PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA EVALUASI RUTINITAS MENGIKUTI SENAM DIABETES MELLITUS TERHADAP KEKUATAN OTOT, FLEKSIBILITAS SENDI DAN WAKTU REAKSI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI YOGYAKARTA BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN (PKM-P) Disusun oleh : Ketua : Agus Susanto (NIM 20080310035 – 2008) Anggota : Caesar Togana (NIM 20080310061 – 2008) Mirza Sanjaya (NIM 20080310051 – 2008) Wulan Amalia Kumara (NIM 20090310087 – 2009) Estianna Khoirunnisa (NIM 20090310108 – 2009)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
EVALUASI RUTINITAS MENGIKUTI SENAM DIABETES MELLITUS
TERHADAP KEKUATAN OTOT, FLEKSIBILITAS SENDI DAN WAKTU
REAKSI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DI YOGYAKARTA
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN (PKM-P)
Disusun oleh :
Ketua :
Agus Susanto (NIM 20080310035 – 2008)
Anggota :
Caesar Togana (NIM 20080310061 – 2008)
Mirza Sanjaya (NIM 20080310051 – 2008)
Wulan Amalia Kumara (NIM 20090310087 – 2009)
Estianna Khoirunnisa (NIM 20090310108 – 2009)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHANPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta.
2. Bidang Kegiatan : ( X ) PKM-P ( ) PKM-K ( ) PKM-T ( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu : ( X ) Kesehatan ( ) Pertanian ( ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa ( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora ( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksanaan Kegiatan / Penelitian Utamaa. Nama Lengkap : Agus Susantob. NIM : 20080310035c. Jurusan : Pendidikan Dokterd. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Yogyakartae. Alamat Rumah dan No.Telp/HP: Dsn/Ds Jerukagung RT.20 RW.06
Srumbung, Magelang, Jawa Tengah085729620203
f. Alamat Email : [email protected] 5. Anggota Pelaksanaan Kegiatan : 4 orang6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : drh. Hj. Zulkhah Noor, M.Kesb. NIK : 173.014c. Alamat Rumah dan No.Telp/HP: Jl. Asri Harjo 07 Bangunjiwo Kasihan
Bantul / 081568573107. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp. 8.098.500,00b. Sumber Lain : Rp. -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulanYogyakarta, 14 Mei 2012
Menyetujui,Kepala Prodi Pendidikan Dokter Ketua Pelaksana
Anggota I1) Nama : Mirza Sanjaya2) NIM : 200803100573) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter 4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 20 Oktober 19906) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 081328267777
Anggota I
Mirza SanjayaAnggota II
1) Nama : Caesar Togana2) NIM : 200803100613) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 29 September 19896) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 085729363070
Anggota II
Caesar ToganaAnggota III
1) Nama : Wulan Amalia Kumara2) NIM : 200903100873) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 19 Maret 19916) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / Hp : 083869048697
Anggota III
Wulan Amalia KumaraAnggota IV
1) Nama : Estianna Khoirunnisa2) NIM : 200903101083) Fakultas/Prodi : Kedokteran/Pendidikan Dokter 4) Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta5) Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 5 Februari 19926) E-mail : [email protected] 7) No. Telp / HP : 081904200903
Puji Syukur kepada Allah SWT karena hanya oleh Rahmat dan Hidayah-Nya
penulis berhasil menyelesaikan artikel ilmiah ini. Artikel ilmiah ini dibuat sebagai
hasil Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang bertujuan mengevaluasi dan
memantau kekuatan otot, fleksibilitas sendi, dan waktu reaksi berdasarkan
rutinitas mengikuti senam diabetes mellitus. Diabetes ellitus merupakan salah satu
penyakit kronis yang masih banyak terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan
komplikasi serta kematian.
Berbagai cara untuk mengevaluasi dan memantau keparahan DM telah
dilakukan seperti, cek gula darah puasa maupun sewaktu dan test HbA1C.
Pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi juga dapat
dilakukan untuk mengevaluasi dan memantau tingkat keparahan atau komplikasi
yang diakibatkan oleh penyakit DM.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis ingin membuat artikel
ilmiah mengenai “Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus
terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada Penderita
Diabetes Mellitus di Yogyakarta”. Perkenankanlah penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. drh. Zulkhah Noor, M. Kes., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan.
2. Komunitas Senam DM RS PKU Muhammadiyah, RSU Kota Yogyakarta
serta komunitas DM di puskesmas sedayu 1 yogyakarta atas kerjasama dan
partisipasinya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun artikel ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran terhadap artikel ini akan diterima
dengan senang hati.
Akhir kata semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya.
Yogyakarta, 14 Mei 2012 Penulis
1
Evaluation of Routinity Following Diabetes Mellitus Gymnastic to Muscle Strength, Joint Flexibility and Reaction Time in Patients with Diabetes
Mellitus in Yogyakarta
Agus Susanto1, Mirza Sanjaya1, Caesar Togana1, Wulan Amalia K.1, Estianna Khoirunnisa1
1Medical Study Programe, Faculty of Medicine and Healt Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta
AbstractDiabetes Mellitus (DM) can cause variety of complications such as
complication in the nerve, muscle and skeletal. This study aims to determine differences in muscle strength, joint flexibility and reaction time in patients with DM who did and did not do gymnastic DM.
This study uses observational analytic study methods with cross sectional study design. The study subjects were 37 people with DM including 20 people who followed gymnastics and 17 people who did not follow gymnastics DM. The research data obtained through questionnaires and measurements of muscle strength, joint flexibility and reaction time. Statistical tests used independent t test or Mann Whitney test.
The highest muscle strength in men and women respondents were in the gymnasctic group which value was 29.50 ± 4.98 kg (p = 0.437) and 19.74 ± 8.98 kg (p = 0.26). The highest joint flexibility in men respondents was in the gymnasctic group which value was 25.33 ± 2.22 cm (p = 0.289) and the highest joint flexibility in women respondents was in the non gymnastic group which value was 33.50 ± 12.36 cm (p = 0.006 ). The fastest reaction time was in the gymnastic group which value was 396.45 ± 201.7 ms (p = 0.02).
The conclusion from the research that there was no significant difference for muscle strength and joint flexibility but there was significant difference for reaction time between people with DM who did and did not do gymnastic DM.
Keywords: Diabetes Mellitus, muscle strength, joint flexibility, reaction time
2
Evaluasi Rutinitas Mengikuti Senam Diabetes Mellitus terhadap Kekuatan Otot, Fleksibilitas Sendi dan Waktu Reaksi pada Penderita Diabetes Mellitus
di Yogyakarta Agus Susanto1, Mirza Sanjaya1, Caesar Togana1, Wulan Amalia K.1, Estianna Khoirunnisa1
1Program Study Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Inti SariPenyakit DM dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti komplikasi
pada saraf, otot dan skeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada penderita DM yang senam dan tidak senam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study. Subyek penelitian berjumlah 37 orang pasien DM yang meliputi 20 orang yang mengikuti senam DM dan 17 orang yang tidak mengikuti senam DM. Data penelitian diperoleh melalui kuisioner dan pengukuran kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi. Uji statistik yang digunakan yaitu uji independent t test atau mann whitney.
Kekuatan otot tertinggi pada responden laki-laki dan perempuan terdapat pada kelompok senam dengan nilai berturut-turut yaitu 29,50 ± 4,98 kg (p=0,437) dan 19,74 ± 8,98 kg (p=0.26). Fleksibilitas sendi tertinggi pada responden laki-laki terdapat pada kelompok senam dengan nilai 25,33±2,22 cm (p=0,289) dan fleksibilitas sendi tertinggi pada responden perempuan terdapat pada kelompok tidak senam dengan nilai 33,50±12,36 cm (p=0,006). Waktu reaksi visual tercepat terdapat pada kelompok senam dengan nilai 396,45 ± 201,7 ms (p=0,02).
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk kekuatan otot dan fleksibilitas sendi tetapi terdapat perbedaan waktu reaksi visual yang signifikan antara pasien DM yang senam maupun yang tidak senam DM.
Kata kunci : Diabetes Mellitus, kekuatan otot, fleksibilitas sendi, waktu reaksi
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin (World Health
Organization/WHO, 1999).
Penderita DM di Indoneisa saat ini berada diurutan ke-4 setelah
Negara India, China, dan Amerika (Wild et al., 2004). Berdasarkan Data
Badan Pusat Statistik, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia
di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada
daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2 %. Pada tahun 2030
diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di
daerah rural (Soegondo et al., 2006).
Penyakit DM merupakan penyakit seumur hidup dan tidak dapat
disembuhkan, akan tetapi dapat dikendalikan dengan cara mengontrol gula
darah (Tandra, 2007). Diabetes Mellitus yang tidak dikelola dengan baik
seringkali mengakibatkan berbagai macam komplikasi kronik. Komplikasi
kronik pada DM dapat dibagi menjadi komplikasi vascular dan non vascular
(Fauci et al., 2008).
4
Komplikasi vascular diabetes meliputi penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, penyakit pembuluh darah perifer, retinopati,
nefropati, dan neuropati (Depkes RI, 2005). Komplikasi DM non vascular
dapat berupa penyakit gastrointestinal, genitourinaria, dermatologi, infeksi
dan sistem muskuloskeletal (Fauci et al., 2008). Komplikasi yang lain
muncul secara kronik yaitu timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui,
tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat dan membahayakan.
Beberapa hal yang sering dilupakan oleh penderita DM dalam upaya
mencegah berbagai macam komplikasi tersebut yaitu kurangnya kesadaran
dalam melakukan kontrol gula darah secara berkala, pengaturan diet
makanan, dan kurangnya berolahraga yang nantinya dapat memperparah
kondisi penderita, sehingga bisa mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.
Pengelolaan DM terdiri dari empat pilar, yaitu edukasi, perencanaan
makan, olahraga dan intervensi farmakologis. Sebagai usaha pencegahan DM,
banyak orang berolahraga untuk menjaga kesehatannya. Olahraga telah
menjadi bagian dari kehidupan manusia dari zaman dahulu. Namun tujuan
dan tipe otot mana yang melakukan olahraga telah mengalami perubahan
yang mencolok. Pada zaman sekarang latihan olahraga lebih dibutuhkan pada
reaksi dan meningkatkan kualitas hidup (Nugrahini, 2010).
Keempat pilar tersebut bisa dikatakan saling berhubungan dan akan
memberikan hasil yang maksimal jika dilakukan dengan berkesinambungan.
Pengelolaan DM membutuhkan suatu kerjasama tim yang terdiri dari 3
perawatan primer, yaitu endocrinologist atau diabetologist, diabetes educator,
5
serta ahli gizi. Namun fokus dari pengelolaan DM adalah pasien DM itu
sendiri, jadi berhasil atau tidaknya pengelolaan penyakit ini sangat tergantung
pada partisipasi pasien, sedangkan tim medis hanya perantara. Aktivitas fisik
atau latihan sangat penting dalam pengelolaan DM karena efeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Namun pada beberapa keadaan, aktivitas penderita DM perlu
adanya pembatasan dikarenakan penyakitnya yang sudah berkomplikasi
keberbagai organ sehingga dapat memperparah keadaan penderita.
Khusus bagi penderita DM yang sudah sangat parah, misalnya saraf
kakinya terganggu, dipilih olahraga (aktivitas) yang ringan. Selain itu, pada
penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan
latihan dikarenakan dapat menimbulkan efek hipoglikemi. Olahraga pada
penderita DM mampu mengontrol kadar gula dalam darah dan membantu
kerja dari insulin dalam mengubah gula darah di sel otot menjadi energi
sehingga kadar gula didalam darah akan menurun yang nantinya meringankan
kerja dari insulin.
Berolahraga secara rutin dapat membuat badan tetap bugar dan
menjaga alat-alat gerak agar berfungsi secara optimal. Olahraga yang
dianjurkan untuk penderita diabetes adalah olahraga aerobic low impact dan
rithmis seperti senam, berenang dan naik sepeda, sedangkan latihan yang
tidak dianjurkan seperti jogging, jalan terlalu lama, angkat beban, dll.,
(American Diabetes Association/ADA, 2003).
6
Di beberapa tempat di Indonesia telah dikenal senam untuk penderita
Diabetes yaitu senam Diabetes. Gerakan senam diabetes dirancang khusus
oleh para spesialis yang berkaitan dengan diabetes, diantaranya dokter
spesialis penyakit dalam, rehabilitasi medis, olahragawan dan praktisi
kesehatan lainya. Senam diabetes ini tidak hanya diperuntukkan bagi
penderita diabetes saja akan tetapi juga diperuntukkan untuk orang yang
bukan diabetes dengan tujuan mencegah terjadinya diabetes.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai evaluasi rutinitas mengikuti senam Diabetes Mellitus
terhadap kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada penderita
Diabetes Mellitus di Yogyakarta.
B. PERUMUSAN MASALAH
Apakah rutinitas mengikuti senam Diabetes Mellitus bermanfaat
mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan waktu reaksi pada
penderita Diabetes Mellitus di Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui perbedaan kekuatan otot pada penderita Diabetes Mellitus
yang mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.
2. Mengetahui perbedaan fleksibilitas sendi pada penderita Diabetes Mellitus
yang mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.
3. Mengetahui perbedaan waktu reaksi pada penderita Diabetes Mellitus yang
7
mengikuti senam Diabetes dan tidak di Yogyakarta.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Terbentuknya artikel ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal nasional
maupun internasional, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pustaka
bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang berminat dengan penelitian serupa.
E. KEGUNAAN
Hasil penelitian digunakan untuk:
1. Pengetahuan dan pengembangan ilmu kedokteran, hasil penelitian dapat
digunakan dalam pencegahan atau preventif terhadap komplikasi penyakit
diabetes mellitus.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menentukan penanganan atau
penatalaksanaan lebih lanjut pada penyakit diabetes mellitus supaya tidak
menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
3. Masyarakat, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang bahaya
komplikasi penyakit diabetes mellitus.
4. Peneliti lainnya, penelitian ini dapat menjadi trigger atau dorongan,
referensi dan pelengkap untuk dapat melakukan penelitian sejenis tetapi
dalam variable yang berbeda.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi glukosa dalam darah (Price & Wilson, 2005). Keluhan klasik DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabut dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita (Soegondo et al., 2006).
Etiologi DM bermacam-macam, akan tetapi biasanya mengarah pada
insufisiensi insulin (Price & Wilson, 2005). DM tipe I disebabkan oleh
destruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan DM tipe
II disebabkan kegagalan relative sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati
(Mansjoer et al., 2000).
Salah satu kunci untuk penanganan DM yaitu dengan cara mengontrol
kadar gula darah, karena penyakit DM ini adalah penyakit yang tidak dapat di
sembuhkan akan tetapi dapat di minimalisir keparahannya. Hiperglikemia
berkepanjangan juga akan menyebabkan terbentuknya advance glycosilation
end products (AGEs). AGEs bersifat sangat toksik dan mampu merusak
9
seluruh protein tubuh, termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya sorbitol dan
AGEs, maka sintesis dan fungsi Nitrit Oxide (NO) akan menurun yang secara
bersamaan mioinositol di dalam sel saraf menjadi rendah sehingga terjadilah
Neuropati Diabetik (Subekti, 2006).
Neuropati sensorik terjadi kerusakan serabut saraf sensorik akan
menyebabkan gangguan sensasi rasa getar, rasa sakit, rasa kram, semutan,
rasa tebal, rangsang termal/suhu, dan hilangnya refleks tendo pada kaki
sehingga akan menyebabkan gangguan mekanisme protektif pada kaki. Saraf
sensorik ini merupakan system saraf yang pertama kali terganggu pada
penderita DM sebelum system saraf motorik otonom (Yunir, 2005).
Neuropati motorik ditandai dengan kelemahan system otot, otot
mengecil, mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charchot), ibu jari seperti
palu (hammer toe), sulit mengatur keseimbangan tubuh (Monalisa, 2004).
Deformitas pada jari biasanya karena neuro pati saraf yang mempersarafi otot
intrinsik. Kontraksi otot menyebabkan jari menjadi hammer toe.
Neuropati otonom merupakan kerusakan pada system saraf otonom
akan menyebabkan kerusakan saraf sudomotor yang mengatur produksi
kelenjar keringat, sehingga akan mengakibatkan kulit kaki akan terlihat
kering, pecah dan tidak ada keringat. Gangguan mikrosirkulasi akan
menyebabkan berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut
saraf yang kemudian menyebabkan degenerasi dari serabut saraf (Monalisa,
2004).
10
Komplikasi neuropati dapat terjadi jika kontrol glukosa darah yang
buruk. Untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya komplikasi DM perlu
upaya mengontrol kadar glukosa darah semaksimal mungkin, supaya tidak
terjadi komplikasi DM dan atau apabila sudah terkena komplikasi DM dapat
Latihan jasmani merupakan salah satu dari empat pilar utama
penatalaksanaan diabetes mellitus. Latihan jasmani dapat menurunkan kadar
glukosa darah karena latihan jasmani akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh
otot yang aktif (Yunir&Soebardi, 2006).
24
BAB V
KESIMPULAN
1. Hasil pengukuran kekuatan otot pada responden laki-laki dan perempuan
yang senam diabetes dan yang tidak senam diabetes tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
2. Hasil pengukuran fleksibilitas sendi pada responden laki-laki yang senam
diabetes dan yang tidak senam diabetes tidak terdapat perbedaan yang
signifikan tetapi pada responden perempuan yang senam diabetes dan yang
tidak senam diabetes terdapat perbedaan yang signifikan. Penderita diabetes
mellitus pada responden perempuan yang senam diabetes mempunyai
fleksibilitas sendi lebih rendah daripada yang tidak senam diabetes
(berbanding terbalik).
3. Hasil pengukuran waktu reaksi visual pada responden yang senam diabetes
dan yang tidak senam diabetes terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu
penderita diabetes mellitus yang mengikuti senam diabetes mempunyai waktu
reaksi visual yang lebih cepat daripada yang tidak senam diabetes.
25
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2003, January). Physical Activity/Exercise and Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 26(Suppl 1): S73-S77.
American Diabetes Association. (2011, January). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 34(Suppl 1):S62-S69.
Andarwanti, L. (2009). Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Neuropathy Sensorik pada Kaki Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Ariani, Y. (2011). Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L. et al. (2008). Harrison's Principles of Internl Medicine (17th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc, (338).
Mansjoer, A., Tritanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W. et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran (Ed. 3). Jakarta: Media Aesculapius, 580.
Monalisa, T. (2004). Perawatan Kaki Diabetes. Dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Nugrahini, F. (2010). Pengaruh Lama Senam Diabetes Melitus (DM) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Penderita DM Tipe II. Karya Tulis Ilmiah Diploma IV, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2 (Ed. 6). Jakarta: EGC, 1260-1261.
Soegondo, S., Rudianto, A., Manaf, A., Subekti, I., Pranoto., et al. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Subekti, I. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV: Neuropati Diabetik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1902-1904.
Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang harus Anda Ketahui tentang Diabetes, Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., King, H. (2004). Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care. Original Article, 27 (5). 1047-1053.
Worth Health Organization (WHO). (1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva.
Yunir, E. (2005). Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Kaki Diabetik. Disampaikan pada 3rd National Diabetes Educators Traning Camp. Bandung 18-20 Maret 2005.