Page 1
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT TENTANG
PERAWATAN LUKA DAN PEMBERIAN NUTRISI SELAMA PROSES
PENYEMBUHAN LUKA
DI RUMAH SAKIT DAN DI RUMAH
Disusun oleh kelompok 19:
Rizky Zulfia Rahma 131513143020Ika Ayu Dianty 131513143027Christina Dita Wijaya 131513143029Dwi Indah Prasetia 131513143082Retno Baiq Furianto 131513143094
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGASURABAYA
2015
Page 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Perawatan Luka dan Nutrisi untuk Proses Penyembuhan Luka
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Rawat Inap Lantai 4 RS Unair
Hari/tgl : Jumat/ 18/09/15
Tempat : R. Rawat Inap Lantai 4 RS Unair
Pelaksana : Kelompok 19 Program Profesi Pendidikan Ners angkatan 2011
Waktu : 09.30-11.00
1. Tujuan Instruksional Umum
Sasaran mengetahui tentang perawatan luka dan nutrisi untuk proses
penyembuhan luka
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan luka dan nutrisi
untuk proses penyembuhan luka, sasaran dapat meningkatkan pengetahuan
tentang perawatan luka dan pemberian asupan nutrisi untuk proses penyembuan
luka baik di RS maupun di rumah
3. Materi
a. Pengertian dan jenis-jenis luka
b. Fase penyembuhan luka
c. Kondisi yang mudah menimbulkan luka
d. Perawatan luka di RS dan di rumah
e. Nutrisi selama proses penyembuhan luka
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab
5. Media
Power point, Leaflet
6. Pengorganisasian
Pemateri :
Moderator :
Page 3
Fasilitator :
Notulen :
7. Pelaksanaan
No
.
Tahap dan Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
1. Pendahuluan 5 menit Pembukaan:
1. Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan kontrak
waktu dan mekanisme
kegiatan
3. Menyampaikan tujuan dan
maksud dari kegiatan.
4. Menyebutkan kegiatan
yang akan dilakukan
1. Menjawab salam
dan memfokuskan
perhatian pada
peneliti
2. Mendengarkan
kontrak kegiatan
3. Mendengarkan
tujuan dari
kegiatan
4. Ikut serta dalam
kegiatan
2. Kegiatan inti 50
menit
Pelaksanaan:
1. Menggali pengetahuan
pasien dan keluarga
tentang perawatan luka dan
nutrisi selama proses
penyembuhan luka.
2. Menyampaikan materi
tentang :
Pengertian dan jenis luka
Fase penyembuhan luka
Kondisi yang muda
menimbulkan luka
Perawatan luka di RS dan
di Rumah
Nutrisi selama proses
1. Aktif
mengemukakan
pendapat
2. Peserta
mendengarkan
penjelasan dengan
baik
3. Peserta
mengajukan
pertanyaan
tentang materi
yang kurang
dipahami
4. Peserta dapat
Page 4
penyembuhan luka
3. Memberikan kesempatan
untuk mengajukan
pertanyaan untuk materi
yang belum dipahami.
4. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
sasaran.
memahami
penjelasan
tentang
materi yang
kurang dipahami
3. Penutup
5 menit
Evaluasi:
1. Menanyakan kembali
beberapa point tentang
materi yang telah
disampaikan
1. Peserta
memaparkan
beberapa point
yang ditanyakan
telah sesuai
meteri yang telah
didiskusikan
8. Evaluasi
1) Kriteria struktur
Setting tempat dan persiapan media sebelum pelaksanaan intervensi.
2) Kriteria Proses
(1) Sasaran antusias terhadap materi.
(2) Sasaran mendengarkan dan memahami materi.
(3) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana program.
3) Kriteria Hasil
(1) Sasaran ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhann
(2) Sasaran mampu memahami materi tentang perawatan luka dan
nutrisi selama proses penyembuhan luka baik di RS maupun di
rumah.
9. Lampiran Materi
Page 5
PERAWATAN LUKA DAN NUTRISI UNTUK PROSES PENYEMBUHAN
LUKA
1. Definisi luka
Luka adalah rusaknya kontinuitas normal jaringan baik dari segi struktural
maupun fisiologis (Wong 2003). Keparahan yang dapat ditimbulkan akibat luka
yang tidak ditangani dengan benar adalah luka bertambah lebar karena trauma
melebar. Selain itu pada luka juga dapat terjadi infeksi akibat luka yang tidak
bersih lalu terkena mikroba (Andryawan 2013). Tujuan dari penanganan dan
perawatan luka adalah sebagai berikut :
1. Menjaga luka dari trauma yang lebih parah
2. Mecegah timbulnya infeksi
3. Meningkatkan rasa nyaman.
2. Luka berdasarkan waktu
2.1. Luka akut
Luka akut adalah diskontinuitas atau kerusakan jaringan (kulit, fascia, otot,
tendon, dan tulang) yang terjadi kurang dari 8 jam (RSOP 2012). Luka akut
juga didefinisikan sebagai luka dengan waktu penyembuhan yang sesuai
dengan fisiologis luka.
2.2. Luka kronis
Luka kronik adalah luka yang berlangsung lama yang tidak sembuh dalam
waktu yang seharusnya atau sering rekuren seperti pressure sore (ulkus
dekubitus), gangren diabet dan lainnya. Pasien dengan luka kronik biasanya
mempunyai masalah multifaktor yang berpengaruh dalam penyembuhan
luka (Perdanakusuma 2005).
3. Luka berdasarkan kondisi visual
3.1. Luka terbuka
Luka terbuka yaitu luka dengan adanya kontak dari dalam tubuh keluar
tubuh (Morison 2004).
a). Luka robek yang memiliki tepi luka tidak teratur dan jaringan kulit di
sekitar luka mengalami kerusakan (Mohammad 2005).
Page 6
Gambar 1 Luka robek (Crisp 2012)
b). Luka tusuk yang mengakibatkan banyak jaringan di bagian dalam
rusak karena merusak jaringan hingga ke dalam lapisan kulit
(Mohammad 2005).
c). Luka penetrasi dengan contoh masuknya peluru ke dalam kulit
d). Luka lecet adalah permukaan kulit yang terkelupas akibat pergeseran
dengan benda yang keras dan kasar (Mohammad 2005).
Gambar 2 Luka lecet (Korb 2014)
e). Luka iris adalah luka yang memanjang dan bertepi lurus dan tidak
merusak jaringan di sekitar luka (Mohammad 2005).
Gambar 3 Luka iris (Crisp 2012)
f). Luka terputus yang disebut luka amputasi.
3.2. Luka tertutup
Luka tertutup yaitu jenis luka dengan tidak adanya kontak dari dalam
tubuh ke luar tubuh (Morison 2004).
a). Memar adalah kerusakan jaringan di bawah kulit yang ditandai
dengan kulit yang biru dan bengkak (Mohammad 2005).
Page 7
Gambar 4. Luka memar (Peate 2015)
b). Terkilir adalah ligamen atau sendi yang mengalami gerak tarikan dan
berisiko menimbulkan perlukaan apabila gerak tarikan yang
berlebihan (Suratun 2008).
4. Luka berdasarkan kelembapan
4.1. Luka lembap
Kondisi kelembapan luka akan menurunkan intensitas dan durasi dari
respon dalam proses penyembuhan luka (Peate 2015).
Gambar 5. Ilustrasi lingkungan terhadap luka lembap (Peate 2015).
4.2. Luka kering
Luka kering adalah luka dengan tidak mengeluarkan cairan dan
menimbulkan rasa kebas dan nyeri apabila mendapat gaya tarik.
Penyembuhan luka berlangsung lama karena proses granulasi dan
Page 8
epitelisasi sel terhambat dengan tidak adanya mediator cairan pada luka
(Peate 2015).
Gambar 6. Ilustrasi lingkungan terhadap luka lembap (Peate 2015).
4.3. Luka basah
Luka basah adalah luka dengan pengeluaran cairan banyak dan kondisi
yang paling memungkinkan untuk terjadinya proses infeksi pada luka.
Proses penyembuhan luka terhambat dengan pertumbuhan bakteri yang
cepat karena bakteri tumbuh pada tempat dengan kelembapan tinggi
(basah) (Peate 2015).
Gambar 7. Ilustrasi lingkungan terhadap luka lembap (Peate 2015)
5. Luka berdasarkan higienitas
5.1. Luka bersih, tanpa adanya benda atau pertikel asing di dalam ataupun di
sekitar luka.
5.2. Luka kotor, perlukaan dengan disertai benda atau partikel asing di dalam
ataupun di sekitar area luka.
Page 9
6. Luka berdasarkan penyebab
6.1. Luka fisika atau mekanik
a). Luka akibat trauma benda tumpul, misalnya batu, alat elektronik,
kendaraan bermotor, balok kayu, dan lain sebagainya. Luka ini
memiliki bentuk tidak beraturan pada tepinya dengan kedalaman luka
yang berbeda pada tepi dan tengah luka.
b). Luka akibat trauma benda tajam, misalnya pisau, paku, bambu
runcing, dan lain sebagainya. Luka ini berbentuk tegas pada tepinya
dan merusak jaringan kulit dalam.
6.2. Luka kimiawi
a). Luka bakar, akibat cairan kimia, dan tersengat listrik
Gambar 8. Ilustrasi penampang kulit dengan luka bakar (Tambayong 2000)
Cairan kimia yang mengiritasi kulit manusia biasanya memiliki respon
sensitifitas tinggi dengan menunjukkan tanda dan gejala seperti terbakar.
Tersengat listrik atau tersambar petir juga menimbulkan efek terbakar pada
tubuh. Derajat kedalaman luka bakar terdiri atas luka bakar ketebalan parsial
dan penuh. Luka bakar ketebalan parsial mencakup luka bakar derajat 1 dan
2, sedangkan untuk luka bakar ketebalan penuh mencakup luka bakar
derajat 3 hingga merusak tulang.
Page 10
7. Luka berdasarkan tingkat kedalaman
Gambar 7 Lapisan kedalaman kulit (National Pressure Ulcer Advisory Panel
Washing DC (2012) dalam Crisp (2012))
1. Luka derajat 1 (superficial wound) adalah luka yang terbatas pada epidermis
2. Luka derajat 2 (partial-thickness wound) yaitu luka yang sudah terjadi pada
lapisan epidermis dan dermis
3. Luka derajat 3 (full-thickness wound) yaitu luka dengan kerusakan sampai
pada lapisan yang terdalam jaringan yaitu pada subkutaneus atau bahkan
sampai pada fasia dan jaringan dibawahnya seperti otot, tendon dan tulang.
Page 11
8. Proses penyembuhan luka
Menurut Morison (2004) luka mengalami 4 fase penyembuhan. Fase
pertama yang dilalui adalah inflamasi akut (respon keseimbangan/hemostatis),
yaitu proses pelepasan histamin dan mediator dari sel-sel rusak yang terjadi
selama 10-30 menit setelah terjadi cedera luka. Selain itu dalam fase ini sel darah
putih seperti leukosit polimorfonuklear dan makrofag dikirimkan ke bagian luka.
Fase kedua adalah fase dekstruktif. Leukosit dalam fase ini membersihkan
jaringan yang mati dan yang mengalami devitalisasi selama 4-6 hari. Fase
selanjutnya adalah fase poliferatif luka yang difiltrasi oleh pembuluh darah baru
serta diperkuat oleh jaringan ikat. Fase ini terjadi kurang lebih sealam 2 minggu
setelah terjadi luka dan benar-benar sembuh lengkap setelah 1-2 tahun tergantung
jenis luka. Fase terakhir yaitu fase maturasi adalah fase di mana terjadi re-
epitelisasi, kontraksi luka serta pembaruan jaringan ikat. Fase ini terjadi sekitar 3
minggu setelah luka serta benar-benar lengkap penyembuhannya setelah 2 tahun,
tergantung karakteristik luka.
Page 12
9. Penanganan pertama pada luka
9.1 Prosedur mencuci tangan
a). Membasahi tangan dengan air
b). Mengambil sabun secukupnya
c). Menggosokkan kedua telapak tangan.
d). Menaruh telapak tangan di atas pungggung lalu menggosok punggung
tangan, melakukan pada kedua tangan.
e). Jari-jari kedua tangan saling diselipkan dan dogosokkan.
f). Kedua tangan menggenggam dan menggosok-gosok ujung jari.
g). Menggosok pangkal ibu jari tangan kanan dengan tangan kiri, kemudian
melakukan sebaliknya.
h). Ujung-ujung jari tangan kanan digosokkan pada telapak tangan kiri,
kemudian melakukan sebaliknya.
i). Membilas tangan dengan air mengalir sampai bersih
j). Mengeringkan tangan dengan handuk bersih (WHO 2009).
k). Menutup kran dengan tisu tanpa menyentuh kran
l). Tangan bersih
Page 13
Gambar 8 Alur cuci tangan yang baik dan benar (WHO, 2009)
9.2 Berikut ini penanganan luka trauma (lecet, iris/sobek, dan robek) menurut
Potter dan Perry’s dalam Crisp (2012) serta British Red Cross (2005) :
a). Jelaskan prosedur kepada korban
b). Jaga privasi korban
c). Lakukan cuci tangan dengan benar
d). Atur posisi korban sampai luka terpapar jelas
e). Bersihkan luka dengan cairan normal salin atau air mengalir
f). Berikan antiseptik
g). Tutup luka dengan kasa steril
h). Balut dengan plester
i). Cuci tangan setelah merawat luka.
9.3 Penanganan luka memar menurut Mohammad (2005) adalah dengan
mengompres jaringan kulit yang memar dengan es atau air dingin dan dibalut
tekan apabila diperlukan.
9.4 Berikut ini penanganan luka bakar yang akan diajarkan menurut Farida
(2009) dan Harnowo (2013) :
a). Memindahkan korban dari sumber luka bakar
b). Melepaskan semua perhiasan dan pakaian yang menempel pada tubuh
korban untuk mewaspadai adanya kemungkinan pembengkakan
c). Tidak memecahkan lepuhan
d). Menyiram dengan air dingin (bukan air es) selama 3-10 menit untuk
mengurangi rasa sakit atau merendam bagian luka ke dalam baskom atau
ember berisi air
e). Jika lepuhan pecah bersihkan dengan air mengalir kemudian ditutup
dengan kasa steril
f). Tidak mengoleskan bahan-bahan yang dipercaya dapat mengurangi luka
bakar seperti pasta gigi atau bedak
g). Menutup daerah luka dengan perban atau kain steril
h). Dibawa ke tempat pertolongan medis.
Page 14
9.5 Penanganan luka memar
a). Mengompres dengan air dingin atau air es untuk mengurangi perdarahan
dan pembengkakan
b). Bila terjadi pada alat gerak (tangan atau kaki) posisikan luka lebih tinggi
dari jantung
c). Luka memar setelah 24 jam dikompres luka air hangat untuk
melancarkan sirkulasi darah pada area luka
d). Bila memar semakin parah segera bawa ke pertolongan medis (Harnowo
2013).
10. Proses Terjadinya ulkus :
Terdapat beberapa alasan yang mendasari mengapa gangren diabetic ini
terjadi pada bagian tubuh terutama extremitas bawah.di antaranya di karenakan 3
sebab yang mendasarinya.di antara lain di karenakan oleh pertama, berkurangnya
sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien tidak menyadari bahkan
sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak dirasakannya. Luka timbul
spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk
duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang keras.
Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama.
Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika
tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi
tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi
terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara
lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah
dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi
dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu,
Page 15
dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat
munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri
patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh
subur terutama bakteri anaerob.
Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik
mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi
melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan
luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan
sel darah putih memfagositosis dan membunuh kuman berkurang pada kondisi
kadar gula darah diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila kadar gula
darah menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius
karena penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman
pada borok akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang
bisa berakibat fatal, ini yang disebut sepsis.
Dari faktor-faktor pencetus mekanisme faktor utama yang paling berperan
dalam timbulnya ganren diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Infeksi
sendiri sangat jarang merupakan faktor tunggal untuk terjadinya gangren diabetik.
Infeksi lebih sering merupakan komplikasi yang menyertai gangren diabetik
akibat iskemia atau neuropati. Secara praktis mekanisme gangren diabetik
dikategorikan menjadi 2 golongan yaitu gangren diabetik akibat
angiopathi/iskemik dan gangren diabetik akibat neuropati.
Gangren diabetik angiopathi/iskemik ini di sebabkan oleh karena
terjadinya angiopathy diabetic yang dipengaruhi oleh factor genetik, faktor
metabolik, dan faktor penunjang lain seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dan
keseimbangan insulin. Faktor genetik seperti tipe HLA tertentu pada penderita
diabetes, walaupun dengan kadar gula darah rendah, sudah cukup untuk
menimbulkan mikroangiopathy diabetik yang luas serta memacu timbulnya
mikrotrombus yang akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Sedangkan pada gangren diabetik akibat neuropati di sebabkan oleh karena
insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan
Page 16
dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut,
lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas.
Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi
dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Pencegahan terjadinya ulkus:
1. Setiap hari rajin memeriksa kaki dan sela-sela jari kaki, meskipun tidak ada
kejadian apa-apa.
2. Cuci kaki setiap hari, atau sewaktu-waktu bila kaki dianggap kotor kemudian
keringkan dengan hati-hati. Jangan menggosoknya dengan keras, karena akan
menimbulkan lecet atau luka.
3. Hindari air yang mempunyai suhu terlalu panas atau terlalu dingin karena
dapat menyebabkan kaki menjadi lecet tanpa merasa sakit
4. Jangan berjalan di halaman atau jalan yang berbatu tanpa memakai alas kaki
Kondisi yang menyebabkan terjadinya luka yaitu terjadinya imobilisasi sehingga
terjadi penekanan pada kulit yang terlalu lama.
Gambar 9 bagian tubuh yang sering terjadi penekanan
Page 17
Gambar 10 bagian tubuh yang sering terjadi penekanan
11. Perawatan Luka Iris di Rumah
Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam dengan pinggir2 luka
yang rapi, sedangkan Luka serut (gesek/abrasi) adalah suatu cedera pada
permukaan kulit yang disebabkan oleh permukaan kasar yang bergesekan dengan
kulit. Adapun gejala2 yang ditimbulkan yakni; sobekan pada kulit yang mugkin
membuat cedera jaringan kulit di bawahnya, terjadi perdarahan yang sedikit
sampai sedang yang akan berhenti sendiri, serta timbul rasa sakit/nyeri.
Komplikasi kemungkinan dapat terjadi jika luka terbuka, perdarahan banyak (bila
mengenai pembuluh darah besar), infeksi bakteri (demam, radang, pembentukan
nanah).
Hal yang dapat dilakukan antara lain:
a. Luka iris:
Cuci luka di air mengalir (di bawah kran) dan keringkan dengan tisu bersih.
Bersihkan kotoran atau partikel lain pada luka dengan menggunakan pengait yang
bersih (pengait terlebih dahulu dicuci dengan sabun atau dilewatkan di atas api
kecil dan biarkan dingin sebelum digunakan).
Hentikan perdarahan dengan cara menekan bagian atas luka dengan kasa, tahan
selama beberapa menit.
Oleskan cairan antiseptic.
Bila luka kecil, biarkan terbuka supaya cepat pulih. Bila luka besar, balut dengan
kasa.
Page 18
Pembekuan darah yang terbentuk (permukaan luka yang mengering) jangan
dibersihkan karena akan menyebabkan perdarahan kembali.
Periksakan ke dokter bila terjadi komplikasi. Segera ke unit gawat darurat rumah
sakit terdekat bila terjadi perdarahan hebat (darah memancar dari luka, perdarahan
tidak berhenti dengan tekanan, atau sudah kehilangan sekitar 1-2 cangkir darah).
Selalu utamakan kebersihan dalam merawat luka, cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat luka.
b. Luka memar:
Dengan mendinginkan luka memar selain dapat memperlambat perdarahan di
bawah kulit, juga dapat mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Memar pada lengan atau kaki bisa didinginkan dengan meletakkannya di bawah
kran air.
Memar pada kepala dan dada atau daerah lain dapat didinginkan dengan
memberikan kompres dingin/es.
Cara membuat kompres es:
Isi setengah dari kantong plastik dengan es. Tambahkan garam untuk meningkatkan
efek dingin dan ikat kantong plastik setelah mengeluarkan udara dari kantong
terlebih dahulu.
Bungkus kantong dengan handuk tipis dan letakkan di atas bagian yang memar
selama ± 30 menit.
Bila tidak tersedia es, bisa digunakan lipatan handuk atau kain katun tebal yang
dicelupkan ke dalam air dingin untuk dijadikan kompres.
Luka memar biasanya sembuh setelah 3-6 hari.
12. Perawatan Luka Bakar di Rumah (Adithia Kwee, 2008) :
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan segera di rumah sesaat setelah
kecelakaan tersebut sebelum dibawa ke klinik terdekat.
1. Pertama, dengan membilas kulit yang terkena panas.
2. Bilaslah kulit yang terkena panas dengan air hingga tidak terasa nyeri lagi.
Biasanya, pembilasan selama 15–30 menit dapat menghentikan nyerinya.
Page 19
3. Air yang digunakan dapat menurunkan temperatur kulit dan menghentikan
proses pembakaran yang terus terjadi di kulit sehingga dapat mencegah
terjadinya kerusakan jaringan yang lebih parah.
4. Anda dapat meletakkan daerah yang terkena panas ke dalam ember berisi
air. Namun jangan digunakan es atau air es karena dapat menyebabkan
kerusakan jaringan.
5. Lepaskan perhiasan yang digunakan supaya bila kulit yang terkena panas
tersebut membengkak atau melepuh, perhiasan tersebut tidak mengganggu
pengobatan.
6. Setelah nyeri hilang, luka bakar yang terjadi harus dicuci.
7. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum mencuci luka.
8. Jangan menyentuh lentingan yang sudah pecah karena dapat timbul
infeksi.
9. Untuk lentingan yang belum pecah, jangan dipecahkan.
10. Bersihkan dengan sabun dan air. Lalu keringkan perlahan.
11. Setelah itu dapat diberikan salep antibiotik pada kulit yang terluka.
12. Jangan meletakkan benda-benda asing seperti mentega atau odol pada kulit
yang terluka karena dapat menyebabkan infeksi.
13. Perawatan Luka Lecet di Rumah (Salma, 2013)
Cara merawat luka lecet di ruma antara lain:
1. Cuci tangan Anda
Sebelum melakukan perawatan, basuh kedua tangan Anda dengan air
bersih dan sabun. Hal ini mencegah penularan kuman dari tangan Anda.
2. Bersihkan luka
Bila jatuh di tanah atau tempat berpasir, kemungkinan lukanya kotor.
Bersihkan luka dengan air agar semua pasir dan tanah yang mengotori
terbasuh sepenuhnya untuk mencegah infeksi. Lakukan dengan perlahan
dari bagian dalam luka ke luar. Air yang digunakan bisa air jernih dari
kran atau lebih baik lagi bila air matang yang steril. Anda dapat
membuang kotoran yang tersisa menggunakan kasa steril yang dibasahi.
3. Terapkan antiseptik
Page 20
Setelah luka benar-benar bersih, terapkan cairan antiseptik pada luka.
Antiseptik yang biasa dipakai umumnya adalah yang berbasis povidone
iodine. Sebaiknya tidak memakai antiseptik yang mengandung alkohol
karena dapat membuat luka terasa lebih perih.
4. Perban luka bila perlu
Luka biasanya lebih cepat sembuh jika dibiarkan terbuka. Namun,
seringkali luka perlu juga ditutup untuk menghindari terkena kotoran,
terutama bila Anda sangat aktif dan lingkungannya banyak debu dan
kotoran. Gunakan perban yang tidak lengket pada luka agar mudah
dilepaskan dan diganti tanpa menimbulkan luka baru. Perban yang kedap
air dapat membuat tetap bisa mandi. Perban harus diganti minimal setiap
dua hari sekali agar tidak kotor dan lembab/basah.
5. Biarkan luka mengering
Jaga luka dari benturan. Jangan mencabut atau menggaruk keropeng
setelah terbentuk, meskipun penampilannya terlihat jelek. Itu adalah
lapisan steril yang melindungi luka dari infeksi ketika dalam proses
penyembuhan. Gatal di sekitar luka adalah hal yang baik, karena
menandakan bahwa proses penyembuhan sedang berlangsung.
6. Bawa ke dokter bila infeksi
Keenam langkah di atas biasanya sudah cukup untuk menyembuhkan luka.
Namun, ada kalanya perlu dibawa ke dokter untuk perawatan lebih lanjut
bila menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti:
Pembengkakan di daerah luka
Nanah terbentuk di daerah luka
Kulit kemerahan yang menyebar di sekitar luka
Peningkatan rasa sakit pada luka
Penampilan lesu dan kurang sehat
Suhu tubuh tinggi (demam ) yaitu 38 ° C atau lebih
Kelenjar limfa membengkak
Luka yang terinfeksi biasanya dapat disembuhkan dengan pemberian
antibiotik untuk beberapa hari.
7. Waspada tetanus
Page 21
Meskipun kini sudah semakin langka, ancaman bahaya tetanus masih tetap
ada. Bakteri tetanus (clostridium tetani) dapat masuk ke dalam luka yang
tidak terawat dengan baik. Setelah berkembang biak, mereka
mengeluarkan racun yang membuat otot-otot menjadi kejang. Otot
pertama yang kejang adalah di bagian rahang, sehingga mulut tidak dapat
dibuka. Itulah mengapa tetanus sering disebut sebagai “kejang mulut “.
Otot-otot lain dalam tubuh juga akan kejang sehingga penderita tidak bisa
bergerak. Bahaya mengancam ketika kejang membuat organ-organ vital
tubuh gagal berfungsi.
Bila Anda mendapati tanda-tanda infeksi tetanus, segeralah membawa
korban ke rumah sakit. Tetanus perlu dirawat secara intensif di rumah
sakit yang memiliki alat bantu pernapasan dan peralatan penunjang
lainnya.
14. Cara Perawatan Luka Gangren di Rumah
Cara merawat luka gangren di rumah antara lain:
1. Sebelumya wadah/rantang direbus sampai mendidih kemudian di
keringkan bagian dalam jangan disentuh biarkan kering sendiri.
2. Masukkan kassa steril ke wadah yang di keringkan kemudian siram
dengan NaCl.
3. Simpan kassa di pinggir luka tapi jangan menyentuh luka. Tekan pinggir
luka untuk mengeluarkan PUS / nanah.
4. Bila ada PUS usap dengan sekali usapansaja dengan kassa yang telah
diberi cairan NaCl teruskan sampai bersih dari atas sampai bawah.
5. Setelah selesai keringkan luka dengan kassa kering.
6. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik tekan,
pakai kassa steril.
7. Luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu
disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air
matang) atau NaCl 0,9 %. Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan,
kecuali jika terdapat infeksi,
Page 22
8. Pemilihan balutan : mencegah infeksi, menyerap cairan berlebih.
9. Bereskan alat-alat,cuci tangan dengan sabun sampai bersih.
10. Sebelum dan sesudah tiindakan cuci tangan.
15. Kerugian Tidak Melakukan Perawatan Luka
a. Infeksi berat.
b. Kecacatan.
c. Gangguan terhadap sistem tubuh yang lain.
d. Kematian.
Tanda dan Gejala infeksi :
• Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
• Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
• Ada kemeraha pada kulit didaerah luka
• Terjadi bengkak pada daerah luka
• Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
• Luka berbau tidak sedap
• Terdapat cairan nanah pada luka
Cara Pencegahan infeksi
1. Mandi 2 kali sehari, daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena
air atau basah karena dapat meninkatkan kelembaban pada kulit yang
terbungkus sehingga dapat menjadi tempat berkembang biak kuman
dan bakteri
2. Makanan yang dibutuhkan makanan yang mengandung protein atau
tinggi kalori tinggi protein (TKTP). Makanan yang mengandung
protein misalnya : susu, telur, madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan.
3. Ganti balutan minimal satu kali sehari, mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengganti balutan, alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengganti balutan harus dalam keadaan stril atau bersih, minum obat
sesuai anjuran misalnya obat antibiotic untuk mencegah infeksi.
15. Nutrisi yang baik untuk proses penyembuhan luka
a. Karbohidrat
Page 23
Karbohidrat berperan sebagai bagian dari proses penyembuhan tubuh pada
saat memasuki fase hipermetabolik, di mana terjadi peningkatan penggunaan
karbohidrat. Aktivitas selular didorong oleh adenosin trifosfat (ATP) yang berasal
dari glukosa, yang berguna untuk menyediakan energi pada saat respon inflamasi
terjadi. Jika intake karbohidrat berkurang maka tubuh akan memecah protein
untuk dijadikan kalori. Hal tersebut akan mengganggu fungsi utama protein
sebagai pembentuk jaringan baru pada luka.
b. Protein
Protein adalah dasar untuk membentuk kulit baru dan memperbaiki sel yang
rusak. Protein terdiri dari empat pecahan protein mayor dan enam pecahan protein
minor. Empat pecahan protein mayor tersebut adalah beta-lactoglobulin, alpha-
lactalbumin, bovine serum albumin dan immunoglobulin. Masing-masing dari
keempat pecahan protein tersebut mempunyai efek pencegah penyakit yang sangat
penting bagi tubuh manusia. Karena itulah, protein sering diproduksi sebagai
suplemen untuk memacu pertumbuhan otot dan mempercepat proses
penyembuhan
Sumber bahan makanan: keju, dan jenis-jenis kacang
c. Lemak
Lemak merupakan pelarut vitamin (A,D,E danK), sebagai pembentuk struktur
membran sel dan fungsi (sintesis sel baru). Di jumpai dalam asam lemak esensial
(ALE) yaitu omega 3 dan omega 6.
Sumber makanan: sunflower oil, zaitun , canola oil, alpukat, ikan perairan dalam :
tuna, bass, dll; ikan perairan dingin: salmon
d. Vitamin
Vitamin A juga terlibat dalam silang kolagen dan proliferasi sel epitel.
B-Kompleks vitamin adalah co-faktor atau co-enzim dalam berbagai fungsi
metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka, terutama dalam rilis energi
dari karbohidrat.
Vitamin C memiliki peran penting dalam sintesis kolagen, dalam pembentukan
ikatan antara helai serat kolagen, membantu memberikan kekuatan ekstra dan
stabilitas. Ada banyak bukti yang menunjukkan meningkatnya kebutuhan untuk
Page 24
vitamin C selama cedera, stres dan sepsis, tetapi tidak ada bukti bahwa dosis mega
meningkatkan hasil klinis (Gray dan Cooper 2001).
Vitamin K adalah terlibat dalam pembentukan trombin, dan kekurangan dengan
adanya luka dapat menyebabkan hematoma.
e. Mineral
Seng/zinc dibutuhkan untuk sintesis protein dan juga merupakan co-faktor
dalam reaksi enzimatik. Ada peningkatan permintaan untuk seng selama
proliferasi sel dan sekresi protein. Seng juga memiliki efek penghambatan pada
pertumbuhan bakteri, dan terlibat dalam respon imun.
Sumber makanan: daging merah(sapi,kambing) ikan dan hasil laut, kacang-
kacangan, susu
Zat Besi/Fe adalah co-faktor dalam sintesis kolagen, jika terjadi defisiensi fe maka
berpengaruh terhadap penundaan penyembuhan luka. Tembaga juga terlibat dalam
sintesis kolagen.
Sumber makanan : ikan dan hasil laut, daging merah, kacang, telur ( dalam
penyerapan nya diperlukan vitamin c , dan menghindari asupan tannin dan cafein)
Page 25
Tabel 1. Fungsi nutrisi bagi Penyembuhan Luka : Modifikasi Schumann 14, 683,
1979 dalam Molnar (2007)
NutrienKomposisi
spesifikEfek Kerja Contoh
Makronutrien
Karbohidrat Glukosa Substrat energi bagi
leukosit dan fibroblas
Gandum, roti,
kentang, nasi, pasta,
dan biskuit.
Protein Asam amino Kebutuhan vaskularisasi,
pembentukan formasi
limfosit, proliferasi
fibroblas, sintesis kolagen,
dan remodelling luka.
Daging, ssu, sereal,
putih telur, ikan,
kacang, dna biji-
bijian
Lemak
Asam lemak Sumber energi bagi
beberapa tipe sel
Daging, susu, keju,
mentega, kream,
yoghurt, ice-cream,
minyak goreng.
Kolesterol Terdiri dari trigliserida yang
terdapat pada seluler dan
sub seluler membran.
Mikronutrien
Vitamin Vitamin A Meningkatkan epitelisasi
sel membran dan sintesis
kolagen.
Susu, keju, telor,
ikan, daun hijau,
jeruk, buah warna
merah (buah naga,
strawberry, buah bit
), dan sayur-
sayuran.
Vitamin B
komplex
Pembentukan antibodi dan
leukosit, dan metabolisme
asam nukleat.
Sereal, daging,
telur, daun hijau,
ikan, unggas,
kacang, pisang,
salmon.
Vitamin C Ketahanan tubuh terhadap Buah-buahan,
Page 26
infeksi dan sintesis kolagen
serta penangkal radikal
bebas.
sayur-sayuran,
kentang.
Vitamin D Diperlukan dalam absorpsi,
transpor, dan metabolisme
kalsium.
Mentega, telur,
susu, daging, sereal.
Vitamin E Penangkal radikal bebas Minyak, sereal,
buah, kacang tanah,
telur, dan apukat.
Vitamin K Sintesis protrombin dan
faktor pembekuan darah
VII, IX, X
Sayuran (brokoli,
gubis, bayem), buah
peas, dan teh.
Mineral Zinc Stabilisasi membran sel dan
dibutuhkan dalam mitosis
sel dan proliferasi sel
Daging merah
(salmon, kakap
merah), ikan, susu,
unggas, dan telor.
Iron Hidroksilasi prolin dan lisin
dalam sintesis kolagen,
menghambat pertumbuhan
bakteria, dan transpor
oksihemoglobin
Daging merah, ikan,
telor, kacang tanah.
Copper Katlisator kolagen Makanan nabati.
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Adithia Kwee, 2008. 12 Hal Penting Penanganan Luka Bakar di Rumah. Diakses
dari http://klikdokter.com/healthnewstopics/health-topics/12-hal-penting-
penanganan-luka-bakar-di-rumah/pertolongan-luka-bakar-di-rumah/1 pada
16/09/15
Andryawan, Teguh Prakoso 2013, ‘Pertolongan pertama pada kecelakaan', diakses
16 September 2015,
<http://andryawanbisnis.files.wordpress.com/2013/02/prinsip-dan-tujuan-
pertolongan-pertama.html>.
Crisp, J. D 2012, Potter and perry's : Fundamental of nursing, edisi 4, Elsevier,
Mosby Australia.
Farida, N 2009, First aid for kid, Pertolongan pertama di saat gawat, Grasindo,
Jakarta.
Harnowo, P. A 2013, P3K : Pertolongan pertama dan penanganan darurat.
Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat.
Korb, Juna 2014, Tujuh langkah mengobati luka lecet pada anak, diakses pada 23
Mei 2015, <http://www.lintas.me/go/tipsunik-kesehatan.blogspot.com/7-
langkah-mengobati-luka-lecet-pada-anak>.
Maharani IF 2012, ‘Perawatan Luka Akut’, News Rumah Sakit Ortopedi
Purwokerto (RSOP), diakses pada 16 September 2015 pukul 15:04 WIB
melalui https://rsop.co.id/perawatan-luka-akut/
Mohammad K 2005, ‘Pertolongan Pertama’, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Molnar J 2007, ‘Nutrition and Wound Healing’, CRC Press, USA.
Morison, Moya J 2004, Sari pedoman praktis manajemen luka, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Peate I 2015, ’Wound Care at A Glance’, John Wiley & Sons Ltd., England.
Perdanakusuma DS 2005, ‘Penatalaksanaan Perawatan Luka Terkini’, Penelitian,
diakses pada 16 September 2015 pukul 15:12 WIB melalui
http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Penatalaksanaan%20Perawatan
%20Luka%20Terkini_4021_2929
Page 28
Salma, 2013. 7 Langkah Mengobati Luka Lecet. Majalah Kesehatan. Diakses dari
http://majalahkesehatan.com/7-langkah-merawat-luka-lecet-pada-anak/
16/09/2015
Suratun 2008, ‘Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan
Keperawatan’, EGC, Jakarta.
Tambayong J 2000, ‘Patofisiologi untuk Keperawatan’, EGC, Jakarta.
Wong 2003, Wong's nursing care of infants and children, edisi 7, Mosby, inc, St.
Louis.