PEMEROLEHAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERTAMA PADA KASUS KUKUH ARYA RENANTO ANAK UMUR LIMA TAHUN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh: Ekaristi Margarita 061224041 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Keguruan dan Ilmu Pendidikan...Kajian pemerolehan bahasa anak pada kasus Kukuh Arya Renanto dalam ... proses pengamatan, pencatatan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PEMEROLEHAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA
SEBAGAI BAHASA PERTAMA PADA KASUS
KUKUH ARYA RENANTO ANAK UMUR LIMA TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Oleh:
Ekaristi Margarita
061224041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
• Yesus Kristus yang manis untuk berkat yang luar biasa di hidupku
• Bapak Yohanes Supangat dan Ibu Theresia Kirminah untuk doa dan
cinta yang luar biasa
• Ekaristi Margaria untuk semangat, ejekan dan doanya
• Kukuh Arya Renanto, pelita kecil di rumah untuk celoteh-celoteh kecil
nan indah
• Adrianus Chrisnata Datu Kusuma untuk hari-hari penuh cinta, doa, dan
dukungan yang tak ternilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
The best and the most beautiful things in this world, cannot be seen, nor touched, but are felt in the bottom of our heart.
Sewaktu menghadapi peristiwa penting dalam hidup, sebaiknya tidak cepat-cepat menjatuhkan penilaian. Biarlah waktu ikut menunjukkan maknanya.
~ Teha Sugiyo
Kerjakanlah segala sesuatu dengan senang hati karena hasilnya pun akan jauh menyenangkan.
~ Ekaristi Margarita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Margarita, Ekaristi. 2013. Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun. Skripsi Program Sarjana (S1). Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma
Kajian pemerolehan bahasa anak pada kasus Kukuh Arya Renanto dalam penelitian ini mempunyai dua tujuan: (a) mendeskripsikan pemerolehan kata ulang bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama berdasarkan tuturan Kukuh; (b) mendeskripsikan urutan pemerolehan kata ulang itu, baik urutan berdasarkan frekuensi pemunculan maupun urutan waktu pemerolehannya.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti sendiri menjadi instrumen kunci (key instrument), baik dalam proses pengumpulan data maupun analisisnya. Karena itu peneliti menggunakan metode observasi berperan serta, participant observation (Moleong, 2006:164). Peneliti berperan serta dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari subjek untuk memperoleh data.
Penelitian ini mengambil subjek bernama Kukuh Arya Renanto anak umur lima tahun. Data berupa tuturan Kukuh yang dikumpulkan secara alamiah melalui proses pengamatan, pencatatan, dan perekaman. Alat yang digunakan adalah buku, alat tulis, serta MP4. Data diambil selama 3 bulan yang dibagi menjadi tiga tahap pengambilan data, yakni tahap I bulan Maret 2012 pada saat Kukuh berumur (5;2), tahap II bulan April 2012 pada saat Kukuh berumur (5;3), dan tahap III bulan Mei 2012 saat Kukuh berumur (5;4).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur lima tahun Kukuh dapat menghasilkan (1) tiga jenis kata ulang, yakni: (a) kata ulang utuh/seluruh, (b) kata ulang sebagian dan (c) kata ulang salin suara. Pemerolehan kata ulang yang dihasilkan Kukuh sebanyak 68 tuturan. Tuturan kata ulang utuh/seluruh berjumlah 47 tuturan, kata ulang sebagian berjumlah 15 tuturan, dan kata ulang salin suara 6 tuturan.
Urutan pemerolehan kata ulang berdasarkan frekuensi pemunculan ditemukan tuturan kata ulang utuh/seluruh yang mendapatkan peluang terbesar dari tuturan yang dihasilkan Kukuh. Urutan pemerolehan selanjutnya dalam bentuk kata ulang sebagian, dan terakhir kata ulang salin suara. Berdasarkan urutan waktu pemerolehan, kata ulang utuh/seluruh diperoleh paling awal daripada dua jenis kata ulang yang lain. Hampir setiap harinya Kukuh memproduksi kata ulang jenis ini walaupun sebagian besar masih monomorfemik. Kata ulang utuh/ seluruh juga termasuk paling produktif daripada dua kata ulang yang lain.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orangtua agar lebih memperhatikan perkembangan bahasa anak-anak mereka dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
sejak usia dini. Dengan demikian anak akan memperoleh kemampuan berbahasanya dengan lebih baik. Selain itu, bagi para peneliti yang lain yang berminat melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa agar penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dan sumbangan pemikiran, pengetahuan dan pengalaman demi perkembangan bahasa anak Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Margarita, Ekaristi. 2013. Acquisition of Word Reduplications in Indonesia Language as the First language in Case of Kukuh Arya Renanto Five Years Old as the Subject. As thesis of bachelor degrees programme (S1). Yogyakarta : PBSID, Sanata Dharma University.
The objectives of this research from Kukuh Arya Renanto’s language acquisition are (1) to describe the acquisition of word reduplications in Indonesia language as the first language based on Kukuh’s speech (2) to describe the sequence of word reduplications in language acquisition; whether the frequency of appearance and the time acquisition.
In this research, the researcher uses qualitative approach and she becomes the key instrument in data collecting process and data analysis. Consequently, the researcher uses participant observation method (Moleong, 2006: 164). The researcher contributes to the environment and the social life of the subject to collect the data.
The subject of this research is Kukuh Arya Renanto (5 years old). The data is Kukuh’s speech that collected by observation, review, and recording. The researcher uses some instruments such as: note book, pen, and sound recorder device. The data was taken around three month and divided into three stages; the first stage was on March 2012 when Kukuh was in 5.2 years old, the second stage was on April 2012 when Kukuh was in 5.3 years old, and the third stage was on May 2012 when Kukuh was in 5.4 years old.
The result of this research shows that in 5 years old, Kukuh is be able to produce (1) three kinds of word reduplication, (a) repeated word intact, (b) a portion of word reduplication, (c) re-copy word sounds. The total of acquisition of word reduplications produced by Kukuh is 68 speeches. The frequency of repeated word intact is 47 speeches, the frequency of a portion of word reduplication is 15 speeches, and the frequency of re-copy word sound is 6 speeches.
The sequence of acquisition word reduplications based on appearance frequency, the researcher classified into three categories. The highest frequency of appearance is repeated word intact. The medium frequency of appearance is a portion of word reduplication. The lowest frequency of appearance is re-copy word sound. Based on the time of acquisition, repeated word intact was gotten early than others. Almost every day, the subject ( Kukuh ) produces repeated word intact, although almost of them still in mono morphemic form and repeated word intact is most productive than others.
The researcher hopes this research inspire to the parents in order to give good attention in their children’s language acquisition. The children will get
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
language competence well. And also to other researchers that take similar study, it can be a resource for the sake of Indonesia children’s language development.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Pemerolehan Kata Ulang Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa
Pertama Pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun” ini. Penulis
menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berisi tentang Pemerolehan Kata Ulang Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Pertama pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur
Lima Tahun. Berawal dari kecintaan penulis pada anak-anak penulis memilih
seorang anak bernama Kukuh Arya Renanto sebagai objek sekaligus subjek dalam
penelitian ini.
Sebagai wujud syukur atas selesainya penyusunan skripsi ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada :
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Kaprodi PBSID Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membimbing dan mendukung
terselesainya penyusunan skripsi.
2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan Drs. G.
Sukadi, selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar dan setia
membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
3. Para dosen PBSID, Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., Drs. J. Prapta. Diharja,
S.J., M.Hum., L. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., Drs. P. Hariyanto,
Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd., Dr Slamet Soewandi, M.Pd., Drs. Y.
Karmin. M.Pd., dan semua dosen MKK dan MKDK yang telah sabar dan
setia membagi ilmu pada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
MOTO ............................................................................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... x
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xx
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xxii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pemerolehan bahasa telah menjadi suatu kenyataan
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam membahas masalah
kebahasaan yang digunakan penduduk dalam berinteraksi pada masyarakat
kita sekarang. Pemerolehan bahasa pertama tidak dapat diabaikan dalam
setiap usaha memahami perilaku berbahasa masyarakat yang majemuk
bahasanya, yang terbuka komunikasinya dengan masyarakat lain, yang
mempunyai sejarah perkembangan masyarakat dan bangsanya sebagai
suatu bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mempunyai satu
bahasa sebagai bahasa nasional di samping berbagai bahasa suku oleh
masing-masing suku pendukung bangsanya, serta berbagai peristiwa lain
yang membidani kenyataan kedwibahasaan dalam masyarakat
(Kamaruddin, 1989:1).
Pemerolehan bahasa merupakan proses yang serupa dengan yang
dilalui oleh anak dalam kemampuan bahasa pertamanya (Krashen,
1989:241). Pemerolehan bahasa biasanya tidak sadar bahwa ia tengah
memperoleh bahasa, tetapi hanya sadar bahwa ia tengah menggunakan
bahasa untuk komunikasi. Ada beberapa hal yang membedakan
pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua pertama bersifat spontan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan jarang dirancang, sedangkan pemerolehan bahasa kedua umumnya
dirancang.
Pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama bagi
seorang anak saat ini menjadi salah satu kajian penting karena mendasari
proses pembelajaran bahasa dalam proses belajar mengajar di kelas. Lebih
dari itu, kajian ini dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi
anak dalam interaksinya di kemudian hari. Cara-cara yang dilakukan si
anak dalam mempelajari bahasa pertamanya kiranya menjadi salah satu
pedoman bagi guru dalam menyikapi proses pembelajaran yang tepat di
kelas. Menurut Tarigan (1988:7), setiap anak secara khusus
mempergunakan berbagai siasat dalam “belajar” bahasa. Bagaimana cara
anak-anak memperoleh bahasa pertama, seharusnya menjadi ancang-
ancang bagi guru dalam menentukan cara mengajar.
Proses pemerolehan bahasa bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam
perkembangannya, anak dituntut untuk mengerti dan memahami bahasa
masyarakat di sekitarnya. Hal ini digambarkan oleh Darjowidjojo
(1991:86) di bawah ini:
Anak harus mendengarkan contoh dari orang dewasa, mencerna, membuat hipotesis, merevisi hipotesis untuk kemudian mendapatkan bentuk yang diterima oleh masyarakat. Dalam usaha menguasai bahasa, mereka menerima masukan yang sering kali tidak teratur. Mereka harus memilah-milah mana yang benar, mana yang salah, kemudian membuat hipotesis, mencocokannya dengan data baru yang masuk, kalau ada yang berbeda, mereka harus merevisinya. Walaupun belum mengikuti norma kebahasaan sebagaimana
layaknya orang dewasa, pada setiap jenjang usia anak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dinamika perubahan akibat dari interaksi yang terus menerus antara fungsi
kognitif si anak dan lingkungan lingual dan bukan lingual (Piaget via
Kaswanti, 1991:99).
Penelitian tentang pemerolehan bahasa anak masih terbatas di
Indonesia. Salah satu ahli yang meneliti pemerolehan bahasa anak yakni
Prof. Soendjono Dardjowidjojo dari Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya
Jakarta. Fokus penelitian Dardjowidjojo mencakup semua aspek tata
bahasa, mulai dari perkembangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
hingga pragmatik dan wacana, selama lima tahun pertama kehidupan
cucunya Echa.
Oleh karena itu, melalui penelitian ini penulis akan menguraikan
kekayaan bahasa yang diperoleh anak umur lima tahun. Dalam penelitian
ini, peneliti akan menyoroti pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pertama Kukuh Arya Renanto. Kukuh adalah anak laki-laki Indonesia
yang ketika penelitian diadakan tengah berusia lima tahun dua bulan. Dia
lahir di Yogyakarta pada tanggal 29 Januari 2007 dengan sehat. Kukuh
adalah anak yang aktif dan lincah. Dia selalu berkomunikasi dengan
orang-orang di sekitarnya dengan kemampuan bahasanya. Dalam sekilas
pengamatan peneliti, Kukuh mempunyai penguasaan verbal yang cukup
baik. Untuk berkomunikasi Kukuh menggunakan bahasa Indonesia karena
dibiasakan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia oleh orang tua
asuhnya (Paman dan Bibinya). Hal ini disebabkan oleh pengaruh
perkembangan jaman, yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bahasa sehari-hari. Namun, karena pengaruh lingkungannya, peneliti juga
menemukan adanya pengaruh bahasa daerah (Jawa) dalam tuturan Kukuh.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada
pemerolehan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama, khususnya
pemerolehan kata ulang. Peneliti sangat tertarik dengan pemerolehan kata
ulang karena peneliti ingin mengetahui bentuk kata ulang yang sudah
dapat diperoleh anak umur lima tahun. Selain itu penelitian tentang
pemerolehan bahasa anak masih terbatas dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang masalah, maka
disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Kata ulang apa sajakah yang sudah diperoleh anak Kukuh Arya
Renanto saat berumur 5 tahun?
2. Bagaimana urutan pemerolehan kata ulang pada anak Kukuh Arya
Renanto saat berumur 5 tahun?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini
ada dua hal. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kata ulang yang sudah diperoleh anak Kukuh Arya
Renanto saat berumur 5 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Mendeskripsikan urutan pemerolehan kata ulang pada anak Kukuh
Arya Renanto saat berumur 5 tahun.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi beberapa pihak yang terkait dengan penelitian ini. Pihak yang
dimaksud adalah orang tua anak pra sekolah dasar, guru pra sekolah dasar
atau taman kanak-kanak khususnya TK Kanisius Kintelan Yogyakarta dan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pertama, manfaat bagi orang tua. Deskripsi data hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya literatur tentang bagaimana mendampingi
dalam pemerolehan bahasa pertama anak umur lima tahun baik orang tua
Kukuh sendiri atau orang tua anak pra sekolah lainnya. Sehingga orang tua
diharapkan dapat memperhatikan perkembangan kemampuan berbahasa
anak-anak mereka dengan lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan
biologis anak.
Kedua, manfaat bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur
tentang pendidikan pemerolehan bahasa atau pembelajaran pemerolehan
bahasa pertama sebagai pedoman bagi mahasiswa calon guru. Dengan
demikian literatur bagi mahasiswa calon pengajar bahasa dan sastra
Indonesia semakin bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Manfaat Praktis
Deskripsi data hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
secara praktis bagi pihak guru Taman Kanak-kanak Kanisius Kintelan dan
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Daerah (PBSID) USD Yogyakarta.
Pertama bagi pihak guru Taman Kanak-kanak Kanisius Kintelan.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas harus memperhatikan perkembangan
pemerolehan bahasa pertama siswa, hambatan-hambatan yang dialami
guru serta pemecahan masalah untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam pemerolehan bahasa pertama tersebut.
Kedua, bagi pihak mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah. Setiap mahasiswa yang merupakan calon
guru bahasa dan sastra Indonesia harus mahir dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hal ini setiap mahasiswa calon guru bahasa dan sastra harus
memahami penggunaan bahasa pertama pada siswa.
1. 5 Batasan Istilah
1. Pemerolehan adalah proses, cara, perbuatan memperoleh. (KBBI,
2008: 980). Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah
suatu proses yang dipergunakan oleh anak-anak untuk
menyelesaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit
ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang
mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai
dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran perilaku tata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa
tersebut (Kiparsky via Tarigan, 1984:243).
2. Pemerolehan bahasa pertama. Dalam proses perkembangan, semua
anak manusia yang normal dengan pertumbuhan yang wajar, paling
sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Itulah bahasa pertama,
bahasa asli, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya
(Stillings via Tarigan, 1988). PBI bersifat primer, “pertama” dari
segi urutan dan kegunaan, karena pada umumnya suatu bahasa
adalah “pertama” begitu juga “pemerolehannya”, kalau tidak ada
bahasa lain yang diperoleh sebelumnya (Tarigan, 1988:84).
Pemerolehan bahasa pertama setiap anak normal pertumbuhan
pikirannya belajar bahasa pertama, bahasa ibu pada tahun-tahun
pertama hidupnya, dan proses ini terjadi hingga kira-kira umur
anak 5 tahun (Subyakto, 1988:65). Subjek Kukuh memenuhi
prasyarat ini, dalam arti dia tidak memiliki bahasa lain sebelum
bahasa Indonesia dan dalam penelitian ini Kukuh berumur 5 tahun.
3. Kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi
(KBBI, 2008:63).
4. Konteks data tuturan. Dalam proses pemerolehan bahasa anak,
peranan konteks sangatlah penting dalam usaha memaknai tuturan.
Para pakar berpendapat bahwa kontekslah yang menumbuhkan
bahasa anak. Karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan pragmatik. Pragmatik ialah komponen bahasa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
berkenaan dengan penggunaan bahasa di dalam komunikasi yang
senyatanya, termasuk di dalamnya kaidah yang mengatur fungsi
bahasa (Levinson via Subagyo, 1998).
5. Anak usia lima tahun
Batasan usia lima tahun dalam penelitian ini yakni rentang usia
lima tahun dua bulan sampai lima tahun empat bulan (5:2-5:4).
Pada usia lima tahun, ketika anak-anak memasuki usia pra sekolah
dasar mereka mulai belajar struktur tata bahasa yang lebih rumit.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Pemerolehan bahasa terjadi apabila anak yang belum pernah belajar
bahasa apapun kemudian belajar untuk pertama kalinya. Pada awalnya
anak akan mencoba menirukan orang tuanya. Lambat laun dia akan mulai
memperoleh bahasa dimulai dari kata per kata kemudian mulai menyusun
kata menjadi sebuah kalimat. Sedikit demi sedikit anak akan mulai
bertanya dan menanggapi ucapan orang tuanya.
Penelitian ini menekankan pada bentuk kata ulang yang sudah
diperoleh subjek dan urutan pemerolehannya. Peneliti membatasi
penelitian ini pada kasus anak usia lima tahun bernama Kukuh Arya
Renanto, anak Indonesia yang pada saat penelitian ini dilakukan tengah
berumur lima tahun dua bulan hingga lima tahun empat bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. 7 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian ini terdiri atas lima bagian yakni
Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV dan Bab V. Bab I merupakan pendahuluan.
Bagian ini berisi masalah-masalah teknis yang mendasari dan
mengarahkan penyusunan penelitian ini. Masalah teknis yang dimaksud
adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah penelitian, masalah penelitian, pembatasan istilah,
dan sistematika penyajian.
Bab II merupakan landasan teori. Bagian ini memaparkan tentang
penelitian yang relevan dan kajian teori.
Bab III merupakan metodologi penelitian. Bagian ini memaparkan
jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
trianggulasi.
Bab IV berisi tentang hasil analisis dan pembahasan. Pada bab ini
menguraikan deskripsi kata ulang yang sudah dikuasai oleh Kukuh anak
usia lima tahun, deskripsi urutan pemerolehan bahasa pada anak Kukuh
dan urutan kata ulang yang dikuasai lebih dulu.
Bab V berisi tentang penutup. Pada bab ini menguraikan
kesimpulan dari temuan penelitian, implikasi temuan bagi pembelajaran
bahasa Indonesia, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1 Penelitian yang Relevan
Berikut ini dikaji hasil penelitian yang relevan atau yang berkisar
pada masalah yang sejenis dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang
dipilih di sini adalah penelitian Budi Santoso (2009) yang berjudul
“Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun dalam Lingkungan
Keluarga”. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Objek penelitian
ini adalah pemerolehan bahasa anak, yakni bahasa Indonesia. Subjek
penelitiannya adalah Arya Pranata Jauhar Nawawi seorang anak berusia
tiga tahun tujuh bulan. Data yang digunakan untuk analisis kajian ialah
data autentik yang diperoleh melalui hasil observasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah : (1) panjang ayat yang digunakan anak usia tiga
tahun dalam bertutur. (2) penguasaan kalimat yang digunakan anak usia
tiga tahun dalam bertutur. (3) ujaran setiap giliran tutur yang digunakan
anak usia tiga tahun dalam bertutur.
Hasil dari penelitian “Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun
dalam Lingkungan Keluarga” dilihat dari sisi kajian pemerolehan bahasa
adalah pertama, berdasarkan panjang ayat anak usia tiga tahun dalam
bertutur pada umumnya mengucapkan kata-kata secara terpenggal. Serta
penguasaan bahasa yang dikuasai anak diperoleh melalui tahapan-tahapan
tertentu. Kedua, anak umur tiga tahun sudah mampu menyusun kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dalam bertutur meskipun masih sangat sederhana dan terbatas. Ketiga,
berdasarkan jumlah ujaran setiap giliran tutur dibuktikan anak usia tiga
tahun dalam bertutur hanya menjawab pertanyaan dari lawan tutur.
Penelitian kedua adalah penelitian Yohanna Ramadyanti (2010)
yang berjudul “Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama: Kasus Arsya Anak Usia Empat Tahun”. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1)
mendeskripsikan kalimat majemuk setara bahasa Indonesia dalam tuturan
Arsya, (2) mendeskripsikan kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia
dalam tuturan Arsya, (3) mendeskripsikan urutan pemerolehan kalimat
majemuk tersebut.
Penelitian ini mengambil subjek yang bernama Arsya anak usia
empat tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia empat
tahun Arsya dapat menghasilkan (1) empat jenis kalimat majemuk setara,
(2) delapan jenis kalimat majemuk bertingkat, (3) urutan waktu
pemerolehan kalimat majemuk berdasarkan frekuensi pemunculan
menunjukkan bahwa kalimat majemuk bertingkat yang paling sering
muncul dengan jumlah 13 tuturan.
Penelitian ketiga, yakni penelitian Anastasia Desmana Wardhani
(2008) yang berjudul “Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Pertama: Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun”. Penelitian ini
memiliki dua tujuan, yakni mendeskripsikan pemerolehan kalimat dalam
tuturan Raka dan mendeskripsikan urutan pemerolehan kalimat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian mengambil
subjek yang bernama Raka anak usia dua tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada anak usia dua tahun
Raka dapat membuat berbagai macam kalimat. Selain itu, ada empat jenis
makna kalimat yang sudah dikuasai oleh Raka. Keempat jenis kalimat itu
yaitu, kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan
kalimat eksklamatif.
Ketiga penelitian di atas dianggap relevan dengan penelitian ini
karena sama-sama bersifat kualitatif dan mendeskripsikan perkembangan
pemerolehan bahasa. Dari ketiga penelitian ini, peneliti mendapat inspirasi
untuk mencoba melakukan penelitian yang sama. Hal ini dilakukan karena
penelitian seperti ini jarang dan pemerolehan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama pada anak umur lima tahun perlu dukungan dan
dampingan dari orang tua dan guru.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Hakikat Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses
yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyelesaikan serangkaian
hipotesis yang makin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih
terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-
ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau
takaran perilaku tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dari bahasa tersebut, (Kiparsky via tarigan, 1984:243). Dardjowidjojo
(2010:225) juga mengatakan bahwa pemerolehan adalah proses
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia
belajar bahasa ibu. Dapat dikatakan pemerolehan adalah proses
memperoleh bahasa yang terjadi secara alamiah, biasanya terjadi di
lingkungan keluarga. Pemerolehan dipakai untuk menguasai bahasa ibu
atau bahasa pertama. Proses penguasaan bahasa melalui belajar bahasa
biasanya terjadi pada bahasa asing. Belajar bahasa berarti tahu tentang
“bahasa”, mengetahui kaidah bahasanya. Karena itu, pemerolehan
berlangsung dalam situasi alamiah, sedangkan belajar dalam kondisi
formal. Kanak-kanak dilahirkan dengan pengetahuan bahasa. Sistem
kognitifnya dipengaruhi untuk mengembangkan suatu tata bahasa yang
akan menggabungkan segala kesemestaan linguistik.
Pemerolehan bahasa yang dialami oleh seorang anak dapat meliputi
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Bidang fonologi
mempelajari tentang bunyi, bidang morfologi mempelajari tentang
rangkaian kata, bidang semantik mempelajari tentang makna, dan bidang
sintaksis tentang pembentukan kalimat.
2.2.2 Hakikat Pemerolehan Bahasa Pertama
Batasan-batasan tentang pemerolehan bahasa yang dibuat oleh para
ahli beraneka ragam, dari keberagaman itu mempunyai kandungan arti
yang berbeda pula. Dalam (KBBI 2011:980) pemerolehan diartikan proses,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
cara atau perbuatan memperoleh. Menurut (Soendjono Dardjowidjojo,
2010) istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris
acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak
secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language).
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses
yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian
hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih
terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-
ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarkan suatu ukuran atau
takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana dari bahasa
(Tarigan dalam Prastyaningsih, 2001:9). Dari pengertian di atas
disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa diartikan sebagai suatu proses
yang pertama kali dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan bahasa
sesuai dengan potensi kognitif yang dimiliki dengan didasarkan atas ujaran
yang diterima secara alamiah.
Dapat dikatakan juga bahwa pemerolehan bahasa adalah proses
manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini
melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik dan kosakata
yang luas. Dalam hal ini pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada
pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan bahasa anak
terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang
dewasa.
Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk membahas penguasaan
bahasa pertama di kalangan anak-anak karena proses tersebut terjadi tanpa
sadar, sedangkan pemerolehan bahasa kedua (second language learning)
dilaksanakan dengan sadar. Pemerolehan bahasa kedua adalah saat
seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu dia
menguasai batas tertentu bahasa pertama.
Pada pemerolehan bahasa mengenal beberapa tahapan pemerolehan
bahasa itu sendiri, pemerolehan bahasa pertama didapatkan seorang anak
dari ibunya atau lingkungan yang dekat dengan anak tersebut, sedangkan
bahasa kedua didapatkan seseorang dengan proses pembelajaran.
Pemerolehan bahasa kedua tidak sama dengan bahasa pertama, pada
pemerolehan bahasa pertama seorang anak belum menguasai bahasa apa
pun dan perkembangan pemerolehan bahasa ini seiring dengan
perkembangan fisik dan psikhisnya. Selain itu pemerolehan bahasa
pertama dilakukan secara informal dan digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua
dilakukan secara formal dan bahasa kedua tersebut tidak dipakai dalam
berkomunikasi dengan masyarakat di sekitarnya.
Bahasa pertama merupakan bahasa ibu, bahasa yang diperoleh
seseorang saat masa kanak-kanak pada awal pemerolehan bahasa. Oleh
karena itu pada umumnya bahasa pertama merupakan bahasa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Pemerolehan bahasa kedua dilakukan dengan proses. Kefasihan seorang
anak untuk menggunakan dua bahasa sangat tergantung adanya
kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika kesempatan
banyak maka kefasikan bahasanya semakin baik (Chaer, 1994:66).
Tak jarang pada masa kanak-kanak, mereka menggunakan kedua
bahasa secara bersamaan hal ini disebut kedwibahasaan. Dalam (KBBI,
2011:349) kedwibahasaan mempunyai arti perihal pemakaian dua bahasa
(seperti bahasa daerah di samping bahasa nasional). Menurut Robert Lado
dalam bukunya Pranowo (1996:6) kedwibahasaan merupakan kemampuan
berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara
teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimanapun
tingkatnya oleh seseorang. Pendapat ini semakin menguatkan pendapat
Bloomfield dalam bukunya Pranowo (1996:7) bahwa kedwibahasaan
adalah kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya
oleh seorang penutur, sedangkan Nababan dalam bukunya Sosiolinguistik
Suatu Pengantar (1984:27-28) mengemukakan lebih terperinci yakni
orang yang menggunakan dua bahasa disebut dwibahasawan atau orang
yang berdwibahasa. Kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi
dengan orang lain disebut bilingulisme dan kesanggupan atau kemampuan
seseorang berdwibahasa yaitu memakai dua bahasa, disebut dengan
bilingulitas.
Ada dua tipe pemerolehan bahasa oleh anak-anak dwibahasawan
yakni pemerolehan secara serentak (simultaneous acquistion) dan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berurutan (successive acquisition). Pemerolehan secara serentak adalah
pemerolehan seorang anak yang usianya yang ketiga sudah menguasai
kedua bahasa. Sedangkan pemerolehan secara berurutan jika seorang anak
menguasai salah satu bahasa dikuasai sebelum usianya yang ketiga.
Dalam pemerolehan kedua bahasa seorang anak, terdapat tiga
lingkungan yang perlu disebutkan yakni: lingkungan sekolah, masyarakat
dan keluarga. Lingkungan sekolah memungkinkan seorang anak menjadi
dwibahasawan baik karena program pendidikan yang disusun maupun
karena keragaman murid-muridnya. Faktor keragaman murid dalam arti
keragaman suku dan bahasa daerah murid sangat memungkinkan anak-
anak memakai bahasa sekolah sebagai bahasa komunikasi mereka.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, anak-anak yang memiliki
bahasa daerah memanfaatkan bahasa nasional (bahasa Indonesia) untuk
berkomunikasi dengan teman-temannya yang berbahasa daerah berbeda.
Di lingkungan masyarakat, (Gal, 1979 dalam Soewandi,1995:22)
melaporkan bahwa petani-petani kaya di Hongaria mengirimkan anak-
anak mereka untuk belajar bahasa Jerman di daerah penutur bahasa Jerman
selama satu tahun. Sebaliknya petani-petani itu juga menerima anak-anak
Jerman yang ingin belajar bahasa Hongaria.
Pada tingkat keluarga, ada lima strategi yang dapat digunakan
untuk membentuk dwibahasawan pada anak. Yang pertama, “satu orang,
satu bahasa” bapak berbahasa Indonesia kepada anak-anaknya dan ibu
berbahasa Jawa kepada mereka. (Soewandi, 1995:22). Yang kedua, orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tua selalu berbahasa daerah di rumah (termasuk di lingkungan tetangga),
tetapi di luar (di sekolah, di dalam pekerjaan dan di lingkungan masyarakat
yang lebih luas) memakai bahasa lain. Ketiga, (Zierer 1977:22 dalam
Soewandi 1995:22) seorang dwibahasawan Jerman-Spanyol yang tinggal
di Peru, sampai pada usianya kedua tahun sepuluh bulan orang tua selalu
berbahasa Jerman kepada anaknya. Baru setelah dirasakan dapat berbahasa
Jerman, ia diizinkan bermain dengan teman-temannya yang berbahasa
Spanyol. Yang keempat, berupa penggunaan dua bahasa secara bergantian
baik di lingkungan keluarga maupun di luar. Bahasa mana yang dipilih
bergantung pada topik, situasi, person dan tempat (Grosjean 1982:174
dalam Soewandi 1995:22). Strategi kelima, berupa pemilahan bahasa
menurut waktunya yakni bahasa yang satu dipakai pada waktu pagi, dan
bahasa yang lain pada waktu sore atau bahasa yang satu dipakai pada hari-
hari kerja, dan bahasa yang lain pada hari-hari libur.
2.2.3 Tahap Pemerolehan Bahasa
Menurut Soendjono Dardjowidjojo ada beberapa tahap
pemerolehan bahasa yakni, Tahap meraban (pralinguistik) pertama, pada
tahap ini selama bulan-bulan pertama kehidupan, bayi hanya menangis,
mendekut, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-
tiap jenis bunyi yang mungkin dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tahap meraban (pralinguistik) kedua, atau disebut juga tahap kata
omong-omong. Awal tahap ini biasanya pada permulaan pertengahan
kedua tahun pertama kehidupan.
Tahap satu kata, yang dimulai pada usia satu tahun anak mulai
berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi
anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat
mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari
seluruh kalimat itu (Dardjowidjojo, 2003:246).
Tahap Dua Kata, anak akan mulai menguasai Ujaran Dua Kata
(Two Word Utterance) sekitar umur dua tahun. Anak akan mulai dengan
dua kata diselingi jeda, seolah-olah dua kata itu terpisah. Misalnya ujaran
/mama bobok/. Anak tidak akan mengucapkan /mamabobok/ tetapi
/mama/bobok/. Jeda ini makin lama makin pendek sehingga ujaran yang
dihasilkan menjadi ujaran yang normal. Setelah beberapa lama anak akan
mengelurkan ujaran tiga kata atau lebih setelah menguasai ujaran dua kata.
Pada tahap III adalah pengembangan tata bahasa. Usia yang
merupakan saat keluarnya kanak-kanak dari Tahap II sangat berbeda-beda.
Ada kanak-kanak yang memasuki tahap III pada usia tiga tahun; ada pula
yang masih tetap mempergunakan ucapan-ucapan dua-kata secara
eksklusif sampai melewati usianya yang ketiga.
Pada tahap IV, yaitu tata bahasa pra-dewasa. Kanak-kanak
mulailah struktur-struktur tata bahasa yang lebih rumit, banyak
diantaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
komplementasi, relativisasi dan konjungsi. Mereka menghasilkan kalimat
“saya melihat kamu duduk”.
Pada akhir masa kanak-kanak, setiap orang yang tidak
mendapatkan rintangan apa-apa, sebenarnya telah mempelajari semua
sarana sintaksis bahasa ibunya dan ketrampilan-ketrampilan performasi
yang menandai untuk memahami dan menghasilkan bahasa yang biasa
dan perbendaharaan kata yang bertambah, sehingga disebut Tahap
Kompetensi Penuh. Berikut disajikan Tabel 1 Tahap Perkembangan
Bahasa.
Tabel 1
Tahap Perkembangan Bahasa
Usia Tahap Perkembangan Bahasa
0.0-0.5 Tahap Meraban (Pralinguistik) Pertama
0.5-1.0 Tahap Meraban (Pralinguistik) Kedua
1.0-2.0 Tahap Linguistik I: Kalimat Satu Kata
2.0-3.0 Tahap Linguistik II: Kalimat Dua Kata
3.0-4.0 Tahap Linguistik III: Pengembangan Tata Bahasa
4.0-5.0 Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pra Dewasa
5.0- Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.2.4 Hakikat Kata Ulang
Kata ulang adalah hasil pengulangan satuan gramatik, baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya. Proses
pengulangan ini disebut reduplikasi (Ramlan, 1997:63). Dalam (KBBI
2011:633) kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi.
Setiap kata ulang memiliki bentuk dasar. Satuan yang diulang
disebut bentuk dasar atau environment-nya. Bentuk dasar selalu berupa
satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya, berdesak-
desakkan bentuk dasarnya berdesakan. Bentuk dasar bagi kata ulang
penting bagi penentuan golongan pengulangan. Kata kebiru-biruan dari
bentuk dasar kebiruan, maka bentuk pengulangan sebagian. Jika dikatakan
kebiru-biruan dari bentuk dasar biru, maka termasuk golongan
pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
(Ramlan, 1997:68).
Menurut (Ramlan, 2009), pengulangan digolongkan menjadi empat
golongan :
1. Pengulangan seluruh, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar,
tanpa penambahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks. Misalnya :
sepeda sepeda-sepeda
buku buku-buku
sekali sekali-sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pembangunan pembangunan-pembangunan
pengertian pengertian-pengertian
2. Pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk
dasarnya. Bentuk dasar tidak diulang seluruhnya dan hampir semua
bentuk dasarnya berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk
tunggal, hanyalah:
laki lelaki
tamu tetamu
berapa beberapa
pertama pertama-tama
segala segala-gala
Apabila, bentuk dasar berupa bentuk kompleks, kemungkinan-
kemungkinan bentuknya sebagai berikut:
a. Bentuk meN-. Misalnya:
mengambil mengambil-ambil
membaca membaca-baca
menjalankan menjalan-jalankan
b. Bentuk di-. Misalnya:
ditarik ditarik-tarik
ditanami ditanam-tanami
disodorkan disodor-sodorkan
c. Bentuk ber-. Misalnya:
berjalan berjalan-jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bermain bermain-main
berlarut berlarut-larut
d. Bentuk ter-. Misalnya:
terbatuk terbatuk-batuk
terjatuh terjatuh-jatuh
e. Bentuk ber-an. Misalnya:
berlarian berlari-larian
berdekatan berdekat-dekatan
f. Bentuk –an. Misalnya:
minum minum-minuman
sayur sayur-sayuran
g. Bentuk ke-. Misalnya:
kedua kedua-dua
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks,
yakni pengulangan terjadi bersama-sama dengan proses
pembubuhan afiks dan bersama-sama mendukung satu fungsi.
Misalnya :
kereta kereta-keretaan
rumah rumah-rumahan
putih keputih-putihan
luas seluas-luasnya
tinggi setinggi-tingginya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
4. Pengulangan dengan pengubahan fonem, yakni kata yang diulang
seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya :
gerak gerak-gerik.
serba serba-serbi
lauk lauk-pauk
sayur sayur-mayur
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI, 2003),
reduplikasi atau pengulangan adalah proses penurunan kata dengan
perulangan, baik secara utuh maupun secara sebagian. Menurut bentuknya,
reduplikasi dapat dibagi menjadi empat kelompok yakni:
1. Perulangan utuh, misalnya:
rumah-rumah,
buku-buku,
gunung-gunung
2. Perulangan salin suara, misalnya:
warna-warni,
corat-coret,
sayur-mayur
3. Perulangan sebagian, misalnya:
Orang-orang tua,
rumah-rumah sakit,
surat-surat kabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
4. Perulangan yang disertai pengafiksan.
Bangun-bangunan,
main-mainan,
padi-padian.
Makna reduplikasi dapat digambarkan dengan diagram di bawah
ini, diikuti oleh maknanya masing-masing:
Skema 1 Makna Bentuk Reduplikasi
Keanekaan
1. ketaktunggalan sejenis
kekolektifan
Makna Reduplikasi berbagai
Rupa
2. Kemiripan
Cara
Gorys Keraf dalam Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, 1991,
berpendapat bahwa kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses
reduplikasi atau pengulangan kata, dan dapat dibagi sebagai berikut:
a. Dwipurwa yaitu vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan
dan bergeser ke posisi tengah, seperti: tetangga, leluhur, leluasa.
b. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh) reduplikasi atas seluruh
bentuk dasar, seperti: rumah-rumah, kejadian-kejadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Dwilingga salin suara yaitu reduplikasi atas seluruh bentuk dasar
yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem
atau lebih, seperti: gerak-gerik, sayur-mayur.
d. Kata ulang berimbuhan yaitu reduplikasi dengan mendapat
imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua,
seperti: bermain-main, tarik-menarik.
e. Kata ulang semu yakni kata yang sebenarnya merupakan kata dasar
dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi, seperti: laba-laba,
ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.
Dalam penulisan ini, peneliti memutuskan untuk menggunakan
jenis pengulangan Ramlan (2009: 69) yakni (a) pengulangan seluruh/utuh,
(b) pengulangan sebagian, (c) pengulangan yang berkombinasi dengan
proses pembubuhan afiks, (d) pengulangan dengan perubahan fonem,
seperti pada kata bolak-balik, namun jenis terakhir ini oleh Dardjowidjojo
(2000:191) disebut reduplikasi salin suara. Karena itu peneliti memilih
jenis yang keempat dari istilah Dardjowidjojo.
2.2.5 Anak Usia Lima Tahun
Anak usia lima tahun, anak-anak mulai memasuki usia pra sekolah
dasar mereka mulai belajar struktur tata bahasa yang lebih rumit. Menurut
Piaget dalam Suparno, anak usia lima tahun masuk dalam periode
praoperasional yakni anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
seperti: kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa
dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).
2.2.6 Konteks Data Tuturan
Dalam proses pemerolehan bahasa anak, peranan konteks sangatlah
penting dalam usaha memaknai tuturan. Para pakar berpendapat bahwa
kontekslah yang menumbuhkan bahasa anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan mengenai : (1) Jenis Penelitian, (2)
Subjek Penelitian, (3) Teknik Pengumpulan Data, (4) Instrumen
Penelitian, (5) Teknik Analisis Data, (6) Trianggulasi. Keenam hal
tersebut akan dijelaskan secara terperinci dalam setiap subbab berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (1990:309) penelitian deskripstif
merupakan penelitian mengenai keadaan gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk
menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan dengan “apa
adanya” suatu variabel, gejala atau suatu keadaan. Artinya dalam
melakukan suatu penelitian, peneliti menjadi instrumen kunci (key
instrument) baik dalam proses pengumpulan data maupun analisis datanya.
Peneliti berperan dalam memperoleh data yang bersifat alamiah.
Kealamiahan itu tampak pada data penelitian yang berupa tuturan-tuturan
Kukuh dalam konteks kesehariannya. Konteks alamiah keseharian Kukuh
tersebut sebagai sumber data tuturan langsung yang mencerminkan
aktivitas berbahasa Kukuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi berperan serta (participant observation).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak umur lima tahun bernama
Kukuh Arya Renanto. Lahir di Yogyakarta 29 Januari 2007. Sejak usia
lima bulan Kukuh diasuh oleh Paman dan Bibinya (kakak dari ibu
kandung Kukuh). Kukuh dirawat oleh Paman dan Bibi serta kedua anak
perempuannya. Mereka berasal dari keluarga menengah. Beralamat di
Pujokusuman MG I/476 Yogyakarta dan bersekolah di TK Kanisius
Kintelan Yogyakarta yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.
Kukuh (5:2) saat mengikuti lomba drumband mewakili sekolahnya.
Dalam kesehariannya Kukuh sering menggunakan bahasa
pertamanya yakni bahasa Indonesia. Kukuh menggunakan bahasa
Indonesia saat berada di rumah dan saat berkomunikasi dengan teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
teman bermainnya. Namun, karena tempat tinggal Kukuh berada di
lingkungan yang masih kental menggunakan bahasa Jawa, Kukuh
terkadang ikut terbawa menggunakan bahasa Jawa. Hal inilah yang
membuat Kukuh terkadang mencampur kedua bahasa yakni bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari.
Kukuh merupakan anak yang aktif, suka bermain, dan antusias
dalam belajar segala hal. Kemampuan berkomunikasi dengan orang
disekitarnya pun lancar dan aktif. Dia selalu memberi respon pada sesuatu
yang dilihatnya dan berusaha menanyakan sesuatu yang belum pernah
dilihat sebelumnya.
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk mengobservasi objek
penelitian yakni, tempat tinggal Kukuh Arya Renanto yang beralamat di
Pujokusuman MGI/476 RT 22 RW 05 Kelurahan Keparakan Kecamatan
Mergangsan Yogyakarta.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, peneliti sendiri
bertindak sebagai instrumen kunci (key instrument), baik dalam
pegumpulan data maupun dalam menganalisis data. Karena itu penelitian
ini menggunakan metode observasi (participant observation). Peneliti
mengobservasi dan berperan serta sebagai pengamat dalam lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
keseharian Kukuh Arya Renanto. Ada beberapa alasan peneliti
memanfaatkan pengamatan untuk mengumpulkan data. Pertama seorang
anak kecil berusia lima tahun akan sangat sulit jika diteliti dengan model
tes dan wawancara. Kedua, melalui pengamatan memungkinkan peneliti
mengetahui data yang berupa ujaran yang dihasilkan secara alamiah.
Ketiga, peneliti dapat memberikan perhatian penuh kepada subjek
penelitian. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (via
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Nababan, P. W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Nababan, Subyakto. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ramadyanti, Yohana. 2010. Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Arsya Anak Usia Empat Tahun. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Ramlan, M. 1997. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi. Cet. Ke-11. Yogyakarta: CV. Karyono.
Santoso, Budi. 2009. Pemerolehan Bahasa Anak Tiga Tahun dalam Lingkungan Keluarga. Malang: FKIP Universitas Negeri Malang.
Soewandi, A.M. Slamet. 1995. Kedwibahasaan Pengertian, Implikasi dan Kenyataan Empirisnya dalam Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Wardhani, Anastasia Desmana. 2008. Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama: Kasus Raka Anak Usia Dua Tahun. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Widharyanto, B. 2000. Manifestasi Perspektif Pemberitaan Surat Kabar Indonesia pada Era Akhir Orde Baru ke Dalam Strategi Penyajian Informasi dan Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa. Disertasi Program Doktoral (S3). Malang: Universitas Negeri Malang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
LAMPIRAN 1
DATA PENELITIAN
Tabel : Data Tuturan Kata Ulang Seluruh/Utuh
No. Kode Konteks Tuturan Data Tuturan
I.(1) Situasi sedang mandi sore hari, topik Pakdenya (PA) menyuruh cepat gosok gigi
PA: cepet gosok gigi Kuh! KU : Jare Bu Guru gosok gigi gak cepet-cepet Be, pelan-pelan aja...
I.(2) Situasi sedang mandi sore hari, topik Pakdenya (PA) menyuruh cepat gosok gigi
PA: cepet gosok gigi Kuh! KU : Jare Bu Guru gosok gigi gak cepet-cepet Be, pelan-pelan aja...
I.(3) Situasi sore hari, di rumah, topik Kukuh melarang Mas Datu (MD) pacar kakaknya mengajak pergi kakaknya
KU: Mas Datu kok sukanya ngajak mba Eka jalan-jalan to! MD: Emang gak boleh Kuh? KU: Gak boleh tiap-tiap hari (maksudnya setiap hari)
I.(4) Situasi sore hari, di rumah, topik Kukuh melarang Mas Datu (MD) pacar kakaknya mengajak pergi kakaknya
KU: Mas Datu kok sukanya ngajak mba Eka jalan-jalan to! MD: Emang gak boleh Kuh? KU: Gak boleh tiap-tiap hari (maksudnya setiap hari)
I.(5) Situasi siang hari, pulang sekolah, topik: ditanya kegiatan di sekolah oleh mba Ria
MR: Tadi belajar apa di sekolah, Kuh? KU: Cuma gambar-gambar tok (maksudnya hanya menggambar saja)
I.(6) Situasi pagi hari, melihat kakaknya masih tidur pulas, Kukuh berkomentar:
Kok mba Ria belum bangun-bangun to! Males banget!
I.(7) Situasi pagi hari, akan berangkat sekolah, topik: takut terlambat sekolah
Cepet mba, ntar aku gak bisa ikut baris-baris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
I.(8) Situasi sore hari, di depan rumah saat hujan. Merajuk pada Budenya (BU) agar diijinkan main air hujan
KU: De, boleh hujan-hujanan? BU: Gak! Masih gerimis malah sakit nanti! KU: Yo, nanti kalau udah gede-gede hujannya boleh De? (maksudnya hujan deras)
I.(9) Situasi sore hari, saat akan diajak jalan-jalan oleh Pakdenya
KU: Jadi gak Be? Selak gelap-gelap lho...(maksudnya: keburu malam)
I.(10) Situasi bercerita dengan Budenya (BU) waktu malam hari, di ruang keluarga, topik menceritakan kunjungan sekolahnya ke kantor pemadam kebakaran
KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota
BU: Iya to? Main apa?
KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
I.(11) Situasi bercerita dengan Budenya (BU) waktu malam hari, di ruang keluarga, topik menceritakan kunjungan sekolahnya ke kantor pemadam kebakaran
KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota
BU: Iya to? Main apa?
KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
(maksudnya bermain memadamkan api memakai selang yang panjang dan berat)
I.(12) Situasi bercerita dengan Budenya (BU) waktu malam hari, di ruang keluarga, topik menceritakan kunjungan sekolahnya ke kantor pemadam kebakaran
KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota
BU: Iya to? Main apa?
KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
I.(13) Situasi bercerita dengan Budenya (BU) waktu malam hari, di ruang keluarga, topik menceritakan kunjungan sekolahnya ke kantor
KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota
BU: Iya to? Main apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pemadam kebakaran KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
I.(14) Situasi malam hari, di rumah. Topik: melarang Budenya memberi uang jajan pada kakaknya
KU: Mbok, mba Ria jangan dikasih uang banyak-banyak De// nanti habis
I.(15) Situasi ketika sedang dalam perjalanan ke Sragen, Kukuh bertanya kepada Budenya
KU: De, kok ora sampai-sampai to?
(maksudnya, sampai Sragen)
I.(16) Situasi bermain di ruang tamu, malam hari. Kukuh melarang kakaknya memegang mainannya
Ojo dipegang mba, mengko rusak-rusak!
(maksudnya: jangan dipegang, nanti rusak)
I.(17) Situasi sore hari, di dapur, saat menemani Mba Eka membuat agar-agar
KU: bikin agar-agar po mba?
ME: iya
KU: kok warnanya pink?
ME: kan dikasih pewarna makanan
KU: ooo.. jadi bisa warna-warni mba?
I.(18) Situasi malam hari, di kamar, ketika menggambar
Gambarnya Kukuh bagus-bagus ya mba?
I.(19) Situasi bermain dengan teman-temannya di depan rumah. Topik: main petak umpet
..gak boleh jauh-jauh ngumpetnya..
I.(20) Situasi siang hari, di depan rumah. Topik: Kukuh protes temannya main memakai air
Gak boleh basah-basah nanti bolanya cepet rusak...
I.(21) Situasi sedang santai di malam hari, Kukuh menceritakan pada Budenya saat disuntik imunisasi di sekolah
De, tadi teman-teman ku banyak yang nangis lho pas disuntik...
I.(22) Situasi sore hari di kamar. Topik: dimarahi kakaknya karena
Mengko nek marah-marah terus cepet tua lho mba// rambutnya putih-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
membuang kertas di kamar. putih..
I.(23) Situasi sore hari di kamar. Topik: dimarahi kakaknya karena membuang kertas di kamar.
Mengko nek marah-marah terus cepet tua lho mba// rambutnya putih-putih..
I.(24) Situasi malam hari, di rumah saat makan malam. Kukuh berkomentar:
Wah semua makan-makan...
I.(25) Situasi malam hari saat mengerjakan PR, di rumah. Topik: tidak bisa mengerjakan PR
Bu guru kasih soal susah-susah sih, Kukuh kan jadi bingung..
I.(26) Situasi siang hari, di rumah, topik: saat belajar dengan kakaknya diberi soal berhitung
..gak mau mba, Kukuh capek ngitung-ngitung terus
I.(27) Situasi sore hari, di rumah. Topik: protes pada kakaknya karena pulang tidak membawa es pesanannya
.. mba Eka lupa-lupa terus beliin Kukuh es bangjo..
I.(28) Situasi siang hari, di pantai Parangkusumo, saat diajak melihat festival layang-layang
... itu lho yang sebelah sana, keren-keren layangannya..
I.(29) Situasi siang hari, di rumah, melihat kakaknya akan berangkat kuliah. Topik: melihat mba Eka memakai ransel, Kukuh bertanya:
... kalo udah gede sekolahnya pake tas gede-gede ya mba?
I.(30) Situasi malam hari, di rumah, topik: menyiapkan seragam sekolah
.. besok hari jumat ya// berarti Kukuh pake kotak-kotak
(maksudnya seragam kotak-kotak)
I.(31) Situasi malam hari, saat akan tidur. Topik: Kukuh gatal-gatal, minta diberi bedak
..kasih bedak mba sebelah sini.. gatal-gatal semua// aduh.. pelan-pelan aja mba
I.(32) Situasi malam hari, saat akan tidur. Topik: Kukuh gatal-gatal, minta diberi bedak
..kasih bedak mba sebelah sini.. gatal-gatal semua// aduh.. pelan-pelan aja mba
I.(33) Situasi sore hari, di rumah. Topik: melihat semua orang di rumah sedang repot, Kukuh berkomentar:
Wah repot-repot semua...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar gelap, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(10) KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota BU: Iya to? Main apa? KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
Main-main √ Pengulangan seluruh bentuk dasar main, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
I.(11) KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota BU: Iya to? Main apa? KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
Padam-padam √ Pengulangan seluruh bentuk dasar padam, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(12) KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota BU: Iya to? Main apa? KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
Panjang-panjang √ Pengulangan seluruh bentuk dasar panjang, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(13) KU: De, tadi Kukuh main-main di pemadam cedak Balai Kota BU: Iya to? Main apa? KU: Main padam-padam De, aku di depan pegang selang panjang-panjang// berat-berat lho De...
Berat-berat √ Pengulangan seluruh bentuk dasar berat, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(14) KU: mbok, mba Ria jangan dikasih uang banyak-banyak De// nanti habis
Banyak-banyak
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar banyak, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
I.(15) KU: De, kok ora sampai-sampai to?
Sampai-sampai √ Pengulangan seluruh bentuk dasar sampai, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(16) KU: ojo dipegang mba, mengko rusak-rusak!
Rusak-rusak √ Pengulangan seluruh bentuk dasar rusak, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(17) KU: bikin agar-agar po mba? ME: Iya, KU: kok warnanya pink? ME: kan dikasih pewarna makanan KU: ooo, .. jadi bisa warna-warni mba?
Agar-agar √ Pengulangan seluruh bentuk dasar agar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(18) Gambarnya Kukuh bagus-bagus ya mba?
Bagus-bagus
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar bagus, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(19) Gak boleh jauh-jauh ngumpetnya..
Jauh-jauh
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar jauh, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
I.(20) Gak boleh basah-basah nanti bolanya cepat rusak..
Basah-basah √ Pengulangan seluruh bentuk dasar basah, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(21) De, tadi teman-teman ku banyak yang nangis lho pas disuntik..
Teman-teman √ Pengulangan seluruh bentuk dasar teman, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(22) Mengko nek marah-marah terus cepettua lho mba// rambutnya putih-putih..
Marah-marah √ Pengulangan seluruh bentuk dasar marah, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(23) Mengko nek marah-marah terus cepettua lho mba// rambutnya putih-putih..
Putih-putih
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar putih, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(24) Wah semua makan-makan.. Makan-makan
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar makan, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
I.(25) Bu guru kasih soal susah-susah sih, Kukuh kan jadi bingung..
Susah-susah √ Pengulangan seluruh bentuk dasar susah, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(26) ..gak mau mba, Kukuh capek ngitung-ngitung terus
Ngitung-ngitung √ Pengulangan seluruh bentuk dasar ngitung, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Mendapat interferensi bahasa Jawa.
I.(27) Mba Eka lupa-lupa terus beliin Kukuh es bangjo...
Lupa-lupa √ Pengulangan seluruh bentuk dasar lupa, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(28) ..itu lho yang di sebelah sana, keren-keren layangannya...
Keren-keren
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar keren, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(29) ..kalo udah gede sekolahnya pake tas gede-gede ya mba?
Gede-gede
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar gede, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
I.(30) Besok hari jumat ya// berarti Kukuh pakai kotak-kotak
Kotak-kotak √ Pengulangan seluruh bentuk dasar kotak, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(31) ..kasih bedak mba sebelah sini.. gatal-gatal semua// aduh.. pelan-pelan aja mba..
Gatal-gatal √ Pengulangan seluruh bentuk dasar gatal, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(32) ..kasih bedak mba sebelah sini.. gatal-gatal semua// aduh.. pelan-pelan aja mba..
Pelan-pelan √ Pengulangan seluruh bentuk dasar pelan, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(33) Wah repot-repot semua.. Repot-repot
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar repot, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(34) Tumben beres-beres mba// biar nyamuk-nyamuk gak datang to?
Beres-beres
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar beres, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
I.(35) Tumben beres-beres mba// biar nyamuk-nyamuk gak datang to?
Nyamuk-nyamuk √ Pengulangan seluruh bentuk dasar nyamuk, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(36) ..wah dah rapi-rapi malah libur..
Rapi-rapi √ Pengulangan seluruh bentuk dasar rapi, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(37) Yudha, sini wes tak tunggu-tunggu je..
Tunggu-tunggu √ Pengulangan seluruh bentuk dasar tunggu, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
I.(38) Dingiiiiiin banget ki, Kukuh kapok-kapok lagi.
Kapok-kapok
√ Pengulangan seluruh bentuk dasar kapok, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
Nginjak-nginjaki √ Kata ulang tersebut mendapat interferensi bahasa Jawa.
II.(8) Ditiup-tiupin gini terus mba// ntar gak sakit lagi..
Ditiup-tiupin √ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar tiup, bentuk dasar tiup tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
II.(9) Buku-bukunya Kukuh udah banyak ya mba..
Buku-bukunya √ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar buku, bentuk dasar buku tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk -nya.
II.(10) Wee.. ora entuk Bi, harus berbagi-bagi sama teman..
Berbagi-bagi √ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar bagi, bentuk dasar bagi tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk ber-.
II.(11) Hoo gitu Bi bersama-sama mainnya..
Bersama-sama √ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar sama, bentuk dasar sama tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk ber-.
II.(12) Semua berkumpul-kumpul di rumah Kukuh.
Berkumpul-kumpul
√ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar kumpul, bentuk dasar kumpul tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk ber-.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kode Data Data Kata Ulang
Jenis Kata Ulang Keterangan Seluruh Sebagian Pembubuhan
afiks Salin Suara
II.(13) Ojo ditarik-tarik ntar putus.. Ditarik-tarik √ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar tarik, bentuk dasar tarik tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.
II.(14) Bukan gitu mba, gini lho diputar-putar biar seneng hamsternya..
Diputar-putar √ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar putar, bentuk dasar putar tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk di-.
II.(15) Gak mau mba, Kukuh capek menghitung-hitung terus..
Menghitung-hitung
√ Pengulangan sebagian dari bentuk dasar hitung, bentuk dasar hitung tidak diulang seluruhnya dan mendapatkan morfem bentuk men-.
III.(2) Mba, bintangnya boleh warna-warni?
Warna-warni
√ Pengulangan warna-warni dibentuk dari bentuk dasar warna yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem /i/
III.(4) Wah, mba Ria ki wira-wiri terus ki...
Wira-wiri √ Pengulangan wira-wiri dibentuk dari bentuk dasar wiri yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem /a/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PEMEROLEHAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA SEBAGAI
BAHASA PERTAMA PADA KASUS KUKUH ARYA RENANTO ANAK
(Peneliti Ekaristi Margarita)
Nama Trianggulator : Irsasri, S.Pd., M.Pd.
Hasil Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian
1. Dalam teori pemerolehan bahasa, aspek umur seseorang merupakan
salah satu unsur yang mempengaruhi keberhasilan berbahasa.
2. Kasus Kukuh Arya Renanto dapat menjadi salah satu indikator
pembuktian teori pemerolehan bahasa dalam penelitian ini.
3. Data yang didapat peneliti sudah dicatat dan ditranskrip sesuai dengan
kaidah.
4. Data tuturan sudah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kalimat.
5. Ditemukan unsur lain yang dapat mendukung keabsahan data dalam
penelitian yaitu interferensi gramatikal.
6. Kasus Kukuh Arya Renanto masih ada kekurangan data yang empiris
yaitu sejauh mana pengaruh bahasa pertama pada orang tua.
7. Perlu dijelaskan kondisi sehari-hari bahasa orang tua yang dapat
diterima baik secara sadar maupun tidak sadar oleh anak (Kukuh Arya
Renanto).
8. Pada data tuturan kata ulang sebagian dan tuturan kata ulang salin
suara sangat kental interferensi bahasa pertama orang tuanya atau pola
struktur dari bahasa Jawa.
9. Perlu dicantumkan pula bagaimana proses pembentukan kata-kata
tersebut oleh “si anak”, pada tabel hendaknya dilengkapi pula dengan
tanggapan atau pengamatan peneliti jadi tidak hanya konteks tuturan
dan data tuturannya (kalau memungkinkan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BIODATA
Ekaristi Margarita lahir di Jakarta Utara, 25 Juni 1987.
Anak pertama dari pasangan Bapak Yohanes Supangat
dan Ibu Theresia Kirminah. Ia tinggal di Pujokusuman
MG I/476, Keparakan, Mergangsan, Yogyakarta.
Tahun 1994 mengawali studi di bangku TK
Pujokusuman, Yogyakarta. Tahun 1996-2001 duduk di
bangku SD Kanisius Kintelan. Studi dilanjutkan tahun 2001-2003 di bangku
SLTP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta. Tahun 2003-2005 melanjutkan
studi di SMA Santa Maria Marsudirini Yogyakarta. Karya tulis yang dihasilkan
semasa SMA berjudul “Upaya Masyarakat Tenganan Mempertahankan Budaya
Asli”. Setelah menamatkan studi di sekolah menengah kemudian tahun 2006
melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Untuk mendapatkan gelar sarjana
pendidikan ia menempuh skripsi dengan judul “Pemerolehan Kata Ulang sebagai
Bahasa Pertama pada Kasus Kukuh Arya Renanto Anak Umur Lima Tahun”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI