehari-hari, baik secara sadar dan tidak sadar, sejak
seseorang lahir sampai didalam keluarga dalam pekerjaan atau
pengalaman sehari-hari, pada umumnya tidak teratur dan tidak
sistematis.
3) Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang teratur, dengan sadar
dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang ketat dan
tetap.
Oleh karena itu dengan, dengan pendidikan yang cukup akan mudah
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai pula dan mempunyai
cakrawala kehidupan yang lebih luas, sehingga mempermudah bagi
orang itu untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat luas.
Sedangkan tingkat pendidikan artinya kurang lebih adalah jenjang
sekolah yang telah diselesaikan oleh orang tua siswa yang telah
dibuktikan dengan adanya ijasah yang paling akhir diperolehnya,
misalnya SD,SMP,SMU, Diploma, Sarjana Muda atau Sarjana.
2. Jenis Pekerjaan
Yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh imbalan atau penghasilan. Jenis pekerjaan merupakan
aktifitas waktu dan berlangsung terus menerus. Pekerjaan dibedakan
menjadi beberapa jenis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang
sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang
sebagai pekerjaan tambahan untuk memperoleh penghasilan
tambahan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, sifatnya untuk
melengkapi pekerjaan pokok.
Menurut Dr. JJ. Spillane, S.J. pekerjaan dikelompokkan menjadi 6
kelompok golongan, yaitu : Buruh/ Ibu rumah tangga, Petani,
Wiraswasta, Pegawai swasta, PNS non guru, Guru.
3. Pendapatan
Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan orang tua yang
bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Yang
dihitung sebagai pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang
diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang atas
jasanya. (T. Gilarso,1986:4). Pendapatan dapat bersumber pada usaha
sendiri (berwiraswasta), bekerja pada orang dan badan usaha dan hasil
milik (menyewakan)
Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk yaitu: (M. Sumardi dan Hans Dieters Evers,1982:92).
a. Pendapatan berupa uang.
b.Pendapatan berupa barang.
c. Lain-lain penerimaan uang dan barang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pedapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang
sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra
prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji atau upah serta lain-lain
balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan
pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di
halaman rumah, hasil investasi, serta keuntungan sosial. Pendapatan
berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa
tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang
dan jasa.
Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan harga
pasarsekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh yang
menikmati barang dan jasa tersebut, demikian pula penerimaan barang
secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa dengan harga subsidi atau
reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang.
Untuk lain-lain penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai
pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat transfer atau redistribusi
dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga,
misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil
undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi, ketiga
bentuk pendapatan dapat dirinci dalam kategori sebagai berikut:
(Spillane,1982:16).
1). Pendapatan berupa uang
a). Dari gaji dan upah yang diperoleh dari:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
• Kerja pokok.
• Kerja sampingan.
• Kerja lembur.
• Kerja kadang-kadang.
b). Dari usaha sendiri yang meliputi:
• Hasil bersih dari usaha sendiri.
• Komisi.
• Penjualan dari kerajinan rumah.
c). Dari investasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hak milik
tanah
d). Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja
sosial.
2). Pendapatan berupa barang
a). Bagian pendapatan upah dan gaji yang diwujudkan dalam
beras,pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
b). Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah, antara lain
pemakaian barang yang diproduksi dirumah, sewa yang
seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
3). Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan
a). Pengambilan tabungan.
b). Penjualan barang-barang yang dipakai.
c). Penagihan piutang.
d). Pinjaman uang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
e). Kiriman uang.
f). Hadiah atau pemberian.
g). Warisan.
i). Menang judi.
H. Prestasi Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi
baik disadari maupun tidak disadari dalam proses pembelajaran.
Pengertian belajar menurut Hilgard dan Bower seperti yang dikutip oleh
Purwanto (1990:84).
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingakah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).
Purwanto (1990:85) mengemukakan adanya ciri-ciri belajar yang
meliputi empat hal yang hampir sama dengan pendapat di atas, yaitu:
1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku. 2. Belajar merupakan perubahan melalui latihan atau pengalaman. 3. Untuk disebut belajar maka perbuatan itu harus relatif menetap. 4. Tingkah laku yang mengalami perubahan oleh karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.
Keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar salah satunya dapat
dilihat dari nilai-nilai yang dilaporkan dalam raport secara periodik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sumadi (1984:234) yang mengemukakan bahwa nilai
yang tercantum dalam raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan
guru mengenai kemampuan belajar siswa selama masa tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Senada dengan pendapat diatas Yapsir Gandhi Wiryawan (1976:20)
menyatak prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha
belajarnya yang dinyatakan dengan nilai-nilai raportnya. Menurut pendapaut
Bloom yang dikutip oleh Suharsimi (1987:205) prestasi belajar adalah
perubahan tingakah laku yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:787) merumuskan
bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru.
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut M. Entang (1987:7) faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor internal yang meliputi: a). Intelegensi, kecerdasan, kecakapan dan bakat. b). Panca indera. c). Sikap dan kebiasaan belajar.
2. Faktor eksternal yang meliputi: a).situasi belajar. b).kurikulum. c).keadaan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan
menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang belajar baik
faktor psikis maupun fisik dan faktor yang barasal dari luar individu misalnya
faktor lingkungan, sosial ekonomi, guru, metode mengajar dan lain-lain.
Sesuai dengan pendapat diatas, Moh. Uzer Usman (1973:10) mengungkapkan
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
1. Faktor yang berasal dari diri sendiri, misalnya sikap, motivasi, minat, kecakapan nyata, kecerdasan dan bakat.
2. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri, misalnya lingkungan sekolah, lingkungan kelurga dan lingkungan masyrakat.
Senada dengan pendapat diatas Suharsimi (1995:21) mengemukakan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar:
1. Faktor internal: a). Biologis yang meliputi usia, kematangan, kesehatan. b). Psikologis yang meliputi minat, motivasi, suasana hati.
2. Faktor eksternal: a) Manusia: di keluarga, di sekolah, di masyarakat. b) Non Manusia: udara, suasana, bau-bauan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
belajar yang berasal dari dalam dan dari luar diri individu.
I. Jenis Kelamin
Secara jasmaniah manusia terbagi menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-
laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan mempunyai perkembangan
yang berbeda secara psikologis dan fisiologis. Fisiologis antara laki-laki
berbeda dengan fisiologis perempuan dan masing-masing mempunnyai ciri
yang berlainan sehingga dapat dibedakan. Secara psikologispun seorang laki-
laki berbeda dengan perempuan. Menurut Gilarso (2002:3), Seorang laki-laki
biasanya mempunyai pola dasar pandangan keluar terarah pada dunia atau
objek, sedangkan perempuan biasanya mempunyai pandangan kedalam,
terarah pada manusia. Perbedaan-perbedaan sikap inilah yang dapat
menimbulkan perbedaan sikap laki-laki dan perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
J. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai KBK adalah penelitian yang
dilakukan oleh Fransisca Indrihapsari (2004), meneliti tentang sikap guru
terhadap KBK pada guru SMU Negeri I Kalasan Yogyakarta. Dalam penelitian
ini terdapat empat tujuan, yaitu: (1) Untuk mengetahui bagaimana sikap guru
SMU Negeri I Kalasan terhadap KBK, (2) Untuk mengetahui bagaimana sikap
guru terhadap KBK berdasarkan jam pelajaran yang diampu, (3) Untuk
mengetahui bagaimana sikap guru terhadap KBK berdasarkan lama bekerja,
(4) Untuk mengetahui bagaimana sikap guru terhadap KBK berdasarkan
jumlah kelas yang diampu sesuai dengan mata pelajaran. Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu: sebagian besar responden mempunyai
sikap positif terhadap KBK, tidak ada perbedaan sikap guru SMU Negeri I
Kalasan berdasarkan jam mengajar, lama bekerja dan jam kelas yang diampu.
K. Kerangka Berfikir
1. Perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan KBK ditinjau dari status
sosial ekonomi orang tua siswa.
Menurut Soerjono Soekanto (1982:233) mengatakan kedudukan
(status) sosial adalah tempat orang secara umum dalam masyarakat,
sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestigenya serta hak- hak dan kewajiban- kewajibannya. Melly G. Tan
menyatakan bahwa konsep kedudukan sosial ekonomi dalam ilmu
pengetahuan masyarakat mencakup tiga faktor yaitu tingkat pendidikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
faktor pekerjaan, dan faktor penghasilan. Setiap orang dalam masyarakat
mempunyai kedudukan (status) sosial yang berbeda-beda, oleh karena itu
pola pikir dan sikapnya terhadap suatu obyek akan berbeda. Hal ini akan
memunculkan suatu kenyataan yaitu jika status sosial orang tua siswa
tinggi maka siswa cenderung bersikap positif terhadap KBK karena orang
tua yang status sosialnya tinggi akan cenderung memotivasi anak (siswa)
untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar, baik di dalam sekolah
maupun di luar sekolah. Sedangkan siswa akan bersikap negatif terhadap
KBK jika status sosial orang tuanya rendah karena orang tua akan
cenderung tidak memperhatikan terhadap perkembangan belajar anaknya.
2. Perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan KBK ditinjau dari
Prestasi belajar siswa.
Menurut Bloom yang dikutip oleh Suharsimi (1987:205) prestasi
belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap individu (siswa) mempunyai
prestasi belajar yang berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, menurut M. Entang (1987:7) prestasi belajar
dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar diri siswa dan dari setiap
siswa dipengaruhi oleh bebagai factor yang berbeda sehingga hasil belajar
berbeda, sehingga pemahaman dan penerimaan termasuk sikapnya
terhadap satu obyek akan berbeda. Prestasi belajar ini berkaitan dengan
intelegensi dan keadaan psikis yang dimiliki oleh siswa yang berpengaruh
pada kesiapan siswa dalam menerima hal-hal atau objek yang baru. Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang memiliki prestasi belajar yang tinggi akan dapat menerima penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi di sekolahnya dan cenderung bersikap
positif terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi dibandingkan dengan
siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah akan merasa sulit
menerima hal-hal atau objek yang baru.
3. Perbedaan sikap siswa terhadap KBK ditinjau dari Jenis Kelamin
Siswa
Jenis kelamin yang dimaksud adalah siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Secara psikologis dan fisiologis laki-laki dan perempuan
mempunyai perkembangan yang berbeda. Menurut Gilarso (1998:02)
dalam bukunya moral perkawinan, secara fisiologis maupun psikologis,
laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan yang besar dan
menentukan pola piker maupun tindakan, oleh sebab itu dalam bersikap
terhadap suatu obyek pun antara laki-laki dan perempuan mempunyai
perbedaan. Dilihat dari ciri-ciri psikologis seorang laki-laki biasanya
mempunyai pola dasar pandangan keluar terarah pada dunia atau objek,
lebih suka menjelajah, suka bekerja diluar, mencari nafkah dan menguasai
dunia sedangkan perempuan biasanya mempunyai pandangan ke dalam,
terarah pada manusia, lebih gemar tinggal di rumah, memelihara dan
merawat (Gilarso, 2002:3). Perbedaan sikap antara laki-laki dan
perempuan ini dapat menimbulkan perbedaan dalam bersikap terhadap
suatu objek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
SKEMA 1. KERANGKA BERPIKIR
1. Status sosial orang tua siswa
2. Prestasi belajar siswa
Sikap Siswa SMA Negeri 1 Kalasan Terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi
3. Jenis kelamin siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
L. HIPOTESIS
Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa:
1. Siswa SMU Negeri I Kalasan bersikap positif terhadap pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Ada perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi berdasarkan status sosial orang tua siswa.
3. Ada perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi berdasarkan prestasi belajar siswa.
4. Ada perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi berdasarkan jenis kelamin siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Dilihat dari cara dan pembahasannya, penelitian ini tergolong deskriptif,
yaitu hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan
keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan
fakta (Wasito, 1992:23).
2. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis adalah studi kasus, yaitu
jenis penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas,
maka kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas subjek yang diteliti.
(Amirin, 1986:137).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah SMU Negeri I Kalasan.
Alasan penentuan lokasi ini adalah :
1. SMU Negeri I Kalasan merupakan salah satu SMU untuk ujicoba
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Sekolah tersebut secara faktual dikategorikan sebagai SMU yang cukup
besar dan memiliki sejarah berdiri yang cukup lama.
3. Siswa-siswi SMU N I Kalsan berasal dari keluarga yang status sosial
ekonominya berbeda-beda sehingga penulis menganggap relevan untuk
mencari jawaban atas masalah yang penulis ajukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4. Penelitian terdahulu tentang sikap guru terhadap Kurikulum Berbasis
Kompetensi, mendorong penulis untuk meneliti tentang sikap siswa
terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi guna mengetahui sikap siswa
terhadap Kurikulum Berbasis Kompetensi sehingga dapat melengkapi atau
menambah masukan bagi siswa, guru dan sekolah tersebut.
C. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan individu yang akan penulis mintai informasi
atau yang menjadi sumber informasi. Dalam penelitian ini subjek
penelitiannya adalah hanya siswa kelas II SMU Negeri I Kalasan
dikarenakan siswa-siswi kelas II telah menempuh waktu belajar yang
cukup lama dibandingkan dengan kelas I jadi diharapkan telah memahami
Kurikulum Berbasis Kompetensi serta belum begitu disibukkan dengan
persiapan menghadapi ujian akhir seperti kelas III.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, status sosial ekonomi orang
tua siswa, prestasi belajar siswa, dan jenis kelamin siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian yaitu kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen
yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan ini
disebabkan oleh karena ada karakteristik yang berlainan (Supranto,
2001:87). Sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka populasi dalam
penelitian adalah siswa kelas II SMU Negeri I Kalasan yang berjumlah
240 siswa.
Tabel 1. Populasi Siswa Kelas II SMU Negeri I Kalasan
JENIS KELAMIN SISWA KELAS
Laki-laki perempuan
JUMLAH
XI.IIA1 16 27 43
XI.IIA2 4 28 42
XI.IIS1 18 20 38
XI.IIS2 20 18 38
XI.IIS3 17 22 39
XI.IIS4 16 24 40
JUMLAH 101 139 240
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan
diteliti (Suharsimi Arikunto,1989:102). Sebenarnya tidak ada ketentuan
besar sampel minimum yang dapat dipakai sebagai pedoman. Pada
prinsipnya, makin besar sampel makin baik dan hasil penelitian makin
dapat disamaratakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sumanto (1990:28) menyatakan pertimbangan dalam menentukan besar
kecilnya sampel adalah :
a. Derajat keseragaman populasi.
b. Ketelitian hasil penelitian yang dikehendaki.
c. Pertimbangan waktu, tenaga dan biaya.
Sumanto (1990:28) juga menyatakan bahwa jumlah sampel terkecil yang
dapat diterima tergantung jenis riset penelitian : riset dekriptif-10% dari
Jenis Kelamin digunakan untuk membedakan sikap siswa laki-laki dan
sikap siswa perempuan. Variabel jenis kelamin merupakan variabel
kategorik yang dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok jenis
kelamin laki-laki diberi kode 1 dan jenis kelamin perempuan diberi kode
2.
H. Pengembangan Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi butir
pernyataan untuk diberi tanggapan oleh subjek penelitian. Alat ukur tersebut
didasarkan atas konstruksi teoritik yang telah disusun sebelumnya dan
dijabarkan ke dalam butir-butir pernyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Untuk memperoleh data yang menjadi perhatian dalam penelitian iini,
maka digunakan kuesioner yang menyangkut beberapa aspek yang berkaitan
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu tujuan Kurikulum Berbasis
Kompetensi, aspek kegiatan belajar mengajar, aspek kurikulum dan hasil
belajar dan aspek penilaian berbasis kelas. Kisi-kisi dan alokasi butir
pernyataan pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Kisi-kisi dan alokasi butir soal
Komponen Sikap
Kognitif Afektif Konatif
Komponen Sikap
Aspek KBK
Komponen Sikap
Deskriptor KBK + - + - + -
Total
Aspek pemahaman KBK
Peningkatan mutu pendidikan. Tumbuhnya kemandirian dan kurangnya ketergantungan
1
7,8
2
3
9
4
10
5
11
6
12
6
6
Aspek kegiatan be-lajar mengajar
Penggunaan sumber belajar. Metode pembelajaran : Belajar aktif, bersumber pada siswa dan menumbuhkan kreatifitas Materi pembelajaran : Penerapan konsep, kaidah dan prinsip ilmu.
13
17
23
14
18
24
15
19,20
25
26
16
21
27
22
28
4
6
6
Aspek kompetensi dan hasil belajar
Kompetensi dasar: Pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
29,30
31
32
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Indikator hasil belajar : Soal atau perta-nyaan umpan balik siswa
33 34 35 36 4
Aspek penilaian berbasis kelas
Pengumpulan informasi penilaian : Mengumpulkan pekerjaaan siswa (port folio), hasil karya (proyek), kinerja (performance), tes tertulis Pelaporan penilaian
37
40
38
41
39
42
3
3
I. Pengujian Instrumen Penelitian
Suatu instrumen yang baik yaitu instrumen yang memiliki sifat reliabel
dan valid. Sifat reliabel dan valid diperlihatkan oleh tingginya reliabilitas dan
validitas hasil ukur suatu tes. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen
dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak
diukur. Suatu instrumen ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan
memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek yang
dikenai tes itu. Oleh karena itu dalam penelitian ini instrumen perlu diuji
tingkat validitas dan reliabilitasya.
1. Uji Validitas
Validitas suatu tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kasahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diingginkan (Suharsimi, 1996:158).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Taraf validitas suatu teks dinyatakan dalam bentuk suatu koefisien
yang disebut koefisien validitas (rxy ). Menurut Suharsimi (1996:254),
untuk menguji validitas setiap butir kuesioner dalam penelitian ini,
digunakan teknik korelasi product moment dengan formula sebagai
berikut:
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
keterangan: rxy= korelasi skor item dengan skor total
N= jumlah subjek
X=skor item
Y= skor total
= jumlah seluruh perkalian XY ∑ xy
Setelah koefisien korelasi diperoleh, perlu dilakukan uji signifikansi
dengan taraf signifikansi 5%. Korelasi antara jumlah skor item dengan
jumlah skor total tiap variabel bebas, dinyatakan valid jika rhitung lebih
besar dari rtabel. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari rtabel maka butir soal
yang disajikan dikatakan tidak valid.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka tingkat validitas
kuesioner telah diuji dan hasilnya sebagai berikut, untuk proses
perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program SPSS ll.0. pada
taraf signifikansi 5% dan jumlah n = 30 didapat r tabel = 0. 239. Berikut ini
perbandingan antara r hitung dengan r tabel :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 7. Perbandingan r hit dengan r tabel Rangkuman Validitas Intrumen
Cipta. Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Jaya. Boediono. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas. Driyarkara. 1980. Driyarkara Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Entang, M. 1987. Diagnosa Kesulitan Belajar. Jakarta: PPG Depdikbud RI. Gilarso, T. 1986. Ekonomi Indonesia Suatu Pengantar. Yogyakarta: Kanisius. ------------. 2001. Moral Keluarga. Yogyakarta: USD. Iswanto, Agustinus. 2000. Analisis Sikap Manusia Terhadap Atribut Produk Pelayanan
Fasilitas BLK (Skripsi). Yogyakarta: Pendidikan Dunia Usaha. Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara. Koentjaraningrat. 1983. Metode- Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ornstein, Allan C. dan Linda S. Behar. 1995. Contemporary Issues in Curricullum.
Boston: Allyn and Bacon. Purwanto, M. Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduwan.2002. Skala Pengukuran Variabel- Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Setyadi, Markus. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kompas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Siahaan, Bistok A. 1987. Pengembangan Materi Pengajaran Bahasa FPS 626. Jakarta: PPLTK.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi. Cetakan I. Jakarta: Bina
Aksara. Soedjono, D.1973. Pengantar Sosiologi. Bandung: Alumni. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Radar Jaya Offset. Spillane, J.J. 1982. Socio Economic Characteristics and Mental Attitudes of YKPTL
Students, USD. Sugiono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Cetakan I. Yogyakarta:
Andi Offset. Sumardi, Mulyanto dan Hans. Deter Even.1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.
Jakarta: Rajawali. Supranto, J. 2001. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Usman, Moh. Uzer. 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wasito, Herman. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya. Werdiningsih, Dyah. 1998. Pengembangan Silabus dan Materi MKU BT di Fak.
Ekonomi Islam Malang (Tesis). Malang: Pendidikan Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kepada Yth :
Siswa/siswi SMU Negeri I Kalasan
Yogyakarta
Dengan hormat,
Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya :
Nama : Ignasius Iswanto
NIM : 991324030
Fak/Jur/Prodi : FKIP/JPIPS/PDU
Dalam rangka menyelesaikan studi, melalui skripsi saya dengan judul
“Analisis Sikap Siswa terhadap Terhadap pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi dilihat dari status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar dan jenis
kelamin siswa”, dengan segala kerendahan hati saya mohon bantuan siswa/siswi
untuk mengisi kuesioner ini.
Keberhasilan dari penelitian ini sangat ditentukan oleh bantuan dari
siswa/siswi. Informasi data siswa/siswi akan saya gunakan semata-mata untuk
kepentingan kuliah dan sama sekali bukan untuk kepentingan yang lain dan
informasi data akan saya rahasiakan. Saya mohon siswa/siswi bersedia membantu
saya dan menjawab kuesioner ini dengan jujur.
Akhir kata atas perhatian dan bantuan dari siswa/siswi saya mengucapkan
banyak terima kasih.
Hormat saya,
Ignasius Iswanto
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUESIONER
No Kuesioner :................
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan keadaan saudara sebenarnya.
2. Untuk pertanyaan mengenai sikap, saudara dapat menjawab dengan memberi
tanda (√ ) pada alternatif jawaban yang sudah tersedia.
Saudara dapat menyatakan sikap saudara terhadap pernyataan tersebut dengan
cara memilih :
SS : bila Sangat Setuju
S : bila Setuju
TS : bila Tidak Setuju
STS : bila Sangat Tidak Setuju
3. Untuk pertanyaan mengenai status sosial ekonomi orang tua, saudara dapat
menjawab dengan memberikan tanda (√ ) pada alternatif jawaban yang sudah
tersedia.
1. Identitas Diri
Kelas :
Jenis Kelamin :
Nilai raport semester terakhir :
2. Pernyataan Sikap
PILIHAN NO PERNYATAAN SIKAP
SS S TS STS
1 Pelatihan, seminar dan pengarahan perlu bagi siswa untuk meningkatkan kualitas belajar.
2 Guru tidak perlu memberikan pemahaman pada isi mata pelajaran yang diampunya tiap PBM.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Siswa percaya dengan memiliki perpustakaan yang lengkap koleksinya akan mendukung belajar siswa.
4 Siswa tidak yakin adanya laboratorium akan mendukung proses pembelajaran.
5 Guru memberikan dukungan kepada siswa yang mengikuti lomba- lomba keilmuan.
6 Guru memberikan latihan-latihan yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa.
7 Siswa harus mampu bekerjasama dengan rekan-rekannya.
8 Siswa yang diharapkan dalam KBK adalah siswa yang mampu belajar mandiri.
9 Siswa percaya dengan KBK akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran di kelas.
10 Dengan KBK akan membuat siswa semakin tergantung pada guru.
11 Guru memberikan latihan-latihan yang menumbuhkan kemandirian siswa.
12 Guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif mengemukakan pendapat dikelas.
13 Buku pedoman yang lebih dari satu akan memberi siswa banyak informasi.
14 Penggunaan buku pedoman dan modul tidak akan membuat siswa jelas.
15 Siswa percaya dengan menggunakan buku pedoman, lingkungan sekitar, dan surat kabar akan membuat siswa cepat memahami pelajaran.
16 Dalam KBK menggunakan buku, brosur, surat kabar, peta, foto,dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
17 Dalam KBK, siswa dituntut agar lebih aktif dalam pembelajaran.
18 Dengan KBK dalam pembelajaran akan menghambat siswa dalam berkreatif.
19 Siswa merasa termotivasi dalam belajar dengan KBK, karena belajar berpusat pada siswa.
20 Pembelajaran dengan membuat kelompok diskusi akan membuat siswa aktif.
21 Dalam PBM, guru perlu memberikan ide atau pertayaan yang akan merangsang siswa untuk belajar.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22 Dalam PBM, siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan gagasannya.
23 Materi dalam KBK sesuai dengan perkembangan jaman.
24 Materi pembelajaran dalam KBK tidak mudah dipahami oleh siswa.
25 Siswa merasa bahwa materi KBK lebih baik dari materi kurikulum sebelumnya.
26 Materi KBK yang terlalu banyak membuat siswa merasa terbebani.
27 Siswa diperkenalkan pada dunia kerja melalui kunjungan ke instansi atau organisasi tertentu sesuai bidang dan jenjang kelasnya.
28 Guru tidak memberikan contoh- contoh konkrit dalam setiap pembelajaran.
29 Dengan KBK akan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan siswa.
30 Sekolah perlu mengadakan tes IQ bagi siswa baru setiap tahun.
31 Siswa percaya mata pelajaran dalam KBK akan membantu mempersiapkan siswa menempuh studi lanjut.
32 Guru mengadakan tes atau ujian untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa sebagai dasar pengembangan siswa.
33 Pertanyaan dan latihan perlu bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
34 Hasil belajar siswa tidak akan meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap materi.
35 Siswa yakin dengan latihan-latihan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
36 Guru memberikan pertanyaan dan latihan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap mata pelajaran.
37 Pengumpulan pekerjaan siswa dan memberikan tugas-tugas maka akan diketahui kemampuan dan pemahaman siswa dalam pelajaran.
38 Siswa yakin dengan adanya pengumpulan tugas dan tes tertulis dapat digunakan untuk mengevaluasi belajarnya.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39 Guru memberikan penugasan berupa tes, karya ilmiah, dan laporan kegiatan untuk melihat hasil belajar siswa.
40 Pelaporan penilaian hasil belajar pada siswa akan memberikan motivasi siswa untuk belajar.
41 Pengembalian hasil belajar siswa dapat menyebabkan psikis yang kurang baik terhadap siswa.
42 Laporan hasil belajar siswa perlu diberikan pada orang tua dalam upaya memperbaiki cara belajar siswa.
3. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan orang tua saudara
dengan memberi tanda (√ ) pada jawaban pilihan saudara.
A. Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa
1. Pendidikan terakhir ayah/wali laki-laki :
a. Tidak Sekolah ( )
b. Tamat SD ( )
c. Tamat SMP ( )
d. Tamat SMU ( )
e. Diploma ( )
f. Sarjana ( )
2. Pendidikan terakhir ibu/wali perempuan:
a. Tidak Sekolah ( )
b. Tamat SD ( )
c. Tamat SMP ( )
d. Tamat SMU ( )
e. Diploma ( )
f. Sarjana ( )
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Pekerjaan Orang Tua Siswa
1. Pekerjaan ayah/wali laki-laki :
a. Tidak Memiliki Pekerjaan ( )
b. Pensiunan ( )
c. Petani/ pengrajin ( )
d. Pedagang/ Wiraswasta ( )
e. Pegawai Swasta ( )
f. Pegawai Negeri ( )
2. Pekerjaan Ibu/wali perempuan:
a. Tidak Memiliki Pekerjaan ( )
b. Pensiunan ( )
c. Petani/ pengrajin ( )
d. Pedagang/ Wiraswasta ( )
e. Pegawai Swasta ( )
f. Pegawai Negeri ( )
C. Penghasilan Orang Tua Siswa
Berapa besar penghasilan yang diperoleh ayah dan ibu/wali laki-laki dan
perempuan perbulan :__________________________.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI