i PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Tantika Lumban Gaol NIM: 081124030 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/22972/2/081124030_Full.pdf · i pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG
BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER
FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Tantika Lumban Gaol NIM: 081124030
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada semua orang yang dengan sepenuh hati
membantu dan mendukung saya selama penulisan skripsi ini, terutama para
saudariku para suster KSFL, keluarga, seluruh dosen IPPAK-USD dan teman-
teman angkatan 2008/2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”
(Yoh 8: 68)
Kita tidak bisa melakukan hal besar di bumi ini. Kita hanya bisa melakukan
hal kecil dengan cinta yang besar
(Muder Teresa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Oktober 2012
Penulis
Tantika Lumban Gaol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Tantika Lumban Gaol
Nomor Mahasiswa : 081124030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG
BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER
FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Oktober 2012
Yang mengatakan,
(Tantika Lumban Gaol)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK Skripsi ini berjudul PENGARUH BIMBINGAN ROHANI
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER YUNIOR DAN YANG BERKAUL KEKAL LIMA TAHUN KE BAWAH KONGREGASI SUSTER FRANSISKAN SANTA LUSIA (KSFL). Judul ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi di mana kemampuan ini mutlak perlu dalam hidup yang memudahkan para suster menjalani hidup berkomunitas dan karya pelayanan mereka. Keingintahuan tersebut muncul karena ada kesan bahwa komunikasi antarpribadi di kalangan para suster tak jarang terjadi salah paham yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam komunitas.
Bimbingan rohani adalah hubungan tetap antara dua orang di mana yang satu mencari pengaruh dari yang lain dalam perkembangan hidup rohani. Pengaruh itu ditujukan kepada kedewasaan rohani dan manusiawi. Salah satu indikator dari kedewasaan tersebut adalah kemampuan komunikasi antarpribadi. Kemampuan komunikasi antarpribadi adalah kemampuan membina dan memelihara komunikasi di mana mereka dapat menerima dan menyampaikan pesan secara tepat sehingga merasakan kenyamanan dalam jalinan komunikasi dengan sesama. Kemampuan komunikasi antarpribadi ini dipengaruhi banyak faktor antara lain pendidikan dan pengalaman. Salah satu bentuk pendidikan dalam Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia adalah bimbingan rohani.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, H0: tidak ada pengaruh bimbingan rohani terhadap komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia. H1: ada pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Populasi dari penelitian ini adalah para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia Pematangsiantar sebanyak 60 responden. Instrumen yang digunakan ialah skala sikap yang dikembangkan dalam 30 pernyataan mengenai bimbingan rohani dan 30 pernyataan mengenai kemampuan komunikasi antarpribadi. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 60 orang dengan nilai kritis 0,254 terdapat 59 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,674, yang berarti reliabilitas instrumen cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean bimbingan rohani adalah 129.6500 dan mean kemampuan komunikasi antarpribadi adalah 31.2000, kedua mean tergolong baik. Dari hasil uji regresi linier sederhana dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai r2 sebesar 0,454 (45,4%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari bimbingan rohani (X) terhadap komunikasi antarpribadi (Y). Persamaan regresinya yaitu Y= 36.270+0,606X. Artinya setiap penambahan nilai bimbingan rohani 1 poin, maka nilai kemampuan komunikasi antarpribadi bertambah 36.270+0,606. Nilai signifikansi 0,000 artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Maka, disarankan perlunya meningkatkan bimbingan rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This writing entitles THE INFLUENCE OF SPIRITUAL GUIDANCE TO INTERPERSONAL COMMUNICATION ABILITY OF THE JUNIOR AND THE SISTERS IN THE INITIAL FIVE YEARS OF PERPETUAL VOWS IN THE CONGREGATION OF FRANSISCAN SISTER OF SAINT LUCIA. This title was chosen based on the writer’s curiosity about spiritual guidance contribution to the interpersonal communication ability. It is realized that this ability is basically needed in their community and ministry. The writer thinks that the communication among the sisters is occasionally disrupted because of their misunderstanding. This causes inconvenience in community. This writing is destined to measure how deep is the influence of the spiritual guidance to sisters’ interpersonal communication ability.
Spiritual guidance is a continual relation between two persons in which one of them searching for guidance to one’s spirituality progress. The guidande is directed to spiritual guidance process, one is demanded to deliver and accept messages precisely in order to get the good relation for one’s personal and spiritual maturity. Thus, it is clear that spiritual guidance influences interpersonal communication ability.
Based on the theory above, it can be formulated research hypothesis, that are H0: there is no influence of spiritual guidance for Junior and five year perpetual vow sisters and H1: there is influence of spiritual guidance for junior and five year perpetual vows sisters of the Fransiscan Congregation of Saint Lucia, Pematangsiantar.
This research uses regressive quantitative method. Population of this research is junior sisters and five year perpetual vow sisters of the Fransiscan Congregation of Saint Lucia, Pematangsiantar. There are 60 respondents. The instrument applied is behavior scale which is encompassed in 30 questions about interpersonal communication ability. From the result of validity test on 5 % of significance level, N 60 respondents with 0,254 critical value is found 59 valid item. Whereas, the result of the reliability test coefficient alpha 0,674 that means the instrument reliability is high enough.
This research shows that mean value of spiritual guidance is 129.6500 and mean of interpersonal communication ability is 31.2000, both are qualified as good variable. From the simple linier regression test result with 5 % significance level is obtained r2 value 0,454 (45, 4%) that means there is positive influence from spiritual guidance (X) to interpersonal communication (Y). Regressive equation is Y= 36.270+0,606X. It means in every 1 multiple point spiritual guidance value, interpersonal communication ability increases 36.270+0,606. The significance value is 0,000 that means H1 is accepted and H0 is rejected. So, it is proposed that spiritual guidance must be increased in quality.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah penulis alami selama proses penulisan
skripsi ini sampai selesai. Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan berkat bantuan dan keterlibatan banyak pihak baik langsung
maupun tidak langsung membantu proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan limpah terimakasih serta penghargaan yang tulus kepada:
1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen utama yang dengan sepenuh
hati dan kesabaran mendampingi, mengarahkan, memberikan masukan yang
sangat berguna dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai selesai.
2. Rm. Dr. B. A. Rukiyanto, SJ., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
penguji II yang setia membimbing dan memberi masukan selama proses
penulisan skripsi ini sampai selesainya.
3. Bapak Banyu Dewa, HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang memberi
semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi.
4. Kaprodi IPPAK-USD, Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ., yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dan melakukan penelitian dari
awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen prodi IPPAK-USD, yang telah membekali penulis dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang dapat penulis gunakan sebagai bekal hidup
yang berharga.
6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD khususnya bagian sekretariat yang selalu
setia memberikan pelayanan dalam hal administrasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Sr. Adelberta, KSFL, selaku Pemimpin Umum Kongregasi Suster Fransiskan
Santa Lusia (KSFL) yang memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian kepada para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke
bawah.
8. Sr. Gerarda, KSFL, yang membantu penulis dalam mendistribusikan koesioner
untuk para suster yang tersebar di berbagai komunitas yang ada di Sumatera
Utara dan mengembalikan sesuai dengan waktu yang penulis harapkan.
9. Teman-teman angkatan 2008/2009 yang dengan sepenuh hati dan ketulusan
mendukung, memotivasi penulis sampai selesainya skripsi ini.
10. Orang tua dan segenap keluarga yang selalu mencintai dan mendoakan penulis
dalam menjalani panggilan dan perutusan studi ini.
11. Para saudariku, suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah
yang bersedia memberikan waktu dan bantuannya kepada penulis sehingga
penulis dapat melakukan penelitian.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang mencintai
mendoakan, memberikan perhatian yang tulus kepada penulis dalam
menempuh studi di IPPAK sampai selesainya skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menyusun skripsi ini sehingga masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran para pembaca yang bisa membangun demi perbaikan skripsi
ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 24 Oktober 2012
Penulis
Tantika Lumban Gaol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
MOTTO . ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... vii
ABSTRAK .. .............................................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR . ............................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 10
D. Rumusan Permasalahan ............................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11
F. Manfaat Penulisan. ....................................................................................... 12
G. Metode Penulisan ......................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ..................................................... 14
A. Bimbingan Rohani .............................................................................................. 14
1. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Rohani .................................................. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai luhur panggilan seorang religius adalah kesalehan hidup rohaninya.
Ia dipanggil untuk menghadirkan satu bentuk hidup yang sepenuhnya dijiwai oleh
Kristus. Supaya keluhuran panggilan seorang religius itu tetap terjaga perlu usaha
dari orang-orang terpanggil itu dan tentu saja bersama rahmat Allah. Kristus juga
menuntut kerjasama dari pihak manusia yakni setiap religius harus bertekun
dalam mengembangkan hidup rohaninya, oleh karena itu para calon religius dan
para religius perlu dibantu dan diarahkan untuk memahami maksud Allah yang
memanggilnya.
Dewasa ini banyak kaum religius kurang memperhatikan hidup
rohaninya karena terlalu sibuk di dalam karya pelayanan. Mereka kurang
menyediakan waktu untuk menyepi, masuk ke dalam keheningan batin. Oleh
karena itu, banyak kaum religius yang mengalami krisis panggilan, muncul rasa
bosan, kurang puas akan berbagai fasilitas yang tersedia, mudah mengeluh, mudah
merasa jenuh dan lelah dalam karya. Setiap pribadi religius semestinya
mengusahakan keseimbangan antara hidup rohani dan hidup karya nyata. Untuk
itu, seorang religius harus meluangkan waktu untuk membenahi hidup rohaninya.
Salah satu bentuk pembinaan dalam kongregasi Fransiskan Santa Lusia
adalah melalui bimbingan rohani. Sebagai kaum religius, para suster Kongregasi
Suster Fransiskan Santa Lusia (selanjutnya disingkat dengan KSFL) juga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
luput dari tuntutan itu seturut semangat Santo Fransiskus Asisi, para suster KSFL
harus menjaga keseimbangan hidup rohani dan karya pelayanannya. Oleh karena
itu, keanggotaan di dalam KSFL dibedakan menjadi tiga bagian yaitu; yunior,
medior dan senior. Tujuan dari pentahapan tersebut adalah agar pendampingan
dan pembinaan hidup rohani para suster dapat optimal dan sesuai dengan
kebutuhan para suster yang bersangkutan. KSFL menyediakan berbagai program
pembinaan bagi semua suster baik yunior, medior maupun senior. Akan tetapi
peneliti hanya memfokuskan perhatian pada pembinaan melalui bimbingan rohani
karena sampai sekarang program ini masih secara intensif dilaksanakan khususnya
bagi para suster yunior yang berkaul kekal lima tahun.
Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) didirikan oleh Muder
Lusia Dierckx pada tanggal 15 oktober 1847 di Meersel-Belgia. Kemudian para
suster KSFL dari Belanda mengembangkan karya ke Indonesia tepatnya pada
tanggal 03 Oktober 1925. Pada awal berdirinya Kongregasi ini bernama:
Kongregasi Peniten Rekolektin Ordo III Reguler Santo Fransiskus Asisi yang
sekarang dikenal dengan nama: Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
(KSFL). Dalam tulisan ini peneliti memfokuskan kepada para suster yunior dan
suster kaul kekal usia lima tahun yang terdiri dari ± 60 orang yang sedang
menjalani dan sudah mengalami bimbingan rohani.
Masa Yuniorat dimulai sejak seorang suster mengucapkan kaul pertama sampai mengucapkan kaul kekal. Masa Yuniorat merupakan masa pengembangan, pendalaman tentang cara hidup kongregasi dan pematangan lebih lanjut serta persiapan intensif untuk pilihan status hidup tetap bagi cara hidup kita yang terwujud dengan pengikraran kaul kekal. Juga dalam masa yuniorat, suster harus berupaya membina diri agar semakin menjadi pribadi religius yang matang dan dewasa lagi tangguh sesuai dengan spiritualitas dan karisma kongregasi sehingga mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
melaksanakan pengutusannya dengan penuh dedikasi (Konstitusi pasal 2: 32).
Pada tahap yunior para suster masih harus menjalani pembinaan secara
intensif sebelum mereka bergabung secara definitif dalam Kongregasi Suster
Fransiskan Santa Lusia dengan pengikraran kaul kekal. Salah satu program
pembinaan adalah dalam bentuk bimbingan rohani secara pribadi. Adapun isi dari
bimbingan rohani ini meliputi lima aspek pembinaan, yaitu aspek kepribadian,
Fransiskan, hidup religius yang terdiri dari kaul, doa dan karya kerasulan. Aspek
kepribadian bertujuan membantu para suster untuk mengenal dan menerima diri
apa adanya, mampu mengendalikan diri, memiliki semangat, mampu membangun
komunikasi antarpribadi dalam komunitas maupun di luar komunitas. Aspek
karisma bertujuan membantu para suster semakin terbuka akan rahmat panggilan
dan menghayati karisma dan spiritualitas kongregasi. Aspek Fransiskan bertujuan
membantu para suster agar semakin menghayati Injil secara radikal dengan
semangat pengosongan diri, kegembiraan dalam persaudaraan, dan pertobatan
terus-menerus sebagaimana dihidupi dan dihayati oleh Bapa Fransiskus Asisi.
Aspek hidup religius bertujuan untuk membantu para suster agar semakin
menumbuhkembangkan semangat doa, latihan rohani, askese dan menghayati
ketiga kaul sedangkan aspek karya kerasulan bertujuan untuk membantu para
suster melakukan pelayanan dengan sepenuh hati kepada siapapun mereka diutus
untuk melayani.
Panggilan adalah gerakan roh yang mesti dibaca dan dijawab secara pribadi (bdk. Gal 5:16). Dalam rangka itu pembinaan mutlak perlu (KHK, Kan. 597$2), agar seorang mampu bertumbuh dan berkembang dalam menghayati dan membatinkan Kristus, kemudian mewujudkannya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hidup sesuai dengan semangat kongregasi secara konsekwen dan konsisten (Konstitusi pasal 2: 13)
Pada kenyataannya para suster terkesan sering mengalami persoalan dalam
hidup berkomunitas yang diakibatkan oleh antara lain kurangnya kemampuan
dalam komunikasi antarpribadi yang menimbulkan salah paham, curiga, saling
mendiamkan, karena tidak mampu mengkomunikasikan perasaan, pikiran
masing-masing secara jujur dan terbuka. Kenyataan di atas membuat suasana
dalam komunitas tidak nyaman dan dalam kondisi demikian mempengaruhi
seluruh gerak hidup baik di komunitas maupun karya. Semestinya hidup
persaudaraan dalam komunitas menyuburkan semangat pelayanan para suster
dalam berbagai bidang yang mereka geluti.
Panggilan hidup sebagai religius pada zaman ini dihadapkan dengan
sejumlah tantangan. Tantangan zaman ditandai oleh hal-hal yang bersifat instan
cukup banyak orang muda yang masuk sebagai calon anggota tarekat religius
tergolong dalam generasi instan yang memiliki kecenderungan ingin langsung
hidup enak, tidak memiliki kesabaran dan daya tahan untuk memulai sesuatu dari
bawah, cepat menyerah bila berhadapan dengan kesulitan. Kenyataan ini tampak
dari lebih mudahnya orang berganti haluan dalam memilih jalan hidup ketika
mengalami keraguan atau kesulitan. Adanya gejala individualisme semakin
banyak ditemukan misalnya: kuatnya keinginan untuk mengejar aktualisasi diri,
sulitnya membangun hidup berkomunitas dan semangat kebersamaan
Masalah tersebut berangkat dari situasi zaman yang terus berubah dan
sekaligus perubahan mentalitas dan paradigma terhadap hidup. Seorang yang
memilih hidup religius juga berhadapan dengan perubahan-perubahan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Perubahan-perubahan antara lain berkaitan dengan kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan, kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi. Kemajuan-
kemajuan ini disatu sisi menggambarkan kemajuan peradaban manusia. Namun
disisi lain kemajuan-kemajuan tersebut semakin membuat manusia terasing dari
dirinya sendiri dan lebih parah lagi bisa menjadi sumber yang merusak manusia
dan dunianya (Sudiarja, 2003: 11).
Dalam kenyataan kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa
pengaruh terhadap perkembangan pribadi para suster. Apabila pribadi suster
kurang matang akan mudah terpengaruh terhadap tawaran-tawaran zaman karena
tidak mempunyai sikap dan prinsip yang kuat dan tangguh.
Menanggapi permasalahan di atas kongregasi berupaya meningkatkan
pembinaan hidup religius agar para suster yunior semakin memiliki pribadi yang
matang dan tangguh sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap tantangan dan
situasi baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Para suster yunior
diharapkan selalu bertumbuh dan berkembang, oleh karena itu perlu dibimbing
dan diarahkan untuk menemukan nilai-nilai hidup dan spiritualitas yang hakiki.
Maka menurut penulis para suster perlu mendapat pendampingan dan bimbingan
yang tepat dan intensif sehingga mereka semakin memiliki kecakapan dalam
komunikasi antarpribadi dan melalui kemampuan berkomunikasi antarpribadi baik
dengan pembimbing rohani maupun dalam komunitas akan membantu mereka
menjalani panggilan dengan penuh kegembiraan.
Kegiatan bimbingan rohani bagi para suster dilaksanakan oleh seorang
suster atau lebih yang diminta oleh pemimpin umum yang bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sebagai pembimbing rohani. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh bimbingan
rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini pembimbing
rohani mempunyai peluang untuk mengikuti perkembangan pribadi para suster
yunior melalui bimbingan rohani yang intensif di samping itu pembimbing rohani
mempunyai tanggung jawab utama sebagai fasilitator untuk membantu
perkembangan para suster dalam mencapai kemampuan komunikasi antarpribadi.
Dari pengamatan awal penulis, para suster yunior kurang memahami arti
bimbingan rohani dan tujuan bimbingan rohani, sehingga banyak di kalangan
yunior kurang memanfaatkan bimbingan rohani sebagai kesempatan untuk
berkomunikasi dengan pembimbing sedangkan pembimbing sering juga bukan
sebagai pribadi yang sungguh-sungguh mendengarkan terbimbing sehingga
kurang membantu terbimbing untuk sampai pada kemampuan komunikasi
antarpribadi. Oleh karena itu penulis ragu apakah para suster yunior sungguh-
sungguh tahu arti dan tujuan bimbingan rohani. Karena bila tidak memahami
esensi dari bimbingan rohani mengakibatkan kurang memanfaatkan bimbingan
rohani sebagai ajang untuk belajar dengan mengkomunikasikan seluruh diri dan
pergulatannya. Bimbingan rohani yang efektif akan membantu suster yunior
dalam memaknai dan mengolah berbagai pergulatan hidup sehingga suster yunior
sungguh mencapai kemampuan dalam komunikasi antarpribadi.
Bimbingan rohani penting bagi para suster yunior karena menjadi sarana
untuk berkomunikasi dengan pembimbing rohani dan merupakan kesempatan bagi
para suster yunior untuk mengungkapkan dirinya dengan jujur dan terbuka kepada
pembimbing rohani baik pengalaman maupun pergulatan dalam menjalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
panggilan sebagai religius dalam hidup sehari-hari. Pertemuan yang intensif
antara suster terbimbing dengan pembimbing rohani akan menjadi efektif apabila
dalam pertemuan terjadi komunikasi yang didasari kepercayaan satu sama lain
dan akhirnya dapat terbuka dan jujur untuk menyampaikan seluruh diri dan
bersama-sama mengolah pengalaman dan pergulatannya dengan baik.
Dalam konteks bimbingan rohani syarat keterbukaan tampak bila suster
terbimbing mengungkapkan dengan jujur dan terbuka akan pengalaman jatuh dan
bangun, suka dan duka dalam menghayati karisma, persaudaraan dalam
komunitas, karya perutusan, hidup doa, ketiga kaul. Pembimbing juga siap dan
terbuka untuk mendengarkan, memberikan peneguhan maupun petunjuk bagi
terbimbing.
Dalam bimbingan rohani unsur percaya sangat mendasar dari kedua belah
pihak yakni dari pihak pembimbing maupun terbimbing. Dengan adanya
kepercayaan dari kedua belah pihak akan muncul keterbukaan dan kejujuran
menyampaikan segala pengalaman dan pergulatan. Akhirnya pengalaman jatuh-
bangun, suka-duka itu dapat diolah bersama dan dimaknai khususnya oleh
terbimbing sebagai bagian dari hidupnya dalam menghayati panggilan.
Kesalingpercayaan akan membuat relasi dan komunikasi antar pembimbing dan
terbimbing dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Seorang pembimbing harus menjadi pendengar yang empatik, karena bila
mendengarkan dengan empatik akan mudah memahami terbimbing. Sikap
mendengarkan dalam bimbingan rohani mutlak perlu karena kesediaan
mendengarkan dengan sungguh-sungguh pengalaman dan pergulatan terbimbing,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
baik suka-duka maupun jatuh-bangun dalam menghayati karisma, persaudaraan
dalam komunitas, karya perutusan, hidup doa maupun ketiga kaul. Pembimbing
rohani mampu memahami, menaruh empati, mengarahkannya hingga terbimbing
sungguh menemukan dirinya dan semakin tangguh dalam menjalani
panggilannya.
Seorang pembimbing rohani juga sangat perlu memiliki pemahaman
akan bahasa tubuh (nonverbal) di mana seseorang menyampaikan pesan bukan
dengan kata-kata saja tetapi dengan bahasa tubuh/syarat, misalnya: sorotan mata,
raut muka, senyuman, suara, dan kepalan tangan. Dalam konteks bimbingan
rohani, pembimbing rohani harus mampu menangkap bahasa nonverbal ini karena
yang dihadapi adalah seorang yunior yang bisa jadi mengalami pergulatan batin
yang serius yang mungkin tidak berani atau justru sengaja untuk tidak
diungkapkan. Demikian juga sikap menerima dan mendukung dalam bimbingan
rohani harus pertama-tama ditunjukkan oleh pihak pembimbing yang dipercayai
dapat berperan sebagai “penolong” untuk membantu terbimbing yang telah
mengutarakan pergulatannya dalam menghayati panggilannya.
Sebagaimana disebutkan di atas salah satu aspek dalam pembinaan
melalui bimbingan rohani adalah aspek kepribadian yang bertujuan membantu
para suster untuk mengenal dan menerima diri apa adanya, mampu
mengendalikan diri, memiliki semangat, mampu membangun relasi yang baik
dengan orang lain dalam komunitas maupun di luar komunitas. Aspek kepribadian
ini amat sangat menentukan bagi seorang suster dalam menghayati panggilannya.
Tanpa memiliki kecakapan dalam komunikasi antarpribadi akan sangat sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
membangun persaudaraan yang sehat dalam komunitas serta menjalankan
perutusannya dengan baik oleh karena itu dalam pembinaan harus dibangun dasar
dan pondasi yang kuat yakni cakap dalam komunikasi antarpribadi.
Pembinaan hidup para suster amat sangat penting demi mutu mereka
sendiri. Seorang suster dituntut menjadi teladan bagi semua orang. Menjadi
teladan berarti mengandaikan seorang suster memiliki kematangan pribadi,
mampu menjalin relasi interpersonal yang sehat. Pada kenyataannya sering sekali
tidak seperti yang diharapkan banyak suster kurang mampu memberikan teladan
yang baik bagi sesama bahkan para suster juga masih sering terlibat dalam
persoalan-persoalan intern di komunitas sendiri; salah paham, curiga, cemburu,
marah, mendiamkan, dan lain-lain. Hal itu barangkali dikarenakan kurangnya
keseriusan dalam membina diri dan juga kekurangberhasilan bimbingan rohani
sebagai ajang belajar dari pembimbing yang dianggap kompeten untuk itu.
Sebagai seorang suster penulis sendiri terbentur dalam sikap demikian,
oleh karena itu hal ini menjadi keprihatinan dalam diri penulis sekiranya para
suster mampu dan cakap dalam komunikasi antarpribadi akan sangat membantu
para suster dalam seluruh gerak hidupnya karena kemampuan menghayati
panggilan justru dimulai dari dalam persaudaraan intern di komunitas. Bilamana
persaudaraan sehat akan sangat membantu menyuburkan para suster dalam
menghayati tugas pelayanan mereka dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu
penulis tergerak untuk meneliti seberapa besar pengaruh pembinaan dalam hal ini
bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapatlah
diidentifikasi beberapa pokok permasalahan yang umum, yaitu:
1. Rendahnya pemahaman akan bimbingan rohani.
2. Pembimbing rohani masih kurang memiliki kualitas baik
3. Kurangnya keteladanan dari suster senior maupun medior
4. Komunitas belum menjadi tempat persemaian bagi panggilan yang baru dalam
diri yunior
5. Kesulitan dalam membuka diri dari pihak terbimbing dihadapan pembimbing
rohani.
6. Kurangnya komunikasi yang baik antara terbimbing dan pembimbing.
7. Para suster belum memiliki kecakapan komunikasi antarpribadi.
8. Mudahnya para suster memilih jalan pintas termasuk berubah haluan.
9. Sulit membuat komitmen.
10. Sikap Individualisme.
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya permasalahan yang teridentifikasi dan keterbatasan
penulis baik dari segi waktu dan kemampuan maka pada skripsi ini masalah
dibatasi pada pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi
antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah
kongregasi suster Fransiskan Santa Lusia Pematang Siantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
D. RUMUSAN PERMASALAHAN
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut
sehingga pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Adapun masalah
yang ingin dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bimbingan rohani para suster yunior dan yang berkaul kekal
lima tahun ke bawah dalam KSFL?
2. Bagaimanakah komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul
kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL?
3. Seberapa besar pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan
berkomunikasi antarpribadi para suster para suster yunior dan yang berkaul
kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL?
E. TUJUAN PENELITIAN
Maksud diadakannya penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi
mengenai pengaruh bimbingan rohani bagi kemampuan komunikasi antarpribadi
para suster. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan bimbingan rohani para suster yunior dan yang berkaul kekal
lima tahun ke bawah dalam KSFL.
2. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior
dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah dalam KSFL
3. Mengetahui besarnya pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster yunior dan yang berkaul kekal lima tahun
ke bawah dalam KSFL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
F. MANFAAT PENULISAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para suster baik
pembimbing maupun terbimbing, peneliti sendiri maupun peneliti lain.
1. Bagi para suster
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para suster untuk menyadari
pentingnya meningkatkan efektivitas bimbingan rohani dalam rangka mencapai
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster Kongregasi Suster Fransikan
Santa Lusia.
2. Bagi para pembimbing rohani
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan kepada pembimbing
rohani dalam rangka meningkatkan efektivitas bimbingan rohani.
3. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi peneliti lain yang ingin
mendalami bimbingan rohani dalam rangka membantu kemampuan komunikasi
antarpribadi.
G. METODE PENULISAN
Tulisan ini dikembangkan melalui penelitian lapangan yakni dengan
mengumpulkan, memaparkan, dan menganalisis data dari permasalahan yang ada
serta menarik kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
H. SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II Menguraikan tentang bagaimanakah bimbingan rohani dan
bagaimanakah kemampuan komunikasi antarpribadi.
3. BAB III Mengenai metodologi penelitian pengaruh bimbingan rohani bagi
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan kaul kekal usia
lima tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia yang meliputi jenis
penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan
sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
4. BAB IV Uraian tentang hasil analisis pengaruh bimbingan rohani terhadap
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan kaul kekal usia
lima tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia berdasarkan hasil analisis
pada bab III.
5. BAB V penulis ingin menegaskan kembali intisari dari skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pada bagian ini, penulis akan mendalami tentang konsep dan teori
bagaimana pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi
antarpribadi. Pada dasarnya, bimbingan rohani mengantar seorang terbimbing
untuk semakin matang secara pribadi, baik dalam aspek manusiawi maupun dalam
aspek rohani (spiritual). Dengan semakin matang dalam tataran manusiawi dan
spiritual, diandaikan kemampuan seorang terbimbing dalam komunikasi
antarpribadi juga semakin baik.
A. BIMBINGAN ROHANI
Bimbingan rohani bukanlah pembicaraan yang biasa antara dua pribadi.
Bimbingan rohani merupakan suatu sarana dalam proses pembinaan seorang
religius untuk bertumbuh dan berkembang dalam penghayatan hidup religiusnya.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian dan tujuan bimbingan
Bimbingan rohani adalah hubungan tetap antara dua orang di mana yang
satu mencari pengaruh dari yang lain dalam perkembangan hidup rohani.
Pengaruh itu ditujukan kepada kedewasaan rohani yaitu kepada kedewasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pribadi di mana orang dapat dengan sadar dan bebas melaksanakan diri menurut
nilai-nilai manusiawi yang sekaligus menjadi norma dan daya penarik baginya.
Nilai dan norma itu tidak dipelajari secara teoritis tetapi dalam hubungan pribadi
dengan pembimbing (Jacobs, 1973: 15-16)
Bimbingan rohani merupakan interaksi atau pembicaraan antarpribadi,
yang terjadi antara pembimbing dan orang yang dibimbing (terbimbing). Dalam
hidup religius, perhatian utama dalam bimbingan rohani adalah untuk memahami
panggilan yang khusus dari Allah, yang secara personal menyapa orang yang
dibimbing (Darminta 2006: 19). Bimbingan rohani membantu terbimbing untuk
bertumbuh dalam iman dan mengalami keakraban komunikasi dengan Tuhan,
bagaimana Tuhan hadir dan berkarya dalam hidupnya. Bimbingan rohani menjadi
sarana merefleksikan Tuhan yang hadir dan berkarya dalam hidup terbimbing
(Darminta 2006: 21).
Proses pembicaraan antarpribadi dalam bimbingan rohani terarah pada
pertumbuhan dan perkembangan pribadi terbimbing secara utuh, khususnya
pertumbuhan hidup rohaninya. Bimbingan rohani teristimewa membantu
terbimbing masuk ke dalam pengalaman rohani, yaitu pengalaman akan anugerah
rahmat dalam pengalaman hidup harian. Dengan bimbingan rohani, seorang
terbimbing dibantu untuk mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa
hidupnya. Bimbingan rohani mengarahkan hidup konkret dan aktual terbimbing
agar sesuai dengan orientasi dasar hidup kristiani (Darminta, 1993: 250-251).
Orang yang mendapat bimbingan rohani diharapkan menjadi akrab
dengan Tuhan melalui doa dan mampu mengadakan pembedaan roh. Pembedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
roh tersebut memampukannya dalam mengambil keputusan. Bimbingan rohani
membantu terbimbing semakin mampu mengenal suasana hati dan jiwanya dan
memahami tindakan Allah atas hidup atau panggilannya. Bimbingan rohani juga
menolong terbimbing semakin mengenali diri secara baik, menyadari apa yang
menjadi kekuatan maupun kelemahan dirinya, serta dapat menerima diri apa
adanya, sebagaimana Tuhan menerimanya. Adapun tujuan utama bimbingan
rohani adalah pertumbuhan iman melalui keakraban komunikasi dengan Tuhan.
Tuhan yang selalu hadir dan berkarya dalam hidupnya. Maka bimbingan rohani
menjadi sarana untuk merefleksikan kehadiran Tuhan dalam hidupnya setiap hari
(Darminta, 2006: 21).
2. Prinsip-prinsip Bimbingan Rohani
Praktek bimbingan rohani memuat sejumlah prinsip penting. Pada bagian
ini akan diuraikan sejumlah prinsip penting dalam praktek bimbingan rohani.
Sejumlah prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi Pribadi
Dalam bimbingan rohani terjadi suatu komunikasi konkret pribadi antara
dua orang dalam iman demi kedewasaan rohani terbimbing. Dalam bimbingan
rohani komunikasi antarpribadi merupakan syarat mutlak karena bimbingan
rohani dilaksanakan dalam komunikasi antarpribadi. Dikatakan bimbingan rohani
bila yang dibicarakan hidup rohani terbimbing dan pembimbing yang berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
secara periodik atau terus menerus dalam kurun waktu tertentu sampai terbimbing
memiliki kedewasaan rohani (Jacobs, 1973: 36-37).
b. Berdasarkan Pandangan Iman
Bimbingan rohani adalah komunikasi antarpribadi dalam iman.
Pembicaraan harus diarahkan pada hidup yang konkret dan hidup konkret dilihat
dalam rangka iman. Ciri bimbingan rohani yang paling hakiki adalah pengarahan
iman kepada hidup yang konkret dan riil dalam arti pelaksanaan iman bukan
teorinya (Jacobs, 1973: 37-38).
c. Sharing
Dalam bimbingan rohani pembimbing dan terbimbing saling membuka
diri dan saling mengkomunikasikan pengalaman iman. Sharing ini mengandaikan
adanya komunikasi antarpribadi. Sharing pengalaman satu dengan yang lain
selalu dilandaskan pada pengenalan dan kesalingpercayaan antar kedua belah
pihak baik terbimbing maupun pembimbing (Jacobs, 1973: 38-39).
d. Membimbing
Dalam bimbingan rohani ada perbedaan antara yang dibimbing dan yang
membimbing. Orang yang membimbing harus lebih unggul dari pada yang
mereka bimbing. Pembimbing harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
rohani melebihi orang yang dibimbing dan keunggulan itu dapat membantu
terbimbing. Namun demikian bukan berarti terbimbing sama sekali belum dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
namun sudah mengarah ke sana karena dalam kenyataan demikian baru mungkin
ada komunikasi antarpribadi antara yang dibimbing dan yang membimbing
(Jacobs, 1973: 40-41).
3. Model-model dalam Bimbingan Rohani
Ada sejumlah model dalam bimbingan rohani. Sejumlah model tersebut
antara lain 1) bimbingan rohani menurut isinya, 2) bimbingan rohani menurut
pelaksanaannya, dan 3) bimbingan rohani menurut situasi konkret dan kebutuhan
orang yang dibimbing.
a. Bimbingan Rohani menurut Isinya
Bimbingan rohani dapat dijalankan sesuai dengan panggilan dan
kedudukan seseorang dalam kerohanian kristiani, yakni dalam rangka hidup
menggereja. Di dalam hidup menggereja ada pola hidup sebagai awam, imam dan
biarawan-biarawati. Kedudukan yang berbeda itu tentu saja akan membedakan
bimbingan yang terjadi. Di bawah ini akan dijelaskan ketiga jenis bimbingan
tersebut.
1) Bimbingan bagi Para Awam
Bimbingan rohani bukan khas religius namun juga bagi semua umat
kristiani. Kaum awam juga diandaikan mempunyai pembimbing rohani karena
hidup rohani perlu ditingkatkan oleh semua orang kristiani dan bukan hanya
mereka yang terpanggil menjadi religius. Namun pada kenyataan kaum awam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kurang menggunakan kesempatan itu mungkin karena mereka kurang mengetahui
atau karena tingkat kesibukan baik umat sendiri maupun gembala yang memiliki
otoritas untuk membimbing umatnya. Sekarang ini yang terjadi dalam bimbingan
awam atau tepatnya pembinaan umat bersifat kolektif baik ditingkat lingkungan,
wilayah maupun paroki. Hal ini pun kurang menyentuh aspek perkembangan
hidup rohani umat secara pribadi karena tema yang dibicarakan lebih bersifat
umum dan kadang-kadang konteks yang berkaitan dengan pengelolaan paroki.
Oleh karena itu umat perlu disadarkan akan perlunya memiliki pembimbing
rohani selain mereka harus tekun dan setia mengikuti perayaan Ekaristi, menerima
sakramen tobat, serta mengikuti pengajaran agama, rekoleksi, retret dan bacaan
rohani (Jacobs, 1973: 86).
2) Bimbingan bagi Para Imam
Pembinaan rohani berhubungan erat dengan pendidikan intelektual dan pastoral dengan bantuan pembimbing rohani sehingga para seminaris belajar hidup dalam persekutuan mesra dan terus menerus dengan Bapa melalui putera-Nya Yesus Kristus. Karena ditahbiskan mereka harus menjadi secitra dengan Kristus sang Imam, maka hendaknya juga dalam hidup persekutuan akrab yang meliputi seluruh hidup mereka membiasakan diri sebagai sahabat berpaut pada-Nya. Hendaknya mereka diajak mencari Kristus dengan setia merenungkan sabda Allah, dalam keakraban yang aktif dengan misteri-misteri suci Gereja, terutama dalam Ekaristi dan ibadat harian. Penting juga para seminaris belajar hidup menurut doa, Injil, makin bertambah teguh dalam iman, harapan, dan cinta kasih, supaya dalam mengamalkannya mereka memperoleh semangat doa, peneguhan serta perlindungan bagi panggilan mereka. Kekuatan bagi keutamaan-keutamaan lain, dan supaya makin bertumbuhlah semangat mereka untuk memperolehkan semua orang bagi Kristus (Optatam Totius, artikel 8)
Panggilan menjadi imam adalah panggilan untuk mengikuti Kristus.
Sebagaimana para Rasul, para imam juga dipanggil untuk tinggal bersama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berjalan bersama, dan berkarya bersama Kristus. Untuk itu, bimbingan yang
intensif bagi para imam sangat perlu, sehingga lambat laun mereka dapat hidup
dan berkarya sebagaimana Tuhan Yesus. Bimbingan bagi para imam bertujuan
untuk membangun kesatuan dan persahabatan yang mendalam dengan Yesus
sendiri. Dalam bimbingan, para imam dihantar untuk sampai pada jawaban akan
pertanyaan Yesus, “Apakah engkau mencintai Aku?” Para imam dalam hal ini
diarahkan pada semangat pemberian diri secara total kepada Allah. Adapun
bidang-bidang bimbingan bagi para imam adalah bidang manusiawi, bidang
rohani, bidang intelektual, dan bidang pastoral dan bidang hidup bersama/cinta
persaudaraan.
a) Bidang Manusiawi
Imam sebagai gambaran Kristus yang hidup harus tetap berusaha
mencerminkan di dalam dirinya kesempurnaan manusiawi yang telah tampak
dahulu dalam diri Sang Sabda yang menjadi daging. Kualitas ini mengandaikan
bahwa imam sendiri harus bertumbuh dalam kepribadian manusiawi sedemikian
rupa sehingga bisa menjadi jembatan bagi sesama untuk sampai kepada Yesus
penyelamat. Dan seperti Yesus, ia mesti mampu memahami kedalaman hati
sesama, menangkap masalah dan kesulitan mereka, mudah berjumpa dan
berdialog, mampu menciptakan kepercayaan dan kerjasama. Jadi, pertumbuhan
dan pemenuhan pribadi imam bukan hanya untuk pemenuhan diri tetapi demi
finalitas tugas pelayanannya. Finalitas tersebut menuntut kualitas: pribadi yang
seimbang, tangguh dan bebas. Mampu menanggung beban tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pastoral, terdidik dalam mencintai kebenaran, loyal, hormat terhadap setiap
pribadi, punya kepekaan akan keadilan, benar dalam kata-katanya, solider, utuh,
seimbang dalam penilaian dan perilaku (Mardi Prasetyo, 2001: 128-131).
b) Bidang Rohani
Dalam bidang rohani ini, imam harus sampai pada kesatuan dengan
Yesus membawa penyerahan diri total pada Roh dalam semangat keputeraan
terhadap Bapa dan ikatan penuh kepercayaan terhadap Gereja. Adapun pokok-
pokok dan tuntutannya adalah:
(1) Nilai dan tuntutan kesatuan hidup yang mendalam dengan Kristus. Kesatuan
yang didasarkan pada sakramen baptis dan selalu disegarkan dalam sakramen
Ekaristi.
(2) Nilai dan tuntutan ketekunan untuk mencari Yesus. Ditekuni melalui
pengembangan hidup kontemplatif, ambil bagian secara aktif dalam misteri
kudus Gereja dan memperhatikan orang-orang kecil, lemah dan tertindas.
(3) Nilai dan tuntutan hidup doa dan lectio Divina. Tekun membaca dan
merenungkan Kitab Suci serta membaca kehadiran Allah dalam hidup. Juga
doa-doa yang personal
(4) Nilai dan tuntutan keheningan sebagai suasana rohani untuk menyadari
kehadiran Allah dan menjadi ciri man of God yang akan membantu umat
sampai pada Bapa.
(5) Nilai dan tuntutan Ekaristi, yang akan membawa kita pada disposisi batin
yang memancarkan: syukur atas segala rahmat, persembahan diri bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
persembahan Kristus, keutamaan cinta kasih, devosi serta kerinduan akan
kesatuan dengan Yesus yang hadir dalam Ekaristi.
(6) Nilai keindahan dan kegembiraan Sakramen Tobat. Perasaan kecukupan
dewasa ini membawa orang pada kesombongan yang mengaburkan makna
rekonsiliasi dan pembaruan hidup di hadapan Tuhan.
(7) Nilai dan tuntutan mencari Kristus dalam sesama. Kesatuan yang mendalam
dengan Tuhan akan mendorong kita untuk membagikan cinta kasih kepada
sesama, dan cinta kasih ini perlu diintegrasikan di dalam pembinaan ketaatan,
kemiskinan, dan selibat.
(8) Nilai dan tuntutan hidup selibat yang harus diketahui, dihargai, dicintai, dan
dihayati seturut hakikat dan tujuannya yang sejati demi kerajaan Allah. Maka
harus disajikan secara jelas, positif tanpa ambivalensi (Mardi Prasetyo, 2001:
131-134).
c) Bidang Intelektual
Pembinaan dalam hal intelektual adalah dasar yang membantu imam
ambil bagian dalam sinar terang Allah agar menjadi bijaksana. Pada zaman
sekarang bidang intelektual ini sangat dituntut guna mewartakan Injil secara baru.
Kemajuan zaman dan ilmu teknologi menjadi tuntutan juga agar para imam dapat
berdialog dengan arus zaman dan sedapat mungkin membantu meletakkan arah
yang benar pada setiap perkembangan ilmu dan teknologi. Hanya melalui
pergumulan manusia dewasa ini, para imam dapat tampil menghadirkan Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Yesus Kristus secara lebih meyakinkan dan dipercaya juga dalam level penalaran
manusia (Mardi Prasetyo, 2001: 134-135).
d) Bidang Pastoral
Seluruh pembinaan baik manusiawi, rohani dan intelektual dalam diri
seorang imam diarahkan untuk tujuan khas pastoral. Pembinaan pastoral ini
diharapkan berkembang melalui refleksi yang matang dan penerapan yang praktis
(Mardi Prasetyo, 2001: 135-136).
e) Bidang hidup Bersama/ cinta persaudaraan
Para Imam sebagaimana semua orang adalah mahluk sosial yang harus
berelasi dengan orang lain dan dalam kebersamaan dengan orang lain mereka
dapat bertumbuh dan berkembang. Mereka juga akan menikmati kebahagiaan
dalam hidup bersama dalam komunitas. Cinta persaudaraan diantara para imam
adalah harta yang sangat bernilai disebuah keuskupan atau rumah religius, senjata
paling ampuh melawan kejahatan, kekuatan paling tangguh untuk kebaikan. Cinta
persaudaraan menghasilkan kekudusan yang lebih besar, cinta persaudaraan
menghasilkan hidup sehat yang lebih baik. Cinta persaudaraan menghasilkan
ketenangan jiwa yang lebih besar. Cinta persaudaraan menciptakan sebuah iklim
yang sehat untuk berkembang dalam kekudusan, dalam ketenangan jiwa, dan
kesejahteraan fisik. Cintailah satu dengan yang lain sabda Tuhan “seperti aku
telah mencintai kamu” ini adalah hukum adikodrati pewahyuan Kristus sebuah
pembebasan baru yang ia inginkan menjadi tanda orang-orang terpilihnya yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang pertama pada para imam, karena kepada para imam Ia pertama-tama
mewahyukannya. karena itu cinta, apakah itu kodrati ataupun adikodrati, adalah
makanan yang paling penting yang menghasilkan kebaikan dalam suasana yang
sehat dan suci. Cinta persaudaraan membutuhkan pengertian, hormat terhadap
orang lain, suatu penghormatan yang lahir dari iman (Breire, 2003: 38-42).
3) Bimbingan bagi Para Biarawan-Biarawati
Pembaruan tarekat-tarekat yang sesuai sangat tergantung dari pembinaan para anggota. Oleh karena itu perlu pembinaan mereka dibidang religius maupun kerasulan, begitu pula pendidikan pengetahuan maupun kejuruan, termasuk pula untuk mendapat ijazah yang diperlukan. Tetapi penyesuaian hidup religius dengan tuntutan-tuntutan zaman kita sekarang hendaknya jangan melulu bersifat lahiriah. Untuk maksud itu hendaknya mereka-sesuai dengan bakat-kecerdasan dan watak-perangai pribadi masing-masing diberi pendidikan secukupnya tentang cara-cara hidup dan cara-cara berpandangan serta berpikir dalam masyarakat sekarang. Untuk itu para pemimpin hendaknya sedapat mungkin menciptakan kemungkinan serta mengusahakan bantuan dan waktu bagi mereka. Termasuk tugas para pemimpin juga: mengusahakan supaya moderator, para pembimbing rohani dan para dosen dipilih dengan sangat cermat dan disiapkan dengan sungguh baik (Perfectae Caritatis, artikel 18)
Bimbingan bagi religius dimaksudkan untuk hidup menurut semangat
Injil. Hidup menurut nasihat Injil berarti hidup yang diisi oleh cinta Kristus,
nasihat Injil untuk mengubah dunia. Dengan mengikrarkan ketiga kaul, setiap
religius dijadikan bebas untuk Allah dari ikatan afeksi, milik dan kekuasaan.
Maka kaul perlu disetiai agar tidak mudah terjebak godaan zaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a) Keperawanan
Cinta kepada Tuhan dengan hati yang tidak terbagi. Berarti hubungan
dengan Tuhan melalui Kristus dalam Roh Kudus menjadi pusat dalam hidup
afeksi kita. Selibat ini langsung menyentuh kecenderungan yang lebih dalam dari
kodrat kemanusiaan kita. Keperawanan membebaskan hati manusia sedemikian
rupa hingga membakar hatinya semata-mata dengan cinta kepada Tuhan dan
sesama. Pembinaan hidup perawan punya tujuan-tujuan sebagai berikut:
(1) Bersyukur dan bergembira karena dipanggil Kristus secara pribadi.
(2) Membangun semangat rekonsiliasi, bimbingan rohani rutin, dan semangat
cinta persaudaraan dalam komunitas.
(3) Mewujudkan buah-buah keperawanan dalam bentuk kesuburan hidup rohani
dan karya pelayanan.
(4) Menciptakan suasana hidup penuh kepercayaan antara terbimbing dan
pembimbing. Pembimbing selalu siap sedia mendengarkan dengan penuh
kasih apa pun yang diungkapkan terbimbing dalam bimbingan, berusaha
menerangi dan menyemangati terbimbing.
(5) Mencoba bertindak bijaksana dalam komunikasi dan pergaulan antarpribadi
agar menghindari bahaya (Mardi Prasetyo, 2001: 92-94).
b) Kemiskinan
Penghayatan kemiskinan sebagaimana Kristus yang miskin dalam
kepemilikan maupun semangat, hidup kerja keras sebagaimana orang miskin,
yang terbatas dalam penggunaan barang-barang. Kepekaan terhadap suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kemiskinan di sekitarnya entah yang dialami oleh seseorang maupun kelompok
mestinya menumbuhkan keprihatinan dan pemilihan gaya hidup sederhana
dengan sikap lepas-bebas yang bersumber dari dalam batinnya (Mardi Prasetyo,
2001: 94-95).
c) Ketaatan
Ketaatan pertama-tama dihunjukkan kepada Allah dan bukan kepada
manusia namun Gereja mengakui bahwa orang-orang yang berkaul harus taat
kepada pemimpin sebagai wakil Allah yang sah. Ketaatan dapat dipahami sebagai
penyerahan kehendak kepada pemimpin sebagai wakil Allah. Ketaatan sama
sekali bukan perendahan martabat manusia karena ketaatan ini murni sarana
dalam mengikuti Kristus yang taat pada kehendak Bapa (Mardi Prasetyo, 2001:
96-97).
b. Bimbingan Rohani menurut Pelaksanaan dan Prosesnya
Model bimbingan rohani menurut bentuk pelaksanaannya dapat dibagi
dalam tiga macam, 1) bimbingan yang edukatif dan informatif, 2) bimbingan yang
kebapaan dan keibuan, 3)bimbingan rohani dalam persahabatan, 4)Proses
pelaksanaan.
1) Bimbingan yang Edukatif dan Informatif
Bimbingan ini dicirikan oleh banyaknya pengajaran dan informasi yang
diberikan oleh pembimbing terhadap terbimbing. Model ini diberikan bagi mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
yang masih tahap pemula yakni pada masa aspiran, postulan dan novis. Peran
pembimbing rohani sangat menonjol dengan memberikan informasi dalam
berbagai ajaran misalnya ajaran teologis, ajaran moral maupun rohani. Dalam
model ini pembimbing cenderung bersifat otoritatif. Tujuan utama bimbingan
model ini adalah untuk mengajar dan mendidik terbimbing agar memahami
panggilan kristiani maupun panggilan hidup religius (Darminta, 2006: 23).
2) Bimbingan yang Kebapaan atau Keibuan
Dalam model ini hubungan keduanya bisa terarah pada relasi antara bapa
atau ibu dengan anak rohani. Dalam relasi demikian dapat terjadi hubungan
afektif yang mendalam hingga kepersahabatan rohani yang sejati. Model
bimbingan ini cocok bagi tahap pemula maupun suster yunior karena pada
kenyataan semua orang yang masih dalam tahap pembinaan membutuhkan sosok
pembimbing yang kebapaan maupun keibuan (Darminta, 2006: 23-24).
3) Bimbingan Rohani dalam Persahabatan
Model ini terjadi antara dua orang yang sudah dewasa. Ciri kedewasaan
misalnya mempunyai hati nurani yang cukup terdidik, merdeka dan
bertanggungjawab menjadi dasar antara orang yang membimbing dan orang yang
dibimbing. Ada perbedaan dalam kompetensi namun tidak ada rasa lebih dari
pihak yang membimbing. Dasar untuk membangun hubungan adalah cinta
persaudaraan antara anak-anak Allah. Orang yang membimbing bersedia melayani
dan membantu saudaranya dalam menumbuhkan dan memperkembangkan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
rohani. Dalam hubungan ini ada saling hormat, saling terbuka, dan saling
mempercayai. Pembimbing menjadi sahabat dan penunjuk jalan dalam perjalanan
hidup rohani orang yang dibimbing. Bimbingan ini cocok untuk yunior, medior
maupun senior (Darminta, 2006: 22-25).
4) Proses Bimbingan Rohani
Proses bimbingan rohani hampir sama dalam setiap bentuk bimbingan
menurut pelaksanaan ini yakni terdiri dari tiga bagian; 1) bagian pembuka, 2)
bagian inti dan 3) bagian penutup. Namun ada perbedaan pada bagian inti. Di
bawah ini akan dijelaskan secara singkat ketiga bagian tersebut.
(a) Pembuka
Pada bagian pembuka ini selalu diawali dengan menciptakan suasana
yang enak dan rileks (tidak tegang) tempat duduk dalam posisi nyaman untuk
bicara, ruangan yang mendukung, maupun sikap ramah dari pembimbing yang
menciptakan suasana nyaman bagi terbimbing. Setelah merasa cukup rileks bagi
kedua belah pihak pembimbing akan memulai dengan doa singkat.
(b) Inti
(1) Bentuk bimbingan yang Edukatif dan Informatif
Pada bagian inti ini, pada proses pembimbing yang memberikan
sejumlah ajaran baik teologis maupun moral dan hal-hal yang mendukung kepada
kedewasaan pribadi maupun rohani (spiritual). Meskipun demikian tidak berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bimbingan ini melulu pengajaran namun tetap memperhatikan kebutuhan konkret
dari terbimbing.
(2) Bentuk bimbingan yang Kebapaan dan Keibuan
Proses bimbingan terjalin dengan cukup rileks dan terbuka karena relasi
afeksi yang terjadi diantara pembimbing dan terbimbing. Pembicaraan akan
mudah mengalir sampai pada hal-hal yang pribadi karena masing-masing
memiliki kepercayaan yang tinggi satu sama lain. Meskipun kedudukan berbeda
misalnya antara senior (pembimbing) dan yunior (terbimbing) namun komunikasi
mereka mendalam. Kemendalaman tersebut dapat dilihat dari sikap terbuka dan
jujur, akan seluruh pergulatan hidup terbimbing dan pembimbing hadir sebagai
ibu atau bapak rohani yang membantu mereka untuk semakin mengenal dan
menerima diri serta menerima orang lain dalam kelebihan dan kekurangannya
sehingga memungkinkan terbantunya terbimbing mencapai kedewasaan rohani.
(3) Proses Inti dalam Bimbingan Rohani bentuk Persahabatan
Pada proses inti ini terjadi komunikasi dari hati ke hati. Maka bisa
dibayangkan pembimbing dan terbimbing luwes untuk membicarakan hal-hal
yang mereka pandang perlu untuk dikomunikasikan yang bertujuan kepada
kedewasaan pribadi dan rohani (spiritual) mereka.
(c) Penutup
Pada bagian penutup selalu akan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh
terbimbing sebagai kesempatan untuk merangkumkan seluruh isi bimbingan
rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Bimbingan menurut Situasi Konkret dan Kebutuhan Orang yang
Dibimbing
Bimbingan rohani diberikan sesuai dengan kebutuhan konkret orang
seperti: 1) bimbingan kepada kaum muda, 2) bimbingan kepada keluarga, 3)
bimbingan bagi orang yang mengatasi krisis hidup, 4) bimbingan bagi orang yang
akan menentukan jalan panggilan hidup (Darminta, 2006: 25).
1) Bimbingan bagi Kaum Muda.
Bimbingan ini memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kaum muda berupa
nilai-nilai yang dianut kaum muda, tingkat penghayatan iman dalam hidup kaum
muda, tingkat keterbukaan kaum muda akan anugerah rahmat Allah yang
bertujuan pada pengembangan kepekaan akan kehidupan yang relasional yang
mencerminkan kedalaman tanggung jawab dan cinta terhadap orang lain:
keluarga, teman (Shelton, 1988: 54).
2) Bimbingan bagi Keluarga
Keluarga adalah seminarium, persemaian hidup, nilai dan iman;
cerminan kasih Kristus kepada Gereja. Keluarga amat penting, oleh karena itu
menjadi alamat kasih bimbingan. Keluarga adalah komunitas pertama dan asal
mula keberadaan setiap manusia dan merupakan persekutuan pribadi-pribadi
(comunio personarum) yang hidupnya berdasarkan dan bersumber pada
cintakasih. (Konferensi Waligereja Indonesia, 2011: 10). Keluarga menjadi tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun.
Oleh karena itu, keluarga Katolik diharapkan dapat menyumbangkan keutamaan-
keutamaan dan nilai-nilai Katolik yang dimiliki dan dihayatinya (KWI, 2011: 18).
3) Bimbingan bagi Orang yang Mengatasi Krisis Hidup
Hampir semua orang pernah menghadapi yang namanya krisis dalam
perjalanan hidupnya entah itu krisis komunikasi, krisis kepercayaan diri dll. Krisis
merupakan saat sulit bagi mereka yang sedang mengalaminya dan seringkali
membutuhkan bantuan dari mereka yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
untuk menolong mereka menangani krisis yang sedang dialami seseorang itu
sehingga ia bisa keluar dari krisis itu dan belajar dari pengalaman tersebut.
4) Bimbingan bagi Orang yang akan Memilih Panggilan Hidup
Dalam konteks Gereja Katolik ada beberapa jenis status yang biasa
disebut sebagai panggilan hidup misalnya panggilan menjadi Imam, biarawan-
biarawati, berkeluarga atau memilih hidup sendiri tidak menjadi Imam dan
biarawan-biarawati tetapi juga tidak menikah (berkeluarga) namun mereka
bekerja dengan giat dalam bidang sosial. Semua jenis panggilan di atas dipandang
baik karena itulah banyak orang mengalami kebingungan untuk menentukan
pilihan yang tepat dan sesuai dengan dirinya. Orang yang dalam kondisi
kebingungan membutuhkan bantuan dan pertolongan guna menemukan status atau
pilihan hidup, oleh karena itu orang dalam kondisi ini perlu dibantu agar dapat
keluar dari situasi kebingungan yang sedang di alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4. Peranan Pembimbing Rohani
Pembimbing rohani harus melaksanakan bimbingan dalam rangka hidup
menggereja dan atas nama gereja, maupun demi pelayanan bagi orang yang
dibimbing. Karena kehadirannya merupakan kehadiran yang personal, maka
bimbingan rohani juga mencakup suatu proses kesatuan hidup dalam Kristus.
Adapun peranan pembimbing adalah:
a. Membimbing
Orang yang membimbing harus lebih unggul dari pada yang mereka
bimbing, misalnya harus memiliki pengetahuan dan pengalaman rohani melebihi
orang yang dibimbing dan kelebihan itu dapat membantu terbimbing tersebut,
namun demikian bukan berarti terbimbing sama sekali belum dewasa tetapi sudah
mengarah kesana, dan dalam kenyataan demikian baru mungkin ada komunikasi
antarpribadi antara pembimbing dan terbimbing.
b. Sahabat dan Teman Perjalanan
Pembimbing rohani hadir sebagai sahabat dan teman perjalanan bagi
orang yang dibimbing, ia menjadi orang yang penuh perhatian, mendengarkan,
bersikap empatik terhadap orang yang dibimbing, dengan demikian pembimbing
rohani bukanlah penentu jalan hidup bagi orang yang dibimbing. Dia menjadi
sahabat yang menemani dan membantu perjalanan hidup orang itu, sebagai
sahabat pembimbing rohani diharapkan dapat mengenal, mengetahui keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
orang yang ditemani dan membantu perjalanan iman terbimbing (Darminta, 2006:
36).
c. Penopang
Seorang pembimbing rohani sudah memiliki pengalaman hidup bersama
Allah, ia mengenali kehadiran Allah dalam setiap pengalamannya. Berdasarkan
pengalaman itu pula ia mampu menopang orang yang dibimbing sehingga selalu
mampu memusatkan hidupnya kepada Allah. Menopang juga dalam arti
mempermudah orang yang dibimbing dalam penghayatan hidup bersama Allah
dalam hidup konkret setiap hari. Terbimbing diharapkan sampai pada pengalaman
iman yang personal, konkret dan historis dan menghayatinya secara otentik lewat
penegasan rohani, yang dilakukan dalam suasana doa dan refleksi rohani, yang
menumbuhkan percakapan dari hati ke hati dengan Allah (Darminta, 2006: 36).
d. Teladan
Seorang pembimbing rohani adalah orang yang bergaul erat dengan
Allah serta memiliki pengalaman dalam penghayatan imannya, mengenal gerakan
roh dan seorang pendoa sejati. Pembimbing juga harus memiliki kemampuan
untuk membantu orang lain masuk kedalam pergaulan dengan Allah. Walaupun
kita sadari bahwa pembimbing rohani itu juga adalah suatu karunia roh atau suatu
karisma.
Seorang pembimbing harus mampu membangun hubungan secara
merdeka, terbuka dan penuh penghargaan maupun hormat kepada orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dibimbingnya, artinya bahwa orang yang dibimbing semakin mengenal dirinya
secara mendalam, tetapi bukan diri yang tertutup melainkan diri yang terbuka
kepada roh. Kehadiran personal ini merupakan komunikasi dalam iman.
Komunikasi ini biasanya terjadi dengan adanya wawancara, yang sifatnya lebih
memperjelas kesatuan hidup itu sendiri. Dengan demikian wawancara/sharing
merupakan bagian sentral dalam bimbingan rohani. Karenanya, bimbingan rohani
juga mengandaikan suatu seni wawancara. Kemampuan wawancara merupakan
tuntutan mutlak dari seorang pembimbing (Darminta, 2006: 37).
B. Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Pada bagian ini akan diulas sejumlah hal, antara lain 1) pengertian
komunikasi secara umum, 2) Unsur-unsur komunikasi, 3) pengertian komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
7
b
a
b
o
t
d
Dar
valid 60 den
7.54443, va
bawah ini ak
Dal
adalah sebag
bimbingan r
orang suster
tidak teratur
dapat dikate
KriteriaSangat teTeratur Cukup teTidak terSangat tiJumlah
ri tabel stati
ngan mean se
ariance 56.
kan dipapark
T
lam penelitia
gai berikut:
rohani sanga
r (8%) berpe
r. Berdasarka
gorikan tera
Sangat tera
Tidak terat
eratur
eratur ratur idak teratur
istik tentang
ebesar 51.88
918, range
kan sub varia
Tabel 13. De
an ini persen
Dari 60 sus
at teratur, 1
endapat cuku
an mean (tab
atur.
25%
8%2%
atur Ter
tur San
Interval53‐6043‐5233‐4223‐3212‐22
g sub variab
833, median
34, skor m
abel proses.
skripsi Pros
ntase proses
ster; 39 oran
15 orang su
up teratur da
bel 12) di at
65%
% Proses
ratur
ngat tidak terat
l Jumlah 0
bel proses. D
55.0000, mo
minimun 26,
ses
dalam vari
ng suster (65
ster (25%)
an 1 orang su
tas proses da
Cukup ter
tur
suster39 15 5 1 0 60
Dapat dilihat
ode 56, stand
dan maksim
iabel bimbin
%) berpenda
berpendapat
uster (2%) b
alam bimbin
ratur
Persentase 65%25%8% 2% 0% 100%
70
t bahwa N
dar deviasi
mum 60. Di
ngan rohani
apat proses
t teratur, 5
erpendapat
ngan rohani
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3) Terbimbing
Tabel 14. Deskripsi terbimbing
Terbimbing Terbimbing N Valid 60
Missing 0 Mean 25.3833 Median 26.0000 Mode 29.00 Std. Deviation 3.89738 Variance 15.190 Range 19.00 Minimum 11.00 Maximum 30.00 Sum 1523.00
Dari tabel statistik sub variabel terbimbing dapat dilihat bahwa N valid
60 dengan mean sebesar 25.3833, median 26.0000, mode 29, standar deviasi
3.89738, variance 15.190, range 19, skor minimun 11, dan maksimum 30. Di
bawah ini akan dipaparkan sub variabel frekuensi berdasarkan kriteria yang sudah
ditentukan per sub variabel, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 15. Deskripsi Terbimbing
Kriteria Interval Jumlah suster Persentase Sangat aktif 25‐30 30 60% Aktif 21‐24 13 26% Cukup aktif 17‐20 6 12% Tidak aktif 11‐16 1 2% Sangat tidak aktif 6‐10 0 0% Jumlah 60 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
d
2
s
6
s
Dar
valid 60 den
deviasi 3.12
25. Di bawa
sudah ditent
Dal
60 orang su
suster 17%
KriteriaSangat TercapCukup Tidak tSangat
Jumlah
ri tabel statis
ngan mean
2178, varian
ah ini akan d
tukan per sub
lam penelitia
uster, 41 ora
berpendap
Sangat tercapTidak tercapa
a tercapai ai tercapai
tercapai tidak tercap
h
stik tentang
sebesar 21.
nce 9.745,
ipaparkan su
b variabel, m
Tabel
an ini persen
ang suster (
pat tercapai
17%
13%
paiai
Interv2211410
pai 5
sub variabe
.1833, media
range 15,
ub variabel f
maka dapat d
l 17. Deskrip
ntase sub va
(68%) berpe
i, 8 orang
68%
2%
TujuanTercapaiSangat tidak te
al J2-25 8-21 4-17 0-13 5-9
l tujuan ini
an 22.0000,
skor minimu
frekuensi ber
diklasifikasik
psi Tujuan
ariabel tujuan
endapat sang
suster (13%
Cercapai
Jumlah suste41 10 8 1 0
60
dapat diliha
, mode 23.0
un 10, dan m
rdasarkan kr
kan sebagai b
n sebagai be
gat tercapai
%) berpenda
Cukup tercapai
er Persen61120
10
73
at bahwa N
00, standar
maksimum
riteria yang
berikut:
erikut. Dari
, 10 orang
apat cukup
i
ntase 68% 7 % 3 % 2% 0%
00%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tercapai dan 1 orang suster (2%) berpendapat tidak tercapai. Berdasarkan mean di
atas ( tabel 16) tujuan dapat dikategorikan tercapai.
b. Kemampuan Komunikasi antarpribadi
Tabel 18. Rangkuman statistik Deskriptif Kemampuan komunikasi antarpribadi
Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
Kemampuan_Komunikasi N Valid 60
Missing 0 Mean 114.9000
Median 117.0000
Mode 121.00
Std. Deviation 14.62260
Variance 213.820
Range 85.00
Minimum 57.00
Maximum 142.00
Sum 6894.00
Dari tabel statistik dapat dilihat N valid 60 orang suster dengan jumlah
instrumen 29 butir soal diketahui bahwa rata-rata skor kemampuan komunikasi
antarpribadi (harga mean) 114.9000 dengan standar deviasi 14.62260; skor range
adalah 85, skor minimun adalah 57, dan skor maksimum 142; sedangkan nilai
tengah dari kemampuan komunikasi antarpribadi (median) adalah 114.9000, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
nilai yang sering muncul mode adalah 121. Secara umum kemampuan komunikasi
antarpribadi dapat dikategorikan rinci.
1) Menerima pesan
Tabel 19. Deskripsi Menerima Pesan
Menerima pesan Menerima_Pesan N Valid 60
Missing 0 Mean 31.0500 Median 32.0000 Mode 33.00 Std. Deviation 4.80968 Variance 23.133 Range 23.00 Minimum 16.00 Maximum 39.00 Sum 1863.00
Dari tabel statistik mengenai menerima pesan dapat dilihat bahwa N
valid 60 dengan mean sebesar 31.0500, median sebesar 32.0000, mode 33, standar
deviasi 4.80968, variance 23.133, range 23, skor minimun 16, dan skor
maksimum 39. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel menerima pesan
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel dengan cara seperti
bab III, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b
r
c
a
r
Kriteria Sangat rincRinci Cukup rincTidak rinciSangat tidaJumlah
Dal
berikut: Dar
rinci, 10 ora
cukup rinci d
atas ( tabel
rinci.
T I
ci
ci
ak rinci
lam peneliti
ri 60 orang s
ang suster (1
dan 1 orang
19) bahwa
Sangat r
Tabel 20. Me
Interval 29-40 24-28 19-23 14-18 8-13
an ini pers
suster terdap
17%) berpen
suster ( 2%)
menerima p
17
inci Rinci
enerima Pes
Jumlah 41
6
sentase kem
pat 46 orang
ndapat rinci,
) berpendapa
pesan dalam
7%3% 2%
Menerima p
Cukup rinci
san
suster 46 10 2 1 0
60
mampuan me
g suster (78%
, 2 orang su
at tidak rinci
m komunikas
78%
pesan
Tidak rinci
Persentase 78%17%3% 2% 0%
100%
enerima pes
%) berpenda
uster (3%) b
i. Berdasark
si antarpriba
Sangat tidak r
76
% %
%
san sebagai
apat sangat
erpendapat
an mean di
adi sangat
rinci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2. Menyampaikan pesan
Tabel 21. Menyampaikan pesan
Menyampaikan pesan Menyampaikan
_Pesan N Valid 60
Missing 0 Mean 31.3000 Median 32.0000 Mode 31.00 Std. Deviation 4.57072 Variance 20.892 Range 25.00 Minimum 15.00 Maximum 40.00 Sum 1878.00
Dari tabel statistik mengenai menerima pesan dapat dilihat bahwa N
valid 60 dengan mean sebesar 31.3000, median sebesar 32.0000, mode 31, standar
deviasi 4.57072, variance 20.892 , range 25, skor minimun 15, dan skor
maksimum 40. Di bawah ini akan dipaparkan sub variabel menyampaikan pesan
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan per sub variabel dengan cara seperti
bab III, maka akan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 22. Menyampaikan Pesan
Kriteria Interval Jumlah suster Persentase Sangat rinci 33-40 28 46% Rinci 27-32 25 42% Cukup rinci 21-26 6 10% Tidak rinci 15-21 1 2% Sangat tidak rinci 8-14 0 0% Jumlah 60 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
k
(
d
m
a
3
Dal
komunikasi
(46%) sanga
dan 1 orang
mean ( tabe
adalah rinci.
3. Suasana
lam penelitia
antarpribad
at rinci, 25 o
g suster (2%
el 21) di ata
.
a
Sangat rinci
S N
MMMSVRM
an ini persen
di sebagai be
orang suster
%) tidak rin
as menyamp
Tabel 23
42
10%
Meny
Rinci Cu
Suasana
N ValidMiss
Mean Median Mode Std. DeviatioVariance Range Minimum
ntase sub var
erikut. Dari
(42%) rinci
nci dalam m
paikan pesan
. Deskripsi
%
2%0%
yampaikan
ukup rinci T
Sud 60sing 0
525451
on 6.483826
riabel meny
60 orang s
, 6 orang su
menyampaika
n dalam kom
Suasana
46%
Pesan
Tidak rinci S
uasana 0
2.5500 4.0000 1.00a 94878
8.286 8.00 6.00
ampaikan pe
suster, 28 or
uster (10%) c
an pesan. B
munikasi an
Sangat tidak ri
78
esan dalam
rang suster
cukup rinci
Berdasarkan
ntar pribadi
inci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d
6
D
v
b
s
n
Dar
dengan mea
6.94878, var
Dibawah ini
variabel den
berikut:
Kriteria Sangat nyaNyaman Cukup nyamTidak nyamSangat tidaJumlah
Dal
sebagai beri
nyaman, 22
ri tabel stat
an sebesar
riance 48.28
i akan dipapa
ngan cara se
aman
man man ak nyaman
lam penelitia
ikut: Dari 60
2 orang sust
SangCuku
MS
tistik tentang
52.5500, m
86, range 3
arkan sub va
eperti pada
Tabel 24
Interval55-645-535-424-313-2
an ini persen
0 orang sust
ter (37%),
37%
10%3%
gat nyamanup nyaman
Maximum Sum
g suasana
edian sebes
8, skor mini
ariabel suas
bab III, ma
. Deskripsi
l Jum65 54 44 34 23
ntase suasan
ter, 30 orang
berpendapat
50%
%0%
Suasana
6431
dapat dilih
sar 54, mod
imum 26, da
sana yang su
aka dapat di
Suasana
mlah suster30 22 6 2 0
60
na dalam bim
g suster (50%
t nyaman, 6
NyamanTidak nyaman
4.00 153.00
hat bahwa N
de 51, stand
an skor mak
udah ditentuk
iklasifikasik
Persenta50%37%10%3%0%
100
mbingan roh
%) berpenda
6 orang sus
n
79
N valid 60
dar deviasi
ksimum 64.
kan per sub
kan sebagai
ase % % %
% %
%
hani adalah
apat sangat
ster (10%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
berpendapat cukup nyaman dan 1(3%) orang suster berpendapat tidak nyaman.
Berdasarkan mean (table 23) di atas suasana dalam komunikasi para suster
dikategorikan nyaman.
B. Uji Hipotesis
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
antar variabel bebas (x) yaitu bimbingan rohani dengan variabel terikat (y) yaitu
kemampuan komunikasi antarpribadi para suster yunior dan kaul kekal usia lima
tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia. Hipotesis diuji dengan
menggunakan taraf signifikansi (α) 5%. Kriteria pengujian signifikansi adalah
sebagai berikut: jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak yang berarti signifikan, jika
Fhitung ≤ Ftabel Ho diterima yang berarti tidak signifikan (Riduwan, 2010: 236).
Pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 25. Descriptive Statistics
N Sum Mean Std. Deviation
Kemampuan Komunikasi Antarpribadi
60 6894.00 114.9000 14.62260
Bimbingan Rohani 60 7779.00 129.6500 16.25102 Valid N (listwise) 60
Pada tabel descriptive statistic di atas menunjukkan mean variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi sebesar 114.9000 dan standar deviasi
sebesar 14.622260. Sedangkan mean variabel bimbingan rohani 129.6500 dan
standar deviasi sebesar 16.25102 untuk banyaknya responden (N) adalah 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 26. Model Summary
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .674a .454 .445 10.89468 a. Predictors: (Constant), Bimbingan_Rohani b. Dependent Variable: Kemampuan_Komunikasi
Berdasarkan tabel model summary tersebut kita dapat mengetahui
seberapa kuat variabel bebas (bimbingan rohani) dapat mempengaruhi variabel
terikat (kemampuan komunikasi antarpribadi). Jika nilai standar eror of the
estimate < nilai standar deviasi variabel terikat, maka variabel bebas baik untuk
dijadikan prediktor dan sebaliknya. Dari tabel tersebut diketahui nilai standar eror
of the estimate = 10.89468, sementara nilai standar deviasi variabel kemampuan
komunikasi antarpribadi (tabel 20) = 14.622260, berarti standar eror of the
estimate < nilai standar deviasi, sehingga variabel bebas baik dijadikan sebagai
prediktor untuk variabel terikat.
Kolom R menunjukkan seberapa baik variabel bebas memprediksikan
hasil. Kisaran nilai R adalah 0-1. Semakin R mendekati angka 1, maka semakin
kuat variabel bebas memprediksikan variabel terikat. Nilai R square sebesar
0,454, jika dikalikan 100% maka akan diketahui seberapa besar variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hal ini, bimbingan rohani
berpengaruh sebesar 45,4% terhadap komunikasi antarpribadi para suster yunior
dan yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa
Lusia Pematangsiantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Pada sub variabel terbimbing, dari 60 responden ada 30 (60%)
berpendapat sangat aktif, 13 (26%) berpendapat aktif, 6(12%) berpendapat cukup
aktif dan 1 (2%) tidak aktif sedangkan nilai rata-rata 25.3833, dengan kategori
sangat aktif. Hal ini memperlihatkan bahwa para suster terbimbing (yunior)
memiliki kemauan dan keseriusan dalam membina diri melalui program
kongregasi yakni bimbingan rohani dan didukung oleh pembimbing rohani yang
memenuhi harapan dan kebutuhan terbimbing.
Pada sub variabel tujuan, dari 60 responden ada 41(68%) berpendapat
sangat tercapai, 10(17%) berpendapat tercapai, 8(13%) cukup tercapai dan 1(2%)
berpendapat tidak tercapai sedangkan nilai rata-rata sebesar 21.1833 dengan
kategori tercapai. Sub variabel tujuan ini memperlihatkan bahwa dengan
keberadaan pembimbing yang kompeten dalam tugasnya, mampu mengemas
jalannya program bimbingan rohani secara baik sehingga mencapai tujuan
sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Sedangkan pada analisis deskriptif variabel kemampuan komunikasi
antarpribadi diukur melalui 3(tiga) sub variabel sebagai berikut; menerima pesan,
dari 60 responden, ada 46(78%) berpendapat sangat rinci, 10(17%) berpendapat
rinci, 2(3%) berpendapat cukup rinci dan 1(2%) berpendapat tidak rinci. Nilai
rata-rata sebesar 31.0500 dengan kategori rinci. Hal ini memperlihatkan bahwa
responden memiliki kemampuan yang baik dalam menangkap dan memahami
pesan dari partner bicara, dalam bimbingan rohani, menerima pesan saat
pembimbing menyampaikan informasi berkaitan dengan ajaran gereja, nilai-nilai
moral, maupun karisma kongregasi atau hal-hal konkret yang diajukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
terbimbing, sedangkan dari pihak pembimbing mampu mendengarkan, memahami
pengalaman dan pergulatan hidup yang disampaikan oleh terbimbing.
Pada sub variabel menyampaikan pesan, dari 60 responden, ada 28 (46%)
berpendapat sangat rinci, 25(42%) berpendapat rinci, 6 (10%) berpendapat cukup
rinci dan 1 (2%) berpendapat tidak rinci. Nilai rata-rata adalah sebesar 31.3000
dengan kategori rinci. Melalui penjabaran di atas dapat dilihat bahwa dalam
bimbingan rohani subyek-subyek terkait dapat menyampaikan pesan dengan rinci.
Dalam bimbingan rohani terbimbing dapat menyampaikan pesan secara terbuka
dan jujur menceritakan pengalaman dan pergulatan hidupnya. Sedangkan
pembimbing mampu memberikan umpan balik/ tanggapan secara rinci dan tepat.
Pada sub variabel suasana, dari 60 responden ada 30 (50%) berpendapat
sangat nyaman, 22 (37%) berpendapat nyaman, 6 (10%) berpendapat cukup
nyaman dan 1 (3%) berpendapat tidak nyaman. Nilai rata-rata adalah sebesar
52.5500 dengan kategori nyaman. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua pihak
yang berkomunikasi dalam bimbingan rohani memperhatikan suasana. Suasana
atau situasi tempat, lingkungan, orang yang diajak berkomunikasi mendapat
perhatian sehingga tujuan komunikasi tercapai. Misalnya pembimbing rohani
menyampaikan kritik/nasehat kepada terbimbing harus di tempat yang tepat,
situasi yang kondusif terutama bagi terbimbing.
Hidup bersama dalam komunitas akan sangat baik bila masing-masing
suster berusaha mengenal latar belakang, kebiasaan, tipe dari masing-masing
anggota komunitas dengan mengenal latar belakang, kebiasaan, tipe masing-
masing akan memudahkan adaptasi satu dengan yang lain, selain itu mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
membuat pendekatan yang tepat dan sesuai bagi setiap orang, dengan demikian
akan lebih mudah membentuk suatu persekutuan yang solid dan kuat. Komunitas
akan menjadi cerminan persekutuan yang ideal serta menjadi teladan bagi
masyarakat.
D. Refleksi Kateketis
1. Pengertian dan Tujuan Katekese
Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik “Catechesi Tradendae”
artikel 02 menegaskan bahwa katekese adalah ”pembinaan anak-anak, kaum
muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang mencakup seluruh ajaran
Kristen dan diberikan secara organis dan sistematis, Pembinaan dan pendidikan
iman tersebut dimaksudkan supaya iman Kristen semakin dewasa”. Dewasa
berarti mengerti dan memahami sabda dan karya Yesus secara pribadi dan
katekese berlangsung sebagai proses mempribadikan Yesus sendiri dalam diri
setiap umat beriman sehingga mereka mampu menjadi saksi Kristus di tengah-
tengah hidup bermasyarakat. Oleh karena itu semua warga Gereja wajib menerima
katekese.
a. Katekese sebagai Pendidikan Iman
Katekese sebagai pendidikan iman dipahami dalam arti sekunder di mana
katekese sebagai media untuk mempermudah, menolong, menghindari rintangan
dalam proses pertumbuhan sikap iman. Katekese mendidik untuk beriman,
menolong umat untuk terpikat kepada Allah, yang diwartakan oleh Yesus dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
agar umat beriman terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah Alllah. Dan
diharapkan terciptalah pembaruan dalam diri umat beriman. Kata sekunder
memuat bahwasanya iman tumbuh dalam hati seseorang bukan karena hasil
pendidikan melainkan rahmat dari Tuhan sendiri sedangkan katekese bersifat
membantu supaya iman itu tumbuh subur dan berbuah.
b. Katekese sebagai Komunikasi Iman
Dalam Pertemuan Kateketik antar-keuskupan se-Indonesia kedua (
PKKI), Katekese umat diartikan:
Sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan utama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan. (Marinus Telaumbanua 1999: 87).
Katekese adalah komunikasi iman di mana umat Allah menjadi saksi atas
karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Adapun Isi
komunikasi adalah penafsiran Kitab Suci atau tradisi Gereja maupun pengalaman
atau kesaksian hidup umat beriman. Kitab Suci sangat perlu ditafsirkan supaya
mendasari sikap dan tindakan hidup umat dalam perjuangan hidup maupun dalam
memaknai pengalaman hidupnya dalam terang Injil. Melalui katekese umat
dibantu untuk memahami dan memaknai karya Allah dalam hidupnya.
Pengalaman akan karya Allah yang ditemukan dalam pergulatan dan pergumulan
hidupnya setiap hari perlu dikomunikasikan/dibagikan sehingga turut serta
memperkaya dan mendewasakan iman umat lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Mengapa komunikasi iman? karena yang dikomunikasikan adalah
pengalaman iman, pengalaman akan Tuhan sendiri yang berkarya melalui
pengalaman-pengalaman manusiawi atau pengalaman sehari-hari umat beriman.
Tuhan menyapa manusia justru melalui pengalaman hidup yang konkret. Jadi,
pengalaman iman adalah pengalaman manusiawi yang dimaknai dalam terang
Injil dan dikomunikasikan dengan sesama seiman. Komunikasi itu dimaksudkan
untuk saling meneguhkan, mengokohkan iman kristiani mereka.
1) Unsur-unsur Komunikasi dalam Katekese
Katekese disebut sebagai komunikasi iman karena para peserta saling
bertukar pengalaman akan Tuhan sendiri. Tukar pengalaman ini menjadi bentuk
kesaksian akan kehadiran Tuhan secara nyata dalam pengalaman hidup mereka
masing-masing. Komunikasi katekese perlu diupayakan sedemikian rupa dengan
memperhatikan beberapa unsur, sebagai berikut:
a) Bebas
Unsur “bebas” ini sangat penting diperhatikan dalam komunikasi iman.
Karena iman adalah jawaban pribadi yang bebas terhadap tawaran keselamatan
Allah. Oleh karena itu dalam komunikasi iman, dibutuhkan suasana yang bebas
tanpa paksaan, nyaman bagi semua peserta, dan terjadi secara sukarela.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
b) Dinamis
Iman bersifat dinamis artinya iman itu bergerak maju sejalan dengan
dinamika perkembangan manusia baik sebagai pribadi maupun kelompok. Allah
berkarya menyelamatkan manusia melalui sejarah hidupnya yang konkret dan Ia
hadir melalui berbagai tanda yang dapat ditangkap oleh manusia melalui
peristiwa-peristiwa yang dialaminya dalam hidupnya, maka manusia berkembang
secara dinamis seiring dengan perkembangan dan usahanya mencari Allah.
Katekese pun harus dinamis, fleksibel dan terbuka terhadap berbagai pengalaman
manusia.
c) Terbuka
Allah hadir untuk semua orang artinya bahwa keselamatan Allah terbuka
kepada semua orang. Setiap orang dipanggil kepada keselamatan. Katekese juga
terbuka kepada semua orang, dan setiap orang bebas menanggapi tawaran Allah
sesuai dengan situasi hidupnya. Setiap orang memiliki martabat dan derajat yang
sama dengan ini mudah menciptakan suasana saling menghargai, mendengarkan
dan komunikatif.
d) Terencana
Sebagaiman telah disebutkan di atas bahwa katekese merupakan
komunikasi iman yang bertujuan untuk membantu umat beriman lainnya menjadi
beriman secara dewasa dan terlibat. Katekese merupakan usaha sadar yang
diupayakan. Jadi, katekese tidak terjadi secara spontan melainkan direncanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dan dipersiapkan serta memiliki tujuan yang jelas. Kegiatan-kegiatan dan sarana
pendukung diusahakan demi tercapainya tujuan katekese tersebut. Katekese itu
berlangsung sebagai sebuah proses tidak terjadi sekali saja maka sesama umat
saling membantu, memperkembangkan iman kepada kedewasaan yang terlaksana
secara terencana dan terus-menerus.
2. Proses dalam Katekese
Dalam katekese mengandaikan adanya suatu perubahan atau
perkembangan dalam diri umat. Perubahan dan perkembangan tidak terjadi dalam
sesaat tetapi melalui proses yang berkesinambungan. Dalam buku “Ilmu
kateketik” Marinus Telaumbanua menyebutkan perkembangan iman selalu
diawali dengan sikap tobat dalam arti kesediaan dalam menanggalkan manusia
lama dan mengenakan manusia baru. Manusia harus berusaha membaharui diri
secara terus-menerus sehingga iman itu semakin hari semakin berkembang dan
matang.
Pertobatan merupakan suatu perubahan sikap. Sikap mencakup cara
hidup, perilaku dan tindakan seseorang. Sikap mengandung tiga aspek, antara lain;
aspek kognitif (pengetahuan) yaitu mendalami isi dan makna iman serta
keyakinan iman, untuk menjamin wawasan dan motivasi yang perlu agar dewasa
dalam iman, aspek afeksi (penghayatan) yaitu menanggapi tuntutan iman secara
sadar dan personal sedangkan aspek operatif (tindakan) yaitu berperilaku dan
bertindak sebagai orang yang mengenal Kristus (Marinus Telaumbanua 1999: 50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
3. Aspek Kateketis dalam Bimbingan Rohani
Panggilan adalah gerakan roh yang ditanggapi dan dijawab secara bebas.
Dalam rangka itu pendidikan mutlak perlu, agar siapa saja yang menanggapi
panggilan itu bertumbuh dan berkembang dalam menghayati dan membatinkan
Kristus. Pendidikan iman di sini dipahami sebagai mengarahkan, membantu
seseorang dalam suasana iman menanggapi panggilan Tuhan sendiri, karena
sejatinya iman bukan hasil pendidikan melainkan rahmat Tuhan dan kebebasan
manusia untuk menanggapinya.
Dalam bimbingan rohani, pembimbing berperan sebagai sahabat, ibu atau
bapa rohani yang mendampingi, membantu dan mengarahkan terbimbing
menanggapi panggilan Tuhan sesuai dengan cara hidup kongregasi. Maka
bimbingan rohani bukan pertama-tama mendidik atau mengajar tetapi lebih-lebih
membantu, mengarahkan, menunjukkan makna sapaan Tuhan melalui pengalaman
konkret terbimbing. Meskipun tidak dipungkiri bahwa dalam bimbingan rohani
diberikan pemahaman berkaitan dengan Kitab Suci, karisma dan spiritualitas
kongregasi, kaul-kaul, dan lain-lain. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui
bahwa dalam bimbingan rohani terdapat aspek kateketis yakni melalui proses
keterbukaan dalam sharing pengalaman dan pengolahan pengalaman tersebut
sampai terbimbing mencapai kedewasaan iman sehingga mampu memilih dan
mempertanggungjawabkan imannya. Bimbingan rohani ini berlangsung cukup
lama minimal sembilan tahun dan terlaksana secara intensif. Dari segi materi yang
digeluti merupakan suatu proses dari hal-hal manusiawi sampai hal-hal rohani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(spiritual). Proses ini dimaksudkan supaya terbimbing mencapai kedewasaan
manusiawi maupun rohani (spiritual). Melalui proses ini terbimbing diharapkan
sampai pada pilihan definitif.
4. Aspek kateketis dalam Komunikasi Antarpribadi
Kegiatan katekese selalu berkaitan dengan jemaat atau persekutuan orang
beriman sedangkan komunikasi antarpribadi terbatas pada dua orang. Namun
baiklah kita lihat dari sisi komunikasi antarpribadi dalam bimbingan rohani.
Dalam bimbingan rohani pembimbing menuntun terbimbing pada
relasi/komunikasi dengan Allah dan sesama. Relasi dengan Allah harus mewujud
dalam relasi dengan sesama. Melalui relasi yang intim dengan Tuhan akan
memunculkan pengenalan yang mendalam dan keterpikatan kepada Allah. Relasi
itu menumbuhkan cinta yang tak terbagi kepada Tuhan sendiri. Sedangkan dalam
hidup manusia tidak bisa lepas dari komunikasi, melalui komunikasi kita dapat
membangun relasi dengan sesama yang lain, menyampaikan pesan dan menerima
pesan, berbagi suka dan duka dalam kehidupan ini. Kebahagiaan juga dialami
dalam kebersamaan dan komunikasi bersama orang lain. Semakin orang memiliki
kemampuan komunikasi semakin mudah menciptakan relasi yang baik, hangat
dan akrab dengan sesama yang lain. Beberapa aspek kateketis katekese
ditemukan juga dalam komunikasi antarpribadi antara lain unsur bebas, dalam
komunikasi antarpribadi ada suasana bebas atau tanpa paksaan namun terjadi
secara sukarela. Kedua belah pihak yang berkomunikasi bebas untuk
mengungkapkan pengalaman, pemahaman, perkembangan diri maupun keraguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang dialaminya. Unsur Dinamis, komunikasi itu tidak mungkin statis melainkan
dinamis, ada pergerakan, perkembangan, alur yang jelas karena setiap komunikasi
memiliki tujuan. Unsur keterbukaan, dalam komunikasi antarpribadi mesti ada
sikap terbuka sebab tidak mungkin ada komunikasi bila satu dengan yang lain
tidak ada keterbukaan. Komunikasi antarpribadi dimulai dari saling mengetahui
latar belakang, kebiasaan masing-masing sampai terjadi adaptasi di antara mereka
yang berkomunikasi dan semakin lama akan samakin mengenal secara mendalam.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menghasilkan dua kesimpulan penting berkaitan dengan
pengaruh bimbingan rohani bagi kemampuan komunikasi antarpribadi para suster
yunior dan kaul kekal usia lima tahun. Kedua variabel ini berhubungan secara
positif dan searah. Penelitian ini penting dan bermanfaat bagi pembimbing rohani
maupun terbimbing dan para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia
secara umum. Namun demikian penulis melihat adanya keterbatasan dari hasil
penelitian ini, antara lain;
1. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional yang memiliki prinsip
yang sama dengan penelitian eksperimental, dari hasil penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan tentang hubungan sebab akibat yakni bahwa bimbingan
rohani mempunyai efek positif terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi.
Namun ketika yang diteliti dengan cara di atas berkaitan dengan aktivitas
manusia bisa jadi ada reduksi sehingga penelitian ini kurang mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan instrumen tertutup artinya jawaban
sudah disediakan sehingga responden tidak leluasa untuk mengungkapkan
pendapatnya berkaitan dengan pengalaman yang sesungguhnya tentang
bimbingan rohani dan kemampuan komunikasi antarpribadi.
3. Peneliti memiliki keterbatasan waktu dalam penelitian sehingga kuesioner yang
diberikan kepada responden bersifat uji terpakai. Hal ini membuat peneliti
tidak sempat melakukan perbaikan item pernyataan yang tidak valid untuk
kemudian didistribusikan lagi kepada responden.
4. Peneliti memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan membuat
pernyataan dalam kuesioner yang bisa menggambarkan dan menjelaskan
tentang bimbingan rohani dan kemampuan komunikasi antarpribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian diketahui ada pengaruh bimbingan rohani bagi
kemampuan komunikasi antarpribadi. Bimbingan rohani terjadi dalam proses
perjumpaan antarpribadi yakni pembimbing dan terbimbing. Adapun bimbingan
rohani bertujuan untuk membantu terbimbing mencapai kedewasaan manusiawi
dan rohani (spiritual). Kedewasaan ini akan tampak dari penghayatan nilai-nilai
manusiawi dan rohani (spiritual).
1. Bimbingan rohani yang dilaksanakan dalam pembinaan religius adalah
merupakan salah satu usaha untuk membantu para suster untuk mencapai
kedewasaan manusiawi maupun spiritual melalui perjumpaan-perjumpaan yang
intensif dan berlangsung cukup lama sampai terbimbing memiliki kedewasaan
manusiawi maupun spiritual.
2. Berdasarkan penelitian diketahui nilai mean variabel bimbingan rohani sebesar
129.6500 yang menunjukkan bahwa bimbingan rohani para suster dan suster
yang berkaul kekal lima tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa
Lusia dalam kategori teratur. Hal ini ditunjukkan pula dengan analisis data per
sub variabel; sub variabel pembimbing dengan nilai mean 31.2000 dalam
kategori aktif, sub variabel proses dengan nilai mean sebesar 51.8833 dengan
kategori teratur, sub variabel terbimbing dengan nilai mean sebesar 25.3833
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dengan kateogori sangat aktif dan sub variabel proses dengan nilai mean
sebesar 21.1833 dengan nilai mean sebesar tercapai
3. Kemampuan komunikasi antarpribadi adalah keterampilan di mana seseorang
dapat menerima dan mengirim pesan secara tepat dan jelas, maka orang-orang
yang berkomunikasi diandaikan memiliki kesamaan paham dan pengetahuan
akan sesuatu hal sehingga interaksi di antara mereka dikatakan komunikatif
dan menghasilkan umpan balik yang tepat.
4. Berdasarkan penelitian diketahui nilai mean variabel kemampuan komunikasi
antarpribadi sebesar 114.9000 yang menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi antarpribadi para suster yunior dan suster yang berkaul kekal lima
tahun ke bawah Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia dalam kategori
rinci. Hal ini ditunjukkan pula dengan analisis data per sub variabel; sub
variabel menerima pesan dengan mean sebesar 31.0500 dalam kategori sangat
rinci, sub variabel menyampaikan pesan dengan mean sebesar 31.3000 dengan
kategori rinci dan sub variabel suasana dengan mean sebesar 52.5500 dengan
kategori nyaman.
5. Mengacu pada hasil deskripsi bimbingan rohani di peroleh mean sebesar
129.6500 artinya bimbingan rohani yang terjadi dalam Kongregasi Suster
Fransiskan Santa Lusia berjalan dengan teratur sedangkan variabel
kemampuan komunikasi antarpribadi diketahui mean sebesar 114.9000
dengan kategori rinci.
6. Setelah data diperoleh dan dianalisis maka terdapat pengaruh signifikan antara
bimbingan rohani terhadap kemampuan komunikasi antarpribadi yang dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dari nilai pearson correlation 0,674 pada taraf signifikan 0,000. Penemuan ini
mengindikasikan bahwa semakin baik bimbingan rohani yang dilaksanakan
maka semakin berkembang baik pula kemampuan komunikasi antarpribadi.
Dari pengujian regresi diketahui hasil bimbingan rohani berpengaruh terhadap
kemampuan komunikasi antarpribadi sebesar 0,454 atau 45,4% dari
penghitungan regresi data bimbingan rohani (X) dan kemampuan komunikasi
antarpribadi (Y). Adapun persamaan regresinya adalah Y=36.270+0,606X.
Artinya setiap penambahan nilai bimbingan rohani 1 poin, maka nilai
kemampuan komunikasi antarpribadi bertambah 36.270+0,606.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang
kiranya perlu mendapat perhatian para suster KSFL demi meningkatkan
kemampuan komunikasi antarpribadi melalui bimbingan rohani yang
dilaksanakan para suster khususnya suster yunior.
1. Berdasarkan hasil penelitian di atas para suster yunior atau terbimbing perlu
meningkatkan bimbingan rohani dengan sikap jujur dan terbuka untuk
menyampaikan pergulatan hidupnya sehingga semakin terbantu untuk
mencapai kedewasaan manusiawi maupun rohani (spiritual).
2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kemampuan komunikasi
antarpribadi para suster tergolong baik namun demikian perlulah senantiasa
meningkatkan kemampuan ini mengingat keterampilan ini mutlak perlu dalam
kehidupan kita sebagai manusia mahluk sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3. Pembimbing rohani merupakan tokoh penting dalam pembinaan oleh karena
itu pembimbing rohani perlu meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan
empatik demi membantu terbimbing/yunior.
4. Kongregasi perlu senantiasa mempersiapkan para pembimbing rohani melalui
pendidikan formal demi peningkatan kualitas pembinaan dalam Kongregasi
Suster Fransiskan Santa Lusia.
5. Kemampuan komunikasi antarpribadi sangat perlu dikembangkan oleh semua
suster demi terwujudnya komunikasi antarpribadi yang baik dan sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
DAFTAR PUSTAKA
Amalorvavadas, D.S. (1972). Katekese sebagai Tugas Pastoral Gereja (Seri
Pastoral No.11). Yogyakarta: STFK Pradnyawidya. Briere, Emile. (2003). Imam Membantu Imam. Malang: Dioma. Covey, Stephen. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People. Jakarta:
Binarupa Aksara. Darminta. (1993). Latihan Rohani St. Ignatius Loyola. Yogyakarta: Kanisius. _______. (2006). Praksis Bimbingan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Fuster, J. (1985). Teknik Mendewasakan diri. Yogyakarta: Kanisius. Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Hardjana, Agus. Maas. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom. (1973). Bimbingan Rohani. Yogyakarta: Kanisius. Konstitusi Kongregasi Fransiskan Santa Lusia. (1999). Pematang Siantar. Kitab Hukum Kanonik, Sekretariat KWI. (1991). Penerjemah: Kartosiswoyo Pr,
Riduwan. (2010). Belajar mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sinaga, Anicetus, B. (2007). Imam Triniter. Jakarta: Obor. Sugiri, dkk. (2004). Kasih dan Konflik. Jakarta: Sekretariat Komisi PSE-KWI. Shelton, Charles M. (1988). Menuju Kedewasaan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Supratiknya. A. (1995). Komunikasi Antarpribadi. Kanisius: Yogyakarta. Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supardi Sadarjoen, Sawitri. (2005). Jiwa yang rentan. Jakarta: Buku Kompas. Sudiarja, (2003). Berenang di arus zaman. Yogyakarta: Kanisius. Stein, Steven dan Book, Howard. (2000). Ledakan EQ. Penerjemah Trinanda
Rainy dan Yudhi Murtanto Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Tannen, Deborah. (1996). Seni Komunikasi Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Uchjana Efendi, Onong. (1995). Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Wursanto, Ig. (1999). Etika Komunikasi kantor. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. Penerjemah: Hardawiryana, SJ). Jakarta. Dokpen KWI. (dokumen asli terbit tahun 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1
Kepada yang terkasih,
Para suster yunior dan kaul kekal usia lima tahun
di Komunitas
Para suster yang terkasih,
Pada kesempatan ini saya memohon para saudari untuk mengisi
koesioner yang ada di tangan saudari ini. Adapun maksud dan tujuan dari
kuesioner ini untuk mengetahui pengaruh bimbingan rohani terhadap kemampuan
komunikasi antarpribadi. Informasi yang para saudari berikan dengan jujur sangat
membantu kami untuk mendapatkan data yang akurat. Kuesioner ini bersifat
rahasia. Maka, dengan ini juga saya mengharapkan keterbukaan dan kejujuran
para saudari untuk mengisi kuesioner ini berdasarkan pengalaman para saudari.
Akhirnya atas kesediaan, kejujuran dan kesungguhan para saudari dalam
memenuhi harapan saya, semua bantuan para saudari sangat berarti bagi penelitian
saya. Untuk itu saya haturkan limpah terimakasih.
Hormat Saya,
Sr. Ezra, KSFL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2
Petunjuk Pengisian Kuisioner:
Suster yang terkasih, berikut ini terdapat skala yang berisi sejumlah
pernyataan yang akan suster tanggapi dan jawab. Mohon supaya dibaca dan
dipahami setiap pernyataan.
• Berilah tanda cek list (√) pada kolom dari setiap pernyataan sesuai dengan
pemahaman, pengalaman dan sikap nyata yang dialami para suster sendiri.
• Mohon di isi pada kolom kualifikasi.
• Contoh:
No
Pernyataan
Tidak Pernah
Kualifikasi
1 2 4 5
Selalu
1 Saya percaya kepada
teman sekomunitasku.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3
Kuisioner Penelitian PENGARUH BIMBINGAN ROHANI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PARA SUSTER KONGREGASI
FRANSISKAN SANTA LUSIA PEMATANGSIANTAR.
Nama :_______________________ Usia Kaul Kekal/Sementara :___________/____________ Komunitas :_______________________
Tabel 1 Variabel Bimbingan rohani
No Pernyataan
Kualifikasi Selalu Tidak
Pernah 1
2
4
5
1 Pembimbing mendengarkan saya dengan kesungguhan hati.
2 Pembimbing menyimak seluruh pengalaman dan pergulatan yang saya sharingkan.
3 Pembimbing menanggapi sesuai dengan harapan saya.
4 Pembimbing memperhatikan raut muka saya ketika saya bersharing.
5 Pembimbing peka terhadap bahasa nonverbal yang terungkap selama sharing berlangsung.
6 Pembimbing menunjukkan maksud Tuhan melalui pengalaman dan
No:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pergulatan yang saya sharingkan.
7 Pembimbing membantu saya untuk memahami maksud Tuhan melalui pengalaman dan pergulatan yang saya sharingkan.
8 Pembimbing membuat jadwal bimbingan secara rutin dan teratur.
9 Saya menjalankan bimbingan sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
10 Pembimbing memilih metode yang sesuai dengan tema bimbingan.
11 Bimbingan menggunakan sarana sesuai dengan materi antara lain Kitab Suci, konstitusi, dll.
12 Dalam bimbingan memperhatikan suasana rileks dan nyaman.
13 Bimbingan terjadi dalam suasana doa.
14 Pada bagian inti pembimbing memberikan penjelasan, informasi sesuai dengan materi bimbingan.
15 Pembimbing membantu saya untuk memahami nilai-nilai rohani.
16 Proses bimbingan selalu diakhiri dengan doa sebagai benang merah pengalaman rohani.
17 Pembimbing berperan seperti ibu yang membantu saya untuk memahami panggilan khusus ini.
18 Pembimbing berperan seperti sahabat setia mendengarkan dan membantu saya untuk semakin mengenal diriku,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesama dan Tuhan sendiri.
19 Saya memiliki kerinduan untuk berkembang dalam hidup rohani.
20 Saya kunjungan Sakramen Mahakudus setiap hari.
21 Saya meditasi setiap hari selama 30 Menit.
22 Saya melaksanakan bacaan rohani setiap hari.
23 Saya jujur dan terbuka menyampaikan pergulatan batinku kepada pembimbing.
24 Saya merasa dipercayai oleh Pembimbing.
25 Saya percaya sepenuhnya kepada pembimbing.
26 Saya menikmati kegembiraan dalam panggilan sebagai buah rohani.
27 Saya semakin menyadari keberadaanku dihadapan Tuhan dan sesama.
28 Saya semakin memiliki kerendahan hati.
29 Saya semakin memiliki semangat rela berkorban.
30 Pembimbing melihat dan menunjukkan perkembangan rohani saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2 Variabel Kemampuan komunikasi antarpribadi
No
Pernyataan
Tidak
Pernah
Kualifikasi
Selalu 1 2 4 5
31 Saya berusaha mengetahui latar belakang partner bicara saya.
32 Saya mengenal kebiasaan partner bicara saya.
33 Saya berusaha mendengarkan kata-kata yang terungkap dari partner bicara saya.
34 Saya memahami perasaan partner bicara melalui nada suaranya.
35 Saya menangkap pesan setelah partner beberapa kali mengatakan maksudnya.
36 Saya menangkap pesan setelah satu kali partner mengatakan maksudnya.
37 Saya menangkap pesan melalui bahasa tubuh partner saya.
38 Saya memiliki kontak batin dengan orang yang biasa berkomunikasi dengan saya.
39 Saya memberikan respon yang tepat melalui kata-kata terhadap partner bicara saya.
40 Saya tidak memberikan respon melalui bahasa tubuh.
41 Saya melakukan apa yang saya katakan.
42 Saya jujur pada partner bicara saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43 Saya teguh pada prinsip.
44 Saya bisa menyimpan rahasia.
45 Saya memenuhi setiap janji yang saya buat.
46 Saya setia terhadap kesepakatan.
47 Saya tidak menyampaikan perasaan saya dengan bahasa verbal.
48 Partner saya memahami maksud saya setelah saya beberapa kali mengatakan.
49 Partner saya memahami maksud saya dengan satu kali mengatakan.
50 Partner memahami maksud saya melalui bahasa tubuh saya.
51 Kehadiran saya dapat dipahami oleh teman yang biasa berkomunikasi dengan saya.
52 Saya percaya sepenuhnya kepada lawan bicara saya.
53 Saya membiarkan orang mengatakan sesuatu hal dengan tuntas tanpa mencela.
54 Saya sering kontak mata dengan orang yang sedang berbicara dengan saya.
55 Saya merasa bahwa pribadi yang dapat dipercaya merupakan nilai yang harus diperjuangkan.
56 Saya bisa menjadi sahabat yang baik bagi orang lain.
57 Saya bersikap terbuka pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persahabatan dengan orang lain baik sejenis maupun lawan jenis
58 Saya jujur menyampaikan pendapat atau pandangan saya terhadap partner bicara saya.
59 Saya berbicara dengan penuh pertimbangan.
60 Saya mengkomunikasikan sesuatu dengan memperhatikan keadaan partner bicara saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI